I.
Tujuan
II.
III.
Bahan
Kulit Buah Lerak
Aquadest
Prosedur
Sapindus Rarak Fructus dihaluskan,lalu diitimbang dengan tepat
sebanyak 1 gram dan 0,5 gram. Lerak yang sudah dihaluskan tersebut dimasukan
ke dalam beaker glass 500ml yang berisi 100 ml aquadest mendidih, lalu
dibiarkan selama 30 menit. Dinginkan dan saring ke labu takar 100ml. Aquadest
ditambahkan melalui kertas saring untuk menggenapkan volume.
Buat satu seri pengenceran dalam tabung reaksi tertutup sebagai berikut:
No.Tabung
Rebusan
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
Simplisisa (ml)
Aquadest (ml)
Setelah dibuat pengenceran dengan ukuran seperti pada table, tabung reaksi ditutup
dan dikocok kearah memanjang selama 15 detik dengan frekuensi 2 kocokan
perdetik. Lalu biarkan selama 15 menit hingga busa dapat diukur.
lakukan analisis sebagai berikut :
a.
Jika tinggi busa pada setiap tabung kurang dari 1 cm, maka indeks busanya
kurang dari 100.
b. Jika tinggi busa 1 cm terdapat pada salah satu tabung, maka volume
dekokta(rebusan) bahan tumbuhan dalam tabung tersebut ditetapkan sebagai
parameter a yang nantinya akan digunakan untuk menentukan indeks busa.
c. Namun jika terpilih merupakan tabung nomer 1 dan nomer 2 dari seri tersebut,
maka harus dilakukan pengenceran kembali yang lebih rinci untuk mendapatkan
hasil lebih yang akurat.
d. Jika tinggi busa pada setiap tabung lebih dari 1 cm, maka indeks busanya lebih
dari 1000. Dalam hal ini ulangi pengujian dengan menggunakan rangkaian seri
baru dari dekokta untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Lalu hitung indeks pembusaan dengan rumus :
1000
a
a = volume (ml) dekokta terpilih yang memiliki tinggi busa 1 cm (berdasarkan
hasil pengamatan)
IV.
IV.1.
Hasil Pengamatan
Nama simplisia
Nama latin simplisia
Nama latin tumbuhan
Pengamatan pembusaan :
No Tabung
Rebusan
1
0,
Simplisia (ml)
Aquadest (ml)
5
9,
Tinggi Busa
5
0,
1,
(cm)
1,5
2,5
3,5
8,5
7,5
6,5
3,5
9
4,
10
5
5
5,
5
6,
No Tabung
Rebusan Simplisia
(ml)
Aquadest (ml)
Tinggi Busa (cm)
IV.2.
10
10
9
0,3
8
0,4
7
0,4
6
1
5
0,5
4
1,1
3
1,2
2
0,6
1
0,8
0,9
Hasil Perhitungan
1000
a
Ket : a
Indeks Busa =
1000
1 mL
= 1000
V.
1000
4
= 250
Pembahasan
yang
beracun
sering
disebut
dengan sapotoxin.
Sapotoxin
lainnya.
Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi.
Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula
empiris yang mendekati
Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau
hemolisis pada darah. Saponin bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan
banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan. Saponin yang bersifat
keras atau racun biasa disebut sebagai Sapotoksin. Kematian pada ikan,
mungkin disebabkan oleh gangguan pernafasan. Ikan yang mati karena racun
saponin, tidak toksik untuk manusia bila dimakan. Tidak toksiknya untuk
manusia dapat diketahui dari minuman seperti bir yang busanya disebabkan
oleh saponin. Contoh glikosida lain adalah tioglikosida dan bensiltioglikosida.
karena
dapat
merendahkan
tegangan
permukaan (surface
(Dioscorea
foenum
graceum).
molekul
relatif
tinggi,
dan
analisis
hanya
pada
sel
membran
protozoa
sehingga
menyebabkan
sifat-sifat tersebut,
kegunaan yang sangat luas, antara lain sebagai detergen, pembentuk busa
pada alat pemadam kebakaran, pembentuk busa pada industri sampo dan
digunakan dalam industri farmasi serta dalam bidang fotografi (Nio, Oey
Kam,1989).
Berdasarkan struktur aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid.
terkandung
di dalam
dan jamur, pada beberapa tanaman (misalnya dari gandum dan bayam) juga
dapat meningkatkan penyerapan gizi dan membantu pencernaan hewan.
Namun pada konsentrasi tinggi seperti yang terdapat dalam lerak, ki sabun
atau daun saga saponin memiliki efek toksin yang dapat mengancam
kehidupan sebagian hewan (terutama hewan berdarah dingin). (Nio, Oey
Kam,1989).
Untuk
manusia,
saponin
juga
tidak
bersifat
toksik
selama
konsentrasinya tidak tinggi, dapat diketahui dari minuman seperti bir yang
busanya disebabkan oleh saponin. Tetapi bila dijadikan sediaan obat,
saponin yang merupakan glikosida yang bila dihidrolisa dengan enzim
menghasilkan tiosianat, isotiosianat dan bensilsianat yang merupakan racun
dan mempunyai sifat antitiroid(Nio, Oey Kam,1989).
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Sapindales
Famili: Sapindaceae
Genus: Sapindus
Spesies: Sapindus rarak Dc
rumus
1000
. Dimana a merupakan volume (mL) dekokta terpilih yang
a
memiliki tinggi busa 1 cm. Kandungan dari buah lerak itu mengandung
senyawa saponin, alkaloid, ateroid, dan terpen pada buah lerak masingmasing berurutan mengandung bahan aktif sebesar 12%, 1%, 0,036% dan
0,029% (Greer JP, 2006).
Nilai indeks pembusaan tersebut dapat mengindikasikan aman
tidaknya suatu tanaman untuk dijadikan sediaan obat. Sehingga dapat
disimpulkan tanaman yang memiliki indeks pembusaan yang besar seperti
kulit buah lerak tidak dapat dijadikan sebagai sediaan obat, karena dapat
menimbulkan efek dari sapotoksin yang menyebabkan gangguan perut
yang parah, merusak sel darah merah atau timbulnya gangguan saraf pusat
jantung.
Contoh produk farmasi yang mengandung saponin adalah susu
kedelai, saponin yang terkandung dalam kacang kedelai merupakan soya
saponin. Saponin ini terdapat di bagian biji kedelai. Tidak hanya kedelai
mentah, produk-produk kedelai juga diketahui mengandung saponin, yaitu
seperti tempe, tahu, dan lain sebagainya.
VI.
Kesimpulan
Nilai indeks busa simplisia kulit buah rarak yaitu lebih dari 1000, nilai
indeks pembusaan tersebut dapat mengindikasikan bahwa kulit buah rarak tidak
aman untuk dijadikan sediaan obat karena banyak mengandung Sapotoxin yang
VII.
Daftar Pustaka
Amirth,Pal,Singh,.2002 . A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd
Greer JP, Foerster J, Lukens, JN, Rodgers. 2006. Blood coagulation and
fibrinolysis . In: Wintrobes clinical hematology. 11 thed, Philadelphia : Lippincot
williams and wilkins.
Hostettmann, K.; A. Marston.1995.Saponins. Cambridge: Cambridge
University Press.
Jaya, Ara. 2010. Metode Fitokimia. Penerbit ITB. Bandung.
Nio, Oey Kam dra.1989.Zat-zat Toksik yang Secara Alamiah Ada pada Bahan
Makanan Nabati dalam majalah Cermin Dunia Kedokteran No. 58 1989 2.
LAMPIRAN
Syamsul Rizal M
Muhamad Rizal S
Yoesoef A.W
Miss Sofia aboo
Wini Mulyani D
Fuji Kristianti
: Judul, Pembahasan
: Cover, Prosedur
: Data pengamatan dan Tujuan, Prinsip
: Kesimpulan
: Alat dan Bahan, Perhitungan
:, Daftar Pustaka, Kesimpulan