Anda di halaman 1dari 7

A.

JUDUL PRAKTIKUM
Indeks Terapi Obat

B. TUJUAN
1. Mampu melakukan teknik pemberian obat secara intra peritoneal
2. Mampu memahami hubungan pemberian obat dengan onset time
3. Mampuu memahami hubungan pemberian obat dengan durasi kerja

C. DASAR TEORI

Hewan coba banyak digunakan dalam studi eksperimental berbagai cabang


medis dan ilmu pengetahuan dengan pertimbangan hasil penelitian tidak dapat
diaplikasikan langsung pada manusia untuk alasan praktis dan etis. Pemakaian
hewan coba untuk penelitian klinis pada manusia telah memberikan kontribusi
besar terhadap pemahaman tentang berbagai proses fisiologis dan patologis yang
mempengaruhi manusia (Ferreira et al., 2008).

Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah di bidang kedokteran


atau biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai model atau
sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain
persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang memadai dalam
pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta
mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. (Tjay,
T.H dan Rahardja,K, 2002).

Rodensia atau hewan pengerat merupakan hewan coba yang banyak digunakan
dalam penelitian, yaitu mencapai sekitar 69% karena murah dan mudah untuk
ditangani, rentang hidup yang singkat, mudah beradaptasi pada kondisi sekitarnya
dan tingkat reproduksi yang cepat sehingga memungkinkan untuk penelitian proses
biologis pada semua tahap siklus hidup. Tikus dan mencit merupakan hewan
rodensia banyak digunakan dalam penelitian. Tikus sebagai “mouse model” sangat
cocok untuk penelitian penyakit pada manusia dengan adanya kesamaan organisasi
DNA dan ekspresi gen dimana 98% gen manusia memiliki gen yang sebanding
dengan gen tikus. Rodensia lainnya seperti kelinci dan marmut juga banyak dipakai
sebagai subyek penelitian. Kelinci termasuk keluarga Leporidae dari ordo
Lagomorpha (Pearce et al. 2007)

Rute pemberian obat (Routes of Administration) merupakan salah satu faktor


yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi
dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini
berbeda karena jumlah suply darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah
fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan
bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan
berbeda, tergantung dari rute pemberian obat (Katzug, B.G, 1989).

1. Injeksi intraperitoneal

Suntikan intraperitoneal dapat dilakukan pada bagian kuadran posterior


abdomen. Mencit dipegang pada bagian punggungnya, jarum diinjeksikan di posisi
bawah lekukan lutut; kiri atau kanan dari garis tengah. Hindari melakukan injeksi
pada garis tengah untuk mencegah penetrasi ke dalam kandung kemih. Sudut
kemiringan jarum sekitar 45° ke tubuh.

2. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
1. Spuit injeksi dan jarum 1. Luminal Na
(1-2 ml) 2. Hewan uji mencit
2. Sarung tangan
3. Stopwatch

D. PROSEDUR KERJA
1. Masing-masing kelompok mendapat 6 mencit, masing-masing mencit ditandai
dan ditimbang.
2. Setiap mencit pada setiap kelompok diberi tanda.
3. Obat depresan SSP diberi secara intraperitonial kepada mencit dan setiap
kelompok diberi dosis yang meningkat. Dosis yang diberikan disesuaikan
dengan jenis obat.
4. Mengamati dan mencatat jumlah mencit yang kehilangan “refting refleks”, dan
gerak mencit baik gerak bolak balik atau gerak menengok kebawah platfhon
selama 1 jam, serta nyatakan angka ini dalam persentasi serta menjatat jumlah
mencit yang mati pada setiap kelompok.
5. Menggambar grafik dosis respon:
Pada kertas grafik log pada ordinat persentase hewan yang memberi efek
(hilang “righting refleks” atau kematian) pada dosis yang digunakan. Dengan
memperhatikan sebesar titik-titik pengamatan, menggambar grafik dosis
respon yang menurut pemikiran paling representative untuk fenomena yang
diamati.

E. DATA HASIL PENGAMATAN


Dosis untuk mencit :
Mencit 1
Mencit 2
Mencit 3
Mencit 4
Mencit 5
Mencit 6
Menengok ke bawah platfhon
Bobot 5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’
No 45’ 50’ 55’ 60’
Mencit (g)

1.
2.
3.
4.
5. 30 gram 2 15 - - - - 6 - - 7 - 4
6.
Uji menengok ke bawah

Uji Aktivitas bolak-balik

Aktivitas bolak-balik
No Massa
5 30
mencit mencit(g) 10’ 15’ 20’ 25’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60'
’ ’
I.
II.
III.
IV.
V. 30 gram 1 - 5 - - - - - 1 - - -
VI.
F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Ferreira LM, Hochman B, Barbosa MV. 2008. Modelos experimentais em pesquisa. Acta
Cir Bras.20:28–34. [PubMed]

Katzung, Bertram G., 1989, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.

Pearce AI, Richards RG, Milz S, Schneider E, Pearce SG. 2007. Animal models for
implant biomaterial research in bone: A review. Eur Cell Mater.13:1–10. [PubMed].

Tjay, T.H. dan K. Rahardja., 2002, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek
-Efek Sampingnya, Edisi Kelima, Cetakan Pertama, PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
INTERAKSI OBAT

Disusun oleh:
Kelas I A

Iffat Nursaliha P17335117044


Fatimah Ayu Putri Pambudi P17335117015
Sarah Fauziyah Saefudin P17335117016
Shafira Islamadina P17335117012

Ocatariana Putri P17335117045

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
BANDUNG
2018

Lampiran
Kondisi mencit pada saat sudah disuntikan obat

Anda mungkin juga menyukai