Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan
ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai,
untuk disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit.
Farmasi mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan (selection),
aksifarmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan
obat(drugs) dan sediaan obat (medicine).
Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan
obatyang sesuai dan aman, baik melalui resep (prsecription) dokter berizin, dokter
gigi, dan dokter hewan, maupun melaluicara lain yang sah, misalnya dengan cara
menyalurkan atau menjual langsungkepada pemakai. Kata farmasi diturunkan dari
bahasa Yunani “pharmakon”, yang berarti cantik atau elok, yang kemudian
berubah artinya menjadi racun, danselanjutnya berubah lagi menjadi obat atau
bahan obat. Oleh karena itu seorangahli farmasi (Pharmacist) ialah orang yang
paling mengetahui hal ihwal obat. Ia satu-satunya ahli mengenai obat, karena
pengetahuan keahlian mengenai obat memerlukan pengetahuan yang mendalam
mengenai semua aspek kefarmasian seperti yang tercantum pada definisi di atas.
Dalam dunia farmasi salah satu ilmu yang dipelajari yaitu botani farmasi,
botani merupakan Ilmu yang mempelajari  tentang  tumbuhan  dan peran
tumbuhan bagi kehidupan. Mempelajari botani tidak hanya mempelajari
tumbuhan secara teoritis tapi mendalami ilmu botani untuk lebih menghargai &
menyadari peran penting tumbuhan secara fungsional bagi  kehidupan. Botani
juga merupakan cabang dari biologi yang mengkaji tentang tanaman dan juga
struktur sel dari tanaman ataupun tumbuhan tersebut.
Dalam sel tumbuhan terdapat suatu bagian yang mengelilingi sel-sel
tertentu yang berada di luar membran sel, yang disebut dengan dinding sel.
Dinding sel merupakan lapisan terluar yang tersusun dari selulosa, hemiselulosa
dan pectin.

1
Semua sel memiliki membran sel, tetapi umumnya hanya tanaman, jamur,
alga, kebanyakan bakteri, dan archaea memiliki sel dengan dinding sel. Dinding
sel memberikan kekuatan dan penyokong struktural ke sel, dan dapat mengontrol
sampai batas tertentu jenis dan konsentrasi molekul yang dapat masuk atau
meninggalkan sel. Bahan-bahan yang membentuk dinding sel berbeda tergantung
pada jenis organisme. Dinding sel telah mengalami banyak evolusi yang berbeda
di antara berbagai kelompok organisme.
Dinding sel bersifat permeabel, berfungsi sebagai pelindung dan pemberi
bentuk tubuh. Sel-sel yang mempunyai dinding sel antara lain: bakteri, cendawan,
ganggang (protista), dan tumbuhan. Kelompok makhluk hidup tersebut
mempunyai sel dengan bentuk yang jelas dan kaku (rigid). Pada protozoa
(protista) dan hewan tidak mempunyai dinding sel, sehingga bentuk selnya kurang
jelas dan fleksibel, tidak kaku. Pada bagian tertentu dari dinding sel tidak ikut
mengalami penebalan dan memiliki plasmodesmata, disebut noktah (titik).
Maka yang akan dibahas pada laporan ini adalah mengenai penebalan
dinding sel kea rah dalam maupun ke arah luar, dinding sel, dan noktah.
1.2 Maksud dan Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bentuk-bentuk dari dinding sel
pada sel tumbuhan.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui bentuk dari noktah, trikoma dan
plasmodesmata pada sel tumbuhan.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses penebalan lapisan dinding
sel pada sel tumbuhan.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui penebalan lapisan dinding ke arah
dalam dan kearah luar sel pada sel tumbuhan.
1.3 Manfaat
1. Untuk dapat mengetahui mengetahui bentuk-bentuk dari dinding sel
pada sel tumbuhan.
2. Untuk dapat mengetahui bentuk dari noktah, trikoma dan
plasmodesmata pada sel tumbuhan.

2
3. Untuk dapat mengetahui penebalan lapisan dinding ke arah dalam dan
kearah luar sel pada sel tumbuhan.
4. Untuk dapat mengetahui proses penebalan lapisan dinding sel pada sel
tumbuhan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dinding Sel
Dinding sel merupakan suatu lapisan paling luar yang mengelilingi sel
tumbuhan. Letaknya tepat di luar membran sel dan sedikit lebih tebal dari
membran sel. Dinding sel sendiri merupakan lapisan yang hanya dimiliki oleh
tumbuhan, jamur, alga, dan juga bakteri, namun tidak dengan sel hewan, hal inilah
yang membedakan antara sel tumbuhan dengan sel hewan. Dinding sel sendiri
mempunyai klarakteristik yang kaku dan keras. Hal inilah yang membuat struktur
tumbuhan menjadi keras dan kaku, dan juga dapat berdiri tegak dan kokoh.
Sedangkan sel hewan tidak memiliki dinding sel menyebabkan hewan dapat
bergerak lebih bebas dan lentur dibandingkan dengan tumbuhan (Zambryski dan
Crawford, 2000; Roberts dan Oparka, 2003).
Dinding sel pada tumbuhan berbeda-beda antara satu spesies dengan
spesies lainnya. Dinding sel terbagi menjadi dua jenis, yaitu dinding sel primer
dan dinding sel sekunder. Dinding sel primer adalah dinding sel yang terdapat
pada sel tumbuhan yang masih berkembang, sedangkan dinding sel sekunder
adalah dinding sel yang terdapat pada sel yang telah dewasa. Semua tumbuhan
yang baru tumbuh pada awalnya hanya akan memiliki dinding sel primer saja.
Seiring dengan perkembangannya ketika sel-sel tersebut bertumbuh dan berubah
menjadi matang, maka akan muncul dinding sel primer diluar dinding sel
sekunder. Ada tiga lapisan dinding sel, yaitu (Sumadi dan Marianti A, 2007):
1. Dinding sel primer, yaitu lapisan tipis diantara lamela dan dinding sel
sekunder. Memliki tekstur yang sedikit lebih lentur. Hal ini dikarenakan
dinding sel primer biasanya teradpat pada sel tumbuhan yang sedang
berkembang. Pada dinding sel primer terdapat zat pektin, hemiselulosa, dan
glikoprotein.
2. Dinding sel sekunder, yaitu dinding se l yang mempunyai tekstur kuat dan
kaku. Dinding sel sekunder terdapat pada jaringan tumbuhan yang telah
dewasa dan tidak dapat tumbuh lagi. Pada beberapa tanaman dinding sel

4
sekunder berfungsi untuk memperkokoh tumbuhan. Dinding sel sekunder
terdiri dari lignin, selulosa, dan hemisleulosa.
3. Lamela, yaitu lapisan terluar dari dinding sel yang mengandung pektin yang
berfungsi sebagai pelekat antara sel yang satu dengan sel lainnya.
4. Noktah. Noktah adalah bagian tertentu dari dinding sel yang mengalami
penebalan.Biasanya pada sel yang berdampingan letak noktah-noktah ini
berhadapan dan tampaknya menjadi simetris, keadaan ini menyebabkan
hubungan antar sel satu dengan yang lain tetap berlangsung dengan lancar,
tetapi terdapat pula keadaan noktah tidak berbentuk simetris yang disebut
setengah noktah, hal ini terjadi apabila sel yang berdinding tipis berhadapan
dengan sel yang berdinding tebal.
Noktah berdasararkan tebal atau tipisnya dinding sel dibedakan menjadi dua :
a. Noktah biasa, yaitu terdapat pada dinding sel yang tidak begitu tebal seperti,
sel parenkim.
b. saluran noktah(pitcannel) yaitu, noktah-noktah yang sangat dalam dan
panjang.
Noktah berdasarkan bentuk, terdiri dari :
a. Noktah sederhana
b. Noktah ladam atau noktah terlindung.
Tidak semua bagian dinding sel mengalami penebalan. Bagian tersebut terisi
plasma yang disebut plasmodesmata, yang merupakan benang-benang plasma
yang menghubungkan protoplasma sel satu dengan yang lain.
Dinding sel terdiri dari glukosa yang bersatu membentuk selulosa. Kemudian
selulosa akan membentuk suatu benang tipis yang mengikat satu sama lain
membentuk suatu struktur yang disebut mikrofibril. Mikrofibril yang menyatu
menjadi benang halus yang lebih besar disebut dengan makrofibril. Untuk
menyatukan makrofibril menjadi satu dinding sel yang utuh diperlukan suatu lem
pengikat yang terdiri atas pektin dan hemiselulosa. Setelah dinding sel terbentuk,
unutk menjadikannya kaku dan kuat diperlukan suatu zat yang dapat mengubah
struktur tersebut, yaitu lignin. Dinding sel tidak selalu sama, tetapi berbeda-beda
sesuai dengan karakteristik spesiesnya, bahkan pada tiap bagiannya dapat berbeda

5
pula. Pada sel xilem dan sklerenkim, dinding sel cenderung lebih tebal dan kuat,
karena berguna sebagai penyokong dan memberikan kekuatan. Sedangkan pada
akar dan ujung batang hanya terdapat dinsing sel primer saja, karena bagian ini
masih dalam tahap pertumbuhan dan sel nya masih sering mengalami pembelahan
(PusatBiologi.2013).
Pada dinding sel ada bagian yang tidak menebal, yaitu bagian yang disebut
noktah. Melalui noktah ini terjadi hubungan antara sitoplasma satu dengan yang
lain yang disebut plasmodesmata. Plasmodesmata berupa juluran plasma, yang
berfungsi menjadi pintu keluar masuknya zat (Dr.L.Hartanto Nugroho.2001)
Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas,
layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena dinding-
dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring (filter) bagi
struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel juga dapat mencegah kelebihan air
yang masuk ke dalam sel.  Komponen penyusun dinding sel antara lain adalah
(Soemardi.2001) :
1. Asam Pektik. Karakteristik asam pektik :
a.  Polimer dari sekitar 100 molekul asam galakturonik.
b.  Sangat hidrofilik dan larut sehingga mudah terhidrasi.
c.  Membentuk garam dan jembatan garam dengan Ca2+ dan Mg2+ menjadi gel
yang tak larut.
d.  Komponen utama dari lamella tengah, tetapi di temukan juga pada dinding sel
primer.
Karena gugus karboksil pada molekul asam galakturonik adalah asam
lemah, mereka bisa bertahan dalam keadaan bermuatan negatif dan tidak
bermuatan tergantung pada protonansi(lihat gbr.2 di bawah). Sejauh mana
molekul yang terprotonansi tergantung pH dan terkait dengan pKa (pH dimana
dua bentuk berada dalam kesetimbangan) (George,2006).

2. Pektin. Karakteristik pektin yaitu :


a.  Polimer yang terdiri dari 200 molekul asam galakturonik.
b.  Banyak dari gugus karboksil adalah alcohol (COOCH3).

6
c.  Kurang terhidrasi dari pada asam pektik tetapi larut dalam air panas.
d.  Merupakan salah satu komponen utama dari lamella tengah, tetapi juga
ditemukan pada dinding sel primer.
3. Selulosa
Selulosa termasuk polimer dari glukosa yang biasanya terdiri dari 1.000 – 10.000-
D-glukosa residu yang saling berhubungan melalui ikatan glikosida β 1-4 yang
merupakan komponen utama dari lapisan dinding sel primer dan selunder.
Selulosa mudah membntuk ikatan hydrogen dengan dirinya sendiri dan dengan
rantai selulosa yang lain. Sebuah rantai selulosa akan membentuk ikatan hydrogen
dengan sekitar 36 rantai lainnya untuk menghasilkan mikrofibril.
Selulosa pada kayu kurang lebih 45% dari berat keringnya, sedangkan pada kapas
kurang lebih 98%. 
4. Hemiselulosa
Merupakan polisakarida yang terdiri dari berbagai gula termasuk xilosa,
arabinosa, manosa. Hemiselulosa terutama xilosa dan arabinosa masing-masing
disebut sebagai xyloglucans atau arabinoglucans.
Molekul hemiselulosa sering bercabang, dengan tulang punggung β-1,4 dan rantai
samping yang relatif pendek, tidak membentuk mikrofibril namun membentuk
ikatan hydrogen dengan selulosa yang disebut “cross-linking glycans”.
Hemiselulosa sangat hidrofilik dan sangat terhidrasi dan berbentuk gel.
Hemiselulosa banyak dijumpai pada dinding sel primer tetapi juga di temukan
pada dinding sel sekunder.
5. Protein struktural
Dinding sel mengandung komponen-komponen non polisakarida yaitu berupa
protein structural yang kaya dengan hidroksi prolin yaitu sekitar 25%. Protein
struktural dapat dijumpai di semua lapisan dinding sel tumbuhan, tetapi lebih
banyak terdapat pada lapisan dinding sel primer. Selain karbohidrat, dinding sel
mengandung berbagai protein yang disebut glikoprotein mengandung rantai
samping asam amino pada karbohirat tertentu. Glikoprotein ini bersifat hidrofilik
dan dapat membentuk ikatan H- dan jembatan garam dengan polisakarida dinding
sel.

7
6. Peptidoglikan 
Peptidoglikan merupakan salah satu komponen penyusun dinding sel pada bekteri.
Peptidoglikan merupakan suatu polimer N-glikosamin terasilasi dengan rantai
peptida. Terdiri dari unit-unit N-asetiglukosamin dan N-asetilmuramat secara
bergantian serta memiliki beberapa variasi lain.
7. Asam teichuronat
Polimer lain dari karbohidrat yang dijumpai pada setiap bakteri adalah asam
teikuronat yang terikat secara kovalen pada peptidoglikan dan kedua asam
tersebut dapat dipisahkan dari peptidoglikan dengan cara hidrolisis.
8. Asam teichoat 
Asam teichoat adalah kelompok polimer poliofosfat, terdapat di dalam dinding sel
bakteri dan juga pada membran sitoplasma. Asam teichoat di dalam dinding sel
kurang lebih 20- 50% berat kering dinding sel. Asam teichoat berperan untuk
mengikat Mg dari lingkungan untuk digunakan dalam reaksi- reaksi metabolisme
sel. Ada dua klas poliofosfat yang menonjol yaitu ribitol fosfat dan gliserolfosfat.
Gliserolfosfat lebih tersebar dari pada poliribitolfosfat.
9. Plastik biologi
Selain itu, terdapat plastik biologi, yaitu lignin dan kutin. Lignin biasanya mengisi
dinding sekunder dan menyebabkan dinding menjadi kaku. Lignin dibentuk dari
hasil polimerisasi prekuersor lignin.
Kutin biasanya terdapat pada permukaan dinding sel dan berfungsi agar
permukaan sel resisten terhadap dehidrasi dan juga sebagai proteksi sel terhadap
luka. Struktur kitin belum jelas, namun ia mengandung asam lemak hidroksi
(C16-C18) yang terikat secara kovalen satu dengan yang lain melalui ikatan ester.
10. Mikrofibril
Dinding sel primer tersusun atas selulosa, yaitu suatu polimer β-glukosadengan
ikatan β 1-4. Kurang lebih 40-70 rantai molekul selulosa terdapat dalam
kelompok-kelompok yang sejajar membentuk mikrofibril. Pada dinding sel
primer, mikrofibril tersebar dalam suatu matriks, bersifat lentur, dan memanjang
bersama-sama dengan pemanjangan protoplasma, kadar hemiselulosa tinggi dan

8
selulosa relatif rendah. dinding sel primer merupakan struktur yang pertama kali
diletakkan pada lamella tengah. pada dinding sel sekunder, mikrofibrilnya
tersusun sejajar, kaku dan tidak dapat memanjang, kadar hemiselulosa relatif
rendah dan selulosanya lebih banyak. dinding sel sekunder dibentuk setelah sel
mencapai ukuran yang maksimum.               
2.1.1 Penebalan Dinding Sel 
Pembentukan dan pertumbuhan dinding sel terdapat dua cara terbentuknya
penebalan dinding sel yaitu (Yayan.1992) :
1. Aposisi
Aposisi adalah cara terbentuknya lapisan penebalan yang baru yang seolah-olah
melekat pada dinding sel yang lama yang telah dibentuk pada lapisan penebalan
pertama. Maka dinding sel ini akan Nampak berlapis-lapis seperti lamela-lamela
penebalan.
2. Intussusepsi
Intussusepsi adalah cara pembentukan lapisan penebalan yang tidak diletakkan
pada dinding atau membran lama, melainkan dengan cara disisipkan diantara
penebalan-penebalan yang telah ada.
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Tanaman Kelapa (Cocos nucifera)
1. Klasifikasi
Klasifikasi Tanaman Kelapa
Kingdom   : Plantae
Divisi        : Magnoliophyta
Kelas        : Liliopsida
Ordo         : Arecales
Kelapa
Famili       : Arecaceae
(Cocos nucifera)
Genus      : Cocos
Spesies    : Cocos nucifera L.
2. Morfologi
a) Akar

9
Akar serabut, jumlah 2.000 – 4.000 helai/phn, kebanyakan berada
dipermukaan tanah bisa mencapai 15 m sebagian masuk ke dlm tanah
sampai 3,5 m. Terdapat akar adventif di pangkal batang dan bila masuk ke
dlm tanah berfungsi sebagai akar biasa. Besar akar kira-kira 1 cm, warna
dari putih, merah muda, kemudian merah tua. Akar serabut bercabang-
cabang dan rambut akar berfungsi sebagai penyerap unsur hara (bagian
yang aktif bergelembung-gelembung putih diujung akar).
b) Batang
Mempunyai satu titik tumbuh diujung batang, tinggi bisa 30 m, diameter
20-30 cm. Pertambahan panjang 1,5 m/thn untuk muda, 0,5 m untuk
dewasa dan 10-15 cm untuk yang tua. Dalam 1 tahun rata-rata keluar 12
pelepah daun, setelah pangkal batang terbentuk , tidak akan membesar
lagi. Ujung batang mengandung zat gula disebut umbut/merup titik
tumbuh
c) Daun
Mahkota terbentuk 4-6 helai saling membalut, tahap-tahap tetap berjumlah
4-6 helai ukuran lebih besar terlepas tetap masih belum membuka. Daun
mempunyai panjang 5-8 m, berat 10-15 kg. Tanaman dewasa memiliki 30-
40 pelepah daun dan jumal daun yang terbentuk dan gugur seimbang 14
helai. Pada waktu muda tumbuh tegak semakin tua semakin condong
akhirnya terkulai dan berguguran
3. Kandungan dan Manfaat
Kelapa adalah salah satu jenis tanaman serba guna dan memiliki nilai
ekonomis tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat memberikan manfaat
bagi manusia mulai dari akar hingga bagian daun dan tentunya buahnya.
Berikut beberapa pemanfaatan pohon kelapa oleh manusia (Departemen
Pertanian.2011): Bagian akar : Bisa dijadikan sebagai bahan baku
pembuatan bir dan zat pewarna Bagian batang : Dimanfaatkan sebagai
bahan baku perabotan rumah, mebel, sebagai kayu, ataupun kayu bakar.
Bagian daun : Daun kelapa dapat digunakan sebagai bahan pembungkus
ataupun dianyam untuk dijadikan atap rumah, sedangkan lidinya biasa

10
digunakan untuk membuat sapu. Bagian bunga : menghasilkan cairan
yang dikenal dengan nama air nira yang memiliki rasa manis, bisa
dijadikan sebagai bahan baku pembuatan gula nira ataupun sebagai
minuman. Bagian buah : Bagian ini terdiri dari kulit (sabut), batok, daging
kelapa dan air kelapa. Kulit buah (sabut kelapa) sering digunakan sebagai
bahan baku pembuatan keset, batok kelapa bisa dijadikan arang, buah
kelapa untuk konsumsi atau diolah untuk dijadikan minyak kelapa,
terakhir air kelapa sebagai penghilang dahaga dan juga bermanfaat sebagai
tanaman obat untuk meningkatkan kesehatan tubuh.
2.2.2 Tanaman Asam Jawa (Tamarindus indica)
1. Klasifikasi
Klasifikasi pohon asam jawa menurut Soemardji (2007) adalah :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas  : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Tamarindus Biji Asam Jawa
(Tamarindus indica)
Spesies : Tamarindus indica L.
2. Morfologi
a) Akar
Pohon ini memiliki sistem perakaran akar tunggang, terbukti dengan
adanya akar lembaga (Radicula) yang tumbuh terus menjadi akar pokok
yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil
(Tjitrosoepomo, 2009: 92). Akar tunggang (radix primaria) yang dapat
menembus ke dalam tanah. Biasanya pada akar terdapat bagian-bagian
seperti : leher akar (collum), ujung akar (apex radicis), batang akar
(corpus rasicis), cabang-cabang akar (radix lateralis),
serabut akar (fibrilla radicalis), rambut-rambut akar atau bulu-bulu akar
(pilus radicalis), dan tudung akar (calyptra). 
b) Batang

11
 Tamarindus indicamerupakan tanaman yang berbatang jelas, dengan
batang yang biasanya keras dan kuat yang disebut dengan batang berkayu
(lignosus). Bentuk batang bulat (teres), dengan pohon yang selalu tegak
(fastigiatus) diameter batang di pangkal hingga 2 m. Kulit batang
berwarna coklat keabu-abuan, kasar .Karena sudut antara batang dan
cabang amat kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya
saja sedikit serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang
pokoknya, dan pada permukaan banyak memperlihatkan adanya lentisel.
c) Daun
Daun pada tanaman Tamarindus indica ini termasuk ke dalam daun
majemuk menyirip genap karena saling berhadapan. Duduk daun
bergantian, daun majemuk dengan 8 – 18 pasang anak daun, panjang anak
daun 1 – 3,5 cm. Dalam tanaman ini termasuk ke dalam daun bertangkai
yang memiliki bagian tangkai dan helaian daun saja, yaitu :
1.      Tangkai daun (petioulus). Tangkai daun T. indica memiliki
penampang melintang yang bulat dan kecil. Tangkainya juga memiliki
panjang ± 0,2 cm dan berwarna hijau.
2.      Helaian daun (lamina). Bangun Daun (Circumscriptio) Memiliki
bagian daun terlebar di tengah-tengah helaian daun, yaitu bangun
memanjang (oblongus), yaitu perbandingan panjang dan lebar daunnya
2,5-3:1. Dimana T. indica memiliki panjang daun sampai 15 cm, lebarnya
0,5-1 cm. Ujung Daun (Apex Folii)memiliki ujung daun yang tumpul
atau obtusus.Pangkal daun (Basis Folii)termasuk ke dalam jenis pangkal
daun membulat atau rotundatus.Susunan tulang-tulang daun
(Nervatio atau Vernatio) Memiliki susunan pertulangan daun yang meyirip
(penninervis), jadi biasanya disebut daun majemuk menyirip.Tepi daun
(Margo Folii) termasuk ke dalam tepi daun yang rata (integer).
Daging daun (Intervenium)memiliki daging daun yang tipis lunak.Warna
daun, hijau, permukaan daun, halus.
3. Kandungan dan Manfaat

12
Menurut Mun’im et al. (2009), dalam penelitiannya melaporkan bahwa
berdasarkan hasil identifikasi fitokimia pada ekstrak daun Tamarindus
indica L. menunjukkan adanya kandungan senyawa aktif berupa tanin,
flavonoid dan saponin. Fakhrurrazi et al. (2016) juga menyebutkan dalam
jurnalnya, bahwa pada ekstrak daun Tamarindus indica L. memiliki
kemampuan antibakteri, antijamur, antiinflamasi, dan aktivitas
antioksidan. Daun Tamarindus indica L. memiliki banyak kandungan
antara lain protein, lemak, serat, asam tatrat, dan metabolit sekunder
seperti alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, mineral seperti sodium
(natrium), potasium (kalium), magnesium, fosfor, kalsium, dan sulfur.
Selain mineral juga ada beberapa vitamin seperti thiamin (vitamin B1),
pektin, ribhoflavin (vitamin B2), β-karoten (vitamin A), asam askorbat
(vitamin C), dan niasin (vitamin B3 atau B kompleks). Kandungan
metabolit sekunder dalam ekstrak daun Tamarindus indica L. yang berupa
flavonoid, tannin, saponin, dan alkaloid ini lah yang membuat daun
Tamarindus indica L. dapat berkhasiat sebagai antibakteri.
2.2.3 Tanaman Sukun (Arthocapus Communis)
1. Klasifikasi
Menurut (Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991)
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Familia : Moraceae
Genus : Artocarpus Sukun
Spesies : Artocarpus communis  (Arthocarpus communis)
2. Morfologi
Artocarpus communis (sukun) adalah tumbuhan dari genus Artocarpus
dalam famili Moraceae yang banyak terdapat di kawasan tropika seperti
Malaysia dan Indonesia. Ketinggian tanaman ini bias mencapai 20
meter(Mustafa, A.M., 1998). Di pulau Jawa tanaman ini dijadikan

13
tanaman budidaya oleh masyarakat. Buahnya terbentuk dari keseluruhan
kelopak bunganya, berbentuk bulat atau sedikit bujur dan digunakan
sebagai bahan makanan alternatif (Heyne K, 1987). Sukun bukan buah
bermusim meskipun bias anya berbunga dan berbuah dua kali setahun.
Kulit buahnya berwarna hijau kekuningan dan terdapat segmen-segmen
petak berbentuk poligonal. Segmen poligonal ini dapat menentukan tahap
kematangan buah sukun (Mustafa, A.M.,1998).
3. Kandungan dan Manfaat
Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin, karbohidrat,
kalium, thiamin, natrium, kalsium, dan besi(Mustafa, A.M.,1998). Pada
kulit kayunya ditemukan senyawa turunan flavanoid yang terprenilasi,
yaitu artonol B dan sikloartobilosanton. Kedua senyawa terebut telah
diisolasi dan diuji bioaktivitas antimitotiknya pada cdc2 kinase dan cdc25
kinase (Makmur, L., et al., 1999). Kayu yang dihasilkan dari tanaman
sukun bersih dan berwarna kuning, baik untuk digergaji menjadi papan
kotak, dapat digunakan sebagai bahan bangunan meskipun tidak begitu
baik. Kulit kayunya digunakan sebagai salah satu bagian minuman di
Ambon kepada wanita setelah melahirkan (Heyne K, 1987). Flavanoid
adalah senyawa polifenol yang secara umum mempunyai struktur
phenylbenzopyrone (C6-C3-C6). Flavanoid dan derivatnya terbukti
memiliki aktivitas biologi yang cukup tinggi sebagai cancer prevention.
Berbagai data dari studi laboratorium, investigasi epidemiologi, dan uji
klinik pada manusia telah menunjukkan bahwa Flavanoid memberikan
efek signifikan sebagai cancer chemoprevention dan pada
chemotheraphy (Ren, W., et al., 2003)
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Air Suling (Ditjen POM edisi III 1979 : )
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling / aquadest
Rumus Struktur :

14
RM : H2O
BM : 18,02
Pemerian :Cairan jernih, Tidak berwarna, Tidak berasa, dan
tidak berbau.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pereaksi
2.3.2 Alkohol (Ditjen POM edisi III 1979 : 65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol
Rumus Struktur :

RM : C2H6O
BM : 46,0
Pemerian :cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan
mudah bergerak, bau khas dan rasa panas.
Kelarutan : Hampir larut dalam larutan
Penyimpanan : dalam wadah tertututp rapat
Kegunaan : sebagai pengurang rasa sakit
2.4 Cara Kerja
a) Preparat Endocarpium Kelapa (Cocos nucifera)
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diambil mikroskop yang akan digunakan untuk mengamati objek.
3. Dibersihkan kaca objek dan kaca penutup dengan alkohol 70% agar
bebas dari lemak dan debu.
4. Diambil endocarpium (batok) kelapa dan diiris setipis mungkin.
5. Diletakkan diatas kaca objek.
6. Diteteskan aquades.
7. Ditutup menggunakan kaca penutup dan pastikan tidak ada
gelembung udara dalam preparat.
8. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat.

15
b) Preparat Endocarpium Asam Jawa (Tamarindus indica)
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diambil mikroskop yang akan digunakan untuk mengamati objek.
3. Dibersihkan kaca objek dan kaca penutup dengan alkohol 70%
agar bebas dari lemak dan debu.
4. Diambil endocarpium biji asam jawa dan diiris setipis mungkin.
5. Diletakkan diatas kaca objek.
6. Diteteskan aquades.
7. Ditutup menggunakan kaca penutup dan pastikan tidak ada
gelembung udara dalam preparat.
8. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat.
c) Preparat Daun Sukun (Arthocapus communis)
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diambil mikroskop yang akan digunakan untuk mengamati objek.
3. Dibersihkan kaca objek dan kaca penutup dengan alkohol 70% agar
bebas dari lemak dan debu.
4. Diambil penampang permukaan daun sukun dan diiris setipis
mungkin searah permukaan daun.
5. Diletakkan diatas kaca objek.
6. Diteteskan aquades.
7. Ditutup menggunakan kaca penutup dan pastikan tidak ada
gelembung udara dalam preparat.
8. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat.

16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum tentang Penebalan Dinding Sel dilaksanakan pada hari Rabu, 31
Oktober 2018. Pada pukul 16.00-07.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Bahan
Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Kaca Objek
2. Micro glass
3. Mikroskop
4. Pipet
5. Silet
6. Pensil
3.2.2 Bahan
1. Aquadest
2. Alkohol 70%
3. Arthocarpus communis folium
4. Cocos nucifera fructus
5. Tamarindus Indica semen
6. Tisu
3.3 Prosedur Kerja
a) Preparat Endocarpium Kelapa (Cocos nucifera)
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diambil mikroskop yang akan digunakan untuk mengamati objek.
3. Dibersihkan kaca objek dan kaca penutup dengan alkohol 70% agar
bebas dari lemak dan debu.
4. Diambil endocarpium (batok) kelapa dan diiris setipis mungkin.

17
5. Diletakkan diatas kaca objek.
6. Diteteskan aquades.
7. Ditutup menggunakan kaca penutup dan pastikan tidak ada gelembung
udara dalam preparat.
8. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat.
b) Preparat Endocarpium Asam Jawa (Tamarindus indica)
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diambil mikroskop yang akan digunakan untuk mengamati objek.
3. Dibersihkan kaca objek dan kaca penutup dengan alkohol 70% agar
bebas dari lemak dan debu.
4. Diambil endocarpium biji asam jawa dan diiris setipis mungkin.
5. Diletakkan diatas kaca objek.
6. Diteteskan aquades.
7. Ditutup menggunakan kaca penutup dan pastikan tidak ada gelembung
udara dalam preparat.
8. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat.
c) Preparat Daun Sukun (Arthocapus communis)
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diambil mikroskop yang akan digunakan untuk mengamati objek.
3. Dibersihkan kaca objek dan kaca penutup dengan alkohol 70% agar
bebas dari lemak dan debu.
4. Diambil penampang permukaan daun sukun dan diiris setipis mungkin
searah permukaan daun.
5. Diletakkan diatas kaca objek.
6. Diteteskan aquades.
7. Ditutup menggunakan kaca penutup dan pastikan tidak ada gelembung
udara dalam preparat.
8. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan kuat.

18
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sampel Gambar Hasil Pengamatan Gambar Literatur

Biji Asam
Jawa
(Tamarindus
indica)

Dinding sel
Noktah Noktah Dinding sel

Sumber : Sri Mulyani. 2006

Daun Sukun
(Arthocarpus
communis)

Trikoma
Trikoma Dinding sel
Noktah
Sumber : Sri Mulyani. 2006

4.2 Pembahasan

19
Dinding sel merupakan lapisan terluar yang tersusun dari selulosa,
hemiselulosa dan pectin. Bahan-bahan yang membentuk dinding sel berbeda
tergantung pada jenis organisme. Dinding sel bersifat permeabel, berfungsi
sebagai pelindung dan pemberi bentuk tubuh. Sel-sel yang mempunyai dinding sel
antara lain: bakteri, cendawan, ganggang (protista), dan tumbuhan. Kelompok
makhluk hidup tersebut mempunyai sel dengan bentuk yang jelas dan kaku
(rigid). Pada protozoa (protista) dan hewan tidak mempunyai dinding sel,
sehingga bentuk selnya kurang jelas dan fleksibel, tidak kaku. Pada bagian
tertentu dari dinding sel tidak ikut mengalami penebalan dan memiliki
plasmodesmata, disebut noktah (titik) (Widi H. Omegawati.2014).
Pada praktikum kali ini, kami mengamati penebalan dinding sel beserta
bagian-bagian yang terdapat pada dinding sel tumbuhan seperti epidermis,
trikoma dan noktah. Untuk percobaan pengamatan penebalan dinding sel ini, kami
menggunakan sampel kelapa (Cocos nucifera), biji asam jawa (Tamarandus
indica), dan daun sukun (Arthocarpus communis).
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dibersihkan
alat dengan alcohol 70% agar bebas dari bakteri menurut (Setjo,S.2004). Diambil
sampel, untuk sampel daun sukun (Arthocarpus communis) dilihat bentuk dari
trikoma dan epidermisnya. Pertama diiris daun sukun setipis mungkin searah
permukaan daun, kemudian diletakkan diatas objek gelas. Pada literatur Rukmana,
R. 2007 mengatakan bahwa sampel daun sukun diiris setipis mungkin searah
permukaan daun agar didapati sel yang sesungguhnya serta dapat tembus cahaya
apabila diamati dibawah mikroskop. Kemudian ditetesi air, tujuan ditetesi air
untuk menjaga lingkungan sel agar tetap segar (Rukmana, R. 1997).
Setelah itu ditutup dengan kaca penutup, agar udara tidak masuk ke dalam,
agar sel tetap terjaga lingkungannya, kemudian diamati pada mikroskop dengan
perbesaran dari lemah ke kuat.
Untuk sampel biji asam jawa (Tamarindus indica) dilihat penebalan
dinding sel dan bentuk noktah. Pertama-tama diambil biji asam jawa kemudian
diiris setipis mungkin endocarpium biji asam jawa, kemudian diletakkan diatas
objek glass. Setelah diletakkan diatas kaca objek, sampel ditetesi dengan air

20
menggunakan pipet. Tujuan ditetesi air untuk menjaga lingkungan sel agar tetap
segar (Setjo, S. 2004). Kemudian ditutup dengan menggunakan kaca penutup agar
sel yang diamati mudah terlihat jelas karena bentuk kaca penutup yang yang tipis
dan transparan. Kemudian diamati di mikroskop dengan perbesaran dri lemah ke
kuat. Hasil yang didapat untuk sampel biji asam jawa adalah terlihatnya penebalan
dinding sel secara aposisi dan itussusepsi. Penebalan secara aposisi terlihat
terjadinya penebalan pada dinding sel sedangkan penebalan secara intussusepsi
terjadinya penyisipan penebalan pada penebalan-penebalan yang telah ada
sebelumnya (Yayan.1992). Pada biji asam jawa juga terlihat adanya noktah, yaitu
bagian yang tidak mengalami penebalan.
Dari percobaan yang dilakukan untuk sampel daun sukun (Arthocarpus
communis) yang dilihat yaitu bentuk trikoma, noktah dan epidermis. Epidermis
merupakan lapisan sel terluar daun, bagian bunga, buah dan biji serta batang dan
akar yang belum mengalami pertumbuhan sekunder. Secara fungsional sel-sel
epidermis tidak beragam dan padanya terdapat berbagai tipe rambut, sel-sel
penutup stomata dan sel-sel lain yang khusus (Mustapa 2015).

21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan bentuknya noktah dibedakan menjadi 2, yaitu noktah biasa
dan noktah berhalaman.
-Noktah Biasa (noktah sederhana)
1.Noktah sempurna (berpasangan), yaitu noktah yang terdapat pada sel
yang berdampingan dan masing-masing mengadakan penebalan dinding
yang sama. Terdapat pada 2 sel yang sejenis.
2.Noktah tak berpasangan (noktah setengah sempurna), yaitu noktah yang
terdapat di antara 2 sel, di mana penebalan dinding masing-masing sel
tidak sama tebalnya. Dijumpai pada 2 sel yang berdampingan, tetapi
tidak sejenis. Misal : sklerenkim – parenkim.
3. Noktah buta, yaitu noktah yang bermuara pada ruang antar sel.
4.Noktah majemuk unilateral, yaitu sebuah noktah yang mulutnya
melebar, yang berhadapan dengan noktah-noktah yang kecil-kecil
5.Noktah ramiform, yaitu noktah yang terbentuk dari noktah yang
kecilkecil dan kemudian bersatu.
-Noktah Berhalaman : Yaitu noktah yang salurannya melebar menjadi
suatu ruangan yang disebut halaman noktah. Terdapat pada sel-sel trakea
dan trakeid (xylem).
Bagian-bagian noktah berhalaman :
─ Mulut noktah, terdiri dari :
-mulut dalam menghadap ruang sel
-mulut luar menghadap lamela tengah
─ Lamela tengah, terdiri dari :
-torus yaitu bagian lamela tengah yang menebal

22
-margo yaitu bagian lamela tengah yang tidak menebal dan bersifat
elastis, berguna untuk mengatur aliran zat hara.

Noktah berhalaman dibedakan atas :


a) Noktah berhalaman sempurna : Saluran noktah suatu sel yang
berdinding tebal berhadapan dengan saluran noktah sel di sebelahnya yang
juga berdinding tebal.
b) Noktah setengah halaman : Sal noktah yang bermulut melebar
berhadapan dengan dinding tipis dari sel di sebelahnya (n. biasa). Misal :
xylem – parenkim kayu
Trikoma glandular terlibat dalam sekresi berbagai senyawa yaitu larutan garam,
madu, terpen, dan polisakarida. Trikoma yang mensekresikan garam ada dua
macam bentuknya.
1) Trikoma seperti gelembung yang terdiri atas sel kelenjar. Bagian ujung
besar dengan tangkai sempit, terdiri atas satu atau lebih sel dan sebuah sel basal
seperti yang terlihat pada Atriplex. Garam disekresikan sitoplasma ke dalam
vakuola yang besar.Sel kelenjar ini mengering pada daun yang tua; dan garamnya
masih terdapat pada permukaan, berupa lapisan yang berwarna putih.
2) Kelenjar multisel yang terdiri atas beberapa sel kelenjar dan sel basal, ada
juga yang mempunyai tangkai. Misalnya, kelenjar kapur dari Plumbago capensis
dan kelenjar garam dari Limonium, Avicennia, dan Tamarix. Kelenjar ini penuh
sitoplasma, kaya mitokondria, RE, badan Golgi, dan mempunyai banyak struktur
pembuluh. Larutan garam aktif disekresikan ke permukaan sel kelenjar melalui
lubang pada kutikula penutup sel kelenjar ini.
Plasmodesmata. Plasmodesamata adalah benang-benang protoplasmik halus yang
terletak pada tempat-tempat tertentu pada dinding sel primer (yaitu pada noktah
yang berupa bagian dinding sel yang tidak mengalami penebalan).
Plasmodesamata dapat menembus pori-pori kecil pada dinding sel primer dan
lamella tengah diantara sel-sel yang bedekatan sehingga protoplasma kedua sel
dapat berhubungan. Plasmodesmata memudahkan proses transportasi bahan-

23
bahan dari sebuah sel ke sel berikutnya tanpa harus melalui selaput-selaput hidup.
Adanya plasmodesmata menunjukkan bahwa tumbuhan berperilaku lebih sebagai
suatu organisme tunggal dari pada sebagai sekumpulan unit sel bebas.
2. Dinding sel dalam penebalannya dilakukan melalui 2 cara, yaitu dengan
penempelan bahan dinding selapis demi selapis pada lamela tengah (aposisi) dan
dengan penyisipan bahan baru di antara bahan yang lama (instususepsi).
Berdasarkan arahnya, pertumbuhan dinding sel secara aposisi disebut sentripetal,
sedangkan pertumbuhan dinding ke arah luar lumen sel disebut sentrifugal.
Pertumbuhan sentripetal dijumpai pada khas sel-sel pembentuk jaringan.
Sedangkan pertumbuhan sentrifugal dijumpai pada pembentukan dinding sel
serbuk sari atau spora.
3. Penebalan dinding sel dibedakan menurut arah penebalannnya: Penebalan
sentripetal: Penebalan ke arah dalam. Contohnya: sel epidermis daun beringin
(Ficus benjamina) ditemukan sistolit dan litosit Penebalan sentrifugal: Penebalan
ke arah luar. Contohnya: dinding luar serbuk sari bunga sepatu (Hibiscus
rosasinensis) dan beberapa jenis tumbuhan.
5.2 Saran
1. Saran untuk asisten
1) Diharapkan agar kerja sama antara asisten dan praktikan lebih
ditingkatkan dan banyak memberi wawasan mengenai dinding sel
serta penebalannya.
2) Hubungan asisten dengan praktikan diharapkan selalu terjaga
keharmonisannya agar dapat tercipta suasana kerja sama yang baik.
2. Saran untuk praktikan
1) Untuk praktikum diharapkan banyak menguasai materi mengenai
penebalan dinding sel.
2) Prakikum diharapkan dapat tepat waktu.
3) Praktikan diharapkan dapat bekerja sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
3. Saran untuk jurusan

24
Untuk kelancaran praktikum berikutnya sebaiknya fasilitas dan penuntun
praktikum yang digunakan dalam praktikum lebih dilengkapi agar hasil yang
diperoleh dalam pengambilan data lebih maksimal dan kesalahan dalam
pengambilan data juga berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.L.Hartanto Nugroho,M Agr. Drs. Purnomo M.S dan Dr. Issirep
Soemardi.2001. Struktur dan Perkembangan tumbuhan .Bogor

Prof.Dr.Ir Wibisono Soeradikoesoen. 1993. Anatomi dan Fisiologi


Tumbuhan. Jakarta

Dr. Dede Nuraida, M.Si. 2000. Struktur dan Perkembangan. Ikip PGRI Tuban

Sumadi, Aditya Marianti.2007.Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu

Estiti, H. 1996. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Penerbit ITB, Bandung

Hartanto, L. Purnomo. 2005. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Penebar


Swadaya, Depok

Soediarto, A . 1980 . Anatomi tumbuhan Edisi Ketiga . UGM , Yogjakarta

Tjitrosoepomo, Gembong. 1993. Taksonomi Tumbuhan Spermathopyhta. Gajah


Mada University Press : Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Umum. Gajah Mada University


Press:Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakata: UGM Press.81

Tjitrosoepomo, gembong. 2007. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press


Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, Siti Sutarni. 1984. Botani Umum. Bandung: Angkasa.

Gabriel, J.F. 1988. Ringkasan Biologi. Bandung: Ganeca Exack.

Johnson, W. H. 1965. General Biology of Structural Plant’s cell Rine part and
Winston. Jakarta: Cuyugoro.

Purnobasuki, H. 2011. Inklusi Sel. Surabaya: Universitas Airlangga Press.

25
Sumardi, Issrep. 1993. Setruktur Perkembangan Tumbuhan. UGM-Press :
Yogyakarta.

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi. EGC : Jakarta


Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sumadi  dan Marianti, A. 2007. Biologi Sel. Graha Ilmu. Yogyakarta.

George. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: PT Erlangga.

Gilland.1985. Lehninger Principles of Biochemistry.Vol. 103, no. 2. P. 228-232.

Hart. 1972. The  Federation of American Scienties for Experiment


Biology     Journal. Vol. 13, no. 9, p. 1007-24.

Kurniasari, Fita. 2011. Laporan Praktikum Biologi Dasar. Malang: Fakultas


Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.

Nelson, DL and Cox, MM. 2004.Molecular and Cellular Biology. 4 ed.New


York: W. H. Freeman 1119.

Pramesti.Hening.Tjaturina. 2010. Mikroskop dan Sel. Lampung: FK.UNLAM.

Schultze. 1874. Seminar in Cell Biology. Vol. 6, no. 6, p. 357-365. Jakarta:


Erlangga.

Yatim, Wildan.1987.Biologi umum.PT.Bumi Aksara, Jakarta.

26
27

Anda mungkin juga menyukai