Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PENETAPAN KADAR AIR SIMPLISIA


TEMULAWAK
(Curcuma zanthorrhiza rhizoma)

Oleh
KELOMPOK 6
Farid Maulana (31119083)
Putri Tia Aprianti (31119055)
Legina Lija Pertiwi (31119098)
Syifa Fauziah (31119071)

Tanggal Praktikum : 1 Desember 2020

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes Bakti Tunas Husada
Tasikmalaya

2020
A. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui kadar air dalam serbuk simplisia
temulawak
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penentuan kadar air
serbuk simplisia pada temulawak

B. Dasar Teori
Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat
kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air
(misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat “hidrofilik”
(pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air
(misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat “hidrofobik”
(takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat
tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik
listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air.
Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar
molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan
mengendap dalam air (Syarief, 1993).

Air ada yang berbentuk bebas, ada pula yang terikat baik
didalam matriks bahan maupun didalam jaringannya. Air yang
berbentuk bebas sangat mudah menguap karena biasanya
terdapat pada permukaan bahan pangan. Kadar air perlu diukur
untuk menentukan umur simpan suatu bahan pangan. Kadar air
adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan
berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas
maksimum teoritis sebesar 100 %, sedangkan kadar air
berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 % (Syarief, 1993).

Kadar air merupakan hasil dari pengukuran jumlah total air


yang terkandung dalam bahan pangan, termasuk simplisia dengan
tanpa memperhatikan kondisi atau derajat keterikatan air.
Penentuan kadar air ini merupakan salah satu parameter non
spesifik dari proses standarisasi suatu simplisia, dengan tujuan
untuk memberikan batasan maksimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air dalam bahan. Kandungan air dalam
suatu bahan yaitu simplisia dapat menjadi factor penentu kualitas
dari simplisia itu sendiri, terutama kestabilannya selama
penyimpanan (Winarno, 1997).
Penentuan kadar air dapat ditentukan dengan berbagai cara
yaitu dengan metode thermogravimetri, thermovolumetri/azeotropi
dan metode khemis. Salahsatu cara yang paling sering digunakan
adalah dengan metode destilasi atau thermovolumetri. Metode ini
dilakukan dengan menguapkan air dari dalam bahan dengan
menggunakan suatu pembawa atau pelarut cairan kimia yang
mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat
bercampur dengan air serta memiliki BJ yang lebih rendah
(Winarno, 1997). Penetapan kadar air menggunakan metode
destilasi ini sangat efektif karena terjadi penyulingan berulang kali
di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah
adanya penguapan berlebih. Biasanya menggunakan toluene
pekat. Toluene pekat memiliki titik didih lebih tinggi dibandingkan
air serta berbeda dengan toluene tidak pekat, toluene tidak pekat
biasanya tercampur bersama air maka dari itu, digunakanlah
toluene pekat.

Penentuan kadar air untuk berbagai bahan/simplisia berbeda-


beda metodenya tergantung pada sifat bahan. Misalnya:

1. Untuk bahan yang tidak tahan panas, berkadar gula tinggi,


berminyak dan lain-lain penentuan kadar air dapat
dilakukan dengan menggunakan oven vakum dengan suhu
rendah.
2. Untuk bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan
mengandung senyawa volatil (mudah menguap) penentuan
kadar air dilakukan dengan cara destilasi dengan pelarut
tertentu yang berat jenisnya lebih rendah dari pada berat
jenis air. Untuk bahan cair yang berkadar gula tinggi,
penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan
reflaktometer,dsb (Winarno, 1997).

C. Alat dan Bahan

 Set alat destilasi ;labu alas bulat, kondensor, statif, buret,


klem, labu destilasi skala, alat pemanas, batu didih.
 Simplisia temulawak
 Pereaksi ; toluene pekat, aquadest
D. Prosedur

Sebelum melakukan Ketika alat sudah kering,


destilasi, masukkan labu masukkan toluene 50 ml
alas bulat, dan labu kedalam labu alas bulat,
destilasi skala kedalam ditambahkan air 2 ml
lemari pengering. untuk merubah toluene
biasa menjadi pekat,

Diamkan toluene pekat


Panaskan sampai air yang
hingga menjadi suhu
dimasukkan menguap
ruangan, tambahkan
kedalam destilasi skala
simplisia temulawak 2 gr
kedalam labu alas bulat.

Kadar air simplisia memiliki


Panaskan labu alas bulat perbandingan tidak lebih dari
selama 15 menit hingga 0,6 ml, hal tersebut
terjadi penguapan kadar menandakan bahwa simplisia
air pada simplisia bagus dalam pembuatannya
mulai dari pengeringan,
hingga proses perubahan
menjadi serbuk.

Hitung kadar air dalam simplisia


menggunakan persamaan ;
Kadar air %
Volume air yang terukur
¿ ×100 %
Bobot awal simplisa
E. Data Pengamatan
Nama simplisia : Temulawak
Nama latin simplisia : Curcuma zanthorrhiza rhizoma
Nama latin : Curcuma zanthorrhiza
 Penetapan kadar air
Volume akhir skala – Volume awal skala
Kadar air % ¿ ×100 %
Bobot awal simplisa
2,1−1,8
¿ × 100 %
2
0,3
¿ ×100 %
2
= 15 %
F. Pembahasan

Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan untuk


obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali
dinyatakan lain umumna berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia terbagi menjadi tiga yaitu simplisia nabati, simplisia
hewani dan simplisia mineral. Simplisia nabati adalah simplisia
yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat
tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Simplisia hewani
adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan
kimia murni. Sedangkan simplisia mineral atau pelikan adalah
simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah
atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan
kimiamurni.

Temulawak adalah salah tanaman asli Indonesia yang


bentuknya mirip dengan kunyit. Memiliki nama latin Curcuma
xanthorrhiza, tanaman herbal ini sudah dipercaya oleh
masyarakat Indonesia akan manfaatnya.Kadar air simplisia
temulawak menurut Materia Medika Indonesia (1979) dalam
penelitiannya Sembiring, dkk (2006) adalah maksimal 12%.
Metode yang digunakan pada penetapan kadar air ini
menggunakan metode azeotropi ( destilasi toluena ) metode ini
efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan
berulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik
untuk mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang
digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi oleh kelembaban
Dari percobaan dengan menggunakan simplisa tanaman
temu lawak dapat di hasilkan kadar air yang Terdapat pada
tanaman temu lawak yaitu sekitar 15%, sedangkan Maksimal dari
kadar air temu lawak yaitu 12%. Dalam penetapan kadar air
standar, harus dalam rentang 5-10 %. Pada percobaan ini
simplisia temulawak memiliki kadar air lebih dari 10%. Hal
tersebut dikarenakan toluene pekat langsung masih berikatan
dengan air, dikarenakan ketika ditambahkan air sebanyak 2 ml,
hanya 1,8 ml air yang masuk dalam destilasi skala. Berbeda
dengan toluene pekat tidak langsung, toluene pekat tidak
langsung dibuat dengan menambahkan air dan didiamkan selama
24 jam.

G. Kesimpulan
Hasil dari percobaan penetapan kadar air pada simplisia
temulawak menggunakan metode azeotropi atau destilasi toluen,
didapatkan bahwa kadar air dalam simplisia temulawak adalah
15% hal tersebut termasuk dalam golongan simplisia kurang baik
dikarenakan tidak memenuhi standar penetapan kadar air
simplisia yang berkisar antara 5-10%. Namun hal lain bisa
mempengaruhi kadar air simplisia seperti toluen pekat tidak
langsung ataupun langsung, dapat berpengaruh dikarenkan
tingkat kepekatan yg tidak sama.

H. Daftar Pustaka
 Depkes RI. 2009. Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
 BPOM RI. 2010. Monografi Ekstrak Tumbuhan Indonesia.
Jakarta : Direktorat Standarisasi Obat Tradisional, Kosmetik
dan Produk Komplemen BPOM RI. (diakses pada tanggal 5
desember 2020).
 Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : ITB.
I. Lampiran

Gambar 1. Memasukan Gambar 2. Kadar air dalam


simplisia kedalam labu toluene pekat.
alas bulat.

Gambar 3. Kadar air dalam


Simplisia temulawak.

Anda mungkin juga menyukai