SIMPLISIA HEWANI
Dosen Pengampu: Apt. Almahera, S.Farm., M.Farm.
Oleh:
Kami juga menyadari sepenuhnya bahw dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap kritik dan saran
untuk perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, karena tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi setiap orang yang membacanya
dan juga dapat berguna bagi kami sendiri maupun bagi orang yang menmbacanya. Kami
memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
1. Latar Belakang......................................................................................
2. Rumusan Masalah.................................................................................
3. Tujuan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
1. Kesimpulan...........................................................................................
2. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan
yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani,dan simplisia
pelikan atau mineral. (Departemen kesehatan RI : 1989).
Pada kali ini kami akan membahas lebih dalam mengenai simplisia hewani secara
mendalam serta contoh dan pemanfaatan dari simplisia hewan tersebut. Simplisia hewani
adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan
oleh hewan dan belum berupa zat-zat kimia,langsung saja kami akan membahas 10 macam
simplisia hewan.
2. RUMUSAN MASALAH
1
1. Apa dimaksud dengan simplisia hewani
2. Sebutkan macam-macam simplisia hewani,serta nama asal,nama keluarga khasiat,
nama latin, pemerian,dan cara penggunaannya.
3. Bagaimana cara pembuatan simplisia hewani.
4. Apa saja kekurangan dan kelebihan simplisia hewani. (secara umum)
5. Bagaimana pemeriksaan mutu simplisia hewani.
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi mutu simplisia hewani.
3. TUJUAN
1. Mahasiswa (i) dapat mengetahui definisi dari simplisia hewani
2. Mahasiwa (i) dapat mengetahui macam macam simplisia hewani, dari nama asal,
nama keluarga, khasiat, nama latin, pemerian, dan cara penggunaanya.
3. Mahasiswa (i) dapat mengetahui cara pembuatan simplisia hewani.
4. Mahasiswa (i) dapat mengetahui cara pemeriksaan mutu simplisia hewani.
5. Mahasiswa (i) dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari simplisia hewani.
6. Mahasiswa (i) dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mutu simplisia
hewani
2
BAB II
PEMBAHASAN
Simplisia hewani merupakan simplisia yang berupa hewan utuh,bagian hewan atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan yang belum berupa bahan kimia murni.
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi langsung,
dapat dipertimbangkan 3 konsep untuk menyusun parameter standar umum :
3
miristinat, asam lanopalmitat, asam
lanoserat,asam serotat, dan asam karnaubat,
alkohol-alkohol, setil alkohol dan
karnaubiealkohol.
Penggunaan Sebagai salep, sabun, pasta, pil dan serbuk.
4
wax, bees wax.
Nama hewan Apis Mellifera (L.)
Keluarga Apidae
Zat berkhasiat utama Mirisin (Mirisilpalmitat), serin atau asam
serotinat, asam melisinat, mirisil-alkohol,
hidrokarbon heptakosan dan hentrakontan
Penggunaan Bahan salep.
2.5. CETACEUM
5
Type B : Titik iso-elektrik pada pH 4,7-5,0 .
2.7. MELDEPURATUM
6
tetapi tidak berubah.
2.8. THYROIDUM
7
3.1. Pengumpulan bahan baku
Pada tahapan ini bahan baku di kumpulkan baik itu berupa bagian tuubuh maupun
hewan utuh yang akan digunakan sebagai simplisia.
3.2. Sortasi basah
Setelah bahan baku didapatkan kemudian dilakukan sortasi untuk memisahkan
simplisia dengan cemaran (kotoran dan bahan asing lainnya).
3.3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang masih menempel
pada simplisia. Pencucian di lakukan dengan air bersih yang mengalir, pencucian
dilakukan sesingkat mungkin.
3.4. Penimbangan
Penimbangan dilakuakan untuk mengetahui berat dari simplisia sebelum kemudian
diproses ke tahap selanjutnya.
3.5. Pemanasan
Pemanasan pada simplisia hewani bertujuan untuk membunuh bakteri,
mikroorganisme yang masih terdapat pada simplisia.
3.6. Pengepresan
Pengepresan dilakukan untuk mengambil minyak, lemak dan memisahkannya dari
bagian bagian yang kasar (tahapan ini hanya untuk pengambilan simplisia minyak
pada hewan).
3.7.Pengeringan
Setelah disimplisia benar benar bebas dari kotoran maupun mikroorganisme maka
tahapan selanjutnya adalah pengeringan simplisia, pengeringan bertujuan untuk
mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan untuk waktu
yang lama. pengeringan dapat dilakukan dengan cara langsung dibawah sinar matahari
ataupun dengan alat khusus.
3.8. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan merupaka tahapan terahir pembuatan simplisia.
3.9. Pengepakan dan Penyimpanan
Tujuan dari pengepakan adalah untuk menghindari simplisia rusak akibat faktor intern
dan extern, misalnya cahaya, oksigen udara, reaksi kimia internal, ataupun
mikroorganisme lain atau patogen.
3.10. pemeriksaan mutu
8
pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu pemanenan atau pembelian dari
pedagang. Pada setiap pemanenan atau pembelian simplisia tertentu, perlu dilakukan
pengujian mutu.
Contoh dari pembuatan simplisia hewan dalah Proses Produksi Minyak Ikan dari Limbah
Ikan Patin yang dilakukan oleh Ramdhan Febrianto dan Sudarno pada tahun 2020.
baku yang digunakan adalah ikan patin (Pangasius pangasius). Produksi minyak ikan hanya
membutuhkan limbah dari ikan patin yaitu kepala, ekor, isi perut, tulang, kulit, belly flap, dan
sirip.Limbah ikan patin yang telah melewati proses rantai dingin di thawing lalu dicuci
menggunakan air bersih yang di alirkan ke dalam baskom menggunakan selang. Tujuan
mengalirkan air yaitu agar kotoran di dalam baskom dan sisa dari es batu ikut cair lalu hanyut
bersama aliran air, sehingga pencucian tidak terlalu kotor, Limbah ikan patin yang sudah
bersih dan ditiriskan kemudian ditimbang,Limbah lalu dipanaskan dengan cara dikukus
menggunakan panci pengukusan. pengukusan langsung ialah uap panas yang langsung
mengenai makanan. Pengukusan dilakukan untuk menghilangkan lemak yang akan membuat
tengik minyak ikan dan menghilangkan bakteri patogen. Pengukusan dengan uap panas
selama 30 menit dengan suhu ± 70℃ sampai lunak. Hasil pengukusan disebut dengan bubur
matang limbah ikan. Setelah pemanasan kemudian dilakukan proses pressing, pressing
dilakukan menggunakan alat pressing manual. Limbah ikan yang telah melalui proses
pemanasan dibungkus dengan kain. Kain di fungsikan sebagai penyaring minyak ikan agar
tidak tercampur dengan bagian-bagian yang kasar, kemudian dilakukan pemisahan Fasa
Minyak yang didapat dari pengepressan menghasilkan tiga fasa yaitu fasa minyak, air dan
konsentrat protein. Pemisahan ketiga fasa minyak ini menggunakan labu pemisah yang di
gantung pada statif. Dilakukan penambahan air hangat untuk mempermudah pemisahan
karena air hangat mempermudah pemisahan minyak dan air serta melarutkan zat-zat yang
tidak diinginkan dalam tahapan pemisahan, minyak Ikan Kasar Minyak ikan kasar masih
harus diberi perlakuan berupa pemurnian minyak ikan. Tujuan utama pemurnian ikan yaitu
menghilangkan kotoran, lendir, rasa dan bau yang tidak disukai, serta warna yang tidak
menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan
industri pangan. Metode pemurnian minyak ikan yang umum digunakan adalah metode
pemurnian alkali. Berdasarkan Ketaren (1986), tahap-tahap pemurnian ikan meliputi
penyaringan, degumming, netralisasi, bleaching dan deodorisasi, terakhir dilakukan
9
pengemasan dan Penyimpanan Minyak ikan kasar diletakkan pada botol kaca kecil sebagai
kemasan nya. Botol kaca diberi label guna menandai sampel minyak ikan. Setelah itu,
minyak ikan disimpan di dalam freezer. Jika ingin mencairkan minyak ikan cukup di thawing
menggunakan air hangat sampai cair. Penyimpanan minyak ikan ditujukan untuk
memperlama daya simpan minyak sampai dilakukan proses pemurnian. (Ramdhan Febrianto
dan Sudarno, 2020)
adapun kekurangan dan kelebihan dari simplisia hewani adalah sebagai berikut
4.1. Kekurangan
Memiliki efek farmakologis yang lemah.
bahan baku belum terstandar.
Sebagaian besar Belum dilakukan uji klinik
Mudah tercemar berbagai mikroorganisme.
4.2. Kelebihan
Efek sampingnya relatif lebih kecil dari pada obat-obatan kimia karena berasal
dari alam,
adanya Komposisi yang saling mendukung untuk mencapai efektivitas
pengobatan.
lebih sesuai untuk penyakit metabolik dan degenaratif.
Pemeriksaan mutu simplisia yaitu usaha untuk menjaga keajegan mutu simplisia.
Pemeriksaan mutu dilakukan pada waktu penerimaan dari pengumpul atau dari pedagang
simplisia. Penyederhanaan yang diterima harus berupa penyederhanaan murni dan
persyaratan persyaratan umum untuk penyederhanaan. Simplisia yang bermutu adalah
simplisia yang memenuhi persyaratan farmakope indonesia,
10
Uji organoleptik dilakukan dengan mengidentifikasi bau dan rasa simplisia. Uji
makroskopik dapat dilakukan secara langsung atau dengan kaca pembesar untuk
mengamati morfologi, ukuran dan warna simplisia. Pengamatan dengan
perbesaran tertentu untuk mengamati bagian mikroskopik dapat dilakukan untuk
mengamati jaringan atau anatomi khusus dari simplisia. Uji histokimia dapat
mengidentifikasi kandungan zat yang terdapat dalam jaringan tanaman dengan
metode kimia spesifik yang akan memberikan perubahan warna sehingga mudah
terdeteksi.
5.1.2. Kemurnian (penetapan kadar dan cemaran)
Penetapan kemurnian suatu simplisia dapat dilakukan dapat dilakukan dengan
menetapkan parameter non spesifik seperti penetapan kadar abu, cemaran mikroba
dan aflatoksin, cemaran logam berat serta cemaran residu pestisida dari simplisia.
11
5.2.4. Penetapan cemaran mikroba dan aflatoksin
Simplisia memerlukan penetapan angka cemaran mikroba yang terkandung di
dalamnya sebelum digunakan sebagai bahan baku/sampel. Dengan melakukan
penetapan angka mikroba melalui metode uji angka lempeng total, uji angka
kapang dan kahir, most probably number (MPN), uji mikroba patogen dan uji
aflatoksin. Uji angka lempeng total mengkuantifika jumlah mikroba total yang
terdapat dalam sampel simplisia, dengan batasan maksimalnya 10 juta CFU/gram.
Sementara MPN hanya mennunjukkan jumlah bakteri coliform yang terdapat
dalam sampel. Simplisia disyaratkan tidak memiliki kandungan mikroba patogen,
sehingga akan menunjukkan hasil negatif pada uji mikroba patogen. Cemaran
kapang dan khamir pada simplisia memiliki batasan 10.000 CFU/gram, dengan
cemaran aflatoksin dari Aspergillus flavus maksimal 30 bpj.
5.2.5. Penetapan kadar abu total
Kadar abu dalam simplisia menunjukkan kandungan mineral organik dan
anorganik dalam simplisia yang telah dipanaskan pada temperatr tertentu sehingga
kandungan oragniknya telah terdestruksi. Kadar abu ini dapat digunakan untuk
menetapkan tingkat pengotoran simplisia oleh kandungan logam-logan dan silikat.
5.2.6. Penetapan kadar abu tidak larut asam
Kadar abu tidak larut asam menunjukkan kandungan silikat dalam sampel
simplisia.
5.3. Parameter standardisasi simplisia spesifik
5.3.1. Penetapan kandungan senyawa spesifik
Kadar zat aktif atau kandungan lainnya dalam suatu simplisia dapat ditentukan
langsung salah satunya dengan metode kromatografi. Parameter ini spesifik
tergantung pada jenis kandungan yang ada dalam simplisia yang dianalisis.
5.3.2. Analisis mikroskopik
Analisis mikroskopik menunjukkan ciri khas anatomi dari suatu simplisia dengan
mengamati bagian spesifik mikroskopiknya, seperti stomata dan bagian sel lainnya.
5.3.3. Analisis makroskopik
Analisis makroskopik menunjukkan ciri khas morfologi luar dari suatu simplisia,
seperti warna, bau, maupun bentuk simplisia.
5.3.4. Penetapan pola kromatografi
Untuk simplisia yang belum ditentukan kandungan senyawa spesifiknya, dapat
dianalisis terlebih dahulu dengan prfil kromatografinya. Penetapan pola
12
kromatografi secara spesifik akan mengidentifikasi kandungan senyawa simplisia
untuk selanjutnya dikuantifikasi.
5.3.5. Penetapan sari larut air/alkohol
Penetapan sari ini dilakukan untuk menentukan jumlah kandungan yang dapat
tersari dengan menggunakan pelarut tertentu, misalnya air dan alkohol. Jumlah
yang tersari akan ditunjukkan dengan persen rendemen senyawa berkaitan dengan
kelarurtannya dalam pelarut yang digunakan.
A. KESIMPULAN
Simplisia hewani merupakan simplisia yang berupa hewan utuh,bagian hewan atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan yang belum berupa bahan kimia murni.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
13