Anda di halaman 1dari 31

Laporan

FARMAKOGNOSI
“IDENTIFIKASI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS AMILUM”
Diajukan untuk Memenuhi Laporan Praktikum Farmakognosi

OLEH :

KELOMPOK : V (LIMA)
KELAS : A-S1 FARMASI 2020
ASISTEN : NI LUH WIDIASTUTI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
LABORATORIUM BAHAN ALAM FARMASI
2021
Lembar Pengesahan

FARMAKOGNOSI
“IDENTIFIKASI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS AMILUM”

OLEH :
KELAS A-S1 FARMASI 2020
KELOMPOK V (LIMA)

1. REZKY NUR AZIZ (821420008)


2. CINTYA KARIM (821420012)
3. NURAIN OCTAVIANI LAMAKARAKA (821420013)
4. SELA ANDRIYANI RAHMAN (821420016)
5. NUR UTAMI POBELA (821420021)
6. ANWAR IBRAHIM (821420024)
7. NURUL HANDAYANTI MAYANG (821420034)

Gorontalo, September 2021


Mengetahui Asisten NILAI

NI LUH WIDIASTUTI
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Farmakognosi yang berjudul “Identifikasi Makroskopis dan
Miroskopis Amilum” dengan tepat waktu. Salawat serta salam semoga
tercurahkan kepada baginda Rasululllah Muhammad SAW sebagai suri teladan
yang paling sempurna.
Adapun maksud penyusunan laporan ini untuk memenuhi tugas praktikum
Farmakognosi. Ucapan terima kasih kepada asisten penanggung jawab kelompok
V, serta kepada seluruh asisten Praktikum Farmakognosi yang telah membimbing
penulis sehingga laporan ini dapat selesai.
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan kami masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu
segala kritik dan saran yang sifatnya memperbaiki, menyempurnakan dan
mengembangkan laporan ini sangat kami harapkan.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam
rangka menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses ekstraksi dan
evaporasi.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Gorontalo, Oktober 2021

Kelompok V

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Maksud Percobaan.............................................................................. 3
1.3 Tujuan Percobaan............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 4
2.1 Dasar Teori......................................................................................... 4
2.2 Uraian Tanaman................................................................................. 7
2.3 Uraian Bahan...................................................................................... 8
BAB III METODE KERJA........................................................................... 10
3.1 Waktu Pelaksanaan............................................................................. 10
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 10
3.3 Cara Kerja........................................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 12
4.1 Hasil Pengamatan............................................................................... 12
4.2 Perhitungan......................................................................................... 12
4.3 Pembahasan........................................................................................ 13
BAB V PENUTUP......................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 17
5.2 Saran................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman
hayati terutama tumbuh-tumbuhan. Pada umumnya tumbuhan tersebut telah
dimanfaatkan secara turun-temurun sebagai bahan baku obat-obatan baik untuk
tindakan pencegahan maupun terapi pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit.
Tumbuhan tersebut jika ditelaah lebih lanjut mempunyai kandungan kimia aktif
terhadap proses biologis yang ada didalam tubuh makhluk hidup. Kandungan
kimia aktif yang umumnya ditemukan dalam tumbuhan yaitu kandungan
karbohidrat. Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi paling penting bagi
makhluk hidup karena molekulnya menyediakan unsur karbon yang siap
digunakan oleh sel. Sumber karbohidrat di wilayah Indonesia cukup banyak
dan begitu melimpah diantaranya seperti tanaman padi, ubi jalar, ubi kayu,
jagung, talas, sagu dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman,
pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan baku obat perlu adanya penelitian lebih
lanjut untuk perkembangan ilmu pengetahuan terlebih khusus untuk
perkembangan ilmu farmasi.
Farmasi adalah profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan
dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat. Ini meliputi seni dan ilmu
pembuatan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk yang
cocok dan enak dipakai untuk mencegah, mendiagnosa penyakit, atau untuk
pengobatan penyakit. Farmasi juga menyaring dan menyerap pengetahuan yang
relevan dari ilmu biologi, kimia, fisika hingga teknologi. Ilmu farmasi memiliki
banyak cabang ilmu di dalamnya, antara lain farmakologi, kimia farmasi,
biofarmasetika, farmasi klinik hingga farmakognosi (Anief, 2005).
Farmakognosi berasal dari dua kata Yunani yaitu Pharmakon yang berarti
obat dan gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi farmakognosi berarti
ilmu pengetahuan tentang obat. Di Indonesia farmakognosi dikhususkan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang obat yang berasal dari nabati, hewani dan mineral.
Definisi yang mencakup seluruh ruang lingkup farmakognosi yaitu pengetahuan

1
secara serentak berbagai macam cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh
segala segi yang perlu diketahui tentang obat.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Beberapa
bahan obat dapat diperoleh dari bahan tradisional maupun bahan sintetik. Bahan
obat tradisional pada umumnya berasal dari tumbuhan, hewan maupun mineral.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan baku obat lebih dikenal dengan sebagai
tanaman berkhasiat obat atau obat tradisional.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat .
Tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya
mempunyai khasiat obat yang menghasilkan satu atau lebih komponen aktif.
Untuk pengenalan mengenai tumbuhan obat masih terlalu sedikit apalagi dalam
pemanfaatannya dalam bentuk segar ataupun dalam bentuk lainnya. Tak lepas dari
itu pemanfaatan senyawa-senyawa kimia dalam dunia kesehatan banyak
ditemukan terlebih untuk pemanfaatan senyawa karbohidrat.
Karbohidrat disebut juga zat pati atau zat tepung atau zat gula yang
tersusun dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Di dalam tubuh
karbohidrat akan dibakar untuk menghasilkan tenaga atau panas. Satu gram
karbohidrat akan menghasilkan empat kalori. Berdasarkan ukuran molekul
karbohidrat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: monosakarida, disakarida, dan
polisakarida. Banyak karbohidrat merupakan polimer (rantai berulang yang
panjang), yang tersusun dari banyak rangkaian molekul gula, yang
disebut polisakarida, misalnya kitin, selulosa, dan pati.
Amilum atau pati merupakan senyawa organik lain yang tersebar begitu
luas sebagai kandungan tanaman. Dalam jumlah yang besar, amilum dihasilkan
dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk

2
fotosintesis. Amilum tersimpan dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar
tanaman menahun dan umbi. Salah satu eksipien yang dapat digunakan dalam
pembuatan sediaan farmasi adalah amilum. Amilum merupakan 50-65% berat
kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang. Amilum berbentuk
granul atau butir-butir kecil dengan lapisan-lapisan yang karakteristik (Endarini,
2016). Amilum alami merupakan salah satu eksipien yang sering digunakan
sebagai bahan pengisi, penghancur dan pengikat dalam pembuatan tablet. Amilum
merupakan eksipien yang bersifat inert dan murah .
Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas pada praktikum kali ini
dilakukan percobaan identifikasi makroskopis dan mikroskopis amilum dengan
menggunakan sampel beras (Oryza sativa), untuk mengetahui secara khusus
pemanfaatan amilum dalam dunia farmasi.
1.2 Maksud Percobaan
Adapun maksud percobaan identifikasi makroskopis dan mikroskopis
amilum yaitu mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami mengenai
identifikasi amilum yang berasal dari tanaman secara makroskopis maupun secara
mikroskopis dengan baik dan benar.
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan kegiatan praktikun identifikasi makroskopis dan
mikroskopis amilum diantaranya:
1. Agar universitas dapat memperdalam pengetahuan mahasiswa tentang
identifikasi amilum
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses identifikasi amilum secara
makroskopis dan mikroskopis
3. Agar masyarakat dapat mengetahui manfaat amilum dengan baik
1.4 Manfaat Percobaan
1. Universitas dapat memperdalam pengetahuan mahasiswa tentang
identifikasi amilum
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses identifikasi amilum secara
makroskopis dan mikroskopis
3. Masyarakat dapat mengetahui manfaat amilum dengan baik

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat adalah suatu senyawa yang terdiri dari atom karbon, hidrogen,
dan oksigen. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi makhluk hidup.
Karbohidrat dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil
metabolise karbohidrat yaitu glukosa yang terdapat dalam darah dan glikogen
yaitu karbohidrat yang disintesis oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber
energi (Poedjiati, 2007).
2.1.2 Klasifikasi Karbohidrat
Menurut Haribi (2009), Karbohidrat memiliki tiga golongan utama yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
a. Monosakarida memiliki sifat tidak berwarna, kristal padat yang bebas dan
larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut non polar, dan kebanyakan
memiliki rasa manis. Monosakarida terdiri 3-6 rantai atom C. Monosakarida
yang mengandung 1 gugus aldehid disebut aldosa . Monosakarida yang
mengandung 1 gugus keton disebut ketosa. Monosakarida yang penting
yaitu triosa (C3) contoh gliseraldehida, tetrosa (C4) contoh eritrosa , pentose
(C5) contoh ribose , heksosa (C6) contoh galaktosa, glukosa, dan fruktosa.
b.
b. Disakarida mengandung dua unit monosakarida yang berikatan secara
kovalen terhadap sesamanya. Dua molekul sakarid disebut disakarida. Jenis
oligosakarida yaitu sukrosa (glukosa dan fruktosa), laktosa (glukosa dan
galaktosa) , dan maltosa (terdiri dari 2 molekul glukosa).
c. Polisakarida disebut juga glikan, yang berbeda dalam kandungan unit
monosakarida, panjang rantai, dan percabangan. Terdapat dua jenis
polisakarida yaitu homopolisakarida yang mengandung hanya satu jenis unit
monomer contoh pati yang mengandung hanya unit D-glukosa, dan
heteropoli sakarida yang mengandung dua atau lebih jenis monosakarida
yang berdeda, contoh asam hialuronat pada jaringan pengikat, yang

4
mengandung secara berganti-ganti residu dari dua jenis gula. Polisakarida
penyimpan yang paling penting adalah pati yang khas sebagai polisakarida
tanaman dan glikogen pada hewan. Pati dan glikogen terdapat dalam sel
dalam bentuk gumpalan atau granula.
2.1.3 Pengertian Amilum
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu
sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian
(Poedjiadi, A. 2009).
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada
kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai
wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan
dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-
jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-
65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang
(Gunawan,2004).
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu
sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian
(Poedjiadi, A. 2009).
Amilum juga disebut dengan pati. Pati yang diperdagangkan diperoleh dari
berbagai bagian tanaman, misalnya endosperma biji tanaman gandum, jagung dan
padi ; dari umbi kentang ; umbi akar Manihot esculenta (pati tapioka); batang
Metroxylon sagu (pati sagu); dan rhizom umbi tumbuhan bersitaminodia yang
meliputi Canna edulis, Maranta arundinacea, dan Curcuma angustifolia (pati umbi
larut) (Fahn, 1995).
2.1.4 Pembagian Amilum
Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah
polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya amilopektin.
1.  Amilosa :  Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan
ikatan α 1,4 glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai terbuka.
2. Amilopektin : Terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar
mempunyai ikatan 1,4- glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-glikosidik.

5
adanya ikatan 1,6-glikosidik menyebabkan terdjadinya cabang, sehingga
molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul
amilopektin lebih besar dari pada molekul amilosa karena terdiri atas lebih
1000 unit glukosa (Poedjiadi, A. 2009).
Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan
80% bagian yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum oleh asama
mineral menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif
(Gunawan, 2004).
Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga
menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim
amilase, dalam air ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas
terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat pada makanan kita
oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk β – maltosa
(Poedjiadi,A. 2009).
2.1.5 Kegunaan Amilum dalam Farmasi
Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang farmasi
adalah jagung (Zea mays), Padi/beras (Oryza sativa), kentang (Solanum
tuberosum), ketela rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon (Manihot utilissima)
(Gunawan, 2004).
Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari
Zea mays Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum
tuberosum Linne (Solanaceae). Granul amilum jagung berbentu polygonal,
membulat atau sferoidal dam mempunyai garis tengah 35 mm. Amilum gandum
dan kentang mempunyai komposisi yang kurang seragam, masing-masing
mempunyai 2 tipe granul yang berbeda (Gunawan, 2004).
Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai
bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi
tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat
diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum
gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria
(Gunawan, 2004).

6
Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri farmasi. Hal
ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang
kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai
pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai
musilago, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara granulasi basah (Anwar,
2004).
Amilum hidroksi-etil adalah bahan yang semisintetik yang digunakan
sebagai pengencer plasma (dalam larutan 6%). Ini merupakan pengibatan
tasmbahan untuk kejutan yang disebabkan oleh pendarahan, luka terbakar,
pembedahan, sepsis, dan trauma lain. Sediaan amilum yang terdapat dalam
pasaran adalah Volex® (Gunawan, 2004).
Fungsi amilum dalam dunia faramasi  digunakan sebagai bahan penghancur
atau pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu hancurnya tablet
setelah ditelan (Syamsuni H,A. 2007).
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Padi (Oriza sativa L.)
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oryza Gambar 2.1
Padi (Oriza sativa)
Spesies : Oryza sativa L.
b. Morfologi
Tanaman padi terdiri dari dua bagian utama yaitu, bagian vegetatif (fase
pertumbuhan) dan bagian generatif (fase reproduktif). Bagian vegetatif tanaman
padi antara lain daun, batang dan akar, sedangkan bagian generatif tanaman padi
meliputi bunga, malai dan gabah (Purwono dan Purnamawati, 2007). Daun
tanaman padi muncul pada buku-buku dengan susunan berseling dan berbentuk
lanset (sempit memanjang) serta memiliki pelepah daun. Tiap buku tumbuh satu

7
daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun (auricle), telinga daun dan lidah
daun (ligule) (Purwono dan Purnamawati, 2007). Daun terpanjang tanaman padi
berada pada daun keempat dari daun bendera. Batang tanaman padi berbentuk
bulat, berongga dan beruas. Antara ruas yang satu dengan yang lain dipisahkan
oleh satu buku. Ruas batang tanaman padi sangat pendek dan rapat pada awal
pertumbuhan dan akan memanjang ketika memasuki fase produktif. Batang
sekunder tumbuh pada bagian buku paling bawah dan batang sekunder akan
menjadi batang tersier (Meiliza, 2006). Sistem perakaran tanaman padi adalah
serabut, yang sangat efektif dalam penyerapan hara akan tetapi peka terhadap
kondisi tanah yang kering. Akar tanaman padi memiliki saluran aerenchym yang
berfungsi untuk menyediakan oksigen di daerah perakaran ketika tanaman padi
tergenang air (anaerob). Saluran aerenchym memiliki bentuk menyerupai pipa
yang memanjang sampai ujung daun (Purwono dan Purnawati, 2007). Akar
primer merupakan akar yang tumbuh dari kecambah benih dan akar seminal
tumbuh di dekat buku (Meiliza, 2006).
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979 )
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, Methanol, Etanol
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C2H5OH


Berat Molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap,
dan mudah bergerak, bau khas dan rasa panas.
Mudah terbakar dan memberikan nyala biru yang
tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P

8
Khasiat : Disinfektan atau digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan
hidup seperti pada permukaan kulit dan
desinfektan atau digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi sertadapat membasmi kuman
penyakit.
Kegunaan : Untuk membersihkan alat yang akan digunakan
dan dapat digunakan sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam Wadah tertutup rapat.
2.3.1 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : H2O


Berat Molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
Berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Khasiat : Dapat melarutkan berbagai zat
Kegunaan : Sebagai bahan pendispersi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

9
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Farmakognosi percobaan identifikasi mikroskopis dan
makroskopis amilum dan folium dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2021 pada
pukul 09.45-11.45 WITA. Pelaksanaan praktikum bertempat di Laboratorium
Farmasi Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga Dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum identifikasi mikroskopis dan
makroskopis amilum dan folium yaitu blender, capor, kain saring, loyang stenlis,
lap halus, mikroskop, neraca ohaus, oven, penjepit, spatula dan wadah bening.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum skrining fitokimia yaitu aquades,
alkohol 70%, beras 1 kg dan tisu.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan amilum beras
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan etanol 70%
3. Dicuci beras yang akan digunakan
4. Dimasukkan beras sebanyak 1 kg kedalam blender
5. Ditambahkan air sebanyak 1 liter dan diblender hingga halus
6. Disaring sampel yang telah di blender untuk memisahkan filtrat dan residu
7. Ditimbang residu menggunakan neraca ohaus
8. Didiamkan hasil filtrat selama 30 menit untuk mendapatkan endpan
amilum
9. Dipisahkan filtrat dan endapan
10. Dipindahkan hasil endapan kedalam capor
11. Dioven hasil endapan selamaa 20 menit
12. Dihitung persen rendemen

10
3.3.2 Pengamatan Makroskopis
1. Disiapkan sampel amilum yang telah dioven
2. Diamati warna dan tekstur dari amilum
3. Dihirup aroma amilum untuk menentukan bau dari amilum beras
4. Dirasa amilum dengan cara diambil setitik amilum menggunakan jari lalu
diletakkan di lidah
3.3.3 Pengamatan Mikroskopis
1. Disiapkan sampel amilum yang telah dioven
2. Dilakukan pengamatan mikroskopis menggunakan alat mikroskop
3. Diambil setitik sampel di letakkan diatas gelas objek
4. Ditetesi air secukupnya dan ditutup menggunakan kaca preparat
5. Diamati bentuk dari amilum beras

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Uji Mikroskopis

Gambar 4.1 Gambar 4.2


Amilum Beras Amilum Beras
(Oryza Sativa) (Oryza Sativa)
(Dalimartha, 1999)

4.1.2 Uji Makroskopis

Warna Bau Rasa Tekstur Gambar

Putih Tidak Tidak Butir-Butir


berbau berasa halus dan
menggumpal

12
4.1.3 Perhitungan
% Rendemen
Jumlah sampel akhir
Rumus =
Jumlah sampel awal
× 100%

803 279 g
=
100 1000 g
× 100%

= 6,71 %
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan identifikasi makroskopis dan
mikroskopis amilum. Percobaan ini bertujuan untuk dapat mengetahui cara
membuat amilum/pati, cara mengidentifikasi amilum beras secara makroskopis
dan mikroskopis, serta cara menghitung persen rendemen amilum beras.
Amilum merupakan polisakarida alami yang mengandung amilosa dan
amilopektin yang dapat diperoleh dengan cara mengisolasi bagian tanaman secara
umum mempunyai fungsi sebagai bahan tambahan dalam pembuatan tablet
(Suryani dkk, 2013).
Adapun alat yang di gunakan cawan porselin, blender, lap halus, neraca
ohaus, oven, penjepit, tabung, spatula, dan wadah bening. Adapun bahan yang
digunakan alkohol 70%, aquadest, kain saring, beras, dan tissu.
Hal pertama yang dilakukan yaitu membersihkan alat yang akan
digunakan dengan menggunakan alkohol 70% untuk membunuh mikroba, karena
menurut Pratiwi (2008), alkohol 70% berfungsi sebagai disinfektan sehingga alat
yang diolesi alkohol akan berkurang kumannya.
Langkah kedua di timbang beras yang telah di cuci bersih sebanyak 1 kg.
Menurut Bahtiar (2011) penimbangan dilakukan agar didapatkan data atau hasil
yang akurat, didalam dunia farmasi penimbangan massa yang sesuai menjadi
tuntutan yang harus dipenuhi untuk mencapai keberhasilan terapi dari suatu obat.
Selanjutnya, beras yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam blender dan
di tambahkan aquadest agar mudah untuk dihaluskan, menurut Nurliyana (2010),
penghalusan sampel bertujuan untuk memperluas permukaan serta membantu

13
pemecahan dinding dan membran sel, sehingga mempermudah dalam proses
identifikasi suatu senyawa.
Setelah itu sampel yang telah halus disaring menggunakan kain saring
berwarna putih, menurut Saifudin (2011), penyaringan dilakukan untuk
memisahkan residu dan filtrat dan penggunaan kain putih karena kain putih tidak
memiliki zat pewarna sehingga tidak terjadi kontaminasi antara filtrat dan zat
pewarna saat penyaringan.
Pada langkah selanjutnya ditimbang residu menggunakan neraca ohaus.
Menurut Suryanto (2009), penimbangan residu bertujuan untuk mengetahui bobot
residu serta membandingkannya dengan bobot awal sampel.
Selanjutnya, filtrat sampel yang telah dipisahkan dari residu di diamkan
dalam wadah bening hingga menghasilkan endapan. Menurut Santhi (2016),
wadah bening memiliki sifat transparan atau tembus pandang sehingga
memudahkan dalam proses melihat endapan. Endapan kemudian dipisahkan dari
filtratnya. Menurut Pradika (2008) tujuan pemisahan ini adalah untuk
menghasilkan filtrat yang baik.
Setelah didapatkan pati dari beras, kemudian pati tersebut dipindahkan ke
dalam capor. Menurut Roska (2016), cawan porselin digunakan untuk
mereaksikan suatu zat pada suhu tinggi. Lalu dimasukkan ke dalam oven dengan
suhu 100oC selama 20 menit. Menurut Depkes RI (2000), penggunaan suhu
100oC pada pengovenan yaitu agar air yang terdapat pada sampel akan menguap.
Penggunaan suhu 100oC pada pengovenan menurut Depkes (2002), yaitu agar air
yang terdapat pada sampel akan menguap dan senyawa-senyawa yang memiliki
titik didih lebih rendah juga akan menguap. Sehingga amilum benar-benar kering.
Setelah itu, pati di timbang untuk menentukan hasil % rendemen,
kemudian setelah selesai di timbang kemudian dilakukan uji mikroskopis dan
makroskopis pada pati singkong tersebut.
Pada uji makroskopis ini meliputi uji organoleptis yakni meliputi bau,
rasa, warna dan tekstur. Karena menurut Sumanti dkk (2009), pengertian
identifikasi makroskopis dilakukan dengan cara menguji bau, rasa, dan warna.
Untuk menguji bau dilakukan dengan cara amilum padi didekatkan ke hidung,

14
kemudian diperhatikan aromanya. Selanjutnya, pada uji rasa dilakukan dengan
cara diletakkan sedikit butir amilum pada ujung lidah, dan amati rasanya.
Kemudian pada uji warna dilakuka dengan melihat warna yang ada pada
amilum padi. Langkah selanjutnya dilakukan perhitungan persen rendemen.
Dan hasil dari uji yang dilakukan adalah, pati beras memiliki warna putih, baunya
tidak menyengat, tidak berasa dan teksturnya halus dan menggumpal. Hal ini
sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh Purnami (2019), yaitu uji
makroskopis dari amilum padi yaitu berwarna putih, tidak memiliki bau dan juga
tidak memiliki rasa. Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri fisik
amilum yang kemudian disesuaikan.
Pada uji mikroskopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Karena
menurut irhami (2019), mikroskop memiliki fungsi utama yaitu untuk melihat
dan juga mengamati objek dengan ukuran sangat kecil yang tidak bisa
dilihat dengan mata normal.
Langkah pertama yang dilakukan adalah, pati beras di letakkan
secukupnya di atas kaca preparat, karena menurut Aprianti (2016), preparat
dibuat untuk memudahkan proses pengamatan jaringan. Setelah itu, ditetesi air
lalu ditutup kembali menggunakan kaca objek. Karena menurut Kurniawaty
(2017), kaca objek memiliki sifat tembus pandang sehingga memudahkan
proses pengamatan. Selanjutnya, ditutup dengan kaca preparat. Penggunaan
kaca preparat menurut Suhana (1989), adalah untuk melindungi sampel dari

debu dan kontak yang tidak disengaja. lalu di amati di bawah mikroskop. Setelah
itu di amati menggunakan mikroskop
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, pada preparat beras
ditemukan adanya amilum berbentuk bulat pada perbesaran 40x.Menurut Elfrida
dkk (2012), amilum padi memiliki bentuk seperti butirpersegi banyak ukuran
2µm sampai 5µm, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur ukuran 10 µm sampai
20 µm. Hilus ditengah, tidak terlihat jelas, tidak ada lamelakonsentris.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, pada preparat beras
ditemukan adanya amilum berbentuk bulat pada perbesaran 40x. Kemungkinan
kesalahan yang terjadi selama melakukan percobaan adalah, ketidaktelitiannya

15
pada saat menimbang amilum sehingga mempengaruhi hasil persen rendemen
yang didapat dan pembuatan preparat yang terlalu bertumpuk sehingga
mempengaruhi hasil dari pengamatan.

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Amilum adalah polisakarida yang merupakan bentuk simpananpada sel-
sel tumbuhan termasuk buah. Pemerian amilum berupa serbuk halus
berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa atau butir granul yang
mempunyai ukuran dan bentukkaraktristik tergantung masing-masing
tumbuhan.Kelarutan praktis tidak larut dalam air dingindan dalam etanol,
tetapi larut dalam air panas.
2. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, pada preparat beras
ditemukan adanya amilum berbentuk bulat pada perbesaran 40x. pada uji
makroskopik di dapatkan amilum berwarna putih, halus, tidak berbay tajam,
dan memiliki rasa yang hambar
3. Amilum bermanfaat sebagai sumber energi bagi tubuh manusia. Amilum
juga digunakan sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi
yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan
penghancur,sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai
antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa digunakan
sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Agar kiranya pihak jurusan dapat meingkatkan fasilitas-fasilitas didalam
laboratorium maupun diluar laboratorium untuk menunjang proses pembelajaran
mahasiswa.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Agar kiranya dapat melengkapi alat-alat yang diperlukan untuk praktikum
didalam laboratorium.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Asisiten hendaknya lebih sabar lagi dalam membimbing dan mengayomi
praktikan agar dapat menjalin hubungan yang baik dengan praktikan dan juga
praktikum dapat berjalan dengan baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anief M., 2007, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anwar, A. 2004. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Sumber


Wijaya.

Apriani, Ike. 2016. Pengembangan Media Belajar: Angkak Beras Merah Dan
The(Camellia sinensis) Sebagai Pewarna Alternatif Preparat Basah
Jaringan

Azwar, Saifuddin. 2011. Metode Penelitian Cetakan XII. Yogyakarta:


PustakaPelajar.

Bakhtiar, Suaha., 2011. Biologiuntuk SMA dan MaKelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional 67 Berbagai Kaca Film.
Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Departemen Kesehatan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat, Cetakan Pertama, 3-11, 17-19, Dikjen POM, Direktorat Pengawasan
Obat Tradisional

Depkes RI. 2002. Keputusan Menkes RI No. 228/MENKES/SK/III/2002 tentang


Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Yang
Wajib Dilaksanakan Daerah

Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia, (edisi 3). Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 639

Elfrida, dkk. 2012. Identifikasi Amilum Secara Kimiawi Dan Mikroskopi. Jakarta

Endarini L. H., 2016. Farmakognosi dan Fitokimia. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gadjahmada University Press.


Yogyakarta. 943 hal. 

Gunawan S.G., 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta Departemen Farmakologi


dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pp. 210-31

Gunawan, G., Wijayanto, N. and Budi, S.W., 2004. Karakteristik Sifat Kimia
Tanah dan Status Kesuburan Tanah pada Agroforestri Tanaman Sayuran
Berbasis Eucalyptus Sp. Jurnal Silvikultur Tropika, 10(2), pp.63-69.
Haribi, R, Sri Darmawati, Tri Hartati. 2009. Kelainan Fungsi Hati Dan Ginjal
Tikus Putih (Rattus norvegicus, L.) Akibat Suplementasi Tawas Dalam
Pakan. Jurnal Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Vol.2 No.2

Irawati. 2008. Pengujian Mutu 1. Diploma IV PDPPTK VEDCA.Cianjur.

Irhami, S.N. 2019. Implementasi Pendekatan Konstekstual untuk


Meningkatkan Gairah Siswa dalam Pembelajaran Biologi di Madrasah
Aliyah Negeri 02 Banyumas. Bandung: Madrasah Aliyah Negeri 02
Banyumas, Jakarta.

Kurniawaty, S.C. 2017. Studi Fisis Daya Absorpsi, Refleksi Dan Transmisi.

Meilisa, N., 2006. Iklan kosmetik pemutih kulit: persepsi dan ekspektasi pengguna
serta tinjauan etis menurut tata krama periklanan Indonesia (Doctoral
dissertation, Petra Christian University).

Nurliyana, R., Z.I. Syrd, S.K., Mustapha, M.R., Aisyah, R.K., Kamarul, 2010,
Antioxidant Study of Pulps and Peels of Dragon Fruits : A Comparative
Study, International Food Research Journal, 17 : 367-375.

Poedjiati, Anna. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press: Jakarta. 

Pradika, E.I. 2008. Isolasi Mikroorganisme. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 4(3):


15–19.

Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Pubchem. 2019. Ethylbenzene (Online). https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/com


pound/ethylbenzene.

Purwono dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan


Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rustan, Suryanto. 2009. Tumbuhan. Palembang: Uin Raden Fatah Palembang


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Syamsuni,H,A. 2007. Ilmu Resep, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. 


LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Alat dan Bahan
1. Alat
No. Nama Alat Gambar Fungsi
1. Blender Digunakan untuk
menghancurkan sampel

2. Capor Wadah untuk meletakkan


amilum dalam oven

3. Kain saring Digunakan untuk


memisahkan filtrat dan
residu

4. Loyang stenlis Digunakan untuk


mencuci beras

5. Lap halus Digunakan untuk


meletakkan alat dan
bahan

6. Mikroskop Digunakan untuk


menguji mikroskopis
pada amilum beras
7. Neraca ohaus Digunakan untuk
menimbang bahan
8. Oven Digunakan untuk
mengeringkan amilum

9. Penjepit Digunakan untuk


mengangkat capor dari
oven
10. Spatula Digunakan untuk
mengambil endapan
beras

11. Wadah bening Digunakan untuk


meletakkan filtrat dari
beras

2. Bahan
No Nama Bahan Gambar Fungsi

1. Alkohol 70% untuk membersihkan


alat dan menghilangkan
mikroba

2. Aquadest Sebagai zat tambahan


untuk memudahkan
proses penghancuran
3. Beras Sebagai sampel

4. Tisu Untuk membersihkan


alat
Lampiran 2 : Diagram Alir

Pembuatan Amilum Beras

 Disiapkan alat dan bahan


 Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
 Dicuci beras yang akan digunakan
 Dimasukkan beras sebanyak 1 kg kedalam blender
 Ditambahkan air sebanyak 1 liter dan diblender hingga halus
 Disaring sampel yang telah di blender untuk memisahkan
filtrat dan residu
 Ditimbang residu menggunakan neraca ohaus
 Didiamkan hasil filtrat selama 30 menit untuk mendapatkan
endpan amilum
 Dipisahkan filtrat dan endapan
 Dipindahkan hasil endapan kedalam capor
 Dioven hasil endapan selamaa 20 menit
 Dihitung persen rendemen

Hasil % Rendemen Amilum


Beras adalah 6,71%
Uji Makroskopis Amilum Beras

 Disiapkan sampel amilum yang telah dioven


 Dilakukan Pengamatan mikroskopis untuk menguji
organeleptis meliputi warna, bau, tekstur dan rasa
 Diamati warna dan tekstur dari amilum
 Dihirup aroma amilum untuk menentukan bau dari amilum
beras
 Dirasa amilum dengan cara diambil setitik amilum
menggunakan jari lalu diletakkan di lidah

Warna : Putih
Bau : Tidak menyengat
Tekstur : Halus dan Menggumpal
Rasa : Tawar

Uji Mikroskopis Amilum Beras

 Disiapkan sampel amilum yang telah dioven


 Dilakukan pengamatan mikroskopis menggunakan alat
mikroskop
 Diambil setitik sampel di letakkan diatas gelas objek
 Ditetesi air secukupnya dan ditutup menggunakan kaca
preparat
 Diamati bentuk dari amilum beras
Lampiran 3 : Skema Kerja
1. Pembuatan Amilum Beras

Disiapkan alat dan Dibersihkan alat Dicuci beras yang


bahan menggunakan alkhol akan digunakan
70%

Disaring sampel yang Ditambahkan air Dimasukkan beras


telah di blender sebanyak 1 liter dan sebanyak 1 kg
diblender hingga kedalam blender
halus

Ditimbang residu Didiamkan hasil Dipisahkan filtrat dan


menggunakan neraca filtrat selama 30 endapan
ohaus menit untuk
mendapatkan endpan
amilum
Dioven hasil endapan Dipindahkan hasil
selamaa 20 menit endapan kedalam
capor

2. Pengujian makroskopis Amilum Beras

Disiapkan sampel Diamati warna dan Dihirup aroma


amilum yang telah tekstur dari amilum amilum untuk
dioven menentukan bau
amilum

Dirasa amilum
dengan cara diambil
setitik amilum
menggunakan jari
lalu diletakkan di
lidah
3. Pengujian mikroskopis Amilum Beras

Disiapkan sampel Dilakukan Diambil setitik


amilum yang telah pengamatan sampel di letakkan
dioven menggunakan alat diatas gelas objek
mikroskop

Diamati bentuk dari Ditetesi air


amilum beras secukupnya dan
ditutup menggunakan
kaca preparat

Anda mungkin juga menyukai