Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Prinsip Percobaan


Berdasarkan banyaknya metabolit sekunder yang tersari oleh air dan
etanol
1.2. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui dan memahami teknik penyaringan metabolit
sekunder dengan pelarut air dan etanol.
2. Untuk mendapatkan kadar sari simplisia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah


kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut
tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari
yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini
didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia. Ada
beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum digunakan seperti
maserasi, perkolasi, dan ekstraksi kontinu. Tetapi pada penelitian ini yang
digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode perendaman
sampel dengan pelarut organik, umumnya digunakan pelarut organik
dengan molekul relatif kecil dan perlakuan pada temperatur ruangan, akan
mudah pelarut terdistribusi ke dalam sel tumbuhan. Metode maserasi ini
sangat menguntungkan karena pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang
tinggi kemungkinan akan mengakibatkan terdegradasinya senyawa-
senyawa metabolit sekunder. Pemilihan pelarut yang digunakan untuk
maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan
kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak langsung dan
waktu yang cukup lama dengan sampel (Djarwis,2004).
Salah satu kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan waktu
yang lama untuk mencari pelarut organik yang dapat melarutkan dengan
baik senyawa yang akan diisolasi dan harus mempunyai titik didih yang
tinggi pula sehingga tidak mudah menguap (Manjang, 2004).
Ekstrasi adalah proses pemindahan suatu konstituen dalam suatu
sample ke suatu pelarut dengan cara mengocok atau melarutkannya.
Ektraksi pelarut bisa disebut ekstraksi cair-cair yaitu proses pemindahan
solut dari pelarut satu ke pelarut lainnya dan tidak bercampur dengan cara
pengocokkan berulang. Prinsip dasar dari ekstraksi pelarut ini adalah
distribusi zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak bercampur
(Ibrahim,2009).
Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah
senyawa aktif yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia.
Penentuan kadar sari juga dilakukan untuk melihat hasil dari ekstraksi,
sehingga dapat terlihat pelarut yang cocok untuk dapat mengekstraksi
senyawa tertentu (Ibrahim,2009).

Kadar sari larut etanol merupakan indikator lain yang dapat


menunjukkan kadar zat khasiat yang terkandung dalam tumbuhan obat yang
kemudian dapat tersari dengan baik dalam etanol. Dalam analisis penentuan
kadar sari larut etanol ini dapat dilakukan dengan cara yang cukup
sederhana di mana diperlukan sejumlah 5 gram serbuk yang telah
dikeringkan di udara. Serbuk tersebut kemudian dimaserasi selama 24 jam
dengan 100 ml etanol 95% menggunakan labu bersumbat sambil berkali-
kali dikocok selama 6 jam kemudian dibiarkan selama 18 jam. Hasil
disaring, dan sejumlah 20 ml filtrat diuapkan dalam cawan dangkal berdasar
rata yang telah ditara, sisanya dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot
tetap. Kadar sari yang larut dalam etanol dihitung dalam persen terhadap
bobot bahan yang telah dikeringkan di udara. (Harborne.J.B,, 1996; Depkes
RI, 2000; Soetarno,1997).
Berdasarkan Materia Medica, parameter untuk simplisia yang baik
sebagai berikut :
 Kadar Air : ≤ 10,00
 Kadar Minyak Atsiri : ≥ 0,19
 Kadar Abu Total : ≤ 10,00
 Kadar Abu Tidak Larut Asam : ≤ 2,60
 Kadar Sari Larut Air : ≥ 18,00
 Kadar Sari Larut Etanol : ≥ 6,30
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Penetapan kadar sari dengan larut etanol

Maserasi 2 gram simplisia etanol dalam


labu takar 100mL

˗ Sesekali dikocok selama 6 jam pertama,


diamkan 18 jam
˗ Disaring dengan cepat (mencegah etanol
menguap)
25,0 mL filtrat diuapkan dalam cawan

˗ Filtrat diuapkan diatas tangas air hingga


kering
˗ Residu dipanaskan pada suhu 105⁰C
hingga bobot tetap

% kadar sari larut etanol


3.2. Penetapan kadar sari larut air

Masukkan 2 gram simplisia ke dalam


erlenmeyer

˗ Ditambahkan 100 mL air


˗ Ditimbang
˗ Di refluks selama 1 jam
˗ Didinginkan
˗ Ditimbang ditambah air hingga bobot
awal
˗ Di saring

25,0 mL filtrat

˗ Filtrat diuapkan diatas tangas air hingga


kering
˗ Residu dipanaskan pada suhu 105⁰C
hingga bobot tetap

% kadar sari larut air


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Dalam praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar sari dari sampel simplisia
daun rambutan varietas binjai. Penetapan kadar sari merupakan metode kuantitatif
untuk mengetahui jumlah sari yang terkandung dari simplisia yang dapat tersari
dalam pelarut tertentu. Pada percobaan kali ini dilakukan dua penetapan kadar sari
yaitu kadar sari larut etanol dan kadar sari larut air. Pada penetapan kadar sari,
metode yang digunakan adalah metode dingin untuk kadar sari larut etanol dan
metode panas untuk kadar sari larut air. Metode ini memiliki tujuan untuk
mengetahui pelarut mana yang cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa pada
simplisia tersebut.
Pada penetapan kadar sari larut etanol sampel yang digunakan masing-masing
sebanyak 4 gram. Dilakukan secara duplo agar mendapatkan hasil yang benar-benar
spesifik. Sampel kemudian dimasukkan kedalam labu takar dan ditambahkan
dengan etanol sebanyak 100ml. Digunakannya etanol karena merupakan pelarut
organik yang dapat menarik sari dari simplisia. Etanol juga merupakan solven atau
pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi ssemua golongan flavonoid. Sampel
yang telah ditambahkan dengan etanol kemudian diletakkan dalam orbital shaker
selama 24 jam pertama. Alasan digunakannya orbital shaker adalah untuk
mempermudah praktikan melakukan pengadukan dikarenakan proses pengadukan
yang cukup lama yaitu 6 jam. Selain itu, kecepatan pada orbital shaker adalah
konstan sehingga waktu sari untuk terjerap kedalam etanol juga konstan.
Pada penetapan kadar sari larut etanol, ekstraksi dilakukan menggunakan
metode maserasi. Metode maserasi adalah cara mengekstraksi bahan nabati atau
simplisia dengan cara direndam menggunakan pelarut organik bukan air seperti
etanol selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam Farmakope
Indonesia. Pada saat pengadukan, sari dari simplisia terekstraksi dan menyatu
dengan etanol. Setelah dilakukan pengadukan selama 24 jam, kemudian disaring
menggunakan kertas saring secara cepat dikarenakan sifat etanol yang mudah
menguap. Filtrat di ambil sebanyak 25ml yang kemudian dituangkan pada cawan
penguap yang telah ditara. Filtrat diuapkan hingga kering sebelum dimasukkan
kedalam oven. Penguapan dilakukan di waterbath tujuannya agar pelarut yang
digunakan menguap tidak bersamaan dengan filtrat dari simplisia. Diuapkan hingga
mengering kemudian dipanaskan dalam oven bersuhu 105oC. Tujuan dari
pemanasan adalah untuk mendapatkan bobot tetap kadar sari dari simplisia
sebanyak 4 gram. Dari percobaan yang telah dilakukan, didapati hasil pada cawan
A, bobot tetap/konstan yang didapat sebanyak 0,02 gram dengan %kadar yaitu
23,6%. Pada cawan B, bobot konstan yang didapat yaitu sebanyak 0,029 gram
dengan %kadar yaitu 18 %.
Penetapan kadar sari larut air dilakukan untuk menentukan jumlah senyawa
aktif yang terekstraksi dalam pelarut air dari sejumlah simplisia. Digunakan air
untuk melihat kemampuan air dalam mengekstraksi senyawa yang terdapat pada
simplisia daun rambutan binjai dibandingkan dengan etanol. Metode ekstraksi yang
dilakukan adalah refluks, dimana terjadi kondensasi uap dan berbaliknya
kondensat ke dalam sistem asalnya. Sampel di ekstraksi selama 1 jam, setelah itu
sampel didinginkan, ditimbang, dan ditambah air hingga bobot awal. Filtrat di
ambil sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam cawan penguap yang telah
dikeringkan dalam oven selama 1 jam. Cawan lalu diuapkan di dalam waterbath
hingga kandungan air yang terkandung dalam filtrat menguap. Setelah filtrat
mengering lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105oC untuk mendapatkan
bobot tetap dari kadar sari.

Diperoleh data pada cawan 1 dan 2 diraih bobot tetap pada jam ke-3 dengan
% kadar sari cawan 1 sebanyak 20,84% dan cawan 2 sebanyak 16,38%. Jika
dibandingkan, % kadar sari yang terekstraksi dalam pelarut air lebih sedikit
dibanding dalam pelarut etanol, hal ini dikarenakan air bersifat polar dan etanol
bersifat semi polar. Jadi etanol bisa menarik senyawa yang bersifat polar dan non
polar yang terdapat dalam simplisia dibandingkan air yang hanya bisa menarik
senyawa yang polar saja. Oleh karena itu etanol biasa disebut pelarut universal.
Data kelarutan kadar sari dalam pelarut tertentu biasanya diperlukan untuk
menentukan pelarut yang akan digunakan untuk mengekstraksi senyawa tertentu
agar zat-zat yang terekstraksi dari simplisia lebih banyak.
BAB V

KESIMPULAN

Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa


aktif yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia. Penentuan kadar sari
juga dilakukan untuk melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat terlihat pelarut
yang cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa tertentu. Prinsip dari ekstraksi
didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua
pelarut yang tidak saling campur. Berdasarkan hasil percobaan hasil % kadar dari
kadar sari larut etanol daun rambutan varietas binjai yang didapat sebesar 23,6 %
dan 18%. Sedangkan kadar sari larut air sebesar 20,84% dan 16,38%.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM.1977.Materia Medika Indonesia I.Jakarta:Departemen Kesehatan RI


Djarwis, D. 2004. Teknik Penelitian Kimia Organik Bahan Alam, Workshop
Peningkatan
Sumber Daya Manusia Penelitian dan Pengelolaan Sumber Daya Hutan
yang Berkelanjutan. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas.
Ibrahim. 2009. Ektraksi. Bandung: Sekolah Farmasi ITB

Anda mungkin juga menyukai