Anda di halaman 1dari 270

KELOMPOK I

1
Laporan Praktikum
FARMASETIKA DASAR
’’Pengenalan Alat-Alat”
Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Farmasetika Dasar

OLEH

KELOMPOK : I (SATU)
KELAS : B-D3 FARMASI 2021
ASISTEN : ABDULLAH WALANGADI S.FARM

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021

2
Lembar Pengesahan
FARMASETIKA DASAR
“ Pengenalan Alat-Alat”

OLEH

KELOMPOK I (SATU)
KELAS B-D3 FARMASI 202I

1.INDRA SETIAWAN PODUNGGE (821321048)


2.NUR ADHA IYONU (821321068)
3.RAHMIATI LATIF (821321072)
4.NURHIDAYANTI (821321052)
5.MARSELI TUI (821321060)
6.SITTI MAGFIRAH ISHAK (821321072)
7.INDRIYATI NANI (821321044)
8.MUTIA HALID (821321064)

Gorontalo, Oktober 2021


NILAI
Mengetahui Asisten

ABDULLAH WALANGADI S.FARM

3
KATA PENGANTAR
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji syukur bagi Allah SWT dengan nikmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum dengan judul “Pengenalan Alat Laboratorium “.
Adapun tujuan dari menulis laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas laporan praktikum
dari Asisten pada Praktikum Farmasetika Dasar. Selain itu, Laporan ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pengenalan alat laoratorium.
Kami mengucapkan terima kasih kepada penanggung jawab Laboratorium
Teknologi Farmasi dan asisten laboratorium Teknologi Farmasi yang telah
memfasilitasikan kami dalam melakukan Praktikum Farmasetika Dasar.
Semoga laporan yang kami tulis dapat bermanfaat buat siapapun yang
membacanya, sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Gorontalo, 23 Oktober 2021

Kelompok I

4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar
Belakang............................................................................................1
1.2 Maksud
Percobaan....................................................................................2
1.3 TujuanPercobaan........................................................
……..........................2
1.4 Manfaat
Percobaan.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3
2.1 Dasar
Teori...................................................................................................3
BAB III METODE PENGAMATAN .................................................................6
3.1 Waktu dan
Tempat.......................................................................................6
3.2 Alat dan Bahan
…………............................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................7
4.1 Hasil
Percobaan ...........................................................................................7
4.2 Pembahasan...............................................................................................
.10
BAB V PENUTUP…........................................................................................12
5.1 Kesimpulan................................................................................................
.12
5.2 Saran..........................................................................................................
.12
DAFTAR PUSTAKA

5
LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan obat
secara pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaannya
yang aman. Salah satu ilmu yang dipelajari dalam farmasi adalah farmasetika dasar.
Farmasetika dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat;
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat obatan; seni
peracikan obat serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu sehingga siap
digunakan sebagai obat; serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi
pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien
(Syamsuni, 2006).
Laboratorium merupakan tempat dimana dilakukannya berbagai penelitian dan
juga praktikum. Di dalam laboratorium ini terdapat berbagai macam alat dan bahan yang
dibutuhkan guna mendukung kegiatan di dalam laboratorium. Pada saat praktikum,
praktikan akan menggunakan alat-alat yang berada di laboratorium. Alat dan bahan yang
digunakan ketika praktikum sangat penting untuk terlebih dahulu dipahami sehingga
praktikan dapat menggunakannya dengan baik dan mengetahui fungsinya dengan baik.
Dalam penggunaan alat dan bahan praktikum ini harus dilakukan dengan hati-hati
danteliti agar alat tersebut tidak rusak. Dengan mengenali alat dan bahan pula praktikan
dapat mengetahui alat dan bahan mana saja yang berbahaya maupun tidak sehingga
praktikan dapat menggunakannya dengan baik. (Pamungkas, E, 2014).

6
Alat adalah suatu benda yang dipakai untuk mengejarkan sesuatu, perkakas,
perabot, yang dipakai untuk mencapai maksud. Hal yang harus diperhatikan adalah
kebersihan dari alat yang digunakan. Kebersihan dari alat dapat mengganggu hasil
praktikum. Apabila alat yang digunakan tersebut tidak bersih, maka akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Pada saat sekarang ini alat merupakan salah satu pendukung dari
pada keberhasilan suatu pekerjaan di laboratorium Sehingga untuk memudahkan dan
melancarkan berlangsungnya praktikum pengetahuan mengenai penggunaan alat sangat
diperlukan. Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk keselamatan kerja
saat melakukan penelitian. Alat-aht laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan
berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur. Pentingnya dilakukan
pengenalan alat-aht laboratorium adalah agar dapat diketahui cara penggunaan alat
tersebut dengan baik dan benar, sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat
diminimalisasi sedikit mungkin. Hal ini penting agar saat melakukan penelitian, data
yang diperokh akan benar pula. Bekerja di laboratorium tidak akan lepas dari berbagai
kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik yang bersifat sangat
berbahaya maupun yang bersifat berbahaya. Sehin itu, peralatan yang ada di dalam
laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko tinggi bagi
praktkan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur
penggunaan alat yang akan digunakan. Setiap percobaan kita selalu menggunakan
peralatan yang berbeda atau meskipun sama tapi ukurannya berbeda. (Suriantika, C. dkk.
2013).
Kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang bersangkutan.
Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang
khusus.Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan
peralatan khusus lebih banyakdigunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan.
Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang bersifat
khusus. Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan
peralatan khusus lebih banyak digunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan.
(Moningka, 2008)
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka kami melakukan percobaan ini
yang berjudul Pengenalan Alat-Alat Laboratorium.
1.2 Tujuan percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengenal alat-alat yang ada dilaboratorium
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari alat-alat yang ada

7
dilaboratorium
3. Agar mahasiswa dapat mengoperasikan alat-alat yang ada dilaboratorium
1.3 Prinsip percobaan
Pada prinsipnya untuk mengetahui lebih dalam tentang penggunaan alat-
alat
farmasetika dasar
1.4 Manfaat Percobaan
1. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat dapat mengetahui alat alat yang ada di laboratorium dan
cara penggunaannya beserta fungsinya.
2. Bagi Universitas
Agar universitas dapat mengetahui bagaimana cara menggunakan alat-alat
yang ada di laboratorium beserta fungsinya.
3. Bagi Praktikan
Agar mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan alat alat laboratorium
dan dapat menggunakannya dengan baik dan benar.

BAB II

8
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Laboratorium
Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan kerja untuk
menghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup,
kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain (Sukarso, 2005).
Laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan
percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika,
kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain (Emha, 2002)
Laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai
macam kegiatan penelitian (riset), pengamatan, pelatihan dan pengujan ilmiah
sebagai pendekatan antara teori dan praktik dari berrbagai macam disiplin ilmu.
Secara fisik laboratorium juga dapat merujuk kepada suatu ruangan tertutup,
kamar atau ruangan terbuka (Decaprio Richard, 2013)
Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan,
pengujian teoritis, pembuktian ujicoba, penelitian dan sebagainya dengan
menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas
dan kualitas yang memadai.
Laboratorium adalah suatu tempat dilakukan kegiatan percobaan,
pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan ilmu sains
(kimia, fisika, biologi) dan ilmu-ilmu lainya. Laboratorium bisa berupa ruangan
yang terbuka seperti kamar atau ruangan terbuka seperti kabun dan lain-lain
menurut Lantanida journal, vol. No. 2 tahun 2014.
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksprimen, pengukuran ataupun
pelatihan ilmiah dilakukan kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali.
Laboratorium ilmiah biasanya dibedakan menurut disiplin ilmunya, misalnya
laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biokimia, laboratorium
komputer, dan laboratorium bahasa.
Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan,
pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian dan sebagainya dengan

9
menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kualitas
yang memadai
Laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai
macam penelitian (riset). Pengamatan, pelatihan dan pengujuan ilmiah sebagai
pendekatan antara teori dan praktik dan berbagai macam disiplin ilmu.
2.1.2 Jenis Jenis Laboratorium
1. Laboratorium Farmasetika
Mempelajari aspek ilmu dasar dalam formulasi sediaan farmasi agar
dapat memenuhi kaidah keamanan, efikasi dan mutu obat. Berfungsi untuk
membuat sediaan obat racikan atas permintaan resep dokter dalam bentuk puyer,
bedak tabur, kapsul, larutan, salep, krim, suspensi, emulsi, eliksir dan lotion.
2. Laboratorium Farmakognosi
Laboratorium yang memberikan praktek mengenai simplisia, mulai dari
cara pengambilan sampel dari pohon, pengeringan, penyimpanan, sampai pada
pengolahan simplisia tersebut untuk dapat digunakan sebagai bahan obat
terutama Obat Tradisional. Laboratorium Farmakognosi berfungsi untuk
membuat simplisia rajangan dan serbuk, mengidentifikasi simplisia secara
makroskopik dan mikroskopik. Laboratorium ini juga digunakan untuk membuat
sediaan galenika, menidentifikasi, mengisolasi senyawa kimia dan menghitung
kadar minyakatsiri dalam simplisia berbagai ukuran derajat halus serbuk.
3. Laboratorium Farmakologi
Adalah ilmu yang mempelajari cara obat mempengaruhi fungsi sistem
hidup, dengan ilmu farmakologi efektifitas maupun keamanan suatu bahan obat
dapat diketahui. Laboratorium Farmakologi berfungsi melayani pengujian
kandungan vitamin A, D, E, B1, B2, B6 dan B12, serta melayani pengujian
kandungan mineral (Mg, Zn dan Ca) serta logam berat (Pb dan Cd) dalam obat
ikan.
4. Laboratorium Kimia
Yaitu menguji penetapan kadar bahan baku obat dan obat dalam sediaan
farmasi.Laboratorium ini Berfungi untuk penelitian seperti: penetapan kadar
flavonoid, penetapan kadar polifenol total, screening zat aktif, standardisasi

10
ekstrak dari bahan alam, pengujian aktivitas antioksidan dan mekanisme zat aktif
dari bahan alam, pengembangan metode analisis, analisis cemaran pada sampel
makanan maupun kosmetik, sintetis organik, dan lain- lain.
5. Laboratorium Mikrobiologi
Mempelajari tentang mikroorganisme : virus, bakteri, jamur yang
meliputi diagnostik (Isolasi dan identifikasi), prognosis pada kasus infeksi,
pedoman dalam pengobatan, mencari sumber infeksi ( misal pada suatu
kasus “ledakan” penyakit infeksi) (Gupte, 1990). Fungsi utama laboratorium
mikrobiologi,membantu menegakkan diagnosis penyakit infeksi yang
disebabkan oleh mikroba, melakukan uji kepekaan serta penelitian-penelitian yang
berkaitan Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id 4 dengan mikroba.
2.1.3 Fungsi Laboratorium
Fungsi umum laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Menyeimbang antara teori dan praktikan ilmu dan menyatukan antara
teori dan praktik
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari
kalangan siswa, mahasiswa , dosen , atau peneliti lainya. Hal ini
disebabkan laboratorium tidak hanya menungtut pemahaman terhadap
objek yang dikaji, tetapi juga menuntut seseorang untuk melakukan
eksperimentasi.
3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti (yang terdiri dari
pembelajar, peserta didik, mahasiswa , dosen dan seluruh praktis
keilmuan lainya) untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari suatu
objek keilmuan dalam lingkungan alam dan lingkungan sel.
4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam
mempergunakan alat media yang tersedia didalam labolatorium untuk
mencari dan menentukan kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai
macam riset ataupun eksperimentasi yang akan dilakukan.
5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai
macam keilmuan sehingga akan mendorong mereka untuk selalu

11
mengkaji dan mencari kebebaran ilmiah dengan cara penelitian, uji
coba , maupun eksperimentasi.
6. Labolatorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para
peneliti dalam keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan
yang didapatkan dalam proses kegiatan kerja labolatorium.
7. Labolatorium dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan
berbagai masalah melalui kegiatan praktik, baik itu masalah akademik,
maupun masalah yang terjadi ditengah masyarakat yang membutuhkan
penanganan dengan uji laboratorium.
8. Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa,
dosen, aktivis, peneliti dan lain-lain untuk memahami segala ilmu
pengetahuan yang masih bersifat abstrak sehingga menjadi sesuatu yang
bersifat konkret dan nyata.
2.1.4 Pengertian Alat
Alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung kegiatan
praktikum. Mahasiswa akan terampil dalam praktikum apabila meraka mempunyai
pengetahuan mengenai alat-alat praktikum yang meliputi nama alat, fungsi alat, dan cara
menggunakannya (Soetarto, 2008). Pengenalan alat-alat laboratorium untuk para
mahasiswa sangat penting dilaksanakan agar dapat menunjang pengetahuan dalam
melaksanakan aktivitas di dalam laboratorium baik dalam melaksanakan praktikum
maupun penelitian (Bua, 2012). Untuk penggunaan alat-alat laboratorium para mahasiswa
harus mengetahui nama dan kegunaannya, agar dalam melaksanakan praktikum maupun
penelitian mahasiswa mampu meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penggunaan
alat-alat laboratorium tersebut (Bua, 2012). Pengetahuan alat yang kurang akan
mempengaruhi kelancaran saat praktikum, selama praktikum mahasiswa dilibatkan aktif
dengan pemakaian alat dan bahan kimia (Soetarto, 2008). Kesalahan penggunaan alat
merupakan salah satu penyebab tidak akuratnya data yang dihasilkan. Selain mengenal
nama alat-alat tersebut kita juga harus mengetahui fungsi dari alat-alat yang ada di
laboratorium,dengan mengetahui nama, bentuk, dan fungsi alat yang akan digunakan
maka akan mempermudah dalam melakukan praktikum (Bua, 2012).
Pengenalan alat-alat ini meliputi macam-macam alat, mengetahui nama-
namanya,memahami bentuk, fungsi, serta cara kerja alat-alat tersebut. Setiap alat
dirancang atau dibuatdengan bahan-bahan yang berbeda satu sama lain dan mempunyai

12
fungsi yang sangat spesifik.Kebanyakan peralatan untuk percobaan – percobaan di dalam
laboraturium terbuat dari gelas.Meskipun peralatan-peralatan tersebut telah siap dipakai,
tetapi di dalam pemasangan alatuntuk suatu percobaan kadang kala diperlukan
sambungan-sambungan dengan gelas ataumembuat peralatan khusus sesuai kebutuhan
(Imamkhasani, 2000).
Ketepatan hasil analisis kimia sangat bergantung pada ketersediaan dan mutu
peralatan yang digunakan, di samping pengertian pelaksanaan tentang dasar analisa yang
dikerjakan serta kecermatan dan ketelitian kerjanya sendiri. Penanganan peralatan pokok
yang banyak dipergunakan merupakan persyaratan penting demi keselamatan dan
berhasilnya pekerjaan analisa kimia. Oleh karena itu pengetahuan tentang peralatan
perhatian khusus.
Kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang
bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang
khusus.Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan
peralatan khusus lebih banyakdigunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan
(Moningka, 2008).Penggunaan beberapa alat gelas dengan tepat penting untuk diketahui
agar pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik. Kesalahan dalam penggunaan alat-alat
ini dapatmempengaruhi hasil yang akan diperoleh. Oleh karena itu harus diberikan
pelatihan tentang penggunaan alat-alat tersebut.Penggunaan alat-alat gelas tersebut
haruslah sesuai dengan fungsinya agar pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik dan
tepat. Apabila terjadi suatu kesalahan atau kekeliruan dalam penggunaannya akan
mempengaruhi hasil yang diperoleh. Ada beberapa macam alat gelas yang dipakai di
laboratorium, antara lain: gelas piala (beker gelas), erlenmeyer, gelasukur, botol, pipet,
corong, tabung reaksi, gelas objek dan gelas penutup, cawan petri dankamar
hitung.Terdapat dua kelompok alat-alat ukur yang digunakan pada analisa kuantitatif,
yaitu:Alat-alat yang teliti (kuantitatif) dan alat-alat yang tidak teliti (kualitatif). Untuk
alat-alatyang teliti (kuantitatif) terdiri dari : buret, labu ukur, pipet. Sedangkan untuk alat-
alat yangtidak teliti (kualitatif) terdiri dari gelas ukur, erlenmeyer, dan lainnya.Dalam
prakteknya baikanalisa maupun sintesa, sesorang yang mempelajari atau menekuni
bidang kimia pasti akanselalu dihadapkan pada hal-hal yang berhubungan dengan alat-
alat dan bahan kimia.
Selain untuk menghindari kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara kerja
danfungsi dari masing-masing alat, praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan
sempurna,kebersihan alat yang digunakan dan ketelitian praktikan dalam perhitungan

13
sangatmempengaruhi keberhasilan dalam suatu praktikum, dengan ketelitian dan
ketepatan penggunaan alat maka kesalahan dalam praktikum dapat diminimalisir (Riadi,
1990)
Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami cara
kerjaserta fungsi dari alat-alat yang ada dilaboratorium. Selain untuk menghindari
kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing alat,
praktikan dapatmelaksanakan praktikum dengan sempurna (Walton, 1998).Suatu
laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi para pekerja atau pemakainya
yaitu para praktikan. Aman terhadap kemungkinan kecelakaan fatal maupun sakitatau
gangguan kesehatan lainnya. Hanya didalam laboratorium yang aman, bebas dari
rasakhawatir akan kecelakaan, dan keracunan seseorang dapat bekerja dengan aman,
produktif,dan efesien (Khasani, 1990).
Beberapa alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dalam laboratorium
dan dijelaskan juga fungsi , cara penggunaan alat serta prinsip kerjanya masing-masing.
Alat-alat yang digunakan dalam melaksanakan praktikum terbagi atas 3 macam alat yaitu
alat elektri, gelas dan non gelas.Alat-alat elektrik yang digunakan yaitu inkubator adalah
alat yang berfungsi untuk menginkubasi mikroba pada suhu yang terkontrol.Alat ini
dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu.Kisaran suhu untuk inkubator
produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC.Inkubator memiliki prinsip kerja yaitu
dengan memasukan atau menyimpan biakanmurni mikroorganisme, kemudian mengatur
suhunya, biasanya hanya dapat diatur diatas suhu tertentu.
a. Hot plate adalah alat untuk memanaskan larutan dan mencairkan benda
padat. (Aditiya Dwi, 2016).
b. Neraca kasar atau timbangan adalah alat ukur massa dan memiliki kategori
alat paling sering digunakan dalam percobaan, penelitian.( Kemendikbud,
2011 ).
c. Lumpang alu adalah alat untuk menghancurkan atau menghaluskan suatu
bahan atau zat yang masih bersifat padat atau kristal.( Herry, 2017).
Kaca arloji adalah gelas yang berbentuk bundar dengan beragam diameter yang
memilgggggggggggggiki beberapa fungsi antara lain : penutup gelas kimia ketika tengah
proses pemanasan sampel ( penguapan ).Sebagai tempat untuk mengeringkan padatan
dalam desikator. Sebagai tempat benda yang tengah berada dalam proses pengamatan dan
sebagai tempat untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang. ( Herry, 2017 ).

14
Water bath adalah peralatan laboratorium yang terbuat dari wadah berisi air
panas.Ini digunakan untuk menginkubasi sampel dalam air pada suhu konstan selama
periode waktu yang lama.Sebagian besar water bath memiliki antarmuka digital atau
analog untuk memungkinkan pengguna mengatur suhu yang diinginkan.Tetapi beberapa
pemandian air memiliki suhu yang dikendalikan oleh arus yang melewati pembaca.
Pemanfaatannya meliputi pemanasan reagen, pencairan substrat atau inkubasi kultur sel.
Ini juga digunakan untuk memungkinkan reaksi kimia tertentu terjadi pada suhu
tinggi.Water bath adalah sumber panas yang lebih disukai untuk memanaskan bahan
kimia yang mudah terbakar daripada nyala api terbuka untuk mencegah penyalaan.
Berbagai jenis water bath digunakan tergantung pada aplikasinya. Untuk semua water
bath, dapat digunakan hingga 99,9 °C.Ketika suhu di atas 100 °C, metode alternatif
seperti penangas minyak.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum pengenalan alat-alat Laboratorium di laksanakan pada hari Sabtu,
23 Oktober 2021, pada jam 08.30-selesai WITA di Laboratorium Teknologi
Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, alat pengisi kapsul, batang
pengaduk ujung spiral, botol tetes, cawan porselin, cetakan supositoria, kaca
arloji, lumpang dan alu, neraca kasar, pengaduk kaca, penjepit, pipet tetes, pinset,
sikat tabung, sudip, timbangan analitik, waterbath(penangas air).
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, alkohol dan tisu

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHAN
4.1 Hasil
No Gambar dan Nama Alat Fungsi

1 Alat pengisi kapsul Untuk membuat kapsul sehingga didapatkan


kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya

2 Menghomogenkan larutan kimia


Batang Pengaduk
Ujung Spiral

3 Botol tetes Untuk menyimpan larutan indikator yan


biasanya digunakan dalam proses analisis
kuantitatif dengan titrasi.

16
4 Cawan Porselin Berfungsi untuk mereaksikan zat kimia pada suhu
tinggi, tempat mengarangkan bahan  yang kemudian
sekaligus tempat untuk mengabukkan bahan,
menguapkan bahan dengan cara dipanaskan baik
pemanasan langsung maupun tidak langsung

5 Cetkan suppositoria Untuk mencetak sediaan suppsitoria

6 Kaca Arloji Kaca Arloji digunakan untuk menimbang


cairan / cairan kental dalam jumlah kecil.

7 Lumpang dan alu Untuk menghaluskan zat yang masih bersifat


padat atau kristal

8 Neraca kasar Untuk menimbang bahan bobot obat besar


gram kapasitas 250 gram (reage 125 mg-250
g) kapasitas 1000 gram (reage 500 mg-1000 g)

9 Pengaduk Kaca Untuk membantu menghomogenkan larutan.


Alat bantu mengalirkan larutan kedalam

17
corong ketika memindah atau ketika
menyaring larutan

10 Penjepit Untuk memegang tabung reaksi, misalnya


waktu pemanasan atau mereaksikan zat-zat
yang merusak kulit dan sebagainya.

11 Untuk mengambil cairan dalam skala tetesan


kecil dengan mengukur volume yang teliti

Pipet

12 Pinset berfungsi untuk menjepit atau menggenggam


suatu objek yang kecil atau objek lainnya yang
tak bisa dipegang oleh tangan secara langsung
atau bisa juga untuk mengambil atau menarik
beberapa objek kecil atau pun yang sangat
lembek(lembut).

13 Sikat tabung Fungsi utama dari sebuah pipet sikat tabung


reaksi ini adalah membersihkan tabung reaksi,
gelas ukur, labu ukur dan lain-lain setelah
digunakan.

18
14 Sudip  mengambil bahan setengah padat dan cairan
kental

15 Timbangan Analitik Untuk mengukur masa suatu benda/bahan dan


yang memiliki kemampuan yang lebih spesifik
dan di khususkan untuk menimbang benda
dengan bobot yang sangat ringan

16 Waterbath Alat pemanas dengan menggunakan uap air.


Alat ini biasanya digunakan untuk mencairkan
basis salep

4.2 Pembahasan
Praktikum yang berjudul “ Pengenalan Alat” ini membahas mengenai alat- alat
yang akan di pergunakan pada praktikum Farmasetika Dasar. Pada praktikum pertama
ini, kami dikenalkan pada beberapa peralatan yang nantinya akan digunakan di praktikum
Farmasetika Dasar, diantaranya yaitu Lumpang dan Alu, Timbangan Analitik, Cetakan
suppositoria, Alat pengisi kapsul, Waterbath ( penangas air), Neraca kasar .
Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal atau
mengetahui tentang peralatan yang digunakan dalam melakukan praktikum tersebut. Hal
ini berguna untuk mempermudah kita dalam melakukan percobaaan, sehingga resiko
kecelakaan di laboratium ditanggulangi. Kebersihan dan kesempurnaan alat sangat
penting untuk bekerja di laboratium. Alat yang kelihatan secara kasat mata, belum tentu
bersih, terg antung pada pemahaman seorang analisis mengenai apa artinya bersih. Alat
kaca seperti gelas piala atau erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau
deterjen sintetik. Pipet, buret, dan labu volumetrik mungkin memerlukan larutan deterjen
panas untuk bisa bersih benar ( Day dan Underwood, 1998). Oleh karena itu pengenalan
alat laboratium sebelum kita melakukan prktikum sangatlah penting.

19
Adapun alat laboratium yang di perkenalkan pada praktikum farmasetika dasar
yaitu: neraca analitik digital, adalah jenis neraca yang dirancang untuk mengukur massa
kecil dalam rentang sub-miligram. fungsinya untuk menimbang berat sampel dan berat
media. Prinsip kerja alat ini yaitu dengan meletakkan bahan sehingga akan tertera secara
langsung padaa layar berat bahan tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat ( Egi
Pamungkas,2014) Yang menyatakan bahwa neraca Analitik berfungsi untuk mengukur
massa atau berat sampel yang dapat di restar kembali ke angka 0 lagi. Beberapa hal yang
mungkin perlu diketahui adalah Pastikan neraca analitik pada posisi yang benar, setting
water pas agar sesuai dengan petunjuk manual book,Tempatkan neraca analitik pada
posisi yang jauh dari hembusan angin dan panas berlebih,Calibrasi timbangan analitik
sebelum menggunakan,Hindarkan neraca analitik dari medan magnet sekitar, Selalu
bersihkan timbangan analitik jika sudah digunakan. Keuntungan yang didapatkan ketika
memakai neraca analitik yaitu, Memiliki tingkat akurasi atau ketelitian yang sangat baik,
bahkan hingga 0,0001 gram,Neraca analitik digital mudah dalam penggunaan, karena
lebih praktis, dan efektif, tidak membutuhkan waktu yang lama,Beberapa timbangan
analitik digital bahkan sudah memiliki fitur internal calibration yang memungkinkan kita
melakukan kalibrasi sendiri.
Selanjutnya neraca analitik mekanik yang akan dibahas kali ini yaitu: Neraca kasar,
adalah jenis neraca yang memiliki tingkat ketelitian (kepekaan atau sensifitas) rendah.
Fungsinya untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek laboratium. Prinsip
kerja neraca ini adalah pertama meletakkan kalibirasi terhadap neraca yang akan
digunakan untuk menimbang, dengan cara memutar sekrup yang berada di samping atas
piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi dua garis pada neraca sejajar. Kedua,
meletakkan benda yang akan di ukur massanya. Ketiga, Menggeser skalanya dimulai dari
skala besar baru digunakan skala yang kecil. Jika panahnya sudah berada dititik
setimbang 0. Keempat, Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai
membaca hasil pengukurannya. Kemudian Neraca Analitik halus adalah neraca yang
biasa digunakan dilaboratium yang memiliki ketelitian sangat tinggi yaitu sekitar 0,01 m
g. Fungsinya yaitu untuk menimbang bahan bobot kecil mili gram kapasitas 50 gram
( range 25 mg sampai 50 mg). Prinsip kerja alat ini yaitu Letak anak timbang disebelah
kiri hadapan penimbang, Letak zat yang akan ditimbang disebelah kanan hadapan
penimbang , Apabila jarum indikator bergerak kekiri itu berarti beban/massa lebih berat
disebelah kanan, Apabila jarum indikator bergerak kekanan itu berarti beban/massa lebih
berat disebelah kiri, Pada saat menimbang harus selalu dalam keadaan tertutup , Selalu

20
menggunakan kertas timbang. Keuntungan dalam pemakaian neraca mekanik yaitu
bahan pembuatannya yang menggunakan material seperti besi, kuningan yang terbilang
lebih berat dan juga kokoh. Namun tetap harus berhati hati jika menggunakan timbangan
ini. Karena terbilang mudah sekali rusak dan timbangan tidak sesuai dengan neraca
keseimbangan saat di gunakan. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan
kedua neraca ini yaitu, cara kalibrasi, penanganan timbangan, kebersihan timbangan dan
cara mengoprasikan timbangan tersebut. Menimbang zat dengan penimbangan selisih
dilakukan jika zat yang ditimbang dikhawatirkan akan menempel pada tempat
menimbang dan sukar untuk dibilas. Pada penimbangan selisih akan diperoleh berat zat
yang masuk ke dalam tempat yang diinginkan bukan pada tempat menimbang.
Cetakan Suppositoria, adalah alat untuk mencetak berbentuk torpedo dalam dunia
farmasi, biasabdigunakan dalam laboratium farmasetika dasar. fungsinya untuk mencetak
sediaan suppostoria. Prinsip kerja alat ini adalah pertama, Melebur basis. Kedua,
Mencampurkan bahan obat yang diinginkan. Ketiga Menuang hasil leburan ke dalam
cetakan. Keempat,Membiarkan leburan menjadi dingin dan mengental menjadi
supositoria. Keenam, Melepaskan supositoria dengan basis yang cocok dibuat dengan
cara mencetak. Keuntungan dalam pemakaian alat ini yaitu, cetakan ini mudah dibuka
secara longitudinal untuk mengeluarkan suppositoria Untuk mencetak bacilla dapat
digunakan tabung gelas untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan,
suppositoria harus dibuat berlebih (± 10 %), dan sebelum digunakan cetakan harus
dibasahi terlebih dahulu denga parafin cair atau minyak lemak Khusus untuk
suppositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween tidak diperlukan bahan pelicin cetakan,
karena basis tersebut dapat mengerut sehingga mudah dilepas dari cetakan pada proses
pendinginan. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan alat tersebu yaitu
Sebelum melakukan proses pembuatans ebelumnya dilakukan terlebih dahulu kalibrasi
alat pencetak dan penetuan bilangan pengganti yang dimulai dengan memanaskan alat
cetak di atas penangas air yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa zat pengotor
baik debu, lemak atau pun zat sisa pembuatan sebelumnya. Kalibrasi adalah kegiatan
untukmengetahui kebenaran nilai penunjukan suatu alat ukur (Anief, 2010)
Lumpang dan Alu,adalah alat laboratorium yang bentuknya sangat mirip seperti
lumpang. Mortar dan alu terbuat dari bahan porselin atau keramik yang membuatnya
terlihat mirip dengan cawan porselin ataupun krusibel. Mortar dan alu adalah sepasang
alat laboratorium yang penggunaanya tidak dapat dipisahkan berdasarkan fungsinya.
Fungsinya sebagai alat yang digunakan untuk mengahaluskan zat yang masih bersifat

21
padat. Prinsip kerja alat ini adalah pertama , Pastikan mortar dan alu dalam keadaan
bersih tanpa ada kontaminasi dari sisa-sisa bahan sebelumnya. kedua, Jika kotor
maka bisa dibersihkan dengan menggunakan akuades dan tisu kering.
Ketiga,Masukan sampel kedalam mortar dan tumbuk dengan perlahan menggunakan
alu. Keempat Jika sampel sudah halus maka bisa digunakan untuk analisa pengujian
selanjutnya. Keuntungan dalam pemakaian alat ini adalah lumpang dan alu dapat
mengantisipasi blender dan penggiling modern dan dapat digambarkan memiliki
fungsi penggilingan kecil, bergerak, yang dioperasikan dengan tangan yang tidak
memerlukan listrik atau bahan bakar untuk beroperasi.
Alat pengisi kapsul , yaitu digunakan dalam mencetak kapsul. Prinsip kerja alat ini
dalah Pertama, Menempatkan Kapsul dalam Pengisi Kapsul Manual . Sebelum Anda
memulai proses enkapsulasi, bersihkan dan keringkan area kerja. Ini memastikan itu
bebas dari puing-puing. Kedua,  Isi Kapsul dengan Bubuk Sekarang saatnya mengisi
kapsul dengan bubuk atau pelet. Ketiga, Tutup Kapsul Anda harus meletakkan lembaran
tengah pada lembaran kapsul yang diisi dan mengencangkannya dengan sekrup / pin
stainless steel. Keuntungan dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang
lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan
berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang tetap dan bagian
yang bergerak. Sebelum alat digunakan harap diperhatikan Paku-paku pemandu
pemakaian ( 3 paku terpasang di papan kepala kapsul ) supaya rangkaian papan tidak
terbalik pada waktu memandu, penutupan kapsul secara bersamaan ( bila terbalik
produksi akan gagal ),Bila alat tidak digunakan simpan pada posisi rangkaian alat
seperti semula ( packing ) untuk menghindari lengkungan papan dan kerusakan
Waterbath ( penangas air), yaitu peralatan laboratorium yang terbuat dari wadah
berisi air panas. Fingsinya digunakan untuk menginkubasi sampel dalam air pada suhu
konstan selama periode waktu yang lama.Secara sederhana prinsip atau cara kerja water
bath adalah mengubah energi listrik menjadi energi panas. Energi panas tersebut
disalurkan ke air pada bak, yang kemudian akan digunakan untuk memanaskan larutan
utama.Pada setiap water bath sudah dipastikan terdapat sensor suhu yang digunakan
untuk memonitor suhu air pada bak. Bak air inilah yang nantinya digunakan untuk
memanaskan larutan yang sudah ditempatkan pada labu Erlenmeyer. keuntungan di
dapatkan dalam penggunaan alat water bath yaitu menjaga kestabilan suhu agar seperti
yang kita inginkan. Hal yang perlu diperhatikan saat mengunakkan waterbath, Tidak
disarankan untuk menggunakan water bath dengan reaksi sensitif terhadap air atau

22
pyrophoric. Jangan memanaskan cairan mandi di atas titik nyala, Ketinggian air harus
dipantau secara teratur, dan diisi dengan air suling saja. Hal ini diperlukan untuk
mencegah garam menempel pada pemanasan, Desinfektan dapat ditambahkan untuk
mencegah pertumbuhan organisme, Tingkatkan suhu hingga 90 ° C atau lebih tinggi
hingga satu kali seminggu selama setengah jam untuk tujuan dekontaminasi, Spidol
cenderung mudah luntur dalam air. Gunakan yang tahan air ,Jika aplikasi melibatkan
cairan yang mengeluarkan asap , dianjurkan untuk mengoperasikan air mandi di lemari
asam atau di area yang berventilasi baik,Penutup tertutup untuk mencegah penguapan dan
membantu mencapai suhu tinggi, Siapkan permukaan yang stabil dari bahan yang mudah
terbakar.
Pipet , merupakan jenis pipet yang digunakan untuk memindahkan larutan dari
suatu wadah ke wadah lain dengan jumlah yang sangat sedikit dan dengan tingkat
ketelitian pengukuran volume yang sangat rendah. Prinsip kerja alat ini adalah dengan
memencet terlebih dahulu karet pada ujung pipet. Setelah Anda memencetnya secara
perlahan, maka masukkan ujung bawahnya yang memiliki diameter kecil ke cairan atau
larutan.Setelah Anda pencet maka bisa dilanjutkan dengan mencelup sebagian ujung pipet
dan karet yang kita tekan tadi dilepaskan secara perlahan. Tujuannya agar cairan yang
diambl bisa masuk ke dalam badan pipet. Keuntungan penggunaan pipet ini yaitu
memiliki karet hisap diatasnya, sehingga mudah dalam pengambilan larutan. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pemakaian pipet yaitu lebih berhati-hati karena pipet lebih
mudah pecah, kemudian Sebelum kita menggunakan pipet tetes untuk mengambil zat
cair, pastikan terlebih dahulu bahwa zat cair yang akan diambil tersebut bukanlah jenis
zat cair yang reaktif terhadap bahan gelas atau kaca. Beberapa bahan kimia bersifat
reaktif terhadap bahan kaca seperti contohnya yaitu asam fluorida (HF), Bahan tersebut
mampu melarutkan kaca sehingga jika kita gunakan pipet tetes, maka yang akan terjadi
adalah pipet akan rusak dan larut dalam larutan. Maka dari itu jika kita menggunakan HF,
pastikan bahwa kita menggunakan pipet tetes yang terbuat dari plastik karena bahan
plastik tidak bereaksi terhadap HF.
Kaca arloji, adalah alat laboratorium yang terbuat dari kaca bening dan
berbentuk lingkaran dengan permukaan cekung seperti piring.keuntungan
penggunaan alat ini yaitu Sangat berguna untuk menampung kelebihan zat yang
ditimbang. Prinsip kerja alat adalah  Saat ingin menimbang bahan kimia, simpan zat atau
bahan kimia yang akan ditimbang di atas kaca arloji . kemudian Timbang zat atau bahan
kimia tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian kaca arloji yaitu, terbuat

23
dari bahan kaca tipis yang mudah sekali untuk pecah. Oleh karena itu perlu kehati-hatian
pada saat menggunakan alat gelas yang satu ini.
Pinset , yaitu alat yang digunakan untuk menjepit benda- benda berukuran kecil .
Prinsip kerja alat ini adalah mainkan tubuh pinset untuk menjepit dan melepaskannya.
Keuntungan dalam menggunakan alat ini yaitu, penggunaanya yang sangat mudah
digunakan, menghindari tangan dari kontak langsung dengan benda yang akan di angkat.
Hal yang perlu di perhatikan yaitu, ketika sudah menggunakan alat ini dalam mengambil
sampel atau benda yang di angkat, kemudian ingin mengangkat sampel berikutnya
sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dengan air .
Batang Pengaduk, merupakan sebuah peralatan laboratorium yang digunakan
untuk mencampur bahan kimia dan cairan untuk keperluan laboratorium. Keuntungan
Pemakaiannya yang mudah dan praktis untuk mengaduk wadah yang ukurannya sempit
seperti sebuah peralatan laboratium yang digunakan untuk mencampur bahan kimia dan
cairan untuk keperluan laboratium. Prinsip kerja alat ini adalah Mengaduk larutan atau
suspense dalam wadah. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian alat ini yaitu,
Ketika basah, bersihkan setiap pemakaian, atau akan mengkontaminasi larutan
berikutnya.Ketika telah selesai, letakkan batang pengaduk di dalam beaker yang berisi air
suling dan aduk. Jika memungkinkan, ganti air sesering mungkin untuk menghindari
kontaminasi.
Spatula laboratorium adalat alat yang terdapat dua jenis ujung, yaitu ujung
melengkung seperti sendok dan ujung lain yang berbentuk datar. keuntungan alat ini juga
bisa digunakan sebagai alat pengaduk saat membuat suatu larutan. Semua jenis larutan
yang ingin dibuat, kecuali larutan asam, bisa menggunakan alat ini sebagai alat
pengaduk.berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless steel
atau alumunium. alat untuk mengambil obyek. Spatula yang sering digunakan di
laboratorium biologi atau kimia berbentuk sendok kecil, pipih dan bertangkai. Fungsi
spatula yaitu Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan dan dipakai untuk
mengaduk larutan. Prinsip kerja alat ini yaitu, dengan mengadukan pada larutan secara
langsung. Hal yang perlu diperhatikan dalam memakai alat ini yaitu ketika terjadi
kesalahan dalam pemilihan jenis spatula akan berakibat fatal pada hasil penelitian yang
sedang dilakukaan karena bahan kimia tidak sembarang berinteraksi dengan semua bahan
temasuk bahan dari medianya(spatula).
Kertas puyer merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi sebuah apotik, klinik
maupun rumah sakit yang menyediakan obat-obatan berbentuk puyer bagi pasien.

24
Fungsinya sebagai wadah dalam pengisian obat yang berbentuk puyer. Prinsip kerja alat
ini yaitu, Siapkan 8 lembar kertas perkamen, kemudian menyusun kedelapan kertas,
selanjutnya melipat ujung atas, Untuk memudahkan dalam pelipatan dan menghindari
serbuk berterbangan, akan lebih baik jika kita membagi 2 sama banyak kertas perkamen
yang akan kita lipat. Jadi dalam hal ini kita melipat 4 kertas perkamen terlebih dahulu.
Ketika keempat kertas perkamen sudah selesai dilipat, baru kemudian melipat 4 kertas
perkamen sisanya. Susunlah keempat kertas perkamen, Isi bagian tengah masing- masing
kertas perkamen dengan serbuk yang dikehendaki, kerjakan pelipatan satu kertas
perkamen terlebih dahulu, lipat bagian bawah kertas perkamen ke atas, masukan kedalam
lipatan yang sudah terbentuk, lipat kembali bagian atas dengan lebar yang sama dengan
lipatan yang pertama kali, lipat bagian kanan sedikit ke arah tengah, dan terakhir lipat
bagian kiri hingga ujung tetap menyentuh lipatan yang paling kanan. Hal yang perlu di
perhatikan yaitu, Dalam hal ini ( cara yang diajarkan) dua lipatan kecil yang dibuat, harus
selalu berada di atas Bagian yang akan masuk ke lubang harus ujung bagian kanan, hal ini
dilakukan sebagai penyesuaian dalam hal pembukaan puyer oleh pasien yang mayoritas
tidak bertangan kidal,Ukuran tiap lipatan puyer yang dibuat harus sama, tidak boleh ada
yang satu besar atau yang lainnya lebih kecil. Keuntungan menggunakan kertas puyer
yaitu, Daya tahan kertas dari air yang membuat kertas perkamen dijadikan pembungkus
obat puyer, dan sangatlah mudah dalam penggunaanya dan tidak terlalu sulit dan bisa
dilakukan sendiri di rumah.
Plastik obat adalah suatu wadah / kantong berbahan LDPE yang berfungsi
sebagai pembungkus dan mempunyai “ klip” diatasnya yang bisa dibuka atau ditutup
kembali. Prinsip kerja yaitu dengan menggunakan kerja ritsleting. Hal tersebut bertujuan
untuk memudahkan Anda dalam memanfaatkan produk. Apabila produk tidak habis
digunakan setelah plastik dibuka, Anda dapat menutupnya kembali. Dengan demikian,
penggunaan plastik klip dapat menjaga dan mempertahankan kualitas produk.
Keuntungan dalam pemakaian kertas plastik yaitu, cara penggunaannya yang begitu
mudah hanya memasukkan obat kedalam kertas plastik tersebut.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Mahasiswa sudah mampu mengetahui jenis-jenis dari alat alat yang ada
dalam laboratorium

25
2. Mahasiswa sudah mengetahui fungsi dari masing-masing alat yang ada
dalam laboratorium
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Praktikan
Kami berharap agar kiranya kepada sesame praktikan dapat menyimak
dengan baik saat asisten memberikan arahan agar mempermudah kita
menyelesaikan praktik tersebut.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Kami mengharapkan agar kiranya dapat terjadi kerja sama yang lebih baik
lagi antar asisten dan praktikan saat berada di dalam laboratorium maupun
di luar laboratorium. Sebab. kerja sama yang baik akan lebih mempermudah
proses penyaluran pengetahuan dari asisten kepada praktikan.
5.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan alat-alat yang ada dalam
laboratorium. Agar para praktikan dapat lebih mudah, cepat dan lancar
dalam melakukan suatu percobaan atau penelitian.
5.2.4 Saran Untuk Jurusan
Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas yang
ada pada laboratorium yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R. (2016). Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk Mengatasi


Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal Mikrobiologi
Vol, 1(1).

Decaprio Richard. 2013.Tips mengelola lab sekolah. (Jogyakarta : Diva Press)

26
Depdiknas. SPTK-21. Jakarta: Depdiknas. 2002.

Gupte, S..1990. Mikrobiologi Dasar, Alih bahasa oleh Suryawidjaya, J.E.


Penerbit Binarupa Aksara.Jakarta

Rachmawati, Farida Juliantina, and Shofyatul Yumna Triyana.


2008."Perbandingan angka kuman pada cuci tangan dengan
beberapa bahan sebagai standarisasi kerja di laboratorium
mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia." Jurnal logika 

Syamsuni. Drs.H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat

27

Alat pengisi Batang Botol tetes Cawan


kapsul pengaduk porselin
Laporan Praktikum
FARMASETIKA DASAR
Serbuk”
Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Farmasetika Dasar

OLEH :

28
KELOMPOK : 1 (SATU)

KELAS : B-D3 FARMASI 2021

ASISTEN : NUR OKTAVIANA

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021

Lembar Pengesahan

FARMASETIKA DASAR

“SERBUK”

OLEH :

29
KELOMPOK : 1 (SATU)

KELAS : B-D3 FARMASI 2021

1. INDRA SETIAWAN PODUNGGE (821321048)


2. INDRIYATI NANI (821321044)
3. NURHIDAYANTI (821321052)
4. SITI MAGHFIRA ISHAK (821321056)
5. NUR ADHA IYONU (821321058)
6. MARSELI TUI (821321060)
7. MUTIA HALID (821321064)
8. RAHMIATI LATIF (821321072)

Gorontalo, 23 Oktober 2021


NILAI
Mengetahui Asisten

NUR OKTAVIANA

KATAPENGANTAR
Assalamualikumwarahmatullahiwabarakatuh.

Segala puji syukur bagi Allah SWT dengan nikmat-Nya sehingga kamidapat
menyelesaikan laporan praktikum Farmasetika Dasar yang berjudul “Serbuk Bagi”.
Shalawat serta salam kami haturkan kepada nabi Muhammad SAW, beserta sahabat-
sahabatnya, dan semoga safaatnya sampai kepada kita.

Tujuan dari kami menulis laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas laporan
praktikum. Percobaan pembuatan sediaan serbuk bagi. Selain itu, Laporan ini

30
juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan pada kami dan
pembaca tentang pembuatan sediaan serbuk bagi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada penanggung jawab Laboratorium
Teknologi Farmasi dan asisten Laboratorium Teknologi Farmasi yang telah
memfasilitasi kami dalam melakukan Praktikum Farmasetika Dasar.
Semoga laporan yang kami tulis dapat bermanfaat buat siapapun yang
membacanya, sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.

Gorontalo, 23 Oktober 2021

Kelompok I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................1

1.5 Latar Belakang.............................................................................1

31
1.6 Maksud dan Tujuan Percobaan...................….............................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3

2.2 Dasar Teori...................................................................................3


2.3 Uraian Bahan ...............................................................................6
BAB III METODE PENGAMATAN ................................................................10

3.3 Waktu dan Tempat.......................................................................10


3.4 Alat dan Bahan…….....................................................................10
3.5 Cara Kerja ....................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................11

4.3 Hasil Percobaan ............................................................................11


4.4 Pembahasan...................................................................................13
BAB V PENUTUP…...........................................................................................16

5.3 Kesimpulan....................................................................................16
5.4 Saran...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17

LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................................18

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari mengenai cara membuat,
mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi,
menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat
beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Farmasi merupakan
salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu
kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan
efektivitas dan keamanan penggunaan obat.

32
Salah satu cabang ilmu yang dipelajari dalam farmasi adalah farmasetika
dasar. Farmasertika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat,
yang meliputi pengumpulan,pengenalan,pengawetan dan pembakuan bahan obat-
obatan; seni peracikan obat; serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu sehingga siap digunakan sebagai obat.
Obat merupakan salah satu komponen penting dalam upaya pelayanan
kesehatan pada masyarakat. Sediaan obat terdapat dalam berbagai macam bentuk
di antaranya tablet, kapsul, sirup, pulveres, dan salep. Pulveres memiliki
kelebihan yaitu dosisnya mudah diatur dan kombinasi obatnya sesuai dengan
kebutuhan pasien. Tetapi sediaan pulveres memiliki kelemahan yaitu
ketidakseragaman bobot dan tidak homogen. Hal ini terkait dengan ketelitian,
keterampilan, serta waktu dalam menyiapkan suatu sediaan pulveres.
Serbuk terbagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang
kurang lebih sama yang dibungkus menggunakan bahan pembungkus yang cocok
dan digunakan untuk sekali minum (dosis tunggal). Bahan pembungkus yang
digunakan dapat berupa kertas perkamen atau kapsul disesuaikan dgn usia dan
kondisi pasien. Salah satu syarat serbuk bagi (pulveres) yang baik yaitu harus
memenuhi persyaratan keseragaman kandungan atau dosis.
Menurut Depkes RI, (2007), ketidaktepatan dosis terkait dengan
pemberian dosis, cara penyiapan, dan penyimpanan dapat menjadi salah satu
penyebab dari kegagalan terapi. Adanya variasi dalam bobot dan kandungan dapat
mempengaruhi efektivitas obat yang diberikan pada pasien.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud Percobaan

1. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentangg definisi serbuk bagi


2. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan serbuk
1.2.2 Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi tetang serbuk bagi


2. Mahasiswa mampu membaca resep tentang serbuk bagi
3. Mahasiswa mampu mengerjakan resep tentang serbuk bagi

33
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Pengertian Serbuk

34
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena
mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih
larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa
yang suka menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam
bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum (Yayat
Sudaryat.2013).
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian oral dalam atau untuk pemakaian luar. Bentuk serbuk
mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih
mudah terdispersi dari pada bentuk sediaan padatan lainnya seperti kapsul, tablet,
pil (Syamsuni,2006).
Serbuk diracik dengan cara mencampurkan bahan obat satu persatu, sedikit
demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Dalam
mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga agar jangan ada
bagian yang menempel pada dinding mortar. Terutama untuk serbuk yang
berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil. Campuran serbuk dapat terbagi tepat,
sering ditambah zat tambahan yang berkhasiat netral atau indiferen, seperti
Saccharum Album, Saccharum Lactis , sampai berat serbuk tiap bungkusnya
20mg. Penggunaan Saccharum Album ada keuntungannya sebagai korigen rasa,
tetapi serbuk akan mudah basah karena higroskois. Serbuk yang diberikan kepada
pasien diabetes tidak boleh digunakan Saccharum Album sebagai zat tambahan.
Tetapi digunakan Mannitumatau SaccharumLactis(Anief,1997).
Serbuk terbagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
Untuk serbuk terbagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri
harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin
kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam(Ayu Pandingan,2016).
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Serbuk
Menurut Elmitra (2017) Keuntungan sediaan obat serbuk dibandingkan
sediaan bentuk lainnya adalah :

1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih mudah larut daripada bentuk
sediaan oral lainnya.
2. Lebih mudah untuk ditelan disbanding sediaan padat lainnya.
3. Lebih stabil disbanding sediaancair.
4. Lebih mudah dalam pengaturan dosis
Kerugian bentuksediaan serbuk adalah:

35
1. Obat yang tidak tahan terhadap pemaparan diudara akan rusak dengan
bentuk sediaan ini.
2. Obat yang pahit, menimbulkan rasa mual dan muntah, begitu pula obat yang
korosif tidak dapat dibuat dalam bentuk sediaan ini.
3. Sukar untuk menutup rasa dan bau yang tidak enak.
4. Tidak dapat disimpan lama.
5. Durasi efek dan waktu mulai berefek tidak dapat diatur.
2.1.3 Syarat-Syarat Serbuk
Secara khusus syarat serbuk tabor adalah Syamsuni,2006):

1. Harus halus, tidak boleh ada butiran-butiran kasar (harus melewati ayakan
Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri
Clostridiumtetani C.welchi dan Bacillus
2. Anthracis serta disteril kandengan cara kering
3. Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
2.1.4 Cara Pembuatan Serbuk
1. Pada kasus angin apectoris (nyeri dada karena tidak Cukup aliran darah)
2. Pada kasus angin apectoris (nyeri dada karena tidak cukup nya aliran darah
ke)
3. Pada kasus angina pectoris (nyeri dada karena tidak cukupnya aliran darah
ke.)
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit
demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian
diayak, biasanya menggunakan pengayak No.60, dandicampur lagi (Dirjen
POM, 1979) jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak
No.44.

1. Jika obat bobotnya kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat
ditimbang harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan
yangcocok.
2. Jika obat berupa serbuk kasar, terutama simplisia nabati, serbuk digerus
lebihdahulu sampai derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak dan
derajat halusserbuk,setelahitu dikeringkanpadasuhu tidak lebih dari 50oC.

36
3. Jika obat berupa cairan misalnya tingtur dan ekstrak cair, pelarutnya
diuapkan hingga hamper kering, dan serbuk kandungan zat tambahan yang
cocok.
4. Obat bermassa lembek, misalnya ekstrak kental, dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan zat tambahan yang cocok
5. Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap, dikeringkan
dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok.
Pembuatan Serbuk dengan Bahan-Bahan Cara mencampur bahan obat untuk serbuk
(Syamsuni, 2006).

1. Trituration, mencampurkan bahan obat dalam mortar dengan stemper


2. Spatulation, mencampur bahan obat langsung di atas kertas.
3. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup
4. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup yang
dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian digoyang-
goyangkan.
2.1.5 Penanganan Khusus
Menurut Nora Susanti (2016) dalam pembuatan serbuk bagi perlu memperhatikan
hal hal berikut sebagai penangana khusus yaitu :

1. Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam mortar dalam keadaan tidak
diencerkan, untuk mencegah sebagian obat tertinggal dalam pori-pori
dinding mortar. Cara yang baik ialah, pilihan mortar yang halus.
2. Bila bagian-bagian serbuk mempunyai BJ yang berlainan, masukkan dulu
serbuk yang BJ-nya besar baru kemudian masukkan bagian serbuk yang BJ-
nya lebih rendah dan diaduk.
3. Jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus. Hal
ini untuk menghindari agar jangan sampai ada bagian serbuk yang belum
halus. Karena dengan menggerus akan banyak terjadi kristal kasar menjadi
halus. Bila menggerus serbuk banyak, akan terjadi serbuk halus yang
banyak pula, tetapi ada bagian-bagian kasar yang terlepas dan tidak ikut
tergerus dengan baik. Maka itu lebih baik bagian-bagian serbuk digerus
masing-masing dalam mortar sampai halus baru dicampur.

37
4. Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.
Maka itu untuk menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan
mortar panas. Hal ini khusus untuk menggerus Kali sampai dinding luar
mortar terasa panas, setelah itu air panas dituang keluar dan keringkan
dengan serbet bersih. Jangan menggunakan mortar panas untuk bahan-bahan
yang mudah menguap, atau rusak pada pemanasan.
2.1.6 Wadah
Menurut Anief (2008) Ada tiga kategori kualitas wadah, yaitu :

1. Wadah tertutup rapat, harus melindungi isinya terhadap masuknya bahan


padat, lengas dari luar danmencegah kehilangan, pelapukan, pencairan dan
penguapan pada waktu penggunaan, pengangkutan, penyimpanan dan
penjualan dalam kondisi normal.
2. Wadah tertutup baik, harus melindungi isinya terhadap pemasukkan
pengangkutan, penyimpanan dan penjualan dalam kondisi normal.
3. Wadah tertutup kedap, harus mencegah menembusnya udara atau gas pada
waktu pengurusan, penyimpanan, dan penjualan dalam kondisi normal.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM,1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala api biru yang
tidak berasap.
Kelaruran : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P,
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api

38
Kegunaan : Sebagai zat tambahan

2.2.2 Paracetamol (Dirjen POM,1979;Rowe2009)


Nama resmi : PARACETAMOL
Rumus struktur :

Rumus Molekul : C8H9NO2


Berat Molekul : 151,16gr/mol
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
pahit
Kelarutan : Larut Dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%), dalam 13 bagian aseton, dalam
40 bagian gliserol dan dalam 9 bagian propil
engliko larut dalam larutan alkali hidroksida
Khasiat : Sebagai obat penurun demam, sebagai pereda sakit
kepala, sebagai pereda pegal dan sebagai pereda
nyeri otot.
Kegunaan : Sebagai sampel
penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
2.2.3 Chorpheniramine (Dirjen POM,1979;Rowe2009)
Nama resmi : CHORPHENIRAMINE
Nama lain : CTM
Rumus struktur :

Rumus Molekul : C16H19ClN2.C4H4O4


Berat Molekul : 390,87 gr/mol

39
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau larutan
mempunyai ph antara 4 dan 5
Kelarutan : Mudah larut dalam air, etanol dan klorofom.
Khasiat : Antihistamin, sedative
Kegunaan : Sebagai sampel.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2.4 Ambroxol (Martindale,1565)
Nama resep : Ambroxol Hydrochloride
Nama lain : Ambroxol HCL
Rumus struktur :

Rumus Molekul : C13H18Br2N20 HCL


Berat Molekul : 414,6
Pemerian : Putih atau kekuningan bubuk kristal
Kelarutan : Sedikit larut dalam air, praktis tidak larut dalam
diklorometana, larut dalam metal alkohol. Sebuah
solusi 1% dalam air memiliki ph 4,5,-6,0
Penyimpanan : Dalam wadah kedip udara dan simpan di tempat
kering.

BAB III

40
METODOLOGI KERJA

3.1 Waktu dan Pelaksanaan Praktikum


Praktikum Farmasetika Dasar percobaan Pembuatan Sediaan Serbuk Bagi
dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 Oktober 2021 pukul 09.40 – 11.40 WITA,
bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Pada praktikum farmasetika dasar, adapun alat yang digunakan yaitu
keranjang, lumpang & alu, gunting, kertas perkamen, plastik obat, dan sudip.
3.2.2 Bahan
Pada praktikum farmasetika dasar, adapun bahan yang digunakan yaitu
alkohol 70%, cangkang kapsul, etiket putih, kertas perkamen, plastik obat,
paracetamol, CTM, resep, dan tisu.

3.3 Cara kerja


1 Disiapkan alat dan bahan.
2 Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70% .
3 Diambil Paracetamol sebanyak 5 tablet
4 Dimasukkan Paracetamol sebanyak 5 tablet lalu digerus hingga homogen.
5 Disiapkan kertas perkamen dan cangkang kapsul ukuran 3 sebanyak 10
6 Diletakan obat diatas kertas perkamen sebanyak 10, dibagi sama rata, d a n
dimasukkan kedalam kapsul
7 Dimasukkan kedalam plastik obat
8 Diberi etiket warna putih.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

41

Gambar 4.1 sediaan serbuk


4.2 Perhitungan Bahan dan Dosis
4.2.1 Perhitungan Bahan

1. Loratadine
Diminta 5 mg, maka 5 mg/2 = 2,5 mg
5
Loratadine = ×10 =5 tab
10
2. CTM 2mg
1
CTM = ×10=¿ 5 tab
2
3. Ambroxol
Diminta 15mg
15
Ambroxol = ×10 = 5
30

4.2.2 Perhitungan dosis resep

Pada resep ini ditujukan kepada anak An RA diumur 6 tahun maka perhitungan
n
dosis menggunakan rumus dilling yaitu × DM
n+12

1. Loratadine
n
a. Dosis sekali = × DM
n+12
6
= × 10
6+12
60
= = 3,33 mg
18
6
b. Dosis sehari = ×10=¿
18
60
= = 3,33 mg
18
c. Resep =
1× sehari = 5mg

42
1 hari = 10mg
d. % OD =
5 mg
1x= ×100 = 150 mg (OD)
3,33 mg
10
1 hari = ×100 = 300mg (OD)
3,3
2. CTM
n
a. Dosis sekali = ×DM
n+12
6
= ×4
18
= 1,33 mg
n
b. Dosis sehari = × DM
n+12
6
= × 4 = 1,33 mg
18
c. Resep
6
1 x sehari = × 4 mg = 1,33 mg
18
6
1 hari = ×8 mg = 2,6
18
d. % OD =
1,33 mg
1 x sehari = ×100 = 33,25 mg (TOD)
4
2,6
1 hari = ×100 = 65 mg (TOD)
4
3. Ambroxol
n
a. Dosis sekali = × DM
n+12
6
=×30=10 mg
18
6
b. Dosis sehari = ×30 = 10 mg
18
c. Resep
1 x sehari = 15 mg
Sehari = 30 mg
d. % OD =

43
15
1x sehari ×100 = 150 % (TOD)
10
30
Sehari = ×100 = 300 % (TOD)
10
4.3 Pembahasan
Menurut Dirjen POM (1979), serbuk adalah campuran kering bahan obat
atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk
pemakaian luar. Sedangan serbuk bagi/Pulveres adalah serbuk yang dibagi-bagi
dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas
yang cocok untuk sekali minum.
Sebelum melakukan semua percobaan, kami membersihkan alat dengan
alcohol 70% karena menurut Pratiwi (2008) alcohol 70% berfungsi sebagai
disinfektan dan antiseptik. Selain itu menrut Handoko (2007) efektivitas alcohol
70% sebagai disenfektan terhadap kuman pada membrane stetoskop, dengan
menyemprot dan menggenangi membrane stetoskop selama 10 menit terbukti
mampu mereduksi jumlah koloni kuman sampai 91% tiap membrane stetoskop.
Ambroxol hydrocloride merupakan zat mukolotik yang memiliki gugus
sulfhdryl(-SH) bebas. Ambroxol adalah metabolit dari bromoheksin yang
memiliki sifat mukokinetik dan sekretolitik. Ambroxol dapat digunakan dalam
pengobatan untuk gangguan saluran pernapasan seperti bronkitis kronis dan
berfungsi mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkannya dari efek batuk
fungsi mukolitik efektif pada batuk dengan dahak kental, seperti pada kondisi
bronkitis, emfisema, dan mukovidosis. Zat-zat ini mempermudah pengeluaran
dahak yang menjadi yang lebih encer melalui proses batuk atau dengan bantuan
gerakan siria dari epitel. Ambroxol meningkatkan produksi suefaktan, zat yang
mempromosikan mekanisme clearance untuk membersihkan kuman atau patogen
lainnya, yang membantu untuk mencegah dan mengatasi infeksi pada bronkus.
Ambroxol memiliki efek samping diantaranya yaitu gangguan pencernaan, sakit
kepala, pusing, berkeringat, rhinorrhoea, larkimasi dan reaksi alergi(Kumar,2014)
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan
yang digunakan seperti lumping dan alu, kertas perkamen, sudip, dan plastic obat.
Lalu bahan-bahan yang digunakan adalah Parcetamol dan CTM. Setelah itu,
masukkan semua bahan seperti Paracetamol sebanyak 5 tablet dan digerus lalu
ditambahkan CTM sebanyak 1 tablet lalu digerus hingga homogen. Setelah
sediaan digerus hingga homogen, sediaan di bagi kedalam 10 kertas perkamen
kemudian di lipat. Setelah dilipat, dimasukkan ke dalam plastik obat. Lalu diberi
etiket putih untuk obat penggunan oral.
Paracetamol merupakan obat bebas yang termasuk dalam golongan
analgesik dan antipiretik yang digunakan untuk meredakan sakit dan demam dan
boleh dikonsumsi oleh anak-anak. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, sirup,

44
dan suntik. Sedangkan CTM atau chlorpheniramine adalah obat golongan
antihistamin yang digunakan untuk membantu meredakan gejala alergi yang
dipicu oleh debu, makanan, bulu hewan, serbuk sari, dan gigitan binatang. Gejala-
gejala alergi yang umum ditemui, antara lain batuk, pilek, mata berair,
tenggorokan dan hidung gatal, serta ruam.
4.4 Nama Latin
Recipe = Ambillah

MisceFak = Campur dan Buat

Pulveres = Serbuk Bagi

De Tales Doses = Sesuai Dosis

Nomero = Sebanyak

Decem = Sepuluh

Signa = Tandai

DeDie = Setiap Hari

Post Coenam =Sesudah Makan

4.5 Resep
Dr. Novia Luawo
SIP o8xxxxx
Apt : Oktaviana, M Farm,Apt
Alamat : Jl. Kalimantan, No Telp (0435)

Gorontalo, 29 Oktober 2021

R/ Loratadine 5 mg
CTM ½ tab
Ambroxol 15 mg

Mf. Pulv. dtd . No x

∫ 2 dd 1 pc
Pro : An. RA

45
Umur : 6th
BB : 29 kg
Alamat : Jl. Beringin

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pembuatan serbuk pagi (pulveres) yang baik dan benar adalah sebagai
berikut:
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dibersihkan menggunakan alcohol 70%
c. Dimasukkan Paracetamol sebanyak 5 tablet dan CTM sebanyak 1 tablet,
digerus hingga homogen
d. Diletakkan diatas kertas perkamen sebanyak 10, dilipat dan dimasukkan
kedalam sak obat (plastik obat)
e. Dibersihkan kembali alat yang telah digunakan
f. Diberi etiket putih untuk penggunaan oral (dalam)
g. Diberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO)
2 Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang
lebih sama yang dibungkus menggunakan bahan pembungkus yang cocok dan
digunakan untuk sekali minum (dosis tunggal).
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan

46
Diharapkan kepada Jurusan agar kiranya dapat memperbaiki dan
melengkapi sarana dan fasilitas fisik yang ada sehingga dapat mendukung
kegiatan perkuliahan dengan baik.

5.2.2 Saran untuk Laboratorium


Saran kepada Laboratorium diharapkan agar dapat memperhatikan
infrastruktur yang ada pada Laboratorium, agar praktikan lebih nyaman
dalam melaksanakan kegiatan praktikum.
5.2.3 Saran untuk asisten
Agar kiranya dapat memperhatikan praktikan yang tidak paham atau belum
mengerti dengan materi yang disampaikan atau telah dijelaskan.

47
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University

PressAnief,M. 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Prakte, EdisiI, 168-169.
Yogyakarta:GadjahMadaUniversityPress

Anief, M. 2007, Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta : Gadjah Mada University


PressDirjenPOM DepartemenKesehatanRepublik Indonesia.1979.

Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.DirjenPOM Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995.

Farmakope Indonesia.EdisiIV.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Elmitra.2017. Dasar Dasar Farmasetika dan Sedian SemiSolid .Yogyakarta penertbit:


Deepublish.

Handoko.2007.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh pusat Informasi


Obat Nasional (Pionas). Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Kanti Rahmi Fauziyah dan Ayu S Pandingan .2016. Serbuk Tabur. Institut
Teknologi Bandung.
Nora Susanti.2016. Bentuk sediaan Obat. Dikerkorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan.

PratiwiS.2008. Mikrobiologi Farmasi, Jakarta:Penerbit Erlangga

Rower. cetal.2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients. 6th Ed, The Pharmaceutical


Press. London.

Syamsuni,2006. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta:Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Yayat Sudaryat.2013. Dasar-Dasar Kefarmasian Jilid I. Kementrian Pendidikan


dan Kebudayaan. Jakarta.

48
LAMPIRAN

Lampiran I : Alat dan Bahan


a. Alat

Nama Gambar Fungsi

Lumpang Menggerus dan menghaluskan


dan alu
zat kimia yang berbentuk padat

Mengambil sisa-sisa obat yang


Sudip
masih tersisa didalam lumpang

Spatula Mengambil obat dari lumpang

Alat pengisi kapsul Berfungsi untuk membuat kapsul


sehingga didaptkan kapsul yang
seragam dan pengerjaannya dapat
lebih cepat

49
b. Bahan
Nama Bahan Gambar Fungsi

Alkohol 70% Untuk membersihkan


alat yang digunakan

Sebagai bahan obat


Paracetamol
untuk kapsul

Mempermudah
Sak Obat/Klip Plastik
Obat dalam packing obat
dan akan terhindari
dari bakteri luar
Sebagai identitas
Etiket putih
atau aturan
penggunaan obat.
Untuk
Tissue
membersihkan alat

Sebagai wadah zat


Cangkang kapsul
aktif

Sebagai alas
Kertas Perkamen
timbangan dalam
proses menimbang
bahan obat serta
sebagai pembungkus
obat
50
Lampiran 2 : Diagram Alir

Paracetamol

Disiapkan alat dan bahan


51
Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%

Diambil paracetamol sebanyak 5 tablet

Dimasukkan paracetamol sebanya 5 tablet lalu digerus


hingga homogen
Disiapkan kertas perkamen dan cangkang kapsul ukuran 3
sebanyak 10
Diletakan obat diatas kertas perkamen seabanyak
10,dibagi sama rata,dan dimasukkan kedalam cangkang
kapsul
Dimasukkan kedalam plastik obat
Diberi etiket warna putih.

Hasil

Lampiran 3 : Skema Kerja

52

Dimasukkan
Dibersihkan paracetamol
alat dengn sebanyak 5 Masukan obat
alkohol tablet kedalam kapsul
Diletakan Disiapkan kertas
Dimasukkan ke obat diatas kertas perkamen dan
dalam plastik obat perkamen dibagi cangkang kapsul
dan diberi etiket sama rata, sebanyak 10
warna putih dimasukan ke
dalam cangkang
Laporan Praktikum

FARMASETIKA DASAR

“Kapsul”

OLEH :

KELOMPOK : 1 (SATU)

KELAS : B-D3 FARMASI 2021

ASISTEN : NABILA BASALAMAH

53
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021

Lembar Pengesahan

FARMASETIKA DASAR

“Kapsul”

OLEH :

KELOMPOK : 1 (SATU)

KELAS : B-D3 FARMASI 2021

9. INDRA SETIAWAN PODUNGGE (821321048)


10. INDRIYATI NANI (821321044)
11. NURHIDAYANTI (821321052)
12. SITI MAGHFIRA ISHAK (821321056)
13. NUR ADHA IYONU (821321058)
54
14. MARSELI TUI (821321060)
15. MUTIA HALID (821321064)
16. RAHMIATI LATIF (821321072)

Gorontalo, 23 Oktober 2021

Mengetahui Asisten NILAI

NABILA BASALAMAH

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……....
……………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii

BAB
PENDAHULUAN………………………………………………
…………..2
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................2
1.2 Maksud Percobaan.....................................................................................................3
1.3 Tujuan Percobaan.......................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Dasar Teori................................................................................................................4
2.2 Uraian Bahan.............................................................................................................9

55
BAB III METODE PRAKTIKUM 11
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.............................................................................11
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................................11
3.3 Cara Kerja...............................................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12
4.1 Hasil.......................................................................................................................12
4.2 PERHITUNGAN BAHAN....................................................................................12
4.3 PEMBAHASAN....................................................................................................13
4.4 Resep 15
4.5 Narasai Resep.........................................................................................................15
4.6 Nama Latin.............................................................................................................16
BAB V PENUTUP 17
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................17
5.2 Saran........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasetika merupakan keterampilan dasar bagi mahasiswa farmasi untuk
melatih mahasiswa farmasi untuk menjaga teknik kefarmasian yang
kompoten.Latar belakang pendidikan yang berbeda akan menimbulkan perbedaan
pula pada cara pandang,cara berfikir dan cara belajar mahasiswa dalam
memahami beberapa metode pembelajaran farmasetika mengenai resep bentuk
sediaan contohnya sediaan padat,bahasa latin,dosis,hingga pembuatan sediaan
farmasi (Nova Rahma Widya Ningrum,2015).
Sediaan padat adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur yang
56
padat serta kompak. Sediaan solida ini mempunyai bermacam-macam bentuk.
Salah satu bentuk sediaan solida yaitu tablet. Tablet merupakan bentuk sediaan
padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang dibuat dengan pemadatan.
Tablet memiliki perbedaan dalam ukuran bentuk berat kekerasan ataupun
ketebalannya. Kebanyakan tipe atau jenis tablet dimaksudkan untuk ditelan
kemudian dihancurkan dan melepaskan bahan obat yang ada di dalam tablet
tersebut ke dalam saluran pencernaan (Kemenkes RI, 2018).
Tablet memiliki popularitas yang besar dan penggunaannya yang sangat
luas sebagai sediaan obat. Tablet terbukti menunjukkan suatu bentuk yang efisien,
sangat praktis, dan ideal untuk pemberian zat aktif secara oral (Kemenkes RI,
2018).Sediaan tablet mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya adalah mudah
untuk dikonsumsi, takaran yang tepat, variabilitas sediaan yang rendah, memiliki
keseragaman yang baik, dikemas secara baik, praktis transportasi dan
penyimpanannya (stabilitasnya terjaga dalam sediaannya) serta mudah ditelan.
Sediaan tablet, selain mengandung zat aktif yang ada dalam tablet juga diperlukan
eksipien atau bahan tambahan seperti bahan pengisi, pengikat, penghancur, pelicin
dan pewarna. Bahan tambahan memegang 2 peranan penting dalam pembuatan
tablet, salah satunya yaitu bahan pengikat. Bahan pengikat dimaksudkan untuk
memberikan kekompakan dan daya tahan tablet sehingga bahan pengikat
menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granula.

1.2 Maksud Percobaan


1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian kapsul.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami derajat halus dari suatu
kapsul.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami metode pembuatan kapsul.
4. Mahasiswa dapat memahami dan mebaca resep dengan baik dan benar

1.3 Tujuan Percobaan


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian kapsul
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami derajat halus dari suatu
57
kapsul
3. Agar mahasiswa dapat memahami kelebihan dan kekurangan sediaan kapsul
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami metode pembuatan
kapsul

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Pengertian Kapsul


Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras atau lunak.
Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lainnya. Cangkang
juga dapat dibuat dari metil selulosa atau bahan lainnya yang cocok (Anief,2012).

Gelatin bersifat stabil diudara bila dalam keadaan kering akan tetapi mudah
mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab dan bila disimpan dalam larutan
berair. Oleh karena itu, kapsul gelatin yang lunak mengandung lebih banyak uap air dari
pada kapsul keras. Pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah
timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Biasanya kapsul keras gelatin mengandung air
antara 9-12%. Bila mana disimpan dalam lingkungan dengan kelembapan yang tinggi.
Penambahan uap air akan diabsorbsi oleh kapsul dan kapsul keras akan rusak dari bentuk
kekerasannya. Sebaliknya dalam lingkungan udara yang sangat kering, sebagian uap air
yang ada didalam kapsul gelatin mungkin akan hilang, dan kapsul menjadi rapuh bahkan
akan remuk bila dipegang (Ansel,1985).

2.1.2 Macam-macamkapsul

Kapsul dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, kapsul gelatin lunak dan kapsul
gelatin keras. Kapsul gelatin keras lebih sedikit mengandung uap air dibandingkan
dengan kapsul gelatin lunak yaitu sekitar 9-12 % (Ansel 1989).

58
Kapsul memiliki kemampuan dalam menutup rasa dan bau, serta memberikan
perlindungan bahan aktif terhadap oksidasi dan kelembaban. Umumnya kapsul gelatin
keras dipakai untuk menampung isi antara 65mg-1g bahan serbuk, termasuk bahan obat
dan bahan pengencer lainnya.

2.1.3 Ukurankapsul

Ukuran Kapsul Volume ml Bobot isi pada densitas 0,8 g/cm3 (g)

000 1,370 1,096

00 0,950 0,760

0 0,680 0,544

1 0,500 0,400

2 0,370 0,296

3 0,300 0,240

4 0,210 0,168

5 0,130 0,104

Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk atau granul. Pada formulasi
massa kapsul, bila dosis obat atau jumlah obat yang akan dimasukkan tidak memenuhi
untuk mengisi volume kapsul, maka diperlukan penambahan bahan pengisi yang cocok
dalam jumlah yang tepat. Bila jumlah obat yang akan diberikan dalam satu kapsul cukup
besar untuk mengisi penuh kapsul, bahan pengisi tidak dibutuhkan (Augsbuger, 2000).

Macam-macam kapsul menurut Anief (1986) yaitu:

1. Kapsul gelatin keras


Kapsul gelatin keras merupakan kapsul yang mengandung gelatin, gula, dan
air. Kapsul dengan tutup diberi warna-warna. Di beri tambahan warna adalah
59
untuk dapat menarik dan membedakan warnanya, menurut besarnya, kapsul diberi
nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut: 000; 0; 1; 2; 3. Kapsul harus
disimpan dalam wadah gelas yang tertutup kedap, terlindungi dari debu,
kelembapan dan temperatur yang ekstrim(panas)

2.   Kapsul cangkang lunak


Kapsul lunak merupakan kapsul yang tertutup dan diberi warna macam-
macam. Perbedaan komposisi kapsul gelatin lunak dengan kapsul gelatin keras
yaitu gula diganti dengan plasticizer yang membuat lunak, 5% gula dapat
ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah. Sebagai plasticizer digunakan gliserin
dan sorbitol atau campuran kedua tersebut, atau polihidris alkohol lain.
3. Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran, atau granul. Bahan
semi padat atau cairan dapat juga diisikan ke dalam kapsul cangkang keras, tetapi
jika cairan dimasukkan dalam kapsul, salah satu teknik penutupan harus
digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran. Kapsul cangkang keras dapat
diisi dengan tangan. Cara ini memberikan kebebasan bagi penulis resep untuk
memilih obat tunggal atau campuran dengan dosis tepat yang paling baik bagi
pasien. Fleksibelitas ini merupakan kelebihan kapsul cangkang keras
dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul cangkang lunak.
2.1.4   Keuntungan dan kerugian kapsul

Beberapa keuntungan sediaan kapsul gelatin keras diantaranya adalah (Lachman,


1994):

1.    Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obat mudah untuk
ditelan.

2.     Mudah dalam penyiapan karena hanya sedikit bahan tambahan dan

tekanan yang dibutuhkan

3.     Dapat digunakan untuk menggabungkan beberapa jenis obat pada

kebutuhan yang mendadak

4.     Bahan obat terlindung dari pengaruh luar seperti cahaya dan kelembaban.

60
Sedangkan kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul adalah sebagai berikut
Syamsuni, 1993):

1.    Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak
dapat menahan penguapan.

2.    Tidak bisa untuk zat-zat yang higrokskopis (menyerap lembab).

3.     Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.

4.    Tidak bisa untuk balita.

5.     Kapsul tidak cocok untuk bahan obat yang dapat mengembang peralatan pengisi
kapsul

6.      Mempunyai kecepatan yang lebih lambat dibandingkan sedian lainnya.

Biasanya kapsul tidak digunakan untuk bahan-bahan yang sangat mudah larut
seperti kalium klorida, kalium bromida, atau amonium klorida, karena kelarutan
mendadak dari senyawa-senyawa seperti itu dalam lambung dapat mengakibatkan
konsentrasi yang menimbulkan iritasi. Kapsul tidak boleh digunakan untuk bahan-bahan
yang sangat mudah mencair dan sangat mudah menguap. Bahan yang mudah mencair
dapat memperlunak kapsul, sedangkan yang mudah menguapakan mengeringkan kapsul
dan menyebabkan kerapuhan (Lachman, 1994).

Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih mengandung air


dengan kadar 10-15%. Jika disimpan di tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak
dan melengket satu sama lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air
dari udara yang lembab. Sebaliknya, Jika disimpan di tempat yang terlalu kering, kapsul
itu akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah (Syamsuni, 1993).

2.1.5   Cara pengisian kapsul

Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan
mesin dan dengan alat mesin (Lachman, 1994):           

1.   Dengan tangan

Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat
lain. Cara ini sering dikerjakan di apotik untuk melayani resep dokter. Pada pengisian
dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin
timbul karena petugas tidak tahan terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat
dilakukan dengan cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap
bagian serbuk dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup.  

2.   Dengan alat bukan mesin

61
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia.

Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan
pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh puluh
kapsul. Alat ini terdiri dari dua  bagian yaitu bagian yang tetap dan bagian yang
bergerak dengan cara :

a.    Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian alat yang
tidak bergerak.

b.    Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan /ditab leturkan pada
permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.

c.    Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan bagian yang bergerak.


Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup.

3.     Dengan alat mesin

Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara besar-besaran


dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut, perlu dipergunakan alat yang serba
otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai dengan menutup kapsul. Dengan cara ini
dapat diproduksi kapsul dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta
keseragamannya lebih terjamin.

2.1.6 Syarat-syarat kapsul

1.     Keseragaman Bobot

Keseragaman bobot dibagi menjadi dua kelompok menurut Dirjen POM (1979)

a. Kapsul berisi obat kering


Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan isi semua kapsul,
timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-
rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot
rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari dua kapsul yang penyimpangannya
lebih besar dari harga yang ditetapkan oleh kolom A dan tidak satu kapsul pun
yang penyimpangannya melebihi yang ditetapkan oleh kolom B.

    

Perbedaan bobot isi kapsul dalam %


Bobot rata-rata kapsul
A B

62
120 mg atau lebih 10% 20%

Lebih dari 120 mg 7,5% 15%

   Tablet 2.1.5 Bobot Isi Kapsul dan Bobot Rata-Rata

b.     Kapsul berisi obat cair atau pasta

Timbang 10 kapsul, timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul, cuci
cangkang kapsul dengan eter. Buang cairan cucian, biarkan hingga tidak berbau eter,
timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap
isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi
kapsul tidak lebih dari 7,5%.

2.   Waktu Hancur

Uji waktu hancur  digunakan untuk menguji kapsul keras maupun kapsul lunak.
Waktu hancur ditentukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh kapsul yang
bersangkutan untuk hancur menjadi butiran-butiran bebas yang tidak terikat oleh satu
bentuk.

3.     Keseragaman Sediaan

Terdiri dari keragaman bobot untuk kapsul keras dan keseragaman kandungan
untuk kapsul lunak.

4.     Uji Disolusi

Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang
tertera dalam farmakope masing–masing monografi. Persyaratan disolusi tidak berlaku
untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi.

2.2 Uraian Bahan


2.1.1 Alkohol (DIRJEN POM, 1995)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
Rumusmolekul : C2H5OH
Beratmolekul : 46,07 g/mol
Rumusstruktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap


dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas
63
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

klorofom P dan dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, ditempat sejuk, dan jauh dari nyala api

Khasiat : Membersihkan luka dan alat-alat medis

2.2.2 Parasetamol (DIRJEN POM, 1995)

Nama resmi : ACETAMINOPHENUM

Nama lain : Paracetamol, acitaminofen, acetamidophenol

Rumusmolekul : C8H9N02

Struktur kimia :

Beratmolekul : 151, 16 g/mol

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksi


dan mudah larut dalam etanol

Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya

Khasiat : Sebagai obat pereda nyeri (analgesik) dan penurun

demam (antipiretik)

Kegunaan : Zat aktif

Interaksi Obat : Mengurangi penyerapan dengan colestyramine.

Meningkatkan efek antikoagulan warfarin dan kumarin


lainnya dengan penggunaan jangka panjang.

Indikasi : Nyeri dan demam ringan hingga sedang

Kontraindikasi : Hipersensitif. Gangguan hati berat atau penyakit


hati aktif (IV)

64
65
66
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum farmasetika dasar dilaksanakan di Laboratorium Teknlogi
Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga Dan Kesehatan, Universitas
Negeri Gorontalo pada hari jumat tanggal 30 Oktober 2021 pada pukul 09.40
WITA sampai 11.40 WITA.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat

Pada praktikum farmasetika dasar, adapun alat yang digunakan yaitu


keranjang, lumpang, mortir, spatula dan sudip.

3.2.2 Bahan
Pada praktikum farmasetika dasar, adapun bahan yang digunakan
yaitu alkohol 70%,cangkang kapsul,etiket putih,kertas perkamen,plastik
obat, paracetamol,resep,dan tisu.

3.3 Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70% .

3. Diambil Paracetamol sebanyak 5 tablet

4. Dimasukkan Paracetamol sebanyak 5 tablet lalu digerus hingga homogen.

5. Disiapkan kertas perkamen dan cangkang kapsul ukuran 3 sebanyak 10

6. Diletakan obat diatas kertas perkamen sebanyak 10, dibagi


samarata, d a n d i m a s u k k a n

7. Dimasukkan kedalam plastik obat

` 8. Diberi etiket warna putih.


67
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Sebelum

4.1.2 Hasil

68
4.2 PERHITUNGAN BAHAN
4.2.1 Perhitungan Bahan

250 mg
a. Paracetamol = ×10=5tab
500 mg

1
b. CTM = ×10=3 tab
3

0,25
c. Dexametason = ×10=5 tab
0,5

4.2.2 Perhitungan Dosis

Rumus Dilling (Diatas 8 Tahun)

n
× Dosis Maksismum
20

a. Paracetamol

20
Sehari = ×300=300 mg
20

20
Sehari = ×600=600 mg
20

b. CTM
69
20
Sehari = × 4=4 mg
20

20
Sehari = × 8=8 mg
20

c. Deaxametasol

20
Sehari = × 0,5=0,5 mg
20

20
Sehari = ×1=1 mg
20

4.2.3 Perhitungan Overdosis

a. Paracetamol

250
Sehari = ×100 %=50 % (TOD )
500

500
Sehari = ×100 %=50 %
100

b. CTM

1,33
Sehari = ×100 %=33,25 %
4

2,66
Sehari = ×100 %=33,25 %
8

c. Dexametason

0,25
Sehari = ×100 %=50 %
0,5

0,5
Sehari = ×100 %=50 %
1

4.3 PEMBAHASAN
Menurut Dirjen POM (1995), kapsul adalah sediaan obat terbungkus cangkang
kapsul keras atau lunak, sedangkan menurut Ansel (2005), kapsul dapat didefinisikan
sebagai bentuk sediaan padat, dimana suatu macam obat atau lebih dan atau bahan inert
lainnya yang dimasukan kedalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air.

70
Pada percobaan kali ini kita akan mebuat kapsul, pertama-tama siapkan alat dan
bahan yang akan digunakan alat yang digunakan yaitu lumpang dan alu, dan bahan
digunakan yaitu Paracetamol 250 mg, CTM 1/3 tablet, Dexametason 0,25 mg.

Kemudian untuk membersihkan alat menggunakan alkohol 70% karena menurut


Novian sari (2013), alkohol mempunyai aktifitas sebagai bakterisit yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dan alkohol juga mengandung anti septik dan
desinfektan. Antiseptik bertujuan untuk menghambat atau merusak mikroorganisme
dipermukaan suatu jaringan hidup sehingga dapat mencegah infeksi (Joseph, 1865).
Sedangkan desinfektan yaitu mengenalisis atau membunuh bentuk-brntuk vegetative dan
pathogen, tetapi tidak ditujukan untuk membunuh mikroba, (Signaterdadie, 2009).

Langkah pertama yang dilakukan yaitu masukan paracetamol 250 mg, ctm 1/3
tablet, dexametason 0,25 mg kedalam lumpang kemudian digerus sampi halus. Setelah
semua bahan homogen selanjutnya disiapkan kertas perkamen sesuai jumlah sediaan yang
diminta, serbuk dibagi rata di atas kertas perkamen dengan bobot yang kurang lebig
sama, kemudian serbuk dimasukkan kedalam cangkang kapsul, setelah itu kapsul ditutup
rapat hingga terdengar bunyi klik atau pertanda bahwa kapsul suda tertutup rapat.
Kemudian kapsul dimasukkan kedalam plastic obat dan diberi etiket warna putih dan
diberi tanda diminum 3 kali sehari 1 kapsul.

71
4.4 Resep

dr. Nabellah

Sip : XXX

Jl : Kalimantan

Telp : (0435) XXXX

Gorontalo, 29/10/2021

R/

Paracetamol 250 mg

CTM 1/3 tab

Dexametason 0,25 mg

Mf Pulv dtd da in caps No X

3 dd 1

Pro : Theo

Umur : 20 tahun

4.5 Narasai Resep


4.5.1 Narasi Latin

Recelved Paracetamol 250 mg, CTM 1/3 tab, Dexametason 0,25 mg, misco fak
pulveres da tales doses da in capsule nomero decom. Signa ter de die 1. Pro Theo (20
thn).

4.5.1 Ambillah Paracetamol 250 mg, CTM 1/3 tab, Dexametason 0,25 mg, campur dan
buatlah serbuk tabur. Sesuai dosis sebanyak 10 tandai 3 kali sehari. Untuk Theo (20
tahun).

72
4.6 Nama Latin

Dd De die Sehari

Dtd Da tales doses Sesuaidosis

m.f Misce Fac Campur dan Buatlah

No X Numerodecem Sebanyak sepuluh

Pro Pro Untuk

Pulv Pulveres Serbuk bagi

R Recipe Ambilah

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1.Kapsul merupakan suatu bentuk sediaan padat, dimana satu macam bahan
obat atau lebih dan/atau bahan innert lainnya yang dimasukkan kedalam cangkang
atau wadah kecil yang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai. Kelebihan dari
bentuk sediaan kapsul yaitu cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi
obat yang berasa dan berbau tidak enak. Kekurangannya yaitu tidak untuk zat-zat
yang mudah menguap karena pori- pori kapsul tidak dapat menahan penguapan.

2.Pembuatan kapsul dimulai dengan memasukan Paracetamol sebanyak 5


tablet, kedalam lumpang, lalu digerus searah hingga homogen. Selanjutnya siapkan
73
kertas perkamen sebanyak 10 lembar, lalu bagi obat tersebut sebanyak 10 bagian
sesuai dengan takaran atau dengan metode kira-kira. Kemudian siapkan cangkang
kapsul ukuran 3 sebanyak 10 buah. Selanjutnya obat ditakar dikertas perkamen,
kemudian dibagi sama rata, dan dimasukan kedalam cangkang kapsul.

3.Selanjutnya masukkan kapsul yang sudah terisi dengan obat ke dalam


plastik obat. Langkah terakhir yaitu memasukkan etiket putih.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Jurusan

Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas


yang ada pada laboratorium yang digunakan.
5.2/2 Saran Laboratorium

Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas


yang ada pada laboratorium yang digunakan.
5.2.3 Saran Asisten

Kami mengharapkan agar kiranya dapat terjadi kerja sama yang lebih
baik lagi antar asisten dan praktikan saat berada di dalam laboratorium maupun
diluar laboratorium. Sebab, kerja sama yang baik akan lebih mempermudah
proses penyaluran pengetahuan dari asisten kepada prakti

74
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, .1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV.Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta. 448

Cornish, P., 2005, “Avoid The Crush”: Hazards of Medication Administration in Patients
with Dysphagia or A Feeding Tube,

Allen, L. V..2002. Sediaan Farmasi Likuida dan Semisolid. penerbit ITB, Bandung, 127.

Syamsuni, H.A. (2007). Ilmu Resep, Kedokteran EGC, Jakarta

Anief, M. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ansel, C. Howard.1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat. Jakarta, UI Press.

Augsburger, L.L. 2000. Modern Pharmaceutics: Hard and soft Gelatin Capsules Edisi 2.
New York. Mercel Dekker. 212 hlm.

Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi
Kedua. UI Press, Jakarta.

Syamsuni, H..2003. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi.104. Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.

i
Lachman. L, H.A., Lieberman dan J.L Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
II (edisi III). Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.

Syamsuni, (2005). Farmasetika dasar dan Hitungan Farmasi, Jakarta EGC

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi ke III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi ke IV, Jakarta : Depkes RI

Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. diterjemahkan oleh Ibrahim, F.,
Edisi IV, 605-619, Jakarta, UI Press.

Signaterdadie’s, 2009. Desinfektan. (Online).

ii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I : Alat dan Bahan
a. Alat

Nama Gambar Fungsi

Lumpang Menggerus dan


dan alu
menghaluskan zat
kimia yang berbentuk
padat
Mengambil sisa-
Sudip
sisa obat yang
masih tersisa
didalam lumpang

Spatula Mengambil obat dari


lumpang

Alat pengisi kapsul Berfungsi untuk membuat


kapsul sehingga didaptkan
kapsul yang seragam dan
pengerjaannya dapat lebih
cepat

iii
b. Bahan

Nama Bahan Gambar Fungsi

Alkohol 70% Untuk membersihkan


alat yang digunakan

Sebagai bahan obat


Paracetamol
untuk kapsul

Mempermudah
Sak Obat/Klip Plastik
Obat dalam packing obat
dan akan terhindari
dari bakteri luar
Sebagai identitas
Etiket putih
atau aturan
penggunaan obat.
Untuk
Tissue
membersihkan alat

Sebagai wadah zat


Cangkang kapsul
aktif

Sebagai alas
Kertas Perkamen
timbangan dalam
proses menimbang
bahan obat serta
sebagai pembungkus
obat

iv
Lampiran 2 : Diagram alir

Paracetamol

Disiapkan alat dan bahan

Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%

v
Diambil paracetamol sebanyak 5 tablet

Dimasukkan paracetamol sebanya 5 tablet lalu digerus


hingga homogen
Disiapkan kertas perkamen dan cangkang kapsul ukuran 3
sebanyak 10
Diletakan obat diatas kertas perkamen seabanyak
10,dibagi sama rata,dan dimasukkan kedalam cangkang
kapsul
Dimasukkan kedalam plastik obat
Diberi etiket warna putih.

Hasil

Lampiran 3 : Skema Kerja

Dimasukkan
paracetamol
vi
sebanyak 5 Masukan obat
tablet kedalam kapsul
Dibersihkan
alat dengn
alkohol

Diletakan Disiapkan kertas


Dimasukkan ke obat diatas kertas perkamen dan
dalam plastik obat perkamen dibagi cangkang kapsul
dan diberi etiket sama rata, sebanyak 10
warna putih dimasukan ke
dalam cangkang

vii
KELOMPOK 2

Laporan Praktikum

FARMASETIKA DASAR

“ PENGENALAN ALAT- ALAT’’

Diajukan Untuk Memenuhi Salah-Satu Persyaratan Praktikum Farmasetika


Dasar 2021

viii
OLEH

KELOMPOK : II (DUA)

KELAS : D3-B FARMASI 2021

ASISTEN : RILA APRILIANSYAH AMRAIN

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021

Lembar pengesahan

FARMASETIKA DASAR

“Pengenalan Alat-Alat”

ix
OLEH

KELOMPOK II (DUA)

KELAS B-D3 FARMASI 2021

1. Refo Akbar Palima (821321057)


2. Dela Puspita Rahman (821321045)
3. Putri Rawe Suleman (821321049)
4. Zein Anggraini Sahrain (821321053)
5. Ismayati I. Djauhari (821321061)
6. Nurul Hidayanti S Timumun (821321065)
7. Meilani S. Arif (821321069)
8. Shinta S. Rauf (821321073)

Gorontalo,19 Oktober2021 NILAI


Mengetahui Asisten

RILA APRILIANSYAH AMRAIN


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................4

BAB 1 ............................................................................................................5

PENDAHULUAN ........................................................................................5

1.1 Latar Belakang ...................................................................................5

x
1.2 Maksud dan
Tujuan.............................................................................8
BAB II ...........................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................9

2.1 Dasar Teori …....................................................................................9

BAB III .......................................................................................................10

METODE PENELITIAN ..........................................................................10

3.1 Waktu Dan Tempat …......................................................................11

3.2 Cara Kerja Alat Laboratorium .........................................................12

BAB IV ........................................................................................................13

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................14

4.1 Hasil...................................................................................................15

4.2 Pembahasan.......................................................................................16

BAB V .........................................................................................................17

KESIMPULAN ..........................................................................................17

5.1 Kesimpulan .......................................................................................17

5.2 Saran .................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji syukur bagi Allah SWT dengan nikmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan praktikum Farmasetika Dasar dengan judul
“Pengenalan Alat-Alat”. Adapun tujuan dari kami menulis laporan ini yakni untuk
memenuhi tugas laporan praktikum Farmasetika Dasar. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengenalan alat- alat yang ada di
laboratorium.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya


kepada semua pihak yang membantu dalam hal menyelesaikan laporan ini. Kami
sangat menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna, hal ini
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar laporan ini bisa dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Semoga
penulisan laporan praktikum ini dapat bermanfaat terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, 24 Oktober 2021

Mengetahui

Kelompok II

xii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan
obat secara pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaannya yang aman. Salah satu ilmu yang dipelajari dalam farmasi adalah
farmasetika dasar. Kemampuan penunjang yang harus dimiliki adalah senang dan
familiar dengan fisika, kimia, biologi, dan matematika; ketelitian dan kecermatan;
hafalan dan kemampuan analisa; dan suka bekerja di laboratorium

Laboratorium merupakan tempat dimana dilakukannya berbagai penelitian dan


juga praktikum. Di dalam laboratorium ini terdapat berbagai macam alat dan
bahan yang dibutuhkan guna mendukung kegiatan di dalam laboratorium. Pada
saat praktikum, praktikan akan menggunakan alat-alat yang berada di
laboratorium. Alat dan bahan yang digunakan ketika praktikum sangat penting
untuk terlebih dahulu dipahami sehingga praktikan dapat menggunakannya
dengan baik dan mengetahui fungsinya dengan baik. Dalam penggunaan alat dan
bahan praktikum ini harus dilakukan dengan hati-hati danteliti agar alat tersebut
tidak rusak. Dengan mengenali alat dan bahan pula praktikan dapat mengetahui
alat dan bahan mana saja yang berbahaya maupun tidak sehingga praktikan dapat
menggunakannya dengan baik, maka faktor penting dalam laboratorium adalah
Alat-alat laboratorium

Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika


penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur. Pentingnya dilakukan pengenalan
alat-aht laboratorium adalah agar dapat diketahui cara penggunaan alat tersebut
dengan baik dan benar, sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat
diminimalisasi sedikit mungkin. Hal ini penting agar saat melakukan penelitian,
data yang diperokh akan benar pula. Bekerja di laboratorium tidak akan lepas dari
berbagai kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik
yang bersifat sangat berbahaya maupun yang bersifat berbahaya. Sehin itu,
peralatan yang ada di dalam laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang
tak jarang berisiko tinggi bagi praktkan yang sedang melakukan praktikum jika
tidak mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat yang akan digunakan.

1
Kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang
bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada
pula yang khusus.Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan
reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyakdigunakan untuk suatu
pengukuran atau penentuan (Moningka, 2008)

Berbagai Fungsi alat-alat tersebut mulai dari mengukur, menyimpan, hingga


mereaksikan zat kimia haruslah pula benar benar kita pahami,maka dari itu pada
praktikum kali ini kita melakukan pengenalan Alat laboratorium beserta fungsinya

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud

1. Untuk mengetahui macam peralatan Laboratorium Farmasetika Dasar

2. Untuk mengetahui fungsi dari setiap peralatan Laboratorium Farmasetika

Dasar.

3. Untuk mengetahui cara kerja dari setiap peralatan Laboratorium

Farmasetika Dasar

1.2.2 Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui macam peralatan Laboratorium


Farmasetika Dasar
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari setiap peralatan
Laboratorium Farmasetika Dasar
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara kerja dari setiap peralatan
laboratorium Farmasetika Dasar

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Pengertian Alat

Alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung kegiatan
praktikum. Mahasiswa akan terampil dalam praktikum apabila meraka
mempunyai pengetahuan mengenai alat-alat praktikum yang meliputi nama alat,
fungsi alat, dan cara menggunakannya (Soetarto, 2008). Pengenalan alat-alat
laboratorium untuk para mahasiswa sangat penting dilaksanakan agar dapat
menunjang pengetahuan dalam melaksanakan aktivitas di dalam laboratorium
baik dalam melaksanakan praktikum maupun penelitian (Bua, 2012). Untuk
penggunaan alat-alat laboratorium para mahasiswa harus mengetahui nama dan
kegunaannya, agar dalam melaksanakan praktikum maupun penelitian mahasiswa
mampu meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penggunaan alat-alat
laboratorium tersebut (Bua, 2012). Pengetahuan alat yang kurang akan
mempengaruhi kelancaran saat praktikum, selama praktikum mahasiswa
dilibatkan aktif dengan pemakaian alat dan bahan kimia (Soetarto, 2008).
Kesalahan penggunaan alat merupakan salah satu penyebab tidak akuratnya data
yang dihasilkan. Selain mengenal nama alat-alat tersebut kita juga harus
mengetahui fungsi dari alat-alat yang ada di laboratorium,dengan mengetahui
nama, bentuk, dan fungsi alat yang akan digunakan maka akan mempermudah
dalam melakukan praktikum (Bua, 2012).

Pengenalan alat-alat ini meliputi macam-macam alat, mengetahui nama-


namanya,memahami bentuk, fungsi, serta cara kerja alat-alat tersebut. Setiap alat
dirancang atau dibuatdengan bahan-bahan yang berbeda satu sama lain dan
mempunyai fungsi yang sangat spesifik.Kebanyakan peralatan untuk percobaan –
percobaan di dalam laboraturium terbuat dari gelas.Meskipun peralatan-peralatan
tersebut telah siap dipakai, tetapi di dalam pemasangan alatuntuk suatu percobaan
kadang kala diperlukan sambungan-sambungan dengan gelas ataumembuat
peralatan khusus sesuai kebutuhan (Imamkhasani, 2000).

Kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang
bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada
pula yang khusus.Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan
reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyakdigunakan untuk suatu
pengukuran atau penentuan (Moningka, 2008).Penggunaan beberapa alat gelas

3
dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaantersebut dapat berjalan
dengan baik. Kesalahan dalam penggunaan alat-alat ini dapatmempengaruhi hasil
yang akan diperoleh. Oleh karena itu harus diberikan pelatihan tentang
penggunaan alat-alat tersebut.Penggunaan alat-alat gelas tersebut haruslah sesuai
dengan fungsinya agar pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik dan tepat.
Apabila terjadi suatu kesalahan atau kekeliruan dalam penggunaannya akan
mempengaruhi hasil yang diperoleh. Ada beberapa macam alat gelas yang dipakai
di laboratorium, antara lain: gelas piala (beker gelas), erlenmeyer, gelasukur,
botol, pipet, corong, tabung reaksi, gelas objek dan gelas penutup, cawan petri
dankamar hitung.Terdapat dua kelompok alat-alat ukur yang digunakan pada
analisa kuantitatif, yaitu:Alat-alat yang teliti (kuantitatif) dan alat-alat yang tidak
teliti (kualitatif). Untuk alat-alatyang teliti (kuantitatif) terdiri dari : buret, labu
ukur, pipet. Sedangkan untuk alat-alat yangtidak teliti (kualitatif) terdiri dari gelas
ukur, erlenmeyer, dan lainnya.Dalam prakteknya baikanalisa maupun sintesa,
sesorang yang mempelajari atau menekuni bidang kimia pasti akanselalu
dihadapkan pada hal-hal yang berhubungan dengan alat-alat dan bahan kimia.

Selain untuk menghindari kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara


kerja danfungsi dari masing-masing alat, praktikan dapat melaksanakan praktikum
dengan sempurna,kebersihan alat yang digunakan dan ketelitian praktikan dalam
perhitungan sangatmempengaruhi keberhasilan dalam suatu praktikum, dengan
ketelitian dan ketepatan penggunaan alat maka kesalahan dalam praktikum dapat
diminimalisir (Riadi, 1990)

Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami


cara kerjaserta fungsi dari alat-alat yang ada dilaboratorium. Selain untuk
menghindari kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari
masing-masing alat, praktikan dapatmelaksanakan praktikum dengan sempurna
(Walton, 1998).Suatu laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi para
pekerja atau pemakainya yaitu para praktikan. Aman terhadap kemungkinan
kecelakaan fatal maupun sakitatau gangguan kesehatan lainnya. Hanya didalam
laboratorium yang aman, bebas dari rasakhawatir akan kecelakaan, dan keracunan
seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif,dan efesien (Khasani, 1990).

Beberapa alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dalam


laboratorium dan dijelaskan juga fungsi , cara penggunaan alat serta prinsip
kerjanya masing-masing. Alat-alat yang digunakan dalam melaksanakan
praktikum terbagi atas 3 macam alat yaitu alat elektri, gelas dan non gelas.Alat-
alat elektrik yang digunakan yaitu inkubator adalah alat yang berfungsi untuk
menginkubasi mikroba pada suhu yang terkontrol.Alat ini dilengkapi dengan
pengatur suhu dan pengatur waktu.Kisaran suhu untuk inkubator produksi

4
Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC.Inkubator memiliki prinsip kerja yaitu
dengan memasukan atau menyimpan biakanmurni mikroorganisme, kemudian
mengatur suhunya, biasanya hanya dapat diatur diatas suhu tertentu.

d. Hot plate adalah alat untuk memanaskan larutan dan mencairkan benda padat.
(Aditiya Dwi, 2016).
e. Neraca kasar atau timbangan adalah alat ukur massa dan memiliki kategori
alat paling sering digunakan dalam percobaan, penelitian.( Kemendikbud,
2011 ).
f. Lumpang alu adalah alat untuk menghancurkan atau menghaluskan suatu
bahan atau zat yang masih bersifat padat atau kristal.( Herry, 2017).
Kaca arloji adalah gelas yang berbentuk bundar dengan beragam diameter
yang memiliki beberapa fungsi antara lain : penutup gelas kimia ketika tengah
proses pemanasan sampel ( penguapan ).Sebagai tempat untuk mengeringkan
padatan dalam desikator. Sebagai tempat benda yang tengah berada dalam proses
pengamatan dan sebagai tempat untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang.
( Herry, 2017 ).

Water bath adalah peralatan laboratorium yang terbuat dari wadah berisi air
panas.Ini digunakan untuk menginkubasi sampel dalam air pada suhu konstan
selama periode waktu yang lama.Sebagian besar water bath memiliki antarmuka
digital atau analog untuk memungkinkan pengguna mengatur suhu yang
diinginkan.Tetapi beberapa pemandian air memiliki suhu yang dikendalikan oleh
arus yang melewati pembaca. Pemanfaatannya meliputi pemanasan reagen,
pencairan substrat atau inkubasi kultur sel. Ini juga digunakan untuk
memungkinkan reaksi kimia tertentu terjadi pada suhu tinggi.Water bath adalah
sumber panas yang lebih disukai untuk memanaskan bahan kimia yang mudah
terbakar daripada nyala api terbuka untuk mencegah penyalaan. Berbagai jenis
water bath digunakan tergantung pada aplikasinya. Untuk semua water bath, dapat
digunakan hingga 99,9 °C.Ketika suhu di atas 100 °C, metode alternatif seperti
penangas minyak.

2.2.1 Jenis Alat

1. Lumpang Alu
2. Cetakan Supositoria
3. Timbangan Analitik
4. Alat Pengisi Kapsul

5
5. Neraca Kasar
6. Neraca Halus
7. Water Bath
8. Pipet
9. Kaca arloji
10. Batang pengaduk
11. Pinset
12. Kertas puyer
13. Plastik obat
14. Spatula
2.2.2 FungsiAlat

1. Lumpang alu
Berfungsi untuk menghaluskan zat yang masih bersifat padat atau kristal.

( Natadjaja, 2013).

2. Cetakan supositoria
Berfungsi untuk mencetak sediaan suppositoria. (

3. Timbangan analitik
Berfungsi untuk mengukur masa suatu benda/ bahan dan yang memiliki

kemampuan yang lebih spesifik dan dikhususkan untuk menimbang benda

dengan bobot yang sanga tringan.

4. Alat pengisi kapsul


Berfungsi untuk membuat kapsul sehingga didapatkan kapsul yang yang
lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat.

5. Neraca kasar

6
Berfungsi untuk menimbang bahan bobot obat besar gram kapasitas 250
gram (reage 125 mg-250 g) kPsitas 500 gram (reage 250 mg – 500 g)
ka[pasitas 1000 gram (reage 500 mg- 1000 g)
6. Neraca halus.
Berfungsi untuk menimbang bahan bobot obat kecil mili gram kapasitas
50 gram (rsnge 25 mg sampai 50 g).

7. Water bath
Berfungsi untuk mengukur masa suatubenda/ bahan dan yang memiliki
kemampuan yang lebihspesifuk dan dikhususkan untuk menimbang benda
dengan bobot yang sangat ringan.

8. Pipet
Berfungsi untuk memindahkan cairan dengan volume kecil, dan
merupakan alat ukur untuk memindahkan cairan dari wadah aslinya
kewadah lain dalam jarak tertentu.

9. Kaca arloji
Berfungsi sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel dan
sebagai tempat menimbang bahan kimia.

10. Batang pengaduk


Berfungsi untuk mengaduk cairan di dalam gelas kimia.
11. Pinset
Berfungsi untuk mengangkat jaringan-jaringan kecil
12. Kertas puyer
Berfungsi untuk membungkus obat racik
13. Plastik obat
Berfungsi untuk sebagai pembungkus dan mempunyai rel atau klip
14. Spatula
Berfungsi mengambil objek spatula yang sering digunakan di laboratorium
biologi atau kimia berbentuk sendok kecil,pipih dan bertangkai.

7
BAB III

METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum ini dilaksanan pada hari senin 18 Oktober 2021 pukul 10:45
sampai 12:45 WITA. Pelaksanaan praktikum bertempat di Laboratorium
Teknologi Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo

3.2 Cara Kerja Alat Laboratorium


a. Lumpang alu
1. Pastikan mortar dan alu dalam keadaan bersih tanpa ada kontaminasi dari
sisa-sisa bahan sebelumnya
2. Jika kotor maka bisa dibersihkan dengan menggunakan akuades dan tisu
kering.
3. Masukan sampel kedalam mortar dan tumbuk dengan perlahan
menggunakan alu.
4. Jika sampel sudah halus maka bisa digunakan untuk analisa pengujian
selanjutnya.Selesai.
b. Cetakan Supositoria
1. Dilakukan dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah
dicampur homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang
dikehendaki. Mula-mula basis diiris, kemudian diad uk dengan bahan-
bahan aktif dengan menggunakan mortir dan stamper, sampai diperoleh
massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa
digulung menjadi suatu batang silin der dengan garis tengah dan panjang
yang dikehendaki. Amilum atau talk dapat mencegah pelek atan pada
tangan. Batang silinder dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan.
2. Dengan mencetak kompresi Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan
massa dingin menjadi suatu bentuk yang dike hendaki. Suatu roda tangan
berputar menekan suatu piston pada massa suppositoria yang diisikan
dalam silinder, sehingga massa terdorong kedalam cetakan.

8
3. Dengan mencetak tuang Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya
diatas penangas air atau penangas uap unt uk menghindari pemanasan
setempat yang berlebihan, kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau
disuspensikan kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan
logam yang telah didi nginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel.
c. Timbangan Analitik

1. Disiapkan timbangan analitik dalam kondisi seimbang atau water pass

(dengan sekrup pada kaki neraca sehingga gelembung air di water pass

tepat berada ditengah).

2. Dibersihkan ruang dalam neraca analitik dengan menggunakan kuas.

Piringan neraca dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan

dengan menggunakan etanol/alkohol.

3. Ditancapkan stop kontak pada stavolt.

4. Ditekan tombol on kemudian tunggu hingga muncul angka 0,0000 g.

5. Dimasukkan alas bahan (gelas arloji, kertas atau benda tipis) dengan

membuka kaca tidak begitu lebar supaya tidak mempengaruhi perhitungan

karena neraca

analitik ini sangat peka.

6. Ditutup kaca neraca analitik.

7. Ditekan tombol zero supaya perhitungan lebih akurat.

8. Dimasukkan bahan yang akan ditimbang dengan membuka kaca tidak

begitu lebar,begitu pun ketika akan menambahkan atau mengurangi bahan

untuk menyesuaikan massa yang diinginkan.

9. Ditutup kaca.

10. Ditunggu hingga angka layar monitor neraca analitik tidak berubah-ubah

dan sesuai dengan massa yang diinginkan.

9
11. Diambil bahan yang telah ditimbang.

12. Ditekan tombol Off hingga tidak ada angka di layar monitor neraca

analitik.

13. Dilepas stop kontak dari stavolt.

14. Dibersihkan ruang dalam neraca analitk dengan menggunakan


kuas.piringan neraca dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat
dibersihkan dengan menggunakan etanol/alkohol.

d. Alat pengisian kapsul

1. Menempatkan Kapsul dalam Pengisi Kapsul Manual

2. Isi Kapsul dengan Bubuk mengisi kapsul dengan bubuk atau pelet.

3. Tutup Kapsul meletakkan lembaran tengah pada lembaran kapsul yang

diisi dan mengencangkannya dengan sekrup / pin stainless steel.

e. Neraca halus
menggunakan asas kesetimbangan benda tegar, lebih tepatnya dengan
menggunakan prinsip momen gaya. Secara sederhana, neraca ini terdiri atas 3
bagian pokok, yaitu lengan beban, titik tumpu, lengan pemberat. Torsi atau
momen gaya merupakan hasil kali antara lengan gaya dan gaya yang arahnya
tegak lurus. Biasanya, gaya yang memiliki lengan tegak lurus adalah gaya berat
benda (wBenda) dengan gaya berat pemberat (wPemberat).
Water bath

1. Air dimasukkan ke dalam bejana.

2. Atur suhu dikehendaki dan hidupkan water bath

3. Masukkan benda yang akan dipanaskan ke dalam air (untuk tangas air)
letakkan benda pada salah satu lubang (untuk tangas uap), ingat lubang
lain yang tidak digunakan tetap ditutup.

4. Alat pengisian kapsul

5. Letakkan cap shett pada permukaan yang rata dan letakkan sheet filter

sheet atasnya. Gunakan sekrup stainless steel untuk memperbaikinya.

6. Tuangkan jumlah yang tepat dari tutup kapsul pada lembar enkapsulasi.

10
7. Ketuk dan kocok mesin pengisi kapsul dengan hati-hati agar tutup kapsul

pas dengan lubang.

8. Dengan Semua lubang terisi, Sekarang lepaskan lembar enkapsulasi

kemudian sisihkan lembar tutup dengan kapsul.

f. Pipet tetes
Cairan bisa masuk ke dalam tabung pipet tetes dengan cara memperkecil
tekanan di dalam badan pipet. Caranya adalah dengan memencet terlebih
dahulu karet pada ujung pipet. Setelah Anda memencetnya secara
perlahan, maka masukkan ujung bawahnya yang memiliki diameter kecil
ke cairan atau larutan.Setelah Anda pencet maka bisa dilanjutkan dengan
mencelup sebagian ujung pipet dan karet yang kita tekan tadi dilepaskan
secara perlahan.
g. Kaca arloji
Simpan zat atau bahan kimia yang akan ditimbang diatas kaca arloji lalu
timbang.
h. Batang pengaduk
Masukkan batang pengaduk ke dalam larutan yang akan di campur, untuk
mencampur larutan. Dapat pula untuk membantu dekantasi larutan dari
suatu
wadah ke wadah lain sementara padatan tetap tertinggal di wadah asal
i. Pingset

Mainkan tubuh pinset untuk menjepit dan melepaskannya

j. Kertas puyer
1. Buatlah satu lipatan yang lurus
2. Masukkan puyer diatas kertas perkamen.
3. Lipat dari bagian bawah ke atas dan luruskan dengan lipatan pertama.
4.Tekan bagian bawah sebelah kanan dan kiri agar lipatan tidak berubah.
5.Angkat bagian atas dan turunkan puyer agar puyer berada dibawah.
6.Lipat dari bagian atas kebawah sampai mendekati dasar lipatan.
7.Lipat sebelah kanan dan turunkan puyer kesebelah kanan.
8.Lipat sebelah kiri dan turunkan puyer kesebelah kiri.
9.Masukkan lipatan dari sebelah kanan kekiri dan jadilah satu bungkus
puyer.

11
k. Plastik obat
Mempermudah dalam packing obat digunakan sebagai pembungkus obat
(tablet atau pil) yang dijual retail di apotek
l. Spatula
Sama seperti menggunakan sendok biasa mengambil bahan kimia padat
maupun serbuk pada saat akan di timbang. Pengambilan bahan ini harus
dilakukan dengan teliti, karena akan ditimbang menggunakan neraca
analitik yang memiliki tingkat ketelitian tinggi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHAN


4.1 Hasil

NO NAMA GAMBAR FUNGSI

1. Mortir dan Berfungsi untuk menghaluskan zat yang


steamper masih bersifat kasar

2. Neraca Berfungsi untuk mengukur massa suatu


analitik benda/ bahan dan yang memiliki
kemampuan yang lebih spesifik dan
dikhususkan untuk menimbang benda
dengan bobot yang sangat ringan

12
3. Waterbath Alat pemanas ini dengan menggunakan uap
air. Alat ini biasanya digunakan untuk
mencairkan basis salep

4 Alat Berfungsi untuk membuat kapsul sehingga


pengisi didapatkan kapsuk yang lebih seragam dan
kapsul pengerjaannya dapat lebih cepat

5 Cetakan Berfungsi untuk mencetak sediaan


suppositor suppositoria
ia

6 Neraca Berfungsi untuk menimbang bahan bobot


kasar obat besar gram kapasitas 250 gram
(reage125 mg -250 g) kapasitas 500 gram
(reage 250 mg - 500 g) kapasitas 1000 gram
(reage 500 mg – 1000 g)

13
7 Pipet Untuk memindahkan cairan dengan volume
kecil, dan merupakan alat ukur untuk
memindahkan cairan dari wadah aslinya ke
wadah lain dalam jarak tertentu

8 Spatula Spatula atau sudip adalah alat untuk


mengambil objek. Spatula yang sering
digunakan di laboratorium biologi atau
kimia berbentuk sendok kecil, pipih dan
bertangkai

9 Plastik Digunakan untuk sebagai pembungkus dan


mempunyai rel atau klip

10 Kertas Untuk membungkus obat racik


puyer

14
11 Quadrant Digunakan untuk mengambil serbuk yang
sudip telah di gerus

12 Cawan Digunakan sebagai wadah untuk


penguap mengeringkan suatu zat

4.2 Pembahasan
Praktikum yang berjudul “ Pengenalan Alat” ini membahas mengenai alat-
alat yang akan di pergunakan pada praktikum Farmasetika Dasar. Pada praktikum
pertama ini, kami dikenalkan pada beberapa peralatan yang nantinya akan
digunakan di praktikum Farmasetika Dasar, diantaranya yaitu Lumpang dan Alu,
Timbangan Analitik, Cetakan suppositoria, Alat pengisi kapsul, Waterbath

( penangas air), Neraca kasar.

Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal atau


mengetahui tentang peralatan yang digunakan dalam melakukan praktikum
tersebut. Hal ini berguna untuk mempermudah kita dalam melakukan percobaaan,
sehingga resiko kecelakaan di laboratium ditanggulangi. Kebersihan dan
kesempurnaan alat sangat penting untuk bekerja di laboratium. Alat yang
kelihatan secara kasat mata, belum tentu bersih, tergantung pada pemahaman
seorang analisis mengenai apa artinya bersih. Alat kaca seperti gelas piala atau
erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau deterjen sintetik. Pipet,

15
buret, dan labu volumetrik mungkin memerlukan larutan deterjen panas untuk
bisa bersih benar ( Day dan Underwood, 1998). Oleh karena itu pengenalan alat
laboratium sebelum kita melakukan praktikum sangatlah penting.

Timbangan analitik, yaitu timbangan digital yang fungsinya untuk


menimbang berat sampel dan berat media. Prinsip kerja alat ini yaitu dengan
meletakkan bahan sehingga akan tertera secara langsung padaa layar berat bahan
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat ( Egi pamungkas, 2014). Yang
menyatakan bahwa neraca Analitik berfungsi untuk mengukur massa atau berat
sampel yang dapat di restar kembali ke angka 0 lagi.

Neraca kasar, yaitu berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam
praktek laboratium. Prinsip kerja neraca ini adalah pertama meletakkan kalibirasi
terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang, dengan cara memutar
sekrup yang berada di samping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi
dua garis pada neraca sejajar. Kedua, meletakkan benda yang akan di ukur
massanya. Ketiga, Menggeser skalanya dimulai dari skala besar baru digunakan
skala yang kecil. Jika panahnya sudah berada dititik setimbang 0. Keempat, Jika
dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil
pengukurannya.

Cetakan Suppositoria, yaitu yang digunakan dalam pencetakkan


suppostoria. Prinsip kerja alat ini adalah pertama, Melebur basis. Kedua,
Mencampurkan bahan obat yang diinginkan. Ketiga Menuang hasil leburan ke
dalam cetakan. Keempat,Membiarkan leburan menjadi dingin dan mengental
menjadi supositoria. Keenam, Melepaskan supositoria dengan basis yang cocok
dibuat dengan cara mencetak.

Lumpang dan Alu, yaitu alat yang digunakan untuk mengahaluskan zay
yang masih bersifat padat. Prinsip kerja alat ini adalah pertama , Pastikan mortar
dan alu dalam keadaan bersih tanpa ada kontaminasi dari sisa-sisa bahan
sebelumnya. Kedua, Jika kotor maka bisa dibersihkan dengan
menggunakan akuades dan tisu kering. Ketiga,Masukan sampel kedalam
mortar dan tumbuk dengan perlahan menggunakan alu. Keempat Jika sampel
sudah halus maka bisa digunakan untuk analisa pengujian selanjutnya.

Alat pengisi kapsul , yaitu digunakan dalam mencetak kapsul. Prinsip kerja
alat ini dalah Pertama, Menempatkan Kapsul dalam Pengisi Kapsul Manual .Sebelum
Anda memulai proses enkapsulasi, bersihkan dan keringkan area kerja. Ini
memastikan itu bebas dari puing-puing. Kedua,  Isi Kapsul dengan Bubuk Sekarang
saatnya mengisi kapsul dengan bubuk atau pelet. Ketiga, Tutup Kapsul Anda harus

16
meletakkan lembaran tengah pada lembaran kapsul yang diisi dan
mengencangkannya dengan sekrup / pin stainless steel.

Waterbath ( penangas air), yaitu peralatan laboratorium yang terbuat dari


wadah berisi air panas. Alat ini digunakan untuk menginkubasi sampel dalam air
pada suhu konstan selama periode waktu yang lama.Secara sederhana prinsip atau
cara kerja water bath adalah mengubah energi listrik menjadi energi panas. Energi
panas tersebut disalurkan ke air pada bak, yang kemudian akan digunakan untuk
memanaskan larutan utama.Pada setiap water bath sudah dipastikan terdapat
sensor suhu yang digunakan untuk memonitor suhu air pada bak. Bak air inilah
yang nantinya digunakan untuk memanaskan larutan yang sudah ditempatkan
pada labu Erlenmeyer.

Pipet , yaitu alat laboratium yang digunakan untuk memindahkan volume


cairan terukur. Prinsip kerja alat ini adalah dengan memencet terlebih dahulu karet
pada ujung pipet. Setelah Anda memencetnya secara perlahan, maka masukkan
ujung bawahnya yang memiliki diameter kecil ke cairan atau larutan.Setelah Anda
pencet maka bisa dilanjutkan dengan mencelup sebagian ujung pipet dan karet
yang kita tekan tadi dilepaskan secara perlahan. Tujuannya agar cairan yang
diambl bisa masuk ke dalam badan pipet.

Kaca arloji,yaitu alat laboratorium yang yang memiliki bentuk seperti


piring kecil. Prinsip kerja alat adalah  Saat ingin menimbang bahan kimia, simpan
zat atau bahan kimia yang akan ditimbang di atas kaca arloji . kemudian Timbang
zat atau bahan kimia tersebut.

Pinset , yaitu alat yang digunakan untuk menjepit benda- benda berukuran
kecil . Prinsip kerja alat ini adalah mainkan tubuh pinset untuk menjepit dan
melepaskannya.

Batang Pengaduk, yaitu sebuah peralatan laboratium yang digunakan untuk


mencampur bahan kimia dan cairan untuk keperluan laboratium. Prinsip kerja alat
ini adalah Mengaduk larutan atau suspense dalam wadah.

Spatula, yaitu Alat untuk mengambil objek yang telah diiris untuk sediaan
mikroskop. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengadukan pada larutan secara
langsung.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Macam-macam alat yang ada dalam laboratorium seperti cawan

porselin,gelas beker,gelas ukur, mortir, dan sampler, neraca kasar,

oven, pipet tetes,tabung reaksi, timbangan analitik, timbangan neraca,

waterbath, dan lain lain

2. Setiap alat-alat laboratorium memiliki nama fungsi serta cara penggunaan

yang berbeda beda.

3 Setiap cara kerja dari alat-alat laboratorium berbeda beda

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan alat-alat yang ada dalam


laboratorium.Agar para praktikan dapat lebih mudah,cepat dan lancar dalam
melakukan suatu percobaan atau penelitian.

5.2.2 Saran untuk Jurusan

Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas yang


ada pada laboratorium yang digunakan.

18
5.2.3 Saran untuk Asisten

Agar kiranya dapat terjadi kerjasama yang lebih baik lagi antar asisten dan
praktikan saat berada didalam laboratorium Maupin diluar laboratorium.Sebab
kerja sama yang baik akan lebih mempermudah proses penyaluran pengetahuan
dari asisten kepada praktikan.

5.2.4 Saran untuk Praktikan

Agar kiranya kepada sesama praktikan dapat menyimak dengan baik saat
asisten memberikan arahan agar mempermudah kita menyelesaikan praktikan
tersebut

19
DAFTAR PUSTAKA
Aditia. C. (2016). Studi Deskriptif : Psychological Well Being Pada Remaja yang
Kecanduan Bermain Game Online di Surabaya. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya. 5(1), 1-12.

Bua,AT.(2012) laporan praktikum instrumentasi pengenalan alat laboratorium


dan pembuatan Reagen.

Day R.A. dan Underwood A.L., (1998), Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keenam,
Erlangga, Jakarta.

Hery. 2017. Auditing dan Asurans. Jakarta. Grasindo

Imamkhasani. (2000) Biokimia nutrisi dan metabolisme UI press.jakarta


Moningka.2008.Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta

Khasani (1990) prosedur alat-alat kimia liberty : yogyakarta

Kemendikbud. (2011). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang


Implementasi Kurik.

Moningka, (2008) prinsip kerja praktikum PT.Gramedia : jakarta

Natadjaja, Listia, 2012. Pengaruh Komunikasi Visual Antar Budaya Terhadap


Pemasaran Produk Pada Pasar Ekspor Ditinjau Dari Warna Dan
Ilustrasi Desain Kemasan, NIRMANA Vol. 4, No. 2, Juli 2012: 158 –
168.

Pamungkas, E (2014) laporan praktikum biokimia perairan pengenalan alat dan


bahan praktikum. Semarang
Riadi, (1990) keselamatan dalam praktikum laboratorium universitas gajah
madah: Yogyakarta.

Syamsuni, (2006), Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta. 29 – 31.

Suriantika, Cipto et al. (2013). Makalah Parasitologi Toxoplasma Gondii.


Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
Hamka.

Soetarto (2008). Mikrobiologi umum yogyakarta : universitas arma jaya

Putra Pamungkas, (2014). Gambaran Morfologi Eritrosit Dengan Perbandingan


Lama Fiksasi. Universitas Muhammadiyah. Semarang.

Walton. (1998). Kamus Istilah Kimia Analitik Indonesia. Pusat Pembinaan dan
Pengembangan bahasa, Departemen pendidikan dan kebudayaan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lampiran Alat

NO NAMA GAMBAR FUNGSI

1. Mortir dan Berfungsi untuk menghaluskan zat yang


steamper masih bersifat kasar

2. Neraca Berfungsi untuk mengukur massa suatu


analitik benda/ bahan dan yang memiliki
kemampuan yang lebih spesifik dan
dikhususkan untuk menimbang benda
dengan bobot yang sangat ringan

3. Waterbath Alat pemanas ini dengan menggunakan uap


air. Alat ini biasanya digunakan untuk
mencairkan basis salep
4 Alat Berfungsi untuk membuat kapsul sehingga
pengisi didapatkan kapsuk yang lebih seragam dan
kapsul pengerjaannya dapat lebih cepat

5 Cetakan Berfungsi untuk mencetak sediaan


suppositor suppositoria
ia

6 Neraca Berfungsi untuk menimbang bahan bobot


kasar obat besar gram kapasitas 250 gram
(reage125 mg -250 g) kapasitas 500 gram
(reage 250 mg - 500 g) kapasitas 1000 gram
(reage 500 mg – 1000 g)

7 Pipet Untuk memindahkan cairan dengan volume


kecil, dan merupakan alat ukur untuk
memindahkan cairan dari wadah aslinya ke
wadah lain dalam jarak tertentu
8 Spatula Spatula atau sudip adalah alat untuk
mengambil objek. Spatula yang sering
digunakan di laboratorium biologi atau
kimia berbentuk sendok kecil, pipih dan
bertangkai

9 Plastik Digunakan untuk sebagai pembungkus dan


mempunyai rel atau klip

10 Kertas Untuk membungkus obat racik


puyer

11 Quadrant Digunakan untuk mengambil serbuk yang


sudip telah di gerus
12 Cawan Digunakan sebagai wadah untuk
penguap mengeringkan suatu zat

13 Batang Untuk mengocok atau mengaduk suatu


pengaduk larutan

14 Kaca arloji Sebagai wadah untuk menimbang bahan –


bahan kimia yang berupa padat, serbuk serta
Kristal
Laporan Praktikum

FARMASETIKA DASAR

“SERBUK BAGI (PULVERES)’’

Diajukan Untuk Memenuhi Salah-Satu Persyaratan Praktikum Farmasetika


Dasar 2021

OLEH

KELOMPOK : II (DUA)

KELAS : D3-B FARMASI 2021

ASISTEN : ABDULLAH WALANGADI S.FARM


LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021

Lembar pengesahan

FARMASETIKA DASAR

“Serbuk Bagi (Pulveres)”

OLEH

KELOMPOK II (DUA)

KELAS B-D3 FARMASI 2021

1. Refo Akbar Palima (821321057)


2. Dela Puspita Rahman (821321045)
3. Putri Rawe Suleman (821321049)
4. Zein Anggraini Sahrain (821321053)
5. Ismayati I. Djauhari (821321061)
6. Nurul Hidayanti S Timumun (821321065)
7. Meilani S. Arif (821321069)
8. Shinta S. Rauf (821321073)

Gorontalo,2 November 2021 NILAI


Mengetahui Asisten

Abdullah Walangadi S.Farm


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Sang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan berkatnya kita dapat menyelesaikan laporan praktikum ini. Laporan
praktikum ini disusun sebagai pendukung proses belajar mengajar (perkuliahan)
dan membuka wawasan mahasiswa pada Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.

Dalam penulisan laporan ini tentunya kami tidak terlepas dari kesulitan
dan masalah lain dalam pengerjaannya, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai
pihak maka kesulitan dan Masalah tersebut dapat teratasi terutama dengan
bantuan bantuan kakak kakak Asisten Dosen. Untuk itu, pada kesempatan ini saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang turut berkontribusi
dalam proses belajar kami.

Akhir kata kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan kekurangan maka dari itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
penyempurnaan laporan laporan praktikum ini dan semoga akan bermanfaat bagi
pembacanya.

Gorontalo, 7 November 2021

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN
....................................................................................1

1.7 Latar Belakang...........................................................................................1


1.8 Maksud Percobaan......................................................…….......................2
1.9 Tujuan Percobaan.......................................................................................2
1.10 Manfaat Percobaan ………………………………………………………2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................3

2.4 Dasar Teori.................................................................................................3


2.5 Uraian Bahan..............................................................................................6
BAB III METODE PENGAMATAN ................................................................10

3.6 Waktu dan Tempat...................................................................................10


3.7 Alat dan Bahan ........................................................................................10
3.8 Prosedur
Kerja..........................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................11

4.5 Hasil.........................................................................................................11
4.6 Resep dan perhitungan
………………………………………………….11
4.7 Pembahasan..............................................................................................13
BAB V PENUTUP…...........................................................................................20

5.5 Kesimpulan..............................................................................................20
5.6 Saran........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai sejak zaman belanda
sehingga buku pedoman maupun undang-undang yang berlaku ada waktu itu
berkiblat ke Belanda setelah kemerdekaan, buku pedoman dan undang-undang
yang dirasa masih cocok tetap dipertahankan. Pekerjaan kefarmasian, terutama
meracik obat, dikerjakan di apotek oleh asisten apoteker di bawah di bawah
pengawasan apoteker, apoteker adalah seorang ahli dalam kefarmasian.

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik


formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan
obat secara pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaannya yang aman. Sedangkan ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari
tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap
digunakan sebagai obat. Salah satu ilmu yang dipelajari dalam farmasi adalah
farmasetika dasar.

Farmasetika dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan


obat; meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat
obatan; seni peracikan obat serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu sehingga siap digunakan sebagai obat; serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat
digunakan dan diberikan kepada pasien (Syamsuni, 2006).

Hal- hal yang dikaji dalam farmasetika antara lain sebagai berikut : pengaruh
dan interaksi antara formulasi obat dan teknologi, pengaruh dan interaksi antara
obat dan lingkungan biologik pada site absorpsi dan cara pembuatan obat, sampai
menentukan disposisi zat aktif dalam tubuh.

Obat merupakan salah satu komponen penting dalam upaya pelayanan


kesehatan pada masyarakat. sediaan obat terdapat dalam berbagai macam bentuk
antara lain tablet, kapsul, sirup, pulveres.
Obat sering disebut obat modern ialah suatu bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan, atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rahaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian
badan manusia. Pasien yang tidak bisa minum obat dalam bentuk tablet bisa
dibuat obat dalam bentuk serbuk.

Adapun pengertian Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat
yang diserbukkan. Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu
persatu, sedikit demi sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit,
kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi.
Jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44.Serbuk
terbagi atas dua yaitu pulvis dan pulveres.

Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, antara lain yaitu pulvis adspersorius (serbuk tabur / bedak) yang
merupakan serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat dikemas dalam wadah
yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh
agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka (Syamsuni, 2006).

Pengertian serbuk dalam dunia farmasi, yakni sediaan dalam bentuk serbuk
sangat banyak digunakan. menurut farmakope edisi IV. serbuk adalah campuran
kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditunjukan untuk pemakaian
luar. Serbuk adalah campuran homogeny dua atau lebih obat yang diserbukkan.
sediaan serbuk dibagi menjadi dua, yaitu Pulvis dan Pulveres.

Pulveres atau serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau
atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung
lilin, kemudian dilapisi dengan kertas logam (Dirjen POM, 1979).

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukanlah praktikum serbuk bagi untuk


mengetahui tentang cara pembuatan serbuk bagi beserta bahan-bahan yang
digunakan didalamnya. Pembuatan sediaan serbuk sangat penting diketahui untuk
dapat diterapkan pada pelayanan kefarmasian khususnya di apotek, puskesmas
maupun rumah sakit.

1.2 Maksud Percobaan


1. Mahasiswa mengetahui definisi tentang serbuk bagi
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami syarat-syarat dari sediaan
serbuk
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami cara pembuatan serbuk
1.3 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi tentang serbuk bagi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami syarat-syarat dari
sediaan serbuk
3. Agar mahasiswa mampu dapat mengetahui dan memahami keuntungan dan
kerugian dari sediaan serbuk
1.4 Manfaat Percobaan
1. Bagi praktikan
Dapat mejajadi sumber referensi guna memperbaiki kesalahan dalam
Pembuatan serbuk.
2. Bagi masyarakat
Dapat menambah informasi mengenai pembuatan serbuk.
3. Bagi instansi
Praktikum member kesempatan bagi mahasiswa untuk membuktikan teori
dari kegiatan tersebut maka pemahaman mahasiswa terdapat suatu pelajaran
telah merasionalisasi fenomena ini. Kegiatan praktikum kali juga dapat
membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip pembuatan serbuk.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Serbuk
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi
sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak,
biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk
mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44 (Dirjen POM,
1979).

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.Karena mempunyai
luas permukaan, serbuk lebih mudah terdispersi atau lebih larut daripada bentuk
sediaan yang dipadatkan. Anak-anak atau orang dewasa yang sukar menelan
kapsul atau tablet yang mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk (Dirjen
POM,1995)

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian oral atau dalam atau untuk pemakaian luar. Bentuk serbuk
mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih
mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padat lainnya (seperti kapsul, tablet,
pil) (Syamsuni,2006).

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi
sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak
menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk mengandung
lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44 (Depkes RI,1978).

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang


diserbukkan.Pada pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus,
lebih dahulu sampai derajat halus tertentu halus tertentu setelah itu dikeringkan
pada suhu tidak lebih (Anief 1995).

Serbuk adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok.
Campuran serbuk kering ditambah zat tambahan yang bersifat netral atau
indiferen (Anief,2003).

Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih
sama, yang dibungkus menggunakan menggunakan bahan pengemas yang cocok
untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah
meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang
mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam (Chairunnisa,2009).

Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambahkan zat
tambahan yang berkhasiat netral atau indiferen, seperti saccharum lactis dan
saccharum album.Serbuk yang diberikan pada penderita diabetes tidak boleh
digunakan saccharum album sebagai tambahan, tetapi gunakan mannitum atau
saccharum lactis (Ansel 1989).

Penggunaan serbuk lebih banyak diberikan kepada pasien anak-anak yang


masih belum mampu menelan obat kapsul atau tablet secara baik, maka puyer
menjadi salah satu pilihan alternatif yang dianggap lebih efisien bila diberikan
kepada pasien anak. Obat dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan pasien, praktis,
cara pemberian yang mudah khususnya untuk anak yang masih kecil yang belum
dapat menelan tablet (Wiedyaningsih,2013).

2.1.2 Syarat serbuk


Menurut Syamsuni (2006), secara umum syarat serbuk adalah sebagai
berikut:
1. Kering
2. Halus
3. Homogen
4. Memenuhi uji keragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman
kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk
terbagi atau pulveres yang mengandung obat keras, narkotik, dan
psikotropik.

2.1.3 Metode Pembuatan Serbuk


Menurut Syamsuni (2006), metode pembuatan serbuk adalah sebagai
berikut:
1. Trituration, mencampurkan bahan obat dalam mortir dengan stamper.
2. Spatulation, mencampur bahan obat langsung diatas kertas.
3. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup.
4. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup yang
dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian digoyang-
goyangkan.
2.1.4 Keuntungan dan Kerugian Serbuk
Menurut Syamsuni (2006), keuntungan dan kerugian sediaan serbuk, antara
lain:
a. Keuntungan
1) Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan.
2) Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih
mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
3) Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak ditemukan
dalam sediaan serbuk.
4) Obat yang tidak stabil dalam suspense atau larutan air dapat dibuat dalam
bentuk serbuk.
5) Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat dalam bentuk serbuk.
6) Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita.
b. Kerugian
1) Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket di
lidah, amis).
2) Terkadang menjadi lembab atau basah pada penyimpanan
2.1.5 Serbuk Bagi
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus
dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian
dilapisi lagi dengan kertas logam (Dirjen POM, 1979).
Pulveres atau serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau
atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung
lilin, kemudian dilapisi dengan kertas logam (Depkes RI,1978).
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang
cocok (Syamsuni,2006).
2.1.6 Cara Pembuatan Serbuk Bagi
Dalam pembuatan serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.
Maka itu untuk menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir
panas. Jika jumlahnya obat kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat
ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang
cocok.Obat bermassa lembek misalnya ekstak kental dilarutkan kedalam pelarut
yang sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang
cocok. Jika serbuk obat mengandung bahan yang mudah menguap, dikeringkan
dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok. (Dirjen
POM,1979).
2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Serbuk Bagi
Kelebihan dari bentuk serbuk bagi yaitu serbuk mempunyai luas permukaan
yang lebih luas sehingga lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan
yang dipadatkan. Serbuk juga lebih mudah digunakan untuk anak-anak atau orang
tua yang sukar menelan tablet atau kapsul, tetapi serbuk juga memiliki
kekurangan yaitu tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak dan pada
penyimpanan terkadang menjadi lembap atau basah. Sediaan serbuk terbagi
(pulveres) yang baik harus memenuhi syarat yaitu homogen, kering, mempunyai
derajat kehalusan tertentu serta harus memenuhi persyaratan meliputi
keseragaman bobot dan keseragaman kandungan atau dosis (Syamsuni, 2006).
Kelebihan dari serbuk yaitu dokter lebih leluasa memilih dosis yang sesuai
keadaan pasien, lebih stabil terutama untuk obat yang rusak oleh air, penyerapan
lebih sempurna dibandingkan sediaan padat lainnya, cocok untuk anak-anak dan
dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet obat yang volumenya besar dan
tidak dapat dibuat tablet dapat dibuat serbuk (Anief, 2007)
Kekurangannya adalah tidak sesuai untuk obat yang bersifat sangat
higroskopis, deliquescent, campuran eutetik, atau zat yang mudah menguap.
(Hendrason, 2013).
Kekurangan dari serbuk yaitu rasa dan bau yang tidak enak tidak dapat
ditutupi, pada penyimpanan bisa menjadi lembab, peracikannya membutuhkan
waktu yang lebih lama, kurang baik untuk zat yang mudah terurai (Anief, 2007)

2.2 Uraian Bahan


2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol, metanol, etanol, isopropil alkohol

Rumus molekul : C2H5OH

Rumus struktur :
O

Berat molekul : 46,07 g/mol

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap


dan mudah terbakar, berbau khas
panas,memberikan nyala biru yang tidakberasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform


dan dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, yaitu terhindar dari

cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api

Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga pembersih alat


praktikum yang dapat membunuh kuman
Khasiat : Sebagai antiseptik (menghambat
pertumbuhandan membunuh mikroorganisme)

2.3 Uraian Obat

2.3.1 Ampicilin (Dirjen POM 1995)

Nama resmi : Ampicilin Na


Nama Lain : Ampisilin
Rumus molekul : C16H18N3O4S
Berat molekul : 349.406 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri pada


Berbagai bagian tubuh, seperti saluran
Pernapasan, saluran pencernaan, saluran kemih,
Kelamin, telinga, dan jantung.

Kelarutan : Larut dalam 170 bagian air, praktis tidak larut


dalam etanol 95% P

Penyimpanan : Paling baik disimpan pada suhu ruangan,


jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang
lembab. Jangan menyimpan di kamar mandi dan
jangan pula dibekukan.

Kegunaan : Hanya dapat digunakan dengan resep dokter.


Ampicilin termasuk kedalam antibiotic
golongan penisilin.

Khasiat : untuk mengatasi infeksi bakteri pada Berbagai


bagian tubuh, seperti saluran Pernapasan,
saluran pencernaan, saluran kemih, Kelamin,
telinga, dan jantung.

2.3.2 Dexamethasone

Nama resmi : Dexamethasone Harsen


Nama Lain : Deksametasona
Rumus molekul : C22H29FO5
Berat molekul : 392,461 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur,


putih sampai
praktiks putih; Tidak berbau, stabil.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam


Ethanol, sangat sukar larut dalam dioksan, tdak
Larut dalam kloroform dan dalam eter.

Penyimpanan : Sebaiknya disimpan pada suhu ruangan.


Jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang
Lembab. Jangan menyimpan dikamar mandi
atau membekukannya

Kegunaan : Digunakan untuk mengurangi peradangan.

Khasiat : Menangani berbagai kondisi peradangan, reaksi


Alergi, penyaki autoimun.

2.3.3 Ambroxol (Martindale 1565)


Nama resmi : Ambroxol HCL
Nama Lain : Ambroksol
Rumus molekul : C13H18BR2N2O
Berat molekul : 378,10 g/mol
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan sirup encer berwarna hijau bening, rasa

Kepahitan, aroma mixed fruid essence.

Kelarutan : Ambroxol dapat larut dalam air untuk 10 Mm


Memiliki Ph 4.5-6, dalam DMSO 100 Mm dan
Dalam etanol sampai 10 Mm.

Penyimpanan : Sebaiknya disimpan pada suhu ruangan.


Jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang
Lembab. Jangan menyimpan dikamar mandi
Atau membekukannya

Kegunaan : Penggunaan ambroxol bisa dikombinasikan


Dengan antibiotik.

Khasiat : Meredakan batuk berdahak akibat beberapa


Kondisi, seperti bronchitis atau emfisema.
BAB III

METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum Farmasetika Dasar dengan pecobaan serbuk bagi, dilaksanakan
pada tanggal 26 Oktober 2021 pukul 08.45-10.45 WITA.Pelaksanaan praktikum
bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum serbuk bagi yaitu kertas
perkamen, lumpang dan alu, plastik obat, sendok spatula, dan sudip.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu alkohol 70%, etiket putih, ampicilin ,
ambroxol, dexamethasone, dan tissue.
3.3 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alcohol 70%.
3. Dimasukkan obat pertama yaitu rifampicin sebanyak 4 tablet ke dalam
Lumpang.
4. Digerus hingga homogen.
5. Disiapkan kertas perkamen sebanyak 12 lembar.
6. Dibagi serbuk diatas kertas perkamen dengan bobot yang kurang lebih
sama.
7. Dibungkus kedalam kertas perkamen sesuai dengan cara pengemasan yang
baik.
8. Dimasukkan kedalam plastic obat.
9. Diberi etiket berwarna putih.

10. Ditambahkan ambroxol sebanyak 6 tablet ke dalam lumpang dan digerus

11. Ditambahkan dexamethasone sebanyak 2 tablet ke dalam lumpang

12. Digerus hingga homogen

13. Disiapkan kertas perkamen sebanyak 5 lembar

14. Dibagi serbuk diatas kertas perkamen dengan bobot kurang lebih sama.

15. Dikemas kedalam kertas perkamen

16. Dimasukkan kedalam plastik obat

17. Diberi etiket berwarna putih


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dr. Setia Budi


SIP : 1989xxxx
Jl. Budi Utomo No. 59
Telp (0435)xxxx
Gorontalo 26-10-2021
Gambar 4.1
Sediaan Serbuk Bagi
R/
Ampicilin 200 mg
4.2 Resep Asli
m.f.Pulv.dtd No XII
∫ 3 d.d I R
R/
Dexamethasone 1/5 tab
Ambroxol 15 mg
M.f.Pulf.dtd No XII
∫ 3 d.d I Pc
4.3 Perhitungan bahan

Ampicilin : 200 mg

Dexamethasone : 1/5

Ambroxol : 15 mg

200 mg
- Rifampicin x 12=4 tab
600 mg
1
- Dexamethasone x 12=2 tab
5
15 mg
- Ambroxol x 12=6 tab
30 mg
4.4 Perhitungan dosis

- Ampicillin (500 – 1000 mg Farmakope Edisi III, 1979)

n
Dosis sekali = x dosis dewasa
20

10
= x 500 mg
20
= 250 mg
200 mg
% sekali = x 100%
250 mg
= 80 % (Tidak OD)

n
Dosis sehari = x dosis dewasa
20

10
= x 1000 mg
20
= 500 mg
600 mg
% sehari = x 100%
500 mg
= 120 % (OD)

- Dexamethasone (0,5 mg – 2 mg Farmakope Edisi III, 1979)

n
Dosis sekali = x dosis dewasa
20

10
= x 0,5 mg
20

= 0,25 mg

0,1 mg
% sekali = x 100%
0,25 mg

= 40 % (Tidak OD)

n
Dosis sehari = x dosis dewasa
20
10
= x 2 mg
20

= 1 mg

= 0,1 x 3 = 0,3 mg

0,3 mg
% sehari = x 100%
1 mg

= 30,% (Tidak OD)

- Ambroxol (60 mg – 120 mg Depertement of Healtch & Human


Services, 2017)

n
Dosis sekali = x dosis dewasa
20

10
= x 60 mg
20

= 30 mg

10 mg
% sekali = x 100%
30 mg

= 33,3 % (Tidak OD)

n
Dosis sehari = x dosis dewasa
20

10
= x 120 mg
20

= 60 mg

= 10 x 3 = 30 mg

10 mg
% sehari = x 100%
60 mg

= 50% (Tidak OD)

4.5 Narasi Resep


4.5.1 Narasi Latin
Recipe Ampicilin 200 mg, misce fac pulveres da tales doses numero XII
signa ter de die. Recipe Dexamethasone 1/5 tab, Ambroxol 15 mg misce fac
pulveres de tales doses numero XII signa ter de die unam pulveres. Pro Riski
(10tahun)
4.5.2 Narasi Indonesia
Ambilah ampicillin 200 mg campur dan buatlah serbuk bagi sesuai dosis
sebanyak tiga kali sehari. Ambilah dexamethasone 1/5 tablet dan ambroxol 15 mg
campur dan buatlah serbuk bagi sesuai dosis sebanyak 12 ditandai 3 kali sehari
sesudah mkan. Untuk Riski (10tahun).

4.6 Pembahasan

Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang
lebih sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain
cocok. Supaya dapat terbagi tepat, maka campurkan serbuk kering ditambah zat
tambahan yang bersifat netral atau indiferen, seperti sacharum lactis, sacharum
album, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 mg (Anief, 2003)

Tujuan dari pembuatan serbuk bagi yaitu untuk mengetahui keseragaman


bobot dari obat (P.Rahayu, 2017).Dengan pembuatan serbuk bagi ini dapat
membantu untuk mengetahui unsur-unsur pembuatan dan syarat-syarat pembuatan
serbuk bagi itu sendiri.

Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan serbuk tabur. Disini kami
menggunakan resep obat yaitu ampicillin 200 mg (4 tab), dexamethasone 1/5 tab
(2 tab), dan ambroxole 200 mg (4 tab). Hal pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Adapun alat yang digunakan
diantaranya yaitu kertas perkamen, lumpang dan alu, plastic obat, sendok spatula,
dan sudip.Bahan yang digunakan yaitu alcohol 70%, etiket putih, ampicillin,
ambroxol, dexamethasone, dan tissue.

Hal pertama yang dilakukan yaitu bersihkan lumpang dan alu menggunakan
alkohol 70%, karena alkohol 70% merupakan cairan yang dapat membantu
mensterilkan alat-alat yang akan digunakan. Alkohol 70% merupakan cairan
disinfektan yang berfungsi membersihkan dan mensterilkan peralatan yang
digunakan pada praktikum, juga berfungsi sebagai disinfektan dan antispetik
(Pratiwi, 2008). Kemudian gerus ampicillin sebanyak 4 tablet dan digerus searah
jarum jam hingga homogen. Ampicilin tidak dapat digerus dengan obat lain, hal
ini dikarenakan ampicillin termasuk dalam obat antibiotic yang diminum sampai
habis agar bakteri didalam tubuh dapat hilang sedangkang obat-obat seperti
ambroxol dan dexamethasone adalah obat yang diminum sampai sakit hilang.
Pencampuran antibiotic dan obat-obat lain (missal ambroxol, dexamethasone,dll)
dalam bentuk sediaan puyer bukan merupakan peresepan yang ideal karena
antibiotic merupakan obat yang diminum sampai habis sedangkan obat-obat
steroid merupakan obat yang diminum hanya jika perlu saja (Dirjen POM, 1979).

Sediakan kertas perkamen yang berfungsi sebagai tempat meletakkan


serbuk yang sudah digerus disusun sejajar. Kemudian siapkan kertas perkamen
sebanyak 12 lembar, susun kertas perkamen dengan posisi 6 lembar sejajar diatas
dan 5 lembar sejajar dibawah atau sesuai dengan arah pandang mata agar dapat
terbagi dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar pembagian serbuk bagi dapat
merata antar kertas perkamen (Van Duin: 30). Letakkan ampicillin yang telah
digerus tadi ke dalam kertas perkamen dan dibagi secara merata.

Selanjutnya lipat kertas perkamen dengan rapih dan pastikan tidak ada
serbuk yang terbuang dengan cara menggoyang-goyangkan kertas perkamen.
Masukkan kedalam plastic klip obat dan beri etiket putih yang sebagai tanda
bahwa obat tersebut termasuk dalam pemakaian dalam.Etiket putih sendiri
digunakan untuk obat yang di konsumsi melalui saluran pencernaan (pemakaian
dalam) sedangkan etiket biru digunakan untuk obat yang dikonsumsi tidak melalui
saluran pencernaan (pemakaian luar) (Syamsuni, 2007).

Selanjutnya pengerjaan resep kedua yaitu langkah pertama membersihkan


kembali lumping dan alu yang telah digunakan sebelumnya menggunakan alcohol
70%, karena omogen 70% merupakan cairan yang dapat membantu mensterilkan
alat-alat yang akan digunakan. Alkohol 70% merupakan cairan disinfektan yang
berfungsi membersihkan dan mensterilkan peralatan yang digunakan pada
praktikum, juga berfungsi sebagai disinfektan dan antispetik (Pratiwi, 2008).
Kemudian masukkan dexamethasone sebanyak 2 tablet dan ambroxol sebanyak 6
tablet kedalam lumpang, gerus sampai homogen. Dalam menggerus serbuk,
hindari digerus secara bersamaan melainkan digerus satu persatu. Karena, dengan
menggerus secara bersamaan akan mengakibatkan serbuk tersebut tidak akan
halus secara merata dan dikhawatirkan serbuk akan terbuang. Karena dengan
menggerus akan banyak terjadi Kristal kasar menjadi halus. Bila menggerus
serbuk secara banyak, akan terjadi serbuk halus yang banayk pula, tetapi ada
bagian-bagian kasar yang terlepas dan tidak ikut tergerus dengan baik setelah
homogeny (Anief, 1987).

Masukkan obat dexamethasone dan ambroxol yang telah digerus. Siapkan


kertas perkamen sebanyak 5 lembar dan bagilah dexamethasone dan ambroxol
yang telah digerus tadi dengan bobot yang sama. Umumnya serbuk terbagi
dibungkus dengan kertas perkamen dan untuk lebih melindungi dari pengaruh
lingkungan, serbuk itu dilapisi dengan kertas selofan atau sampul polietilena
(Syamsuni, 2006).Kertas perkamen merupakan kertas khusus yang dibuat dan
dimanfaatkan untuk meletakkan serbuk bagi.Lipat dengan rapih kertas perkamen
dan pastikan tidak ada serbuk yang terbuang.Masukkan kedalam plastik klip obat
dan beri etiket putih.

Dalam praktikum terdapat kemungkinan kesalahan, dimana saat kita


menggerus obat antibiotic bersamaan dengan obat lainnya. Karena antibiotic
seharusnya dikonsumsi sampai habis, tapi jika dicampur bersamaan dengan obat
lain dalam bentuk serbuk maka pemberian obat akan dihentikan saat gejalanya
sudah hilang. Hal ini menyebabkan dosis antibiotic tidak dikonsumsi dengan tepat
dan dapat memicu terjadinya resistensi.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh
atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang
mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam.

2. Syarat-syarat serbuk secara umum adalah kering, halus, homogen dan


memenuhi uji keragaman bobot (seragam dalam bobot) atau seragam dalam
kandumgan (seragam dalam zat terkandung) yang berlaku untuk pulveres
yang mengandungobat keras, narkotik, psikotropik.

3. Keuntungan dan kerugian dari serbuk yaitu, pertama keuntungan serbuk


adalah dosis lebih tepat, lebih stabil dari larutan, tidak memerluakn banyak
bahan tambahan yang tidak perlu, dan dokter leluasa dalam memilih dosis
yang sesuai. Sedangkan kerugian bentuk serbuk adalah racikannya
membutuhkan waktu yang relative lama sulit untuk ditutupi.

5.2 Saran

5.2.1 Saran kepada jurusan


Diharapkan kepada jurusan agar dapat memperhatikan infrastruktur yang
ada pada laboratorium, agar praktikan lebih nyaman dalam melaksanakan
praktikum.

5.2.2 Saran kepada laboratorium

Diharapkan untuk laboratorium agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa


alat-alat dan bahan-bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar
kegiatan bisa berjalan dengan lancer.

5.2.3 Saran kepada asisten

Saran kami untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam


menjalankan praktikum, sehingga praktikan dapat menguasai langkah-
langkah praktikum yang ada.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I: Alat dan Bahan

a. Alat

Nama Gambar Fungsi

Menggerus dan
menghaluskan zat
kimia yang
Lumpang dan
berbentuk padat
alu

Mengambil sisa-
sisa obat yang
masih tersisa
Sudip didalam
lumpang

b. Bahan

Nama Bahan Gambar Fungsi

Untuk membersihkan

Alkohol 70% alat yang digunakan

Merupakan bahan
yang akan digunakan
untuk membuat
pulveres.
Paracetamol

Merupakan bahan
yang akan digunakan
CTM untuk membuat
pulveres

Mempermudah dalam
packing obat dan akan
Sak Obat /Klip Plastik terhindari dari bakteri
Obat luar

Sebagai wadah
pembungkus obat atau
Kertas Perkamen puyer

Sebagai identitas atau


aturan penggunaan
Etiket putih obat.
Untuk membersihkan
alat

Tissue
Lampiran II: Diagram Alir

Pembuatan Serbuk
Bagi (Pulveres)

Pulveres
Alat dan bahan yang akan digunakan alat yang akan digunakan dengan
alkohol 70% Paracetamol5
- Disiapkan tablet dan CTM 1 tablet
- Dibersihkan CTM sebanyak 1 tablet paracetamol
- Di ambil sebanyak 5masukan kedalam lumping lalu gerus hingga
tablet
- Dimasukkin homogen kertas perkamen sebanyak 10
- Disiapkan serbuk di atas kertas premarket, dilipat dan dimasukkan
kedalam plastic atau sak obat.
- Diberi tiket putih pada obat untuk penggunaan oraln informasi obat (PI
Lampiran III: Skema Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang Dibersihkan alat yang akan Diambil paracetamol 5 tablet
akan digunakan digunakan dengan dan CTM 1 tabletdan
alkohol70% masukkan kedalam lumpang

Diletakan serbuk diatas kertas


perkamen lalu bagi sama rata
sebanyak 10

Dilipat kertas Dimasukkan kertas perkamen Diberi etiket putih pada sak
perkamenyang sudah yang sudah beri siserbuk obat tersebut
terdapat serbuk didalamnya kedalam sak obat

PIO (Pelayanan Informasi


Obat)

i
Laporan Praktikum

FARMASETIKA DASAR

“KAPSUL’’

Diajukan Untuk Memenuhi Salah-Satu Persyaratan Praktikum Farmasetika


Dasar 2021

OLEH

KELOMPOK : II (DUA)

KELAS : D3-B FARMASI 2021

ASISTEN : NUR OKTAVIANA

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

ii
2021

Lembar pengesahan

FARMASETIKA DASAR

“Serbuk Bagi (Pulveres)”

OLEH

KELOMPOK II (DUA)

KELAS B-D3 FARMASI 2021

1. Refo Akbar Palima (821321057)


2. Dela Puspita Rahman (821321045)
3. Putri Rawe Suleman (821321049)
4. Zein Anggraini Sahrain (821321053)
5. Ismayati I. Djauhari (821321061)
6. Nurul Hidayanti S Timumun (821321065)
7. Meilani S. Arif (821321069)
8. Shinta S. Rauf (821321073)
Gorontalo, 8 November 2021 NILAI
Mengetahui Asisten

iii
NUR OKTAVIANA

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Sang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan berkatnya kita dapat menyelesaikan laporan praktikum ini. Laporan
praktikum ini disusun sebagai pendukung proses belajar mengajar (perkuliahan)
dan membuka wawasan mahasiswa pada Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.

Dalam penulisan laporan ini tentunya kami tidak terlepas dari kesulitan
dan masalah lain dalam pengerjaannya, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai
pihak maka kesulitan dan Masalah tersebut dapat teratasi terutama dengan
bantuan bantuan kakak kakak Asisten Dosen. Untuk itu, pada kesempatan ini saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang turut berkontribusi
dalam proses belajar kami.

Akhir kata kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan kekurangan maka dari itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
penyempurnaan laporan laporan praktikum ini dan semoga akan bermanfaat bagi
pembacanya.

Gorontalo, 8 November 2021

Kelompok II

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................1


1.2 Tujuan pratikum......................................................................................2
1.3 Manfaat pratikum...................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3

2.2 Dasar Teori .............................................................................................3

2.3 Uraian bahan ...........................................................................................6

BAB III METODE KERJA...............................................................................10

3.1 waktu dan tempat ..................................................................................10

3.2 Alat dan Bahan .....................................................................................10

3.3 Cara Kerja .............................................................................................10

3.4 Deskripsi resep.......................................................................................11

3.5 Farmakologi...........................................................................................13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................16

4. 1 Hasil.......................................................................................................16

4. 2 Pembahasan ..........................................................................................16

BAB V PENUTUP ...........................................................................................20

5.1 Kesimpulan ...........................................................................................20

v
5.2 Saran .....................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subbhanahu Wa


Ta’ala. Sholawat serta selalu terlimpahkan pada nabi kita Muhammad
shallahu’Alaihi wa Sallah serta segenap pengikutnya hingga akhir zaman. Atas
Rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum
farmasetika dasar mengenai kapsul.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak terkait atas bimbingan
yang diberikan dalam pengerjaan laporan paraktikum. Penulis menyadari bahwa
laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna , Baik itu dari bahasa yang
digunakan maupun dari teknik penyajiannya.

Penulis berharap laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua
serta menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo, Oktober 2021

Kelompok II

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Farmasi dalam bahasa yunani disebut dengan “ farmakon " mendika atau
obat. Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik, memformulasi, mengidentifikasi,mengkombinasi, menganalisis, serta
menstandarkan pengobatan juga sifat – sifat obat beserta pendistribusian dan
penggunaanya secara aman. Dalam farmasi juga mempelajari diantaranya,
adalah matematika, fisika, biologi, kimia, dan masih banyak cabang ilmu
lainnya. Ilmu yang mendasari dari farmasi yaitu farmasetika.
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengawetan, dan pengawetan, dan pembakuan bahan
obat-obatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi
bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat
yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat.
Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Dalam penggunaannya, obat
mempunyai berbagai macam sediaan. Semua bentuk sediaan obat mempunyai
karakteristik dan tujuan tersendiri. Sediaansediaan yang telah beredar saat ini
umumnya dibedakan atas sediaan padat, sediaan cair, dan sediaan semi padat.
Sediaan padat adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur yang padat
serta kompak. Sediaan solida ini mempunyai bermacammacam bentuk. Salah
satu bentuk sediaan solida yaitu Kapsul.
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari satu macam obat atau lebih
atau bahan inert lainnya yang dimasukan ke dalam cangkang kapsul gelatin
keras atau lunak yang dapat larut. Kapsul memiliki 2 bentuk sediaan, yaitu
kapsul cangkang keras dan kapsul cangkang lunak. Cangkang kapsul dapat

vii
berupa kapsul keras dan kapsul lunak, dibuat dari bahan 2 baku gelatin, gula,
dan air. Cangkang kapsul dapat jernih dan buram (ditambah titanium oksida),
berwarna atau polos, tidak berasa, mudah larut dalam air panas dan bersifat
higroskopis.
Kapsul cangkang lunak yang dibuat dari gelatin (kadang-kadang disebut gel
lunak) sedikit lebih tebal dibanding kapsul cangkang keras dan dapat
diplastisasi dengan penambahan senyawa alkohol polihidrat, seperti sorbitol
atau gliserin. Bentuk sediaan kapsul sangat disenangi oleh masyarakat karena
tersedia dalam berbagai kekuatan dosis dan praktis serta fleksibel dalam
penulisan resep, akurat dosisnya untuk pasien. Kapusl memiliki tampilan
bervariasi dan menarik serta mudah ditelan, menjadikannya berada pada
urutan pertama dalam pengembangan obat. Disamping itu kapsul menutupi
rasa yang tidak enak dari serbuk obat karena bahan obat terlindung didalam
cangkang kapsul yang tertutup dan tidak berasa.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah praktikum farmasetika dasar
kapsul di laboratorium teknologi farmasi, Universitas Negeri Gorontalo
dengan tujuan praktikan dapat memahami dan mengetahui cara pembuatan
kapsul. Dimulai dari perhitungan bahan, dosis hingga proses pelayanan
informasi obat.

1.2 Tujuan pratikum


Adapun tujuan pratikum yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pelayaan informasi obat.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan sediaan kapsul.
3. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui sediaan kapsul.
1.3 Manfaat pratikum
Manfaat dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat memahami tentang
sediaan obat cair dan padat, serta cara pembuatan kapsul, hingga pelayanan
informasi obat.

viii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori umum


2.1.1 Obat

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia (Anief, 2006). Besarnya efektifitas obat tergantung pada biosis dan
kepekaan organ tubuh. Setiap orang berbeda kepekaan dan kebutuhan biosis
obatnya. Tetapi secara umum dapat dikelompokkan, yaitu dosis bayi, anak-anak,
dewasa, dan orang tua. (Djas, dalam kasibu, 2017).

Peran obat dalam upaya kesehatan besar dan merupakan suatu unsur
penting, begitu juga dengan bagaimana penggunaan obat melalui mulut,
tenggorokan, masuk keperut, disebut secara oral, cara penggunaan lainnya
pemakaian luar (Anief, 2006).

Pengobatan sendiri atau swamedikasi merupakan bagian dari upaya


masyarakat menjaga kesehatannya sendiri. Pada pelaksanaannya, pengobatan
sendiri dapat menjadi sumber masalah terkait obat (Drug related problem) akibat
terbatasnya pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya (Harahap,
Khairunnisa, & Tanuwijaya, 2017). Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan
penyakit yang dialami. Pelaksanaannya harus memenuhi kriteria penggunaan obat
yang rasional, antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis obat, tidak
adanya efek samping, tidak adanya kontra indikasi, tidak adanya interaksi obat,
dan tidak adanya poli farmasi (Depkes RI, 2008). Pada prakteknya, kesalahan
penggunaan obat dalam swamedikasi ternyata masih terjadi, terutama karena tidak
tepatan obat dan dosis obat. Apabila kesalahan tejadi terus menerus dalam waktu

ix
yang lama dikhawatirkan dapat menimbulkan resiko pada kesehatan (Depkes RI,
2007).

2.1.2 Resep

Menurut (Syamsuni, 2006), Resep adalah permintaan tertulis dari seorang


dokter kepada apoteker untuk membuat atau menyerahkan obat kepada pasien.
Yang berhak menulis resep ialah:

1. Dokter
2. Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut
3. Dokter Hewan, terbatas untuk hewan
Sedangkan menurut (Jas, 2009). Resep artinya adalah pemberian obat secara tidak
langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resmi kepada pasien,
format dan kaidah penulisan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang mana permintaan tersebut disampaikan kepada farmasi atau
apoteker di apotek agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu
sesuai permintaan kepada pasien yang berhak. Resep diterima oleh apoteker
pengelola apotek yang apabila berhalangan tugasnya dapat digantikan apoteker
pendamping/ apoteker pengganti atau asisten apoteker kepala dibawah
pengawasan dan tanggung jawab apoteker pengelola apotek. Resep yang benar
ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan memenuhi peraturan perundangan
serta kaidah yang berlaku.

2.1.3 Jenis-Jenis Resep

Jenis-jenis resep, menurut (Jas, 2009) dibagi menjadi 4:

1. Resep standar (Officinalis/Pre Compounded) merupakan resep dengan


komposisi yang telah dibakukan dan dituangkan kedalam buku
farmakope atau buku standar lainnya. Resep standar menuliskan obat
jadi (campuran dari zat aktif) yang dibuat oleh pabrik farmasi dengan
merek dagang dalam sediaan standar atau nama generik.

x
2. Resep magistrales (Poliafarmasi/compounded) adalah resep yang telah
dimodifikasi atau diformat oleh dokter yang menulis.
3. Resep medicinal yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek
dagang maupun generik, dalam pelayanannya tidak mengalami
peracikan.
4. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik
dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa
atau tidak mengalami peracikan.
2.1.4 Pengertian Kapsul

Menurut syamsuni (2006), Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang


terbungkus dalam suatu cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai.

2.1.5 Macam –Macam Kapsul

Macam-macam kapsul menurut Syamsuni (2006),yaitu:

Kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul terdiri atas bagian
wadah dan tutup (capsulae overculateae) yang terbuat dari metilselulosa,
gelatin, pati, atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras
bervariasi dari nomor paling kecil 5 sampai nomor paling besar 000,
kecuali cangkang untuk hewan. Umunya ukuran terbesar 000 merupakan
ukuran yang dapat diberikan kepada pasien. Ada juga ukuran 0 yang
bentuknya memanjang (dikenal sebagai ukuran OE) yang memberikan
kapasitas lebih besar tanpa peningkatan diameter dab biasanya
mengandung air 10-15 %.

Kapsul cangkang lunak (capsule molles, soft capsul) merupakan satu


kesatuan berbentuk bulat atau silidris (pearl) atau bulat telur (globula)
yang dibuat dari gelatin (kadang disebut gel lunak) atau bahan lain yang
sesuai; biasanya lebih tebal dibandingkan dengan cangkang keras dan
dapat diplastitasi dengan penambahan senyawa poliol, seperti sorbitol atau
gliserin.kapsul ini biasanya mengandung air 6-13 %, umumnya diisi
dengan bahan cairan bukan air seperti PEG,berbobot molekul rendah, dan
dapat juga diisi dengan bahan padat atau serbuk atau zat padat

xi
kering.kapsul cangkang lunak mempunyai bermacam-macam bentuk dan
biasanya dapat dipakai rute oral, vaginal, rektal, atau topikal.

2.1.5 Keuntungan Dan Kerugian Bentuk Sediaan Kapsul

Keuntungan dan kerugian bentuk sediaan kapsul.

Menurut Syamsuni (2006),yaitu:

Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul:

a. Bentuknya menarik dan praktis.


b. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa
dan berbau tidak enak.
c. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut sehingga obat dapat
cepat diabsorpsi.
d. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang
berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien.
e. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
Kerugian pemberiaan bentuk sediaan kapsul:
a. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul
tidak dapat menahan penguapan.
b. Tidak bisa untuk zat-zat yang higroskopis ( menyerap lembap).
c. Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
d. Tidak bisa untuk balita.
e. Tidak bisa dibagi-bagi.

2.1.6 Cara pembuatan kapsul.

Cara pembuatan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:

1. Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan
tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk
melayani resep dokter, dan sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk

xii
mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam
kapsul dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang
diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan
kapsul lalu ditutup.

2.     Alat bukan mesin

Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan manusia.
Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih seragam dan pengerjaan yang dapat
lebih cepat karena dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri atas dua
bagian, yaitu bagian yang tetap dan yang bergerak.

Cara pengisiannya yaitu :

a. Buka bagian kapsul


b. Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian obat yang tidak
bergerak/tetap
c. Taburkan serbuk yang akan di masukkan ke dalam kapsul
d. Ratakan dengan bantuan alat kertas film
e. Tutup kapsul dengan cara merepatkan atau menggerakkan bagian alat yang
bergerak
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga keseragaman
kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai
menutup kapsul.

2.1.6 Cangkang kapsul

Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai
nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan.
Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada
pasien ( Dirjen POM, 1995)

2.1.7 Cara penyimpanan

Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah
mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan
dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang lunak pada
pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah timbulnya

xiii
jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam lingkungan
dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di absorpsi
(diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan mengalami
kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel, 1989).

Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih


mengandung air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia
edisi IV dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan
di tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu
sama lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari
udara yang lembab. Sebaliknya, jika disimpan di tempat yang terlalu
kering, kapsul itu akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan
mudah pecah (Syamsuni, 2006).

Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul


sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang:

1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.


2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering
(silika gel).
3.  Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau str.

2.2 Uraian bahan


1. Alkohol (Dirjen POM,1979,Dirjen POM,1995)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
RM/BM : C2H5OH / 46,07 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


Mudah bergerak bau khas, serta rasa panas

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam


klorofom P dan dalam eter P

xiv
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, dan jauh dari nyala api
Kegunaan : Antiseptik dan Desinfektan
Khasiat : Dapat meningkatkan kolestrol baik dan
menurunkan kolestrol jahat
2. Paracetamol (Dirjen POM,1979)
Nama resmi : PARACETAMOLIUM
Nama lain : Paracetamol, Asetaminofen
RM/BM : C8H9NO2 / 46,07 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit


pahit

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium

hidroksida 1N, mudah Larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, Tidak tembus

oleh cahaya

Kegunaan : Zat aktif

Khasiat : Sebagai antiseptik, analgetik

Indikasi : Untuk meredakan gejala demam dan nyeri pada

berbagai penyakit seperti demam dengue, tifoid,


dinfeksi saluran kemih

Kontra Indikasi : Paracetamol tidak dapat di gunakan pada pasien


yang memiliki hipersentivitas terhadap paracetamol
Giseril Gualakolat (Dirjen POM,1979)
Nama resmi : GUAIFENESIUNUM
Nama lain : Gualifenesin, Gliseril gualakolat
RM/BM : C10H14O4 / 198,22gr/mol
Rumus struktur :

xv
Pemerian : Serbuk hablur, putih samapi agak kelabu, bau
khas Lemah, rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih, dalam etanol, dalam
Klorofrom, dan dalam propilen glikol, agak sukar
larut dalam gliserin
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat aktif
Khasiat : Ekspektoran ( mengencerkan batuk berdahak)

untuk mengobati gejala batuk dan

pembengkakan mukosa yang disebabkan oleh

flu/common cold,bronkitis, dan gangguan

pernapasan lainnya.

Dosis : Untuk dewasa dan anak di atas 12 tahun: 100-400


mg setiap 4 jam

Jangan melebihi 2,4 gram/hari Sediaan lepas


lambat: 1-2 tablet (600-1200 mg) setiap 12 jam,
jangan melebihi 4 tablet dalam 24 jam (2,4
gram/hari).

Untuk anak-anak Usia 6 bulan-2


tahun: 25-50 mg setiap 4jam,
jangan melebihi 300 mg/hari Usia
2- 6 tahun: 50-100 mg setiap 4 jam,
jangan melebihi 600 mg/hari Usia
6-12 tahun: 100-200 mg setiap 4
jam Jangan melebihi 200 mg/hari.

xvi
BAB III

METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 26 Oktober 2021 pukul 08.40
sampai dengan selesai. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Teknologi
Farmasi Universitas Negri Gorontalo

3. 2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu lap kasar, lap halus,
lumpang dan alu, sudip, dan spatel logam

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu alcohol 70%,
Paracetamol, Glyceryl guaiacolate, Ctm, Etiket, Kertas perkamen, Cangkang
kapsul, Tisu, dan Plastik obat.

3.3 Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%

xvii
3. Digerus tablet GG di dalam mortil dan stamper gerus halus homogen
4. Dimasukkan Paracetamol gerus halus homogen
5. Dimasukkan CTM gerus halus hingga homogen
6. Diletakkan campuran diatas kertas perkamen dibagi menjadi 10
bagian
7. Dimasukkan kedalam cangkang kapsul No 0
8. Dibersihkan kapsul
9. Dimasukkan 10 kapsul kedalam pot kapsul
10. Dikemas dan diberi etiket

3.4 Deskripsi resep

Dr. Nab ellah

Sip.xxx

Jl. Kalimantan

Telp. (0435) xxx

Gorontalo,29 Oktober 2021

R/

PCT 250mg

CTM 1/3mg

Dex 0,25mg

m.f.pulv dtd da in caps No. X

s.3.d.d 1

Pro : Theo

Umur : 20 tahun

xviii
3.4.4 Perhitungan bahan

250 mg
1. Paracetamol ¿ x 10=5 Tab
500 mg
0,25 mg
2. Dexamethason ¿ x 10=5Tab
0,5 mg
1
3. CTM ¿ x 10=3 tab
3

3.4.5 Perhitungan dosis

1. Paracetamol

250
Dosis sekali %Over Dosis = x 100%
500

n
x Dosis Dewasa = 50% (TOD)
20

20
x 500 mg
20

= 500mg

750 mg
Dosis Sehari %Over Dosis = x 100 %
1.600 mg

n
x Dosis Dewasa = 50% (TOD)
20

20
x 300
20

= 1.500 mg

2. Dexamethason

xix
0,25
Dosis Sekali %Over Dosis = x 100%
0,5

n
x Dosis Dewasa = 50% (TOD)
20

20
x 0,5 mg
20

= 0, 5 mg

0,75
Dosis Sehari %Over Dosis = x 100%
1,5

n
x Dosis Dewasa = 50% (TOD)
20

20
x 100 mg
20

3.4.6 Kelengkapan resep

Dalam resep tersebut tidak terdapat paraf atau tanda tangan dokter.
Menurut (Rahmawati dkk, 2002) paraf atau tanda tangan dokter harus di
perlukan karena kalau tidak terdapat paraf dokter keabahasahan atau keaslian
resep diragukan. Sedangkan menurut (Syamsuni, 2006) paraf dokter harus di
cantumkan karena sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3.5 Farmakologi

1. Paracetamol (Gunawan, 2009)

a. Absorbsi

Paracetamol di absorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna,


konsentrasi tinggi dalam plasma di capai dalam ½ jam masa paruh 1-3
jam.

b. Distribusi

xx
Paracetamol di distribusi kkedalam saluran cerna atau kesaluran cairan
tubuh 25% parcetamol terikat protein plasma.

c. Metabolisme

paracetamol dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati, sebagian


asitaminopen dikonjugasi dengan asam sulfat. Selain itu obat ini juga
dapat mengalami hidroksidasi, metabolit hidroksasi ini dapat menibulkan
methaemoglobinemia dan hemidisis eritosit.

a. Ekskresi
Paracetamol diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil paracetamol (3%)
dan seabgian besar dalam bentuk konjugasi.
2. Glyceryl Guaiacolate (GG) (Tjay, 2007)
Gliseril guaiakolat merupakan derivet guakol yang banyka digunakan
untuk ekspetoran. Ekspektoran obat yang dapat merangsang pengeluaran
dahak dari saluran nafas. Tablet gliseril guaiakolat termasuk obat batuk
basah. Obat ini untuk batuk yang memiliki ciri berlendir, dahak mudah
dikeluarkan. Obat ini merangsang reseptor-reseptor dilambung dan
kemudian meningkatkan kelenjar ekskresi dan saluran lambung-usus dan
repleks memperbanyak dankelnjar yang berda di saluran nafas.

3. CTM (Katzung, 1997)

CTM berfungsi menurunkan sensitifitas terhadap histamin suatu hormon


manusia yang akan dikeluarkan bila ada zat asing tak dikenal dari
memunculkan reasksi yang disebut alergi. Bisa gatal, bersin-bersin, sesak
nafas (Asma). Karena itu, CTM disebut antihistamin yang efeknya jelas
adalah sedative (ngatuk) sedangkan maleate pda CTM itu adala
hpengesternya
Sehingga CTM adalah bentuk garam antara klorpentramina demaleate cid,
suatu asam karbosilat.

xxi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

xxii
Gambar 4.1

Sediaan kapsul

4.2 Pembahasan

Menurut Dirjen POM (1995), Kapsul adalah sediaan padat yang


terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
Cangkang umumnya terbuat dari gelatin. Dalam praktek pelayanan resep
di apotek, kapsul cangkang keras dapat diisi dengan tangan dengan
tujuan untuk memberikan kebebasan bagi penulis resep untuk memilih
obat tunggal atau kombinasi dengan dosis tepat yang paling baik bagi
setiap pasien.
Sediaan kapsul memiliki keuntungan dapat menutupi rasa dan bau
obat yang kurang enak. Sediaan kapsul juga dapat memudahkan dalam
penggunaannya karena dapat diberikan campuran kombinasi bahan obat
dan dosis yang lebih tepat sesuai dengan kebutuhan individu (Syamsuni,
2006).
Pada praktikum kali ini kami membuat kapsul menggunakan
bahan dari Paracetamol, CTM, dan Dexametason. Kami menggunakan
alat dan bahan yaitu, alu, lap halus, lap kasar, lumpang dan sudip,
alkohol 70%, cangkang kapsul, CTM, etiket, Dexametason, kertas
perkamen, plastik klip, dan juga tisu.
Langkah pertama yang dilakukan untuk melakukan praktikum ini

xxiii
ialah dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%. Dimana alkohol 70%
ini memiliki fungsi untuk membersihkan bakteri, Hal ini sesuai dengan
Noviansari, dkk (2013) yang menyatakan bahwa alkohol menunjukan
aktifitas sebagai antifungi dan dapat mendenaturasi protein, alkohol
mempunyai aktifitas sebagai bakterisid yang membunuh bakteri dalam
bentuk vegetatifnya.

Paracetamol memiliki nama lain yaitu para amino fenol. Paracetamol


digunakan dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgesik dan
antipiretik. Bertindak sebagai analgesik bekerja dengan cara mengurangi
dan menghilangkan nyeri ringan sampai sedang (Katzung, 2011).
Dexamethasone merupakan obat kortikosteroid yang bekerja dengan
menghambat pengeluaran zat kimia tertentu di dalam tubuh yang bisa
memicu peradangan. Obat ini juga memiliki efek imunosupresan atau
penekan sistem kekebalan tubuh. Tablet CTM digunakan sebagai
antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat yang menentang kerja
histamin pada H- reseptor histamin sehingga berguna dalam menekan
alergi yang disebabkan oleh timbulnya simptom karena histamin
(Ansel,1989).
Kemudian dimasukkan Paracetamol sebanyak 4 tablet ke lumpang
dan alu, lalu digerus searah jarum jam. Obat digerus searah jarum jam
agar obat yang digerus dapat tercampur rata. Kemudian digerus hingga
halus dan homogen. Penggerusan berfungsi untuk menghaluskan sediaan
yang akan digunakan, hal ini sesuai dengan Lachman et al (1989) yang
menyatakan bahwa penggerusan adalah proses mekanik untuk
memperkecil ukuran zat padat. Istilah penggerusan dinamakan lain yaitu
penghancuran, disintegrasi, disperse, penggilingan dan penyerbukkan.
Penggerusan dilakukan dengan alat khusus, setiap alat memiliki proses
tertentu.

Paracetamol memiliki nama lain yaitu para amino fenol.

xxiv
Paracetamol digunakan dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgesik
dan antipiretik. Bertindak sebagai analgesik bekerja dengan cara
mengurangi dan menghilangkan nyeri ringan sampai sedang (Katzung,
2011). Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum.
Antihistaminikum adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-
reseptor histamin sehingga berguna dalam menekan alergi yang
disebabkan oleh timbulnya simptom karena histamin (Ansel,1989).
Kemudian dimasukkan Paracetamol sebanyak 4 tablet ke lumpang
dan alu, lalu digerus searah jarum jam. Obat digerus searah jarum jam
agar obat yang digerus dapat tercampur rata. Kemudian digerus hingga
halus dan homogen. Penggerusan berfungsi untuk menghaluskan sediaan
yang akan digunakan, hal ini sesuai dengan Lachman et al (1989) yang
menyatakan bahwa penggerusan adalah proses mekanik untuk
memperkecil ukuran zat padat. Istilah penggerusan dinamakan lain yaitu
penghancuran, disintegrasi, disperse, penggilingan dan penyerbukkan.
Penggerusan dilakukan dengan alat khusus, setiap alat memiliki proses
tertentu.
Apabila serbuk Paracetamol telah menjadi serbuk, maka
dimasukkanDexamethason sebanyak 5 tablet, lalu gerus hingga homogen.
Jika Dexamethason telah menjadi serbuk, maka masukkan juga CTM
sebanyak 5 tab. Apabila menggunakan Sacharum Lactis maka
ditambahkan Sacharum Lactis secukupnya di dalam lumpang, gerus
bersamaan dengan Paracetamol GG dan CTM hingga homogen.
Sacharum Lactis atau lebih dikenal dengan nama Lactosa merupakan
bahan tambahan (excipient) yang tidak berkhasiat, berfungsi sebagai
pengisi dan penambah bobot dalam bentuk sediaan, dan memiliki rasa
yang agak manis (Murtini, 2016)
Selanjutnya siapkan kertas perkamen sebanyak 1 kertas, ditaruh
serbuk yang telah jadi di atas kertas perkamen tersebut. Kemudian
masukkan serbuk tersebut kedalam cangkang kapsul dengan ukuran 0

xxv
sebanyak 10 cangkang yang telah disediakan. Kemudian ditaruh didalam
sak obat dan diberi etiket warna putih. Penyerahan obat atas dasar resep
harus dilengkapi dengan etiket berwarna (Syamsuni, 2006). Etiket putih
adalah etiket yang digunakan untuk obat yang dikonsumsi melalui saluran
pencernaan. Obat yang berdasarkan resep harus dilengkapi etiket warna
putih untuk obat dalam dan etiket warna biru untuk obat luar (Syamsuni,
2006).

Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadi saat praktikum yaitu


berat serbuk dalam kapsul yang berbeda-beda disetiap kapsulnya,
dikarenakan tidak menimbang serbuk bagi yang akan ditaruh di setiap
cangkang

xxvi
BAB V

PENUTUP

e.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan bahwa Kapsul adalah
bentuk sediaan padat obat yang terbungkus cangkang kapsul baik cangkang
keras maupun cangkang lunak yang dapat larut, dan pembuatan serta
pengisian kapsul dapat dilakukan dengan cara serbuk obat yang telah halus
dan homogen dan dibagi di atas kertas perkamen sebanyak jumlah kapsul
yang diminta.sediaan kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan penutup.
Kapsul cangkang keras ini hanya mempunyai satu bentuk dan di pakai
untuk pemakaian oral. Penutupan cangkang kapsul gelatin keras dapat di
lakukan dengan cara memberikan lekukan khas pada bagian tutup dan induk
atau dengan pemanasan langsung atau penggunaan energi ultrasonik. Sediaan
kapsul cangkang lunak merupakan satu kesatuan berbentuk bulat atau
silindris, atau bulat telur(globula). Kapsul lunak biasa di isi dengan cairan

kapsul dibuat dengan menggunakan metode tangan yang sering


digunakan dalam laboratorium. Metode tangan juga merupakan cara yang
paling sederhana sehingga memudahkan kita dalam pembuatan dan pengisian
kapsul.

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk jurusan
Diharapkan kepada Jurusan agar kiranya dapat memperbaiki dan
melengkapi sarana dan fasilitas fisik yang ada sehingga dapat mendukung
kegiatan praktikum dan perkuliahan dengan baik.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Saran kami kepada asisten agar lebih membimbing praktikan dalam
praktikum dan dapat memperhatikan praktikan yang tidak paham atau belum
mengerti dengan materi yang disampaikan atau telah dijelaskan.

5.2.3 Saran Untuk Praktikan

Saran untuk bagi praktikan yaitu pada saat praktikum sebaiknya praktikan
dapat berperan aktif dalam mengambil tindakan,memiliki tanggung jawab
terhadap tugas yang diberikan serta tidak segan bertanya kepada asisten dosen
tentang kesulitan saat praktikum di laboratorium.

27
LAMPIRAN

Lampiran 1: Alat dan Bahan

1. Alat
No. Nama Gambar Fungsi
1.

Lumpang Untuk menggerus sediaan


Alu

2.

Untuk mengambil sediaan


Spatula

3.

Untuk mengambil sediaan


Sudip

28
2. Bahan
No. Nama Gambar Fungsi
1.
Untuk membersihkan alat

Alkohol 70%

2 Cangkang Kapsul Untuk membungkus


serbuk yang telah digerus

CTM
Sebagai zat aktif

Paracetamol Sebagai zat aktif

29
5
Plastik Pebungkus
Obat
Untuk membungkus obat

Tissu Untuk membersihkan alat

30
Lampiran 2: Diagram Alir

Ctm , Dexamethason, Pct

Disiapkan alat dan bahan


Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
Dimasukan CTM kedalam lumpang
Dimasukan Dexamethason kedalam lumpang
Dimasukan PCT kedalam lumpang
Digerus hingga halus
Diambil ambil dengan sudip/spatula kemudian dibagi
menjadi 10 bagian diatas kertas perkamen
Dimasukan kedalam cangkang kapsul hingga penuh
Ditutup dengan cangkang kapsul yang lebih kecil
Dibersihkan dengan tissu
Dimasukan dalam plastik obat
Diberi Etiket putih

31
Lampiran 3: Skema Kerja

Dimasukan obat Digerus hingga


Dibersihkan
kedalam lumpang halus
Alat

Dimasukan
Dimasukan kedalam kedalam
plastik obat dan beri cangkang kapsul Dibagi menjadi

Etiket putih 10 bagian

32
Laporan praktikum

FARMASETIKA DASAR
“Pengenalan alat – alat laboratorium”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Praktikum Farmasetika


Dasar 2021

OLEH:

KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : B-D3 FARMASI 2021
ASISTEN : NUR OKTAVIANA

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

33
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Lembar pengesahan

FARMASETIKA DASAR
“Pengenalan alat – alat laboratorium”

OLEH:
KELOMPOK IV
1. Faradhilah Pratiwi Yasilu (821321047)
2. Natasya Melly Julianti (821321051)
3. Siti Anggraini Dunggio (821321055)
4. Nafisah Nur Auliyah S. (821321059)
5. Alfikar Husain (821321063)
6. Priska Eka Diva (821321067)
7. Ajeng Pratistha Putri S. (821321071)

Gorontalo, November 2021 Nilai


Mengetahui, Asisten

NUR OKTAVIANA

34
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan
rahmat, hidayah dan taufiq-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
“Pengenalan Alat-Alat Laboratorium” tepat pada waktunya. Shalawat beserta
salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
sahabatnya, sehingga pada umatnya hingga akhir zaman, Aamiin.
Banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu kami
dalam menyelesaikan laporan ini, ucapan terimakasih juga kepada Apt. Fika
Nuzul Ramadhani, S.Farm selaku dosen pembimbing, koordinator umum dan
asisten kami yang telah membantu selama proses praktikum.
Sebagai manusia biasa kami menyadari bahwa kami tidak pernah luput
dari Dari khilaf dan salah. Demikian juga dalam penulisan proses ini. Oleh karena
itu dengan hati tulus, kami akan menerima saran dan kritikan yang dapat
menyempurnakan laporan ini.
Wassalamu’alaikumm Warahmatullahi Wabbarakatuh

Gorontalo, November 2021

Kelompok IV

35
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan ...............................................................................................2
1.3 Maksud Percobaan .............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................3
2.1 Dasar Teori .........................................................................................................3
2.2 Uraian Bahan ......................................................................................................5
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................8
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................................8
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................................8
3.3 Prosedur Kerja ....................................................................................................8
3.4 Deskripsi Resep ..................................................................................................9
3.5 Farmakologi ......................................................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................13
4.1 Hasil ..................................................................................................................13
4.2 Resep Asli .........................................................................................................13
4.3 Perhitungan Bahan ...........................................................................................14
4.4 Perhitungan Dosis .............................................................................................14
4.5 Narasi Resep .....................................................................................................14
4.6 Pembahasan ......................................................................................................15
BAB V PENUTUP .......................................................................................................17
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................17
5.2 Saran..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan
pengobatan serta termasuk pula sifat–sifat obat dan distribusinya serta
penggunaan yang aman. Penyediaan obat–obatan mengandung arti pengumpulan,
pengenalan, pengawetan, pembekuan bahan obat–obatan.
Dalam farmasi kita mempelajari beberapa ilmu yang berhubungan dengan
penyediaan sediaan bahan obat baik dari hewan maupun tumbuhan, salah satunya
farmasetika dasar. Farmasetika dasar adalah ilmu yang mempelajari cara
membuat, mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi,
mengkombinasi, manganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga
sifat-sifat obat beserta pendistrusian dan penggunaan secara umum.
Di dalam farmasetika dasar juga kita mempelajari beberapa ilmu yang
mendukung proses pembelajaran farmasetika dasar. Ilmu–ilmu tersebut mencakup
tentang semua yang berhubungan dengan obat–obatan dalam farmasi. Salah
satunya yaitu tentang serbuk bagi dan tidak terbagi. Menurut Anief (2008) Serbuk
terbagi (Pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok,
sedangkan menurut Chang (2005) serbuk tak terbagi (Pulvis) adalah serbuk yang
tidak terbagi dalam jumlah banyak. Jika dalam suatu serbuk dinyatakan suatu cara
pemakaian dalam takaran sendok teh atau lain, maka selalu sesendok rata serbuk.
Dalam farmasetika dasar tidak luput dari namanya laboratorium dan alat–
alat laboratorium. Laboratorium berasal dari bahasa latin yang berarti “tempat
bekerja”. Dalam perkembangannya, kata laboratorium mempertahankan arti
aslinya, yaitu “tempat bekerja” khusus untuk keperluan penelitian ilmiah.
Laboratorium adalah suatu ruangan atau kamar tempat melakukan kegiatan
praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat serta
adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap.

37
Alat–alat laboratorium adalah mesin, perkakas, perlengkapan, dan alat-
alat kerja lain yang secara khusus dipergunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan
produksi dalam skala terbatas.
Berdasrkan penjelasan diatas kami akan melaksanakan praktikum tentang
pengenalan alat–alat yang berada di laboratorium farmasetika dasar untuk
mengetahui dan dapat menggunakannya dengan cara yang baik dsn benar.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengenal alat–alat laboratorium
2. Mengetahui fungsi alat–alat laboratorium
3. Mengetahui cara kerja alat–alat laboratorium
1.3 Maksud Percobaan
1. Untuk mengenal alat–alat laboratorium
2. Untuk mengetahui fungsi alat–alat laboratorium
3. Untuk mengetahui cara kerja alat–alat laboratorium
1.4 Manfaat Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengenal alat–alat laboratorium
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi alat–alat laboratorium
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara kerja alat–alat laboratorium

38
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Alat Laboratorium
Definisi peralatan laboratorium adalah mesin, perkakas, perlengkapan, dan
alat kerja lain yang digunakan untuk pengujian, kalibrasi atau skala terbatas.
Peralatan laboratorium ini dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Peralatan kategori 1
Peralatan kategori 1 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan
perawatannya mudah dan resiko penggunaan rendah. Selain itu
akurasi/kecermatan pengukurannya rendah serta system kerjanya sederhana.
Pengoperasiannya cukup dengan menggunakan panduan (SOP, manual). Yang
termasuk peralatan kategori 1, misalnya: beker gelas dengan berbagai ukuran,
bola hisap, labu didih dengan berbagai ukuran, borol timbang dengan berbagai
ukuran, cawan Conway, Bunsen, corong, gelas/porselen, Erlenmeyer dengan
berbagai ukuran, gelas ukur dengan berbagai ukuran, labu goldfisch, labu kjedahl,
kaki tiga, kurs poselen, kuvet, labu ukur dengan berbagai ukuran, buret dengan
berbagai ukuran, mortal, penjepit, cawan petri, pinset, pipet berukuran, pipet
gondok, pipet tetes, rak tabung reaksi, tabung reaksi, thermometer, kawat Bunsen,
desikator, botol semprot dan lain-lain.
2. Peralatan kategori 2
Peralatan kategori 2 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan
perawatannya sedang, serta resiko pemggunaanya sedang. Selain itu akurasi/
kecermatan pengukurannya sedang dan system kerjanya tidak begitu rumit.
Pengoperasian peralatan kategori 2 memerlukan pelatihan khusus. Yang termasuk
peralatan kategori 2, misalnya waterbath, oven, incubator, sentrifus, vakum sealer,
microwave, goldfisch, dan kjedahl.
3. Peralatan kategori 3
Peralatan kategori 3 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan
perawatannya sulit, serta resiko penggunaan sulit. Selain itu akurasi/kecermatan
pengukurannya tinggi, system kerja rumit yang pengoperasiannya memerlukan

39
pelatihan khusus dan bersertifikat. Yang termasuk peralatan kategori 3, misalnya:
spektrofotometer, HPLC, GC, GCMS,tanur, dan rotary evaporator (Permenpan,
2010).
Secara umum pedoman pengoperasian peralatan laboratorium berdasarkan
standar yang sudah baku. Biasanya sudah disertakan ketika kita membeli peralatan
tersebut. Pedoman pengoperasian dibuat untuk membantu personel laboratorium
dalam mengoperasikan peralatan sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahan.
Pengoperasian peralatan dimuai dari kegiatan penyiapan peralatan (Reni Astuti,
2020).
Setiap alat yang akan dioperasikan harus dalam kondisi siap pakai, bersih,
berfungsi dengan baik dan terkalibrasi. Peralatan yang ada juga harus disertai
dengan buku petunjuk pengoperasian. Hal ini untuk mengantisipasi bila terjadi
kerusakan, buku manual tersebut dapat dimanfaatkan seperlunya (Reni Astuti,
2020).
2.1.2 Penggunaan alat
Pada saat praktikum, praktikan akan menggunakan alat-alat yang berada di
labotarorium. Alat dan bahan yang di gunakan ketika praktikum sangat penting
terlebih dahulu di pahami sehingga praktikan dapat menggunakannya dengan baik
dan mengetahui fungsinya dengan baik. Dalam penggunaan alat dan bahan
praktikum ini harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar alat tersebut tidak
rusak. Dengan mengenali alat dan bahan pula praktikan dapat mengetahui alat
danbahan apa mana saja yang berbahaya maupun tidak sehingga praktikan dapat
menggunakannya dengan baik dan mengetahui fungsinya dengan baik.
(Pamungkas, E, 2014).
2.1.3 Penyimpanan Alat
Laboratorium harus mempunyai ruang penyimpanan alat yang khusus,
bersih, berventilasi dan mudah dilalui bila diperlukan. Prinsip penyimpanan alat
sebagai berikut:
1. Sebelum disimpan, peralatan laboratorium harus dalam kondisi bersih.
2. Bahan dasar alat harus diketahui. Penyimpanan peralatan gelas tidak boleh
disatukan dengan peralatab besi atau kayu. Alat-alat yang jenisnya sama disimpan

40
pada tempat yang sama. Peralatan yang mempunyai sambungan gelas, misalnya
corong pemisah, buret dan soxhlet, harus dilepas sabungannya atau diolesi vaselin
sedikit pada waktu penyimpanan kemudian dipasang lagi untuk menghindari
kemacetan. Alat gelas juga harus disimpan dalam rak bagian atas untuk
menghindari tertimpa benda lain.
1. Berat alat harus diperhatikan. Alat yang berat harus diletakkan di bagian
bawah.
2. Alat-alat yang haruis digunakan harus diletakkan pada tempat yang mudah
dicapai.
3. Kepekaan alat harus diperhatikan
4. Alat yang disimpan harus aman dari kontaminasi uap atau bahan kimia.
5. Penyimpanan alat dipisahkan berdasarkan golongan bahan dasarnya.
6. Alat yang terdiri dari seperangkat, apabila disimpan harus lengkap. Kalaupun
terpisah harus berdekatan sehingga akan mudah mencarinya.
7. Alat listrik yang mempunyai arus, dalam penyimpanan, arus harus dibuang
dulu atau diputuskan dari sumber arusnya.
8. Tempat penyimpanan alat garus disesuaikan dengan bentuknya.
9. Alat-alat yang mahal harus disimpan di tempat yang aan dan terkunci
10. Semua alat yang disimpan sebaiknya diberi penutup, misalnya plastic
transparan. Alat-alat yang tanpa penutup akan cepat berdebu, kotor dan
akhirnya dapat merusak alat yang bersangkutan. (Reni Astuti, 2020).
2.1.3 Pengertian Laboratorium
Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan, percobaan
atau penilitian yang berhubungan dengan ilmu sains dan ilmu yang lain-lainnya.
Laboratorium bisa berupa ruangan yang tertutup seperti kamar atau ruangan
terbuka. Laboratorium juga merupakan tempat untuk mengaplikasi teori keilmuan,
pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penilitian dan sebagainya yang
menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari pasilitas dengan kuantitas
dan kualitas yang memadai.
Laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai
macam kegiatan penilitian (riset), pengmatan, pelatihan dang pengujian sebagai

41
pendekatan antar teori dan praktik dari berbagai macam disiplin ilmu. Secara fisik
laboratorium juga dapat merujuk kepada sesuatu tertutup, kamar, atau ruangan
terbuka. Laboratorium harus dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana untuk
berbagai kelengkapan kebutuhan percobaan. (Emha, H. 2002).
2.1.2 Jenis-jenis alat laboratorium
1. Alat Gelas
a. Dari namanya alat gelas terbuat dari bahn gelas atau kaca.
b. Bahan yang digunakan biasanya bersifat tahan panas atau tidak mudah
pecah saat dipanaskan pada suhu tinggi.
c. Bahan kaca digunakan karena memiliki sifat kuat dan jernih atau
transparan, sehingga memudahkan seorang mikrobiolog untuk
mengamati aktifitas mikroorganisme.
d. Kaca sangat mudah untuk dibentuk menjadi berbagai bentuk alat-alat
laboratorium dengan cara dipanaskan.
e. Kaca juga mudah untuk dibersihkan dari kotoran yang menempel, baik
dengan sabun,deterjen maupun zat kimia lainnya.
Peralatanya gelas laboratorium yaitu gelas ukur, gelas beaker, tabung
reaksi, pipet ukur, pipettetes, dan batang pengaduk. (Cappuccino, J. G. & N.
Sherman, 2002).
2. Alat Non-gelas
a. Peralatan non-gelas dibuat menggunakan bahan selain kaca, bisa
menggunakan besi, plastik, timbal, dan kayu.
b. Alat non-gelas juga dikategorikan sebagai peralatan yang cara
penggunaanya tidak perlu menggunakan bantuan listrik.
c. Alat non-gelas digunakan ubtuk menunjukan peralatan lain agar dapat
berfungsi dan menjaga usia simpan.
d. Peralatannya non-gelas laboratorium yaitu rak tabung reaksi,plastik obat,
pinset. (Cappuccino, J. G. & N. Sherman, 2002)
3. Alat Elektrik
a. Alat elektrik dapat diartikan sebagai peralatan yang membutuhkan
energy listrik untuk dapat menjalankan fungsinya.

42
b. Tanpa adanya listrik alat-alt ini tidak dapat bekerja atau tidak bekerja
secara optimal.
c. Energi listrik yang digunakan berasal dari instalasi PLN atau sumber
alternatif seperti genset dan tenaga surya.
d. Laboratorium memiliki banyak peralatan elektrik (>50%)
e. Peralatan elektrik laboratorium yaitu oven, lemari pendingin, timbangan
analitik dan water bath. (Cappuccino, J. G. & N. Sherman, 2002)
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979; Rowe et al, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Etil Hidrokarbon, Etil Hidrat, Spritus,
Dilitus
Rumus molekul : C2H5OH
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cara tidak berwarna, mudah menguap, dan mudah


bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Bercampur dengan air, praktis bercampur dengan
Pelarut organik
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat
Khasiat : Desinfektan
Kegunaan : Membersihkan alat dan sebagai zat tambahan

43
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan “Penggunaan Alat–Alat Laboratorium”
dilakukan pada hari Selasa, tanggal 07 Oktober 2021 pada pukul 08.40-10.40
WITA, bertempat di kampus 1, Jurusan Farmasi, Laboratorium Teknologi
Farmasi, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Pada praktikum kali ini alat-alat yang di kenalkan adalah alat pengisi
kapsul, botol coklat, botol sirup, cawan porselen, cetakan puposutoria, kaca arloji,
kertas perkamen, lap halus, lap kasar, lumpang alu, neraca, oven, pembersih
tabung, penjepit, pengaduk panjang, pengaduk pendek, pinset, pipet panjang,
pipet pendek, plastik pembungkus obat, pot salpe besar, pot salep kecil, spatula,
sudip, tabung reaksi, timbangan analtik, dan waterbath.
3.2.2 Bahan
Pada praktikum pengenalan alat-alat laboratorium kali ini bahan yang
digunakan adalah akolohol 70% dan tissu.

44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Nama Gambar Fungsi
1. Alat pengisi kapsul Berfungsi unutk membuat
kapsul sehingga di dapatkan
kapsul yang lebih seragam
dan pengerjaannya dapat
lebih cepat
2. Botol coklat Botol coklat memiliki lapisan
tipis di bahannya, untuk
melindungi zat yang
tersimpan di dalamnya dan
mencegah masuknya cahaya
3. Botol syrup Botol sirup Di gunakan untuk
menyimpan senyawa atau
sirup agar tidak terpengaruh
oleh cahaya matahari
4. Cawan porselin Berfungsi untuk menguapkan
larutan dalam jumlah besar
dan mengeringkan zat padat
yang basah dan pencampuran
zat saring pada zat yang tidak
menguap
5. Cetakan supositoria Berfungsi untuk mencetak
sediaan suppositoria

6. Kaca arloji Berfugsi untuk penutup gelas


kimia pada saat
dipanaskan,menimbang bahan
kimia yang berwujud
padatabn atau kristal.

45
7. Kertas perkamen Di gunakan Sebagai alas
timbangan dalam proses
menimbang bahan obat dalam
jumlah kecil dan digunakan di
apotik - apotik untuk
membungkus puyer atau obat
racikan untuk memudahkan
pasien menerima obat yang
diresepkan oleh dokter.
8. Lap halus Lap halus berfungsi melap
alat-alat laboratorium yang
terbuat dari gelas

9. Lap kasar Lap kasar berfungsi melap


alat-alat laboratorium yang
tidak terbuat dari gelas seperti
besi dan kayu
10. Lumpang alu alat ini berfungsi untuk
menghaluskan atau
menggerus suatu benda atau
zat
11. Oven Fungsi oven adalah sterilisasi
bahan dan alat yaitu
menggunakan prinsip udara
kering dengan temperatur dan
waktu tertentu. Biasanya
digunakan untuk sterilisasi
alat - alat kaca maupun logam
misalnya cawan petri, sudip,
jatum dan lainnya.
12. Pembersih tabung Fungsi pembersih tabung
reaksi reaksi, Untuk

46
menyikat/membersihkan
tabung reaksi setelah di
gunakan
13 Penjepit Berfungsi untuk menjepit
tabung reaksi saat digunakan

14. Spatula Fungsi spatula adalah untuk


mengambil bahan kimia padat
maupun serbuk pada saat akan
di timbang. Pengambilan
bahan ini harus dilakukan
dengan teliti, karena akan
ditimbang menggunakan
neraca analitik yang memiliki
tingkat ketelitian tinggi
15 Pengaduk pendek Pengaduk panjang Di gunakan
untuk mencampurkan bahan
kimia dan cairan untuk
keperlukan laboratorium
16. Pengaduk panjang Pengaduk panjang Di
gunakan untuk
mencampurkan bahan kimia
dan cairan untuk keperlukan
laboratorium
17. Pinset Pinset Laboratorium
merupakan alat bantu pick
atau angkat yang
sangatmudah digunakan,
menghindari tangan Anda
dari kontak langsung dengan
benda yang akan diangkat.

47
18. Pipet panjang Berfungsi untuk mengambil
cairan dalam skala tetesan
kecil dengan mengukur
volume yang teliti
19. Pipet pendek Berfungsi untuk mengambil
cairan dalam skala tetesan
kecil dengan mengukur
volume yang teliti
20 Plastik pembungkus Plastik pembungkus obat di
obat gunakan sebagai pembungkus
obat serbuk yang telah di
haluskan
21. Pot salep besar Pot salep besar Berfungsi
sebagai wadah untuk
menyimpan salep dengan
jumlah yang cukup
22. Pot salep kecil Pot salep kecil Berfungsi
sebagai wadah menyimpan
salep dg jumlah sedikit.

Sudip Fungsi sudip yaitu, Untuk


23. mengambil bahan-bahan
kimia dalam berupa padat
atau bubuk.
24 Tabung reaksi Menjadi wadah untuk
menampung berbagai reaksi
kimia dalam skala medium

Timbangan neraca Berfungsi untuk menimbang


25. bahan obat besar gram
kapasitas 250 gram (reage
125-250 kg) kapasitas 500

48
gram (reage 250 mg – 500 g)
kapasitas 1000 gram ( reage
500 mg – 1000 g)
26. Waterbath Alat pemanas dengan
menggunakan uap air. Alat ini
biasanya digunakan untuk
mencairkan basis salep.
27. Timbangan analitik Berfungsi untuk mengukur
masa suatu benda/bahan dan
yang memiliki kemampuan
lebih spesifik dan
dikhususkan untuk
menimbang benda dengan
bobot yang ringan
4.2 Pembahasan
1. Alat pengisi kapsul
Alat pengisi kapsul berfungsi untuk membuat kapsul sehingga di dapatkan
kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat.
Sebelum Anda memulai proses enkapsulasi, alat pengisi kapsul harus
bersihkan terlabuh dahulu dan keringkan area kerja. Hal ini untuk memastikan alat
pengisi kapsul bebas dari puing-puing. Ingat, ini adalah tempat Anda akan
menempatkan lembar cap enkapsulator. Pertama, letakkan cap sheet pada
permukaan yang rata dan letakkan sheet filler sheet di atasnya. Gunakan sekrup
stainless steel untuk memperbaikinya. Kedua, tuangkan jumlah yang tepat dari
tutup kapsul pada lembar enkapsulasi. Jumlah puncak kapsul ini harus sedikit
lebih banyak dari jumlah lubang pada mesin. Ketuk dan kocok mesin pengisi
kapsul dengan hati-hati agar tutup kapsul pas dengan lubang. Anda dapat
menutupi celah pada lembar enkapsulasi untuk mencegah agar kapsul tidak
tumpah. Ketiga, dengan semua lubang terisi, dapat menghapus kelebihan
puncak. Sekarang lepaskan lembar enkapsulasi kemudian sisihkan lembar tutup
dengan kapsul.
2. Botol Cokelat

49
Botol reagen, juga dikenal sebagai botol media atau botol bertingkat, adalah
wadah yang terbuat dari kaca, plastik, borosilikat atau bahan terkait, dan diberi
tutup atau sumbat khusus. Mereka dimaksudkan untuk mengandung bahan kimia
dalam bentuk cair atau bubuk untuk laboratorium dan disimpan di lemariatau di
rak. Beberapa botol reagen berwarna kuning (aktinik), coklat atau merah untuk
melindungi senyawa kimia peka cahaya dari cahaya tampak, radiasi ultraviolet
dan inframerah yang dapat mengubahnya. Botol lainnya berwarna biru (kaca
kobalt) atau hijau uranium untuk tujuan dekoratif-kebanyakan set apotek antik,
dari abad di mana seorang dokter atau apoteker adalah tokoh terkemuka. Botol-
botol itu disebut "lulus" ketika mereka memiliki tanda di sisi yang menunjukkan
perkiraan (seringkali dengan kesalahan 10%) jumlah cairan pada tingkat tertentu
di dalam wadah.
Botol reagen adalah jenis barang pecah belah laboratorium. Istilah " reagen
"mengacu pada zat yang merupakan bagian dari reaksi kimia (atau bahan) di
antaranya), dan "media" adalah bentuk jamak dari "medium" yang mengacu pada
cairan atau gas tempat reaksi terjadi di dalamnya, atau merupakan alat kimia
pemrosesan seperti (misalnya) fluks. Botol coklat memiliki lapisan tipis di
bahannya, yang berfungsi untuk melindungi zat yang tersimpan di dalamnya dan
mencegah masuknya cahaya (Wanmustafa, 2011).
3. Botol Sirup
Botol sirup Di gunakan untuk menyimpan senyawa atau sirup agar tidak
terpengaruh oleh cahaya matahari.
4. Cawan porselen
Cawan porselen adalah alat laboratorium yang memiliki bentuk setengah
bola yang mirip dengan mangkok kecil. bentuk inilah yang memudahkan proses
evaporasi atau penguapan lebih mudah karena luas permukaannya yang lebar.
Cawan porselen berfungsi untuk menguapkan larutan dalam jumlah besar
dan mengeringkan zat padat yang basah dan pencampuran zat. Selaian itu cawan
porselin digunakan sebagai wadah atau tempat penguapan bahan dari bahan yang
tidak mudah menguap, seperti garam dapur, gula dan sejenisnya (Wanmustafa,
2011).

50
Untuk menggunakan cawan porselen, dibutuhkan bunsen burner dan tripod.
Anda dapat menggunakan alat kimia kaki tiga sebagai tripod. Setelah anda selesai
menggunakan cawan penguap, cawan anda akan kotor akibat reaksi yang
dihasilkan oleh benda yang anda eksperimenkan. Maka dari itu, sebelum
melakukan pembersihan kepada cawan tersebut, pastikan anda untuk menunggu
cawan tersebut lebih dingin untuk bisa dipegang oleh tangan. Untuk mencucinya,
direkomendasikan menggunakan bahan yang mengandung asam untuk dapat
mentutaskan noda dengan mudah (Wanmustafa, 2011).
5. Cetakan Supositoria
Cetakan supositoria adalah cetakan yang digunakan untuk mencetak
supositoria yang terbuat dari baja tahan karat aluminium tembaga atau palstik.
Cetakan yang dipisah dalam sekat-sekat umumnya sanggu di buka secara
membujur. Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bentuk dan bobot
yang di berikan melalui rektal vagina uretra. Umumnya meleleh melunak atau
melarut pada suhu tubuh (Depkes RI, 1995).
Cetakan supositoria berfungsi untuk mencetak sediaan suppositoria. Cara
kerja cetakan supositoria yaitu pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya
diatas penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat
yang berlebihan, kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan
kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah
didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel. Kemudian dinginkan
beberapa saat pada suhu kamar, kemudian bekukkan didalam lemari es sampai
beku lepas supositoria dari cetakan (Anif, 2006).
Menurut Winarti (2013), wadah untuk supositoria adalah alumunium viol,
yang berfungsi untuk mencegah lengket pada cetakan maka sebelum dipakai
cetakan di lapisi dengan gliserin pada pengisian cetakan harus diisi lebih, gres
sehabis cuek kelebihannya dipotong.
6. Kaca Arloji
Kaca arloji adalah alat laboratorium yang terbuat dari kaca bening dan
berbentuk lingkaran dengan permukaan cekung seperti piring. Kaca arloji tersedia
dalam beberapa jenis ukuran dari yang kecil hingga besar. Kita akan mudah

51
menemukan kaca arloji dalam setiap laboratorium kimia karena ini merupakan
alat dasar yang memang harus dimiliki oleh setiap laboratorium. Kaca arloji
berfungsi untuk penutup gelas kimia pada saat dipanaskan, menimbang bahan
kimia yang berwujud padatan atau kristal (Anif, 2006).
Namun ketika menggunakan kaca arloji, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan, yaitu ketika kita menggunakan kaca arloji sebagai wadah dalam
penimbangan adalah setelah kita menempatkannya dalam neraca analit, maka kita
perlu melakukan penyesuaian angka skala dengan menekan tombol “tare” dalam
neraca analit.
7. Kertas Perkamen
Kertas perkamen adalah jenis kertas yang tampak transparan dan memiliki
tekstur yang tampak kasar. Kendati teksturnya kelihatan kasar, pada permukaan
kertas ini terasa licin ketika disentuh. Kertas ini memiliki sifat yang tahan
terhadap lemak. Sifat ini yang menjadikannya memiliki keunggulan daripada
kertas lainnya. Lalu juga memiliki permukaan yang bebas serat dan tidak
memiliki bau (Wanmustafa, 2011).
Kertas perkamen dapat di gunakan sebagai alas timbangan dalam proses
menimbang bahan obat dalam jumlah kecil dan digunakan di apotik-apotik untuk
membungkus puyer atau obat racikan untuk memudahkan pasien menerima obat
yang diresepkan oleh dokter.
8. Lap halus
Lap halus berfungsi melap alat-alat laboratorium yang terbuat dari gelas
(Wanmustafa, 2011).
9. Lap kasar
Lap kasar berfungsi melap alat-alat laboratorium yang tidak terbuat dari
gelas seperti besi dan kayu (Wanmustafa, 2011).
10. Lumpang alu
Lumpang dan alu adalah alat laboratorium yang terbuat dari porselen atau
porcelain ware. Bahan atau zat yag digerus dan dihaluskan tidak akan tertinggal
pada lumpang dan alu seperti halnya bila menggunakan lumpang dan alu yang
berbahan batu. Lumpang dan alu adalah sepasang alat yang telah digunakan sejak

52
zaman purbakala untuk menumbuk, menggiling, melumat, mengulek, dan
mencampur bahan-bahan tertentu (misalnya bumbu dapur, rempah-rempah, jamu,
atau obat-obatan) (Wanmustafa, 2011).
Alat ini berfungsi untuk menghaluskan atau menggerus suatu benda atau
zat.
Pastikan mortar dan alu dalam keadaan bersih tanpa ada kontaminasi dari sisa-sisa
bahan sebelumnya. Jika kotor maka bisa dibersihkan dengan menggunakan
akuades dan tisu kering. Sampel kedalam mortar dan tumbuk dengan perlahan
menggunakan alu. Jika sampel sudah halus maka bisa digunakan untuk analisa
pengujian selanjutnya. Mulut dari mortir senantiasa mengarah ke kiri, maksudnya
agar ketika stamper dibersihkan stamper senantiasa tetap pada mulut mortir.
Stamper dipegang seperti memegang pulpen. Stamper diputar berlawanan dengan
arah jarum jam. Permukaan stamper dibersihkan dengan cara memutarnya,
sementara mika tetap berada dikepala stamper. Diulangi beberapa kali sampai
serbuk halus (Suwarni, 2010).
11. Oven
Oven laboratorium atau yang dikenal dengan drying oven adalah alat lab
yang digunakan untuk melakukan sterilisasi dan pembersihan dengan
memanfaatkan udara kering. Berbagai alat laboratorium yang sudah digunakan
akan disterilkan sebelum digunakan kembali.
Fungsi oven adalah sterilisasi bahan dan alat yaitu menggunakan prinsip
udara kering dengan temperatur dan waktu tertentu. Biasanya digunakan untuk
sterilisasi alat-alat kaca maupun logam misalnya cawan petri, sudip, jatum dan
lainnya. Selain itu oven berfungsi untuk mengeringkan alat-alat (Departemen
Teknik Kimia, 2018).
Hubungkan oven dengan sumber listrik yang ada di laboratorium.Setelah
terhubung dengan sempurna, tekan tombol ON/OFF yang ada di oven. Tunggu
beberapa saat hingga display pada oven dapat menyala.Sekarang waktunya
sesuaikan suhu yang harus digunakan dengan memilih pada tombol temperatur.
Sesuaikan juga timer oven sesuai keperluan Anda. Tunggu sebentar hingga suhu
di dalam oven sudah mencapai angka yang diinginkan.Sekarang Anda dapat

53
memasukkan alat atau sampel yang akan dioven. Tunggu sampai proses
pengovenan selesai sesuai timer yang telah ditentukan. Selanjutnya, ambil alat
yang telah dioven dengan maksial. Terakhir, matikan oven dengan menekan
tombol ON/OFF lalu tunggu beberapa saat hingga display mati (Departemen
Teknik Kimia, 2018).
Alat-alat gelas disusun rapi dan teratur, apabila pemanasan diatas suhu
1000C, tidak boleh memasukkan alat/bahan yang terbuat dari karet, plastic atau
bahan yang gampang rusak jangan mengeringkan pipet ukur dan labu ukur karena
volume bakal berubah catat waktu dan suhu/ temperature tiap-tiap kali alat
dijalankan alat mesti bersih dan bebas debu alat-alat yang bakal disterilkan di
bungkus dengan kertas sampul atau aluminium voil, bertujuan untuk menjaga dan
menjaga bahan yang tersedia didalam gelas reaksi agar tidak terkontaminasi. Oven
yang baik adalah oven yang selamanya dirawat. Sebelum oven digunakan
membersihkan seluruh aksesori dan rak tatakan. Selalu pastikan steker oven sudah
dicabut dan oven sudah dingin sebelum akan dibersihkan. Buka pintu oven dan
bagian didalam dibersihkan dengan lap lembut didalam air panas atau detergen.
Zat abarsif jangan digunakan untuk membersihkan oven. Jangan mengelap elemen
pemanas. Bagian luar mampu dibersihkan dengan lap basah (Departemen Teknik
Kimia, 2018).

12. Pembersih Tabung Reaksi


Sikat pembersih tabung reaksi adalah alat untuk membersikan tabung reaksi
atau alat-alat kimia lain dengan diameter lubang yang kecil. Sikat pembersih
tabung ini digunakan untuk membersikan tabung reaksi, gelas ukur, labu ukur,
dan lain-lain setelah digunakan. Fungsi pembersih tabung reaksi, Untuk menyikat/
membersihkan tabung reaksi setelah di gunakan.
13. Penjepit
Penjepit kayu merupakan alat untuk menjepit tabung reaksi pada saat
dipanaskan dan memindahkan tabung yang telah dipanaskan ataupun pada saat
proses pemanasan.

54
Penjepit tabung reaksi adalah alat yang terbuat dari kayu dan digunakan
untuk menjepit tabung reaksi disaat proses pemanasan. Atau bisa juga digunakan
untuk mengambil kertas saring dan benda-benda lab lain disaat kondisi alat
tersebut panas. Penjepit berfungsi untuk menjepit tabung reaksi saat digunakan.
14. Spatula
Spatula laboratorium dikenal sebagai alat yang digunakan untuk mengambil
objek penelitian. Alat laboratorium ini berbentuk sendok kecil, pipih, dan
memiliki tangkai. Spatula didesain untuk pengambilan bahan dengan jumlah yang
sedikit dan berukuran kecil. Untuk fungsi itulah, maka pada spatula laboratorium
terdapat dua jenis ujung, yaitu ujung melengkung seperti sendok dan ujung lain
yang berbentuk datar. Kedua ujung spatula ini dapat digunakan untuk mengambil
bahan padat maupun serbuk (Wanmustafa, 2011).
Fungsi spatula adalah untuk mengambil bahan kimia padat maupun serbuk
pada saat akan di timbang. Pengambilan bahan ini harus dilakukan dengan teliti,
karena akan ditimbang menggunakan neraca analitik yang memiliki tingkat
ketelitian tinggi.
15. Pengaduk pendek
Batang pengaduk merupakan sebuah peralatan laboratorium yang digunakan
untuk mencampur bahan kimia dan cairan untuk keperluan laboratorium. Selain
untuk mencampur larutan
Pengaduk panjang di gunakan untuk mencampurkan bahan kimia dan cairan
untuk keperlukan laboratorium.
16. Pengaduk panjang
Batang pengaduk merupakan sebuah peralatan laboratorium yang digunakan
untuk mencampur bahan kimia dan cairan untuk keperluan laboratorium. Selain
untuk mencampur larutan. Pengaduk panjang di gunakan untuk mencampurkan
bahan kimia dan cairan untuk keperlukan laboratorium.
17. Pinset
Pinset adalah alat bantu yang berfungsi untuk menjepit atau menggenggam
suatu objek yang kecil atau objek lainnya yang tak bisa dipegang oleh tangan
secara langsung atau bisa juga untuk mengambil atau menarik beberapa objek

55
kecil atau pun yang sangat lembek (lembut). Pinset laboratorium merupakan alat
bantu pick atau angkat yang sangat mudah digunakan, menghindari tangan dari
kontak langsung dengan benda yang akan diangkat. Pinset terbuat dari besi dan
mempunyai ujung lancip yang digunakan untuk menjepit sampel atau benda kecil
dan lunak (Wanmustafa, 2011).
Meski jenis dan fungsi pinset yang telah disebutkan tadi berbeda-beda,
semuanya dapat digunakan dengan cara yang sama. Baik petugas medis maupun
laboratorium dapat mengoperasikan pinset menggunakan ibu jari dan dua atau tiga
anak jari dalam satu tangan dengan mekanan bagian tengah dari kedua bilah atas
dan bawah dengan begitu, pinset bisa menggenggam objek atau jaringan kecil
dengan tepat.
18. Pipet panjang
Pipet adalah alat untuk memindahkan volume cairan yang telah terukur.
Alat ini terdiri dari beberapa jenis dengan bentuk, fungsi, dan tingkat ketelitian
yang berbeda. Macam-macam pipet diantaranya yaitu; Pipet tetes, pipet ukur dan
pipet volume
Berfungsi untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil dengan
mengukur volume yang teliti
19. Pipet pendek
Pipet adalah alat untuk memindahkan volume cairan yang telah terukur.
Alat ini terdiri dari beberapa jenis dengan bentuk, fungsi, dan tingkat ketelitian
yang berbeda. Macam-macam pipet diantaranya yaitu; Pipet tetes, pipet ukur dan
pipet volume.
Berfungsi untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil dengan
mengukur volume yang teliti
20. Plastik pembungkus obat
Plastik pembungkus obat adalah suatu wadah/kantong berbahan LDPE yang
dapat digunakan sebagai pembungkus dan mempunyai rel atau "klip" di atasnya
yang bisa dibuka atau ditutup kembali. Plastik pembungkus obat di gunakan
sebagai pembungkus obat serbuk yang telah di haluskan.
21. Pot salep besar

56
Pot salep besar Berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan salep dengan
jumlah yang cukup.
22. Pot salep kecil
Pot salep kecil Berfungsi sebagai wadah menyimpan salep dengan jumlah
sedikit.
23. Sudip
Spatula atau sudip adalah alat untuk mengambil objek. Spatula yang sering
digunakan di laboratorium biologi atau kimia berbentuk sendok kecil, pipih dan
bertangkai. Spatula yang terbuat dari logam (stainlessteel) digunakan untuk
mengambil objek yang telah diiris untuk sediaan mikroskop. Fungsi sudip yaitu
untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam berupa padat atau bubuk. Sudip
digunakan untuk memudahkan mengambil racikan bahan obat dari lumpang.
Sudip biasa terbuat dari bahan plastik (Wanmustafa, 2011).
24. Tabung reaksi
Menurut Hery (2017), tabung reaksi adalah peralatan gelas yang terbuat dari
kaca atau plastik yang dapat menahan perubahan temperatur dan tahan terhadap
reaksi kimia. Bentuknya kira kira sebesar jari tangan manusia. Tabung reaksi
tersedia dalam berbagai macam ukuran. Namun pada umumnya memiliki ukuran
berdiameter 10-20 dengan panjang 50-200 mm.
Tabung reaksi menjadi wadah untuk menampung berbagai reaksi kimia
dalam skala medium. Tabung reaksi juga berfungsi sebagai tempat mereaksikan
bahan kimia dalam laboratorium. Cara meggunakan tabung reaksi ialah, tabung
reaksi dipanaskan terlebih dulu ke dalam gelas kimia yang sudah diisi air.
Kemudian proses pemanasan berlanjut dengan menggunakan kompor/pembakar
spiritus. Untuk menjaga keamanan selama proses penggunaan, memegang tabung
reaksi harus menggunakan jepitan. Tidak boleh langsung tangan kosong karena
dapat langsung merasakan panas yang cukup tinggi. Keselamatan pun dapat
terancam juga (Wanmustafa, 2011).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat menggunakan tabung reaksi yaitu
tidak memegang tabung reaksi dengan tangan telanjang ketika sedang dipanaskan.
Memasang penjepit tabung reaksi dari atas tabung maupun dari bawah tabung.

57
Tidak mengelap dan membersihkan bagian dalam tabung reaksi (Wanmustafa,
2011).
25. Timbangan neraca
Timbangan neraca adalah alat yang dipakai dalam melakukan pengukuran
massa suatu benda. Berfungsi untuk menimbang bahan obat besar gram kapasitas
250 gram (reage 125-250 kg) kapasitas 500 gram (reage 250 mg – 500 g)
kapasitas 1000 gram (reage 500 mg– 1000 g).
Cukup lepas pengunci kemudian taruh beda dalam cawan atau wadah.
Jangan lupa terlebih dahulu lakukan kalibrasi dengan cara dengan cara memutar
sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi
dua garis pada neraca sejajar. Pastikan benar-benar sejajar agar tidak terjadi
keslahan penimbangan. Setelah itu geser anting di ketiga lengannya mulai dari
lengan belakang ke lengan depan. Setelah itu jumlahkan nilai dari ketiga lengan
tersebut.
26. Waterbath
Water bath merupakan peralatan laboratorium yang berisi air atau cairan
khusus yang bisa mempertahankan suhu pada kondisi tertentu selama selang
waktu yang ditentukan. Fungsi dari water bath adalah untuk menciptakan suhu
yang konstan, menginkubasi pada analisis mikrobiologi. melebur basis,
menguapkan ekstrak untuk mereaksikan zat diatas suhu ruangan dan aktifitas
enzim. Alat pemanas dengan menggunakan uap air. Alat ini biasanya digunakan
untuk mencairkan basis salep (Departemen Teknik Kimia, 2018).
Waterbath bekerja dengan cara memanaskan air dengan heater sampai suhu
air naik dan sesuai dengan suhu yang kita pilih, heater akan berhenti memanaskan
air ketika waktu yang telah ditentukan telah tercapai. Untuk memaksimalkan
kinerja water bath, perlu adanya indikator level air dan safety circuit. Indikator
level air berfungsi sebagai indikator yang menunjukkan level air di dalam
waterbath, hal tersebut bertujuan agar heater selalu terendam dalam air supaya
heater dapat bekerja secara maksimal (Departemen Teknik Kimia, 2018).
27. Timbangan analitik

58
Neraca Analitik merupakan alat untuk mengukur berat (terutama yang
berukuran kecil) atau alat untuk menimbang suatu zat. Alat ini biasanya
diletakkan di laboratorium sebagai alat ukur dalam kegiatan penelitian (Day R.A.
dan Underwood A.L., 2002).
Berfungsi untuk mengukur masa suatu benda/bahan dan yang memiliki
kemampuan lebih spesifik dan dikhususkan untuk menimbang benda dengan
bobot yang ringan. Cara menggunakan neraca analitik yang baik dan benar yaitu
pastikan neraca analitik pada posisi yang benar, setting water pas agar sesuai
dengan petunjuk manual book. Tempatkan neraca analitik pada posisi yang jauh
dari hembusan angin dan panas berlebih calibrasi atau tara neraca analitik sebelum
menggunakan. Hindarkan neraca analitik dari medan magnet sekitar. Selalu
bersihkan neraca analitik jika sudah digunakan. Matikan neraca analitik jika tidak
digunakan dalam waktu lama (Departemen Teknik Kimia, 2018).
Pastikan neraca selalu dikalibrasi atau diatur ulang sebelum dipakai
menimbang zat atau sampel baru. Proses kalibrasi dapat dilakukan secara
eksternal dengan bandul maupun secara internal tanpa melibatkan komponen
tambahan. Selalu gunakan alas seperti wadah, gelas, atau kertas saat akan
meletakkan sampel di atas piringan timbangan. Timbangan analitik harus selalu
berada di ruangan dengan suhu yang stabil sehingga perubahan temperatur tidak
akan memengaruhi penghitungan massa benda (Departemen Teknik Kimia, 2018).

59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Alat-alat laboratorium merupakan komponen penting dalam menunjang
kerja praktikum kefamasian. Pengenalan alat-alat laboratorium menjadi suatu
keharusan bagi mahasiswa farmasi. Dengan mengetahui jenis-jenis alat, fungsi
dan cara kerja diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan praktikum dengan baik
dan memninimalisir risiko kecelakan dalam praktikum.
Dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai alat-alat
laboratorium, mahasiswa juga dapat belajar dengan cepat dan diharapkan
mendapat proses pengalaman praktikum, sesuai standar sehingga menghasilkan
tenaga kefamasian yang handal.
Melalui praktik pengenalan alat–alat laboratorium yang telah kami lakukan,
dan berbagai literatur bacaan yang telah kami susun pada bab 2 serta penjelasan
yang telah kami jabarkan pada bab 4 dapat disimpulkan bahwa kami telah
mengenal, mengetahui dan memahami dengan baik berbagai alat laboratorium,
jenis-jenis dan kegunaannya dalam praktikum.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Saran kami kepada jurusan farmasi universitas negeri gorontalo agar lebih
menunjang kegiatan pratikum farmasetika dasar agar lebih maksimal. Baik itu
menyediakn fasilitas seperti halnya alat–alat didalam laboratorium dan
administrasinya lainnya.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Dapat memberikan dukungan kelengkapan alat–alat laboratorium agar
praktikan dapat melaksanakan pratikum dengan lebih maksimal.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Saran kami untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam
menjalankan praktikum farmasetika dasar sehingga praktikum dapat menjalakn
prosedur kegiatan dengan baik.

60
5.2.4 Saran untuk praktikan
Saran agar lebih ditingkatkan rasa kerja sama dan tanggung jawabnya agar
praktikum dan laporan dapat terselesaikan tepat waktu dan dapat meminimalisir
pertengkaran diantara anggota.

61
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Anief. 2008. Manajement Farmasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Cappuccino, James G., Sherman, Natalie. 2002. Manual Laboratorium Biologi.


Jakarta: EGC.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid I. Jakarta:


Erlangga.

Day, R A, dan Underwood, A L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.


Jakarta: Erlangga.

Departemen Teknik Kimia. 2018. Instruksi Kerja Alat Laboratorium Penelitian.


Medan: Universitas Sumatera Utara

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Emha, H. 2002. Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah. Bandung: PT


Remaja Roesda Karya.

Hery, P. 2017. Alat dalam laboratorium Sekolah. Jakarta

Pamungkas, Egi P. 2014. Pengenalan Alat dan Bahan Praktikum. Fakultas


Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.

Reni Astuti, 2020. Manajemen Laboratorium yang Cerdas, Cermat, dan Selamat.
Jawa Barat: CV Jejak.

Wanmustafa. 2011. Pengertian dan Fungsi Laboratorium. Surakarta: Universitas


PGRI.

Winarti, S., Harada, T., Maraoka, M., Ishii, M. 2004. Superiority of Water
Application to Water Sealing in Burn Wound Healing. Osaka City Med

62
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat dan bahan

1. Alat

Cetakan kapsul Neraca analitik Waterbath

Neraca kasar Oven Lap halus

Pipet kecil Batang Batang pengadul


pengaduk

Spatula Pinset Pipet tetes

Sikat tabung Penjepit Tabung reaksi

63
Kaca arloji Pot saleb kecil Cawan perselin

Botol coklat Pot saleb besar Kertas


perkamen

Sudip Lap kasar Plastic obat

Botol sirup

2. Bahan

Tisu Alcohol 70%

Laporan praktikum

64
FARMASETIKA DASAR
“Serbuk Bagi”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Praktikum Farmasetika


Dasar 2021

OLEH:

KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : B-D3 FARMASI 2021
ASISTEN : NABILA BASALAMAH

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021

65
Lembar pengesahan

FARMASETIKA DASAR
“Serbuk Bagi”

OLEH:
KELOMPOK IV

1. Faradhilah Pratiwi Yasilu (821321047)

2. Natasya Melly Julianti (821321051)

3. Siti Anggraini Dunggio (821321055)

4. Nafisah Nur Auliyah S. (821321059)

5. Alfikar Husain (821321063)

6. Priska Eka Diva (821321067)

7. Ajeng Pratistha Putri S. (821321071)

Gorontalo, November 2021 Nilai


Mengetahui, Asisten

NABILA BASALAMAH

66
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan
rahmat, hidayah dan taufiq-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
“Serbuk Bagi” tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan
kepada nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, sehingga pada
umatnya hingga akhir zaman, Aamiin.
Banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu kami
dalam menyelesaikan laporan ini, ucapan terimakasih juga kepada Bapak Apt
Mohamad Aprianto Paneo, M.Farm selaku dosen pembimbing, koordinator umum
dan asisten kami yang telah membantu selama proses praktikum.
Sebagai manusia biasa kami menyadari bahwa kami tidak pernah luput
dari Dari khilaf dan salah. Demikian juga dalam penulisan proses ini. Oleh karena
itu dengan hati tulus, kami akan menerima saran dan kritikan yang dapat
menyempurnakan laporan ini.
Wassalamu’alaikumm Warahmatullahi Wabbarakatuh

Gorontalo, November 2021

Kelompok IV

67
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Maksud Percobaan.............................................................................2
1.3 Tujuan Percobaan..............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................3
2.1 Dasar Teori......................................................................................3
2.2 Uraian Bahan...................................................................................7
BAB III METODE KERJA.........................................................................10
3.1 Alat-Alat yang Digunakan...............................................................10
3.2 Bahan Yang Digunakan...................................................................10
3.3 ProsedurKerja..................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................12
4.1 Hasil Pengamatan.............................................................................12
4.2 Perhitungan Bahan............................................................................12
4.3 Pembahasan......................................................................................14
4.4 Resep................................................................................................16
4.5 Narasi Resep.....................................................................................17
4.6 Nama Latin.......................................................................................17
BAB V KESIMPULAN...............................................................................18
5.1 Kesimpulan .....................................................................................18
5.2 Saran................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

68
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan
obat secara pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaannya yang aman. Salah satu ilmu yang dipelajari dalam farmasi adalah
farmasetika dasar.
Farmasetika dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan
obat; meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat
obatan; seni peracikan obat serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu sehingga siap digunakan sebagai obat; serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat
digunakan dan diberikan kepada pasien (Syamsuni, 2006).
Obat sering disebut obat modern ialah suatu bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan, atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rahaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian
badan manusia. Pasien yang tidak bisa minum obat dalam bentuk tablet bisa
dibuat obat dalam bentuk serbuk.
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi
sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak,
biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk
mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44. Serbuk terbagi atas
dua yaitu pulvis dan pulveres.
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, antara lain yaitu pulvis adspersorius (serbuk tabur / bedak) yang
merupakan serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat dikemas dalam wadah
yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.

69
Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh
agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka (Syamsuni, 2006).
Pulveres atau serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau
atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung
lilin, kemudian dilapisi dengan kertas logam (Dirjen POM, 1979).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukanlah praktikum serbuk bagi untuk
mengetahui tentang cara pembuatan serbuk bagi beserta bahan-bahan yang
digunakan didalamnya. Pembuatan sediaan serbuk sangat penting diketahui untuk
dapat diterapkan pada pelayanan kefarmasian khususnya di apotek, puskesmas
maupun rumah sakit.
1.2 Maksud Praktikum
4. Mahasiswa mengetahui definisi tentang serbuk bagi
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami syarat-syarat dari sediaan
serbuk
6. Mahasiswa mampu dapat mengetahui dan memahami keuntungan dan
kerugian dari sediaan serbuk
1.3 Tujuan Praktikum
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi tentang serbuk bagi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami syarat-syarat dari
sediaan serbuk
3. Agar mahasiswa mampu dapat mengetahui dan memahami keuntungan dan
kerugian dari sediaan serbuk

70
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Dasar Teori
2.1.5 Serbuk
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi
sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak,
biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk
mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44 (Dirjen POM,
1979).
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena mempunyai
luas permukaan, serbuk lebih mudah terdispersi atau lebih larut daripada bentuk
sediaan yang dipadatkan. Anak-anak atau orang dewasa yang sukar menelan
kapsul atau tablet yang mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk (Dirjen
POM,1995)
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian oral atau dalam atau untuk pemakaian luar. Bentuk serbuk
mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih
mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padat lainnya (seperti kapsul, tablet,
pil) (Syamsuni,2006).
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi
sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak
menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk mengandung
lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44 (Depkes RI,1978).
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Pada pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus, lebih dahulu
sampai derajat halus tertentu halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak
lebih (Anief 1995).

71
Serbuk adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok.
Campuran serbuk kering ditambah zat tambahan yang bersifat netral atau
indiferen (Anief,2003).
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih
sama, yang dibungkus menggunakan menggunakan bahan pengemas yang cocok
untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah
meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang
mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam (Chairunnisa,2009).
Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambahkan zat
tambahan yang berkhasiat netral atau indiferen, seperti saccharum lactis dan
saccharum album. Serbuk yang diberikan pada penderita diabetes tidak boleh
digunakan saccharum album sebagai tambahan, tetapi gunakan mannitum atau
saccharum lactis (Ansel 1989).
Penggunaan serbuk lebih banyak diberikan kepada pasien anak-anak yang
masih belum mampu menelan obat kapsul atau tablet secara baik, maka puyer
menjadi salah satu pilihan alternatif yang dianggap lebih efisien bila diberikan
kepada pasien anak. Obat dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan pasien, praktis,
cara pemberian yang mudah khususnya untuk anak yang masih kecil yang belum
dapat menelan tablet (Wiedyaningsih,2013).
2.1.6 Syarat-syarat serbuk
Menurut Syamsuni (2006), secara umum syarat serbuk adalah sebagai
berikut:
5. Kering
6. Halus
7. Homogen
8. Memenuhi uji keragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman
kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk
terbagi atau pulveres yang mengandung obat keras, narkotik, dan
psikotropik.

72
2.1.7 Metode Pembuatan Serbuk
Menurut Syamsuni (2006), metode pembuatan serbuk adalah sebagai
berikut:
5. Trituration, mencampurkan bahan obat dalam mortir dengan stamper.
6. Spatulation, mencampur bahan obat langsung diatas kertas.
7. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup.
8. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup yang
dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian digoyang-
goyangkan.
2.1.8 Keuntungan dan Kerugian Serbuk
Menurut Syamsuni (2006), keuntungan dan kerugian sediaan serbuk, antara
lain:
c. Keuntungan
7) Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan.
8) Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih
mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
9) Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak ditemukan
dalam sediaan serbuk.
10) Obat yang tidak stabil dalam suspense atau larutan air dapat dibuat dalam
bentuk serbuk.
11) Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat dalam bentuk serbuk.
12) Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita.
d. Kerugian
3) Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket di
lidah, amis).
4) Terkadang menjadi lembab atau basah pada penyimpanan

73
2.1.8 Serbuk Bagi
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus
dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian
dilapisi lagi dengan kertas logam (Dirjen POM, 1979).
Pulveres atau serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau
atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung
lilin, kemudian dilapisi dengan kertas logam (Depkes RI,1978).
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang
cocok (Syamsuni,2006).
2.1.9 Cara Pembuatan Serbuk Bagi
Dalam pembuatan serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.
Maka itu untuk menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir
panas. Jika jumlahnya obat kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat
ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok.
Obat bermassa lembek misalnya ekstak kental dilarutkan kedalam pelarut yang
sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang cocok.
Jika serbuk obat mengandung bahan yang mudah menguap, dikeringkan dengan
pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok. (Dirjen
POM,1979).
2.1.10 Kelebihan dan Kekurangan Serbuk Bagi
Kelebihan dari bentuk serbuk bagi yaitu serbuk mempunyai luas permukaan
yang lebih luas sehingga lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan
yang dipadatkan. Serbuk juga lebih mudah digunakan untuk anak-anak atau orang
tua yang sukar menelan tablet atau kapsul, tetapi serbuk juga memiliki
kekurangan yaitu tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak dan pada
penyimpanan terkadang menjadi lembap atau basah. Sediaan serbuk terbagi

74
(pulveres) yang baik harus memenuhi syarat yaitu homogen, kering, mempunyai
derajat kehalusan tertentu serta harus memenuhi persyaratan meliputi
keseragaman bobot dan keseragaman kandungan atau dosis (Syamsuni, 2006).
Kelebihan dari serbuk yaitu dokter lebih leluasa memilih dosis yang sesuai
keadaan pasien, lebih stabil terutama untuk obat yang rusak oleh air, penyerapan
lebih sempurna dibandingkan sediaan padat lainnya, cocok untuk anak-anak dan
dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet obat yang volumenya besar dan
tidak dapat dibuat tablet dapat dibuat serbuk (Anief, 2007)
Kekurangannya adalah tidak sesuai untuk obat yang bersifat sangat
higroskopis, deliquescent, campuran eutetik, atau zat yang mudah menguap.
(Hendrason, 2013).
Kekurangan dari serbuk yaitu rasa dan bau yang tidak enak tidak dapat
ditutupi, pada penyimpanan bisa menjadi lembab, peracikannya membutuhkan
waktu yang lebih lama, kurang baik untuk zat yang mudah terurai (Anief, 2007)
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, metanol, etanol, isopropil alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus struktur :

Berat molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah terbakar, berbau khas panas,
memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
dan dalam eter P

75
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, yaitu terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga pembersih alat
praktikum yang dapat membunuh kuman
Khasiat : Sebagai antiseptik (menghambat pertumbuhan
dan membunuh mikroorganisme)
2.2.2 Ambroxol (Martindale 1565)
Nama resmi : METHYL AMINOCYCLOHEKSANOL
Nama Lain : Ambroxol HCI
Rumus molekul : C13H18BR2N2O
Berat molekul : 378,1
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk kristal putih atau sedikit kekuningan,


Kelarutan : Sedikit larut dalam air, larut dalam methanol,
praktis tidak larut dalam klorofom
Khasiat : Sebagai mukolitik ekspktoran
Penyimpanan : Lindungi dari cahaya.
2.2.3 Ampicillin (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : AMPICILINUM
Rumus molekul : C16H19N3O4S
Berat molekul : 349,41
Rumus molekul :

Pemerian : Serbuk hablur renik, putih, tidak berbau, atau

76
hamper tidak berbau rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 170 again air praktis, tidak larut
dalam etanol, (95%) p, dalam klorofom p,
dalam eter p, dalam aseton p, dan dalam
minyak lemak
Khasiat : Antibiotikum
2.2.3 Dexametason (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : DEXAMETHASONUM
Rumus molekul : C22H29FO5
Berat molekul : 392,47
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih atau hamper putih


tidak berbau rasa agak pahit
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 42 bagian
etanol, (95%) p, dan dalam 105 klorofom p.
Khasiat : Antihistamin, adrenoglukokortikoidum

77
BAB III
METODE KERJA
1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Farmasetika Dasar dengan pecobaan serbuk bagi, dilaksanakan
pada tanggal 26 Oktober 2021 pukul 08.45-10.45 WITA. Pelaksanaan praktikum
bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
1.2 Alat dan Bahan
1.2.a Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum serbuk bagi yaitu lumpang
dan alu, sendok spatula, dan sudip.
1.2.b Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu alcohol 70%, etiket putih, ampicillin,
ambroxol, dexamethasone, kertas perkamen, plastik obat dan tissue.
1.3 Prosedur Kerja
1.3.a Resep Ampicilin
9. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
10. Dibersihkan alat dengan menggunakan alcohol 70%.
11. Dimasukkan obat ampicillin sebanyak 4 tablet ke dalam lumpang.
12. Digerus hingga homogen.
13. Disiapkan kertas perkamen sebanyak 12 lembar.
14. Dibagi serbuk diatas kertas perkamen dengan bobo yang kurang lebih sama.
15. Dibungkus kedalam kertas perkamen sesuai dengan cara pengemasan yang
baik.
16. Dimasukkan kedalam plastic obat.
17. Diberi etiket berwarna putih.

78
1.3.b Resep Ambroxol dan Dexamethasone
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan alat menggunakan alcohol 70%.
3. Ditambahkan ambroxol sebanyak 6 tablet ke dalam lumpang dan digerus
hingga homogen.
4. Ditambahkan dexamethasone sebanyak 2 tablet ke dalam lumpang dan
digerus hingga homogen.
5. Disiapkan kertas perkamen sebanyak 5 lembar
6. Dibagi serbuk diatas kertas perkamen dengan bobot yang kurang lebih
sama.
7. Dikemas kedalam kertas perkamen sesuai dengan cara pengemasan yang
baik.
8. Dimasukkan kedalam plastik obat
9. Diberi etiket berwarna putih

79
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil

Dr. Setia Bdi

SIP : 1989xxxx
Gambar 4.1
Jl. Budi Utomo No. 59
Sediaan Serbuk Bagi
Telp (0435)xxxx

Gorontalo 26-10-2021
4.2 Resep Asli

R/

Ampicilin 200 mg

m.f.Pulv.dtd No XII

∫ 3 d.d I R

Pro
R/ : Riski

Umu r :Dexamethasone
10 Tahun 1/5 tab

4.3 Ambroxol 15 mg Perhitungan


bahan
M.f.Pulf.dtd No XII
80
∫ 3 d.d I Pc
Ampicillin : 200 mg

Dexamethasone : 1/5

Ambroxol : 15 mg

200 mg
- Ampicillin x 12=4 tab
600 mg
1
- Dexamethasone x 12=2tab
5
15 mg
- Ambroxol x 12=3 tab
60 mg
4.4 Perhitungan dosis

Menggunakan rumus dilling untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus :


n
× Dosis Dewasa n = umur dalam tahun
20
1. Ampicillin (500 mg/1000 mg Farmakope Edisi III, 1979)
Dosis sekali
n 200
Rumus Dilling = × Dosis Dewasa %Over Dosis = × 100%
20 250
10
= × 500 mg = 80% (TOD)
20
= 250 mg
Dosis Sehari
n 600
Rumus Dilling = × Dosis Dewasa %Over Dosis = × 100%
20 500
10
= × 1000 mg = 120% (OD)
20
= 500 mg
2. Dexamethasone (0,5 mg/2 mg Farmakope Edisi III, 1979)
Dosis Sekali
n 0,1
Rumus Dilling = × Dosis Dewasa %Over Dosis = × 100%
20 0,25
10
= × 0,5 mg = 40% (TOD)
20
= 0,25 mg

81
Dosis Sehari
n 0,3
Rumus Dilling = × Dosis Dewasa %Over Dosis = × 100%
20 1
10
= × 2 mg = 30% (TOD)
20
= 0,1 × 3 = 0,3 mg
2. Ambroxol (60 mg/120 mg Departement of Health & Human Services
2017)
Dosis Sekali
n 10
Rumus Dilling = × Dosis Dewasa %Over Dosis = × 100%
20 30
10
= × 60 mg = 33.3% (TOD)
20
= 30 mg
Dosis Sehari
n 10
Rumus Dilling = × Dosis Dewasa %Over Dosis = × 100%
20 60
10
= × 120 mg = 50% (TOD)
20
= 10 mg × 3 = 30 mg
4.5 Narasi Resep
4.5.1 Narasi Latin
Recipe Ampicilin 200 mg, misce fac pulveres da tales doses numero XII
signa ter de die. Recipe Dexamethasone 1/5 tab, Ambroxol 15 mg misce fac
pulveres de tales doses numero XII signa ter de die unam pulveres. Pro Riski
(10tahun)

4.5.2 Narasi Indonesia


Ambilah ampicillin 200 mg campur dan buatlah serbuk bagi sesuai dosis
sebanyak tiga kali sehari. Ambilah dexamethasone 1/5 tablet dan ambroxol 15 mg
campur dan buatlah serbuk bagi sesuai dosis sebanyak 12 ditandai 3 kali sehari
sesudah mkan. Untuk Riski (10tahun).

82
4.6 Pembahasan
Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang
lebih sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain
cocok. Supaya dapat terbagi tepat, maka campurkan serbuk kering ditambah zat
tambahan yang bersifat netral atau indiferen, seperti sacharum lactis, sacharum
album, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 mg (Anief, 2003)
Tujuan dari pembuatan serbuk bagi yaitu untuk mengetahui keseragaman
bobot dari obat (P.Rahayu, 2017). Dengan pembuatan serbuk bagi ini dapat
membantu untuk mengetahui unsur-unsur pembuatan dan syarat-syarat pembuatan
serbuk bagi itu sendiri.
Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan serbuk tabur. Disini kami
menggunakan resep obat yaitu ampicillin 200 mg (4 tab), dexamethasone 1/5 tab
(2 tab), dan ambroxole 200 mg (4 tab). Hal pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Adapun alat yang digunakan
diantaranya yaitu kertas perkamen, lumpang dan alu, plastic obat, sendok spatula,
dan sudip. Bahan yang digunakan yaitu alcohol 70%, etiket putih, ampicillin,
ambroxol, dexamethasone, dan tissue.
Hal pertama yang dilakukan yaitu bersihkan lumpang dan alu menggunakan
alkohol 70%, karena alkohol 70% merupakan cairan yang dapat membantu
mensterilkan alat-alat yang akan digunakan. Alkohol 70% merupakan cairan
disinfektan yang berfungsi membersihkan dan mensterilkan peralatan yang
digunakan pada praktikum, juga berfungsi sebagai disinfektan dan antispetik
(Pratiwi, 2008). Kemudian gerus ampicillin sebanyak 4 tablet dan digerus searah
jarum jam hingga homogen. Ampicilin tidak dapat digerus dengan obat lain, hal
ini dikarenakan ampicillin termasuk dalam obat antibiotic yang diminum sampai
habis agar bakteri didalam tubuh dapat hilang sedangkang obat-obat seperti
ambroxol dan dexamethasone adalah obat yang diminum sampai sakit hilang.
Pencampuran antibiotic dan obat-obat lain (missal ambroxol, dexamethasone,dll)
dalam bentuk sediaan puyer bukan merupakan peresepan yang ideal karena
antibiotic merupakan obat yang diminum sampai habis sedangkan obat-obat
steroid merupakan obat yang diminum hanya jika perlu saja (Dirjen POM, 1979).

83
Sediakan kertas perkamen yang berfungsi sebagai tempat meletakkan
serbuk yang sudah digerus disusun sejajar. Kemudian siapkan kertas perkamen
sebanyak 12 lembar, susun kertas perkamen dengan posisi 6 lembar sejajar diatas
dan 5 lembar sejajar dibawah atau sesuai dengan arah pandang mata agar dapat
terbagi dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar pembagian serbuk bagi dapat
merata antar kertas perkamen (Van Duin: 30). Letakkan ampicillin yang telah
digerus tadi ke dalam kertas perkamen dan dibagi secara merata.
Selanjutnya lipat kertas perkamen dengan rapih dan pastikan tidak ada
serbuk yang terbuang dengan cara menggoyang-goyangkan kertas perkamen.
Masukkan kedalam plastic klip obat dan beri etiket putih yang sebagai tanda
bahwa obat tersebut termasuk dalam pemakaian dalam. Etiket putih sendiri
digunakan untuk obat yang di konsumsi melalui saluran pencernaan (pemakaian
dalam) sedangkan etiket biru digunakan untuk obat yang dikonsumsi tidak melalui
saluran pencernaan (pemakaian luar) (Syamsuni, 2007).
Selanjutnya pengerjaan resep kedua yaitu langkah pertama membersihkan
kembali lumping dan alu yang telah digunakan sebelumnya menggunakan alcohol
70%, karena omogen 70% merupakan cairan yang dapat membantu mensterilkan
alat-alat yang akan digunakan. Alkohol 70% merupakan cairan disinfektan yang
berfungsi membersihkan dan mensterilkan peralatan yang digunakan pada
praktikum, juga berfungsi sebagai disinfektan dan antispetik (Pratiwi, 2008).
Kemudian masukkan dexamethasone sebanyak 2 tablet dan ambroxol sebanyak 6
tablet kedalam lumpang, gerus sampai homogen. Dalam menggerus serbuk,
hindari digerus secara bersamaan melainkan digerus satu persatu. Karena, dengan
menggerus secara bersamaan akan mengakibatkan serbuk tersebut tidak akan
halus secara merata dan dikhawatirkan serbuk akan terbuang. Karena dengan
menggerus akan banyak terjadi Kristal kasar menjadi halus. Bila menggerus
serbuk secara banyak, akan terjadi serbuk halus yang banayk pula, tetapi ada
bagian-bagian kasar yang terlepas dan tidak ikut tergerus dengan baik setelah
homogeny (Anief, 1987).
Masukkan obat dexamethasone dan ambroxol yang telah digerus. Siapkan
kertas perkamen sebanyak 5 lembar dan bagilah dexamethasone dan ambroxol

84
yang telah digerus tadi dengan bobot yang sama. Umumnya serbuk terbagi
dibungkus dengan kertas perkamen dan untuk lebih melindungi dari pengaruh
lingkungan, serbuk itu dilapisi dengan kertas selofan atau sampul polietilena
(Syamsuni, 2006). Kertas perkamen merupakan kertas khusus yang dibuat dan
dimanfaatkan untuk meletakkan serbuk bagi. Lipat dengan rapih kertas perkamen
dan pastikan tidak ada serbuk yang terbuang. Masukkan kedalam plastik klip obat
dan beri etiket putih.
Dalam praktikum terdapat kemungkinan kesalahan, dimana saat kita
menggerus obat antibiotic bersamaan dengan obat lainnya. Karena antibiotic
seharusnya dikonsumsi sampai habis, tapi jika dicampur bersamaan dengan obat
lain dalam bentuk serbuk maka pemberian obat akan dihentikan saat gejalanya
sudah hilang. Hal ini menyebabkan dosis antibiotic tidak dikonsumsi dengan tepat
dan dapat memicu terjadinya resistensi.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali

85
minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh
atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang
mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam.
2. Syarat-syarat serbuk secara umum adalah kering, halus, homogen dan
memenuhi uji keragaman bobot (seragam dalam bobot) atau seragam dalam
kandumgan (seragam dalam zat terkandung) yang berlaku untuk pulveres
yang mengandungobat keras, narkotik, psikotropik.
3. Keuntungan dan kerugian dari serbuk yaitu, pertama keuntungan serbuk
adalah dosis lebih tepat, lebih stabil dari larutan, tidak memerluakn banyak
bahan tambahan yang tidak perlu, dan dokter leluasa dalam memilih dosis
yang sesuai. Sedangkan kerugian bentuk serbuk adalah racikannya
membutuhkan waktu yang relative lama sulit untuk ditutupi.
5.2 Saran
5.2.1 Saran kepada jurusan
Diharapkan kepada jurusan agar dapat memperhatikan infrastruktur yang
ada pada laboratorium, agar praktikan lebih nyaman dalam melaksanakan
praktikum.
5.2.2 Saran kepada laboratorium
Diharapkan untuk laboratorium agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa
alat-alat dan bahan-bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar kegiatan
bisa berjalan dengan lancer.
5.2.3 Saran kepada asisten
Saran kami untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam
menjalankan praktikum, sehingga praktikan dapat menguasai langkah-langkah
praktikum yang ada

DAFTAR PUSTAKA
Anief M, 1987. Ilmu meracik obat teori dan praktik. Yokyakarta: Gadjah mada
university press.

86
Anief M, 2003. Ilmu meracik obat teori dan praktik. Yokyakarta: Gadjah mada
university press.

Anief M, 1995. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah mada university press.
Indonesia.

Anief M, 2007. Ilmu Meracik Obat. Jakarta: Gadjah Mada University Press.

Ansel, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta: Universitas
Indonesia

Chairunnisa, 2009. Aplikasi Pembuatan Obat. Bandung: Widya Padjajaran

Dirjen pom, 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Departement kesehatan


republik Indonesia.

Dirjen pom, 1995.Farmakope Indonesia edisi IV, Departement kesehatan republik


Indonesia.

Departemen Kesehatan RI, 1978. Materi Medika Indonesia, Jilid II. Jakarta:
Pratiwi, 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Hendrson, 2013. Formulasi Sediaan Obat. Semarang: CV

Martindale, 1565. The Extra Pharmaceutial. London Press

Pratiwi, 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga

Pudji rahayu, 2017. Keseragaman bobot racikan bubuk bagi diapoteker. Bandang
lampung, jurnal analisis Kesehatan.

Syamsuni, 2006. Ilmu resep, Jakarta: kedokteran EGC.

Syamsuni, 2007. Ilmu Resep. Jakarta: Kedokteran EGC.

87
Van, Duin. Reseptir. Untuk Siswa A.A dan Mahasiswa Farmasi. Untuk
lingkungan sendiri.

Wiedyaningsih 2013. Faktor pendorong peresepan racikan untuk pasien anak


rawat jalan. Universitas gadjah mada.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Alat dan Bahan
1. Alat

88
No. Nama Gambar Fungsi

Lumpang Untuk menggerus obat


1.
dan Alu sehingga menjadi halus.

Untuk memindahkan
Sendok
serbuk kedalam kertas
2. Spatula
perkamen.

Untuk mengambil obat


3. Sudip
yang telah halus.

2. Bahan
No Nama Gambar Fungsi

89
Untuk membersihkan alat-
1. Alkohol 70%
alat yang digunakan.

2. Ampicilin Sebagai zat aktif

3. Ambroxol Sebagai zat aktif

4. Dexamethasone Sebagai zat aktif

90
Untuk membari petunjuk
5. Etiket Putih
cara pemakaian.

Kertas Untuk membungkus puyer


6.
Perkamen atau racikan obat.

Digunakan sebagai
7. Plastik Obat
pembungkus obat.

Untuk membersihkan
8. Tissue lumpang dan alu, sendok
spatula dan sudip

91
Lampiran 2: Diagram Alir
Ambrox, Ampicilin, Dexamethasone

Disiapkan alat dan bahan


Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
Dimasukan Ambroxol kedalam lumpang
Dimasukan Ampicilin kedalam lumpang
Dimasukan Dexamethasone kedalam lumpang
Digerus hingga halus
Diambil dengan sudip/spatula kemudian dibagi menjadi 12
bagian diatas kertas perkamen
Dilipat kertas perkamen hingga rapih
Dimasukan dalam plastik obat
Diberi etiket putih
Hasil

92
Lampiran 3: Skema Kerja
Dibersihkan Alat Digerus hingga
halus
Dimasukan obat
kedalam lumpang

Dimasukan kedalam
plastik obat dan beri Dibagi menjadi 12
E-tiket putih bagian

Dilipat Kertas
Perkamen Hingga
Rapih

Laporan Praktikum

FARMASETIKA DASAR
“Kapsul”

93
Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Nilai Praktikum Farmasetika Dasar
2021

OLEH

KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : B-D3 FARMASI 2021
ASISTEN : RILA APRILIANSYAH AMRAIN

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Lembar Pengesahan

FARMASETIKA DASAR
“KAPSUL”

94
OLEH

KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : B-D3 FARMASI 2021

Gorontalo, 11 November 2021


NILAI
Mengetahui Asisten

RILA APRILIANSYAH AMRAIN

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kepada Sang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan berkatnya kita dapat menyelesaikan laporan praktikum farmasetika dasar yang

95
berjudul “Sediaan Kapsul”. Laporan praktikum ini disusun sebagai pendukung
proses belajar mengajar (perkuliahan) dan membuka wawasan mahasiswa pada
Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
Dalam penulisan laporan ini tentunya kami tidak terlepas dari kesulitan
dan masalah lain dalam pengerjaannya, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai
pihak maka kesulitan dan masalah tersebut dapat teratasi terutama dengan bantuan
kakak- kakak asisten dosen. Untuk itu, pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang turut berkontribusi dalam
proses belajar kami.
Akhir kata kami menyadari bahwa laporan praktikum farmasetika dasar ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan maka dari
itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
penyempurnaan laporan laporan praktikum ini dan semoga akan bermanfaat bagi
pembacanya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Oktober 2021

Kelompok IV

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1

96
1.2 Maksud dan tujuan................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
2.1 Dasar Teori...........................................................................................3
2.2 Uraian Bahan........................................................................................ 7
BAB III METODE PRAKTIKUM...................................................................10
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan..........................................................10
3.2 Alat Dan Bahan.....................................................................................10
3.3 Prosedur Kerja......................................................................................11
3.4 Deskripsi Resep................................................................................... 13
3.5 Farmakologi..........................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN...........................................................15
4.1 Hasil......................................................................................................15
4.2 Pembahasan..........................................................................................17
BAB V PENUTUP...........................................................................................20
5.1 Kesimpulan...........................................................................................20
5.2 Saran.....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

97
Farmasi adalah suatu profesi yang berkaitan dengan kesehatan yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan kesehatan dan kimia. Farmasi adalah suatu
profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan,
pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, dan distribusi obat. Dalam ilmu
farmasi ada empat bidang yang dipelajari, yaitu farmasi klinik, farmasi industri,
farmasi sains, dan farmasi obat tradisional. Kemampuan penunjang yang harus
dimiliki adalah senang dan familiar dengan fisika, kimia, biologi, dan matematika;
ketelitian dan kecermatan; hapalan dan kemampuan analisa; dan suka bekerja di
laboraturium. Salah satu cabang ilmu farmasi yaitu Farmasetika.
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-
obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat. Bentuk
sediaan obat terdiri dari Serbuk, Kapsul, Tablet, dan Pil. Pada praktikum kali ini
membahas sediaan kapsul.
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat
juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. (Farmakope Edisi IV tahun
1995).
Sediaan kapsul racikan dapat dibuat dari obat maupun bahan baku obat.
Perubahan bentuk dari sediaan obat (tablet, kapsul, atau bentuk lainnya) menjadi
kapsul racikan kemungkinan dapat berpengaruh pada stabilitas, efektifitas, dan
keamanan serta tujuan dari formulasi sediaan obat tersebut. Misalnya, formulasi
sediaan obat yang disalut enterik dan sediaan extended relaease hendaknya tidak
digerus menjadi sediaan kapsul racikan. (Cornish, 2005)
Selain itu bila bobot dan ukuran sediaan jadi yang dicampur dalam bobot
dan ukuran yang besar maka cangkang kapsul yang digunakan besar sehingga
sediaan tidak mudah diterima yang dapat mengurangi kepatuhan pasien dalam
penggunaan obat (Allen L. V., 1967)
Dalam penulisan resep, permintaan dokter kepada apoteker untuk
membuat bentuk sediaan yang dikehendaki harus disertai jumlah yang diberikan
(Scott, 2000). Cara visual merupakan metode pembagian yang paling banyak
dilakukan diapotek karena cepat dan praktis. Namun cara ini memiliki banyak

98
kelemahan, antara lain kurang dapat menjamin keseragaman dalam tiap kapsul
(O’Connor et al., 2000). Karena itu jumlah kapsul yang diinginkan akan
mempengaruhi pembagian serbuk dalam kapsul racikan sehingga diperoleh bobot
sediaan yang seragam. (Syamsuni, 2007)
1.2 Maksud Dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
1. Untuk mengetahui definisi tentang kapsul
2. Untuk mampu membaca resep tentang kapsul
3. Untuk mampu mengetahui bentuk sediaan dan pembuatan kapsul
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui definisi tentang kapsul
2. Agar mahasiswa dapat mampu membaca resep tentang kapsul
3. Agar mahasiswa dapat mampu mengetahuio bentuk sediaan dan pembuatan
kapsul

99
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Pengertian Kapsul
Menurut Syamsuni (2006), Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang
terbungkus dalam suatu cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang
umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain
yang sesuai.
Menurut Dirjen Pom (1995), Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari
obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
Menurut Suparman (2019), Kapsul adalah sediaan yang mengandung satu
macam bahan obat atau lebih yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah
kecil yang umumnya terbuat dari gelatin.
2.1.2 Macam –Macam Kapsul
Macam-macam kapsul menurut Syamsuni (2006),yaitu:
Kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul terdiri atas bagian
wadah dan tutup (capsulae overculateae) yang terbuat dari metilselulosa, gelatin,
pati, atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari
nomor paling kecil 5 sampai nomor paling besar 000, kecuali cangkang untuk
hewan. Umunya ukuran terbesar 000 merupakan ukuran yang dapat diberikan
kepada pasien. Ada juga ukuran 0 yang bentuknya memanjang (dikenal sebagai
ukuran OE) yang memberikan kapasitas lebih besar tanpa peningkatan diameter
dab biasanya mengandung air 10-15 %.
Kapsul cangkang lunak (capsule molles, soft capsul) merupakan satu
kesatuan berbentuk bulat atau silidris (pearl) atau bulat telur (globula) yang dibuat
dari gelatin (kadang disebut gel lunak) atau bahan lain yang sesuai; biasanya lebih
tebal dibandingkan dengan cangkang keras dan dapat diplastitasi dengan
penambahan senyawa poliol, seperti sorbitol atau gliserin.kapsul ini biasanya
mengandung air 6-13 %, umumnya diisi dengan bahan cairan bukan air seperti
PEG,berbobot molekul rendah, dan dapat juga diisi dengan bahan padat atau

100
serbuk atau zat padat kering.kapsul cangkang lunak mempunyai bermacam-
macam bentuk dan biasanya dapat dipakai rute oral, vaginal, rektal, atau topikal.
a. Kapsul keras
Kapsul gelatin cangkang keras adalah sediaan padat yang terdiri dari obat
dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Kapsul gelatin cangkang
keras terbuat dari gelatin berkekuatan gel relatif tinggi dibandingkan kapsul
gelatin cangkang lunak (Hidayat, 2016)
Mayoritas dari produk kapsul terbuat dari gelatin kapsul keras. Kapsul
keras dibuat dua cangkang yaitu badan cangkang kapsul dan penutupnya yang
lebih pendek dari badan cangkang kapsul. Penutup kapsul menyelubungi sesuai
dengan ujung badan kapsul. Cangkang kapsul keras terbuat dari campuran
Gelatin, gula, dan air. Bahan tersebut jelas, tidak berwarna dan rasanya
hambar. Kapsul dengan dua bagian telah digunakan hampir seabad di bidang
farmasi bidang, dan gelatin telah diadopsi sebagai bahan utama kapsul ini karena
karakteristiknya yang sangat baik sebagai gelatinizer. Namun, gelatin adalah
salah satu proteinnya berasal dari hewan; oleh karena itu tidak stabil dari sudut
pandang kimia dan memiliki risiko TSE (Transmissible Spongiform
Encephalopathy) (Rabadiya and Rabadiya, 2013).
b. Kapsul Lunak
Gelatin lunak (softgel atau lunak elastis) kapsul terdiri dari satu bagian
cangkang lunak tertutup rapat. Gelatin lunak kapsul dibuat dengan
menambahkan plasticizer, yaitu gliserin atau polyhydric alkohol (sorbitol)
hingga gelatin. Bahan tambahan plasticizer memiliki fungsi dapat meningkatkan
elastisitas dan ketahanan gelatin. Gelatin lunak kapsul dibuat dalam berbagai
bentuk seperti tabung yang berbentuk bulat, elips, lonjong, dan khusus bentuk
dengan atau tanpa twist off. Kapsul gelatin lunak dapat mengandung cairan tidak
berair, suspensi, bahan pucat, atau kering bubuk. Peran kapsul gelatin lunak
sangat penting untuk mengandung zat obat yang mudah menguap atau obat
bahan yang rentan terhadap kerusakan dikehadiran udara (Rabadiya and
Rabadiya, 2013)

101
2.1.3 Keuntungan dan kerugian bentuk sediaan kapsul.
Menurut Syamsuni (2006), Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul:
a. Bentuknya menarik dan praktis.
b. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa
dan berbau tidak enak.
c. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut sehingga obat dapat
cepat diabsorpsi.
d. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang
berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien.
e. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
Kerugian pemberiaan bentuk sediaan kapsul:
a. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul
tidak dapat menahan penguapan.
b. Tidak bisa untuk zat-zat yang higroskopis ( menyerap lembap).
c. Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
d. Tidak bisa untuk balita.
e. Tidak bisa dibagi-bagi.
2.1.4 Cara pembuatan kapsul.
Cara pembuatan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan
tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk
melayani resep dokter, dan sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk
mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam
kapsul dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang
diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan
kapsul lalu ditutup.
2. Alat bukan mesin

102
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan manusia.
Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih seragam dan pengerjaan
yang dapat lebih cepat karena dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul.
Alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang tetap dan yang bergerak.
2.1.5 Cangkang kapsul
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5)
sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan.
Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan
kepada pasien ( Dirjen POM, 1995)
2.1.6 Cara penyimpanan
Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi
mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila
disimpan dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang lunak
pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah
timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam
lingkungan dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di
absorpsi (diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan
mengalami kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel, 1989).
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih
mengandung air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia edisi
IV dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan di
tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu sama
lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari udara
yang lembab. Sebaliknya, jika disimpan di tempat yang terlalu kering,
kapsul itu akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan mudah
pecah (Syamsuni, 2006).
Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul sebaiknya
dalam tempat atau ruangan yang:
1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.
2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering (silika
gel).

103
3. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau str
.
2.2 Uraian bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM,1979,Dirjen POM,1995)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
RM/BM : C2H5OH / 46,07 g/mol
Rumus struktur :

Pemberian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah


bergerak bau khas, serta rasa panas
Kelarutan : Sangat muda larut dalam air, dalam klorofam P dan
dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk, dan jauh dari nyala api.
Kegunaan : Antiseptik dan Desinfektan
Khasiat : Dapat meningkatkan kolesterol baik dan menurunksn
kolesterol jahat
2.2.1 Chlorpeniramine Maleat (Dirjen POM, 1979; Rowe 2009)
Nama Resmi : CHOLPENIRAMINE
Nama lain : CTM
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C16H19ClN2.C4H4O4

104
Berat Molekul : 390,87 gr/mol
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau larutan
mempunyai antara 4 dan 5 larutan: mudah larut
dalam air, etanol dan kloroform
Khasiat : Antihistmain, sedative
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2.1 Paracetamol (Dirjen POM,1979)
Nama resmi : PARACETAMOLIUM
Nama lain : Paracetamol, Asetaminofen
RM/BM : C8H9NO2 / 46,07 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih,


Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus oleh cahaya
Kegunaan : Zat aktif
Khasiat : Sebagai antiseptik, analgetik
Indikasi : Untuk meredakan gejala demam dan nyeri pada
berbagai penyakit seperti demam dengue, tifoid, dan
infeksi saluran kemih
Kontra Indikasi : Paracetamol tidak dapat di gunakan pada pasien yang
memiliki hipersentivitas terhadap paracetamol.
2.2.3 Dexaametason (Dirjen POM,1979)
Nama resmi : DEXAMETHASONUM
Nama lain : Dexamethasoni
RM/BM : C22H29FO5/ 392,47gr/mol

105
Rumus struktur :

Pemberian : Serbuk hablur, putih


sampai praktis putih, tidak berbau, stabil diudara.
Melebur pada suhu lebih kurang 250 derajat disertai
Kelarutan : Praktis tidal larut air, agak sukar larut dalam aseton,
dalam dioksan dan dalam metanol, sukar larut dalam
kloroform, sangat sukar larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat aktif
Khasiat : Adrenoglukokortikoidum (Anti inflamasi)
Indikasi : Untuk mengobati gejala batuk dan pembengkakan
mukosa yang disebabkan oleh flu/common cold,
bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya.
Kontra Indikasi : Jangan menggunakan glyceryl guaicolate jika anda
mengalami alergi terhadap obat glyceryl

106
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Farmasetika dasar dengan percobaan kapsul, dilaksanakan pada
tanggal 30 oktober 2021 pukul 09:40 – dengan selesai. Pelaksanaan praktikum
bertempat di laboratorium teknologi farmasi, jurusan farmasi, fakultas olahraga
dan kesehatan, universitas negeri gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kapsul yaitu, lap halus,
lumping dan alu, sudip.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kapsul yaitu, alkohol 70%,
paracetamol, CTM, Dexametason, kertas perkamen, plastic clip, tisu.
3.3 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alcohol 70%.
3. Dimasukkan obat Paracetamol sebanyak 5 tablet ke dalam lumpang dan
digerus sampai halus.
4. Dimasukkan obat CTM sebanyak 3 tablet ke dalam lumpang dan digerus
sampai halus.
5. Dimasukkan obat dexametason sebanyak 5 tablet ke dalam lumpang dan
digerus sampai homogen.
6. Disiapkan kertas perkamen sebanyak 10 lembar .
7. Dibagi serbuk diatas kertas perkamen dengan bobot yang kurang lebih sama.
8. Disiapkan cangkang kapsul sesuai dengan banyaknya serbuk yang
dibutuhkan.
9. Dimasukkan serbuk kedalam cangkang kapsul hingga padat dan tutup dengan
penetup cangkang kapsul.
10. Dimasukan kedalam plastic obat.

107
11. Diberikan etiket berwarna putih
3.4 Deskripsi Resep
3.4.1 Resep
Dr.Nabellah
SIP: XXX
Jl : Kalimantan
Telp : (0435) XXX

Gorontalo,29/10/2021
R/Paracetamol 250 mg
CTM 1/3 tab
Dexametason 0,25 mg
M.f pulv dtd da in caps No X
S 3 dd 1 ac

Pro : 20 tahun
Nama : Theo

3.4.2 Narasi resep


1. dtd = da tales doses = Sesuai dosis
2. da in caps = Da in capsule = Buat dalam bentuk kapsul
3. m,f, = Misce fac = Campur dan buatlah
4. Pulv = Pulvis = Serbuk
5. No = Nomera = Sebanyak
6. X = 10 = Sepuluh
7. Ac = ante coenam = Sebelum makan
8. tdd = Ter de die = 3 kali sehari
9. R = Recipe = Ambilah
10. S = Signa = Tandai

3.4.3 Narasi Resep Dalam Bahasa Latin

108
Recipe Paracetamol 250 mg, misce fac Capsula da tales doses numero
quinque signa ter de die post coenum. Recipe CTM 1/3 tab, Dexametason 0,25
Mg misce fac Capsula da tales doses numero decem signa ter de die post coenum.
Pro Theo (20 tahun).
3.4.5 Narasi Resep Dalam Bahasa Indonesia
Ambilah Paracetamol 250 mg campur dan buatlah kapsul sesuai dosis
sebanyak lima tandai tiga kali sehari sesudah makan. Ambilah CTM ½ tablet,
Ambrosol 15 mg campur dan buatlah kapsul sesuai dosis sebanyak 10 tandai 3
kali sehari sesudah makan. Untuk theo (20 tahun).
3.4.6 Kekurangan Resep
Dalam resep tersebut tidak terdapat paraf atau tanda tangan
dokter.Menurut Rahmawati dkk, (2002) paraf atau tanda tangan dokter harus di
perlukan karena kalau tidak terdapat tanda paraf dokter keaslian resep
diragukan.Selain itu juga berat badan dan alamat pasien di perlukan agar apoteker
mudah mengetahui identitas pasien.
3.4.6 Perhitungan Bahan
250 mg
Paracetamol = X 10 = 5 tablet
500 mg

1 mg
CTM = X 10 = 3 tablet
3 mg

0,25 mg
Dexamethason = X 10 = 5 tablet
0,5 mg
3.4.7 Perhitungan dosis
Perhitungan dosis menggunakan rumus diling atau usia diatas 8 tahun

n
× Dosis Dewasa
20

109
1. Paracetamol
n
a. Dosis sekali = X DD
20
20
= X 500 mg
20

= 500 mg
20
b. Dosis sehari = X 1000 mg
20

= 1000 mg

250 mg
c. %OD sekali = X 100%
500 mg

= 50 % (TOD)

500 mg
d. %OD sehari = X 100
100 mg

= 50 % (TOD)
2. CTM
n
a. Dosis Sekali = = X DD
20

20
= = X 4 mg
20

= 4 mg
20
b Dosis sehari = = X 8 mg
20

= 8 mg

1,33 mg

110
c. %OD sekali = = X 100%
4 mg

= 33,2 % (TOD)

2,66 mg
d. %OD sehari = = X 100%
8 mg

= 33,2 % (TOD)
3. Dexamethason
n
a. Dosis Sekali = = X DD
20

20
= = X 0,5 mg
20

= 0,5 mg
20
b Dosis sehari = = X 1 mg
20

= 1 mg

0,25 mg
c %OD sekali = = X 100%
0,5 mg

= 50 % (TOD)

0,5 mg
d %OD sehari = = X 100%
1 mg

= 50% (TOD)

3.5 Farmakologi

111
1. Paracetamol (Wilmana PF, Sulistia Gan, 2007)
Paracetamol adalah metabolit fenasetin yang bertanggung jawab terhadap
efek analgesiknya.Obat ini merupakan penghambat prostaglandin yang lemah
pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek antiinflamasi yang
bermakna.Obat ini digunakan dalam dunia kedokteran sebagai obat
meredakan nyeri, yaitu mengurangi nyeri ringan sampai sedang.Begitu juga
dalam kedokteran anastesi, paracetamol mulai banyak digunakan terutama
untuk pereda rasa nyeri akut pasca operasi.
2. CTM (Katzug, 1997)
CTM berfungsi menurunkan sensitifitas terhadap histamin suatu hormon
manusia yang akan dikeluarkan bila ada zat asing tak dikenal dari
memunculkan reaksi yang disebut alergi. Bisa gatal, bersin-bersin, sesak
nafas (Asma). Karena itu, CTM disebut anti histamin yang efeknya jelas
adalah sedative (ngatuk) sedngkan meleate pada CTM itu adalah
pengesternya sehingga CTM adalah bentuk garam antara klorpentramina
demaleate acid, suatu asam karbosilat.
3. Dexamethason (Erlangga, dkk 2015)
Dexamethason meerupakan kartikosteroid yang memiliki efek anti-inflamasi
paling kuat. Penelitian ini bertujuan membandingkan deksametason 10 mg
dengan deksametason 15 mg intravena prebedah terhadap nyeri pascabedah
dan kebutuhan analgetik epuioid.

112
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

Gambar 4.1
Sediaan Kapsul

4.2 Pembahasan
Dalam percobaan kali ini, dibuat sedian kapsul. Menurut ilmu resep kapsul
adalah bentuk sediaaan padat yang terbungkus dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi juga dapat dibuat
dari pati atau bahan lain yang sesuai (Syamsni, 2006).
Metode yang digunakan dalam praktikum kapsul yaitu trituration. Trituration
adalah mencampurkan bahan obat dalam mortir dan stemper. kemudian di isi ke
dalam cangkang kapsul keras (capsulae durae, hard capsul). Ukuran cangkang
kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil yaitu 5 sampai nomor yang paling
besar yaitu 000. Umumnya ukuran paling besae 000 merupakan ukuran yang
dapat diberikan kepada pasien.
Adapun alat yang di gunakan dalam praktikum kapsul yaitu,lap halus,lap
kasar,lumpang dan alu,sudip dan cangkang kapsul.Adapun bahan yang di gunakan
dalam praktikum kapsul yaitu, alkohol 70%, Paracetamol, CTM, Dexamethason,
kertas perkamen, cangkang kapsul, sak obat,tisu.
Langkah pertama yang dilakukan menyiapkan alat dan bahan bersihkan alat
dengan menggunakan alkohol 70% karena penggunaan alkohol 70% bersifat

113
antiseptik untuk benda mati. Menurut Pratiwi (2008), alkohol 70% dapat
mempercepat proses pembersihan alat dari mikroorganisme.
Dimasukkan obat parasetamol sebanyak 250 mg ke dalam lumpang digerus
searah jarum jam. Karena pengerasan yang dilakukan searah dengan jarum jam
dapat membuat serbuk menjadi halus dan tercampur rata. Paracetamol adalah obat
analgetik, antipiretik yang dapat menurunkan demam, nyeri. CTM adalah obat
yang digunakan untuk meredakan alergi akibat makanan, obat-obatan atau gigitan
serangga. Dexamethason adalah obat anti inflamasi sebagai anti peradangan.
Disiapkan kertas perkamen sebanyak 10 lembar. Dibagi diatas kertas
perkamen menggunakan sudip. Kertas perkamen digunakan untuk membungkus
puyer karena kertas perkamen memiliki ketahanan lemak yang baik, permukaan
bebas serat, tidak berbau dan tidak berasa, kekuatan basah baik walaupun dalam
air mendidih (Syarif dkk,1989)
Dimasukkan dalam plastik obat dan diberi etiket berwarna putih. Pemberian
etiket putih sebagai tanda penggunaan oral atau penggunaan dalam. Pemberian
etiket ini bertujuan sebagai pemberi informasi atau aturan dalam pemakaian obat.
Ada pun kemungkinan kesalahan yang terjadi yaitu jika cangkang kapsul
tidak terisi secara padat untuk membagi serbuk harus dengan takaran yang sama
maka sediaan serbuk didalam cangkang kapsul akan terisi padat dan tidak akan
tumpah atau keluar dari cangkang.

114
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:


1. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin. Dalam
praktek pelayanan resep di apotek, Kapsul cangkang keras dapat diisi
dengan tangan dengan tujuan untuk memberikan kebebasan bagi penulis
resep untuk memilih obat tunggal atau kombinasi dengan dosis tepat yang
paling baik bagi setiap pasien. Sediaan kapsul memiliki keuntungan
dapatmenutupi rasa dan bau obat yang kurang enak. Sediaan kapsul
jugadapat memudahkan dalam penggunaannya karena dapat diberikan
campuran kombinasi bahan obat dan dosis yang lebih tepat sesuai dengan
kebutuhan individu.
2. Untuk membaca resep harus perlu mengetahui nama latin dari resep seperti,
R/Recipe (ambillah), m.f (campur dan buatlah), Pulv (serbuk), Da in caps
(buat dalam bentuk kapsul), p.c (sesudah makan), Signa (tandai), terde die
(tiga kali sehari), dll.
3. Macam-macam sediaan kapsul ada dua yaitu kapsul cangkang keras dan
kapsul cangkang lunak, kapsul cangkang keras terdiri atas bagian wadah dan
tutup (Capsulae overculateae) yang terbuat dari metilselulosa, gelati, pati,
atau bahan lain yang sesuai. Sementara, kapsul cangkang lunak merupakan
satu kesatuan berbentuk bulat atau silinders (pearl) atau bulat telur (globula)
yang dari gelatin (kadang disebut gel lunak).
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas yang
ada pada laboratorium yang digunakan.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium

115
Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan alat-alat yang ada dalam
laboratorium. Agar para praktikan dapat lebih mudah, cepat dan lancar dalam
melakukan suatu percobaan atau penelitian.

5.2.3 Saran Untuk Asisten


Kami mengharapkan agar kiranya dapat terjadi kerja sama yang lebih baik
lagi antar asisten dan praktikan saat berada di dalam laboratorium maupun di luar
laboratorium. Sebab. kerja sama yang baik akan lebih mempermudah proses
penyaluran pengetahuan dari asisten kepada praktikan.
5.2.4 Saran Untuk Praktikan
Kami berharap agar kiranya kepada sesame praktikan dapat menyimak
dengan baik saat asisten memberikan arahan agar mempermudah kita
menyelesaikan praktik tersebut.

116
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe


R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Assosiation, London, 697-699.

Ansel, H. C. (2011) Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV, American


Journal of Pharmacology and Toxicology.

C Rowe, Raymond; J Sheskey, Paul; E Quinn, M. (2015) ‘Linked data annotation


and fusion driven by data quality evaluation’, Handbook of
Pharmaceutical Excipients edisi VI, E.28, pp. 257–262

Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi IV: Jakarta

Dirjen POM. (1945). Farmakope Indonesia Edisi V: Jakarta

Erlangga, dkk (2015). Perbedaan Pemberian Dexamethason 10 mg Dengan 15


mg Intravena. Departemen Anastesuilogi Dan Terapi Intensif. Bandung

Syamsuni. Ilmu Resep. (2006). Buku Penerbit Kedokteran: ECG

Syarief, R.S. Santausa dan B. Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.


Laboratorium Rekayasa Proses Pangan Pusat Antar Universitas dan Gizi
IPB. Bogor.

Hidayanti, N. D. (2006) ‘Formulasi Dan Uji Sediaan Pil Ekstrak Rimpang Temu
Kunci’ ( Boesenbergia Pandurata L. )’, pp. 1–5.

Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Kinik Buku 2. Jakarta:Penerbit


Salemba Medika. Hal 450-452.

Rabadiya, B. and Rabadiya, P. (2013) ‘Review : Capsule Shell Material From


Gelatin To Non Animal Origin Material’, Pharmaceutical Research and
Bio- Science, 2(3), pp. 42–71.

Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.

117
Suparman, A. (2019) ‘Karakterisasi Dan Formulasi Cangkang Kapsul Dari
Tepung Pektin Kulit Buah Cokelat (Theobroma cacao L)’, Jurnal Ilmiah
Farmasi Farmasyifa, 2(2), pp. 77–83. doi: 10.29313/jiff.v2i2.4646.

Wilmana, P.Freedy dan Sulistia Gan. 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-


Inflamasi NonSteroid dn Obat Gangguan Sendi Lainnya dalam
Famakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 230-246.

118
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Alat dan Bahan
1. Alat

No Nama Alat Gambar Fungsi

1. Cangkang kapsul Berfungsi untuk


pengisian sediaan
serbuk

2. Keranjang Sebagai tempat


meletakkan alat dan
bahan

3. Lumping dan alu Berfungsi untuk


menghaluskan zat yang
masih bersifat padat
atau krystal

119
4. Plastik cetik Berfungsi menyimpan
sediaan kapsul yang
telah jadi

5. Sendok tanduk Berfungsi mengambil


bahan berbentuk
serbuk

6. Sudip Mengambil objek yang


berbahan serbuk

120
2. Bahan

No Nama Bahan Gambar fungsi

1. Alkohol 70% Berfungsi untuk


membersihkan alat-alat
dari mikroorganisme

2. Ctm Sebagai bahan sediaan


obat dalam bentuk serbuk

3. Dexamitason Sebagai bahan sediaan


obat dalam bentuk serbuk

121
4. Etiket Sebagai petunjuk cara
pemakaian obat

5. Kertas perkamen Untuk membungkus puyer


atau obat racikan

6. Paracetamol Sebagai sediaan obat


dalam bentuk serbuk

122
Lampiran 2: Diagram Alir

kapsul

Disiapkan alat dan bahan


Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
Diambil resep dan melakukan perhitungan bahan
Disiapkan sediaan obat yang sudah sesuai dosis
Diletakkan sedian obat ke dalam lumpang
Digerus sediaan obat dengan menggunakan alu searah jarum jam
Dipindahkan sediaan obat yang telah menjadi serbuk ke permukaan
kertas perkamen
Dimasukkan serbuk ke dalam cangkang kapsul menggunakan
metode tangan
Dibersihkan lagi kapsul dari sisa sia serbuk yang menempel
Ditulis petunjuk pemakaian obat di kertas etiket
Dimasukkan etiket ke dalam plastik obat beserta kapsul

HASIL

123
Lampiran 3: Skema Kerja

Dibersihkan alat Diletakkan Digerus sediaan


yang akan sediaan obat obat searah jarum
digunakan kedalam lumpang jam

Ditulis etiket Dimasukkan Dibagi serbuk ke


petunjuk serbuk ke dalam kertas perkamen
pemakaian obat cangkang kapsul

Dimasukkan
etiket dan kapsul
ke dalam plastik
obat

124
125

Anda mungkin juga menyukai