Disusun Oleh:
Kelompok 1/A
I. Tujuan Percobaan
1.1 Dapat mengenal dan memahami prinsip penetapan kadar air dengan
metode azeotroph.
1.2 Dapat menentukan kadar air dari simplisia daun insulin dengan metode
destilasi azeotroph.
IV. Prosedur
Dibilas tabung penampung dan kondensor dengan air, kemudian dikeringkan
didalam oven. Disiapkan daun insulin yang sudah dihaluskan sedemikian rupa
dengan cara digiling. Dimasukkan sejumlah daun insulin yang diperkirakan
mengandung air 2 – 3 ml ke dalam labu bundar. Dimasukkan 300 ml toluena
yang telah dijenuhkan dengan aquadest. Didihkan labu perlahan, setelah
mendidih, disuling dengan kecepatan 2 tetes/detik hingga sebagian besar air
tersuling, kemudian dinaikkan kecepatan penyulingan menjadi 4 tetes/detik.
Setelah semua air diperkirakan telah tersuling, dibilas bagian dalam kondensor
dengan toluene. Dilanjutkan penyulingan selama 5 menit, kemudian
dihentikan pemanasan. Didinginkan tabung penerima sampai suhu kamar.
Dihilangkan tetesan air yang menempel pada dinding tabung penerima.
Dibiarkan air dan toluene memisah. Dibaca volume air didalam tabung
penerima. Dihitung kadar air daun insulin dalam satuan % v/b (volume/bobot).
= 0,145 x 100%
= 14,5 %
VI. Pembahasan
Standarisasi
Standardisasi adalah proses atau kegiatan merumuskan menetapkan
menerapkan merevisi standar yang dilaksanakan secara tertib dan kerjasama
semua pihak (SSN, 1998). Tujuan dari standarisasi adalah untuk menjamin
keseragaman produk yang berujung pada tegaknya safety, efficacy, dan
quality. Simplisia yang akan digunakan sebagai bahan baku obat harus
memenuhi spesifikasi umum yang telah ditentukan yakni identitas, kemurnian,
dan analisis senyawa kimia. Identitas adalah suatu ciri khas dari simplisia
sehingga dapat dibedakan dengan jenis yang lain. Kemurnian adalah
parameter yang dapat menentukan bahwa suatu simplisia bebas dari pengotor
atau kontaminan. Analisis senyawa kimia adalah analisis dengan tujuan untuk
mengetahui kandungan suatu senyawa yang terkandung didalam simplisia
seperti flavonoid. Paramater untuk simplisia dibagi menjadi dua yakni
parameter spesifik dan non spesifik. Parameter spesifik adalah parameter khas
dari suatu simplisia untuk mengetahui identitas kimia seperti kadar minyak
atsiri dan kadar flavonoid total. Sedangkan parameter non-spesifik adalah
parameter yang diuji pada semua jenis simplisia seperti kadar air, kadar abu,
dan susut pengeringan. Selain simplisia, ekstrak juga mempunyai suatu
parameter yang harus terpenuhi. Parameter ekstrak umumnya sama dengan
simplisia, namun ada beberapa perbedaan, yakni terdapat parameter penentuan
bobot jenis dan residu pelarut pada ekstrak dan juga tidak ada parameter
mikroskopik pada ekstrak. Untuk melakukan standardisasi simplisia, buku
literatur yang dapat digunakan adalah Farmakope Herbal Indonesia (FHI),
Materia Medika Indonesia (MMI), WHO, USP, AHP, Indian Pharmacopoeia
(IP), dan lain-lainnya.
Penentuan Kadar Air
Salah satu parameter standarisasi bahan alam adalah penentuan kadar
air. Kelebihan kandungan air dalam simplisia tanaman dapat menginisiasi
tumbuhnya mikroba, jamur, reaksi pembusukkan. Reaksi enzimatis yang pada
akhirnya diikuti oleh reaksi hidrolisis senyawa kimia dalam simplisia,
sehingga kandungan senyawa kimia tersebut rusak. Oleh karena itu,
diperlukan adanya pengontrolan kandungan air pada setiap simplisia
khususnya tanaman obat. Hal ini sangat penting, terutama jika simplisia
tanaman yang digunakan sebagai bahan obat bersifat higroskopis dan cepat
membusuk dengan adanya air.
Higroskopis adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air
dari lingkungannya baik melalui absorbsi atau adsorpsi. Suatu zat disebut
higroskopis jika zat itu mempunyai kemampuan menyerap molekul air
yang baik. Contoh zat-zat higroskopis adalah madu, gliserin, etanol, metanol,
asam sulfat pekat, dan natrium hidrokida (soda kaustik) pekat. Setiap bahan
memiliki sifat higroskopi yang berbeda-beda. Karena bahan-bahan
higroskopis memiliki afinitas yang kuat terhadap kelembapan udara, biasanya
mereka disimpan di wadah tertutup. Beberapa zat higroskopis juga
ditambahkan pada makanan atau bahan-bahan tertentu untuk menjaga
kelembapannya.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar air. Terdapat faktor-faktor
yang memengaruhi proses dalam menentukan kadar air yakni luas permukaan,
suhu, kecepatan pergerakan udara,kelembaban udara, tekanan atmosfer,
penguapan air dan lama pengeringan (Vannesa, 2008). Pada umumnya,
Farmakope mensyaratkan kadar air antara 8 - 14%. Kadar air lebih dari 10%
memungkinkan dapat terjadi reaksi enzimatik sehingga dapat mempercepat
pertumbuhan mikroba, jamur atau serangga dan juga mempermudah terjadinya
hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan
kemunduran mutu dari obat tradisional. Oleh karena itu, kandungan air kurang
dari 10% dikatakan baik karena dari hasil studi kadar air 10% tidak
memungkinkan terjadinya reaksi enzimatik.
Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan
maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Hal
ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut.
Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna
untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia
dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10%. Oleh karena
itu, praktikum ini bertujuan untuk menetapkan kadar air simplisia daun
insulin.
Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius)
Daun yacon ( Smallanthus sonchifolius (poeppig &Endlicher) H.
Robinson). Tanaman ini berasal dari pegunungan Andes peru, yang
merupakan kerabat bunga matahari(Lachman et al, 2003). Yacon mampu
meningkatkan kadar insulin sehingga mampu menurunkan gula darah,
diuretik, efek penyembuhan pada kulit. dan merupakan agen probiotik
(Lachman et al, 2003).
VII. Kesimpulan
1. Prinsip metode Azeotroph adalah penggabungan dua buah pelarut yang
memiliki titik didih berbeda , serta kepolaran berbeda (sehingga tidak
bercampur).
2. Kadar air simplisia daun insulin atau daun yakon adalah 14,5% dengan kadar
air yang didapat setelah proses destilasi berlangsung adalah 2,9 ml. v. Oleh
karena itu simplisia tidak baik untuk dijadikan bahan obat.
DAFTAR PUSTAKA
Arde T. Nugraha. 2017. PROFIL SENYAWA DAN AKTIFITAS ANTIOKSIDAN DAUN
YAKON (Smallanthus sonchifolius) DENGAN METODE DPPH DAN
CUPRAC. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 13 No. 1 Tahun 2017
Aybar MJ., Sánchez Riera AN., Grau A & Sánchez SS. 2001. Hypoglycemic effect of
the water extract of Smallantus sonchifolius (yacon) leaves in normal and
diabetic rats. Journal of Ethnopharmacology.
DepKes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi 4. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia,
DepKes RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Hermawan, B. 2004. Penetapan Kadar Air Tanah melalui Pengukuran Sifat Dielektrik
pada Berbagai tingkat Kepadatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Vol 6
No.2.
Lachman et al, 2008. Farmasi Industri Ed 3. Jakarta : Universitas Indonesia.
L. G. Wade. 2003. Organic Chemistry, 5th ed., p. 871, Prentice Hall, Upper Saddle
River, New Jersey.
Moore, Walter J. 1962. Physical Chemistry, Edisi 3. Prentice-Hall, hal. 140–142
Okdayani, Y. 2010. Penentuan Kadar Air dalam Serbuk UO2 dengan Metoda
Gravimetri. Hasil-Hasil Penelitian EBN, Volume 12. No. 7.
Sudarmadji, S. 2003. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM.
Sulistyarti, H. 2017. Kimia Analisa Dasar Untuk Analisis Kualitatif. Malang : UB
Press.
Vannesa. 2008. Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu dari Gliserin. Medan : PT. Sinar
Oleochemical International.
World Health Organization. 1998. Quality Control Methods for Medicinal Plant
Materials. Geneva.