Anda di halaman 1dari 2

Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk mempertahankan sifat dan

katakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat atau diproduksi. Identitas,
kekuatan, kualitas, dan kemurnian dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan
dan penggunaan (Joshita, 2008 : 4).
t90 adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas waktu diperbolehkannya obat
tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

Batas kadar obat masih bersisa 90% keatas masih bisa digunakan, tetapi bila kadarnya
kurang dari 90% tidak dapat digunakan lagi atau disebut sebagai sub standar waktu
diperlukan sehingga obat tinggal 90% disebut umur obat.

Pada percobaan ini sampel yang digunakan yaitu serbuk asetosal (asam asetil
salisilat/aspirin). Variasi suhu yang digunakan pada percobaan yaitu 60, 70, 80, derajat. Tujuan
dari perbedaan temperatur tersebut adalah untuk mengetahui suhu dimana sediaan asetosal
tersebu dapat mempertahankan konsentrasinya secara stabil dan untuk mengetahui pada suhu
berapa asetosal terurai.

Asetosal di titrasi dengan NaOH 0,1 N yang bertujuan untuk mengetahui berapa banyak
kadar asetosal yang tersisa setelah dipanaskan, sebelumnya di tambahkan beberapa tetes
indikator fenolftalin agar titik akhir dapat terlihat jelas yaitu terjadinya perubahan warna dari
tisak berwarna menjadi merah muda dikarenakan perubahan pH dari asam ke basa.

Sediaan dipanaskan selama 10, 20, 30, 40, dan 50 menit, dilakukan duplo. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui bahwa semakin lama obat berada pada suhu tinggi, obat semakin
tidak stabil, konsentrasi obat semakin berkurang dan kadaluarsa obat semakin cepat

Berdasarkan hasil percobaan, persentase asetosal yang tersisa setelah 50 menit


dipanaskan adalah pada suhu 60 = 90,85%, … terlihat bahwa semakin tinggi temperatur,
semakin sedikit persentasi obat yang tersisa karena laju degradasi obat semakin cepat. Suhu
merupakan katalis reaksi kimia yang bekerja dengan cara menurunkan energi aktivasi,
mekanismenya yaitu suhu dapat meningkatkan gerak tumbukan antar molekul obat. Reakis
kimia terjadi ketika partikel-pertikel zat yang beraksi saling bertumbukan dan menghasilkan zat
baru. Pada percobaan ini zat baru yang dihasilkan adalah asam asetat dan asam salisilat yang
terbentuk melalui proses hidrolisis (rusaknya molekul air dalam senyawa). Nilai Energi aktivasi
asetosal dari pecobaan ini yaitu… aspirin mengikuti orde reaksi 1

Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika
dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya temperatur yang
tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga
mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, dan bahan
tambahan kimia.

Faktor faktor tersebut berguna untuk menentukan jenis / bentuk sediaan farmasi agar sediaan
tersebut dapat bertahan/ di simpan dalam jangka waktu yang lama tanpa terjadi penurunan
khasiatnya.
Energi aktivasi (Ea) yaitu energi tumbukan terendah yang diperlukan untuk pembentukan
molekul kompleks teraktivasi sehingga reaksi dapat berlangsung. Energi aktivasi (Ea) ditentukan
dengan cara mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi, dengan membandingkan
jumlah zat yang terurai pada temperatur atau suhu yang berbeda sehingga dapat ditentukkan
energi aktivasinya.

Nilai energi aktivasi asetosal pada percobaan ini adalah -1,4645 …. Dengan konstanta
kecepatan reaksi pada suhu ruang (27 atau 300k) adalah 11,8864. Dari hasil data tersebut dapat
ditentukan nilai usia simpan (t90) dari asetosal, yaitu 0,0088 menit..

KESIMPULAN
Dari data hasil pengamatan dan pembahasan di atas dapat disimpulkan:
1. Faktor utama yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain temperatur dan
durasi waktu tereksposnya obat pada suatu suhu.
2. sampel asetosal mengikuti orde reaksi 1
3. Usia simpan (waktu kadaluarsa) dari sampel asetosal adalah 0,0088 menit

Anda mungkin juga menyukai