Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu


penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi
mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan (selection), aksi
farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan
obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan kefarmasian mencakup
pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui
resep (persecription) dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun
melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual
langsung kepada pemakai. Di jurusan farmasi kita akan menjumpai beberapa
mata kuliah baik yang umum maupun yang khusus, untuk mahasiswa semester
I mereka akan mendapatkan mata kuliah botani (Voight, 1984).

Botani ini adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan, baik


morfologidananatominya,dengan demikian, dalam botani dipelajarisemua
disiplinilmu biologiuntukmempelajari pertumbuhan, reproduksi, metabolisme,
perkembangan, interaksidengankomponenbiotikdankomponen abiotik,
sertaevolusitumbuhan. Khususnya dalammempelajari fisiologi tumbuhan,
yang paling mendasar perlu dipelajariadalah ilmu tentang sel. Tumbuhan
termasuk organisme multiseluleryang terdiri dari berbagai jenis sel
terspesialisasi yang bekerja samamelakukan fungsinya (Tjitrosoepomo, 1999).

Sel pertama kali dikemukakan oleh Robert Hooke tahun 1605 yang
mengamati jaringan gabus pada tumbuhan yang merupakan kesatuan
fungsional makhluk hidup. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di
dalam sel. Karena itulah sel dapat berfungsi secara autimon asalkan seluruh
kebutuhan hidupnya terpenuhi. Sel merupakan struktural terkecil dari suatu
organisme hidup, karena ukurannya sangat kecil maka sel tidak bisa dilihat

1
langsung dengan mata telanjang tetapi bisa dilihat dengan bantuan alat optic
berupa mikroskop. Sel bekerja pada bidangnya masing-masing sesuai dengan
bentuk dan fungsinya (Tjitrosoepomo 2009).

Pada dasarnya sel-sel dengan struktur khusus yang berfungsi sebagai


jaringan pelindung adalah sel-sel epidermis beserta derivatnya. Jaringan
pelindung berperan untuk mencegah air, kerusakan mekanis, melindungi
perubahan suhu yang ekstrim, dan menjaga kehilangan zat-zat makanan dari
tumbuhan. Sel-sel epidermis beserta derivatnya terletak pada seluruh bagian
tubuh tumbuhan paling luar, sehingga membentuk suatu sistem yang dikenal
sebagai jaringan kulit. Jaringan kulit terdiri dari epidermis, stomata, trikoma,
litosis, sel-sel kipas, sel-sel silica, dan lain-lain (Hidayat, 1995).

Epidermis merupakan lapisan sel terluar daun, bagian bunga, buah dan biji
serta batang dan akar yang belum mengalami pertumbuhan sekunder. Secara
fungsional sel-sel epidermis tidak beragam dan padanya terdapat berbagai tipe
rambut, sel-sel penutup stomata dan sel-sel lain yang khusus (Mustapa, 2015).

Pada kebanyakan spermatophyta, epidermis terdiri dari satu lapisan sel dan
lapisan ini berbeda dengan jaringan dasar yang ada disebelah dalamnya.
Bentuk, ukuran serta susunan sel epidermis sangat bervariasi seperti kubur atau
prisma, ada yang tidak teratur sehingga, bila dilihat dari permukaan merupakan
segi banyak, ada yang dinding berkelok-kelok tak teratur, ada yang mempunyai
tonjolan seperti papila (Mustapa, 2015).

Diantara epidermis daun terdapat alat-alat tambahan yang disebut


derivatnya (modifikasi) epidermis, misalnya rambut daun (trikoma), mulut
daun (stomata) dan sel kipas (terdapat pada familia Poaceae) (Mustapa, 2015).

Epidermis merupakan lapisan sel terluar dari daun, bagian bunga, buah dan
biji, serta dari batang dan akar sebelum menjalani penebalan sekunder.
Menurut fungsi dan bentuk sel-sel epidermis tidaklah sama. Selain dari sel
epidermis yang umum juga dijumpai banyak macam rambut, sel pengawal
stomata, serta sel spesifik lainnya. Akan tetapi dari segi topografi dan sampai

2
tingkat tertentu secara ontogeni epidermis merupakan jaringan yang seragam
(Iserep, 1993).

Epidermis biasanya terdapat diseluruh kehidupan organ-organ tumbuhan


yang tidak mengalami penebalan sekunder. Lamanya epidermis didalam organ
tumbuhan dengan pertumbuhan sekunder tidak sama. Sel epidermis bentuk
umum mempunyai bentuk, ukuran serta susunan yang beragam, tetapi selalu
tersusun rapat membentuk lapisan yang kompak tanpa ruang interselular
(Sutrian, 2004).

Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang epidermis dan
derivatnya, sehingga nanti kita dapat mengetahui beberapa fungsi dari
epidermis dan sistem-sistem yang dikenal sebagai jaringan kulit yang terdiri
dari epidermis, stomata, trikomata, litosis, sel-sel kipas, sel-sel silika dan lain-
lain.

1.2 Maksud dan Tujuan

a. Maksud
Maksud PercobaanMaksud dari percobaan yang dilakukan pada
praktikum iniadalah agar mahasiswa mampu mengetahui dan
membedakan bagian sel epidermis dan modifikasinya semisalnya
pada tanaman Zea Mays, Alamanda cartarica, Dorio
Zibethinus;dll.
b. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui Modifikasi epidermis tanaman yang
terjadi di dalam sel.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tipe- tipe stomata.
Manfaat Praktikum
Berdasarkan latar belakang percobaan ini diharapkan mahasiswa
mampu mengamati dan mengetahui bentuk modifikasi epidermis serta tipe
– tipe stomata.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Sel Epidermis
Ditinjau dari asal katanya, yaitu dari bahasa Yunani, epi berarti atas,
derma berarti kulit. Maka epidermis adalah lapisan-lapisan sel yang berada
paling luar pada alat-alat tumbuhan primer, seperti : akar, batang, daun, bunga,
buah, dan biji. Dan dapat dikemukakan bahwa sel-sel epidermis yang berasal
dari meristem primer, dan pembentukan jaringannya itu tentunya akan
merupakan jaringan primer. Menurut para ahli, epidermis ini biasanya
tersusun dari satu lapisan sel saja dan pada irisan permukaan sel-selnya
tampak berbentuk macam-macam, seperti misalnya isodeamitris yang
memanjang, berlekuk-lekuk atau menampakkan bentuk lainnya. Letak dari
sel-sel epidermis kenyataannya begitu rapat sehingga karenanya diantara sel-
sel tidak terdapat ruang-ruang antar sel. Kenyataan bahwa adanya protoplasma
yang walaupun hanya sedikit yang melekat pada dinding selnya, menandakan
bahwa sel-sel epidermis itu masih hidup (Sutrian, 2004).
Epidermis merupakan lapisan sel terluar pada daun, bunga, buah, dan biji,
serta pada batang dan akar sebelum tumbuhan mengalami penebalan sekunder.
Meskipun dari segi ontogeni seragam, dari segi morfologi maupun fungsi sel
epidermis tidak seragam. Selain sel epidermis biasa, terdapat sel epidermis
yang telah berkembang menjadi sel rambut, sel penutup pada stomata, serta sel
lain. Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel. Pada beberapa tumbuhan,
sel protoderm pada daun membelah dengan bidang pembelahan sejajar dengan
permukaan, dan turunannya dapat membelah lagi sehingga terjadi epidermis
berlapis banyak (Hidayat, 1995).
Tahap awal perkembangan epidermis secara ontogenetik tidak sama antara
yang terdapat pada akar dengan yang ada pada pucuk. Epidermis biasanya

4
terdapat pada seluruh kehidupan organ-organ tumbuhan yang tidak mengalami
penebalan sekunder (Iserep, 1993)
 

2.1.2 Susunan Sel Epidermis

a. Dinding Sel

Tebal dinding sel epidermis berbeda-beda, ada yang berdinding tipis, ada
yang dinding periklinal luar atau dinding periklinal luar dan dalam lebih
tebal daripada dinding antiklinalnya. Pada sisi luar dinding selulosa
sebelah luar biasanya terdapat lapisan yang mengandung pektin yang
memungkinkan terlepasnya kutikula dari daun dengan dibantu oleh
pektinase atau dengan cara lainnya (Campbell, 2005). Dinding sel
epidermis beragam tebalnya pada pertumbuhan yang berbeda dan
ditemukan di bagian yang berlainan pada tumbuhan yang sama. Pada biji,
sisik dan beberapa daun tertentu seperti coniferae, dinding sel epidermis
amat tebal serta berlignin. Lapangan noktah primer tedapat terutama pada
dinding radial dan sinding sebelah dalam. Pada dinding sebelah luar
kadang-kadang terlihat antar ruang antar fibril lebar yang juga disebut
ektodesmata (Sutrian, 2004). Kutin suatu senyawa bersifat lemak,
merembes kedinding daerah sebelah untuk lapisan terpisah, yakni kutikula
dipermukaan luar epidermis. Tebal kutikula sangan beragam dan
perkembangannya di pengaruhi keadaan lingkungan. Kutikula umumya
tertutup oleh bahan yang bersifat lilin yang merupakan lapisan datar atau
berbentuk batang atau filament.dalam hal itu nampak seperti lapisan putik
yang mudah lepas. Kutikula bagain dinding yang berkutikula serta lapisan
lilin yang berfungsi sebagai pangurangan penguapan kadar air (Iserep,
1993).

b. Protoplas

5
Protoplas pada epidermis kebanyakan tumbuhan mengandung
leukoplas dan tidak memiliki kloroplas. Pada beberapa pteridophita,
tumbuhan air, serta tumbuhan yang hidup ditempat teduh, bisa ditemukan
kloroplas. Antosian terdapat di vakuola sel epidermis sejumlah besar
tumbuhan seperti zebrine pendula dan batang, tangkai daun ricinus
communis. Selain itu, tanin, lender dan kristal dapat pula ditemukan di sel
epidermis (Loveless, 1987). Sel-sel epidermis biasanya mempunyai
banyak vakuola. Akan tetapi kadang dijumpai adanya vakuola-vakuola
berukuran kecil. Dalam sel-sel epidermis mungkin dijumpai tanin, getah
serta kristal (Hidayat, 1995).

2.1.3 Derivat Epidermis

a. Stomata

Stomata berasal dari kata Yunani : stoma yang mempunyai arti lubang
atau porus. Esau mengartikan sebagai sel-sel penutup dan porus yang ada di
antaranya. Jadi stomata adalah porus atau lubang-lubang yang terdapat pada
epidermis yang masing-masing dibatasi oleh dua buah guard cell atau sel-sel
penutup. Guard cell adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami perubahan
bentuk dan fungsi, juga dapat mengatur besarnya lubang-lubang yang ada
diantaranya. Stomata umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang
berwarna hijau, jadi terutama sekali pada daun-daun. Pada tumbuhan yang
hidup di bawah permukaan air terdapat pula alat-alat yang strukturnya mirip
dengan stomata, padahal alat-alat tersebut bukanlah stomata (Sutrian, 2004).
Sel yang mengelilingi  stomata dapat berbentuk sama atau berbeda dengan sel
epidermis lainnya, sel yang berbeda bentuk itu dinamakan sel tetangga. Sel
tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel
penutup yang mengatur lebar celah. Stomata terdapat pada semua bagian
tumbuahan diatas tanah, paling banyak ditemukan pada daun. Pada daun,
stomata ditemukan dikedua permukaan daun atau pada satu muka saja,
biasanya pada permukaan bawah. Sel penutup biasanya mengadakan kloroplas

6
sehingga bisa berlangsung fotosintesis. Sel penutup umumnya berbentuk
ginjal, tetapi pada tumbuhan monokotil ada yang berbentuk halter.
Dimungkinkan ada hubungan antara bagian dalam tubuh tumbuhan dengan
dunia luar lingkungan, hal ini sangat berguna bagi proses fotosintesis,
respirasi, dan transpirasi. Stomata berasal dari sel protoderm yang terdapat
pada meristem apikal (Fahn, 1991). Pada dikotil dapat dibagi menjadi empat
jenis stomata berdasarkan susunan sel epidermis yang ada di samping sel
penutup yaitu (Hidayat, 1995) :

1. Jenis anomositik, yaitu sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang
tidak berbeda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Jenis
ini umumnya terdapat pada Ranunculacae.
2. Jenis anisositik, yaitu sel penutup dikelilingi tiga buah sel tetangga
yang tidak sama besar. Jenis ini umum terdapat pada Crucifirae.
3. Jenis parasitik, yaitu setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga
atau lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel
penutup celah. Jenis ini umumnya terdapat pada Rubiaciae.
4. Jenis diasitik, yaitu setiap stomata dikelililngi dua sel tetangga. Jenis
ini umum terdapat pada Acanthaciae.

Selain itu juga terdapat tiga kategori sel penutup, yaitu (Hidayat, 1995) :

1. Mesogen, sel penutup dan sel yang ada di dekatnya yang dapat
berkembang atau tidak berkembang menjadi sel tetangga. Memiliki
asal yang sama.
2. Perigen, sel yang di dekat stomata yang tidak memiliki asal yang sama
dengan sel penutup.
3. Mesoperigen, sedikitnya satu sel tetangga yang memiliki hubungan
langsung dengan stomata, sementara sel yang lain tidak.

Fungsi stomata pada daun adalah sebagai tempat pertukaran gas antara
oksigen dan karbondioksida, pengatur penguapan (Fahn, 1991).

7
 

b. Trikoma

Trikoma dalam arti sebenarnya adalah rambut-rambut yang tumbuh


(berasal dari kata Yunani), asalnya adalah dari sel-sel epidermis yang bentuk,
susunan serta fungsinya memang bervariasi. Trikoma terdapat pada hampir
semua organ tumbuh-tumbuhan (pada epidermisnya). Jelasnya yaitu selama
organ-organ tumbuhan itu masih hidup. Disamping itu terdapat juga trikoma
yang hidupnya hanya sebentar. Trikoma ini biasanya tumbuh lebih dahulu
menjelang atau dalam hubungan dengan pertumbuhan organ tumbuhannya.
Ditinjau dari susunannya dapat dibedakan menjadi dua, trikoma yang
uniseluler dan multiseluler. Sedangkan menurut bentuknya trikoma juga
dibagi menjadi dua, trikoma sebagai rambut dan trikoma sebagai sisik
(Sutrian, 2004). Beberapa sel epidermis daun atau cabang membentuk
tonjolan dalam bantuk rambut atau trikoma. Trikoma dapat tersebar dalam
bentuk tunggal, tetapi adakalanya bergerombol. Trikoma dapat terdiri dari sel
tunggal atau beberapa sel bergabung dengan berbagai bentuknya. Mulai dari
bentuk sederhana sebagai tonjolan sampai membentuk bangunan komplek
yang bercabang-cabang atau berbentuk bintang. Sel-sel penyusun trikoma
dapat berupa sel hidup atau sel mati (Fahn, 1991). Penggunaan trikoma dalam
taksonomi sangat dikenal. Beberapa famili dapat dengan mudah diidentifikasi
dengan adanya tipe atau tipe istimewa berbentuk rambut. Pada kasus yang lain
rambut itu penting untuk klasifikasi genus dan spesies dan dalam analisis
hibrid antar spesies. Secara garis besar trikoma dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu trikoma tanpa kelenjar dan trikoma berkelenjar (Fahn,
1991). Trikoma dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : trikoma yang
tidak menghasilkan sekret dapat berbentuk rambut bersel satu atau sel banyak,
rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, rambut bercabang dan bersel
banyak, dan rambut akar. Sedangkan trikoma yang menghasilkan sekret dapat
bersel satu atau bersel banyak dan berupa sisik, trikoma yang menghasilkan

8
sekret yang kental atau koleter, rambut gatal, dan trikoma yang menghasilkan
nektar (Hidayat, 1995).

c. Sel Silika, Lentisel, Litosit, dan Sel Gabus

Sel silika dan sel gabus sering kali secara berturut-turut dibentuk dalam
pasangan di sepanjang daun. Sel-sel silika yang berkembang sepenuhnya
mengandung badan-badan silika yang berupa massa silika yang isotropik dan
di tengah-tengahnya buasanya berupa granula-granula renik. Pada pandangan
permukaan, benda-banda silika itu mungkin berbentuk bulatan, elips, halter,
atau berbeentuk pelana. Dilaporkan adanya silikon dijumpai hanya dalam
jumlah kecil dalam sel silika muda, akumulasinya semakin cepat dalam sel
yang mengalami proses menua (Fahn, 1991). Dinding sel gabus disisipi oleh
suberin dan banyak diantaranya mengandung bahan-bahan organuk padat. Sel-
sel pendek kadang-kadang mempunyai papil, seta, duri, ataupun rambut.
Metcalfe (1960) memberi perhatian terhadap kenyataan bahwa sel-sel gabus
pada banyak tumbuhan memuat badan-badan silika, dan bahwa dalam badan
silika rumput-rumputan tertentu juga terjadi dalam beberapa sel memanjang
(Fahn, 1991). Litosit merupakan derivat epidermis yang mempunyai bentuk
khusus. Terdapat pada daun tumbuhan Moraceae dan Cucurbitacirae.
Dindingnya mengalami penebalan ke arah lumen sel, epidermis yang
mengalami penebalan dari luar ke dalam. Penebalan ini berbentuk rumah
lebah mengandung selulosa dan kalsium karbonat yang disebut sistolit (Iserep,
1993). Pada sebagian besar tumbuhan dalam jaringan periderm, terdaapat area
terbatas yang sel-selnya tersusun tidak rapat, bersuberin atau tidak. Derah ini
dinamakan lentisel. Lentisel menonjol di atas periderm di sekitarnya, karena
ukuran yang lebih besar dan susunan sel-selnya yang tidak rapat, dan biasanya
jumlahnya lebih banyak di daerah-daerah ini. Karena kesinambungan ini
ruang-ruang antar sel dari lentisel serta dari jaringan sebelah dalam dari organ
aksial, diduga bahwa fungsi lentisel berhubungan dengan pertukaran gas,
sama dengan stomata pada organ yang hanya ditutupi oleh epidermis (Fahn,
1991).

9
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Alamanda cartarica ( Daun Alamanda)
a. Klasifikasi (Heyne (1987)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Agiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Apocynales
Gambar2.2.1
Suku : Apocynaceae
Alamanda cartarica
Marga : Allamanda
(Daun Alamanda)
Spesies : Allamanda cathartica L.
b. Morfologi (Menurut Heyne (1987))
Tanaman alamanda memiliki habitus perdu, tinggi 4-5 m.Batang berkayu,
bulat, berbaring, berbuku- buku, tiap bukuterdapat daun yang melingkar,
empat sampai lima helai,bergetah, percabangan monopodial, cabang
mudahijau, atas ungu, putih kehijauan.Daun tunggal, lonjong, tepi rata
melipat ke bawah, ujung dan pangkal meruncing, panjang 5- 16 cm, lebar
2,5 -5 cm, tebal, pertulangan menyirip, hijau. Bunga m ajemuk, bentuk
tandan, berkelamin dua, di ujung cabang dan ketiak daun, tangkai silindris,
pendek, hijau, kelopak bentuk lanset, permukaan halus, hijau, benang sari
tertancap pada mahkota, mahkota berseling pada lekukan, tangkai putik
silindris, kepala putik bercangap dua, berwarna kuning, mahkota bentuk
terompet atau corong, permukaan rata, kuning. Buah kotak,bulat, diameter

10
±1,5 cm.Biji bentuk segitiga, masih muda hijau keputih- putihan setelah tua
hitam. Akar tunggang, berwarna putih kotor.
c. Manfaat/Kegunaan (Widjayakusuma, 1994)
Herbal merupakan campuran bahan alami yang berbentuk racikan atau
ramuan yang dalam formulasinya tanpa penambahan bahan kimia sintetik.
Pemakaian herbal untuk penanganan kesehatan telah berkembang sangat
pesat seiring dengan trend kembali ke bahan alami (back to nature)
(Hernani, 2011). Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat
Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan serta peningkatan derajat
kesehatan (Katno dan Pramono, 2002). Hal ini dikarenakan tanaman
mengandung banyak senyawa-senyawa yang mempunyai khasiat
pengobatan, yang dikenal sebagai senyawa fitokimia, yaitu kelompok
senyawa alami yang bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan
mengobati penyakit (Hernani dan Nurdjanah, 2009). Alamanda diketahui
memiliki banyak spesies, diantaranya A. cathartica, A. schottii, A.
hendersoni, A. blanchetti, dan A. Neriifolia (Heyne,1987).Tanaman
alamanda (Allamanda cathartica L.) yang selama ini sering dijumpai
sebagai tanaman penghias pagar, sebenarnya merupakan salah satu
tanaman obat. Sejak zaman dahulu, tanaman alamanda secara tradisional
telah digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat. Menurut
Hidayat (2011), daun alamanda dapat digunakan sebagai penawar racun,
obat lever, obat pencahar, dan obat batuk. Menurut Vibrianthi (2011),
daun alamanda juga dapat digunakan untuk mengobati demam. Selain itu,
Suganda, dkk. (2003) juga menyebutkah bahwa daun alamanda dapat 20
digunakan sebagai obat borok dan infeksi kulit lainnya. Menurut Tiwary
dkk(2002), ekstrak daun A. Cathartica telah dilaporkan memiliki efek
antidermatopik yang kuat. Selain berfungsi sebagai antidermatopik,
Yamauchi dkk. (2010), menyebutkan bahwa batang tanaman A. Cathartica
memiliki fungsi biologis sebagai inhibitor tirosinase. Menurut
Ghani(1998), ekstrak akar tanaman alamanda diketahui berfungsi untuk

11
hipotensi, antileukemia, dan juga digunakan sebagai penawar racun untuk
gigitan ular.

2.2.2 Durio zibethinus( Daun Durian )


a. Klasifikasi (Rahmat Rukmana,1996 )
Reghnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae Gambar2.2.2 Durio
Ordo : Bombacales zibethinus(Daun
Famili : Bombacaceae Durian)
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus Murr
b. Morfologi
Tanaman durian di habitat alami tumbuh tahunan hingga mencapai
ratusan tahun ( 200 tahun ).
1. Pohonnya berkayu dapat mencapai ketinggian 50 meter atau
lebih, bercabang banyak dan membentuk tajuk ( kanopi) mirip
kerucut atau segi tiga. Setiap percabangan tanaman durian
tumbuhmendatar atau tegak membentuk sudut 30 -40o
tergantung pada jenis atau varietasnya ( Bernard, 2009 ).
2. Daun berbentuk bulat memanjang dengan bagian ujung
runcing, tata letaknya berselang- seling dan tumbuh secra
tunggal. Struktur helaian 56 daun agak tebal, permukaan daun
sebelah bawah berwarna kecoklat - Coklatan

12
3. Bunga durian bentuknya mirip mangkok yang tersusun dalam
tangkai agak panjang berbentuk dompolan. Setiap pohon durian
berbunga sangat banyak mencapai 100 kuntum bunga
.
4. Buah durian berbentuk bulat atau lonjong atau tidak teratur,
ukurannya kecil sampai besar, kulit berduri dan bagian dalam
berongga atau beruang yang didalamnya berisi biji yang
terbungkus oleh daging buah (Rukmana Rahmat,1996)

c. Manfaat/Kegunaan (Heyne, 1987)


Bau khas durian disebabkan oleh senyawa belerang yang terikat pada asam
butirat dan asam organik lain yang mudah menguap diantaranya hidrogen
sulfida, dietyldisulfida, etanol dan sebagainya. Beberapa kegunaan dan
manfaat dari berbagai pohon durian :
1. Durian membantu menurunkan kadar kolesterol dalam
darah
2. Durian juga berfungsi sebagai pembersih darah
3. Mengurangi rasa gelisah, depresi dan mengobati
insomnia.
4. Meningkatkan kadar serotonin dalam otak.
5. Membantu dalam pembentukan otot
6. Mengatasi anemia karena durian kaya akan asam folat
dan zat besi.
7. Dapat mengatasi sembelit karena durian banyak
mengandung serat. Selain itu kulit durian yang
dilumatkan dan dioleskan ke perut Dapat memudahkan
buang air besar.
8. Menghambat penuaan dini karena mengandung vitamin C
sebagai antioksidan.
9. Meningkatkan tekanan darah yang rendah karena
mengandung zat besi dan sifatnya yang panas

13
2.2.3 Ortoshipon stamineus (Daun kumis kucing )

a. Klasifikasi ((Raina, 2011):


Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Lamiaceae
Suku : Lamiaceae Gambar 2.2.4
Marga : Orthosiphon Ortoshipon stamineus
Jenis :Orthosiphon aristatus (Daun kumis kucing )

b. Morfologi
Batang berkayu, segi empat agak beralur, beruas, bercabang, berambut
pendek atau gundul, berakar kuat. Daun tunggal, bulat telur, elips atau
memanjang, berambut halus, tepi bergerigi, ujung dan pangkal
runcing, tipis, warnanya hijau. Bunga majemuk dalam tandan yang
keluar di ujung percabangan, berwarna ungu pucat atau putih, benang
sari lebih panjang dari tabung bunga. Buah berupa buah kotak, bulat
telur, masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna hitam. (Raina,
2011)
2.2.4 Zea mays (Daun jagung)
a. Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 2005)
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Gambar 2.2.5
Family : Graminaceae
Zea mays (Daun
Genus : Zea
jagung)
Spesies : Zea mays L.
b.Morfologi

14
Jagung merupakan tanaman semusim. Dalam satu siklus hidupnya
terjadi selama 80- 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji- bijian
(serelia)dari keluarga rumput- rumputan. (Arianingrum, 2004). Menurut Kasryno
(2002) , Akar tanaman jagung merupakan akar serabut yang tumbuh di bagian
pangkal batang dan menyebar luas sebagai akar lateral. 12 Kemudian akar seminal
yang tumbuh ke bawah dari lembaga biji jagung. Batang tanaman jagung bulat
silindris dan beruas- ruas, dan pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek
dengan jumlah sekitar 8 – 20 ruas. Dan rata -rata tinggi tanaman jagung antara
satu sampai tiga meter dia atas permukaan tanah. Sedangkan daun tanaman
jagung berbentuk pita atau garis dan jumlah daunnya sekitar 8 – 48 helai tiap
batangnya, tergantung pada jenis atau varietas yang ditanam. Panjang daun 30 cm
– 45 cm dan lebarnya antara 5 cm – 15 cm (Warisno, 1998). Setiap tanaman
jagung biasanya terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah.
Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga
betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga jantan yang terdapat di ujung
tanaman masak lebih dahulu dari pada bunga betina. Persarian yang terbaik
terjadi pada pagi hari, jumlah serbuk sari yang ada diperkirakan sekitar dua
sampai lima juta per tanaman. Pada waktu itu terjadi proses penempelan serbuk
sari pada rambut. Serbuk sari terbentuk selama 7 –15 hari. Persarian jagung
umumnya dibantu oleh angin (Warisno, 1998). Buah tanaman jagung terdiri atas
tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan
kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada
umumnya jagung memiliki barisan biji yang melitit secara lurus atau berkelok-
kelok pada tongkol dan berjumlah antara 8- 20 baris biji. Biji jagung terdiri atas
tiga bagian utama yaitu kulit biji, endosperm dan embrio(Syafruddin & Fadhly,
2004).

2.3 Uraian Bahan


2.3.1 Alkohol (Dirjen POM,1979)

15
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :
H H

H C C OH

H H
Berat Molekul : 46 g/mol
Pemerian :Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala api biru yang
tidak berasap.
Kelaruran : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P,
dan dalam eter P
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
2.3.2 Aquades (FI Edisi III Hal 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Zat pelarut

16
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum epidermis dan modifikasinya dilaksanakan pada hari
Rabu, 7 Oktober 2018 pukul 16.00 WITA sampai 17.30 WITA. Tempat
pelaksanaan praktikum yaitu bertempat di Laboratorium Bahan Alam,
Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Kaca objek
Micro glass
Mikroskop
Pensil
Pipet

17
Silet
3.2.2 Bahan
Aquadest
Alkohol 70%
Allamanda catarica folium
Artocarpus communis folium
Datura metel folium
Durio zibenthinus folium
Orthosipon stamineus folium
Persea Americana folium
Zea mays folium
Tisu

3.3 Prosedur Kerja


Percobaan I –modifikasi epidermis
Penampang permukaan daun jagung (Zea mays),
Irisan epidermis bawah daun kumis kucing (Orthosipon stamineus)
Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaanya
Ambilkan preparat dan iris setipis mungkin lalu letakkan diatas permukaan
objek gelas dan tutup
Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat
Gambar sel-sel epidermis lengkap dengan stomatanya

Percobaan II – stomata
Penampang permukaan bawah daun alamanda ( Alamanda catartica)
Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaanya
buat preparat basah dari masing-masing preparat tersebuit diatas
Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat
Gambar dan sebutkan tipe-tipe stomata dari preparat tersebut diatas

Percobaan III - Tricoma

18
Irisan permukaan bawah daun durian (Durio zibenthinus)
Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaanya
buat preparat basah dari masing-masing preparat tersebuit diatas
Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan kuat
Gambar dan sebutkan tipe-tipe stomata dari preparat tersebut diatas
Apa kesimpulan anda tentang pengamatan tersebut diatas

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil pengamatan

Sampel Gambar Hasil Pengamatan Gambar Literatur

Daun Jagung
(Zea mays)
dapat diamati
stomata tipe
diasitik.

stomata (Muslim,
2006).

Daun kumis

19
kucing
(Orthosipon
stamineus)
dapat diamati
stomata tipe (Rohmana, 2015).
Anisositik
dengan
menggunakan stomata
perbesaran 10x.

Daun
Allamanda
(Allamanda
catartica) yang
dapat diamati
adalah stomata
tipe
stomata
Anomositik stomata
dengan (Brahma, 2015).
menggunakan
perbesaran 10x.

Daun Durian
(Durio
zibenthinus)
yang dapat
diamati adalah
trikoma bentuk
Trikoma sisik
sisik dengan

20
menggunakan Trikoma bintang (Rohmana,
perbesaran 10x. 2015).
Trikoma sisik

4.2. Pembahasan

Epidermis lapisan sel-sel paling luar dan menutupi permukaan daun, buah,
batang, dan akar (Woelaningsih, 2001).

Pada percobaan kali ini, kami mengamati modifikasi jaringan epidermis


dengan percobaan pertama menggunakan sampel daun jagung (Zea mays),
daun kumis kucing (Orthosipon staminaeus) dan daun kecubung (Datura
metel) untuk mengamati modifikasi epidermis. Percobaan kedua
menggunakan daun alpukat (Persea americana) dan daun allamanda
(Allamanda catartica) untuk mengamati stomata. Percobaan ketiga
menggunakan daun durian (Durio zibenthinus) dan daun sukun (Artocarpus
communis) untuk mengamati trikoma.

Langkah pertama dalam melakukan praktikum, yaitu mengolesi kaca objek


dengan menggunakan alkohol 70%. Tujuannya untuk mematikan mikroba,
membersihkan debu atau lemak yang ada pada kaca objek (Kimball, 1983).

Selanjutnya untuk sampel daun jagung (Zea mays), daun kecubung (Datura
metel) dan daun kumis kucing (Orthosipon stamineus) di iris setipis mungkin
dibagian epidermis bawah. Tujuan sampel di iris setipis mungkin agar dapat
terlihat jelas bagian dari sel-sel dalam tumbuhan tersebut (Setjo, 2004).

Setelah diiris, sampel dipindahhkan ke atas objek glass dan ditetesi air.
Tujuan ditetesi air agar lingkungan sel tetap segar (Rukmana, 1997).

21
Kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan
kuat.dan digambar modifikasi jaringan epidermis yang ada pada daun jagung
(Zea mays), dan daun kumis kucing (Orthosipon stamineus).

Selanjutnya untuk sampel daun allamanda (Allamanda catartica) diiris setipis


mungkin dibagian epidermis bawah. Tujuan sampel di iris setipis mungkin
agar dapat terlihat jelas bagian dari sel-sel dalam tumbuhan tersebut (Setjo,
2004).

Setelah diiris, sampel dipindahhkan ke atas objek glass dan ditetesi air.
Tujuan ditetesi air agar lingkungan sel tetap segar (Rukmana, 1997).

Kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan


kuat.dan digambar tipe tipe stomata yang terdapat pada daun allamanda
(Allamanda catartica) dan daun alpukat (Persea americana).

Selanjutnya untuk sampel daun durian (Durio zibenthinus) dan daun sukun
(Artocarpus communis) diiris setipis mungkin dibagian epidermis bawah.
Tujuan sampel di iris setipis mungkin agar dapat terlihat jelas bagian dari sel-
sel dalam tumbuhan tersebut (Setjo, 2004).

Setelah diiris, sampel dipindahhkan ke atas objek glass dan ditetesi air.
Tujuan ditetesi air agar lingkungan sel tetap segar (Rukmana, 1997).

Kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan


kuat.dan digambar trikoma yang terdapat pada daun durian (Durio
zibenthinus) diambil kesimpulan dari hasil pengamatan pada preparat tersebut.

Untuk hasil pengamatan, pada sampel daun jagung (Zea mays) yang berhasil
diamati adalah stomata tipe diasitik yaitu stomata yang sel penutupnya
dikelilingi oleh dua sel tetangga dan letaknya tegak lurus terhadap poros
panjang sel penutup. Pada sampel daun kumis kucing (Orthosipon stamineus)
yang berhasil diamati adalah stomata tipe anisositik yaitu stomata yang sel
penutupnya diapit oleh tiga sel tetangga serta sel lebih kecil dari dua sel

22
lainnya.Pada sampel daun allamanda (Allamanda catartica) yang berhasil
dilihat adalah stomata tipe anomositik yaitu jumlah sel tetangga yang
mengelilingi sel penutup tidak tertentu dan tidak dapat dibedakan dengan sel
epidermis lainnya. Pada sampel daun durian (Durio zibenthinus) yang berhasil
diamati adalah trikoma bentuk sisik dan trikoma bentuk bintang.

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan

5.1.1 Modifikasi epidermis :

a. Stomata adalah porus atau lubang-lubang yang terdapat pada epidermis


yang masing-masing dibatasi oleh dua buah guard cell atau sel-sel penutup.

b. Trikoma dalam arti sebenarnya adalah rambut-rambut yang tumbuh (berasal


dari kata Yunani), asalnya adalah dari sel-sel epidermis yang bentuk, susunan
serta fungsinya memang bervariasi.

c. Sel silika dan sel gabus sering kali secara berturut-turut dibentuk dalam
pasangan di sepanjang daun. Sel-sel silika yang berkembang sepenuhnya
mengandung badan-badan silika yang berupa massa silika yang isotropik dan
di tengah-tengahnya buasanya berupa granula-granula renik

5.1.2 Tipe – tipe stomata atau jenisnya

23
a. Jenis anomositik, yaitu sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak
berbeda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Jenis ini umumnya
terdapat pada Ranunculacae.

b. Jenis anisositik, yaitu sel penutup dikelilingi tiga buah sel tetangga yang
tidak sama besar. Jenis ini umum terdapat pada Crucifirae.

c. Jenis parasitik, yaitu setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau
lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup celah.
Jenis ini umumnya terdapat pada Rubiaciae.

d. Jenis diasitik, yaitu setiap stomata dikelililngi dua sel tetangga. Jenis ini
umum terdapat pada Acanthaciae.

5.2 Saran
5.2.1 Asisten
Diharapkan agar kerjasama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi wawasan tentang Praktikum
Botani (Benda-benda ergastik) ini.
Hubungan asisten dengan praktikan diharapkan selalu terjaga
keharmonisannya agar dapat tercipta suasana kerjasama yang baik.
5.2.2 Laboratorium
Saran untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium
lebih diperhatikan dan dirawat lagi agar saat praktikum bisa dipergunakan
dengan baik dan maksimal tanpa ada kekurangan.
5.2.3 Jurusan
Pihak jurusan sebaiknya mempersiapkan mahasiswa agar mempunyai
kemampuan akademik, sehingga mahasiswa yang bersangkutan mampu
melakukan praktikum dibagian apapun.

24
DAFTAR PUSTAKA

Brahma, Rangga. 2015. Praktikum struktur perkembangan tumbuhan. Lampung :


Universitas Lampung

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan edisi ke 3. Yogyakarta : UGM Press


Heyne, K.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia jilid I dan II.Terj.Badan Libang
Kehutanan,cetakan 1. Jakarta Pusat : Koperasi karyawan Departemen Kehutanan

Hidayat, Estiti B.1995. Anatomi tumbuhan berbiji. Bandung : Penerbit ITB


Kimball,John W. 1983. Biologi ,jilid 1 cet.5. Jakarta : Erlangga
Muslim. 2006. Biologi. Jakarta : Rajawali Press
Rohmana, Q.A. 2015. Histologi tumbuhan epidermis dan derivatnya. Jakarta :
Erlangga

Setjo, Susetyodi. 2004. Anatomi tumbuhan. Malang : Universitas Malang


Sumardi,Iserep.1993. struktur dan perkembangan tumbuhan. Bandung : ITB
Tjitrosoepomo, Gembong.1999. morfologi tumbuhan. Yogyakarta : UGM- Press
Tjitrosoepomo, Gembong.2005. morfologi tumbuhan. Yogyakarta : UGM- Press

25
Tjitrosoepomo, Gembong.2009. morfologi tumbuhan. Yogyakarta : UGM- Press
Voight. 1984. Buku ajar teknologi farmasi. Yogyakarta : UGM - Press
Widjayakusuma, H. 1994. Tumbuhan berkhasiat obat Indonesia. Jakarta : Prestasi
Intan indonesia

Woelaningsih, S.2001. penuntun praktikum biologi dasar.Yogyakarta :Fakultas


Biologi UGM

26

Anda mungkin juga menyukai