OLEH :
KELOMPOK 2 SESI 1
NAMA STAMBUK
HUSNUL KHATIMAH 19.055.AF
IGA AYU LESTARI 19.056.AF
INDAH LESTARI 19.057.AF
MAULANA RIDHO RISQULLAH 19.058.AF
MUH. GAFFAR 19.059.AF
MUH. SYAIFUL HIDAYATULLAH 19.061.AF
MUH. ANWAR 19.062.AF
MUHAMMAD. AWALDI 19.063.AF
MUSDALIFAH KADRI 19.064.AF
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
AKADEMI FARMASI YAMASI
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok 2 Sesi 1
Kelas Reguler B19
Menyetujui,
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Akhir kata, semoga laporan yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Makassar,
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Sampul
Lembar Pengesahan.............................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................2
C. Maksud Praktikum................................................................2
D. Tujuan Praktikum..................................................................2
A. UraianTanaman....................................................................4
a. Klasifikasi Tanaman........................................................4
b. Morfologi Tanaman.........................................................5
c. Nama lain........................................................................5
d. Kandungan Kimia............................................................6
e. Khasiat Tanaman............................................................6
B. Metode Ekstraksi..................................................................11
C. Penguapan Ekstrak..............................................................13
D. Partisi Cair-cair.....................................................................16
1. Alat..................................................................................19
2. Bahan..............................................................................19
ii
B. Prosedur Kerja......................................................................19
A. Hasil Praktikum.....................................................................23
B. Pembahasan.........................................................................27
A. Kesimpulan...........................................................................31
B. Saran....................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1.Skema Kerja Praktikum......................................................37
Lampiran 2.Gambar Tanaman..............................................................41
Lampiran 3.Gambar Hasil Praktikum.....................................................42
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Simplisia merupakan bahan awal pembuatan sediaan herbal. Mutu
sediaan herbal sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan.
Oleh karena itu, sumber simplisia, cara pengolahan, dan penyimpanan
harus dapat dilakukan dengan cara yang baik. Simplisia adalah bahan
alam yang digunakan sebagai bahan sediaan herbal yang belum
mengalami pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 2005). Istilah
simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang masih
berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk
(Gunawan, 2010).
Jadi simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi
menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia mineral (Melinda, 2014).
Tumbuhan asam jawa (Tamarindus indica L.) merupakan salah
satu tumbuhan yang banyak dibudidayakan di negara tropis sehingga
dapat dengan mudah ditemukan termasuk di Indonesia. Tumbuhan ini
biasanya dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional. Bagian
tumbuhan Tamarindus indica L. yang biasa digunakan untuk pengobatan
antara lain bagian daun, kulit batang, daging buah dan juga bijinya
(Faradiba et al., 2016). Tamarindus indica L. dapat dikembangkan baik
secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan Tamarindus indica L.
secara vegatatif dapat menghasilkan buah berlimpah apabila organ
tanamannya berasal dari pohon induk yang bergenetik unggul. Namun
karena jarangnya ketersediaan tegaka pohon asam jawa di alam saat ini,
1
maka perbanyakan secara generatif dengan biji, dapat menjadi pilohan
yang tepat dalam upaya pembudidayaannya (Situmorang et al., 2015).
Ekstraksi adalah pemisahan zat target dan zat yang tidak berguna
dimana teknik pemisahan berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut
antara dua pelarut atau lebih yang saling bercampur. Pada umumnya, zat
terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau sedikit larut dalam suatu
pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain (Harbone, 1987).
Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh
kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan dengan
pelarut yang sesuai dalam standar prosedur ekstraksi (ICS-UNIDO, 2008;
Ditjen POM, 2000).
Pada penelitian ini, digunakan metode kromatografi lapis tipis
dengan maksud untuk mendapatkan komponen yang dapat menentukan
identitas simplisia, terutama untuk mengetahui kandungan senyawa
simplisia. Dari beberapa macam metode kromatografi, metode
kromatografi lapis tipis lebih banyak digunakan karena dapat memisahkan
campuran zat dan memberikan pemisahan yang baik disamping waktu
yang dibutuhkan cepat dan biayanya realtif murah (Soeharsono, M. 1989).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengetahui proses ekstraksi pada
tanaman daun asam jawa dengan metode perkolasi.
2. Identifikasi kandungan tanaman daun asam jawa secara
KLT.
C. Maksud Praktikum
Maksud dilakukannya praktikum ini adalah untuk
mengetahui dan memahami proses ekstraksi pada sampel
tanaman Daun asam jawa dengan metode perkolasi dan
mengidentifikasi zat kimia yang ada pada sampel dengan cara
KLT .
2
D. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk
mengekstraksi sampel tanaman dengan metode perkolasi dan
mengidentifikasi zat kimia yang ada pada sampel dengan cara
KLT.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
a. KlasifikasiTanaman
1) Klasifikasi Tanaman
Regnum : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Striptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Superorder : Rosanea
Order : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Tamarindus L.
Species : Tamarindus Indica L.
4
b. Morfologi Tanaman
Asam jawa merupakan pohon dengan tinggi batang
mencapai 15 - 25 m, bercabang banyak , berkayu keras. Daun
majemuk menyirip genap, panjang 5 - 13 cm, terdapat 10 - 15
pasang anak daun yang duduknya berhadapan dan bertangkai
sangat pendek, hamper duduk. Helaian anak daun bentuknya
bulat panjang, ujung dan pangkal membulat, bagian tepi rata.
Kedua permukaan daun halus dan licin, berwarna hijau dengan
warna sisi bawah lebih muda, panjang 1 - 2,5 cm, lebar 0,5 - 1
cm. bunga dalam berbentuk tandan yang panjangnya 2 - 16 cm,
terdiri atas 6 - 30 kuntum bunga yang letaknya hamper duduk,
berwarna kuning berurat merahkeluar dari ketiak daun atau ujung
percabangan. Buah polong, bertangkai, bulat panjang pipih,
panjang 3,5 - 20 cm, lebar 2,5 - 4 cm, bagian ujung meruncing,
diantara biji Universitas Sumatera Utara 8 kerap menyempit, kulit
dinding luar rapuh dan berwarna coklat muda. Daging buah
berwarna kuning sampai coklat kekuningan dan rasanya asam.
Dalam satu buah terdapat 1 - 12 biji yang memiliki panjang
sampai 18 mm, bentuk tidak teratur, warna kemerah-merahan,
coklat tua atau hitam mengkilap. Inti biji :lurus ada putih (Nuraini,
2011).
c. Nama Lain
Nama daerah asam jawa: asam jawa, kayu asam sumatera,
tangkal asem, wit asam jawa, asam jawa Kalimantan, celangi
nusa tenggara, asam jawi, camba Sulawesi, asam jawaka
Maluku (Nuraini, 2011).
d. Kandungan Kimia
Kandungan Kimia Tumbuhaan Asam Jawa (Tamarindus indica
L.). Asamjawa mengandung protein, lemak, serat, alkaloid,
5
saponin, tanin, flavonoid, mineral seperti potasium (kalium),
magnesium, fosfor, sulfur, dankalsium.Asam jawa juga
mengandung mineral dan vitamin seperti tiamin (vitamin B1),
pektin, riboflavin (vitamin B2), niasin 6 (vitamin B3 atau B
kompleks), asam askorbat (vitamin C), dan β-karoten (vitamin A)
(Fakrurrazi et al., 2016).
e. Khasiat Tanaman
Herba daun asam jawa merupakan salah satu tanaman obat
yang memiliki khasiat yang penting bagi manusia. Herba asam
jawa secara turun-temurun telah digunakan sebagai obat
tradisional untuk obat encok dan sebagai anti septik (MMI).
- Menurunkan Kolesterol Tinggi. Bagian yang dimanfaatkan
untuk menurunkan kolesterol adalah daun asam yang
kemudian dibuat menjadi ramuan
- Mengurangi Nyeri Haid. Bagian yang digunakan adalah daun
asam, tetapi sebaiknya ambil daun yang masih muda.
- Mengobati Sariawan. Bagian dari pohon asam yang biasa
dimanfaatkan untuk mengobati sariwan adalah daunnya.
Sebab daun asam mengandung vitamin C dan antioksidan
yang berguna untuk mengatasi iritasi pada area mulut.
- Memperlancar Sistem dari Pencernaan, karena memiliki
kandungan serat yang cukup tinggi, maka asam jawa menjadi
pilihan obat pencahar ornagik terbaik yang bisa para
pembaca konsumsi.
- Membantu Mengontrol Diabetes, menurut penelitian asam
jawa juga berperan dalam menurunkan resiko dari
hiperglikemia karena memiliki kandungan magnesium
tergolong tinggi.
6
B. Metode Ekstraksi Bahan Alam
1. Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik
komponen kimia yang terdapat pada bahan alam.Bahan-
bahan aktif seperti senyawa anti mikroba dan antioksidan
yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya diekstrak
dengan pelarut. Pada proses ekstraksi dengan pelarut,
jumlah dan jenis senyawa yang 7 masuk kedalam cairan
pelarut sangat ditentukan oleh jenis pelarut yang digunakan
dan meliputi dua fase yaitu fase pembilasan dan fase
ekstraksi. Pada fase pembilasan, pelarut membilas
komponen-komponen isi sel yang telah pecah pada proses
penghancuran sebelumnya. Pada fase ekstraksi, mula-mula
terjadi pembengkakan dinding sel dan pelonggaran kerangka
selulosa dinding sel sehingga pori-pori dinding sel menjadi
melebar yang menyebabkan pelarut dapat dengan mudah
masuk kedalam sel. Bahan isi sel kemudian terlarut kedalam
pelarut sesuai dengan tingkat kelarutannya lalu berdifusi
keluar akibat adanya gaya yang ditimbulkan karena
perbedaan konsentrasi bahan terlarut yang terdapat di
dalam dan di luar sel (Voigt, 1995).
2. Jenis-Jenis Ekstraksi
Ekstraksi secara umum dapat digolongkan menjadi
dua yaitu ekstraksi padat cair dan ekstraksi cair-cair.Pada
ekstraksi cair-cair, dilakukan apabila subtansi yang akan
diekstraksi berbentuk cairan di dalam camprannya.
Sedangkan ekstraksi padat-cair merupakan proses ekstraksi
yang paling banyak ditemukan dalam mengisolasi suatu
substansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam (Riza
Marjoni,2016)
7
3. Cara-cara Ekstraksi
a. Maserasi
Maserasi biasanya dilakukan pada suhu antara 15 ⁰ -
20⁰ C dalam waktu selama 3 hari sampai zat aktif yang
dikehendaki larut. Kecuali dinyatakan lain, maserasi dilakukan
dengan cara merendam 10 bagian simplisia atau campuran
simplisia dengan derajat kehalusan tertentu, dimasukkan ke
dalam bejana kemudian dituangi dengan 70 bagian cairan
penyari, ditutup dan dibiarkan selama 3-5 hari pada tempat
yang terlindung dari cahaya. Diaduk berulang-ulang, diserkai
dan diperas. Ampas dari maserasi dicuci menggunakan cairan
penyari secukupnya sampai diperoleh 100 bagian sari. Bejana
ditutup dan dibiarkan selama 2 hari di tempat sejuk dan
terlindung dari cahaya matahari kemudian pisahkan endapan
yang diperoleh.
b. Perkolasi
8
c. Refluks
Merupakan ekstraksi dengan pelarut tanpa temperatur
titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut
terbatas yang relativ konstan dengan adanya pendingin balik.
Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses
ekstraksi sempurna.
d. Soxhletasi
Merupakan ekstraksi yang menggunakan pelarut yang
selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus
sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
relativ konstan dengan adanya pendingan balik.
C. Penguapan Ekstrak
1. Pengertian
9
2. Metode penguapan
Metode penguapan yaitu : (Wina, 2014)
a. Penguapan sederhana dimana menggunakan pemanasan.
b. Penguapan pada tekanan yang diturunkan.
c. Penguapan dengan aliran gas.
d. Penguapan baku kering.
e. Penguapan dengan vakum desikator.
f. Penguapan dengan oven
10
hanging meniup pakaian dan membawa molekul-molekul air
keluar dari pakaian dan pakaian menjadi kering.
c. Pengurangan tekanan
D. Partisi Ekstrak
1. Pengertian Partisi
Partisi adalah proses pemisahan untuk memperoleh
komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan
dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
2. Partisi Cair-Cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih
dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut.
Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar
misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan
penyedap, produk-produk minyak bumi, logam dan garam-
garam. Proses ini pun digunakan untuk membersihkan air
limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair (Depkes
RI, 2000)
11
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan
campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan
(misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena
kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti
ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas
sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif
bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fase
cair itu sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran
terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi
ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi
bidang kontak yang seluas mungkin diantara kedua cairan
tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi
tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas
pengaduk).
3. Partisi Padat-Cair
Proses ekstraksi padat-cair ini merupakan proses
ekstraksi yang paling banyak ditemukan dalam mengisolasi
suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan
alam. Proses ini melibatkan substan yang berbentuk padat di
dalam campurannya dan memerlukan kontak yang sangat
lama antara pelarut dan zat padat. Kesempurnaaan proses
ekstraksi sangat ditentukan oleh sifat dari bahan yang akan
diekstraksi (Riza marjoni,2016)
12
ultraviolet (UV). Itu berarti jika sinar UV disinarkan, maka
sampel akan berpendar. Pendaran ini ditutupi pada posisi
dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-
bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata.
Berarti jika disinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul
pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-
bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.
Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, kita harus
menandai posisi-posisi dari bercak-bercak dengan
menggunakan pensil dan melingkari sinar UV tersebut,
bercak-bercak tidak akan kembali (Sapan Nada, 2017)
2. Lampu UV
a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi
sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena
adanya interaksi antara sinar UV dengan indicator
flouresensi yang terdapat pada lempeng. Fluorensi
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
ketika electron tersebut tereksitasi dari tingkat energy dasar
ke tingkat energy yang lebih tinggi sambil melepaskan energi
(Riza marjoni,2016)
b. Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan
lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada
lampu UV 366 adalah karena adanya daya interaksi antara
sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang
13
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika electron yang
tereksitasi dari tingkat energi dasar ketingkat energi yang
lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energy. Sehingga noda yang tampak pada
lampu UV 366 terlihat terang karena silikan gel yang
digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
(Riza marjoni,2016)
14
BAB III
METODE PRAKTIKUM
15
- Tambahkan cairan penyari secara kontinu sampai penyarian
sempurna
- Perkolat yang diperoleh dipekatkan dengan rotavapor lalu
diuapkan.
2. Penguapan Ekstrak
- Di siapkan alat dan bahan
- Sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat dengan volume
2/3 bagian dari labu alas bulat
- Diatur suhu pada waterbath, ditekan tombol on-off (suhu di
bawah titik didih pelarut yag digunakan
- Setelah suhu tercapai, di pasang labu pada ujung rotor
- Di putar tombol rotor dan diaktifkan pompa
- Di tambah ekstrak melalui selang dengan memutar tombol
- Tekan tombol off pada waterbath, diputar tombol rotor
- Di putar kran vakum hingga udara dalam kondensor keluar
- Sampel di pindahkan ke dalam
- Di kentalkan dengan penangas air
3. Ekstrak Cair-Cair
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang ekstrak kental sebanyak 2 gram
- Disuspensikan dengan aquadest sebanyak 20 mL
- Masukkan ke corong pisah, tambahkan 20 Ml N-heksan, kocok
- Diamkan hingga terjadi pemisahan dari fase air dan fase N-
heksan
- Fase N-heksan dan fase cair, dimasukkan kembali ke corong
pisahdan diekstraksi lagi dengan N-heksan sebanyak 20 mL
- Ekstrak N-heksan yang diperoleh disatukan kemudian
diuapkanhingga didapatkan ekstrak kental, lalu ditimbang
- Ulangi prosedur 4-7 dengan menggunakan pelarut N-butanol
dan jenuh air sebanyak 2 x 15 Ml
16
4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
- Disiapkan alat dan bahan
- Diambil lempeng KLT menggunakan mistar, dipotong dengan
ukuran 7 x 2 cm
- Diambil chamber, diisi eluen dengan kepolaran yang berbeda
- Dimasukkan kertas saring yang panjangnya lebih dari tinggi
chamber lalu ditutup
- Eluen dibiarkan hingga naik melalui kertas saring melewati
penutup kaca (jenuh)
- Dilakukan penotolan sampel pada lempeng dengan cara diambil
ekstrak lalu dilarutkan dengan n-heksan
- Ekstrak diambil menggunakan pipa kapiler
- Kemudian ditotolkan pada lempeng yang sudah disiapkan
- Diangin-anginkan untuk menguapkan pelarutnya
- Masukkan kedalam chamber yang telah dijenuhkan
- Jika eluen telah mencapai batas atas dari lempeng KLT,
keluarkan
- Angin-anginkan sebentar lalu amati secara langsung
menggunakan sinar UV
- Amati penampakan noda yang muncul
- Gambar kromatografi dan hitung nilai Rf
- Semprot dengan H2SO4 10%
- Fiksasi dan amati kembali dengan sinar UV
- Jika ada noda gambar lagi
5. Penetapan kadar air
17
BAB IV
A. Hasil Praktikum
I. Data Pengamatan
a. Metode Ekstraksi Perkolasi
Metode
No. Pengamatan Sampel
Ektraksi
1 Nama sampel Daun asam jawa
2 Bobot sebelum diekstraksi ( g ) 61 gram
3 Bobot ekstrak kering ( g ) 4,1407 gram perkolasi
b. Penguapan Ekstrak
Sampel
No. Pengamatan
( Daun Asam Jawa )
Metode Penguapan Penangas Air Dan Rotavapor
1
2 Konsistensi Kental
18
3 Bobot Ekstrak ( gram ) 4,1407 gram
= 6,87 %b/v
Ekstrak
No. Pengamatan ( Daun Asam
Jawa )
II. Perhitungan
a. Perhitungan Persentase Ekstrak untuk n-heksan
Bobot cawan kosong = 56,9278 gram
19
Bobot cawan kosong + ekstrak = 57,1898 gram
Bobot ekstrak n-heksan = Bobot cawan + ekstrak –
bobot cawan kosong
= 57,1898 – 56,9278
= 0,2625 gram
0,2625
= x 100 %
2
= 13,125 %
0,2697
= x 100 %
2
= 13,485 %
c. Perhitungan Persentase Ekstrak untuk air
Bobot cawan kosong = 58,4615 gram
Bobot cawan kosong + ekstrak = 59,4945 gram
Bobot ekstrak n-heksan = Bobot cawan + ekstrak –
bobot cawan kosong
= 59,4945 – 58,4615
20
= 1,033 gram
1,033
= x 100 %
2
= 51,65 %
No Uv 360 H2SO4
Eluen Fraksi Gambar lempeng
bercak Rf Warna Rf Warna
Pola 1. 4,6 - - 4,6 1.
=0,85
r - - 5,5 Jingga
2. 5,1
5,1 2. Hijau
=0,92
5,5
N-
Heksan
21
1. 1,4 2,6 2.biru 1,4 1.
=0,47 =0,25
2. 2,6 5,5 5,5 jingga
3. 5 5 3.
=0,9 jingga
5,5
Air
5,4
=0,98
5,5
1. 0,2 - - 0,2 1.jingga
=0,03
2. 5,2 - - 5,5 2.hijau
5,2
=0,94
5,5
Non N-
polar Butanol
- - - - -
Air
22
B. Pembahasan
23
ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai
keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena
gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler
yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh
dikumpulkan, lalu dipekatkan. (Tim penyusun, 2017).
Pada percobaan yang kami lakukan sampel di maserasi
cairan penyari selama 24 jam agar zat yang ada pada sampel bisa
di extraksi dengan baik, kemudia dialirkan memalui kran yang
dibuka dengan kecepatan alir 3 detik/1 tetes setelah itu
ditambahkan lagi cairan penyari hingga merendam simplisia dan
dilakukan berulang-ulang hingga cairan yang keluar dari
perkolator tidak berwarna lagi.
Metode ini memiliki Keuntungan yaitu tidak diperlukannya
pemanasan sehingga teknik ini baik untuk substansi termolabil
(yang tidak tahan terhadap panas), Tidak terjadi kejenuhan,
Pengaliran meningkatkan difusi sedangkan kerugiannya yaitu
Cairan penyari yang digunakan lebih banyak , Resiko cemaran
mikroba u/ penyari air karena dilakukan secara terbuka. (Sulaiman
2007)
b. Penguapan Extrak
Penguapan adalah proses terbentuknya uap dari permukaan
cairan kecepatan terbentuknya uap tergantung atas terjadinya
difusi uap melalui batas di atas cairan yang bersangkutan. Disini
berlaku prinsip pemindahan massa dan tekanan partikel
merupakan tenaga dorongnya pada penguapan terbentuknya
berjalan sangat lambat sehingga cairan tersebut harus mendidih
24
selama mendidih uap tersebut terlepas melalui gelembung-
gelembung udara yang terlepas dari cairan ( DITJEN POM 1986 )
Ada beberapa metode yang digunakan yaitu penguapan
sederhana mengunakan pemanasan penguapan pada tekanan
yang di turunkan penguapan dengan cairan gatring vakum
disilator dan oven ( TOBA 2001 )
Tujuan penguapan pada praktikum ini adalah menghilankan
cairan penyari yang di gunakan agar pada ekraks corong pisah
hanya boleh dua lapisan metode yang dipilih untuk menguapkan
cairan penyari tergantung pada volume eksraks kemudian pelarut
yang menguap termubilitas senyawa yang berekstrak dan
kecepatan penguapan yang dibutuhkan sebelum melakukan
penguapan wadah penguapan akur yang kosong harus di timbang
sebelumnya supaya hasil akhir mudah ditimbang tempat penuh
memindahkan ekstrak ke wadah lain
Metode yang di gunakan pada praktikum kali ini adalah
penguapan menggunakan alat rotapavor dan dilanjutkan dengan
metode sederhana mengunakan pemanasan karena metode ini
cukup murah karna sudah tersedia di lab fitokimia dan tidak
memerlukan alat- alat yang cukup rumit, penguapan dilakukan
selama 3 hari .
Adapun faktor yang terjadi pada saat penguapan yang
mempengeruhi hasil dari penguapan sehingga extrak yang di
peroleh tidak maksimal yaitu adanya kebocoran pada cawan
porselin yang di gunakan untuk menampung extrak jenuh
ketikandi uapkan pada waterbad.
Adapun bobot ekstrak daun asam jawa yang diperoleh dari
penguapan mengunakan alat rotapavor dan dilanjutkan
pemanasan di atas waterbhat adalah 4,1907 gram dan remdemen
yang di peroleh adalah 6,87 %.
c. Ekstraksi cair-cair
25
Pada praktikum kali ini dilakukan ekstraksi cair-cair yang
merupakan proses pemisahan antara senyawa aktif dalam sampel
berdasarkan tingkat kepolaran masing-masing bahan
menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur. Hal
tersebut memungkinkan adanya sifat senyawa yang polar dan non
polar.
Tujuan dalam partisi adalah untuk memisahkan komponan
kimia dan sampel berdasarkan tingkat kepolarannya. Prinsip dari
proses partisi adalah digunakannya dua pelarut yang tidak saling
bercampur untuk melarutkan zat-zat yang dikandung dalam
ekstrak.
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih
dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi
cair-cair terutama digunakan apabila pemisahan campuran dengan
cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena
pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas)
atau tidak ekonomis. Ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya
dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi
dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna
mungkin. Pada ekstraksi cair-cair, zat terlarut dipisahkan dari
cairan pembawa (diluen) menggunakan pelarut cair. Campuran
cairan pembawa dan pelarut ini adalah heterogen, jika dipisahkan
terdapat 2 fase yaitu fase diluen (rafinat) dan fase pelarut (ekstrak).
Perbedaan konsentrasi zat terlarut di dalam suatu fasa dengan
konsentrasi pada keadaan setimbang merupakan pendorong
terjadinya pelarutan (pelepasan) zat terlarut dari larutan yang ada.
Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses
ekstraksi dapat ditentukan dengan mengukur jarak sistem dari
kondisi setimbang (Indra Wibawa, 2012).
Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut
yang digunakan harus memenuhi kriteria yaitu kemampuan tinggi
26
melarutkan komponen zat terlarut di dalam campuran, kemampuan
tinggi untuk diambil kembali, perbedaan berat jenis antara ekstrak
dan rafinat lebih besar, pelarut dan larutan yang akan diekstraksi
harus tidak mudah campur, tidak mudah bereaksi dengan zat yang
akan diekstraksi, tidak merusak alat secara korosi, tidak mudah
terbakar, tidak beracun dan harganya relatif murah (Martunus &
Helwani, 2004;2005).
Pada praktikum ini dilakukan extraksi cair-cair menggunakan
sampel extrak asam jawa yang telah di buat sebelumnya dan kali
ini kita menggunakan corong pisah untuk melakukan percobaan
tersebut dan 3 pelarut yaitu air,N-Heksan, dan N-Butanol. Alasan
mengapa menggunakan metode corong pisah karna lebih praktis
dan lebih murah.
Fungsi penggunaan pelarut n-butanol adalah untuk menarik zat-
zat polar yang terkandung dalam ekstrak karena merupakan
pelarut polar. Sedangkan penggunaan pelarut n-hexan adalah
untuk menarik zat-zat non polar karena merupakan pelarut non
polar.
27
kimia yang terkandung dalam fraksi ekstrak dengan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Pada pratikun kali ini dilakukan KLT dari ekstrak daun asam
jawa, karena KLT dapat digunakan untuk memonitori pergerakan
reaksi, mengidentifikasi senyawa. Dalam KLT ini menggunakan
eluen non polar yaitu (N-Heksan : Etil Asetat) hal ini bertujun untuk
memisahkan kelompok senyawa yang kepolarannya sedang ke
pelarut etil asetat yang kepolarannya tinggi, dan pelarut N-Heksan
akan memisahkan senyawa-senyawa nonpolar sehingga
memudahkan untuk mendapatkan senyawa flavanoid. Sedangkan
larutan polar yaitu ( Etil Asetat : Etanol : Air) etil asetat merupakan
senyawa yang bersifat semi polar. Etanol merupakan pelarut
universal yang memiliki gugus C2H5 yang bersifat non polar dan
gugus OH yang bersifat polar sehingga etanol dapat menarik
komponen kimia yang bersifat polar maupun non polar, fase gerak
diletakkan pada chamber dan di jenuh kan terlebih dahulu
menggunakan kertas saring. Hal tersebut dilakukan agar seluruh
isi chamber jenuh dengan uap eluen. Sambil menunggu eluen
jenuh sampel ditotolkan pada plat klt yang sudah diberi garis yaitu
batas bawah 1 cm, dan batas atas 0,5 cm. Setelah fase gerak
jenuh masing-masing plat klt di masaukkan di masing-masing
28
chamber dan dielusi. Kemudian apabila fase gerak telah mencapai
batas atas plat klt dapat diamati sinar uv. Jika gambar belum jelas
dilakukan penyemprotan dengan asam sulfat agar gambar terlihat
jelas dan berwarna.
29
(dilakukan pengeringan sebanyak 3x) sampai beratnya konstan
tidak lebih dari 0,25% (Depkes RI, 2008).
Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan
adalah kadar air. Pengukuran kadar air perlu dilakukan untuk
mengetahui berat kering dan suatu sampel. Selain itu kandungan
air dalam sampel menentukan keragaman dan daya tahan sampel
itu sendiri. Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung
dalam sampel yang di dalam.
Menurut farmakope herbal Indonesia tahun 2008,
umumnya kandungan air yang dipersyaratkan adalah kurang dari
10%.
Percobaan kali ini tidak terlaksana karna waktu praktek
yang tidak cukup sehingga percobaan ini tidak dapat di lakukan.
BAB V
A. Kesimpulan
30
n-butanol sedangkan pelarut non polar digunakan n-heksan.
Adapun berat ekstrak dengan menggunakan pelarut n-hexan yang
didapatkan yaitu 0,2625 gram dimana persentase ekstraknya
adalah 13,125% berat ekstrak menggunakan pelarut n-butanol
adalah 0,2697 gram sehingga ekstraknya 13,485%.
3. KLT (Kromatografi Lapis Tipis ) hasil yang didapatkan dari
komponen kimia dari percobaan ini yaitu, Polar n-heksan nomor
bercak 5,5 dengan jarak elusi 5,5. Pada n-butanol, nomor bercak
0,8 dan 5,5 dengan jarak elusi 5,5, sedangkan pada air nomor
bercak 0,9 dengan jarak elusi 5,5. Non Polar n-heksan dengan
nomor bercak 0,6 an 5,5 dengan jarak elusi 5,5. Pada n-butanol
dengan nomor bercak 0,5 dan jarak elusi 5,5.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
31
Sapan Nada. 2017. Kromatografi Lapis Tipis. Jakarta : Education
https://www.academia.edu/35153156/
ISOLASI_DAN_IDENTIFIKASI_FLAVONOID_ Tamarindus
indica_SECARA_KROMATOGRAFI_LAPIS _TIPIS
https://www.scribd.com/document/374091271/Literatur-Perkolasi
32
LAMPIRAN I
33
b. Penguapan Ekstrak
Sampel dimasukkan kedalam labu alas bulat dengan vcolume 2/3
bagian dari labu als bulat
34
c. Ekstraksi Cair – Cair
Disiapkan alat dan bahan
Diamkan hingga terjadi pemisahan dari fase air dan fase N-heksan
35
d. Kromatografi lapis tipis (KLT)
Disiapkan alat dan bahan
↓
Diambil lempeng KLT menggunakan mistar, dipotong dengan
ukuran 7 x 2 cm
↓
Diambil chamber, diisi eluen dengan kepolaran yang berbeda
↓
Dimasukkan kertas saring yang panjangnya lebih dari tinggi
chamber lalu ditutup
↓
Eluen dibiarkan hingga naik melalui kertas saring melewati penutup
kaca (jenuh)
↓
Dilakukan penotolan sampel pada lempeng dengan cara diambil
ekstrak lalu dilarutkan dengan n-heksan
↓
Ekstrak diambil menggunakan pipa kapiler
↓
Kemudian ditotolkan pada lempeng yang sudah disiapkan
↓
Diangin-anginkan untuk menguapkan pelarutnya
↓
Masukkan kedalam chamber yang telah dijenuhkan
↓
Jika eluen telah mencapai batas atas dari lempeng KLT, keluarkan
↓
Angin-anginkan sebentar lalu amati secara langsung menggunakan
sinar UV
↓
Amati penampakan noda yang muncul
↓
Gambar kromatografi dan hitung nilai Rf
↓
Semprot dengan H2SO4 10%
↓
Fiksasi dan amati kembali dengan sinar UV
36
LAMPIRAN II
GAMBAR TANAMAN
37
LAMPIRAN III
LAMPIRAN PRAKTIKUM EKSTRAKSI METODE PERKOLASI
38
LAMPIRAN PRAKTIKUM PENGUAPAN HASIL EXTRAKSI PERKOLASI
39
LAMPIRAN PRAKTIKUM EKSTRAKSI CAIR-CAIR
40
41
LAMPIRAN PENGUJIAN KLT
42
43
44
45