Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

“Uji Sterilitas Sediaan Farmasi dan Alat kesehatan”

Disusun oleh

Kelompok 6

1. Fahira Alvida P17335117004


2. Sarah Fauziah S. P17335117016
3. Rahmania Azzahra P17335117019
4. Iffat Nursaliha P17335117044
5. Asri Fauziyyah P17335117051

Tingkat 1 A

Dosen Pembimbing :

Nany Djuhriah, S.Pd., MT

Septiani Puji Rahayu, S.Farm

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III

PROGRAM STUDI FARMASI

2018
I. JUDUL PRAKTIKUM ( Asri Fauziyyah/P17335117051)
Uji Sterilitas Sediaan Farmasi

II. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM ( Asri Fauziyyah/P17335117051)


Rabu, 11 April 2018

III. TUJUAN PRAKTIKUM ( Asri Fauziyyah/P17335117051)


1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami proses pengujian sterilitas
2. Mahasiswa dapat menentukan sediaan atau alat yang digunakan harus berada
dalam keadaan steril

II. DASAR TEORI ( Sarah Fauziah S./P17335117016)


Keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Sterilisasi adalah
proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Tujuan proses sterilisasi
adalah untuk menghancurkan semua mikroorganisme di dalam atau di atas
permukaan suatu benda atau sediaan dan menandakan bahwa alat untuk sediaan
tersebut bebas dari resiko untuk menyebabkan infeksi (Lachman. L, dkk, 2008).

Uji sterilitas dilakukan terhadap produk dan bahan yang sebelumnya telah
mengalami proses pensterilan yang telah diberlakukan. Hasilnya membuktikan
bahwa prosedur sterilisasi dapat diulang secara efektif. Tetapi umumnya disetujui
bahwa kontrol yang dilaksanakan selama proses validasi memberikan jaminan
telah efektifnya proses sterilisasi. Uji ini dilakukan terhadap sampel yang dipilih
untuk mewakili keseluruhan lot bahan tersebut. Sampel bisa diambil dari kemasan
atau wadah akhir suatu produk, atau sebagian bagian dari tangki Bulk cairan atau
dari bahan Bulk lainnya (Lachman, L dkk, 2008).

Tujuan dari uji sterilitas adalah untuk menjamin bahwa produk yang melalui
proses pembuatan itu tidak mengandung mikroorganisme atau faktanya
terkontaminasi. Uji sterilisasi sebenarnya dilakukan untuk menentukan seluruh
kemasan yang telah disterilkan. Masalah bahwa produk steril diinginkan steril –
bebas dari semua bentuk mikroorganisme secara definisi dan secara status.
Metode valid telah berkembang untuk uji produk steril. Namun demikian,
produk yang diuji tidak dapat dipasarkan. Kenyataannya, Tidak realistis untuk
menguji semua unit lot. Uji sampel lot menjadi dibutuhkan. Menganggap metode
sterilisasi sempurna (yang mana tidak), sampling menjadi latihan statistik yang
meninggalkan keraguan. Contohnya, jika ukuran lot 5000 wadah dan setelah
proses sterilisasi, 450 wadah (1% ukuran lot), terkontaminasi, ini akan menjadi
perlu untuk menguji sampel random 32 wadah dengan 95% kemungkinan
terdeteksi. Farmakope mengisyaratkan sampel 20 wadah yang diuji untuk tiap lot,
oleh karena itu, jumlah bagian yang ditemukan terkontaminasi adalah sedikit pada
batch. Kenyataannya, tujuan uji sterilisasi hanya menentukan ada atau tidak batch
yang telah terkontaminasi setelah proses sterilisasi (F.I. Ed. V, 2014).

Guttae adalah sediaan cair berupa larutan emulsi atau suspensi yang
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang
dihasilkan penetes baku yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia (F.I. Ed. V,
2014). Definisi tetes telinga menurut berbagai sumber yaitu :

Obat tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar
kelopak mata dari bola mata (F.I. Ed. V, 2014).
Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :
1.  Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;
2.  Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif
untuk menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan
dari sediaan;
3.  Isotonisitas dari larutan
4.  pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum

Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya,


pH yang stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan
osmose darah. Pada pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan
pada pembuatan obat tetes mata harus disterilkan (Anief, 2000).
Guttae Auriculares, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk
telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain,
tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air. Cairan pembawa
yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar obat mudah
menempel pada dinding telinga, umumnya digunakan gliserol dan propylenglikol.
Dapat juga digunakan etanol 90%, heksilenglikol dan minyak nabati. Zat
pensuspensi dapat digunakan sorbitan, polisorbat atau surfaktan lain yang cocok.
Keasaman-kebasaan kecuali dinyatakan lain pH 5,0 – 6,0 penyimpanan, kecuali
dinyatakan lain dalam wadah tertutup rapat (F.I. Ed. V, 2014).

III. ALAT dan BAHAN ( Asri Fauziyyah/P17335117051)

Alat Bahan

a. Labu Spirtus a. Media Fluid Thyogycolat


b. Tabung Reaksi Steril b. Media Tysticose soy Broth
c. Rak Tabung Reaksi c. Kassa Steril
d. Pinset d. Obat Tetes Mata
e. Pipet Volume 10 ml e. Obat Tetes Telinga
f. Autoklaf
g. Oven

IV. PROSEDUR KERJA ( Asri Fauziyyah/P17335117051)


1. Dimasukkan media FTM/TSB kedalam 8 buah tabung reaksi steril
sebanyak 5-10 ml.
2. Dimasukkan tetes mata, tetes telinga, dan kassa steril yang akan diuji
tingkat sterilitasnya kedalam tabung reaksi yang sudah berisi media Fluid
thyogycolat Medium (FTM ) dan Tysticose soy broth (TSB).
3. Diinkubasikan pada temperatur 37˚C selama 7 hari.
4. Diamati pertumbuhan mikroba.
V. DATA HASIL PENGAMATAN ( Rahmania Azzahra/P17335117019)
1. Uji Sterilitas Sediaan Farmasi

Hasil
No Media Sediaan Uji Keterangan
Pengamatan

1 OTT Jernih Steril


FTM
2 OTM Jernih Steril

3 OTT Jernih Steril


TSB
4 OTM Jernih Steril

2. Uji Sterilitas Alat Kesehatan

Hasil Pengamatan Keterangan


Sediaan
No Media
Uji
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 1 Tabung 2

Kassa Larutan Larutan Tidak


1 FTM Tidak Steril
Steril keruh keruh Steril

Larutan
Larutan
keruh,
Kassa keruh, Tidak
2 TSB warna Tidak Steril
Steril warna Steril
lebih
lebih gelap
gelap

VI. PEMBAHASAN (Fahira Alvida/P17335117004 dan Iffat


Nursaliha/P17335117044)
Dari hasil praktikum percobaan uji sterilisasi alat kesehatan serta obat tetes
mata dan telinga dengan menggunakan media yang mempunyai sifat yang dapat
merangsang pertumbuhan bagi mikroba yaitu salah satunya Fluid thyogycolat
Medium (FTM) dan Tysticose soy broth (TSB). Media FTM digunakan untuk
mengidentifikasi bakteri, dan media TSB digunakan untuk mengidentifikasi kapang
atau khamir. Tujuan utama pembuatan sediaan sterilisasi adalah mutlak tidak adanya
kontaminasi mikroba. Syarat sterilisasi adalah nilai yang mutlak. Secara historis
pertimbangan sterilitas bersandar pada uji sterilitas lengkap yang resmi namun
sediaan akhir pengujian sterilitas mengalami banyak batasan. Batasan yang paling
nyata adalah sifat dasar dari uji sterilitas.

Untuk pemeriksaan hasil uji sterilisasi obat tetes mata yaitu tidak diperoleh
adanya perubahan warna atau kekeruhan didalam media yang telah diinkubasi pada
suhu 37oC selama 5 hari sehingga terbukti bahwa obat tetes mata yang digunakan
sebagai sampel telah memenuhi standar kesterilan dari mikroba.

Untuk pemeriksaan hasil uji sterilisasi obat tetes telinga juga diperoleh hasil
bahwa sampel obat tetes telinga yang digunakan telah memenuhi standar sterilisasi
karena setelah dilakukan uji coba pada media tidak ditemukan perubahan warna atau
kekeruhan yang dihasilkan setelah diinkubasi pada suhu 37 oC selama 5 hari, karena
pada biasanya mikroba tumbuh baik pada suhu yang optimum 25 oC-37oC,maka
pengujian diuji pada suhu 37oC.

Adapun untuk pemeriksaan uji kesterilan pada alat kesehatan kasa, ditemukan
hasil yang berbeda yaitu setelah diinkubasi selama 5 hari pada suhu 37oC didalam
media Fluid thyogycolat Medium (FTM) dan Tysticose soy broth (TSB) diperoleh hasil
bahwa terdapat endapan keruh dan perubahan warna menjadi lebih gelap, sehingga
dapat dikatakan bahwa kasa yang dijadikan sampel positif mengandung mikroba. Hal
ini bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu pada saat pengerjaan yang tidak sesuai
dengan prosedur atau tidak dilakukan secara aseptis pada saat memasukkan sampel
kasa steril kedalam media mungkin pinset yang dipergunakan juga tidak steril yang
berarti adanya zat yang memungkinkan terkontaminasinya media. faktor lain juga bisa
di dapat karena pada saat pengamatan penutup kasa yang berada di mulut tabung tidak
sengaja terbuka dan membuat kontaminan-kontaminan yang lain masuk sehingga
menyebabkan keruh dan menggumpal.

VII. KESIMPULAN (Fahira Alvida/P17335117004 dan Iffat


Nursaliha/P17335117044)
1. Untuk hasil pengujian sterilisasi obat tetes mata pada media FTM dan TSB yang
telah di inkubasi selama 5 hari didalam oven pada suhu 37 oC diperoleh hasil
negatif dari adanya mikroba. Dan telah sesuai dengan standar sterilisasi pada obat
tetes mata.
2. Untuk hasil pengujian sterilisasi obat tetes telinga pada media FTM dan TSB
yang telah di inkubasi selama 5 hari didalam oven pada suhu 37 oC diperoleh hasil
negatif dari adanya mikroba. Dan telah sesuai dengan standar sterilisasi obat tetes
telinga.
3. Dan untuk uji sterilisasi alat kesehatan kasa pada media FTM dan TSB yang telah
di inkubasi selama 5 hari didalam oven pada suhu 37 oC diperoleh hasil yang
berbeda yaitu hasil yang diperoleh adalah positif mengandung mikroba yang
ditandai dengan adanya kekeruhan dan perubahan warna.
4. Faktor yang menyebabkan hasilnya menjadi positif terkontaminasi mikroba pada
pengujian sterilisasi kasa adalah teknik bekerja yang kurang aseptis,alat yang
digunkan tidak steril, pemasukkan media ke dalam yang tidak benar,serta faktor
lain seperti mikroba yang tidak sengaja terbawa pada benda-benda sekitar tempat
kerja sehingga menyebabkan terkontaminasinya sampel/media sehingga udara
dan mikroba dapat tumbuh pada media saat pengujian.

DAFTAR PUSTAKA
( Sarah Fauziah S./P17335117016)
Anief, M, 2000, Farmasetika, Yogyakarta;Gadjah Mada University Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Farmakope Indonesia , Edisi V, 10,


Jakarta; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Lachman, L. dkk. 2008. Teori dan Praktek Industri Farmasi Edisi III. 1119-1920. Jakarta;
Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
(Asri Fauziyyah/P17335117051)

Gambar 1
Hasil dari tabung berisi kassa steril dalam larutan media FTM/TSB

Gambar 2
Hasil dari tabung berisi tetes telinga dan tetes mata dalam larutan media FTM/TSB

Anda mungkin juga menyukai