Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hewan percobaan yang digunakan di laboratorium tak ternilai jasanya dalam penilaian
efek, toksisitas dan efek samping serta keamanan dan senyawa bioaktif. Hewan percobaan
merupakan kunci di dalam pengembangan senyawa bioaktif dan usaha–usaha kesehatan
(Malole, 1989).
Dalam bidang farmakologi, hewan yang digunakan haruslah memiliki kesamaan
struktur dan sistem organ dengan manusia seperti mencit, katak, marmot, tikus,kera,dsb. Selain
itu haruslah juga diperhatikan variasi biologik ( usia, jenis kelamin ), ras, sifat genetik, status
kesehatan, nutrisi, bobot dan luas permukaan tubuh, serta keadaan lingkungan fisiologik.
Pada praktikum farmakologi kali ini telah dilakukan penanganan hewan percobaan.
Cara pemberian obat pada hewan menggunakan cara oral. Hewan coba yang digunakan adalah
mencit jantan sebanyak 2 ekor dan tikus sebanyak 1 ekor. Obat yang diberikan pada hewan
tersebut adalah obat A untuk tikus, obat B untuk mencit nomor 1, dan obat C untuk mencit
nomor 2.
Hewan percobaan harus diberikan penomoran sehingga dapat memberikan kemudahan
untuk mengetahui perbedaan hewan satu dengan yang lainnya, dapat menggunakan asam
pikrat atau dengan spidol permanen. Untuk penggunaan di laboratorium yang hanya
menggunakan sekitar 20-30 ekor mencit, yang biasanya diberi penomoran pada bagian ekor.

Mencit dan tikus adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam
laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Mencit ini mudah ditangani dan
bersifat fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya di malam
hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya. Sedangkan tikus bersifat
mudah ditangani dan sangat cerdas, lebih resisten terhadap infeksi, tidak bersifat fotofibik dan
kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya sangat kurang, suhu tubunya 37,5 C, laju
respirasi normal, dan jika diperlakukan kasar akan menyerang pemilik.

Adapun beberapa pertimbangan saat memilih hewan percobaan, diantaranya alasan


mengapa hewan jantan yang dipilih untuk percobaan. Dipilih jantan karena sistem imun pada
mencit jantan cenderung lebih tidak dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Hal ini disebabkan
karena kadar hormon estrogen pada hewan jantan relatif rendah dibanding betina dan adanya
stres akut dapat menyebabkan penurunan kadar estrogen pada betina yang berefek
imunostimulasi sehingga dapat mengaburkan efek stress bising terhadap hormon-hormon stres
yang mempunyai efek imunodepresi, yang dihasilkan oleh aksis HPA dan sistem SMA seperti
kortisol dan adrenalin.
Langkah awal dari percobaan ini adalah menyiapkan alat dan bahan, menimbang berat
hewan, lalu menghitung dosis. Berat tikus yang digunakan adalah 311 gram, dosis obat A 6,997
mg, volume pemberian obat 1,554 ml. Berat mencit 1 adalah 36 gram, dosis obat B 0,234 mg,
volume pemberian obat 0,36 ml. Berat mencit II adalah 31 gram, dosis obat 3,4875 mg, volume
pemberian obat 0,775 ml.
Setelah itu mulai mempraktekkan cara memperlakukan hewan percobaan yang
sebelumnya telah dijelaskan oleh asisten. Pertama kali yang dilakukan adalah memegang
mencit dengan benar. Adapun cara memengang mencit yang benar yaitu dengan mengangkat
ujung ekor mencit dengan tangan kanan dan mengeluarkannya dari kandang kemudian
meletakkannya di tempat yang permukaannya kasar (misalnya pada rang kawat pada penutup
kandang), kemudian menjinakkannya dengan cara mengelus-elus bagian tekuk mencit
menggunakan jari telunjuk.
Cara memegang tikus yang baik adalah letakkan tikus di kawat, kemudian pegang
ekornya menggunakan tangan kiri, jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di tempatkan di
depan kaki tikus, kemudian ibu jari berada di tengah di antara kaki kiri dan kaki kanan tikus
lalu tikus di angkat dan dibalik sehingga wajahnya menghadap kita. Sebelum memegang tikus
/ mencit ini kita harus membuat mereka nyaman dengan cara mengelus-elusnya sampai mereka
merasa nyaman.
Hal – hal yg harus di perhatikan bila ingin memegang hewan - hewan percobaan ini
adalah harus menggunakan sarung tangan dan masker. Tujuan menggunakan sarung tangan
adalah untuk mengurangi kontaminasi langsung dengan tikus / mencitnya. Karena ditakutkan
adanya bakteri pada tubuh hewan tersebut, kemudian untuk menjaga agar bila tikus / mencitnya
menggigit tidak langsung terkena kulit tangan kita, akan tetapi terkena sarung tangannya lebih
dahulu.
Pada saat praktikum kita tidak boleh membuat mencit dan tikus tersebut depresi / stres,
karena mereka akan lebih agresif bila sedang merasa terganggu. Dan bila mereka merasa stres,
maka mereka dapat memberontak atau malah dapat menggigit tangan kita hingga terluka. Kita
harus membuat mereka nyaman.
Perlakuan terhadap hewan percobaan perlu diperhatikan dengan baik agar mendapatkan
hasil yang baik dan akurat. Hewan percobaan yang tidak jinak dapat dijadikan jinak terlebih
dahulu atau dapat ditenangkan terlebih dahulu agar memudahkan proses perlakuan selanjutnya.
Dan jangan memberikan gerak reflek yang membuatnya terkejut dan menjadikannya terlalu
banyak bergerak dan menjadikannya stress. Stress pada mencit ditandai dengan mekarnya
rambut pada tubuh mencit lalu tubuhnya bergetar, mencit pun jadi liar..
Yang selanjutnya dilakukan adalah pemberian obat pada hewan percobaan secara oral
sesuai dengan dosis dan volume pemberian obat. Obat dimasukan melalui mulut mencit dengan
bantuan alat kanula oral yang biasa disebut sonde. Pada saat pemasukan kanula harus
dilakukan dengan teliti dan hati-hati karena jika cara pemberian yang keliru dan masuk
kedalam saluran pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan
kematian.
Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan hewan percobaan
dapat dipengaruhi oleh berbagai fartor, yaitu :
a. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri adalah umur, jenis kelamin, bobot
badan, keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.
b. Faktor–faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang,
populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan
percobaan sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan,dan cara
pemeliharaan. Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon
hewan percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan yang tidak
wajar terhadap hewan percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan,
memberikan penyimpangan hasil. Di samping itu, cara pemberian senyawa bioaktif
terhadap hewan percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa
bioaktif yang bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara pemberian
yang digunakan tentu tergantung pula kepada bahan atau bentuk sediaan yang akan
digunakan serta hewan percobaan yang akan digunakan. Sebelum senyawa bioaktif
dapat mencapai tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses absorpsi
terlebih dahulu kemudian sifat fisiologi yang berpengaruh.

Anda mungkin juga menyukai