Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa buih yang disebabkan
karenakita mengkocok suatu tanaman ke dalam air. Secara fisika buih ini timbul karena
adanyapenurunan

tegangan

permukaan

pada

cairan

(air).

Penurunan

tegangan

permukaandisebabkan karena adanya senyawa sabun (bahasa latin = sapo) yang dapatmengkacaukan
ikatan hidrogen pada air. Senyawa sabun ini biasanya memiliki dua bagianyang tidak sama
sifat kepolaranya.
Dalam tumbuhan tertentu mengandung senyawa sabun yang biasa disebut
saponin.Saponin berbeda struktur dengan senyawa sabun yang ada. Saponin merupakan
jenisglikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari glikon (Glukosa, fruktosa,dll)
danaglikon (senyawa bahan alam lainya). Saponin umumnya berasa pahit dan
dapatmembentuk buih saat dikocok dengan air. Selain itu juga bersifat beracun untuk
beberapa hewan berdarah dingin.
Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan
triterpen.Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat. Steroid
saponin

dihidrolisis

menghasilkan

suatu

aglikon

yang

dikenal

sebagai

saraponin.Dihidrolisismenghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin. Masing-masing


senyawa ini banyak dihasilkan di dalam tumbuhan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis menyusun makalah mengenai
keterangan lengkap salah satu metabolit sekunder yang ada dalam tanaman yakni saponin
mulai dari pengertian, klasifikasi, jalur biosintesis hingga tanaman penghasil saponin.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud saponin dan bagaimana struktur umum saponin?
2. Bagaimana sifat dan ciri-ciri saponin?
3. Bagaimana jalur biosintesis saponin?
4. Bagaimana klasifikasi senyawa saponin?
5. Apa saja tanaman penghasil saponin?
6. Apa manfaat saponin dalam dunia farmasi/dalam tahap pengembangan obat?
1

7. Bagaimana cara skrining fitokimia dan identifikasi saponin dengan metode lainnya?

1.3 Tujuan Makalah


Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Pengertian dan struktur umum saponin
2. Sifat dan ciri-ciri saponin
3. Jalur biosintesis saponin
4. Klasifikasi senyawa saponin
5. Beberapa tanaman penghasil saponin
6. Manfaat saponin dalam dunia farmasi/dalam tahap pengembangan obat
7. Skrining fitokimia dan identifikasi saponin dengan metode lainnya

1.4 Kegunaan Makalah


Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis
maupun

secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengetahuan dan

informasi tentang saponin. Praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :


1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang
saponin dalam farmakognosi umum.
2. Pembaca, sebagai media informasi baru ataupun media informasi tambahan tentang
saponin dalam farmakognosi umum.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Pustaka
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada
tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk
busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam. Saponin
merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar,
dengan kegunaan luas. Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun
Sapo berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan
busa bila dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal juga
jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida struktur steroid tertentu yang
mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut
dalam eter. Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam
atau hidrolisis memakai enzim (Robinson,1995).
Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua yaitu saponin steroid
dan saponin triterpenoid.
a. Saponin steroid
Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Saponin jenis ini
memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan.
Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena
memiliki efek kuat terhadap jantung.

Salah satu contoh saponin jenis ini adalahAsparagosida (Asparagus sarmentosus),


Senyawa ini terkandung di dalam tumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan
hutan kering afrika. Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat anti nyeri dan rematik
oleh orang afrika (Anonim, 2009).

b. Saponin triterpenoid
Tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan
suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan
lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine (Amirt
Pal,2002).

Salah satu jenis saponin ini adalah asiatosida. Senyawa ini terdapat pada tumbuhan
Gatu kola yang tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai antibiotik
(Anonim, 2009).
Identifikasi Saponin : Sampel dididihkan dengan 20 ml air dalam penangas air. Filtrat
dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Terbentuknya busa yang stabil berarti positif
terdapat saponin (Harborne, 1987).
Saponin

adalah

suatu

glikosida

yang

larut

dalam

air

dan

mempunyai

karakteristik dapat membentuk busa apabila dikocok, serta mempunyai kemampuan


menghemolisis sel darah merah. Saponin mempunyai toksisitas yang tinggi. Berdasarkan
strukturnya

saponin

dapat

mempunyai

rangka

steroid

dibedakan
dan

menjadi

saponin

yang

dua

macam yaitu

saponin

mempunyai rangka

yang

triterpenoid.

Berdasarkan pada strukturnya saponin akan memberikan reaksi warna yang karakteristik
dengan pereaksi Liebermann-Buchard (LB) (Harborne, 1987).

2.2 Pembahasan
2.2.1 Pengertian Dan Struktur Umum Saponin
Saponin mempunyai sifat-sifat khas yakni dapat membentuk larutan koloidal
dalam air dan membuih bila dikocok. Glikosida saponin bias berupa saponin steroid
maupun saponin triterpenoid. Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan
menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin
4

juga bersifat bias menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat
racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya digunakan sebagai racunV
ikan. Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Ini
merupakan suatu senyawa yang

mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat

dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi keras atau beracun
seringkali disebut sebagai sapotoksin. Saponin merupakan senyawa kimia yang berasal
dari metabolit sekunder yang banyak di peroleh dari bahan alami seperti tumbuhan dan
hewan. Yang berbentuk dari gugusan gula yang bersinambungan dengan aglikon atau
sapogenin, dan ini menjadikan racun bagi binatang yang berdarah dingin.
Secara struktural komposisinya terdiri dari satu atau lebih gugus hidrofilik glikosida yang
dikombinasikan dengan derivat triterpen lipofilik.
Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian
tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam
tumbuh-tumbuhan sebagai penyimpan karbohidrat atau merupakan weste product dan
metabolisme tumbuh-tumbuhan, lainnya adalah sebagai pelindung terhadap serangan
serangga.
Terdapat tiga kelas saponin untuk menunjukkan struktur saponin secara umum, yakni :
1. Steroid Neutral Class

2. Steroid Alkaloid Class

3. Triterpenoid Class

Triterpenoid saponin dapat terjadi dalam bentuk bebas (aglikon) atau sapogenin,
akan tetapi steroid saponin selalu dalam bentuk saponin dan tidak pernah bebas sebagai
aglikon. Karbohidrat residu terikat dengan aglikon melalui ikatan eter atau ester.

2.2.2 Sifat Dan Ciri Saponin


Sifat-sifat saponin :
a. Mempunyai rasa pahit
b. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid lainya
c. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
d. Berat molekul relative tinggi dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang
mendekati struktur kimianya
e. Dapat menurunkan tegangan permukaan (Surface tension) dengan hidrolisis lengkap
sehingga akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (heksosa, pentose, dan
Saccharic acid) (Kim Nio,1989).
Ciri-ciri saponin :
a. Dalam larutan air membentuk busa stabil
b. Menghemolisa eritrosit untuk hewan berdarah dingin
c. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi

2.2.3 Jalur biosintesis saponin


Biosintesis pada kedua jenis senyawa ini hampir sama baik yakni antara saponin
dengan steroid maupun triterpen. Semua senyawa ini melalui jalur asam mevalonat yang
diperoleh dariasetil CoA . Sebelum membentuk steroid biosintesis ini membentuk
senyawa squalene yang merupakan jenis triterpen gabungan dari dua farnesil
6

piroposfat.Setelah membentuk squalene, maka terjadi reaksi oksidasi pada atom C nomor
3 sehingga terbentuk OH, setelah itu terjadi pembentukan epoksidasqualene. Senyawa ini
akan terjadi siklisasi menjadi lanosterol yang merupakan bentuk dasar dari senyawa
steroid(Arifin,1986).
Sedangkan perbedaannya dengan triterpen adalah pada jumlah cincin dan bentuk
cincin keempat dan kelima, pada triterpen masing-masing cincin tersebut memiliki 5
atomkarbon.
Jalur pembentukan biosintesis saponin dengan steroid :

Jalur pembentukan biosintesis saponin baik dengan steroid maupun triterpen :

2.2.4 Klasifikasi dan struktur tiap senyawa saponin


Macam-macam saponin berbeda sekali komponen kimianya, yaitu berbeda pada
aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya sehingga tumbuhan-tumbuhan tertentu dapat
mempunyai macam-macam saponin yang berlainan seperti :
a. Quilage saponin, Campuran dari 3 atau 4 saponin
b. Alfafa saponin, Campuran dari paling sedikit 5 saponin
c. Soy Bean saponin, terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dengan sapogenin atau
karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya.
Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua yaitu saponin
steroid dan saponin triterpenoid.
a. Saponin steroid
Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin
dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini
memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos.
Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan
sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki
8

aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan. Jembatan
ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek
kuat terhadap jantung.

Salah satu contoh saponin jenis ini adalahAsparagosida (Asparagus sarmentosus),


Senyawa ini terkandung di dalam tumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup
dikawasan hutan kering afrika. Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat anti nyeri
dan rematik oleh orang afrika (Anonim, 2009).

c. Saponin triterpenoid
Tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis
menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang
mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah
turunan -amyrine (Amirt Pal,2002).

Salah satu jenis saponin ini adalah asiatosida. Senyawa ini terdapat pada
tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai
antibiotik (Anonim, 2009).

2.2.5 Tanaman Penghasil Saponin


A. Sapogenin Steroid Dan Sumber Tanaman Penghasil

Gambar : Struktur umum dan Contoh saponin steroid

Sapogenin

TanamanPenghasil

Habitat

Diosgenin

Dioscoreasylvatica

Transvaal dan Natal

D. mexicana, D. composita

Meksiko, Amerika tengah

D deltoidea, D. prazeri

India

D. hispida

Indonesia

D. colletii, D. pathaica,

Cina

Costussp

India

Trillium sp

Amerika Utara

Trigonellafoenumgraecum

India, Mesir, Moroko

Agave sisalana

Amerika sub tropik

Agave americana

Asia, Indonesia

Hecogenin

10

Sarsapogenin

Sarmentogenin

Hechtiatexensis

Amerika tengah

Yucca sp

Amerika tengah

Smilax sp

Amerika tengah

Strophanthussp

Afrika

Contoh saponin steroid :


1) Diosgenin
a. Klabet (Trigonella foenumgraecum L.)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

:Rosidae

Ordo

:Fabales

Famili

: Fabaceae(suku polong-polongan)

Genus

: Trigonella

Spesies

: Trigonella foenumgraecum L.

Klabet (Trigonella foenumgraecum L.) merupakan tumbuhan herba, tegak,


tinggi 30 cm sampai 60 cm, dari suku Papilionaceae. Klabet mempunyai potensi yang
besar untuk pengembangan obat, karena besar harapan dapat menyaingi tanaman
Dioscorea sp. sebagai penghasil diosgenin, prekursor hormon kontrasepsi, kaya akan
fitoesterogen. Di Eropa digunakan sebagai pelancar ASI (Simplisia klabet
mengandung minyak lemak 20-30%, lendir, trigonelin se-bagai basa kuaterner,
nikotinamida, kholin, dan saponin, sapogenin steroid antara lain diosgenin dan
11

dilaporkan mengandung 0,8 2,2 % sebagai basa bebas. Klabet dapat berfungsi
sebagai galaktogoga yang baik. Suatu penelitian terhadap 10 wanita, signifikan dapat
meningkatkan volume ASI. Pro-tein yang terkandung dalam biji klabet mempunyai
angka banding lisin-arginin yang rendah. Selain itu dalam biji klabet terdapat 16 asam
amino lain, karbohidrat, serat, mineral. Biji klabet di Indonesia kurang men-dapat
perhatian untuk dikembangkan menuju arah fitofarmaka atau kearah penemuan obat
baru, walaupun potensinya sangat besar. Budidaya klabet sangat mudah, panen
dilaku-kan pada saat tanaman berumur 3-4 bulan, setiap kali panen menghasilkan biji
antara 600 900 kg untuk setiap hektar laha
b. Costus sp

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas

: Commelinidae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae(suku jahe-jahean)

Genus

: Costus

Spesies

: Costus megalobrachtea K.Sch

Merupakan tanaman semak dengan tinggi 1-1,5 m. Batangnya tegak, silindris,


lunak, batang di dalam tanah membentuk rimpang, hijau pucat. Daunnya tunggal,
berseling, lonjong, tepi rata, ujung runcing, pangkal membulat, panjang 8-15 cm,
lebar 6-8 cm, pertulangan melengkung, permukaan halus, hijau pucat. Bunganya
majemuk, bentuk tandan, di ujung batang, kelopak lonjong, tiga helai, ungu, benang
12

sari 4-6 cm, kepala sari bentuk ginjal, coklat, tangkai putik silindris, putih keunguan,
kepala putik bentuk corong, kuning, mahkota bentuk corong, panjang 3-4 cm, putih.
Buahnya kotak, bulat telur, diameter 1-1,5 cm, merah. Bijinya bulat bersegi, diameter
0,5 cm, hitam. Akarnya serabut berwarna putih.
Rimpang Costus megalobrachtea berkhasiat sebagai obat bengkak. Untuk obat
bengkak dipakai 100 gram rirnpang Costus megalobrachtea, dicuci dan diparut. Hasil
parutan ditempelkan pada bagian yang bengkak dan dibalut dengan kain bersih.

c. D. hispida

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas

: Liliidae

Ordo

: Liliales

Famili

: Dioscoreaceae

Genus

: Dioscorea

Spesies

: Dioscorea hispida Dennst

Tanaman Gadung (Discorea hispidadennst) merupakan perdu memanjat yang


tingginya antara 5 10 meter. Batangnya bulat, berbulu serta berduri yang tersebar
pada batang dan daun. Daunnya adalah daun majemuk yang terdiri dari tiga helai atau
lebih, berbentuk jantung dan berurat seperti jala. Bunga tumbuhan ini terletak pada
ketiak daun, tersusun dalam bulir dan berbulu. Pada pangkal batang tumbuhan
Gadung terdapat umbi yang besar dan kaku yang terletak didalam tanah . Kulit umbi
berwarna gading atau cokelat muda dan daging umbinya berwarna kuning atau putih
13

gading. Perbanyakan tumbuhan ini dengan menggunakan umbinya. Kandungan kimia


pada tumbuhan gadung ini yaitu dioscorine (racun), saponin, amilim, CaC O ,
antidotum, besi, kalsium, lemak, 2 4 garam, fosfat, protein dan vitamin B1. Dan
bagian yang dimanfaatkan sebagai pestisida alami adalah bagian umbinya.
Kandungan sapogenin steroid pada umbi gadung berhubungan dengan hormon
sex dan cortecosteroid. Zat-zat tersebut kini digunakan sebagai sumber diosgenin
yang bermanfaat untuk pembuatan alat kontrasepsi oral, hormon sex, dan untuk
kesehatan kelenjar hormon. Tumbuhkan dari umbi ini biasanya digunakan sebagia
antiseptik oles, sedangkan air rebusannya diminum untuk mengobati rematik yang
kronis.

2) Hecogenin
a. Sisal (Agave sisalana)

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas

: Liliidae

Ordo

: Liliales

Famili

: Agavaceae

Genus

: Agave

Spesies

: Agave sisalana Perrine

Sisal (Agave sisalana Perrine) merupakan tanaman penghasil serat dari


daunnya setelah melalui proses penyeratan. Tanaman yang termasuk dalam keluarga
agavaceae ini berasal dari meksiko yang beriklim sedang, dan terus berkembang
seiring dengan kemajuan kebutuhan untuk bahan baku tali temali dan industri lainnya
14

hingga ke beberapa negara di daerah sub tropis maupun daerah daerah tropis. Agave
sisalana (sisal) dibawa ke Indonesia pada tahun 1913. Ciri ciri tanaman sisal yakni
warna daun hijau, tepi daun berduri, berjarak agak renggang dan tahan kering serta
produksi serat tinggi

b. Agave americana

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas

: Liliidae

Ordo

: Liliales

Famili

: Agavaceae

Genus

: Agave

Spesies

: Agave americana L.

Agave americana merupakan salah satu jenis tanaman agave yang berasal dari
Meksiko. Kini, tanaman tersebut telah dibudidayakan di seluruh dunia. Agave
americana mempunyai daun selebar 4 meter dengan panjang 2 meter. Daun tanaman
ini berduri di bagian pinggirnya dengan duri besar di bagian ujungnya. Bunganya
berwarna kuning, dengan tinggi mencapai 8 meter, namun jarang berbunga. Setelah
berbunga, umumnya tanaman ini mati. Umur tanaman ini sekitar 25 tahun.
Getah tanaman Agave americana bermanfaat sebagai diuretika dan obat cuci
perut. Jus daun Agave americana bisa dioleskan untuk mengobati luka memar.
Minuman jus tersebut juga dapat berguna untuk mengobati hepatitis, konstipasi, asam
lambung, disentri, dan keluhan lain akibat gangguan system pencernaan. Daun
tanaman ini diketahui mengandung hormone steroid
15

3) Sarsapogenin
a. Yucca sp

Tanaman ini mempunyai bagian ujung berupa kumpulan daun yang berbentuk
seperti mahkota, tinggi tanaman 3-5 kaki. Yucca yang dewasa dapat dipakai untuk
tanaman hias dalam ruangan yang besar. Yucca membutuhkan pengairan yang baik.
Bunganya berbentuk lonceng, berwarna putih akan muncul setelah beberapa tahun.
b. Smilax sp

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas

: Liliidae

Ordo

: Liliales

Famili

: Smilacaceae

Genus

: Smilax

Spesies

: Smilax leucophylla

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan memanjat dengan batang yang pipih dan
memiliki duri yang kuat atas batang. Daunnya luas dan berbentuk oval serta
meruncing ke ujungnya. Pangkal daun juga mengecil ke tangkai daun, menyerupai
pisau, dengan panjang 19 cm dan lebar 11 cm, panjang tangkai daun 2 cm.
16

B. Saponin Triterpenoid

Gambar : Struktur umum dan Contoh saponin triterpenoid

Saponin triterpenoid jarang ditemukan pada Monokotil, namun banyak ditemukan


pada tumbuhan Dikotil, seperti pada Sapindaceae ; Caryophyllaceae ; Sapotaceae ;
Pollygallaceae .
Saponin triterpenoid ini dapat dibedakan dalam 3 golongan yang diwakili oleh:Alpha
Amyrin ; Beta Amyrin ; Lupeol.

17

Contoh tanaman penghasil saponin triterpenoid yaitu :


a. Binahong (Anredera cordifolia)

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Hamamelidae

Ordo

: Caryophyllales

Famili

:Basellaceae

Genus

: Anredera

Spesies

: Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

Tanaman binahong (Anredera cordifolia(Tenore) Steenis) adalah tanaman


obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal dari
dataran Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi. Binahong tumbuh
menjalar dan panjangnya dapat mencapai 5 meter, berbatang lunak berbentuk silindris
dan pada ketiak daun terdapat seperti umbi yang bertekstur kasar. Daunnya tunggal
dan mempunyai tangkai pendek, bersusun berselang-seling dan berbentuk jantung.
Panjang daun antara 5-10 cm dan mempunyai lebar antara 3-7 cm. Seluruh bagian
tanaman binahong dapat dimanfaatkan, mulai dari akar, batang, daun, umbi dan
bunganya.
Pendekatan skrining fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan
kimiadalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, bunga, buah, dan biji),
terutama kandungan metabolit sekunder, yaitu alkaloid, antrakinon, flavonoid,
kumarin, saponin (steroid dan triterpenoid), tannin(polifenolat), minyak atsiri
(terpenoid), dan sebagainya.
18

Seluruh bagian tanaman menjalar ini berkhasiat mulai dari akar, batang, dan
daunnya. pemanfaatannya bisa direbus atau dimakan sebagai lalapan untuk daunnya.
Khasiat dari tanaman binahong adalah melancarkan dan menormalkan peredaran dan
tekanan darah, mencegah stroke, asam urat, maag, menambah dan mengembalikan
vitalitas daya tahan tubuh, ambeien, melancarkan buang air kecil, buang air besar,
diabetes, rematik, asam urat dan sariawan berat.
a. Pegagan (Centella asiatica)

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Rosidae

Ordo

: Apiales

Famili

: Apiaceae

Genus

: Centella

Spesies

: Centella asiatica (L.) Urban

Pegagan merupakan terna tahunan tanpa batang, tetapi memiliki rimpang


pendek dan stolon-stolon yang merayap dengan panjang 10-80 cm. akar keluar dari
setiap bonggol dan memiliki banyak cabang yang membentuk tumbuhan baru. Daun
tunggal, bertangkai panjang sekitar 5-15 cm, berbentukginjal, tepi bergerigi atau
beringgit, tersusun dalam roset yang terdiri atas 2-10 helai daun serta kadang-kadang
agak berambut. Bunga berwarna putih atau merah muda, tersusun dalam karangan
berupa payung, tunggal atau 3-5 bersama-sama keluar dari ketiak daun. Buah kecil,
bergantung, berbentuk lonjong atau pipih, baunya wangi dan berasa pahit.
19

Selain saponin triterpenoid, senyawa lain yang dikandung yaitu asiaticoside,


thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic
acid, meso-inositol, centellose, carotenoids, garam-garam mineral seperti garam
kalium.
Pegagan berkhasiat dalam mengobati hepatitis, lepra, capak, demam, amandel
(tonsilis), sakit tenggorokan, bronkhitis, infeksi batu saluran kencing, mata merah,
wasir, keracunan, muntah darah, batuk darah, mimisan dan cacingan.
b. Jiaogulan (Gynostemma pentaphyllum)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Dilleniidae

Ordo

: Violales

Famili

: Cucurbitaceae (suku labu-labuan)

Genus

: Gynostemma

Spesies

: Gynostemma pentaphyllum

Gynostemma pentaphyllum, atau yang disebut juga jiaogulan adalah tanaman


merambat berumah dua (dioecious) dari keluarga Cucurbitaceae asli selatan Cina,
Vietnam utara, Korea selatan, dan Jepang. Jiaogulan dikenal sebagai obat herbal
karena memiliki antioksidan kuat dan efek adaptogenik yang dipercaya dapat
meningkatkan umur panjang. Penelitian farmakologi telah menunjukkan sejumlah
khasiat dari Jiaogulan, seperti menurunkan kolesterol dan tekanan darah tinggi,
memperkuat kekebalan tubuh, dan menghambat tumor.

20

c. Gambas (Luffa acutangula L. Roxb)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Dilleniidae

Ordo

: Violales

Famili

: Cucurbitaceae (suku labu-labuan)

Genus

: Luffa

Spesies

: Luffa acutangula L. Roxb.

Gambas atau oyong adalah tanaman setahun dengan batang memanjat dan
jagur. Tanaman ini termasuk dalam suku labu-labuan atau Cucurbitaceae. Ciri-ciri
dari tanaman ini yaitu pada daun memiliki tekstur permukaan yang kasar yang amat
mirip dengan daun mentimun, tetapi lebih besar dan bersudut lebih banyak dengan
cuping yang lebih beragam. Batangnya bersudut empat atau lima dengan sulur
bercabang. Bunga berwarna kuning, berdiameter sekitar 5 cm. Bunga jantan 5-10
kuntum, berkelompok dalam tandan dan ketiak daun sedangkan bunga betina tumbuh
tunggal dan juga terbentuk padaketiak daun yang sama. Bunga Luffa acutangula
berbunga pada sore hari. Penyerbukan sangat kurang sehingga, dapat menyebabkan
buah terbentuk tidak sempurna. Perlakuan dengan zat pengatur tumbuh,asam indol
asetat (Indole Acetic Acetat IAA) dapat mengurangi nisbah bunga jantan terhadap
bunga betina dan hari pendek cenderung meningkatkan pembungaan betina. Pada saat
penyerbukan tidak memadai, banyak terbentuk biji hitam pipih, panjang sekitar 12
mm dan lebar 8 mm.

21

2.2.6 Manfaat Saponin Dalam Farmasi


a. Saponin mempengaruhi sistim imun
Telah dilaporkan bahwa Saponin dapat menginduksi produksi dari
cytokine seperti interleukin dan interferon yang mungkin dapat memediasi efek
immunostimulan. Seponin juga telah dibuktikan dapat meningkatkan respon
immun melalui immunisasi oral. Hal ini disebabkan saponin dapat meningkatkan
pengambilan (up take) antigen oleh usus dan sel mukosa yang lain (misalnya
hidung).
Menurut Odaet al.(2000) secara keseluruhan juxta-position dari gugus
fungsional hidrofilik dan hidrofobik lebih penting dari pada perbedaan struktur dari
masing-masing kelompok yang memberikan kontribusi pengaruhnya saponin
sebagai adjuvan.Contoh Saponin yang dapat meningkatkan immun respon:
Panax ginseng C. A. Meyer saponins, Quillaja saponins, dan Lonicerajaponica.
b. Saponin sebagai anti kanker
Saponin Ginsenosides, dammaranes, mempunyai efek anti tumor dengan
menghambat penyebaran melalui pembuluh darah dengan mekanisme supresi
inducer dalam sel endotel sehingga mencegah pelekatan (adhering), invasi, dan
metastasis. Dioscin, suatu Saponin steroid dan Aglycone diosgenin mempunyai
efek anti tumor dengan menghentikan siklus sel (cell cycle arrest) dan apoptosis.
Platycodon D, salah satu platycodigenin, potensial sebagai khemoterapi
mempunyai efek apoptosis melalui jalur caspase-3 dependent PARP, pemecahan
lamin A dan Egr-1 aktivasi akibat induksi ROS. Dioscin, suatu Saponin steroid dan
Aglycone diosgenin mempunyai efek anti tumor dengan menghentikan siklus sel
(cell cycle arrest) dan apoptosis.
Platycodon D, Salah satu platycodigenin, potensial sebagai khemoterapi
mempunyai efek apoptosis melalui jalur caspase-3 dependent PARP, pemecahan
lamin A dan Egr-1 aktivasi akibat induksi ROS.
Deltonon, suatu saponin steroida yang diisolasi dari dioscorea zingiberensis
Wright rhamno pyranosyl (1o2)]-E-D-gluco-pyranoside mempunya efek anti
kanker dengan menghentikan pembelahan sel melalui fase G2-M.
Tubeimoside II mempunyai aktifivas anti kanker lebih besar dibandingkan
dengan tubeimoside I, ini karena tubeimoside II mempunyai gugus OH pada C 16,
22

Sedangkan tubeimoside I tidak punya. Lain daripada itu tubeimoside II mempunyai


efek samping yang lebih ringan.

Gambar. Saponin Triterpenoid Tubeimoside (Famili Cucurbitaceae Species Bolbostemma P.)

c. Efek Anti Oksidan


Suatu kelas saponin yang terdapat dalam soya (group B soya saponin)
mempunyai efek anti oksidan dan radikal scavenger dengan membentuk
hidroperoxida sebagai senyawa antara.
d. Efek Anti Rematik
Yang termasuk kelas kalopanax saponin A misalnya hederagenin glycoside
dari Kalopanax pictus dapat menghambat LPS-induced INOS, menghambat
COX-2 protein expression dan menghambat produksi NO, PG E2 dan TNF-.
Secara klinik dapat menghambat timbulnya edem, proses aglutinasi dan
permeabilitas vaskuler.
e. Menurunkan Glukosa Darah
Dengan menghambat pengosongan lambung (escins I a dan II b, calenda
saponins, momordinIc) mempunyai aktivitas seperti insulin, dapat menghambat
lipolisis, meningkatkan glukosa up take oleh sel adipose (Assamicins I dan II).
f. Mempunyai Aktivitas anti virus
Menghambat replikasi virus HIV-1, dengan menghambat aktivitas protease
(triterpenoid sapogenin asam oleonolat). Dengan membunuh virus (virucidal)
(Maesa saponins dengan 21,22 diacylasi, saiko saponin buddle jasponin IV)
23

g. Pengaruhnya terhadap metabolism kolesterol


Saponin yang berasal dari soya bean, lucerne dan chickpea dapat
menurunkan kolesterol darah dengan jalan mengikat asam empedu dalam usus.
Asam empedu dibuat dari kolesterol. Biasanya 98 % asam empedu diserap kembali
oleh usus (sirkulasi enterohepatik). Dengan menghambat penyerapan kembali asam
empedu dan dibuang maka asam empedu dibuat lagi dari kolesterol demikian
seterusnya sehingga kolesterol darah menurun.
Pemberian quillaja saponin pada binatang coba tilapia (sampai dengan
300 mg/kg) tidak menurunkan serum kolesterol. Jadi tidak semua saponin
menurunkan kolesterol darah.
h. Kegunaan lainnya
1. Zat saponin yang terdapat padatan aman lidah buaya berfungsi sebagai
pembersih atau juga bias sebagai antiseptik.
2. Sebagai pembasmi hama udang.
3. Sebagai detergen pada industri tekstil.
4. Sebagai pembentuk busa pada alat pemadam kebakaran.
5. Sebagai bahan dalam pembuatan sampo
6. Saponin terdapat dalam perak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci
kain (batik)

2.2.7 Skrining fitokimia dan identifikasi saponin


Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa
metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit
sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa tersebut dapat
diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap
golongan dari metabolit sekunder. Berbagai metode yang dapat digunakan untuk
identifikasi metabolit sekunder yang terdapat pada suatu ekstrak , khususnya saponin
antara lain :
Saponin adalah suatu glikosida yang larut dalam air dan mempunyai
karakteristik

dapat

membentuk

busa

apabila

dikocok,

serta

mempunyai

kemampuan menghemolisis sel darah merah. Saponin mempunyai toksisitas yang tinggi.
Berdasarkan strukturnya saponin dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
24

saponin yang mempunyai rangka steroid dan saponin yang mempunyai rangka
triterpenoid.
a. Berdasarkan pada strukturnya saponin akan memberikan reaksi warna yang
karakteristik

dengan

pereaksi

Liebermann-Buchard

(LB). Uji warna

Simplisia sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi

yang telah

berisikan kloroform 10 ml, dipanaskan selama 5 menit dengan penangas air


sambil dikocok. Kemudian ditambahkan beberapa tetes pereaksi LebermanBuchard. Jika terbentuk cincin coklat atau violet maka menunjukkan adanya
saponin triterpen, sedangkan warna hijau atau biru menunjukkan adanya
saponin steroid.
b. Uji saponin ini sebaiknya digunakan sampel yang telah dikeringkan, karena test
yang digunakan adalah test pembentukan busa. Bila sampel yang basah
dididihkan dengan air suling, kemungkinan cairan sel akan membentuk busa
bila dikocok. Sampel kering dirajang halus, dimasukan kedalam tabung reaksi
dan ditambahkan air suling, didihkan selama 2-3 menit. Dinginkan, setelah
dingin dikocok dengan kuat. Adanya busa yang stabil selama 5 menit berarti
sampel mengandung saponin.
c. Identifikasi lain untuk senyawa saponin dapat dilakukan dengan KLT Lempeng
alumunium silika gel GF 254 Merck. Disiapkan plat KLT dengan ukuran
panjang 10 cm dan lebar 3 cm. Ekstrak kental yang telah dilarutkan dengan
alkohol 95% ditotolkan pada lempeng tepi bawah dan diangin-anginkan
beberapa saat. Lempeng dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen yaitu
campuran homogen lapisan bawah pelarut antara kloroform : metanol : aquades
(13:7:2). Lempeng dibiarkan terelusi hingga eluen merambat sampai pada
tanda garis tepi atas lempeng kemudian dikeluarkan dan dikeringkan di udara.
Pengamatan noda menggunakan lampu UV 254 dan 366 nm. Lempeng juga
disemprotkan dengan pereaksi LB dan dipanaskan pada suhu 110oC selama 10
menit untuk memperjelas warna noda yang terbentuk. Proses KLT analitik
dilakukan secara berulang hingga memperoleh hasil yang tepat. Setelah hasil
dengan KLT analitik disimpulkan positif maka dilanjutkan dengan KLT
preparatif.
d. Proses KLT masih sama dengan proses KLT sebelumnya namun pada KLT
preparatif, noda-noda yang terbentuk pada bagian tepi lempeng dihubungkan
25

dengan garis dari tepi satu ke tepi lainnya. Bagian dalam garis dikerok dengan
membuang bagian yang telah dipanaskan dan dilarutkan dengan alkohol 95%
sebagai isolat.
e. Isolat yang diperoleh dari hasil KLT preparatif diidentifikasi secara kualitatif
dengan spektrofotometri UV-Vis. Isolat sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam
kuvet spektrofotometer UV-Vis untuk diidentifikasi nilai absorbansi senyawa
saponin pada panjang gelombang maksimal. Pengamatan dilakukan pada
panjang gelombang 200-800 nm.

26

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari penyusunan makalah ini dapat disimpulkan bahwa :

Saponin merupakan suatu senyawa glikosida yang larut dalam air dan mempunyai
karakteristik

dapat

membentuk

busa

apabila

dikocok,

serta

mempunyai

kemampuan menghemolisis sel darah merah.

Berdasarkan sifat kimianya saponin dibagi menjadi dua yaitu saponin steroid dan
saponin triterpenoid.

Jalur biosintesis saponin steroid dan saponin triterpenoid hamper sama yaitu melalui
jalur asam mevalonat yang diperoleh dari asetil CoA hanya saja perbedaannya pada
triterpenoid masing-masing cincin tersebut memiliki 5 atom karbon.

Dalam bidang farmasi tumbuhan yang mengandung senyawa saponin banyak


memiliki kegunaaan dan manfaat seperti sebagai obat antikanker, sebagai antioksidan,
sebagai antirematik, sebagai antivirus, dan dapat berperan untuk menurunkan glukosa
darah.

3.2. Saran
Penulis berharap penulisan makalah ini tidak hanya sebagai sumber pengetahuan
menganai senyawa saponin bagi pembaca atau masyarakat tetapi dengan adanya makalah
ini baik pembaca atau masyarakat dapat memanfaatkan senyawa tersebut secara optimal
karena menurut studi literature senyawa saponin yang terkandung dalam berbagai tanaman
tersebut banyak memiliki segudang manfaat terlebih manfaat dalam bidang farmasi atau
obat-obatan.

27

DAFTAR PUSTAKA
Sirait, Midian. (2007). Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Penerbit ITB: Bandung.
Sumber :Kar, Ashutosh. (2013). Farmakognosi & Farmakobioteknologi Volume 1.
EGC: Jakarta.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia, DepkesRI : Jakarta
Robinson ,T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi.ITB : Bandung
Redaksi Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : PT. Agromedia
Pustaka.
Ahmad, Sjamsul Arifin, dkk. 2009. Tumbuh-Tumbuhan Obat Indonesia. Bandung :
Penerbit ITB.
Hembing, Prof. 2000. Ensiklopedia Milenium Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia.
Jakarta : Gema Insani.
Burger,I.,Burger,B,V.Albrecht,C.F.Spicies,H.S.C. and Sandor.P.,(1998). Triterpenoid
saponin.
Harbrone.J.B.,(1987). Metode Fitokimia : Penuntun Cara Moderen Menaganalisis
Tumbuhan.
http://www.plantamor.com

28

Anda mungkin juga menyukai