PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
25,0 mL filtrat
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar sari dari sampel simplisia
daun rambutan varietas binjai. Penetapan kadar sari merupakan metode kuantitatif
untuk mengetahui jumlah sari yang terkandung dari simplisia yang dapat tersari
dalam pelarut tertentu. Pada percobaan kali ini dilakukan dua penetapan kadar sari
yaitu kadar sari larut etanol dan kadar sari larut air. Pada penetapan kadar sari,
metode yang digunakan adalah metode dingin untuk kadar sari larut etanol dan
metode panas untuk kadar sari larut air. Metode ini memiliki tujuan untuk
mengetahui pelarut mana yang cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa pada
simplisia tersebut.
Pada penetapan kadar sari larut etanol sampel yang digunakan masing-masing
sebanyak 4 gram. Dilakukan secara duplo agar mendapatkan hasil yang benar-benar
spesifik. Sampel kemudian dimasukkan kedalam labu takar dan ditambahkan
dengan etanol sebanyak 100ml. Digunakannya etanol karena merupakan pelarut
organik yang dapat menarik sari dari simplisia. Etanol juga merupakan solven atau
pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi ssemua golongan flavonoid. Sampel
yang telah ditambahkan dengan etanol kemudian diletakkan dalam orbital shaker
selama 24 jam pertama. Alasan digunakannya orbital shaker adalah untuk
mempermudah praktikan melakukan pengadukan dikarenakan proses pengadukan
yang cukup lama yaitu 6 jam. Selain itu, kecepatan pada orbital shaker adalah
konstan sehingga waktu sari untuk terjerap kedalam etanol juga konstan.
Pada penetapan kadar sari larut etanol, ekstraksi dilakukan menggunakan
metode maserasi. Metode maserasi adalah cara mengekstraksi bahan nabati atau
simplisia dengan cara direndam menggunakan pelarut organik bukan air seperti
etanol selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam Farmakope
Indonesia. Pada saat pengadukan, sari dari simplisia terekstraksi dan menyatu
dengan etanol. Setelah dilakukan pengadukan selama 24 jam, kemudian disaring
menggunakan kertas saring secara cepat dikarenakan sifat etanol yang mudah
menguap. Filtrat di ambil sebanyak 25ml yang kemudian dituangkan pada cawan
penguap yang telah ditara. Filtrat diuapkan hingga kering sebelum dimasukkan
kedalam oven. Penguapan dilakukan di waterbath tujuannya agar pelarut yang
digunakan menguap tidak bersamaan dengan filtrat dari simplisia. Diuapkan hingga
mengering kemudian dipanaskan dalam oven bersuhu 105oC. Tujuan dari
pemanasan adalah untuk mendapatkan bobot tetap kadar sari dari simplisia
sebanyak 4 gram. Dari percobaan yang telah dilakukan, didapati hasil pada cawan
A, bobot tetap/konstan yang didapat sebanyak 0,02 gram dengan %kadar yaitu
23,6%. Pada cawan B, bobot konstan yang didapat yaitu sebanyak 0,029 gram
dengan %kadar yaitu 18 %.
Penetapan kadar sari larut air dilakukan untuk menentukan jumlah senyawa
aktif yang terekstraksi dalam pelarut air dari sejumlah simplisia. Digunakan air
untuk melihat kemampuan air dalam mengekstraksi senyawa yang terdapat pada
simplisia daun rambutan binjai dibandingkan dengan etanol. Metode ekstraksi yang
dilakukan adalah refluks, dimana terjadi kondensasi uap dan berbaliknya
kondensat ke dalam sistem asalnya. Sampel di ekstraksi selama 1 jam, setelah itu
sampel didinginkan, ditimbang, dan ditambah air hingga bobot awal. Filtrat di
ambil sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam cawan penguap yang telah
dikeringkan dalam oven selama 1 jam. Cawan lalu diuapkan di dalam waterbath
hingga kandungan air yang terkandung dalam filtrat menguap. Setelah filtrat
mengering lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105oC untuk mendapatkan
bobot tetap dari kadar sari.
Diperoleh data pada cawan 1 dan 2 diraih bobot tetap pada jam ke-3 dengan
% kadar sari cawan 1 sebanyak 20,84% dan cawan 2 sebanyak 16,38%. Jika
dibandingkan, % kadar sari yang terekstraksi dalam pelarut air lebih sedikit
dibanding dalam pelarut etanol, hal ini dikarenakan air bersifat polar dan etanol
bersifat semi polar. Jadi etanol bisa menarik senyawa yang bersifat polar dan non
polar yang terdapat dalam simplisia dibandingkan air yang hanya bisa menarik
senyawa yang polar saja. Oleh karena itu etanol biasa disebut pelarut universal.
Data kelarutan kadar sari dalam pelarut tertentu biasanya diperlukan untuk
menentukan pelarut yang akan digunakan untuk mengekstraksi senyawa tertentu
agar zat-zat yang terekstraksi dari simplisia lebih banyak.
BAB V
KESIMPULAN