Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SAPONIN

OLEH :

Devi Hanrida Harahap 20050003

Indah Aliana 20050007

Nadya Faizah Siregar 20050016

Mutiara Dewi 20050031


Sindi Rama Fitri 20050033

Mata Kuliah : KIMIA BAHAN ALAM


Apt. Elmi Sariani Hasibuan, M.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AUFAROYHAN DI KOTA
PADANGSIDIMPUAN
2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kehadirat allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Saponin”

menyadari bahwa makalah yang penulis susun ini masih ada kekurangan dan kelemahan

penulis menyusun makalah ini atas dasar teori yang sudah ada dalam berbagai sumber.

Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi

penulis dan pembaca.

.
Padangsidimpuan, 6 November 2023

Penulis kelompok 6

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
1.3 Tujuan .....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Saponin.......................................................................................
2.2 Karakteristik Saponin...............................................................................
2.3 Klasifikasi Senyawa Saponin...................................................................
2.4 Biosintesis Saponin Steroid Biosintesis Triterpen...................................
2.5 Saponin Dalam Etnobotani.......................................................................
2.6 Aktivitas Biologi......................................................................................
2.7 Identifikasi Saponin.................................................................................
2.8 Sumber Penghasil Senyawa Saponin.......................................................
BAB III: KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa buih yang disebabkan karena

kita mengkocok suatu tanaman ke dalam air. Secara fisika buih ini timbul karena adanya

penurunan tegangan permukaan pada cairan (air). Penurunan tegangan permukaan


disebabkan karena adanya senyawa sabun (bahasa latin sapo) yang dapat mengkacaukan

iktan hidrogen pada air. Senyawa sabun ini biasanya memiliki dua bagian yang tidak sama

sifat kepolaranya. Dalam tumbuhan tertentu mengandung senyawa sabun yang biasa disebut

saponin. Saponin berbeda struktur dengan senyawa sabun yang ada.

Saponin merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari glikon

(Glukosa, fruktosa,dll) dan aglikon (senyawa bahan alam lainya). Saponin umumnya berasal

pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan air. Selain itu juga bersifat beracun

untuk beberapa hewan berdarah dingin (Najib, 2009). Saponin merupakan glikosida yang

memiliki aglikon berupa steroid dan triterpen. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C

27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon

yang dikenal sebagai saraponin. Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan

molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut. sapogenin.

Masing-masing senyawa ini banyak dihasilkan di dalam tumbuhan. (Hartono, 2009).

Tumbuhan yang mengandung sponin ini biasanya memiliki Genus Saponaria dari

Keluarga Caryophyllaceae. Senyawa saponin juga ditemui pada famili sapindaceae.

curcurbitaceae, dan araliaceae. Salah satu tumbuhan obat yang mengandung saponin adalah

gingseng yang termasuk famili araliaceae.

Biosintesis saponin ini terjadi sesuai dengan aglikon yang menempel. Baik steroid

maupun triterpen biosintesis saponin melalui jalur asam malonat yang nanti akan DPP dan

IPP yang membentuk triterpen dan steroid dengan membentuk squalen terlebih dahulu dan

terjadi siklisasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan saponin?

2. Apa saja sifat-sifat dari saponin?


3. Bagaimana mekanisme/aktivitas dari saponin?

4. Tanaman apa yang terdapat saponin?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definsi dari saponin.

2. Untuk mengetahui aktivitas dari saponin.

3. Untuk mengetahui ciri-ciri adanya saponin.

4. Untuk mengetahui tanaman yang mengandung saponin.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Defenisi Saponin

A. Metabolit sekunder

Metabolisme sekunder (alelokimia) merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang

dihasilakan dari jaringan tumbuhan dan dapat besifat toksik. Dan yang termasuk dalam
metabolit sekunder antara lain tanin, saponin, terpenoid,akaloid dan flavonoid (Ishaaya, 1986;

Howe dan Westley, 1988 di kutip oleh Elena, 2006).

B. Saponin.

Saponin berasal dari kata Latin yaitu ‘sapo” yang bearti mengandung busa stabil bila

dilarutkan dalam air. Kemampuan busa dari saponin disebabkan olehkombinasi dari

sapogenin yang bersifat hidrofobik (larut dalam lemak) dan bagian rantai gula yang bersifat

hidrofilik (larut dalam air) (Naoumkina et al... 2010).

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol, telah terdeteksi dalam lebih dari 90

suku tumbuhan Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin.

Saponin tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberadan saponin sangat mudah ditandai

dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok.

Saponin adalah deterjen alami yang mempunyai sifat aktif permukaan, dimana

struktur molekulnya terdiri dari aglikon steroid atau triterpen yang disebut dengan sapogenin

dan glikon yang mengandung satu atau lebih rantai gula (Osbourn, 2003; Guclu-Ustundag

and Mazza, 2007; Vineken et al., 2007).

Saponin dengan sifat deterjennya dapat mempengaruhi substans yang larut dalam

lemak pada pencernaan, meliputi pembentukan misel campuran yang mengandung garam

empedu, asam lemak, digliserida, vitamin yang larut dalam lemak dan dengan mineral

(Cheeke, 20011).

Dari segi ekonomi, saponin penting juga karena kadang-kadang Menimbulkan

keracunan pada ternak atau karena rasanya yang manis. Pola glikosida saponin kadang-

kadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang

umum adalah asam glukoronat (Harborne, 1996).

Pada tenak ruminansia, saponin berpotensi sebagai agen defaunasi dalam manipulasi

proses fermentasi di dalam rumen. Penggunaan saponin yangditambahkan ke dalam ransum


dapat menurunkan populasi protozoa rumen secara parsial atau keseluruhan (Wiseman and

Cole, 1990).

Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai kegunaan yang sangat

luas, antara lain sebagai detergen, pembentuk busa pada alat pemadam kebakaran, pembentuk

busa pada industri sampo dan digunakan dalam industri farmasi serta dalam bidang fotografi

(Prihatman, 2001).

2.2 Karakteristik Saponin

Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin

memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok

maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan

tidak larut dalam eter (Hartono, 2009).

Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati.Sumber utama saponin

adalah biji-bijian khususnya kedele. Saponin dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon

dan membantu kadar kolesterol menjadi normal. Tergantung pada jenis bahan makanan yang

dikonsumsi, seharinya dapat mengkonsumsi saponin sebesar 10-200 mg (Arnelia, 2011).

Sifat-sifat Saponin

Saponin memiliki sifat sebagai berikut:

1. Mempunyai rasa pahit

2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil

3. Menghemolisa eritrosit

4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi

5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksi steroid lainnya

6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi


7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris Yang

mendekati.

Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan (surface

Tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan Karbohidrat

(hexose, pentose dan saccharic acid). Pada hewan ruminansia, saponin Dapat digunakan

sebagai antiprotozoa, karena mampu berikatan dengan kolesterol pada sel membran

protozoasehingga menyebabkan membrondisis pada sel membrane protozoa.Saponin dapat

beraktivitas sebagai adjuvant pada vaksin antiprotozoa yang nantinya mampu menghambat

perkembangan sporozoit di dalam saluran pencernaan.

2.3 Klasifikasi Senyawa Saponin

Secara umum saponin merupakan bentuk glikosida yang memiliki aglikon berupa

steroid dan triterpen. Triterpen merupakan jenis senyawa bahan alam yang memiliki 6

monoterpen atau memiliki jumlah atom karbon sebanyak 30.Dari aglikonnya saponin dapat

bagi menjadi dua yaitu saponin dengan steroid dan saponin dengan triterpen.

A. Saponin steroid

Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin

dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini

memiliki efek antijamur.Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos.

Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan

sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki

aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan Jembatan ini

juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat

terhadap jantung.
Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus sarmentosus),

Senyawa ini terkandung di dalam tumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan

hutan kering afrika. Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat anti nyeri dan rematik oleh

orang afrika (Anonim, 2009).

B. Saponin triterpenoid

Triterpen yang memiliki atom C sebanyak 30. Saponin jenis ini bersifat asam.

Tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu

aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat

asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan-amyrine (Amirt Pal,

2002).

Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiatikosida Senyawa ini terdapat pada

tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai

antibiotik (Anonim, 2009).

2.4. Biosintesis saponin Steroid Biosintesis Saponin Triterpen


Biosintesis pada kedua jenis senyawa ini hampir sama baik saponin denga steroid

maupun triterpen. Semua senyawa ini melalui jalur asam mevalonat yang diperoleh dari asetil

CoA Sebelum membentuk steroid biosintesis ini membentuk senyawa squalen yang

merupakan jenis triterpen yang merupakan gabungan dari dua farnesil piroposfat. Setelah

membentuk squalen, maka terjadi reaksi oksidasi pada atom C nomor 3 sehingga terbentuk

OH, setelah itu terjadi pembentukan epoksidasqualen. Senyawa ini akan terjadi siklisasai

menjadi lanosterol yang merupakan bentuk dasar dari senyawa steroid(Arifin, 1986).

Sedangkan perbedaannya dengan triterpen adalah pada jumlah cincin dan bnetuk eincin

keempat dan kelima, pada triterpen masing-masing cincin tersebut memiliki 5 atom karbon.

2.5. Saponin Dalam Etnobotani

Kebanyakan saponin, yang mudah larut dalam air, yang beracun bagi ikan Oleh

karena itu, dalam etnobotani, saponin terutama dikenal untuk penggunaannya oleh

masyarakat adat dalam memperoleh sumber makanan akuatik. Sejak zaman prasejarah,

budaya di seluruh dunia telah menggunakan tanaman piscicidal, sebagian besar mereka

mengandung saponin, untuk memancing.

Meskipun dilarang oleh hukum, racun ikan tumbuhan masih banyak digunakan oleh

suku-suku asli di Guyana. Di sub-benua India,suku-suku Gond dikenal untuk penggunaan

ekstrak tanaman dalam penangkapan racun ikan. Banyak suku-suku asli California Amerika
secara tradisional digunakan soaproot, (genus Chlorogalum), yang berisi saponin, sebagai

racun ikan. Mereka akan menghancurleburkan akar, pencampuran dalam air untuk membuat

busa, dan kemudian menambahkan busa ke sungai.

Hal ini akan membunuh atau melumpuhkan ikan, yang dapat diperoleh. dengan

mudah dari permukaan air. Di antara suku-suku menggunakan teknik ini adalah Lassik, yang

Luiseño, para Yuki, Yokut, para Chilula, yang Wailaki, Miwok tersebut, Kato itu, Mattole itu,

Nomlaki dan Nishinam tersebut.

Salah satu penelitian penggunaan saponin kelas produk alami melibatkan kompleksasi

mereka dengan kolesterol untuk membentuk pori-pori di bilayers. membran sel, misalnya,

dalam sel darah merah (eritrosit) membran, di mana kompleksasi menyebabkan lisis sel darah

merah (hemolisis) pada injeksi intravena. Selain itu, sifat amphipathic kelas memberi mereka

aktivitas sebagai surfaktan yang dapat digunakan untuk meningkatkan penetrasi

makromolekul seperti protein melalui membran sel. Saponin juga telah digunakan sebagai

adjuvan dalam vaksin.

2.6. Aktivitas Biologi

Saponin dari tanaman Gypsophila paniculata (Nafas Bayi) telah terbuktisangat

signifikan menambah sitotoksisitas immunotoxins dan racun ditargetkan lain ditujukan

terhadap sel kanker manusia. Kelompok penelitian Profesor Hendrik Fuchs (Universitas

Charite, Berlin, Jerman) dan Dr David Flavell (Southampton General Hospital, Inggris)

bekerja sama menuju pengembangan saponin Gypsophila untuk digunakan dalam kombinasi

denganimmunotoxins atau racun lainnya yang ditargetkan untuk pasien dengan leukemia,

limfomadan kanker lainnya.

Saponin mempunyai aktivitas biologi yang beragam. Aktivitas biologi ini dipengaruhi

oleh kelas Aglycone, gugus polar pada Aglycone, macam karbohidrat yang terikat pada
Aglycone, posisi terikatnya pada Aglycone, bahkan orientasi Saponin setelah mengikat

membran sel juga ikut mempengaruhinya. Disini hanya akan dijelaskan secara singkat

beberapa macam aktivitas saja, diantaranya:

 Aktivitas hemolisis :

 Saponin dapat menyebabkan sel darah merah pecah (lisis). Ini disebabkan karena

Saponin dapat berikatan dengan kholesterol dari membran sel.Aktivitas ini berkurang

kalau aglycone dibuang.

 Ciri-ciri yang lain dari aktivitas hemolisis ini, misalnya:

a. Makin banyak karbohidrat yang terikat pada Aglycone makin kecil daya

hemolisisnya

b. Kecepatan hemolisis Saponin Steroid lebih besar dari Saponin Triterpenoid

c. Karbohidrat yang terikat pada C₁ OH mempunyai daya hemolisis makin tinggi

apabila jumlah unit monosakaridanya makin besar (kalau diurut daya hemolisis

paling rendah meningkat ke urutan lebih tinggi adalah mono, di, tri, tetra, penta

dan heksa sakarida).

d. Makin banyak gugus polar pada Aglycone makin rendah daya hemolisisnya.

Interaksi antara saponin dan membran sehingga Saponin dapat membentuk porus atau

merusak membran perlu ditelaah lebih lanjut. Sepertinya beberapa mekanisme dan keadaan

ikut terlibat, seperti: pembentukan Saponin kholesterol kompleks, perubahan organisasi atau

susunan membran fosfolipid, pemecahan fosfo lipida dan hasil senyawa yang terbentuk

(DAG), SaponinStruktur dan orientasinya dengan sel membran.Contoh Saponin yang dapat

menyebabkan hemolisis: sebagian ginsenosides, Gypsophilasaponins.

 Mempengaruhi sistim immun


 Telah dilaporkan bahwa Saponin dapat menginduksi produksi dari cytokine seperti

interleukin dan interferon yang mungkin dapat memediasiefek immunostimulan.

Seponin juga telah dibuktikan dapat meningkatkan respon immun melalui

immunisasi oral. Hal ini disebabkan saponin dapat meningkatkan pengambilan (up

take) antigen oleh usus dan sel mukosa yang lain (misalnya hidung).

 Menurut Odact al. (2000) secara keseluruhan "juxta-position" dari gugus fungsional

hidrofilik dan hidrofobik lebih penting dari pada perbedaan struktur dari masing-

masing kelompok yang memberikan kontribusi pengaruhnya saponin sebagai

"adjuvan".

 Contoh Saponin yang dapat meningkatkan immun respon: Panax ginsengC. A.

Meyer saponins, Quillaja saponins, dan Lonicerajaponica.

 Saponin sebagai anti kanker

 Saponin Ginsenosides, dammaranes, mempunyai efek anti tumor dengan

menghambat penyebaran melalui pembuluh darah dengan mekanisme supresi

inducer dalam sel endotel sehingga mencegah pelekatan (adhering), invasi, dan

metastasis.

 Dioscin, suatu Saponin steroid dan Aglycone diosgenin mempunyai efek anti tumor

dengan menghentikan siklus sel (cell cycle arrest) dan apoptosis.

 Platycodon D, salah satu platycodigenin, potensial sebagai khemoterapi mempunyai

efek apoptosis melalui jalur caspase-3 dependent PARP. pemecahan lamin A dan

Egr-1 aktivasi akibat induksi ROS.

 Deltonin, suatu Saponin steroida yang diisolasi dari Dioscorea zingiberensis Wright

(DZW), dengan struktur kimia diosgenin-3-O-E-D- glucopyranosyl (104)-[D-L-

rhamnopyranosyl (102)]-E-D- gluco- pyranoside mempunyai efek anti kanker

dengan menghentikan pembelahan sel melalui fase G2-M8.


 Tubeimoside Il mempunyai aktivitas anti kanker lebih besar dibandingkan dengan

tubeimoside I. Ini karena tubeimoside II mempunyai gugus OH pada C 16,

sedangkan tubeimoside I tidak punya. Lain dari pada itu tubeimoside II mempunyai

efek samping yang lebih ringan.

2.7. Identifikasi Saponin

Secara kualitatif untuk menyatakan keberadaan saponin pada contoh bahan dapat

dilakukan dengan uji busa dan menghemolisis sel-sel darah merah, bila larutan saponin

diinjeksikan ke dalam aliran darah. Pembentukan busu yang mantap sewaktu mengekstraksi

tumbuhan atau waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan

adanya saponin. Selanjutnya golongan sapogeninnya dapat ditentukan dengan reaksi warna

menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard Berdasarkan warna yang terbentuk, apabila

terbentuk warna merah atau ungumenunjukkan saponin triterpen, sedangkan bila terbentuk

warna hijau atau birumenunjukkan saponin steroid (Harborne, 1996).

Secara kualitatif, saponin steroid yang termasuk golongan spirostanol dapat dibedakan

dengan furostanol. Glikosida furostanol menunjukkan warna merah pada lempeng

kromatografi lapis tipis (KLT) bila disemprot dengan pereaksi Ehrlich (p-dimetil amino

benzaldehida dan asam klorida) dan warna kuning dengan pereaksi anisaldehida, sebaliknya

tidak terjadi perubahan warna pada glikosida spirostanol(Mahato et al., 1982)

Secara konvensional, elusidasi struktur saponin dilakukan melalui studi. Derivatisasi

dan degradasi (Chen and Snyder, 1993; Qiu et al., 1999; Thakur ef al. 2011; Sirohi et al.,

2014). Derivatisasi saponin dilakukan melalui reaksi metilasi atau asetilasi. Degradasi

saponin dilakukan melalui reaksi hidrolisis total dan atau hidrolisis parsial. Hidrolisis saponin

dapat dilakukan dengan cara enzim, basa, atau asam yang menghasilkan sapogenin dan gula.

Hidrolisis dalam suasana asam menghasilkan hidrolisis total maupun hidrolisis parsial
tergantung konsentrasi asam, waktu, dan suhu. Secara khusus hasil hidrolisis total saponin

adalah untuk mengidentifikasi sapogenin dan glikon. Posisi ikatan glikosidik inter glikon

maupun antar glikon dan sapogenin, di identifikasi dengan melakukan reaksi permetilasi dan

diikuti dengan reaksi hidrolisis secara total satuan-satuan gula yang menyusun aglikonnya.

Bagian yang tidak termetilasi pada masing- masing satuan gula adalah sisi yang berikatan.

2.8. Sumber Penghasil Senyawa Saponin

Sebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan tanaman makanan ternak

seperti alfalfa, bunga matahari, kedelai, kacang tanah Saponin umumnya mempunyai

karakteristik yaitu rasa pahit, sifat iritasi mucosal, sifat penyabunan, dan sifat hemolitik dan

sifat membentuk komplek dengan asam empedu dan kolesterol.

1. Bunga Matahari

a. Kandungan senyawa kimia:

Akar bunga matahari mengandung polisakarida dan helianthoside 2.Batang

mengandung chlorogenic acid, neochlorogenic acid, dan scopolin. Daun mengandung

neochlorogenic acid, isochlorogenic, fumaric acid, camphor dan luteolin Bunga

mengandung triterpenoid saponines, helianthoside A, B, C. Biji mengandung minyak

lemak dan asam organik Hasil skrining fitokimia biji bunga matahari menunjukkan

kandungan alkaloid, fitosterol, tanin, saponin, flavonoid, steroid, karbohidrat, lemak,

dan minyak.

b. Manfaat:

Bunga matahari berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah, serta merupakan

pereda nyeri alami. Oleh karena itu bunga matahari dapat digunakan untuk

mengurangi nyeri saat sakit gigi, sakit kepala, nyeri haid, dan nyeri lambung.Biji

bunga matahari bermanfaat untuk meningkatkan nafsu makan, mengatasi kelesuan,


dan meredakan sakit kepala.Akar tanaman bunga matahari bermanfaat untuk

meluruhkan air seni, mengatasi infeksi saluran kencing, batuk rejan, dan keputihan,

serta dapat meredakan batuk, dan juga mengurangi rasa nyeri. Daunnya berkhasiat

untuk meredakan radang, mengurangi nyeri, dan antimalaria. Batang bunga matahari

(bagian sumsumnya) dapat digunakan untuk meningkatkan vitalitas, membantu kerja

liver.

2. Kacang Tanah

a. Kandungan senyawa kimia

Secara umum untuk famili Fabaceae (Arachis) memiliki ciri-ciri kimia yaitu

mempunyai bahan cadangan, kandungan. Protein. Adalah fithemaglutinin (lektin).

Selain itu terdapat pula saponin, isoflavon dan asam amino non protein (Sutrisno,

1998).

b. Manfaat

Biji kacang tanah banyak mengandung minyak lemak, maka kacang tanah dapat

digunakan sebagai sumber minyak nabati. Fithemaglutinin yang terdapat

dalamkacang tanah, atau biasa disebut lektin dapat digunakan untuk penetapan

golongandarah (Sutrisno, 1998).

Kulit ari (testa) kacang tanah (A.hypogaeaL) digunakan secara tradisional sebagai

obat sakit sendi, aprodisiak, pencahar, obat bermacam-macam pendarahan dan

leukemia (Ozoraet al., 2006)

c. Pepaya (carica papaya L.)

a. Tanaman ini mengandung metabolit sekunder: alkloid dan saponin

b. Manfaat: Dapat mengobati:


 Kulit melepuh karena panas: toreh kulit buah pepaya, tampung getahnya dan

oleskan, diamkan sehari semalam. Bila bagian yang melepuh agak luas,

parutlah pepaya dan daging buahnya ditempelkan.

 Malaria dan demam tumbuk daun pepaya hingga menjadi gelas, tambahkan ai

¼ 3 kali sehari, lakukan 5 hari berturut-turut.

 Digigit ular berbisa: 5 jari akar pepaya,cuci,tumbuk sampai halus, tempelkan

pada bagian yang terkena balut. Ganti 2 kali sehari

 Sariawan, sembelit: makan buah pepaya segar 3kali sehari Merangsang nafsu

makan: sehelai daun pepaya di cuci, lumatkan, beri garam dan air sedikit demi

sedikit sebanyak ¼ gelas,peras. Minum airny sekaligus.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 KESIMPULAN

a. Saponin merupkan metabolisme sekunder yang mempunyai berbagai akivitas

b. Senyawa saponin dapat di isolasi dengan menggunkan metode maserasi dan KLT

(Kromatograpi Lapis Tipis).

c. Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin.

d. Sifat yang khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam air, mempunyai

sifat detergen yang baik, mempunyai aktivitas hemolisis (merusak sel darah merah),

tidak beracun bagi binatang berdarah panas, mempunyai sifat anti eksudatif dan

mempunyai sifat anti inflamatori.

e. Sebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan tanaman makanan ternak

seperti alfalfa, bunga matahari, kedelai, kacang tanah,pepaya dll.

f. Pada batang pisang terdapat pula zat kimianya yaitu saponin dengan menggunakan

metode maserasi KLT spektrofotometri UV

3.2 SARAN

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman.2008. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta


Anonim, 1979, Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta

Anonim. 2011. Antiseptik Alami dari Batang

Gandjar. Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. Harborne. 1987. Metode Fitokimia Penuntun cara

modern menganalisis tumbuhan. Edisi II.Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang

Soediro. Penerbit ITB.Bandung

Jaya, Ara Miko. 2010. Isolasi dan Uji Efektivitas Anti bakteri Senyawa Saponin dari Akar

Putri Malu (Mimosa pudica) [skripsi]. Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang 92 Sarker

Satyajit dan Lutfun Nahar. 2009 Kimia untuk Mahasiswa Farmasi

M. Agung Pratama Suharto, Hosea Jaya Edyı, Jovie M. Dumanauw. isolasi dan identifikasi

senyawa saponin dari ekstrak methanol batang pisang ambon(musa paradisiaca var,

sapiention L). Jurnal

Pustaka Belajar, Yogyakarta Sirait, Midian. 2007. Pemuntun Fitokimia dalam Farmasi.

Penerbit ITB, Bandung Sjahid, Landyyun Rahmawan.

Anda mungkin juga menyukai