MIKROBIOLOGI
Disusun oleh
Kelompok 6
Tingkat 1 A
Dosen Pembimbing :
2018
I. JUDUL PRAKTIKUM ( Asri Fauziyyah/P17335117051)
Uji Sterilitas Sediaan Farmasi
Uji sterilitas dilakukan terhadap produk dan bahan yang sebelumnya telah
mengalami proses pensterilan yang telah diberlakukan. Hasilnya membuktikan
bahwa prosedur sterilisasi dapat diulang secara efektif. Tetapi umumnya disetujui
bahwa kontrol yang dilaksanakan selama proses validasi memberikan jaminan
telah efektifnya proses sterilisasi. Uji ini dilakukan terhadap sampel yang dipilih
untuk mewakili keseluruhan lot bahan tersebut. Sampel bisa diambil dari kemasan
atau wadah akhir suatu produk, atau sebagian bagian dari tangki Bulk cairan atau
dari bahan Bulk lainnya (Lachman, L dkk, 2008).
Tujuan dari uji sterilitas adalah untuk menjamin bahwa produk yang melalui
proses pembuatan itu tidak mengandung mikroorganisme atau faktanya
terkontaminasi. Uji sterilisasi sebenarnya dilakukan untuk menentukan seluruh
kemasan yang telah disterilkan. Masalah bahwa produk steril diinginkan steril –
bebas dari semua bentuk mikroorganisme secara definisi dan secara status.
Metode valid telah berkembang untuk uji produk steril. Namun demikian,
produk yang diuji tidak dapat dipasarkan. Kenyataannya, Tidak realistis untuk
menguji semua unit lot. Uji sampel lot menjadi dibutuhkan. Menganggap metode
sterilisasi sempurna (yang mana tidak), sampling menjadi latihan statistik yang
meninggalkan keraguan. Contohnya, jika ukuran lot 5000 wadah dan setelah
proses sterilisasi, 450 wadah (1% ukuran lot), terkontaminasi, ini akan menjadi
perlu untuk menguji sampel random 32 wadah dengan 95% kemungkinan
terdeteksi. Farmakope mengisyaratkan sampel 20 wadah yang diuji untuk tiap lot,
oleh karena itu, jumlah bagian yang ditemukan terkontaminasi adalah sedikit pada
batch. Kenyataannya, tujuan uji sterilisasi hanya menentukan ada atau tidak batch
yang telah terkontaminasi setelah proses sterilisasi (F.I. Ed. V, 2014).
Guttae adalah sediaan cair berupa larutan emulsi atau suspensi yang
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang
dihasilkan penetes baku yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia (F.I. Ed. V,
2014). Definisi tetes telinga menurut berbagai sumber yaitu :
Obat tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar
kelopak mata dari bola mata (F.I. Ed. V, 2014).
Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :
1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;
2. Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif
untuk menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan
dari sediaan;
3. Isotonisitas dari larutan
4. pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum
Alat Bahan
Hasil
No Media Sediaan Uji Keterangan
Pengamatan
Larutan
Larutan
keruh,
Kassa keruh, Tidak
2 TSB warna Tidak Steril
Steril warna Steril
lebih
lebih gelap
gelap
Untuk pemeriksaan hasil uji sterilisasi obat tetes mata yaitu tidak diperoleh
adanya perubahan warna atau kekeruhan didalam media yang telah diinkubasi pada
suhu 37oC selama 5 hari sehingga terbukti bahwa obat tetes mata yang digunakan
sebagai sampel telah memenuhi standar kesterilan dari mikroba.
Untuk pemeriksaan hasil uji sterilisasi obat tetes telinga juga diperoleh hasil
bahwa sampel obat tetes telinga yang digunakan telah memenuhi standar sterilisasi
karena setelah dilakukan uji coba pada media tidak ditemukan perubahan warna atau
kekeruhan yang dihasilkan setelah diinkubasi pada suhu 37 oC selama 5 hari, karena
pada biasanya mikroba tumbuh baik pada suhu yang optimum 25 oC-37oC,maka
pengujian diuji pada suhu 37oC.
Adapun untuk pemeriksaan uji kesterilan pada alat kesehatan kasa, ditemukan
hasil yang berbeda yaitu setelah diinkubasi selama 5 hari pada suhu 37oC didalam
media Fluid thyogycolat Medium (FTM) dan Tysticose soy broth (TSB) diperoleh hasil
bahwa terdapat endapan keruh dan perubahan warna menjadi lebih gelap, sehingga
dapat dikatakan bahwa kasa yang dijadikan sampel positif mengandung mikroba. Hal
ini bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu pada saat pengerjaan yang tidak sesuai
dengan prosedur atau tidak dilakukan secara aseptis pada saat memasukkan sampel
kasa steril kedalam media mungkin pinset yang dipergunakan juga tidak steril yang
berarti adanya zat yang memungkinkan terkontaminasinya media. faktor lain juga bisa
di dapat karena pada saat pengamatan penutup kasa yang berada di mulut tabung tidak
sengaja terbuka dan membuat kontaminan-kontaminan yang lain masuk sehingga
menyebabkan keruh dan menggumpal.
DAFTAR PUSTAKA
( Sarah Fauziah S./P17335117016)
Anief, M, 2000, Farmasetika, Yogyakarta;Gadjah Mada University Press.
Lachman, L. dkk. 2008. Teori dan Praktek Industri Farmasi Edisi III. 1119-1920. Jakarta;
Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
(Asri Fauziyyah/P17335117051)
Gambar 1
Hasil dari tabung berisi kassa steril dalam larutan media FTM/TSB
Gambar 2
Hasil dari tabung berisi tetes telinga dan tetes mata dalam larutan media FTM/TSB