Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMAKOGNOSI

“SAPONIN”

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Sinta Ratna Dewi, S.Farm., M.Si., Apt.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

1. DEDE REZA GUNAWAN NIM 1811102415019


2. DYAH PUSPA ANDARINI NIM 1811102415027
3. KHAIRUN NISA NIM 1811102415056
4. MEGA WULAN NAWANGSARI NIM 1811102415069
5. MUHAMMAD FIQRI RAMADHAN NIM 1811102415077
6. QOYUM UMMAHATI NIM 1811102415104
7. RADHILA MAHENDRA NIM 1811102415106
8. WELIN DEVSI APRIANI NIM 1811102415145
PRODI / KELAS : S1 FARMASI / L

FAKULTAS : ILMU KESEHATAN & FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah „Azza wa Jalla yang telah memberikan
nikmat iman dan Islam kepada kita. Shalawat serta salam serta salam kita
haturkan pada Rosulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita sebagai
generasi penerusnya sampai akhir zaman.

Selanjutnya, terima kasih Kami ucapkan kepada dosen pengampu mata


kuliah Farmakognosi yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyusun makalah ini sebagai tugas kami.

Makalah ini disusun sebagai bentuk proses belajar


mengembangkan kemampuan mahasiswa. Kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar bisa
menjadi bekal dalam pembuatan makalah kami di kemudian hari dengan lebih
baik lagi.

Kami berharap semoga dengan selesainya makalah ini, dapat


bermanfaat bagi pembaca dan teman - teman, khususnya dalam memperluas
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang “Saponin”. Atas perhatian dan kerja
sama teman - teman beserta para pembimbing kami ucapkan terima kasih.

Samarinda, 01 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG ............................................................ 1

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT .................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN .............................................................................................. 12

SARAN .......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa buih yang disebabkan


karena kita mengkocok suatu tanaman ke dalam air. Secara fisika buih ini timbul
karena adanya penurunan tegangan permukaan pada cairan (air). Penurunan
tegangan permukaan disebabkan karena adanya senyawa sabun (bahasa latin =
sapo) yang dapat mengkacaukan ikatan hidrogen pada air. Senyawa sabun ini
biasanya memiliki dua bagian yang tidak sama sifat kepolaranya. Dalam
tumbuhan tertentu mengandung senyawa sabun yang biasa disebut saponin.
Saponin berbeda struktur dengan senyawa sabun yang ada.

Saponin merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri


dari glikon (Glukosa, fruktosa,dll) dan aglikon (senyawa bahan alam lainya).
Saponin umumnya berasal pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan
air. Selain itu juga bersifat beracun untuk beberapa hewan berdarah dingin.
Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpen.
Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat.
Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai
saraponin. Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul
karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin.
Masing-masing senyawa ini banyak dihasilkan di dalam tumbuhan (Hartono,
2009).

Tumbuhan yang mengandung sponin ini biasanya memiliki Genus


Saponaria dari Keluarga Caryophyllaceae. Senyawa saponin juga ditemui pada
famili sapindaceae, curcurbitaceae, dan araliaceae. Salah satu tumbuhan obat
yangmengandung saponin adalah gingseng yang termasuk famili araliaceae.

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT


a) Mampu mengetahui tentang struktur dan sifat saponin.
b) Mampu mengetahui tentang penamaan dan penggolongan dari saponin.
c) Mampu mengetahui aktifitas biologis dan distribusi senyawa
polifenolik dari saponin.

1
BAB II

PEMBAHASAN

DEFINISI
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas
pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan
membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan
asam (Harbrone,1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit,
yang mempunyai massa dan molekul besar, dengan kegunaan luas (Burger
et.al,1998). Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun
“Sapo” berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan
menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai
antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida
struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin ini
larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonya disebut
sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis
memakai enzim (Robinson,1995).
Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-
bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan.
Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui mungkin sebagai penyimpan
karbohidrat atau merupakan weste product dan metabolisme tumbuh-tumbuhan
kemungkinan lain adalah sebagai pelindung terhadap serangan serangga.

SIFAT_SIFAT SAPONIN
Sifat-sifat Saponin :
a. Mempunyai rasa pahit
b. Dalam larutan air membentuk busa stabil
c. Menghemolisa eritrosit
d. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
e. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid lainya
f. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
g. Berat molekul relative tinggi dan analisi hanya menghasilkan formula
empiris yang mendekati
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan
(Surface tension) dengan hidrolisis lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon)
dan karbohidrat (heksosa, pentose, dan Saccharic acid) (Kim Nio,1989).

2
KLASIFIKASI
Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua yaitu saponin
steroid dan saponin triterpenoid.
1. Saponin Steroid
Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid
saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai
sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada binatang
menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid
diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan
sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin
jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme
sekunder tumbuhan. Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida
jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat terhadap jantung.

Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus


sarmentosus). Senyawa ini terkandung di dalam tumbuhan Asparagus
sarmentosus yang hidup dikawasan hutan kering afrika. Tanaman ini juga
biasa digunakan sebagai obat anti nyeri dan rematik oleh orang afrika.

3
2. Saponin Tritetpenoid
Triterpen yang memiliki atom C sebanyak 30. Saponin jenis ini bersifat
asam. Tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat.
Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini
merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi
sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine
(Amirt Pal, 2002).

Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiatosida. Senyawa ini terdapat
pada tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat
dipakai sebagai antibiotik.

BIOSINTESIS
Biosintesis pada kedua jenis senyawa ini hampir sama baik saponin dengan
steroid maupun triterpen. Semua senyawa ini melalui jalur asam mevalonat yang
diperoleh dari asetil CoA . Sebelum membentuk steroid biosintesis ini membentuk
senyawa squalen yang merupakan jenis triterpen yang merupakan gabungan dari
dua farnesil piroposfat. Setelah membentuk squalen, maka terjadi reaksi oksidasi
pada atom C nomor 3 sehingga terbentuk OH, setelah itu terjadi pembentukan
epoksidasqualen. Senyawa ini akan terjadi siklisasai menjadi lanosterol yang

4
merupakan bentuk dasar dari senyawa steroid (Arifin, 1986). Sedangkan
perbedaannya dengan triterpen adalah pada jumlah cincin dan bentuk cincin
keempat dan kelima, pada triterpen masing-masing cincin tersebut memiliki 5
atom karbon.

MACAM SAPONIN
Macam-macam saponin berbeda sekali komponen kimianya, yaitu berbeda
pada aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya sehingga tumbuhan-tumbuhan
tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan seperti :
a. Quilage Saponin
Campuran dari 3 atau 4 saponin
b. Alfafa saponin

5
Campuran dari paling sedikit 5 saponin
c. Soy Bean saponin
Terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dengan sapogenin atau karbohidratnya,
atau dalam kedua-duanya.
AKTIVITAS BIOLOGI

Saponin mempunyai aktivitas biologi yang beragam. Aktivitas biologi ini


dipengaruhi oleh kelas Aglycone, gugus polar pada Aglycone, macam karbohidrat
yang terikat pada Aglycone, posisi terikatnya pada Aglycone, bahkan orientasi.
Saponin setelah mengikat membran sel juga ikut mempengaruhinya. Disini hanya
akan dijelaskan secara singkat beberapa macam aktivitas saja, diantaranya:

1. Aktivitas Hemolisis
Saponin dapat menyebabkan sel darah merah pecah (lisis). Ini
disebabkan karena saponin dapat berikatan dengan kholesterol dari
membran sel. Aktivitas ini berkurang kalau aglycone dibuang.

Ciri-ciri yang lain dari aktivitas hemolisis ini, misalnya:


a. Makin banyak karbohidrat yang terikat pada Aglycone makin kecil
daya hemolisisnya.
b. Kecepatan hemolisis Saponin Steroid lebih besar dari
SaponinTriterpenoid.
c. Karbohidrat yang terikat pada C3OH mempunyai daya hemolisis
makin tinggi apabila jumlah unit monosakaridanya makin besar (kalau
diurut daya hemolisis paling rendah meningkat ke urutan lebih tinggi
adalah mono, di, tri, tetra, penta dan heksa sakarida).
d. Makin banyak gugus polar pada Aglycone makin rendah daya
hemolisisnya.

Interaksi antara saponin dan membran sehingga saponin dapat


membentuk porus atau merusak membran perlu ditelaah lebih lanjut.
Sepertinya beberapa mekanisme dan keadaan ikut terlibat, seperti:
pembentukan Saponin kholesterol kompleks, perubahan organisasi atau
susunan membran fosfolipid, pemecahan fosfo lipida dan hasil senyawa
yang terbentuk (DAG), saponin struktur dan orientasinya dengan sel
membran.
Contoh Saponin yang dapat menyebabkan hemolisis: sebagian
ginsenosides, Gypsophilasaponins.

6
2. Mempengaruhi sistim immun
Telah dilaporkan bahwa saponin dapat menginduksi produksi dari
cytokine seperti interleukin dan interferon yang mungkin dapat memediasi
efek immunostimulan. Seponin juga telah dibuktikan dapat meningkatkan
respon immun melalui immunisasi oral. Hal ini disebabkan saponin dapat
meningkatkan pengambilan (up take) antigen oleh usus dan sel mukosa
yang lain (misalnya hidung).
Menurut Oda et al.(2000) secara keseluruhan “juxta-position” dari
gugus fungsional hidrofilik dan hidrofobik lebih penting dari pada
perbedaan struktur dari masing-masing kelompok yang memberikan
kontribusi pengaruhnya saponin sebagai “adjuvan”.
Contoh Saponin yang dapat meningkatkan immun respon: Panax
ginsengC. A. Meyer saponins, Quillaja saponins, dan Lonicerajaponica.

3. Saponin sebagai anti kanker


Saponin Ginsenosides, dammaranes, mempunyai efek anti tumor
dengan menghambat penyebaran melalui pembuluh darah dengan
mekanisme supresi inducer dalam sel endotel sehingga mencegah
pelekatan (adhering), invasi, dan metastasis.
Dioscin, suatu Saponin steroid dan Aglycone diosgenin mempunyai
efekanti tumor dengan menghentikan siklus sel (cell cycle arrest) dan
apoptosis.
Platycodon D, salah satu platycodigenin, potensial sebagai
khemoterapi mempunyai efek apoptosis melalui jalur caspase-3 dependent
PARP, pemecahan lamin A dan Egr-1 aktivasi akibat induksi ROS.
Deltonin, suatu Saponin steroida yang diisolasi dari Dioscorea
zingiberensis Wright (DZW), dengan struktur kimia diosgenin-3-O-E-D-
glucopyranosyl (1o4)-[D-L-rhamnopyranosyl (1o2)]-E-D- gluco-
pyranoside mempunyai efek anti kanker dengan menghentikan
pembelahan sel melalui fase G2-M8.
Tubeimoside II mempunyai aktivitas anti kanker lebih besar
dibandingkan dengan tubeimoside I. Ini karena tubeimoside II mempunyai
gugus OH pada C16, sedangkan tubeimoside I tidak punya. Lain dari pada
itu tubeimoside II mempunyai efek samping yang lebih ringan.

CONTOH TANAMAN PENGHASIL SAPONIN


Sebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan tanaman makanan
ternak seperti asparagus, biji gandum, pegagan dan brahmi. Saponin umumnya
mempunyai karakteristik yaitu rasa pahit, sifat iritasi mucosal, sifat penyabunan,

7
dan sifat hemolitik dan sifat membentuk komplek dengan asam empedu dan
kolesterol.

1. Asparagus

Asparagus (Asparagus officinalis)


A. Klasifkasi
Nama Tumbuhan : Asparagus
Nama Latin : Asparagus officinalis
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Trachebionta
Superdivisi : Spermatophyta
Division : Magnoliphyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Lilidae
Ordo : Liliales
Familia : Liliaceae
Genus : Asparagus

B. Kandungan Senyawa Kimia


Asparagus officinalis mengandung saponin steroid yaitu
Asparagosides, di samping itu asparagus juga mengandung antioksidan,
inulin, vitamin B Kompleks, vitamin C, Vitamin E, Vitamin K.

C. Manfaat
Asparagus berkhasiat untuk mencegah kanker usus besar,
membantu menjaga kesehatan saluran cerna (sembelit), menurunkan
kadar kolesterol darah, mencegah terjadinya penyakit jantung,
meningkatkan produksi air kemih sehingga membantu mengeluarkan

8
kelebihan cairan dari dalam tubuh dan dapat membantu mengeluarkan
garam (natrium) dan zat-zat racun dalam tubuh yang dapat membantu
menjaga tekanan darah dan kesehatan tubuh.

2. Biji Gandum

Biji Gandum (Avena sativa)


A. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Avena

B. Kandungan Senyawa Kimia dan Manfaat


Biji gandum atau Oat memiliki banyak metabolit sekunder
bermanfaat seperti saponin, vitamin, dan beta glukan. Kandungan beta
glukan dalam oat dapat berperan dalam penurunan kolesterol dalam
tubuh dan memperlambat peningkatan gula darah. Adanya saponin
dalam oat menjadi alasan penambahan oat dalam formulasi kosmetik.

3. Pegagan

Pegagan (Centella asiatica)

9
A. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Umbillales
Famili : Umbilliferae (Apiaceae)
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica

B. Kandungan Senyawa Kimia


Menurut Gupta dan Kumar (2006), kandungan bahan aktif yang
ditemukan dalam pegagan antara lain triterpenoid saponin, triterpenoid
genin, minyak esensial, flavonoid, fitosterol, dan bahan aktif lainnya.
Menurut Dasuki (1991), bahan-bahan aktif tersebut secara umum
terdapat pada organ daun tepatnya pada jaringan palisade parenkim.
Menurut Prabowo (2002), pegagan mengandung senyawa triterpenoid.
Triterpenoid merupakan senyawa aktif yang paling penting dari
tanaman pegagan. Kandungan triterpenoid pegagan dapat merevitalisasi
pembuluh darah sehingga peredaran darah ke otak menjadi lancar,
memberikan efek menenangkan dan meningkatkan fungsi mental
menjadi lebih baik. Kandungan triterpenoid saponin dalam pegagan
berkisar 1-8%.

C. Manfaat

Bahan aktif tersebut merupakan bahan baku obat tradisional


yang bermanfaat sebagai antipikun, antistres, obat lemah syaraf,
demam, bronkhitis, kencing manis, psikoneurosis, wasir, dan tekanan
darah tinggi, serta untuk menambah nafsu makan dan menjaga vitalitas.

4. Brahmi

Brahmi Air (Bacopa monnieri)

10
A. Klasifikasi
Nama Lain : Dwarf Bacopa, Water Hyssop
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Family : Scrophulariaceae
Genus : Bacopa

B. Kandungan Senyawa Kimia


Brahmi memiliki kandungan utama, yaitu alkaloid brahmine,
saponin triterpenoid, mannitol, nikotin, herpestin, hersaponin, apigenin,
cucurbitacins, plantain side, dan monnier asides.

C. Manfaat

Manfaat brahmi, yaitu untuk demam, sakit punggung,


peradangan, perut kembung, batuk, pilek, serak, asma, rematik,
kecemasan, epilepsi, hiperaktif, penyakit Alzheimer, meningkatkan
daya ingat, melindungi sel-sel otak, insomnia, penyakit kejiwaan,
retensi cairan, masalah seksual, dan lainnya.

11
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas


pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan
membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan
asam. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa
bila dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal
juga jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida struktur steroid
tertentu yang mempunyai rantai spirotekal.

Macam-macam aktivitas biologi saponin meliputu aktivitas hemologis,


mempengaruhi sistem immun, dan saponin sebagai anti kanker. Contoh tanaman
dari saponin adalah asparagus, biji gandum, pegagan, brahmi dan masih banyak
lagi.

SARAN

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Sjamsul Arifin. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Kuramika: Jakarta.

Akiyama-Oda, Y., Hotta, Y., Tsukita, S., Oda, H. (2000). Distinct Mechanisms
Triggering Glial Differentiation in Drosophila Thoracic and Abdominal
Neuroblasts 6-4. Dev. Biol. 222(2): 429--439.

Amirth, Pal, Singh. 2002. A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd.

Burger, I., Burger, B. V., Albrecht, C. F., Spies, H. S. C. and Sandor, P. 1998.
Triterpenoid Saponins From Becium Grandiflorum var. Obovatum.
Phytochemistry, 49 : 2087-2095.

Dasuki, Undang Ahmad. 1991. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB.

Harborne. 1987. Metode Fitokimia :Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Edisi II. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro.
PenerbitITB, Bandung.

Hartono, Teguh. 2009. Saponin. Farmasi Dikti. Bandung: Universitas Padjadjara.

Kim, Nio, Ocy,. 1989. Zat-Zat Toksik Yang Secara Alamiah Ada Pada Tumbuhan
Nabati. ITB: Bandung.

Kumar, Verendra dan Gupta. 2006. Asiatic Centella. Dalam Jurnal Penelitian.
Provital Group.

Prabowo. 2002. Centella Anti Radang. Jakarta : PT Intisari Mediatama.

Robinson ,T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. ITB:


Bandung.

Tripathi YB. Chaurasia S. Tripathi E. Upadhyay A. Dubey GP. 1996. Bacopa


monniera Linn. as an antioxidant: Mechanism of action. Indi J Exp Biol.
34(6):523-526.

13

Anda mungkin juga menyukai