1
Laporan Praktikum
FARMASETIKA DASAR
’’Pengenalan Alat-Alat”
Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Farmasetika Dasar
OLEH
KELOMPOK : I (SATU)
KELAS : B-D3 FARMASI 2021
ASISTEN : ABDULLAH WALANGADI S.FARM
2
Lembar Pengesahan
FARMASETIKA DASAR
“ Pengenalan Alat-Alat”
OLEH
KELOMPOK I (SATU)
KELAS B-D3 FARMASI 202I
3
KATA PENGANTAR
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji syukur bagi Allah SWT dengan nikmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum dengan judul “Pengenalan Alat Laboratorium “.
Adapun tujuan dari menulis laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas laporan praktikum
dari Asisten pada Praktikum Farmasetika Dasar. Selain itu, Laporan ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pengenalan alat laoratorium.
Kami mengucapkan terima kasih kepada penanggung jawab Laboratorium
Teknologi Farmasi dan asisten laboratorium Teknologi Farmasi yang telah
memfasilitasikan kami dalam melakukan Praktikum Farmasetika Dasar.
Semoga laporan yang kami tulis dapat bermanfaat buat siapapun yang
membacanya, sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kelompok I
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar
Belakang............................................................................................1
1.2 Maksud
Percobaan....................................................................................2
1.3 TujuanPercobaan........................................................
……..........................2
1.4 Manfaat
Percobaan.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3
2.1 Dasar
Teori...................................................................................................3
BAB III METODE PENGAMATAN .................................................................6
3.1 Waktu dan
Tempat.......................................................................................6
3.2 Alat dan Bahan
…………............................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................7
4.1 Hasil
Percobaan ...........................................................................................7
4.2 Pembahasan...............................................................................................
.10
BAB V PENUTUP…........................................................................................12
5.1 Kesimpulan................................................................................................
.12
5.2 Saran..........................................................................................................
.12
DAFTAR PUSTAKA
5
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan obat
secara pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaannya
yang aman. Salah satu ilmu yang dipelajari dalam farmasi adalah farmasetika dasar.
Farmasetika dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat;
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat obatan; seni
peracikan obat serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu sehingga siap
digunakan sebagai obat; serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi
pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien
(Syamsuni, 2006).
Laboratorium merupakan tempat dimana dilakukannya berbagai penelitian dan
juga praktikum. Di dalam laboratorium ini terdapat berbagai macam alat dan bahan yang
dibutuhkan guna mendukung kegiatan di dalam laboratorium. Pada saat praktikum,
praktikan akan menggunakan alat-alat yang berada di laboratorium. Alat dan bahan yang
digunakan ketika praktikum sangat penting untuk terlebih dahulu dipahami sehingga
praktikan dapat menggunakannya dengan baik dan mengetahui fungsinya dengan baik.
Dalam penggunaan alat dan bahan praktikum ini harus dilakukan dengan hati-hati
danteliti agar alat tersebut tidak rusak. Dengan mengenali alat dan bahan pula praktikan
dapat mengetahui alat dan bahan mana saja yang berbahaya maupun tidak sehingga
praktikan dapat menggunakannya dengan baik. (Pamungkas, E, 2014).
6
Alat adalah suatu benda yang dipakai untuk mengejarkan sesuatu, perkakas,
perabot, yang dipakai untuk mencapai maksud. Hal yang harus diperhatikan adalah
kebersihan dari alat yang digunakan. Kebersihan dari alat dapat mengganggu hasil
praktikum. Apabila alat yang digunakan tersebut tidak bersih, maka akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Pada saat sekarang ini alat merupakan salah satu pendukung dari
pada keberhasilan suatu pekerjaan di laboratorium Sehingga untuk memudahkan dan
melancarkan berlangsungnya praktikum pengetahuan mengenai penggunaan alat sangat
diperlukan. Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk keselamatan kerja
saat melakukan penelitian. Alat-aht laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan
berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur. Pentingnya dilakukan
pengenalan alat-aht laboratorium adalah agar dapat diketahui cara penggunaan alat
tersebut dengan baik dan benar, sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat
diminimalisasi sedikit mungkin. Hal ini penting agar saat melakukan penelitian, data
yang diperokh akan benar pula. Bekerja di laboratorium tidak akan lepas dari berbagai
kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik yang bersifat sangat
berbahaya maupun yang bersifat berbahaya. Sehin itu, peralatan yang ada di dalam
laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko tinggi bagi
praktkan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur
penggunaan alat yang akan digunakan. Setiap percobaan kita selalu menggunakan
peralatan yang berbeda atau meskipun sama tapi ukurannya berbeda. (Suriantika, C. dkk.
2013).
Kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang bersangkutan.
Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang
khusus.Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan
peralatan khusus lebih banyakdigunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan.
Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang bersifat
khusus. Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan
peralatan khusus lebih banyak digunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan.
(Moningka, 2008)
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka kami melakukan percobaan ini
yang berjudul Pengenalan Alat-Alat Laboratorium.
1.2 Tujuan percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengenal alat-alat yang ada dilaboratorium
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari alat-alat yang ada
7
dilaboratorium
3. Agar mahasiswa dapat mengoperasikan alat-alat yang ada dilaboratorium
1.3 Prinsip percobaan
Pada prinsipnya untuk mengetahui lebih dalam tentang penggunaan alat-
alat
farmasetika dasar
1.4 Manfaat Percobaan
1. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat dapat mengetahui alat alat yang ada di laboratorium dan
cara penggunaannya beserta fungsinya.
2. Bagi Universitas
Agar universitas dapat mengetahui bagaimana cara menggunakan alat-alat
yang ada di laboratorium beserta fungsinya.
3. Bagi Praktikan
Agar mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan alat alat laboratorium
dan dapat menggunakannya dengan baik dan benar.
BAB II
8
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Laboratorium
Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan kerja untuk
menghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup,
kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain (Sukarso, 2005).
Laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan
percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika,
kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain (Emha, 2002)
Laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai
macam kegiatan penelitian (riset), pengamatan, pelatihan dan pengujan ilmiah
sebagai pendekatan antara teori dan praktik dari berrbagai macam disiplin ilmu.
Secara fisik laboratorium juga dapat merujuk kepada suatu ruangan tertutup,
kamar atau ruangan terbuka (Decaprio Richard, 2013)
Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan,
pengujian teoritis, pembuktian ujicoba, penelitian dan sebagainya dengan
menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas
dan kualitas yang memadai.
Laboratorium adalah suatu tempat dilakukan kegiatan percobaan,
pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan ilmu sains
(kimia, fisika, biologi) dan ilmu-ilmu lainya. Laboratorium bisa berupa ruangan
yang terbuka seperti kamar atau ruangan terbuka seperti kabun dan lain-lain
menurut Lantanida journal, vol. No. 2 tahun 2014.
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksprimen, pengukuran ataupun
pelatihan ilmiah dilakukan kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali.
Laboratorium ilmiah biasanya dibedakan menurut disiplin ilmunya, misalnya
laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biokimia, laboratorium
komputer, dan laboratorium bahasa.
Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan,
pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian dan sebagainya dengan
9
menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kualitas
yang memadai
Laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai
macam penelitian (riset). Pengamatan, pelatihan dan pengujuan ilmiah sebagai
pendekatan antara teori dan praktik dan berbagai macam disiplin ilmu.
2.1.2 Jenis Jenis Laboratorium
1. Laboratorium Farmasetika
Mempelajari aspek ilmu dasar dalam formulasi sediaan farmasi agar
dapat memenuhi kaidah keamanan, efikasi dan mutu obat. Berfungsi untuk
membuat sediaan obat racikan atas permintaan resep dokter dalam bentuk puyer,
bedak tabur, kapsul, larutan, salep, krim, suspensi, emulsi, eliksir dan lotion.
2. Laboratorium Farmakognosi
Laboratorium yang memberikan praktek mengenai simplisia, mulai dari
cara pengambilan sampel dari pohon, pengeringan, penyimpanan, sampai pada
pengolahan simplisia tersebut untuk dapat digunakan sebagai bahan obat
terutama Obat Tradisional. Laboratorium Farmakognosi berfungsi untuk
membuat simplisia rajangan dan serbuk, mengidentifikasi simplisia secara
makroskopik dan mikroskopik. Laboratorium ini juga digunakan untuk membuat
sediaan galenika, menidentifikasi, mengisolasi senyawa kimia dan menghitung
kadar minyakatsiri dalam simplisia berbagai ukuran derajat halus serbuk.
3. Laboratorium Farmakologi
Adalah ilmu yang mempelajari cara obat mempengaruhi fungsi sistem
hidup, dengan ilmu farmakologi efektifitas maupun keamanan suatu bahan obat
dapat diketahui. Laboratorium Farmakologi berfungsi melayani pengujian
kandungan vitamin A, D, E, B1, B2, B6 dan B12, serta melayani pengujian
kandungan mineral (Mg, Zn dan Ca) serta logam berat (Pb dan Cd) dalam obat
ikan.
4. Laboratorium Kimia
Yaitu menguji penetapan kadar bahan baku obat dan obat dalam sediaan
farmasi.Laboratorium ini Berfungi untuk penelitian seperti: penetapan kadar
flavonoid, penetapan kadar polifenol total, screening zat aktif, standardisasi
10
ekstrak dari bahan alam, pengujian aktivitas antioksidan dan mekanisme zat aktif
dari bahan alam, pengembangan metode analisis, analisis cemaran pada sampel
makanan maupun kosmetik, sintetis organik, dan lain- lain.
5. Laboratorium Mikrobiologi
Mempelajari tentang mikroorganisme : virus, bakteri, jamur yang
meliputi diagnostik (Isolasi dan identifikasi), prognosis pada kasus infeksi,
pedoman dalam pengobatan, mencari sumber infeksi ( misal pada suatu
kasus “ledakan” penyakit infeksi) (Gupte, 1990). Fungsi utama laboratorium
mikrobiologi,membantu menegakkan diagnosis penyakit infeksi yang
disebabkan oleh mikroba, melakukan uji kepekaan serta penelitian-penelitian yang
berkaitan Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id 4 dengan mikroba.
2.1.3 Fungsi Laboratorium
Fungsi umum laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Menyeimbang antara teori dan praktikan ilmu dan menyatukan antara
teori dan praktik
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari
kalangan siswa, mahasiswa , dosen , atau peneliti lainya. Hal ini
disebabkan laboratorium tidak hanya menungtut pemahaman terhadap
objek yang dikaji, tetapi juga menuntut seseorang untuk melakukan
eksperimentasi.
3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti (yang terdiri dari
pembelajar, peserta didik, mahasiswa , dosen dan seluruh praktis
keilmuan lainya) untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari suatu
objek keilmuan dalam lingkungan alam dan lingkungan sel.
4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam
mempergunakan alat media yang tersedia didalam labolatorium untuk
mencari dan menentukan kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai
macam riset ataupun eksperimentasi yang akan dilakukan.
5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai
macam keilmuan sehingga akan mendorong mereka untuk selalu
11
mengkaji dan mencari kebebaran ilmiah dengan cara penelitian, uji
coba , maupun eksperimentasi.
6. Labolatorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para
peneliti dalam keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan
yang didapatkan dalam proses kegiatan kerja labolatorium.
7. Labolatorium dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan
berbagai masalah melalui kegiatan praktik, baik itu masalah akademik,
maupun masalah yang terjadi ditengah masyarakat yang membutuhkan
penanganan dengan uji laboratorium.
8. Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa,
dosen, aktivis, peneliti dan lain-lain untuk memahami segala ilmu
pengetahuan yang masih bersifat abstrak sehingga menjadi sesuatu yang
bersifat konkret dan nyata.
2.1.4 Pengertian Alat
Alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung kegiatan
praktikum. Mahasiswa akan terampil dalam praktikum apabila meraka mempunyai
pengetahuan mengenai alat-alat praktikum yang meliputi nama alat, fungsi alat, dan cara
menggunakannya (Soetarto, 2008). Pengenalan alat-alat laboratorium untuk para
mahasiswa sangat penting dilaksanakan agar dapat menunjang pengetahuan dalam
melaksanakan aktivitas di dalam laboratorium baik dalam melaksanakan praktikum
maupun penelitian (Bua, 2012). Untuk penggunaan alat-alat laboratorium para mahasiswa
harus mengetahui nama dan kegunaannya, agar dalam melaksanakan praktikum maupun
penelitian mahasiswa mampu meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penggunaan
alat-alat laboratorium tersebut (Bua, 2012). Pengetahuan alat yang kurang akan
mempengaruhi kelancaran saat praktikum, selama praktikum mahasiswa dilibatkan aktif
dengan pemakaian alat dan bahan kimia (Soetarto, 2008). Kesalahan penggunaan alat
merupakan salah satu penyebab tidak akuratnya data yang dihasilkan. Selain mengenal
nama alat-alat tersebut kita juga harus mengetahui fungsi dari alat-alat yang ada di
laboratorium,dengan mengetahui nama, bentuk, dan fungsi alat yang akan digunakan
maka akan mempermudah dalam melakukan praktikum (Bua, 2012).
Pengenalan alat-alat ini meliputi macam-macam alat, mengetahui nama-
namanya,memahami bentuk, fungsi, serta cara kerja alat-alat tersebut. Setiap alat
dirancang atau dibuatdengan bahan-bahan yang berbeda satu sama lain dan mempunyai
12
fungsi yang sangat spesifik.Kebanyakan peralatan untuk percobaan – percobaan di dalam
laboraturium terbuat dari gelas.Meskipun peralatan-peralatan tersebut telah siap dipakai,
tetapi di dalam pemasangan alatuntuk suatu percobaan kadang kala diperlukan
sambungan-sambungan dengan gelas ataumembuat peralatan khusus sesuai kebutuhan
(Imamkhasani, 2000).
Ketepatan hasil analisis kimia sangat bergantung pada ketersediaan dan mutu
peralatan yang digunakan, di samping pengertian pelaksanaan tentang dasar analisa yang
dikerjakan serta kecermatan dan ketelitian kerjanya sendiri. Penanganan peralatan pokok
yang banyak dipergunakan merupakan persyaratan penting demi keselamatan dan
berhasilnya pekerjaan analisa kimia. Oleh karena itu pengetahuan tentang peralatan
perhatian khusus.
Kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang
bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang
khusus.Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan
peralatan khusus lebih banyakdigunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan
(Moningka, 2008).Penggunaan beberapa alat gelas dengan tepat penting untuk diketahui
agar pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik. Kesalahan dalam penggunaan alat-alat
ini dapatmempengaruhi hasil yang akan diperoleh. Oleh karena itu harus diberikan
pelatihan tentang penggunaan alat-alat tersebut.Penggunaan alat-alat gelas tersebut
haruslah sesuai dengan fungsinya agar pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik dan
tepat. Apabila terjadi suatu kesalahan atau kekeliruan dalam penggunaannya akan
mempengaruhi hasil yang diperoleh. Ada beberapa macam alat gelas yang dipakai di
laboratorium, antara lain: gelas piala (beker gelas), erlenmeyer, gelasukur, botol, pipet,
corong, tabung reaksi, gelas objek dan gelas penutup, cawan petri dankamar
hitung.Terdapat dua kelompok alat-alat ukur yang digunakan pada analisa kuantitatif,
yaitu:Alat-alat yang teliti (kuantitatif) dan alat-alat yang tidak teliti (kualitatif). Untuk
alat-alatyang teliti (kuantitatif) terdiri dari : buret, labu ukur, pipet. Sedangkan untuk alat-
alat yangtidak teliti (kualitatif) terdiri dari gelas ukur, erlenmeyer, dan lainnya.Dalam
prakteknya baikanalisa maupun sintesa, sesorang yang mempelajari atau menekuni
bidang kimia pasti akanselalu dihadapkan pada hal-hal yang berhubungan dengan alat-
alat dan bahan kimia.
Selain untuk menghindari kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara kerja
danfungsi dari masing-masing alat, praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan
sempurna,kebersihan alat yang digunakan dan ketelitian praktikan dalam perhitungan
13
sangatmempengaruhi keberhasilan dalam suatu praktikum, dengan ketelitian dan
ketepatan penggunaan alat maka kesalahan dalam praktikum dapat diminimalisir (Riadi,
1990)
Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami cara
kerjaserta fungsi dari alat-alat yang ada dilaboratorium. Selain untuk menghindari
kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing alat,
praktikan dapatmelaksanakan praktikum dengan sempurna (Walton, 1998).Suatu
laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi para pekerja atau pemakainya
yaitu para praktikan. Aman terhadap kemungkinan kecelakaan fatal maupun sakitatau
gangguan kesehatan lainnya. Hanya didalam laboratorium yang aman, bebas dari
rasakhawatir akan kecelakaan, dan keracunan seseorang dapat bekerja dengan aman,
produktif,dan efesien (Khasani, 1990).
Beberapa alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dalam laboratorium
dan dijelaskan juga fungsi , cara penggunaan alat serta prinsip kerjanya masing-masing.
Alat-alat yang digunakan dalam melaksanakan praktikum terbagi atas 3 macam alat yaitu
alat elektri, gelas dan non gelas.Alat-alat elektrik yang digunakan yaitu inkubator adalah
alat yang berfungsi untuk menginkubasi mikroba pada suhu yang terkontrol.Alat ini
dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu.Kisaran suhu untuk inkubator
produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC.Inkubator memiliki prinsip kerja yaitu
dengan memasukan atau menyimpan biakanmurni mikroorganisme, kemudian mengatur
suhunya, biasanya hanya dapat diatur diatas suhu tertentu.
a. Hot plate adalah alat untuk memanaskan larutan dan mencairkan benda
padat. (Aditiya Dwi, 2016).
b. Neraca kasar atau timbangan adalah alat ukur massa dan memiliki kategori
alat paling sering digunakan dalam percobaan, penelitian.( Kemendikbud,
2011 ).
c. Lumpang alu adalah alat untuk menghancurkan atau menghaluskan suatu
bahan atau zat yang masih bersifat padat atau kristal.( Herry, 2017).
Kaca arloji adalah gelas yang berbentuk bundar dengan beragam diameter yang
memilgggggggggggggiki beberapa fungsi antara lain : penutup gelas kimia ketika tengah
proses pemanasan sampel ( penguapan ).Sebagai tempat untuk mengeringkan padatan
dalam desikator. Sebagai tempat benda yang tengah berada dalam proses pengamatan dan
sebagai tempat untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang. ( Herry, 2017 ).
14
Water bath adalah peralatan laboratorium yang terbuat dari wadah berisi air
panas.Ini digunakan untuk menginkubasi sampel dalam air pada suhu konstan selama
periode waktu yang lama.Sebagian besar water bath memiliki antarmuka digital atau
analog untuk memungkinkan pengguna mengatur suhu yang diinginkan.Tetapi beberapa
pemandian air memiliki suhu yang dikendalikan oleh arus yang melewati pembaca.
Pemanfaatannya meliputi pemanasan reagen, pencairan substrat atau inkubasi kultur sel.
Ini juga digunakan untuk memungkinkan reaksi kimia tertentu terjadi pada suhu
tinggi.Water bath adalah sumber panas yang lebih disukai untuk memanaskan bahan
kimia yang mudah terbakar daripada nyala api terbuka untuk mencegah penyalaan.
Berbagai jenis water bath digunakan tergantung pada aplikasinya. Untuk semua water
bath, dapat digunakan hingga 99,9 °C.Ketika suhu di atas 100 °C, metode alternatif
seperti penangas minyak.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum pengenalan alat-alat Laboratorium di laksanakan pada hari Sabtu,
23 Oktober 2021, pada jam 08.30-selesai WITA di Laboratorium Teknologi
Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, alat pengisi kapsul, batang
pengaduk ujung spiral, botol tetes, cawan porselin, cetakan supositoria, kaca
arloji, lumpang dan alu, neraca kasar, pengaduk kaca, penjepit, pipet tetes, pinset,
sikat tabung, sudip, timbangan analitik, waterbath(penangas air).
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, alkohol dan tisu
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHAN
4.1 Hasil
No Gambar dan Nama Alat Fungsi
16
4 Cawan Porselin Berfungsi untuk mereaksikan zat kimia pada suhu
tinggi, tempat mengarangkan bahan yang kemudian
sekaligus tempat untuk mengabukkan bahan,
menguapkan bahan dengan cara dipanaskan baik
pemanasan langsung maupun tidak langsung
17
corong ketika memindah atau ketika
menyaring larutan
Pipet
18
14 Sudip mengambil bahan setengah padat dan cairan
kental
4.2 Pembahasan
Praktikum yang berjudul “ Pengenalan Alat” ini membahas mengenai alat- alat
yang akan di pergunakan pada praktikum Farmasetika Dasar. Pada praktikum pertama
ini, kami dikenalkan pada beberapa peralatan yang nantinya akan digunakan di praktikum
Farmasetika Dasar, diantaranya yaitu Lumpang dan Alu, Timbangan Analitik, Cetakan
suppositoria, Alat pengisi kapsul, Waterbath ( penangas air), Neraca kasar .
Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal atau
mengetahui tentang peralatan yang digunakan dalam melakukan praktikum tersebut. Hal
ini berguna untuk mempermudah kita dalam melakukan percobaaan, sehingga resiko
kecelakaan di laboratium ditanggulangi. Kebersihan dan kesempurnaan alat sangat
penting untuk bekerja di laboratium. Alat yang kelihatan secara kasat mata, belum tentu
bersih, terg antung pada pemahaman seorang analisis mengenai apa artinya bersih. Alat
kaca seperti gelas piala atau erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau
deterjen sintetik. Pipet, buret, dan labu volumetrik mungkin memerlukan larutan deterjen
panas untuk bisa bersih benar ( Day dan Underwood, 1998). Oleh karena itu pengenalan
alat laboratium sebelum kita melakukan prktikum sangatlah penting.
19
Adapun alat laboratium yang di perkenalkan pada praktikum farmasetika dasar
yaitu: neraca analitik digital, adalah jenis neraca yang dirancang untuk mengukur massa
kecil dalam rentang sub-miligram. fungsinya untuk menimbang berat sampel dan berat
media. Prinsip kerja alat ini yaitu dengan meletakkan bahan sehingga akan tertera secara
langsung padaa layar berat bahan tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat ( Egi
Pamungkas,2014) Yang menyatakan bahwa neraca Analitik berfungsi untuk mengukur
massa atau berat sampel yang dapat di restar kembali ke angka 0 lagi. Beberapa hal yang
mungkin perlu diketahui adalah Pastikan neraca analitik pada posisi yang benar, setting
water pas agar sesuai dengan petunjuk manual book,Tempatkan neraca analitik pada
posisi yang jauh dari hembusan angin dan panas berlebih,Calibrasi timbangan analitik
sebelum menggunakan,Hindarkan neraca analitik dari medan magnet sekitar, Selalu
bersihkan timbangan analitik jika sudah digunakan. Keuntungan yang didapatkan ketika
memakai neraca analitik yaitu, Memiliki tingkat akurasi atau ketelitian yang sangat baik,
bahkan hingga 0,0001 gram,Neraca analitik digital mudah dalam penggunaan, karena
lebih praktis, dan efektif, tidak membutuhkan waktu yang lama,Beberapa timbangan
analitik digital bahkan sudah memiliki fitur internal calibration yang memungkinkan kita
melakukan kalibrasi sendiri.
Selanjutnya neraca analitik mekanik yang akan dibahas kali ini yaitu: Neraca kasar,
adalah jenis neraca yang memiliki tingkat ketelitian (kepekaan atau sensifitas) rendah.
Fungsinya untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek laboratium. Prinsip
kerja neraca ini adalah pertama meletakkan kalibirasi terhadap neraca yang akan
digunakan untuk menimbang, dengan cara memutar sekrup yang berada di samping atas
piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi dua garis pada neraca sejajar. Kedua,
meletakkan benda yang akan di ukur massanya. Ketiga, Menggeser skalanya dimulai dari
skala besar baru digunakan skala yang kecil. Jika panahnya sudah berada dititik
setimbang 0. Keempat, Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai
membaca hasil pengukurannya. Kemudian Neraca Analitik halus adalah neraca yang
biasa digunakan dilaboratium yang memiliki ketelitian sangat tinggi yaitu sekitar 0,01 m
g. Fungsinya yaitu untuk menimbang bahan bobot kecil mili gram kapasitas 50 gram
( range 25 mg sampai 50 mg). Prinsip kerja alat ini yaitu Letak anak timbang disebelah
kiri hadapan penimbang, Letak zat yang akan ditimbang disebelah kanan hadapan
penimbang , Apabila jarum indikator bergerak kekiri itu berarti beban/massa lebih berat
disebelah kanan, Apabila jarum indikator bergerak kekanan itu berarti beban/massa lebih
berat disebelah kiri, Pada saat menimbang harus selalu dalam keadaan tertutup , Selalu
20
menggunakan kertas timbang. Keuntungan dalam pemakaian neraca mekanik yaitu
bahan pembuatannya yang menggunakan material seperti besi, kuningan yang terbilang
lebih berat dan juga kokoh. Namun tetap harus berhati hati jika menggunakan timbangan
ini. Karena terbilang mudah sekali rusak dan timbangan tidak sesuai dengan neraca
keseimbangan saat di gunakan. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan
kedua neraca ini yaitu, cara kalibrasi, penanganan timbangan, kebersihan timbangan dan
cara mengoprasikan timbangan tersebut. Menimbang zat dengan penimbangan selisih
dilakukan jika zat yang ditimbang dikhawatirkan akan menempel pada tempat
menimbang dan sukar untuk dibilas. Pada penimbangan selisih akan diperoleh berat zat
yang masuk ke dalam tempat yang diinginkan bukan pada tempat menimbang.
Cetakan Suppositoria, adalah alat untuk mencetak berbentuk torpedo dalam dunia
farmasi, biasabdigunakan dalam laboratium farmasetika dasar. fungsinya untuk mencetak
sediaan suppostoria. Prinsip kerja alat ini adalah pertama, Melebur basis. Kedua,
Mencampurkan bahan obat yang diinginkan. Ketiga Menuang hasil leburan ke dalam
cetakan. Keempat,Membiarkan leburan menjadi dingin dan mengental menjadi
supositoria. Keenam, Melepaskan supositoria dengan basis yang cocok dibuat dengan
cara mencetak. Keuntungan dalam pemakaian alat ini yaitu, cetakan ini mudah dibuka
secara longitudinal untuk mengeluarkan suppositoria Untuk mencetak bacilla dapat
digunakan tabung gelas untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan,
suppositoria harus dibuat berlebih (± 10 %), dan sebelum digunakan cetakan harus
dibasahi terlebih dahulu denga parafin cair atau minyak lemak Khusus untuk
suppositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween tidak diperlukan bahan pelicin cetakan,
karena basis tersebut dapat mengerut sehingga mudah dilepas dari cetakan pada proses
pendinginan. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan alat tersebu yaitu
Sebelum melakukan proses pembuatans ebelumnya dilakukan terlebih dahulu kalibrasi
alat pencetak dan penetuan bilangan pengganti yang dimulai dengan memanaskan alat
cetak di atas penangas air yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa zat pengotor
baik debu, lemak atau pun zat sisa pembuatan sebelumnya. Kalibrasi adalah kegiatan
untukmengetahui kebenaran nilai penunjukan suatu alat ukur (Anief, 2010)
Lumpang dan Alu,adalah alat laboratorium yang bentuknya sangat mirip seperti
lumpang. Mortar dan alu terbuat dari bahan porselin atau keramik yang membuatnya
terlihat mirip dengan cawan porselin ataupun krusibel. Mortar dan alu adalah sepasang
alat laboratorium yang penggunaanya tidak dapat dipisahkan berdasarkan fungsinya.
Fungsinya sebagai alat yang digunakan untuk mengahaluskan zat yang masih bersifat
21
padat. Prinsip kerja alat ini adalah pertama , Pastikan mortar dan alu dalam keadaan
bersih tanpa ada kontaminasi dari sisa-sisa bahan sebelumnya. kedua, Jika kotor
maka bisa dibersihkan dengan menggunakan akuades dan tisu kering.
Ketiga,Masukan sampel kedalam mortar dan tumbuk dengan perlahan menggunakan
alu. Keempat Jika sampel sudah halus maka bisa digunakan untuk analisa pengujian
selanjutnya. Keuntungan dalam pemakaian alat ini adalah lumpang dan alu dapat
mengantisipasi blender dan penggiling modern dan dapat digambarkan memiliki
fungsi penggilingan kecil, bergerak, yang dioperasikan dengan tangan yang tidak
memerlukan listrik atau bahan bakar untuk beroperasi.
Alat pengisi kapsul , yaitu digunakan dalam mencetak kapsul. Prinsip kerja alat ini
dalah Pertama, Menempatkan Kapsul dalam Pengisi Kapsul Manual . Sebelum Anda
memulai proses enkapsulasi, bersihkan dan keringkan area kerja. Ini memastikan itu
bebas dari puing-puing. Kedua, Isi Kapsul dengan Bubuk Sekarang saatnya mengisi
kapsul dengan bubuk atau pelet. Ketiga, Tutup Kapsul Anda harus meletakkan lembaran
tengah pada lembaran kapsul yang diisi dan mengencangkannya dengan sekrup / pin
stainless steel. Keuntungan dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang
lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan
berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang tetap dan bagian
yang bergerak. Sebelum alat digunakan harap diperhatikan Paku-paku pemandu
pemakaian ( 3 paku terpasang di papan kepala kapsul ) supaya rangkaian papan tidak
terbalik pada waktu memandu, penutupan kapsul secara bersamaan ( bila terbalik
produksi akan gagal ),Bila alat tidak digunakan simpan pada posisi rangkaian alat
seperti semula ( packing ) untuk menghindari lengkungan papan dan kerusakan
Waterbath ( penangas air), yaitu peralatan laboratorium yang terbuat dari wadah
berisi air panas. Fingsinya digunakan untuk menginkubasi sampel dalam air pada suhu
konstan selama periode waktu yang lama.Secara sederhana prinsip atau cara kerja water
bath adalah mengubah energi listrik menjadi energi panas. Energi panas tersebut
disalurkan ke air pada bak, yang kemudian akan digunakan untuk memanaskan larutan
utama.Pada setiap water bath sudah dipastikan terdapat sensor suhu yang digunakan
untuk memonitor suhu air pada bak. Bak air inilah yang nantinya digunakan untuk
memanaskan larutan yang sudah ditempatkan pada labu Erlenmeyer. keuntungan di
dapatkan dalam penggunaan alat water bath yaitu menjaga kestabilan suhu agar seperti
yang kita inginkan. Hal yang perlu diperhatikan saat mengunakkan waterbath, Tidak
disarankan untuk menggunakan water bath dengan reaksi sensitif terhadap air atau
22
pyrophoric. Jangan memanaskan cairan mandi di atas titik nyala, Ketinggian air harus
dipantau secara teratur, dan diisi dengan air suling saja. Hal ini diperlukan untuk
mencegah garam menempel pada pemanasan, Desinfektan dapat ditambahkan untuk
mencegah pertumbuhan organisme, Tingkatkan suhu hingga 90 ° C atau lebih tinggi
hingga satu kali seminggu selama setengah jam untuk tujuan dekontaminasi, Spidol
cenderung mudah luntur dalam air. Gunakan yang tahan air ,Jika aplikasi melibatkan
cairan yang mengeluarkan asap , dianjurkan untuk mengoperasikan air mandi di lemari
asam atau di area yang berventilasi baik,Penutup tertutup untuk mencegah penguapan dan
membantu mencapai suhu tinggi, Siapkan permukaan yang stabil dari bahan yang mudah
terbakar.
Pipet , merupakan jenis pipet yang digunakan untuk memindahkan larutan dari
suatu wadah ke wadah lain dengan jumlah yang sangat sedikit dan dengan tingkat
ketelitian pengukuran volume yang sangat rendah. Prinsip kerja alat ini adalah dengan
memencet terlebih dahulu karet pada ujung pipet. Setelah Anda memencetnya secara
perlahan, maka masukkan ujung bawahnya yang memiliki diameter kecil ke cairan atau
larutan.Setelah Anda pencet maka bisa dilanjutkan dengan mencelup sebagian ujung pipet
dan karet yang kita tekan tadi dilepaskan secara perlahan. Tujuannya agar cairan yang
diambl bisa masuk ke dalam badan pipet. Keuntungan penggunaan pipet ini yaitu
memiliki karet hisap diatasnya, sehingga mudah dalam pengambilan larutan. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pemakaian pipet yaitu lebih berhati-hati karena pipet lebih
mudah pecah, kemudian Sebelum kita menggunakan pipet tetes untuk mengambil zat
cair, pastikan terlebih dahulu bahwa zat cair yang akan diambil tersebut bukanlah jenis
zat cair yang reaktif terhadap bahan gelas atau kaca. Beberapa bahan kimia bersifat
reaktif terhadap bahan kaca seperti contohnya yaitu asam fluorida (HF), Bahan tersebut
mampu melarutkan kaca sehingga jika kita gunakan pipet tetes, maka yang akan terjadi
adalah pipet akan rusak dan larut dalam larutan. Maka dari itu jika kita menggunakan HF,
pastikan bahwa kita menggunakan pipet tetes yang terbuat dari plastik karena bahan
plastik tidak bereaksi terhadap HF.
Kaca arloji, adalah alat laboratorium yang terbuat dari kaca bening dan
berbentuk lingkaran dengan permukaan cekung seperti piring.keuntungan
penggunaan alat ini yaitu Sangat berguna untuk menampung kelebihan zat yang
ditimbang. Prinsip kerja alat adalah Saat ingin menimbang bahan kimia, simpan zat atau
bahan kimia yang akan ditimbang di atas kaca arloji . kemudian Timbang zat atau bahan
kimia tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian kaca arloji yaitu, terbuat
23
dari bahan kaca tipis yang mudah sekali untuk pecah. Oleh karena itu perlu kehati-hatian
pada saat menggunakan alat gelas yang satu ini.
Pinset , yaitu alat yang digunakan untuk menjepit benda- benda berukuran kecil .
Prinsip kerja alat ini adalah mainkan tubuh pinset untuk menjepit dan melepaskannya.
Keuntungan dalam menggunakan alat ini yaitu, penggunaanya yang sangat mudah
digunakan, menghindari tangan dari kontak langsung dengan benda yang akan di angkat.
Hal yang perlu di perhatikan yaitu, ketika sudah menggunakan alat ini dalam mengambil
sampel atau benda yang di angkat, kemudian ingin mengangkat sampel berikutnya
sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dengan air .
Batang Pengaduk, merupakan sebuah peralatan laboratorium yang digunakan
untuk mencampur bahan kimia dan cairan untuk keperluan laboratorium. Keuntungan
Pemakaiannya yang mudah dan praktis untuk mengaduk wadah yang ukurannya sempit
seperti sebuah peralatan laboratium yang digunakan untuk mencampur bahan kimia dan
cairan untuk keperluan laboratium. Prinsip kerja alat ini adalah Mengaduk larutan atau
suspense dalam wadah. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian alat ini yaitu,
Ketika basah, bersihkan setiap pemakaian, atau akan mengkontaminasi larutan
berikutnya.Ketika telah selesai, letakkan batang pengaduk di dalam beaker yang berisi air
suling dan aduk. Jika memungkinkan, ganti air sesering mungkin untuk menghindari
kontaminasi.
Spatula laboratorium adalat alat yang terdapat dua jenis ujung, yaitu ujung
melengkung seperti sendok dan ujung lain yang berbentuk datar. keuntungan alat ini juga
bisa digunakan sebagai alat pengaduk saat membuat suatu larutan. Semua jenis larutan
yang ingin dibuat, kecuali larutan asam, bisa menggunakan alat ini sebagai alat
pengaduk.berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless steel
atau alumunium. alat untuk mengambil obyek. Spatula yang sering digunakan di
laboratorium biologi atau kimia berbentuk sendok kecil, pipih dan bertangkai. Fungsi
spatula yaitu Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan dan dipakai untuk
mengaduk larutan. Prinsip kerja alat ini yaitu, dengan mengadukan pada larutan secara
langsung. Hal yang perlu diperhatikan dalam memakai alat ini yaitu ketika terjadi
kesalahan dalam pemilihan jenis spatula akan berakibat fatal pada hasil penelitian yang
sedang dilakukaan karena bahan kimia tidak sembarang berinteraksi dengan semua bahan
temasuk bahan dari medianya(spatula).
Kertas puyer merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi sebuah apotik, klinik
maupun rumah sakit yang menyediakan obat-obatan berbentuk puyer bagi pasien.
24
Fungsinya sebagai wadah dalam pengisian obat yang berbentuk puyer. Prinsip kerja alat
ini yaitu, Siapkan 8 lembar kertas perkamen, kemudian menyusun kedelapan kertas,
selanjutnya melipat ujung atas, Untuk memudahkan dalam pelipatan dan menghindari
serbuk berterbangan, akan lebih baik jika kita membagi 2 sama banyak kertas perkamen
yang akan kita lipat. Jadi dalam hal ini kita melipat 4 kertas perkamen terlebih dahulu.
Ketika keempat kertas perkamen sudah selesai dilipat, baru kemudian melipat 4 kertas
perkamen sisanya. Susunlah keempat kertas perkamen, Isi bagian tengah masing- masing
kertas perkamen dengan serbuk yang dikehendaki, kerjakan pelipatan satu kertas
perkamen terlebih dahulu, lipat bagian bawah kertas perkamen ke atas, masukan kedalam
lipatan yang sudah terbentuk, lipat kembali bagian atas dengan lebar yang sama dengan
lipatan yang pertama kali, lipat bagian kanan sedikit ke arah tengah, dan terakhir lipat
bagian kiri hingga ujung tetap menyentuh lipatan yang paling kanan. Hal yang perlu di
perhatikan yaitu, Dalam hal ini ( cara yang diajarkan) dua lipatan kecil yang dibuat, harus
selalu berada di atas Bagian yang akan masuk ke lubang harus ujung bagian kanan, hal ini
dilakukan sebagai penyesuaian dalam hal pembukaan puyer oleh pasien yang mayoritas
tidak bertangan kidal,Ukuran tiap lipatan puyer yang dibuat harus sama, tidak boleh ada
yang satu besar atau yang lainnya lebih kecil. Keuntungan menggunakan kertas puyer
yaitu, Daya tahan kertas dari air yang membuat kertas perkamen dijadikan pembungkus
obat puyer, dan sangatlah mudah dalam penggunaanya dan tidak terlalu sulit dan bisa
dilakukan sendiri di rumah.
Plastik obat adalah suatu wadah / kantong berbahan LDPE yang berfungsi
sebagai pembungkus dan mempunyai “ klip” diatasnya yang bisa dibuka atau ditutup
kembali. Prinsip kerja yaitu dengan menggunakan kerja ritsleting. Hal tersebut bertujuan
untuk memudahkan Anda dalam memanfaatkan produk. Apabila produk tidak habis
digunakan setelah plastik dibuka, Anda dapat menutupnya kembali. Dengan demikian,
penggunaan plastik klip dapat menjaga dan mempertahankan kualitas produk.
Keuntungan dalam pemakaian kertas plastik yaitu, cara penggunaannya yang begitu
mudah hanya memasukkan obat kedalam kertas plastik tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Mahasiswa sudah mampu mengetahui jenis-jenis dari alat alat yang ada
dalam laboratorium
25
2. Mahasiswa sudah mengetahui fungsi dari masing-masing alat yang ada
dalam laboratorium
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Praktikan
Kami berharap agar kiranya kepada sesame praktikan dapat menyimak
dengan baik saat asisten memberikan arahan agar mempermudah kita
menyelesaikan praktik tersebut.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Kami mengharapkan agar kiranya dapat terjadi kerja sama yang lebih baik
lagi antar asisten dan praktikan saat berada di dalam laboratorium maupun
di luar laboratorium. Sebab. kerja sama yang baik akan lebih mempermudah
proses penyaluran pengetahuan dari asisten kepada praktikan.
5.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan alat-alat yang ada dalam
laboratorium. Agar para praktikan dapat lebih mudah, cepat dan lancar
dalam melakukan suatu percobaan atau penelitian.
5.2.4 Saran Untuk Jurusan
Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas yang
ada pada laboratorium yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
26
Depdiknas. SPTK-21. Jakarta: Depdiknas. 2002.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat
27
OLEH :
28
KELOMPOK : 1 (SATU)
JURUSAN FARMASI
2021
Lembar Pengesahan
FARMASETIKA DASAR
“SERBUK”
OLEH :
29
KELOMPOK : 1 (SATU)
NUR OKTAVIANA
KATAPENGANTAR
Assalamualikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Segala puji syukur bagi Allah SWT dengan nikmat-Nya sehingga kamidapat
menyelesaikan laporan praktikum Farmasetika Dasar yang berjudul “Serbuk Bagi”.
Shalawat serta salam kami haturkan kepada nabi Muhammad SAW, beserta sahabat-
sahabatnya, dan semoga safaatnya sampai kepada kita.
Tujuan dari kami menulis laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas laporan
praktikum. Percobaan pembuatan sediaan serbuk bagi. Selain itu, Laporan ini
30
juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan pada kami dan
pembaca tentang pembuatan sediaan serbuk bagi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada penanggung jawab Laboratorium
Teknologi Farmasi dan asisten Laboratorium Teknologi Farmasi yang telah
memfasilitasi kami dalam melakukan Praktikum Farmasetika Dasar.
Semoga laporan yang kami tulis dapat bermanfaat buat siapapun yang
membacanya, sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Kelompok I
DAFTAR ISI
31
1.6 Maksud dan Tujuan Percobaan...................….............................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3
5.3 Kesimpulan....................................................................................16
5.4 Saran...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17
LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari mengenai cara membuat,
mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi,
menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat
beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Farmasi merupakan
salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu
kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan
efektivitas dan keamanan penggunaan obat.
32
Salah satu cabang ilmu yang dipelajari dalam farmasi adalah farmasetika
dasar. Farmasertika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat,
yang meliputi pengumpulan,pengenalan,pengawetan dan pembakuan bahan obat-
obatan; seni peracikan obat; serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu sehingga siap digunakan sebagai obat.
Obat merupakan salah satu komponen penting dalam upaya pelayanan
kesehatan pada masyarakat. Sediaan obat terdapat dalam berbagai macam bentuk
di antaranya tablet, kapsul, sirup, pulveres, dan salep. Pulveres memiliki
kelebihan yaitu dosisnya mudah diatur dan kombinasi obatnya sesuai dengan
kebutuhan pasien. Tetapi sediaan pulveres memiliki kelemahan yaitu
ketidakseragaman bobot dan tidak homogen. Hal ini terkait dengan ketelitian,
keterampilan, serta waktu dalam menyiapkan suatu sediaan pulveres.
Serbuk terbagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang
kurang lebih sama yang dibungkus menggunakan bahan pembungkus yang cocok
dan digunakan untuk sekali minum (dosis tunggal). Bahan pembungkus yang
digunakan dapat berupa kertas perkamen atau kapsul disesuaikan dgn usia dan
kondisi pasien. Salah satu syarat serbuk bagi (pulveres) yang baik yaitu harus
memenuhi persyaratan keseragaman kandungan atau dosis.
Menurut Depkes RI, (2007), ketidaktepatan dosis terkait dengan
pemberian dosis, cara penyiapan, dan penyimpanan dapat menjadi salah satu
penyebab dari kegagalan terapi. Adanya variasi dalam bobot dan kandungan dapat
mempengaruhi efektivitas obat yang diberikan pada pasien.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud Percobaan
33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
34
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena
mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih
larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa
yang suka menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam
bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum (Yayat
Sudaryat.2013).
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian oral dalam atau untuk pemakaian luar. Bentuk serbuk
mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih
mudah terdispersi dari pada bentuk sediaan padatan lainnya seperti kapsul, tablet,
pil (Syamsuni,2006).
Serbuk diracik dengan cara mencampurkan bahan obat satu persatu, sedikit
demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Dalam
mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga agar jangan ada
bagian yang menempel pada dinding mortar. Terutama untuk serbuk yang
berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil. Campuran serbuk dapat terbagi tepat,
sering ditambah zat tambahan yang berkhasiat netral atau indiferen, seperti
Saccharum Album, Saccharum Lactis , sampai berat serbuk tiap bungkusnya
20mg. Penggunaan Saccharum Album ada keuntungannya sebagai korigen rasa,
tetapi serbuk akan mudah basah karena higroskois. Serbuk yang diberikan kepada
pasien diabetes tidak boleh digunakan Saccharum Album sebagai zat tambahan.
Tetapi digunakan Mannitumatau SaccharumLactis(Anief,1997).
Serbuk terbagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
Untuk serbuk terbagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri
harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin
kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam(Ayu Pandingan,2016).
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Serbuk
Menurut Elmitra (2017) Keuntungan sediaan obat serbuk dibandingkan
sediaan bentuk lainnya adalah :
1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih mudah larut daripada bentuk
sediaan oral lainnya.
2. Lebih mudah untuk ditelan disbanding sediaan padat lainnya.
3. Lebih stabil disbanding sediaancair.
4. Lebih mudah dalam pengaturan dosis
Kerugian bentuksediaan serbuk adalah:
35
1. Obat yang tidak tahan terhadap pemaparan diudara akan rusak dengan
bentuk sediaan ini.
2. Obat yang pahit, menimbulkan rasa mual dan muntah, begitu pula obat yang
korosif tidak dapat dibuat dalam bentuk sediaan ini.
3. Sukar untuk menutup rasa dan bau yang tidak enak.
4. Tidak dapat disimpan lama.
5. Durasi efek dan waktu mulai berefek tidak dapat diatur.
2.1.3 Syarat-Syarat Serbuk
Secara khusus syarat serbuk tabor adalah Syamsuni,2006):
1. Harus halus, tidak boleh ada butiran-butiran kasar (harus melewati ayakan
Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri
Clostridiumtetani C.welchi dan Bacillus
2. Anthracis serta disteril kandengan cara kering
3. Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
2.1.4 Cara Pembuatan Serbuk
1. Pada kasus angin apectoris (nyeri dada karena tidak Cukup aliran darah)
2. Pada kasus angin apectoris (nyeri dada karena tidak cukup nya aliran darah
ke)
3. Pada kasus angina pectoris (nyeri dada karena tidak cukupnya aliran darah
ke.)
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit
demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian
diayak, biasanya menggunakan pengayak No.60, dandicampur lagi (Dirjen
POM, 1979) jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak
No.44.
1. Jika obat bobotnya kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat
ditimbang harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan
yangcocok.
2. Jika obat berupa serbuk kasar, terutama simplisia nabati, serbuk digerus
lebihdahulu sampai derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak dan
derajat halusserbuk,setelahitu dikeringkanpadasuhu tidak lebih dari 50oC.
36
3. Jika obat berupa cairan misalnya tingtur dan ekstrak cair, pelarutnya
diuapkan hingga hamper kering, dan serbuk kandungan zat tambahan yang
cocok.
4. Obat bermassa lembek, misalnya ekstrak kental, dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan zat tambahan yang cocok
5. Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap, dikeringkan
dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok.
Pembuatan Serbuk dengan Bahan-Bahan Cara mencampur bahan obat untuk serbuk
(Syamsuni, 2006).
1. Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam mortar dalam keadaan tidak
diencerkan, untuk mencegah sebagian obat tertinggal dalam pori-pori
dinding mortar. Cara yang baik ialah, pilihan mortar yang halus.
2. Bila bagian-bagian serbuk mempunyai BJ yang berlainan, masukkan dulu
serbuk yang BJ-nya besar baru kemudian masukkan bagian serbuk yang BJ-
nya lebih rendah dan diaduk.
3. Jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus. Hal
ini untuk menghindari agar jangan sampai ada bagian serbuk yang belum
halus. Karena dengan menggerus akan banyak terjadi kristal kasar menjadi
halus. Bila menggerus serbuk banyak, akan terjadi serbuk halus yang
banyak pula, tetapi ada bagian-bagian kasar yang terlepas dan tidak ikut
tergerus dengan baik. Maka itu lebih baik bagian-bagian serbuk digerus
masing-masing dalam mortar sampai halus baru dicampur.
37
4. Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.
Maka itu untuk menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan
mortar panas. Hal ini khusus untuk menggerus Kali sampai dinding luar
mortar terasa panas, setelah itu air panas dituang keluar dan keringkan
dengan serbet bersih. Jangan menggunakan mortar panas untuk bahan-bahan
yang mudah menguap, atau rusak pada pemanasan.
2.1.6 Wadah
Menurut Anief (2008) Ada tiga kategori kualitas wadah, yaitu :
38
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
39
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau larutan
mempunyai ph antara 4 dan 5
Kelarutan : Mudah larut dalam air, etanol dan klorofom.
Khasiat : Antihistamin, sedative
Kegunaan : Sebagai sampel.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2.4 Ambroxol (Martindale,1565)
Nama resep : Ambroxol Hydrochloride
Nama lain : Ambroxol HCL
Rumus struktur :
BAB III
40
METODOLOGI KERJA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
41
1. Loratadine
Diminta 5 mg, maka 5 mg/2 = 2,5 mg
5
Loratadine = ×10 =5 tab
10
2. CTM 2mg
1
CTM = ×10=¿ 5 tab
2
3. Ambroxol
Diminta 15mg
15
Ambroxol = ×10 = 5
30
Pada resep ini ditujukan kepada anak An RA diumur 6 tahun maka perhitungan
n
dosis menggunakan rumus dilling yaitu × DM
n+12
1. Loratadine
n
a. Dosis sekali = × DM
n+12
6
= × 10
6+12
60
= = 3,33 mg
18
6
b. Dosis sehari = ×10=¿
18
60
= = 3,33 mg
18
c. Resep =
1× sehari = 5mg
42
1 hari = 10mg
d. % OD =
5 mg
1x= ×100 = 150 mg (OD)
3,33 mg
10
1 hari = ×100 = 300mg (OD)
3,3
2. CTM
n
a. Dosis sekali = ×DM
n+12
6
= ×4
18
= 1,33 mg
n
b. Dosis sehari = × DM
n+12
6
= × 4 = 1,33 mg
18
c. Resep
6
1 x sehari = × 4 mg = 1,33 mg
18
6
1 hari = ×8 mg = 2,6
18
d. % OD =
1,33 mg
1 x sehari = ×100 = 33,25 mg (TOD)
4
2,6
1 hari = ×100 = 65 mg (TOD)
4
3. Ambroxol
n
a. Dosis sekali = × DM
n+12
6
=×30=10 mg
18
6
b. Dosis sehari = ×30 = 10 mg
18
c. Resep
1 x sehari = 15 mg
Sehari = 30 mg
d. % OD =
43
15
1x sehari ×100 = 150 % (TOD)
10
30
Sehari = ×100 = 300 % (TOD)
10
4.3 Pembahasan
Menurut Dirjen POM (1979), serbuk adalah campuran kering bahan obat
atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk
pemakaian luar. Sedangan serbuk bagi/Pulveres adalah serbuk yang dibagi-bagi
dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas
yang cocok untuk sekali minum.
Sebelum melakukan semua percobaan, kami membersihkan alat dengan
alcohol 70% karena menurut Pratiwi (2008) alcohol 70% berfungsi sebagai
disinfektan dan antiseptik. Selain itu menrut Handoko (2007) efektivitas alcohol
70% sebagai disenfektan terhadap kuman pada membrane stetoskop, dengan
menyemprot dan menggenangi membrane stetoskop selama 10 menit terbukti
mampu mereduksi jumlah koloni kuman sampai 91% tiap membrane stetoskop.
Ambroxol hydrocloride merupakan zat mukolotik yang memiliki gugus
sulfhdryl(-SH) bebas. Ambroxol adalah metabolit dari bromoheksin yang
memiliki sifat mukokinetik dan sekretolitik. Ambroxol dapat digunakan dalam
pengobatan untuk gangguan saluran pernapasan seperti bronkitis kronis dan
berfungsi mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkannya dari efek batuk
fungsi mukolitik efektif pada batuk dengan dahak kental, seperti pada kondisi
bronkitis, emfisema, dan mukovidosis. Zat-zat ini mempermudah pengeluaran
dahak yang menjadi yang lebih encer melalui proses batuk atau dengan bantuan
gerakan siria dari epitel. Ambroxol meningkatkan produksi suefaktan, zat yang
mempromosikan mekanisme clearance untuk membersihkan kuman atau patogen
lainnya, yang membantu untuk mencegah dan mengatasi infeksi pada bronkus.
Ambroxol memiliki efek samping diantaranya yaitu gangguan pencernaan, sakit
kepala, pusing, berkeringat, rhinorrhoea, larkimasi dan reaksi alergi(Kumar,2014)
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan
yang digunakan seperti lumping dan alu, kertas perkamen, sudip, dan plastic obat.
Lalu bahan-bahan yang digunakan adalah Parcetamol dan CTM. Setelah itu,
masukkan semua bahan seperti Paracetamol sebanyak 5 tablet dan digerus lalu
ditambahkan CTM sebanyak 1 tablet lalu digerus hingga homogen. Setelah
sediaan digerus hingga homogen, sediaan di bagi kedalam 10 kertas perkamen
kemudian di lipat. Setelah dilipat, dimasukkan ke dalam plastik obat. Lalu diberi
etiket putih untuk obat penggunan oral.
Paracetamol merupakan obat bebas yang termasuk dalam golongan
analgesik dan antipiretik yang digunakan untuk meredakan sakit dan demam dan
boleh dikonsumsi oleh anak-anak. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
44
dan suntik. Sedangkan CTM atau chlorpheniramine adalah obat golongan
antihistamin yang digunakan untuk membantu meredakan gejala alergi yang
dipicu oleh debu, makanan, bulu hewan, serbuk sari, dan gigitan binatang. Gejala-
gejala alergi yang umum ditemui, antara lain batuk, pilek, mata berair,
tenggorokan dan hidung gatal, serta ruam.
4.4 Nama Latin
Recipe = Ambillah
Nomero = Sebanyak
Decem = Sepuluh
Signa = Tandai
4.5 Resep
Dr. Novia Luawo
SIP o8xxxxx
Apt : Oktaviana, M Farm,Apt
Alamat : Jl. Kalimantan, No Telp (0435)
R/ Loratadine 5 mg
CTM ½ tab
Ambroxol 15 mg
∫ 2 dd 1 pc
Pro : An. RA
45
Umur : 6th
BB : 29 kg
Alamat : Jl. Beringin
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pembuatan serbuk pagi (pulveres) yang baik dan benar adalah sebagai
berikut:
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dibersihkan menggunakan alcohol 70%
c. Dimasukkan Paracetamol sebanyak 5 tablet dan CTM sebanyak 1 tablet,
digerus hingga homogen
d. Diletakkan diatas kertas perkamen sebanyak 10, dilipat dan dimasukkan
kedalam sak obat (plastik obat)
e. Dibersihkan kembali alat yang telah digunakan
f. Diberi etiket putih untuk penggunaan oral (dalam)
g. Diberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO)
2 Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang
lebih sama yang dibungkus menggunakan bahan pembungkus yang cocok dan
digunakan untuk sekali minum (dosis tunggal).
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
46
Diharapkan kepada Jurusan agar kiranya dapat memperbaiki dan
melengkapi sarana dan fasilitas fisik yang ada sehingga dapat mendukung
kegiatan perkuliahan dengan baik.
47
DAFTAR PUSTAKA
PressAnief,M. 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Prakte, EdisiI, 168-169.
Yogyakarta:GadjahMadaUniversityPress
Kanti Rahmi Fauziyah dan Ayu S Pandingan .2016. Serbuk Tabur. Institut
Teknologi Bandung.
Nora Susanti.2016. Bentuk sediaan Obat. Dikerkorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan.
48
LAMPIRAN
49
b. Bahan
Nama Bahan Gambar Fungsi
Mempermudah
Sak Obat/Klip Plastik
Obat dalam packing obat
dan akan terhindari
dari bakteri luar
Sebagai identitas
Etiket putih
atau aturan
penggunaan obat.
Untuk
Tissue
membersihkan alat
Sebagai alas
Kertas Perkamen
timbangan dalam
proses menimbang
bahan obat serta
sebagai pembungkus
obat
50
Lampiran 2 : Diagram Alir
Paracetamol
Hasil
52
Dimasukkan
Dibersihkan paracetamol
alat dengn sebanyak 5 Masukan obat
alkohol tablet kedalam kapsul
Diletakan Disiapkan kertas
Dimasukkan ke obat diatas kertas perkamen dan
dalam plastik obat perkamen dibagi cangkang kapsul
dan diberi etiket sama rata, sebanyak 10
warna putih dimasukan ke
dalam cangkang
Laporan Praktikum
FARMASETIKA DASAR
“Kapsul”
OLEH :
KELOMPOK : 1 (SATU)
53
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
JURUSAN FARMASI
2021
Lembar Pengesahan
FARMASETIKA DASAR
“Kapsul”
OLEH :
KELOMPOK : 1 (SATU)
NABILA BASALAMAH
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……....
……………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB
PENDAHULUAN………………………………………………
…………..2
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................2
1.2 Maksud Percobaan.....................................................................................................3
1.3 Tujuan Percobaan.......................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Dasar Teori................................................................................................................4
2.2 Uraian Bahan.............................................................................................................9
55
BAB III METODE PRAKTIKUM 11
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.............................................................................11
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................................11
3.3 Cara Kerja...............................................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12
4.1 Hasil.......................................................................................................................12
4.2 PERHITUNGAN BAHAN....................................................................................12
4.3 PEMBAHASAN....................................................................................................13
4.4 Resep 15
4.5 Narasai Resep.........................................................................................................15
4.6 Nama Latin.............................................................................................................16
BAB V PENUTUP 17
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................17
5.2 Saran........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasetika merupakan keterampilan dasar bagi mahasiswa farmasi untuk
melatih mahasiswa farmasi untuk menjaga teknik kefarmasian yang
kompoten.Latar belakang pendidikan yang berbeda akan menimbulkan perbedaan
pula pada cara pandang,cara berfikir dan cara belajar mahasiswa dalam
memahami beberapa metode pembelajaran farmasetika mengenai resep bentuk
sediaan contohnya sediaan padat,bahasa latin,dosis,hingga pembuatan sediaan
farmasi (Nova Rahma Widya Ningrum,2015).
Sediaan padat adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur yang
56
padat serta kompak. Sediaan solida ini mempunyai bermacam-macam bentuk.
Salah satu bentuk sediaan solida yaitu tablet. Tablet merupakan bentuk sediaan
padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang dibuat dengan pemadatan.
Tablet memiliki perbedaan dalam ukuran bentuk berat kekerasan ataupun
ketebalannya. Kebanyakan tipe atau jenis tablet dimaksudkan untuk ditelan
kemudian dihancurkan dan melepaskan bahan obat yang ada di dalam tablet
tersebut ke dalam saluran pencernaan (Kemenkes RI, 2018).
Tablet memiliki popularitas yang besar dan penggunaannya yang sangat
luas sebagai sediaan obat. Tablet terbukti menunjukkan suatu bentuk yang efisien,
sangat praktis, dan ideal untuk pemberian zat aktif secara oral (Kemenkes RI,
2018).Sediaan tablet mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya adalah mudah
untuk dikonsumsi, takaran yang tepat, variabilitas sediaan yang rendah, memiliki
keseragaman yang baik, dikemas secara baik, praktis transportasi dan
penyimpanannya (stabilitasnya terjaga dalam sediaannya) serta mudah ditelan.
Sediaan tablet, selain mengandung zat aktif yang ada dalam tablet juga diperlukan
eksipien atau bahan tambahan seperti bahan pengisi, pengikat, penghancur, pelicin
dan pewarna. Bahan tambahan memegang 2 peranan penting dalam pembuatan
tablet, salah satunya yaitu bahan pengikat. Bahan pengikat dimaksudkan untuk
memberikan kekompakan dan daya tahan tablet sehingga bahan pengikat
menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granula.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gelatin bersifat stabil diudara bila dalam keadaan kering akan tetapi mudah
mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab dan bila disimpan dalam larutan
berair. Oleh karena itu, kapsul gelatin yang lunak mengandung lebih banyak uap air dari
pada kapsul keras. Pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah
timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Biasanya kapsul keras gelatin mengandung air
antara 9-12%. Bila mana disimpan dalam lingkungan dengan kelembapan yang tinggi.
Penambahan uap air akan diabsorbsi oleh kapsul dan kapsul keras akan rusak dari bentuk
kekerasannya. Sebaliknya dalam lingkungan udara yang sangat kering, sebagian uap air
yang ada didalam kapsul gelatin mungkin akan hilang, dan kapsul menjadi rapuh bahkan
akan remuk bila dipegang (Ansel,1985).
2.1.2 Macam-macamkapsul
Kapsul dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, kapsul gelatin lunak dan kapsul
gelatin keras. Kapsul gelatin keras lebih sedikit mengandung uap air dibandingkan
dengan kapsul gelatin lunak yaitu sekitar 9-12 % (Ansel 1989).
58
Kapsul memiliki kemampuan dalam menutup rasa dan bau, serta memberikan
perlindungan bahan aktif terhadap oksidasi dan kelembaban. Umumnya kapsul gelatin
keras dipakai untuk menampung isi antara 65mg-1g bahan serbuk, termasuk bahan obat
dan bahan pengencer lainnya.
2.1.3 Ukurankapsul
00 0,950 0,760
0 0,680 0,544
1 0,500 0,400
2 0,370 0,296
3 0,300 0,240
4 0,210 0,168
5 0,130 0,104
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk atau granul. Pada formulasi
massa kapsul, bila dosis obat atau jumlah obat yang akan dimasukkan tidak memenuhi
untuk mengisi volume kapsul, maka diperlukan penambahan bahan pengisi yang cocok
dalam jumlah yang tepat. Bila jumlah obat yang akan diberikan dalam satu kapsul cukup
besar untuk mengisi penuh kapsul, bahan pengisi tidak dibutuhkan (Augsbuger, 2000).
1. Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obat mudah untuk
ditelan.
2. Mudah dalam penyiapan karena hanya sedikit bahan tambahan dan
4. Bahan obat terlindung dari pengaruh luar seperti cahaya dan kelembaban.
60
Sedangkan kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul adalah sebagai berikut
Syamsuni, 1993):
1. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak
dapat menahan penguapan.
3. Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
5. Kapsul tidak cocok untuk bahan obat yang dapat mengembang peralatan pengisi
kapsul
Biasanya kapsul tidak digunakan untuk bahan-bahan yang sangat mudah larut
seperti kalium klorida, kalium bromida, atau amonium klorida, karena kelarutan
mendadak dari senyawa-senyawa seperti itu dalam lambung dapat mengakibatkan
konsentrasi yang menimbulkan iritasi. Kapsul tidak boleh digunakan untuk bahan-bahan
yang sangat mudah mencair dan sangat mudah menguap. Bahan yang mudah mencair
dapat memperlunak kapsul, sedangkan yang mudah menguapakan mengeringkan kapsul
dan menyebabkan kerapuhan (Lachman, 1994).
Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan
mesin dan dengan alat mesin (Lachman, 1994):
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat
lain. Cara ini sering dikerjakan di apotik untuk melayani resep dokter. Pada pengisian
dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin
timbul karena petugas tidak tahan terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat
dilakukan dengan cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap
bagian serbuk dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup.
61
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia.
Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan
pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh puluh
kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang tetap dan bagian yang
bergerak dengan cara :
a. Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian alat yang
tidak bergerak.
b. Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan /ditab leturkan pada
permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.
62
120 mg atau lebih 10% 20%
Timbang 10 kapsul, timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul, cuci
cangkang kapsul dengan eter. Buang cairan cucian, biarkan hingga tidak berbau eter,
timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap
isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi
kapsul tidak lebih dari 7,5%.
Uji waktu hancur digunakan untuk menguji kapsul keras maupun kapsul lunak.
Waktu hancur ditentukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh kapsul yang
bersangkutan untuk hancur menjadi butiran-butiran bebas yang tidak terikat oleh satu
bentuk.
Terdiri dari keragaman bobot untuk kapsul keras dan keseragaman kandungan
untuk kapsul lunak.
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang
tertera dalam farmakope masing–masing monografi. Persyaratan disolusi tidak berlaku
untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi.
Rumusmolekul : C8H9N02
Struktur kimia :
demam (antipiretik)
64
65
66
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.2.2 Bahan
Pada praktikum farmasetika dasar, adapun bahan yang digunakan
yaitu alkohol 70%,cangkang kapsul,etiket putih,kertas perkamen,plastik
obat, paracetamol,resep,dan tisu.
4.1 Hasil
4.1.1 Sebelum
4.1.2 Hasil
68
4.2 PERHITUNGAN BAHAN
4.2.1 Perhitungan Bahan
250 mg
a. Paracetamol = ×10=5tab
500 mg
1
b. CTM = ×10=3 tab
3
0,25
c. Dexametason = ×10=5 tab
0,5
n
× Dosis Maksismum
20
a. Paracetamol
20
Sehari = ×300=300 mg
20
20
Sehari = ×600=600 mg
20
b. CTM
69
20
Sehari = × 4=4 mg
20
20
Sehari = × 8=8 mg
20
c. Deaxametasol
20
Sehari = × 0,5=0,5 mg
20
20
Sehari = ×1=1 mg
20
a. Paracetamol
250
Sehari = ×100 %=50 % (TOD )
500
500
Sehari = ×100 %=50 %
100
b. CTM
1,33
Sehari = ×100 %=33,25 %
4
2,66
Sehari = ×100 %=33,25 %
8
c. Dexametason
0,25
Sehari = ×100 %=50 %
0,5
0,5
Sehari = ×100 %=50 %
1
4.3 PEMBAHASAN
Menurut Dirjen POM (1995), kapsul adalah sediaan obat terbungkus cangkang
kapsul keras atau lunak, sedangkan menurut Ansel (2005), kapsul dapat didefinisikan
sebagai bentuk sediaan padat, dimana suatu macam obat atau lebih dan atau bahan inert
lainnya yang dimasukan kedalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air.
70
Pada percobaan kali ini kita akan mebuat kapsul, pertama-tama siapkan alat dan
bahan yang akan digunakan alat yang digunakan yaitu lumpang dan alu, dan bahan
digunakan yaitu Paracetamol 250 mg, CTM 1/3 tablet, Dexametason 0,25 mg.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu masukan paracetamol 250 mg, ctm 1/3
tablet, dexametason 0,25 mg kedalam lumpang kemudian digerus sampi halus. Setelah
semua bahan homogen selanjutnya disiapkan kertas perkamen sesuai jumlah sediaan yang
diminta, serbuk dibagi rata di atas kertas perkamen dengan bobot yang kurang lebig
sama, kemudian serbuk dimasukkan kedalam cangkang kapsul, setelah itu kapsul ditutup
rapat hingga terdengar bunyi klik atau pertanda bahwa kapsul suda tertutup rapat.
Kemudian kapsul dimasukkan kedalam plastic obat dan diberi etiket warna putih dan
diberi tanda diminum 3 kali sehari 1 kapsul.
71
4.4 Resep
dr. Nabellah
Sip : XXX
Jl : Kalimantan
Gorontalo, 29/10/2021
R/
Paracetamol 250 mg
Dexametason 0,25 mg
3 dd 1
Pro : Theo
Umur : 20 tahun
Recelved Paracetamol 250 mg, CTM 1/3 tab, Dexametason 0,25 mg, misco fak
pulveres da tales doses da in capsule nomero decom. Signa ter de die 1. Pro Theo (20
thn).
4.5.1 Ambillah Paracetamol 250 mg, CTM 1/3 tab, Dexametason 0,25 mg, campur dan
buatlah serbuk tabur. Sesuai dosis sebanyak 10 tandai 3 kali sehari. Untuk Theo (20
tahun).
72
4.6 Nama Latin
Dd De die Sehari
R Recipe Ambilah
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.Kapsul merupakan suatu bentuk sediaan padat, dimana satu macam bahan
obat atau lebih dan/atau bahan innert lainnya yang dimasukkan kedalam cangkang
atau wadah kecil yang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai. Kelebihan dari
bentuk sediaan kapsul yaitu cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi
obat yang berasa dan berbau tidak enak. Kekurangannya yaitu tidak untuk zat-zat
yang mudah menguap karena pori- pori kapsul tidak dapat menahan penguapan.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Jurusan
Kami mengharapkan agar kiranya dapat terjadi kerja sama yang lebih
baik lagi antar asisten dan praktikan saat berada di dalam laboratorium maupun
diluar laboratorium. Sebab, kerja sama yang baik akan lebih mempermudah
proses penyaluran pengetahuan dari asisten kepada prakti
74
DAFTAR PUSTAKA
Cornish, P., 2005, “Avoid The Crush”: Hazards of Medication Administration in Patients
with Dysphagia or A Feeding Tube,
Allen, L. V..2002. Sediaan Farmasi Likuida dan Semisolid. penerbit ITB, Bandung, 127.
Anief, M. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat. Jakarta, UI Press.
Augsburger, L.L. 2000. Modern Pharmaceutics: Hard and soft Gelatin Capsules Edisi 2.
New York. Mercel Dekker. 212 hlm.
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi
Kedua. UI Press, Jakarta.
i
Lachman. L, H.A., Lieberman dan J.L Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
II (edisi III). Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. diterjemahkan oleh Ibrahim, F.,
Edisi IV, 605-619, Jakarta, UI Press.
ii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I : Alat dan Bahan
a. Alat
iii
b. Bahan
Mempermudah
Sak Obat/Klip Plastik
Obat dalam packing obat
dan akan terhindari
dari bakteri luar
Sebagai identitas
Etiket putih
atau aturan
penggunaan obat.
Untuk
Tissue
membersihkan alat
Sebagai alas
Kertas Perkamen
timbangan dalam
proses menimbang
bahan obat serta
sebagai pembungkus
obat
iv
Lampiran 2 : Diagram alir
Paracetamol
v
Diambil paracetamol sebanyak 5 tablet
Hasil
Dimasukkan
paracetamol
vi
sebanyak 5 Masukan obat
tablet kedalam kapsul
Dibersihkan
alat dengn
alkohol
vii
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum
FARMASETIKA DASAR
viii
OLEH
KELOMPOK : II (DUA)
JURUSAN FARMASI
2021
Lembar pengesahan
FARMASETIKA DASAR
“Pengenalan Alat-Alat”
ix
OLEH
KELOMPOK II (DUA)
KATA PENGANTAR..................................................................................4
BAB 1 ............................................................................................................5
PENDAHULUAN ........................................................................................5
x
1.2 Maksud dan
Tujuan.............................................................................8
BAB II ...........................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................9
BAB IV ........................................................................................................13
4.1 Hasil...................................................................................................15
4.2 Pembahasan.......................................................................................16
BAB V .........................................................................................................17
KESIMPULAN ..........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji syukur bagi Allah SWT dengan nikmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan praktikum Farmasetika Dasar dengan judul
“Pengenalan Alat-Alat”. Adapun tujuan dari kami menulis laporan ini yakni untuk
memenuhi tugas laporan praktikum Farmasetika Dasar. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengenalan alat- alat yang ada di
laboratorium.
Mengetahui
Kelompok II
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan
obat secara pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaannya yang aman. Salah satu ilmu yang dipelajari dalam farmasi adalah
farmasetika dasar. Kemampuan penunjang yang harus dimiliki adalah senang dan
familiar dengan fisika, kimia, biologi, dan matematika; ketelitian dan kecermatan;
hafalan dan kemampuan analisa; dan suka bekerja di laboratorium
1
Kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang
bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada
pula yang khusus.Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan
reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyakdigunakan untuk suatu
pengukuran atau penentuan (Moningka, 2008)
Dasar.
Farmasetika Dasar
1.2.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung kegiatan
praktikum. Mahasiswa akan terampil dalam praktikum apabila meraka
mempunyai pengetahuan mengenai alat-alat praktikum yang meliputi nama alat,
fungsi alat, dan cara menggunakannya (Soetarto, 2008). Pengenalan alat-alat
laboratorium untuk para mahasiswa sangat penting dilaksanakan agar dapat
menunjang pengetahuan dalam melaksanakan aktivitas di dalam laboratorium
baik dalam melaksanakan praktikum maupun penelitian (Bua, 2012). Untuk
penggunaan alat-alat laboratorium para mahasiswa harus mengetahui nama dan
kegunaannya, agar dalam melaksanakan praktikum maupun penelitian mahasiswa
mampu meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penggunaan alat-alat
laboratorium tersebut (Bua, 2012). Pengetahuan alat yang kurang akan
mempengaruhi kelancaran saat praktikum, selama praktikum mahasiswa
dilibatkan aktif dengan pemakaian alat dan bahan kimia (Soetarto, 2008).
Kesalahan penggunaan alat merupakan salah satu penyebab tidak akuratnya data
yang dihasilkan. Selain mengenal nama alat-alat tersebut kita juga harus
mengetahui fungsi dari alat-alat yang ada di laboratorium,dengan mengetahui
nama, bentuk, dan fungsi alat yang akan digunakan maka akan mempermudah
dalam melakukan praktikum (Bua, 2012).
Kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang
bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada
pula yang khusus.Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan
reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyakdigunakan untuk suatu
pengukuran atau penentuan (Moningka, 2008).Penggunaan beberapa alat gelas
3
dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaantersebut dapat berjalan
dengan baik. Kesalahan dalam penggunaan alat-alat ini dapatmempengaruhi hasil
yang akan diperoleh. Oleh karena itu harus diberikan pelatihan tentang
penggunaan alat-alat tersebut.Penggunaan alat-alat gelas tersebut haruslah sesuai
dengan fungsinya agar pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik dan tepat.
Apabila terjadi suatu kesalahan atau kekeliruan dalam penggunaannya akan
mempengaruhi hasil yang diperoleh. Ada beberapa macam alat gelas yang dipakai
di laboratorium, antara lain: gelas piala (beker gelas), erlenmeyer, gelasukur,
botol, pipet, corong, tabung reaksi, gelas objek dan gelas penutup, cawan petri
dankamar hitung.Terdapat dua kelompok alat-alat ukur yang digunakan pada
analisa kuantitatif, yaitu:Alat-alat yang teliti (kuantitatif) dan alat-alat yang tidak
teliti (kualitatif). Untuk alat-alatyang teliti (kuantitatif) terdiri dari : buret, labu
ukur, pipet. Sedangkan untuk alat-alat yangtidak teliti (kualitatif) terdiri dari gelas
ukur, erlenmeyer, dan lainnya.Dalam prakteknya baikanalisa maupun sintesa,
sesorang yang mempelajari atau menekuni bidang kimia pasti akanselalu
dihadapkan pada hal-hal yang berhubungan dengan alat-alat dan bahan kimia.
4
Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC.Inkubator memiliki prinsip kerja yaitu
dengan memasukan atau menyimpan biakanmurni mikroorganisme, kemudian
mengatur suhunya, biasanya hanya dapat diatur diatas suhu tertentu.
d. Hot plate adalah alat untuk memanaskan larutan dan mencairkan benda padat.
(Aditiya Dwi, 2016).
e. Neraca kasar atau timbangan adalah alat ukur massa dan memiliki kategori
alat paling sering digunakan dalam percobaan, penelitian.( Kemendikbud,
2011 ).
f. Lumpang alu adalah alat untuk menghancurkan atau menghaluskan suatu
bahan atau zat yang masih bersifat padat atau kristal.( Herry, 2017).
Kaca arloji adalah gelas yang berbentuk bundar dengan beragam diameter
yang memiliki beberapa fungsi antara lain : penutup gelas kimia ketika tengah
proses pemanasan sampel ( penguapan ).Sebagai tempat untuk mengeringkan
padatan dalam desikator. Sebagai tempat benda yang tengah berada dalam proses
pengamatan dan sebagai tempat untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang.
( Herry, 2017 ).
Water bath adalah peralatan laboratorium yang terbuat dari wadah berisi air
panas.Ini digunakan untuk menginkubasi sampel dalam air pada suhu konstan
selama periode waktu yang lama.Sebagian besar water bath memiliki antarmuka
digital atau analog untuk memungkinkan pengguna mengatur suhu yang
diinginkan.Tetapi beberapa pemandian air memiliki suhu yang dikendalikan oleh
arus yang melewati pembaca. Pemanfaatannya meliputi pemanasan reagen,
pencairan substrat atau inkubasi kultur sel. Ini juga digunakan untuk
memungkinkan reaksi kimia tertentu terjadi pada suhu tinggi.Water bath adalah
sumber panas yang lebih disukai untuk memanaskan bahan kimia yang mudah
terbakar daripada nyala api terbuka untuk mencegah penyalaan. Berbagai jenis
water bath digunakan tergantung pada aplikasinya. Untuk semua water bath, dapat
digunakan hingga 99,9 °C.Ketika suhu di atas 100 °C, metode alternatif seperti
penangas minyak.
1. Lumpang Alu
2. Cetakan Supositoria
3. Timbangan Analitik
4. Alat Pengisi Kapsul
5
5. Neraca Kasar
6. Neraca Halus
7. Water Bath
8. Pipet
9. Kaca arloji
10. Batang pengaduk
11. Pinset
12. Kertas puyer
13. Plastik obat
14. Spatula
2.2.2 FungsiAlat
1. Lumpang alu
Berfungsi untuk menghaluskan zat yang masih bersifat padat atau kristal.
( Natadjaja, 2013).
2. Cetakan supositoria
Berfungsi untuk mencetak sediaan suppositoria. (
3. Timbangan analitik
Berfungsi untuk mengukur masa suatu benda/ bahan dan yang memiliki
5. Neraca kasar
6
Berfungsi untuk menimbang bahan bobot obat besar gram kapasitas 250
gram (reage 125 mg-250 g) kPsitas 500 gram (reage 250 mg – 500 g)
ka[pasitas 1000 gram (reage 500 mg- 1000 g)
6. Neraca halus.
Berfungsi untuk menimbang bahan bobot obat kecil mili gram kapasitas
50 gram (rsnge 25 mg sampai 50 g).
7. Water bath
Berfungsi untuk mengukur masa suatubenda/ bahan dan yang memiliki
kemampuan yang lebihspesifuk dan dikhususkan untuk menimbang benda
dengan bobot yang sangat ringan.
8. Pipet
Berfungsi untuk memindahkan cairan dengan volume kecil, dan
merupakan alat ukur untuk memindahkan cairan dari wadah aslinya
kewadah lain dalam jarak tertentu.
9. Kaca arloji
Berfungsi sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel dan
sebagai tempat menimbang bahan kimia.
7
BAB III
METODE KERJA
8
3. Dengan mencetak tuang Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya
diatas penangas air atau penangas uap unt uk menghindari pemanasan
setempat yang berlebihan, kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau
disuspensikan kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan
logam yang telah didi nginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel.
c. Timbangan Analitik
(dengan sekrup pada kaki neraca sehingga gelembung air di water pass
5. Dimasukkan alas bahan (gelas arloji, kertas atau benda tipis) dengan
karena neraca
9. Ditutup kaca.
10. Ditunggu hingga angka layar monitor neraca analitik tidak berubah-ubah
9
11. Diambil bahan yang telah ditimbang.
12. Ditekan tombol Off hingga tidak ada angka di layar monitor neraca
analitik.
2. Isi Kapsul dengan Bubuk mengisi kapsul dengan bubuk atau pelet.
e. Neraca halus
menggunakan asas kesetimbangan benda tegar, lebih tepatnya dengan
menggunakan prinsip momen gaya. Secara sederhana, neraca ini terdiri atas 3
bagian pokok, yaitu lengan beban, titik tumpu, lengan pemberat. Torsi atau
momen gaya merupakan hasil kali antara lengan gaya dan gaya yang arahnya
tegak lurus. Biasanya, gaya yang memiliki lengan tegak lurus adalah gaya berat
benda (wBenda) dengan gaya berat pemberat (wPemberat).
Water bath
3. Masukkan benda yang akan dipanaskan ke dalam air (untuk tangas air)
letakkan benda pada salah satu lubang (untuk tangas uap), ingat lubang
lain yang tidak digunakan tetap ditutup.
5. Letakkan cap shett pada permukaan yang rata dan letakkan sheet filter
6. Tuangkan jumlah yang tepat dari tutup kapsul pada lembar enkapsulasi.
10
7. Ketuk dan kocok mesin pengisi kapsul dengan hati-hati agar tutup kapsul
f. Pipet tetes
Cairan bisa masuk ke dalam tabung pipet tetes dengan cara memperkecil
tekanan di dalam badan pipet. Caranya adalah dengan memencet terlebih
dahulu karet pada ujung pipet. Setelah Anda memencetnya secara
perlahan, maka masukkan ujung bawahnya yang memiliki diameter kecil
ke cairan atau larutan.Setelah Anda pencet maka bisa dilanjutkan dengan
mencelup sebagian ujung pipet dan karet yang kita tekan tadi dilepaskan
secara perlahan.
g. Kaca arloji
Simpan zat atau bahan kimia yang akan ditimbang diatas kaca arloji lalu
timbang.
h. Batang pengaduk
Masukkan batang pengaduk ke dalam larutan yang akan di campur, untuk
mencampur larutan. Dapat pula untuk membantu dekantasi larutan dari
suatu
wadah ke wadah lain sementara padatan tetap tertinggal di wadah asal
i. Pingset
j. Kertas puyer
1. Buatlah satu lipatan yang lurus
2. Masukkan puyer diatas kertas perkamen.
3. Lipat dari bagian bawah ke atas dan luruskan dengan lipatan pertama.
4.Tekan bagian bawah sebelah kanan dan kiri agar lipatan tidak berubah.
5.Angkat bagian atas dan turunkan puyer agar puyer berada dibawah.
6.Lipat dari bagian atas kebawah sampai mendekati dasar lipatan.
7.Lipat sebelah kanan dan turunkan puyer kesebelah kanan.
8.Lipat sebelah kiri dan turunkan puyer kesebelah kiri.
9.Masukkan lipatan dari sebelah kanan kekiri dan jadilah satu bungkus
puyer.
11
k. Plastik obat
Mempermudah dalam packing obat digunakan sebagai pembungkus obat
(tablet atau pil) yang dijual retail di apotek
l. Spatula
Sama seperti menggunakan sendok biasa mengambil bahan kimia padat
maupun serbuk pada saat akan di timbang. Pengambilan bahan ini harus
dilakukan dengan teliti, karena akan ditimbang menggunakan neraca
analitik yang memiliki tingkat ketelitian tinggi
BAB IV
12
3. Waterbath Alat pemanas ini dengan menggunakan uap
air. Alat ini biasanya digunakan untuk
mencairkan basis salep
13
7 Pipet Untuk memindahkan cairan dengan volume
kecil, dan merupakan alat ukur untuk
memindahkan cairan dari wadah aslinya ke
wadah lain dalam jarak tertentu
14
11 Quadrant Digunakan untuk mengambil serbuk yang
sudip telah di gerus
4.2 Pembahasan
Praktikum yang berjudul “ Pengenalan Alat” ini membahas mengenai alat-
alat yang akan di pergunakan pada praktikum Farmasetika Dasar. Pada praktikum
pertama ini, kami dikenalkan pada beberapa peralatan yang nantinya akan
digunakan di praktikum Farmasetika Dasar, diantaranya yaitu Lumpang dan Alu,
Timbangan Analitik, Cetakan suppositoria, Alat pengisi kapsul, Waterbath
15
buret, dan labu volumetrik mungkin memerlukan larutan deterjen panas untuk
bisa bersih benar ( Day dan Underwood, 1998). Oleh karena itu pengenalan alat
laboratium sebelum kita melakukan praktikum sangatlah penting.
Neraca kasar, yaitu berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam
praktek laboratium. Prinsip kerja neraca ini adalah pertama meletakkan kalibirasi
terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang, dengan cara memutar
sekrup yang berada di samping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi
dua garis pada neraca sejajar. Kedua, meletakkan benda yang akan di ukur
massanya. Ketiga, Menggeser skalanya dimulai dari skala besar baru digunakan
skala yang kecil. Jika panahnya sudah berada dititik setimbang 0. Keempat, Jika
dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil
pengukurannya.
Lumpang dan Alu, yaitu alat yang digunakan untuk mengahaluskan zay
yang masih bersifat padat. Prinsip kerja alat ini adalah pertama , Pastikan mortar
dan alu dalam keadaan bersih tanpa ada kontaminasi dari sisa-sisa bahan
sebelumnya. Kedua, Jika kotor maka bisa dibersihkan dengan
menggunakan akuades dan tisu kering. Ketiga,Masukan sampel kedalam
mortar dan tumbuk dengan perlahan menggunakan alu. Keempat Jika sampel
sudah halus maka bisa digunakan untuk analisa pengujian selanjutnya.
Alat pengisi kapsul , yaitu digunakan dalam mencetak kapsul. Prinsip kerja
alat ini dalah Pertama, Menempatkan Kapsul dalam Pengisi Kapsul Manual .Sebelum
Anda memulai proses enkapsulasi, bersihkan dan keringkan area kerja. Ini
memastikan itu bebas dari puing-puing. Kedua, Isi Kapsul dengan Bubuk Sekarang
saatnya mengisi kapsul dengan bubuk atau pelet. Ketiga, Tutup Kapsul Anda harus
16
meletakkan lembaran tengah pada lembaran kapsul yang diisi dan
mengencangkannya dengan sekrup / pin stainless steel.
Pinset , yaitu alat yang digunakan untuk menjepit benda- benda berukuran
kecil . Prinsip kerja alat ini adalah mainkan tubuh pinset untuk menjepit dan
melepaskannya.
Spatula, yaitu Alat untuk mengambil objek yang telah diiris untuk sediaan
mikroskop. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengadukan pada larutan secara
langsung.
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Macam-macam alat yang ada dalam laboratorium seperti cawan
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
18
5.2.3 Saran untuk Asisten
Agar kiranya dapat terjadi kerjasama yang lebih baik lagi antar asisten dan
praktikan saat berada didalam laboratorium Maupin diluar laboratorium.Sebab
kerja sama yang baik akan lebih mempermudah proses penyaluran pengetahuan
dari asisten kepada praktikan.
Agar kiranya kepada sesama praktikan dapat menyimak dengan baik saat
asisten memberikan arahan agar mempermudah kita menyelesaikan praktikan
tersebut
19
DAFTAR PUSTAKA
Aditia. C. (2016). Studi Deskriptif : Psychological Well Being Pada Remaja yang
Kecanduan Bermain Game Online di Surabaya. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya. 5(1), 1-12.
Day R.A. dan Underwood A.L., (1998), Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keenam,
Erlangga, Jakarta.
Walton. (1998). Kamus Istilah Kimia Analitik Indonesia. Pusat Pembinaan dan
Pengembangan bahasa, Departemen pendidikan dan kebudayaan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran Alat
FARMASETIKA DASAR
OLEH
KELOMPOK : II (DUA)
JURUSAN FARMASI
2021
Lembar pengesahan
FARMASETIKA DASAR
OLEH
KELOMPOK II (DUA)
Puji syukur saya panjatkan kepada Sang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan berkatnya kita dapat menyelesaikan laporan praktikum ini. Laporan
praktikum ini disusun sebagai pendukung proses belajar mengajar (perkuliahan)
dan membuka wawasan mahasiswa pada Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
Dalam penulisan laporan ini tentunya kami tidak terlepas dari kesulitan
dan masalah lain dalam pengerjaannya, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai
pihak maka kesulitan dan Masalah tersebut dapat teratasi terutama dengan
bantuan bantuan kakak kakak Asisten Dosen. Untuk itu, pada kesempatan ini saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang turut berkontribusi
dalam proses belajar kami.
Akhir kata kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan kekurangan maka dari itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
penyempurnaan laporan laporan praktikum ini dan semoga akan bermanfaat bagi
pembacanya.
Kelompok II
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
....................................................................................1
4.5 Hasil.........................................................................................................11
4.6 Resep dan perhitungan
………………………………………………….11
4.7 Pembahasan..............................................................................................13
BAB V PENUTUP…...........................................................................................20
5.5 Kesimpulan..............................................................................................20
5.6 Saran........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
Hal- hal yang dikaji dalam farmasetika antara lain sebagai berikut : pengaruh
dan interaksi antara formulasi obat dan teknologi, pengaruh dan interaksi antara
obat dan lingkungan biologik pada site absorpsi dan cara pembuatan obat, sampai
menentukan disposisi zat aktif dalam tubuh.
Adapun pengertian Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat
yang diserbukkan. Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu
persatu, sedikit demi sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit,
kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi.
Jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44.Serbuk
terbagi atas dua yaitu pulvis dan pulveres.
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, antara lain yaitu pulvis adspersorius (serbuk tabur / bedak) yang
merupakan serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat dikemas dalam wadah
yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh
agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka (Syamsuni, 2006).
Pengertian serbuk dalam dunia farmasi, yakni sediaan dalam bentuk serbuk
sangat banyak digunakan. menurut farmakope edisi IV. serbuk adalah campuran
kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditunjukan untuk pemakaian
luar. Serbuk adalah campuran homogeny dua atau lebih obat yang diserbukkan.
sediaan serbuk dibagi menjadi dua, yaitu Pulvis dan Pulveres.
Pulveres atau serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau
atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung
lilin, kemudian dilapisi dengan kertas logam (Dirjen POM, 1979).
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Serbuk
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi
sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak,
biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk
mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44 (Dirjen POM,
1979).
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.Karena mempunyai
luas permukaan, serbuk lebih mudah terdispersi atau lebih larut daripada bentuk
sediaan yang dipadatkan. Anak-anak atau orang dewasa yang sukar menelan
kapsul atau tablet yang mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk (Dirjen
POM,1995)
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian oral atau dalam atau untuk pemakaian luar. Bentuk serbuk
mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih
mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padat lainnya (seperti kapsul, tablet,
pil) (Syamsuni,2006).
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi
sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak
menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk mengandung
lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44 (Depkes RI,1978).
Serbuk adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok.
Campuran serbuk kering ditambah zat tambahan yang bersifat netral atau
indiferen (Anief,2003).
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih
sama, yang dibungkus menggunakan menggunakan bahan pengemas yang cocok
untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah
meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang
mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam (Chairunnisa,2009).
Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambahkan zat
tambahan yang berkhasiat netral atau indiferen, seperti saccharum lactis dan
saccharum album.Serbuk yang diberikan pada penderita diabetes tidak boleh
digunakan saccharum album sebagai tambahan, tetapi gunakan mannitum atau
saccharum lactis (Ansel 1989).
Rumus struktur :
O
2.3.2 Dexamethasone
METODE KERJA
14. Dibagi serbuk diatas kertas perkamen dengan bobot kurang lebih sama.
4.1 Hasil
Ampicilin : 200 mg
Dexamethasone : 1/5
Ambroxol : 15 mg
200 mg
- Rifampicin x 12=4 tab
600 mg
1
- Dexamethasone x 12=2 tab
5
15 mg
- Ambroxol x 12=6 tab
30 mg
4.4 Perhitungan dosis
n
Dosis sekali = x dosis dewasa
20
10
= x 500 mg
20
= 250 mg
200 mg
% sekali = x 100%
250 mg
= 80 % (Tidak OD)
n
Dosis sehari = x dosis dewasa
20
10
= x 1000 mg
20
= 500 mg
600 mg
% sehari = x 100%
500 mg
= 120 % (OD)
n
Dosis sekali = x dosis dewasa
20
10
= x 0,5 mg
20
= 0,25 mg
0,1 mg
% sekali = x 100%
0,25 mg
= 40 % (Tidak OD)
n
Dosis sehari = x dosis dewasa
20
10
= x 2 mg
20
= 1 mg
= 0,1 x 3 = 0,3 mg
0,3 mg
% sehari = x 100%
1 mg
n
Dosis sekali = x dosis dewasa
20
10
= x 60 mg
20
= 30 mg
10 mg
% sekali = x 100%
30 mg
n
Dosis sehari = x dosis dewasa
20
10
= x 120 mg
20
= 60 mg
= 10 x 3 = 30 mg
10 mg
% sehari = x 100%
60 mg
4.6 Pembahasan
Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang
lebih sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain
cocok. Supaya dapat terbagi tepat, maka campurkan serbuk kering ditambah zat
tambahan yang bersifat netral atau indiferen, seperti sacharum lactis, sacharum
album, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 mg (Anief, 2003)
Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan serbuk tabur. Disini kami
menggunakan resep obat yaitu ampicillin 200 mg (4 tab), dexamethasone 1/5 tab
(2 tab), dan ambroxole 200 mg (4 tab). Hal pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Adapun alat yang digunakan
diantaranya yaitu kertas perkamen, lumpang dan alu, plastic obat, sendok spatula,
dan sudip.Bahan yang digunakan yaitu alcohol 70%, etiket putih, ampicillin,
ambroxol, dexamethasone, dan tissue.
Hal pertama yang dilakukan yaitu bersihkan lumpang dan alu menggunakan
alkohol 70%, karena alkohol 70% merupakan cairan yang dapat membantu
mensterilkan alat-alat yang akan digunakan. Alkohol 70% merupakan cairan
disinfektan yang berfungsi membersihkan dan mensterilkan peralatan yang
digunakan pada praktikum, juga berfungsi sebagai disinfektan dan antispetik
(Pratiwi, 2008). Kemudian gerus ampicillin sebanyak 4 tablet dan digerus searah
jarum jam hingga homogen. Ampicilin tidak dapat digerus dengan obat lain, hal
ini dikarenakan ampicillin termasuk dalam obat antibiotic yang diminum sampai
habis agar bakteri didalam tubuh dapat hilang sedangkang obat-obat seperti
ambroxol dan dexamethasone adalah obat yang diminum sampai sakit hilang.
Pencampuran antibiotic dan obat-obat lain (missal ambroxol, dexamethasone,dll)
dalam bentuk sediaan puyer bukan merupakan peresepan yang ideal karena
antibiotic merupakan obat yang diminum sampai habis sedangkan obat-obat
steroid merupakan obat yang diminum hanya jika perlu saja (Dirjen POM, 1979).
Selanjutnya lipat kertas perkamen dengan rapih dan pastikan tidak ada
serbuk yang terbuang dengan cara menggoyang-goyangkan kertas perkamen.
Masukkan kedalam plastic klip obat dan beri etiket putih yang sebagai tanda
bahwa obat tersebut termasuk dalam pemakaian dalam.Etiket putih sendiri
digunakan untuk obat yang di konsumsi melalui saluran pencernaan (pemakaian
dalam) sedangkan etiket biru digunakan untuk obat yang dikonsumsi tidak melalui
saluran pencernaan (pemakaian luar) (Syamsuni, 2007).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh
atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang
mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam.
5.2 Saran
LAMPIRAN-LAMPIRAN
a. Alat
Menggerus dan
menghaluskan zat
kimia yang
Lumpang dan
berbentuk padat
alu
Mengambil sisa-
sisa obat yang
masih tersisa
Sudip didalam
lumpang
b. Bahan
Untuk membersihkan
Merupakan bahan
yang akan digunakan
untuk membuat
pulveres.
Paracetamol
Merupakan bahan
yang akan digunakan
CTM untuk membuat
pulveres
Mempermudah dalam
packing obat dan akan
Sak Obat /Klip Plastik terhindari dari bakteri
Obat luar
Sebagai wadah
pembungkus obat atau
Kertas Perkamen puyer
Tissue
Lampiran II: Diagram Alir
Pembuatan Serbuk
Bagi (Pulveres)
Pulveres
Alat dan bahan yang akan digunakan alat yang akan digunakan dengan
alkohol 70% Paracetamol5
- Disiapkan tablet dan CTM 1 tablet
- Dibersihkan CTM sebanyak 1 tablet paracetamol
- Di ambil sebanyak 5masukan kedalam lumping lalu gerus hingga
tablet
- Dimasukkin homogen kertas perkamen sebanyak 10
- Disiapkan serbuk di atas kertas premarket, dilipat dan dimasukkan
kedalam plastic atau sak obat.
- Diberi tiket putih pada obat untuk penggunaan oraln informasi obat (PI
Lampiran III: Skema Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang Dibersihkan alat yang akan Diambil paracetamol 5 tablet
akan digunakan digunakan dengan dan CTM 1 tabletdan
alkohol70% masukkan kedalam lumpang
Dilipat kertas Dimasukkan kertas perkamen Diberi etiket putih pada sak
perkamenyang sudah yang sudah beri siserbuk obat tersebut
terdapat serbuk didalamnya kedalam sak obat
i
Laporan Praktikum
FARMASETIKA DASAR
“KAPSUL’’
OLEH
KELOMPOK : II (DUA)
JURUSAN FARMASI
ii
2021
Lembar pengesahan
FARMASETIKA DASAR
OLEH
KELOMPOK II (DUA)
iii
NUR OKTAVIANA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Sang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan berkatnya kita dapat menyelesaikan laporan praktikum ini. Laporan
praktikum ini disusun sebagai pendukung proses belajar mengajar (perkuliahan)
dan membuka wawasan mahasiswa pada Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
Dalam penulisan laporan ini tentunya kami tidak terlepas dari kesulitan
dan masalah lain dalam pengerjaannya, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai
pihak maka kesulitan dan Masalah tersebut dapat teratasi terutama dengan
bantuan bantuan kakak kakak Asisten Dosen. Untuk itu, pada kesempatan ini saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang turut berkontribusi
dalam proses belajar kami.
Akhir kata kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan kekurangan maka dari itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
penyempurnaan laporan laporan praktikum ini dan semoga akan bermanfaat bagi
pembacanya.
Kelompok II
iv
DAFTAR ISI
3.5 Farmakologi...........................................................................................13
4. 1 Hasil.......................................................................................................16
4. 2 Pembahasan ..........................................................................................16
v
5.2 Saran .....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak terkait atas bimbingan
yang diberikan dalam pengerjaan laporan paraktikum. Penulis menyadari bahwa
laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna , Baik itu dari bahasa yang
digunakan maupun dari teknik penyajiannya.
Penulis berharap laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua
serta menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya.
Kelompok II
vi
BAB I
PENDAHULUAN
vii
berupa kapsul keras dan kapsul lunak, dibuat dari bahan 2 baku gelatin, gula,
dan air. Cangkang kapsul dapat jernih dan buram (ditambah titanium oksida),
berwarna atau polos, tidak berasa, mudah larut dalam air panas dan bersifat
higroskopis.
Kapsul cangkang lunak yang dibuat dari gelatin (kadang-kadang disebut gel
lunak) sedikit lebih tebal dibanding kapsul cangkang keras dan dapat
diplastisasi dengan penambahan senyawa alkohol polihidrat, seperti sorbitol
atau gliserin. Bentuk sediaan kapsul sangat disenangi oleh masyarakat karena
tersedia dalam berbagai kekuatan dosis dan praktis serta fleksibel dalam
penulisan resep, akurat dosisnya untuk pasien. Kapusl memiliki tampilan
bervariasi dan menarik serta mudah ditelan, menjadikannya berada pada
urutan pertama dalam pengembangan obat. Disamping itu kapsul menutupi
rasa yang tidak enak dari serbuk obat karena bahan obat terlindung didalam
cangkang kapsul yang tertutup dan tidak berasa.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah praktikum farmasetika dasar
kapsul di laboratorium teknologi farmasi, Universitas Negeri Gorontalo
dengan tujuan praktikan dapat memahami dan mengetahui cara pembuatan
kapsul. Dimulai dari perhitungan bahan, dosis hingga proses pelayanan
informasi obat.
viii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia (Anief, 2006). Besarnya efektifitas obat tergantung pada biosis dan
kepekaan organ tubuh. Setiap orang berbeda kepekaan dan kebutuhan biosis
obatnya. Tetapi secara umum dapat dikelompokkan, yaitu dosis bayi, anak-anak,
dewasa, dan orang tua. (Djas, dalam kasibu, 2017).
Peran obat dalam upaya kesehatan besar dan merupakan suatu unsur
penting, begitu juga dengan bagaimana penggunaan obat melalui mulut,
tenggorokan, masuk keperut, disebut secara oral, cara penggunaan lainnya
pemakaian luar (Anief, 2006).
ix
yang lama dikhawatirkan dapat menimbulkan resiko pada kesehatan (Depkes RI,
2007).
2.1.2 Resep
1. Dokter
2. Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut
3. Dokter Hewan, terbatas untuk hewan
Sedangkan menurut (Jas, 2009). Resep artinya adalah pemberian obat secara tidak
langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resmi kepada pasien,
format dan kaidah penulisan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang mana permintaan tersebut disampaikan kepada farmasi atau
apoteker di apotek agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu
sesuai permintaan kepada pasien yang berhak. Resep diterima oleh apoteker
pengelola apotek yang apabila berhalangan tugasnya dapat digantikan apoteker
pendamping/ apoteker pengganti atau asisten apoteker kepala dibawah
pengawasan dan tanggung jawab apoteker pengelola apotek. Resep yang benar
ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan memenuhi peraturan perundangan
serta kaidah yang berlaku.
x
2. Resep magistrales (Poliafarmasi/compounded) adalah resep yang telah
dimodifikasi atau diformat oleh dokter yang menulis.
3. Resep medicinal yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek
dagang maupun generik, dalam pelayanannya tidak mengalami
peracikan.
4. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik
dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa
atau tidak mengalami peracikan.
2.1.4 Pengertian Kapsul
Kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul terdiri atas bagian
wadah dan tutup (capsulae overculateae) yang terbuat dari metilselulosa,
gelatin, pati, atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras
bervariasi dari nomor paling kecil 5 sampai nomor paling besar 000,
kecuali cangkang untuk hewan. Umunya ukuran terbesar 000 merupakan
ukuran yang dapat diberikan kepada pasien. Ada juga ukuran 0 yang
bentuknya memanjang (dikenal sebagai ukuran OE) yang memberikan
kapasitas lebih besar tanpa peningkatan diameter dab biasanya
mengandung air 10-15 %.
xi
kering.kapsul cangkang lunak mempunyai bermacam-macam bentuk dan
biasanya dapat dipakai rute oral, vaginal, rektal, atau topikal.
1. Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan
tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk
melayani resep dokter, dan sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk
xii
mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam
kapsul dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang
diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan
kapsul lalu ditutup.
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan manusia.
Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih seragam dan pengerjaan yang dapat
lebih cepat karena dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri atas dua
bagian, yaitu bagian yang tetap dan yang bergerak.
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai
nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan.
Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada
pasien ( Dirjen POM, 1995)
Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah
mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan
dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang lunak pada
pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah timbulnya
xiii
jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam lingkungan
dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di absorpsi
(diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan mengalami
kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel, 1989).
xiv
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, dan jauh dari nyala api
Kegunaan : Antiseptik dan Desinfektan
Khasiat : Dapat meningkatkan kolestrol baik dan
menurunkan kolestrol jahat
2. Paracetamol (Dirjen POM,1979)
Nama resmi : PARACETAMOLIUM
Nama lain : Paracetamol, Asetaminofen
RM/BM : C8H9NO2 / 46,07 g/mol
Rumus struktur :
oleh cahaya
xv
Pemerian : Serbuk hablur, putih samapi agak kelabu, bau
khas Lemah, rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih, dalam etanol, dalam
Klorofrom, dan dalam propilen glikol, agak sukar
larut dalam gliserin
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat aktif
Khasiat : Ekspektoran ( mengencerkan batuk berdahak)
pernapasan lainnya.
xvi
BAB III
METODE KERJA
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 26 Oktober 2021 pukul 08.40
sampai dengan selesai. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Teknologi
Farmasi Universitas Negri Gorontalo
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu lap kasar, lap halus,
lumpang dan alu, sudip, dan spatel logam
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu alcohol 70%,
Paracetamol, Glyceryl guaiacolate, Ctm, Etiket, Kertas perkamen, Cangkang
kapsul, Tisu, dan Plastik obat.
xvii
3. Digerus tablet GG di dalam mortil dan stamper gerus halus homogen
4. Dimasukkan Paracetamol gerus halus homogen
5. Dimasukkan CTM gerus halus hingga homogen
6. Diletakkan campuran diatas kertas perkamen dibagi menjadi 10
bagian
7. Dimasukkan kedalam cangkang kapsul No 0
8. Dibersihkan kapsul
9. Dimasukkan 10 kapsul kedalam pot kapsul
10. Dikemas dan diberi etiket
Sip.xxx
Jl. Kalimantan
R/
PCT 250mg
CTM 1/3mg
Dex 0,25mg
s.3.d.d 1
Pro : Theo
Umur : 20 tahun
xviii
3.4.4 Perhitungan bahan
250 mg
1. Paracetamol ¿ x 10=5 Tab
500 mg
0,25 mg
2. Dexamethason ¿ x 10=5Tab
0,5 mg
1
3. CTM ¿ x 10=3 tab
3
1. Paracetamol
250
Dosis sekali %Over Dosis = x 100%
500
n
x Dosis Dewasa = 50% (TOD)
20
20
x 500 mg
20
= 500mg
750 mg
Dosis Sehari %Over Dosis = x 100 %
1.600 mg
n
x Dosis Dewasa = 50% (TOD)
20
20
x 300
20
= 1.500 mg
2. Dexamethason
xix
0,25
Dosis Sekali %Over Dosis = x 100%
0,5
n
x Dosis Dewasa = 50% (TOD)
20
20
x 0,5 mg
20
= 0, 5 mg
0,75
Dosis Sehari %Over Dosis = x 100%
1,5
n
x Dosis Dewasa = 50% (TOD)
20
20
x 100 mg
20
Dalam resep tersebut tidak terdapat paraf atau tanda tangan dokter.
Menurut (Rahmawati dkk, 2002) paraf atau tanda tangan dokter harus di
perlukan karena kalau tidak terdapat paraf dokter keabahasahan atau keaslian
resep diragukan. Sedangkan menurut (Syamsuni, 2006) paraf dokter harus di
cantumkan karena sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3.5 Farmakologi
a. Absorbsi
b. Distribusi
xx
Paracetamol di distribusi kkedalam saluran cerna atau kesaluran cairan
tubuh 25% parcetamol terikat protein plasma.
c. Metabolisme
a. Ekskresi
Paracetamol diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil paracetamol (3%)
dan seabgian besar dalam bentuk konjugasi.
2. Glyceryl Guaiacolate (GG) (Tjay, 2007)
Gliseril guaiakolat merupakan derivet guakol yang banyka digunakan
untuk ekspetoran. Ekspektoran obat yang dapat merangsang pengeluaran
dahak dari saluran nafas. Tablet gliseril guaiakolat termasuk obat batuk
basah. Obat ini untuk batuk yang memiliki ciri berlendir, dahak mudah
dikeluarkan. Obat ini merangsang reseptor-reseptor dilambung dan
kemudian meningkatkan kelenjar ekskresi dan saluran lambung-usus dan
repleks memperbanyak dankelnjar yang berda di saluran nafas.
xxi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
xxii
Gambar 4.1
Sediaan kapsul
4.2 Pembahasan
xxiii
ialah dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%. Dimana alkohol 70%
ini memiliki fungsi untuk membersihkan bakteri, Hal ini sesuai dengan
Noviansari, dkk (2013) yang menyatakan bahwa alkohol menunjukan
aktifitas sebagai antifungi dan dapat mendenaturasi protein, alkohol
mempunyai aktifitas sebagai bakterisid yang membunuh bakteri dalam
bentuk vegetatifnya.
xxiv
Paracetamol digunakan dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgesik
dan antipiretik. Bertindak sebagai analgesik bekerja dengan cara
mengurangi dan menghilangkan nyeri ringan sampai sedang (Katzung,
2011). Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum.
Antihistaminikum adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-
reseptor histamin sehingga berguna dalam menekan alergi yang
disebabkan oleh timbulnya simptom karena histamin (Ansel,1989).
Kemudian dimasukkan Paracetamol sebanyak 4 tablet ke lumpang
dan alu, lalu digerus searah jarum jam. Obat digerus searah jarum jam
agar obat yang digerus dapat tercampur rata. Kemudian digerus hingga
halus dan homogen. Penggerusan berfungsi untuk menghaluskan sediaan
yang akan digunakan, hal ini sesuai dengan Lachman et al (1989) yang
menyatakan bahwa penggerusan adalah proses mekanik untuk
memperkecil ukuran zat padat. Istilah penggerusan dinamakan lain yaitu
penghancuran, disintegrasi, disperse, penggilingan dan penyerbukkan.
Penggerusan dilakukan dengan alat khusus, setiap alat memiliki proses
tertentu.
Apabila serbuk Paracetamol telah menjadi serbuk, maka
dimasukkanDexamethason sebanyak 5 tablet, lalu gerus hingga homogen.
Jika Dexamethason telah menjadi serbuk, maka masukkan juga CTM
sebanyak 5 tab. Apabila menggunakan Sacharum Lactis maka
ditambahkan Sacharum Lactis secukupnya di dalam lumpang, gerus
bersamaan dengan Paracetamol GG dan CTM hingga homogen.
Sacharum Lactis atau lebih dikenal dengan nama Lactosa merupakan
bahan tambahan (excipient) yang tidak berkhasiat, berfungsi sebagai
pengisi dan penambah bobot dalam bentuk sediaan, dan memiliki rasa
yang agak manis (Murtini, 2016)
Selanjutnya siapkan kertas perkamen sebanyak 1 kertas, ditaruh
serbuk yang telah jadi di atas kertas perkamen tersebut. Kemudian
masukkan serbuk tersebut kedalam cangkang kapsul dengan ukuran 0
xxv
sebanyak 10 cangkang yang telah disediakan. Kemudian ditaruh didalam
sak obat dan diberi etiket warna putih. Penyerahan obat atas dasar resep
harus dilengkapi dengan etiket berwarna (Syamsuni, 2006). Etiket putih
adalah etiket yang digunakan untuk obat yang dikonsumsi melalui saluran
pencernaan. Obat yang berdasarkan resep harus dilengkapi etiket warna
putih untuk obat dalam dan etiket warna biru untuk obat luar (Syamsuni,
2006).
xxvi
BAB V
PENUTUP
e.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan bahwa Kapsul adalah
bentuk sediaan padat obat yang terbungkus cangkang kapsul baik cangkang
keras maupun cangkang lunak yang dapat larut, dan pembuatan serta
pengisian kapsul dapat dilakukan dengan cara serbuk obat yang telah halus
dan homogen dan dibagi di atas kertas perkamen sebanyak jumlah kapsul
yang diminta.sediaan kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan penutup.
Kapsul cangkang keras ini hanya mempunyai satu bentuk dan di pakai
untuk pemakaian oral. Penutupan cangkang kapsul gelatin keras dapat di
lakukan dengan cara memberikan lekukan khas pada bagian tutup dan induk
atau dengan pemanasan langsung atau penggunaan energi ultrasonik. Sediaan
kapsul cangkang lunak merupakan satu kesatuan berbentuk bulat atau
silindris, atau bulat telur(globula). Kapsul lunak biasa di isi dengan cairan
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk jurusan
Diharapkan kepada Jurusan agar kiranya dapat memperbaiki dan
melengkapi sarana dan fasilitas fisik yang ada sehingga dapat mendukung
kegiatan praktikum dan perkuliahan dengan baik.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Saran kami kepada asisten agar lebih membimbing praktikan dalam
praktikum dan dapat memperhatikan praktikan yang tidak paham atau belum
mengerti dengan materi yang disampaikan atau telah dijelaskan.
Saran untuk bagi praktikan yaitu pada saat praktikum sebaiknya praktikan
dapat berperan aktif dalam mengambil tindakan,memiliki tanggung jawab
terhadap tugas yang diberikan serta tidak segan bertanya kepada asisten dosen
tentang kesulitan saat praktikum di laboratorium.
27
LAMPIRAN
1. Alat
No. Nama Gambar Fungsi
1.
2.
3.
28
2. Bahan
No. Nama Gambar Fungsi
1.
Untuk membersihkan alat
Alkohol 70%
CTM
Sebagai zat aktif
29
5
Plastik Pebungkus
Obat
Untuk membungkus obat
30
Lampiran 2: Diagram Alir
31
Lampiran 3: Skema Kerja
Dimasukan
Dimasukan kedalam kedalam
plastik obat dan beri cangkang kapsul Dibagi menjadi
32
Laporan praktikum
FARMASETIKA DASAR
“Pengenalan alat – alat laboratorium”
OLEH:
KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : B-D3 FARMASI 2021
ASISTEN : NUR OKTAVIANA
33
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Lembar pengesahan
FARMASETIKA DASAR
“Pengenalan alat – alat laboratorium”
OLEH:
KELOMPOK IV
1. Faradhilah Pratiwi Yasilu (821321047)
2. Natasya Melly Julianti (821321051)
3. Siti Anggraini Dunggio (821321055)
4. Nafisah Nur Auliyah S. (821321059)
5. Alfikar Husain (821321063)
6. Priska Eka Diva (821321067)
7. Ajeng Pratistha Putri S. (821321071)
NUR OKTAVIANA
34
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan
rahmat, hidayah dan taufiq-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
“Pengenalan Alat-Alat Laboratorium” tepat pada waktunya. Shalawat beserta
salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
sahabatnya, sehingga pada umatnya hingga akhir zaman, Aamiin.
Banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu kami
dalam menyelesaikan laporan ini, ucapan terimakasih juga kepada Apt. Fika
Nuzul Ramadhani, S.Farm selaku dosen pembimbing, koordinator umum dan
asisten kami yang telah membantu selama proses praktikum.
Sebagai manusia biasa kami menyadari bahwa kami tidak pernah luput
dari Dari khilaf dan salah. Demikian juga dalam penulisan proses ini. Oleh karena
itu dengan hati tulus, kami akan menerima saran dan kritikan yang dapat
menyempurnakan laporan ini.
Wassalamu’alaikumm Warahmatullahi Wabbarakatuh
Kelompok IV
35
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan ...............................................................................................2
1.3 Maksud Percobaan .............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................3
2.1 Dasar Teori .........................................................................................................3
2.2 Uraian Bahan ......................................................................................................5
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................8
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................................8
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................................8
3.3 Prosedur Kerja ....................................................................................................8
3.4 Deskripsi Resep ..................................................................................................9
3.5 Farmakologi ......................................................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................13
4.1 Hasil ..................................................................................................................13
4.2 Resep Asli .........................................................................................................13
4.3 Perhitungan Bahan ...........................................................................................14
4.4 Perhitungan Dosis .............................................................................................14
4.5 Narasi Resep .....................................................................................................14
4.6 Pembahasan ......................................................................................................15
BAB V PENUTUP .......................................................................................................17
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................17
5.2 Saran..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan
pengobatan serta termasuk pula sifat–sifat obat dan distribusinya serta
penggunaan yang aman. Penyediaan obat–obatan mengandung arti pengumpulan,
pengenalan, pengawetan, pembekuan bahan obat–obatan.
Dalam farmasi kita mempelajari beberapa ilmu yang berhubungan dengan
penyediaan sediaan bahan obat baik dari hewan maupun tumbuhan, salah satunya
farmasetika dasar. Farmasetika dasar adalah ilmu yang mempelajari cara
membuat, mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi,
mengkombinasi, manganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga
sifat-sifat obat beserta pendistrusian dan penggunaan secara umum.
Di dalam farmasetika dasar juga kita mempelajari beberapa ilmu yang
mendukung proses pembelajaran farmasetika dasar. Ilmu–ilmu tersebut mencakup
tentang semua yang berhubungan dengan obat–obatan dalam farmasi. Salah
satunya yaitu tentang serbuk bagi dan tidak terbagi. Menurut Anief (2008) Serbuk
terbagi (Pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok,
sedangkan menurut Chang (2005) serbuk tak terbagi (Pulvis) adalah serbuk yang
tidak terbagi dalam jumlah banyak. Jika dalam suatu serbuk dinyatakan suatu cara
pemakaian dalam takaran sendok teh atau lain, maka selalu sesendok rata serbuk.
Dalam farmasetika dasar tidak luput dari namanya laboratorium dan alat–
alat laboratorium. Laboratorium berasal dari bahasa latin yang berarti “tempat
bekerja”. Dalam perkembangannya, kata laboratorium mempertahankan arti
aslinya, yaitu “tempat bekerja” khusus untuk keperluan penelitian ilmiah.
Laboratorium adalah suatu ruangan atau kamar tempat melakukan kegiatan
praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat serta
adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap.
37
Alat–alat laboratorium adalah mesin, perkakas, perlengkapan, dan alat-
alat kerja lain yang secara khusus dipergunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan
produksi dalam skala terbatas.
Berdasrkan penjelasan diatas kami akan melaksanakan praktikum tentang
pengenalan alat–alat yang berada di laboratorium farmasetika dasar untuk
mengetahui dan dapat menggunakannya dengan cara yang baik dsn benar.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengenal alat–alat laboratorium
2. Mengetahui fungsi alat–alat laboratorium
3. Mengetahui cara kerja alat–alat laboratorium
1.3 Maksud Percobaan
1. Untuk mengenal alat–alat laboratorium
2. Untuk mengetahui fungsi alat–alat laboratorium
3. Untuk mengetahui cara kerja alat–alat laboratorium
1.4 Manfaat Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengenal alat–alat laboratorium
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi alat–alat laboratorium
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara kerja alat–alat laboratorium
38
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Alat Laboratorium
Definisi peralatan laboratorium adalah mesin, perkakas, perlengkapan, dan
alat kerja lain yang digunakan untuk pengujian, kalibrasi atau skala terbatas.
Peralatan laboratorium ini dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Peralatan kategori 1
Peralatan kategori 1 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan
perawatannya mudah dan resiko penggunaan rendah. Selain itu
akurasi/kecermatan pengukurannya rendah serta system kerjanya sederhana.
Pengoperasiannya cukup dengan menggunakan panduan (SOP, manual). Yang
termasuk peralatan kategori 1, misalnya: beker gelas dengan berbagai ukuran,
bola hisap, labu didih dengan berbagai ukuran, borol timbang dengan berbagai
ukuran, cawan Conway, Bunsen, corong, gelas/porselen, Erlenmeyer dengan
berbagai ukuran, gelas ukur dengan berbagai ukuran, labu goldfisch, labu kjedahl,
kaki tiga, kurs poselen, kuvet, labu ukur dengan berbagai ukuran, buret dengan
berbagai ukuran, mortal, penjepit, cawan petri, pinset, pipet berukuran, pipet
gondok, pipet tetes, rak tabung reaksi, tabung reaksi, thermometer, kawat Bunsen,
desikator, botol semprot dan lain-lain.
2. Peralatan kategori 2
Peralatan kategori 2 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan
perawatannya sedang, serta resiko pemggunaanya sedang. Selain itu akurasi/
kecermatan pengukurannya sedang dan system kerjanya tidak begitu rumit.
Pengoperasian peralatan kategori 2 memerlukan pelatihan khusus. Yang termasuk
peralatan kategori 2, misalnya waterbath, oven, incubator, sentrifus, vakum sealer,
microwave, goldfisch, dan kjedahl.
3. Peralatan kategori 3
Peralatan kategori 3 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan
perawatannya sulit, serta resiko penggunaan sulit. Selain itu akurasi/kecermatan
pengukurannya tinggi, system kerja rumit yang pengoperasiannya memerlukan
39
pelatihan khusus dan bersertifikat. Yang termasuk peralatan kategori 3, misalnya:
spektrofotometer, HPLC, GC, GCMS,tanur, dan rotary evaporator (Permenpan,
2010).
Secara umum pedoman pengoperasian peralatan laboratorium berdasarkan
standar yang sudah baku. Biasanya sudah disertakan ketika kita membeli peralatan
tersebut. Pedoman pengoperasian dibuat untuk membantu personel laboratorium
dalam mengoperasikan peralatan sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahan.
Pengoperasian peralatan dimuai dari kegiatan penyiapan peralatan (Reni Astuti,
2020).
Setiap alat yang akan dioperasikan harus dalam kondisi siap pakai, bersih,
berfungsi dengan baik dan terkalibrasi. Peralatan yang ada juga harus disertai
dengan buku petunjuk pengoperasian. Hal ini untuk mengantisipasi bila terjadi
kerusakan, buku manual tersebut dapat dimanfaatkan seperlunya (Reni Astuti,
2020).
2.1.2 Penggunaan alat
Pada saat praktikum, praktikan akan menggunakan alat-alat yang berada di
labotarorium. Alat dan bahan yang di gunakan ketika praktikum sangat penting
terlebih dahulu di pahami sehingga praktikan dapat menggunakannya dengan baik
dan mengetahui fungsinya dengan baik. Dalam penggunaan alat dan bahan
praktikum ini harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar alat tersebut tidak
rusak. Dengan mengenali alat dan bahan pula praktikan dapat mengetahui alat
danbahan apa mana saja yang berbahaya maupun tidak sehingga praktikan dapat
menggunakannya dengan baik dan mengetahui fungsinya dengan baik.
(Pamungkas, E, 2014).
2.1.3 Penyimpanan Alat
Laboratorium harus mempunyai ruang penyimpanan alat yang khusus,
bersih, berventilasi dan mudah dilalui bila diperlukan. Prinsip penyimpanan alat
sebagai berikut:
1. Sebelum disimpan, peralatan laboratorium harus dalam kondisi bersih.
2. Bahan dasar alat harus diketahui. Penyimpanan peralatan gelas tidak boleh
disatukan dengan peralatab besi atau kayu. Alat-alat yang jenisnya sama disimpan
40
pada tempat yang sama. Peralatan yang mempunyai sambungan gelas, misalnya
corong pemisah, buret dan soxhlet, harus dilepas sabungannya atau diolesi vaselin
sedikit pada waktu penyimpanan kemudian dipasang lagi untuk menghindari
kemacetan. Alat gelas juga harus disimpan dalam rak bagian atas untuk
menghindari tertimpa benda lain.
1. Berat alat harus diperhatikan. Alat yang berat harus diletakkan di bagian
bawah.
2. Alat-alat yang haruis digunakan harus diletakkan pada tempat yang mudah
dicapai.
3. Kepekaan alat harus diperhatikan
4. Alat yang disimpan harus aman dari kontaminasi uap atau bahan kimia.
5. Penyimpanan alat dipisahkan berdasarkan golongan bahan dasarnya.
6. Alat yang terdiri dari seperangkat, apabila disimpan harus lengkap. Kalaupun
terpisah harus berdekatan sehingga akan mudah mencarinya.
7. Alat listrik yang mempunyai arus, dalam penyimpanan, arus harus dibuang
dulu atau diputuskan dari sumber arusnya.
8. Tempat penyimpanan alat garus disesuaikan dengan bentuknya.
9. Alat-alat yang mahal harus disimpan di tempat yang aan dan terkunci
10. Semua alat yang disimpan sebaiknya diberi penutup, misalnya plastic
transparan. Alat-alat yang tanpa penutup akan cepat berdebu, kotor dan
akhirnya dapat merusak alat yang bersangkutan. (Reni Astuti, 2020).
2.1.3 Pengertian Laboratorium
Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan, percobaan
atau penilitian yang berhubungan dengan ilmu sains dan ilmu yang lain-lainnya.
Laboratorium bisa berupa ruangan yang tertutup seperti kamar atau ruangan
terbuka. Laboratorium juga merupakan tempat untuk mengaplikasi teori keilmuan,
pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penilitian dan sebagainya yang
menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari pasilitas dengan kuantitas
dan kualitas yang memadai.
Laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai
macam kegiatan penilitian (riset), pengmatan, pelatihan dang pengujian sebagai
41
pendekatan antar teori dan praktik dari berbagai macam disiplin ilmu. Secara fisik
laboratorium juga dapat merujuk kepada sesuatu tertutup, kamar, atau ruangan
terbuka. Laboratorium harus dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana untuk
berbagai kelengkapan kebutuhan percobaan. (Emha, H. 2002).
2.1.2 Jenis-jenis alat laboratorium
1. Alat Gelas
a. Dari namanya alat gelas terbuat dari bahn gelas atau kaca.
b. Bahan yang digunakan biasanya bersifat tahan panas atau tidak mudah
pecah saat dipanaskan pada suhu tinggi.
c. Bahan kaca digunakan karena memiliki sifat kuat dan jernih atau
transparan, sehingga memudahkan seorang mikrobiolog untuk
mengamati aktifitas mikroorganisme.
d. Kaca sangat mudah untuk dibentuk menjadi berbagai bentuk alat-alat
laboratorium dengan cara dipanaskan.
e. Kaca juga mudah untuk dibersihkan dari kotoran yang menempel, baik
dengan sabun,deterjen maupun zat kimia lainnya.
Peralatanya gelas laboratorium yaitu gelas ukur, gelas beaker, tabung
reaksi, pipet ukur, pipettetes, dan batang pengaduk. (Cappuccino, J. G. & N.
Sherman, 2002).
2. Alat Non-gelas
a. Peralatan non-gelas dibuat menggunakan bahan selain kaca, bisa
menggunakan besi, plastik, timbal, dan kayu.
b. Alat non-gelas juga dikategorikan sebagai peralatan yang cara
penggunaanya tidak perlu menggunakan bantuan listrik.
c. Alat non-gelas digunakan ubtuk menunjukan peralatan lain agar dapat
berfungsi dan menjaga usia simpan.
d. Peralatannya non-gelas laboratorium yaitu rak tabung reaksi,plastik obat,
pinset. (Cappuccino, J. G. & N. Sherman, 2002)
3. Alat Elektrik
a. Alat elektrik dapat diartikan sebagai peralatan yang membutuhkan
energy listrik untuk dapat menjalankan fungsinya.
42
b. Tanpa adanya listrik alat-alt ini tidak dapat bekerja atau tidak bekerja
secara optimal.
c. Energi listrik yang digunakan berasal dari instalasi PLN atau sumber
alternatif seperti genset dan tenaga surya.
d. Laboratorium memiliki banyak peralatan elektrik (>50%)
e. Peralatan elektrik laboratorium yaitu oven, lemari pendingin, timbangan
analitik dan water bath. (Cappuccino, J. G. & N. Sherman, 2002)
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979; Rowe et al, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Etil Hidrokarbon, Etil Hidrat, Spritus,
Dilitus
Rumus molekul : C2H5OH
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus struktur :
43
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan “Penggunaan Alat–Alat Laboratorium”
dilakukan pada hari Selasa, tanggal 07 Oktober 2021 pada pukul 08.40-10.40
WITA, bertempat di kampus 1, Jurusan Farmasi, Laboratorium Teknologi
Farmasi, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Pada praktikum kali ini alat-alat yang di kenalkan adalah alat pengisi
kapsul, botol coklat, botol sirup, cawan porselen, cetakan puposutoria, kaca arloji,
kertas perkamen, lap halus, lap kasar, lumpang alu, neraca, oven, pembersih
tabung, penjepit, pengaduk panjang, pengaduk pendek, pinset, pipet panjang,
pipet pendek, plastik pembungkus obat, pot salpe besar, pot salep kecil, spatula,
sudip, tabung reaksi, timbangan analtik, dan waterbath.
3.2.2 Bahan
Pada praktikum pengenalan alat-alat laboratorium kali ini bahan yang
digunakan adalah akolohol 70% dan tissu.
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Nama Gambar Fungsi
1. Alat pengisi kapsul Berfungsi unutk membuat
kapsul sehingga di dapatkan
kapsul yang lebih seragam
dan pengerjaannya dapat
lebih cepat
2. Botol coklat Botol coklat memiliki lapisan
tipis di bahannya, untuk
melindungi zat yang
tersimpan di dalamnya dan
mencegah masuknya cahaya
3. Botol syrup Botol sirup Di gunakan untuk
menyimpan senyawa atau
sirup agar tidak terpengaruh
oleh cahaya matahari
4. Cawan porselin Berfungsi untuk menguapkan
larutan dalam jumlah besar
dan mengeringkan zat padat
yang basah dan pencampuran
zat saring pada zat yang tidak
menguap
5. Cetakan supositoria Berfungsi untuk mencetak
sediaan suppositoria
45
7. Kertas perkamen Di gunakan Sebagai alas
timbangan dalam proses
menimbang bahan obat dalam
jumlah kecil dan digunakan di
apotik - apotik untuk
membungkus puyer atau obat
racikan untuk memudahkan
pasien menerima obat yang
diresepkan oleh dokter.
8. Lap halus Lap halus berfungsi melap
alat-alat laboratorium yang
terbuat dari gelas
46
menyikat/membersihkan
tabung reaksi setelah di
gunakan
13 Penjepit Berfungsi untuk menjepit
tabung reaksi saat digunakan
47
18. Pipet panjang Berfungsi untuk mengambil
cairan dalam skala tetesan
kecil dengan mengukur
volume yang teliti
19. Pipet pendek Berfungsi untuk mengambil
cairan dalam skala tetesan
kecil dengan mengukur
volume yang teliti
20 Plastik pembungkus Plastik pembungkus obat di
obat gunakan sebagai pembungkus
obat serbuk yang telah di
haluskan
21. Pot salep besar Pot salep besar Berfungsi
sebagai wadah untuk
menyimpan salep dengan
jumlah yang cukup
22. Pot salep kecil Pot salep kecil Berfungsi
sebagai wadah menyimpan
salep dg jumlah sedikit.
48
gram (reage 250 mg – 500 g)
kapasitas 1000 gram ( reage
500 mg – 1000 g)
26. Waterbath Alat pemanas dengan
menggunakan uap air. Alat ini
biasanya digunakan untuk
mencairkan basis salep.
27. Timbangan analitik Berfungsi untuk mengukur
masa suatu benda/bahan dan
yang memiliki kemampuan
lebih spesifik dan
dikhususkan untuk
menimbang benda dengan
bobot yang ringan
4.2 Pembahasan
1. Alat pengisi kapsul
Alat pengisi kapsul berfungsi untuk membuat kapsul sehingga di dapatkan
kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat.
Sebelum Anda memulai proses enkapsulasi, alat pengisi kapsul harus
bersihkan terlabuh dahulu dan keringkan area kerja. Hal ini untuk memastikan alat
pengisi kapsul bebas dari puing-puing. Ingat, ini adalah tempat Anda akan
menempatkan lembar cap enkapsulator. Pertama, letakkan cap sheet pada
permukaan yang rata dan letakkan sheet filler sheet di atasnya. Gunakan sekrup
stainless steel untuk memperbaikinya. Kedua, tuangkan jumlah yang tepat dari
tutup kapsul pada lembar enkapsulasi. Jumlah puncak kapsul ini harus sedikit
lebih banyak dari jumlah lubang pada mesin. Ketuk dan kocok mesin pengisi
kapsul dengan hati-hati agar tutup kapsul pas dengan lubang. Anda dapat
menutupi celah pada lembar enkapsulasi untuk mencegah agar kapsul tidak
tumpah. Ketiga, dengan semua lubang terisi, dapat menghapus kelebihan
puncak. Sekarang lepaskan lembar enkapsulasi kemudian sisihkan lembar tutup
dengan kapsul.
2. Botol Cokelat
49
Botol reagen, juga dikenal sebagai botol media atau botol bertingkat, adalah
wadah yang terbuat dari kaca, plastik, borosilikat atau bahan terkait, dan diberi
tutup atau sumbat khusus. Mereka dimaksudkan untuk mengandung bahan kimia
dalam bentuk cair atau bubuk untuk laboratorium dan disimpan di lemariatau di
rak. Beberapa botol reagen berwarna kuning (aktinik), coklat atau merah untuk
melindungi senyawa kimia peka cahaya dari cahaya tampak, radiasi ultraviolet
dan inframerah yang dapat mengubahnya. Botol lainnya berwarna biru (kaca
kobalt) atau hijau uranium untuk tujuan dekoratif-kebanyakan set apotek antik,
dari abad di mana seorang dokter atau apoteker adalah tokoh terkemuka. Botol-
botol itu disebut "lulus" ketika mereka memiliki tanda di sisi yang menunjukkan
perkiraan (seringkali dengan kesalahan 10%) jumlah cairan pada tingkat tertentu
di dalam wadah.
Botol reagen adalah jenis barang pecah belah laboratorium. Istilah " reagen
"mengacu pada zat yang merupakan bagian dari reaksi kimia (atau bahan) di
antaranya), dan "media" adalah bentuk jamak dari "medium" yang mengacu pada
cairan atau gas tempat reaksi terjadi di dalamnya, atau merupakan alat kimia
pemrosesan seperti (misalnya) fluks. Botol coklat memiliki lapisan tipis di
bahannya, yang berfungsi untuk melindungi zat yang tersimpan di dalamnya dan
mencegah masuknya cahaya (Wanmustafa, 2011).
3. Botol Sirup
Botol sirup Di gunakan untuk menyimpan senyawa atau sirup agar tidak
terpengaruh oleh cahaya matahari.
4. Cawan porselen
Cawan porselen adalah alat laboratorium yang memiliki bentuk setengah
bola yang mirip dengan mangkok kecil. bentuk inilah yang memudahkan proses
evaporasi atau penguapan lebih mudah karena luas permukaannya yang lebar.
Cawan porselen berfungsi untuk menguapkan larutan dalam jumlah besar
dan mengeringkan zat padat yang basah dan pencampuran zat. Selaian itu cawan
porselin digunakan sebagai wadah atau tempat penguapan bahan dari bahan yang
tidak mudah menguap, seperti garam dapur, gula dan sejenisnya (Wanmustafa,
2011).
50
Untuk menggunakan cawan porselen, dibutuhkan bunsen burner dan tripod.
Anda dapat menggunakan alat kimia kaki tiga sebagai tripod. Setelah anda selesai
menggunakan cawan penguap, cawan anda akan kotor akibat reaksi yang
dihasilkan oleh benda yang anda eksperimenkan. Maka dari itu, sebelum
melakukan pembersihan kepada cawan tersebut, pastikan anda untuk menunggu
cawan tersebut lebih dingin untuk bisa dipegang oleh tangan. Untuk mencucinya,
direkomendasikan menggunakan bahan yang mengandung asam untuk dapat
mentutaskan noda dengan mudah (Wanmustafa, 2011).
5. Cetakan Supositoria
Cetakan supositoria adalah cetakan yang digunakan untuk mencetak
supositoria yang terbuat dari baja tahan karat aluminium tembaga atau palstik.
Cetakan yang dipisah dalam sekat-sekat umumnya sanggu di buka secara
membujur. Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bentuk dan bobot
yang di berikan melalui rektal vagina uretra. Umumnya meleleh melunak atau
melarut pada suhu tubuh (Depkes RI, 1995).
Cetakan supositoria berfungsi untuk mencetak sediaan suppositoria. Cara
kerja cetakan supositoria yaitu pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya
diatas penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat
yang berlebihan, kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan
kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah
didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel. Kemudian dinginkan
beberapa saat pada suhu kamar, kemudian bekukkan didalam lemari es sampai
beku lepas supositoria dari cetakan (Anif, 2006).
Menurut Winarti (2013), wadah untuk supositoria adalah alumunium viol,
yang berfungsi untuk mencegah lengket pada cetakan maka sebelum dipakai
cetakan di lapisi dengan gliserin pada pengisian cetakan harus diisi lebih, gres
sehabis cuek kelebihannya dipotong.
6. Kaca Arloji
Kaca arloji adalah alat laboratorium yang terbuat dari kaca bening dan
berbentuk lingkaran dengan permukaan cekung seperti piring. Kaca arloji tersedia
dalam beberapa jenis ukuran dari yang kecil hingga besar. Kita akan mudah
51
menemukan kaca arloji dalam setiap laboratorium kimia karena ini merupakan
alat dasar yang memang harus dimiliki oleh setiap laboratorium. Kaca arloji
berfungsi untuk penutup gelas kimia pada saat dipanaskan, menimbang bahan
kimia yang berwujud padatan atau kristal (Anif, 2006).
Namun ketika menggunakan kaca arloji, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan, yaitu ketika kita menggunakan kaca arloji sebagai wadah dalam
penimbangan adalah setelah kita menempatkannya dalam neraca analit, maka kita
perlu melakukan penyesuaian angka skala dengan menekan tombol “tare” dalam
neraca analit.
7. Kertas Perkamen
Kertas perkamen adalah jenis kertas yang tampak transparan dan memiliki
tekstur yang tampak kasar. Kendati teksturnya kelihatan kasar, pada permukaan
kertas ini terasa licin ketika disentuh. Kertas ini memiliki sifat yang tahan
terhadap lemak. Sifat ini yang menjadikannya memiliki keunggulan daripada
kertas lainnya. Lalu juga memiliki permukaan yang bebas serat dan tidak
memiliki bau (Wanmustafa, 2011).
Kertas perkamen dapat di gunakan sebagai alas timbangan dalam proses
menimbang bahan obat dalam jumlah kecil dan digunakan di apotik-apotik untuk
membungkus puyer atau obat racikan untuk memudahkan pasien menerima obat
yang diresepkan oleh dokter.
8. Lap halus
Lap halus berfungsi melap alat-alat laboratorium yang terbuat dari gelas
(Wanmustafa, 2011).
9. Lap kasar
Lap kasar berfungsi melap alat-alat laboratorium yang tidak terbuat dari
gelas seperti besi dan kayu (Wanmustafa, 2011).
10. Lumpang alu
Lumpang dan alu adalah alat laboratorium yang terbuat dari porselen atau
porcelain ware. Bahan atau zat yag digerus dan dihaluskan tidak akan tertinggal
pada lumpang dan alu seperti halnya bila menggunakan lumpang dan alu yang
berbahan batu. Lumpang dan alu adalah sepasang alat yang telah digunakan sejak
52
zaman purbakala untuk menumbuk, menggiling, melumat, mengulek, dan
mencampur bahan-bahan tertentu (misalnya bumbu dapur, rempah-rempah, jamu,
atau obat-obatan) (Wanmustafa, 2011).
Alat ini berfungsi untuk menghaluskan atau menggerus suatu benda atau
zat.
Pastikan mortar dan alu dalam keadaan bersih tanpa ada kontaminasi dari sisa-sisa
bahan sebelumnya. Jika kotor maka bisa dibersihkan dengan menggunakan
akuades dan tisu kering. Sampel kedalam mortar dan tumbuk dengan perlahan
menggunakan alu. Jika sampel sudah halus maka bisa digunakan untuk analisa
pengujian selanjutnya. Mulut dari mortir senantiasa mengarah ke kiri, maksudnya
agar ketika stamper dibersihkan stamper senantiasa tetap pada mulut mortir.
Stamper dipegang seperti memegang pulpen. Stamper diputar berlawanan dengan
arah jarum jam. Permukaan stamper dibersihkan dengan cara memutarnya,
sementara mika tetap berada dikepala stamper. Diulangi beberapa kali sampai
serbuk halus (Suwarni, 2010).
11. Oven
Oven laboratorium atau yang dikenal dengan drying oven adalah alat lab
yang digunakan untuk melakukan sterilisasi dan pembersihan dengan
memanfaatkan udara kering. Berbagai alat laboratorium yang sudah digunakan
akan disterilkan sebelum digunakan kembali.
Fungsi oven adalah sterilisasi bahan dan alat yaitu menggunakan prinsip
udara kering dengan temperatur dan waktu tertentu. Biasanya digunakan untuk
sterilisasi alat-alat kaca maupun logam misalnya cawan petri, sudip, jatum dan
lainnya. Selain itu oven berfungsi untuk mengeringkan alat-alat (Departemen
Teknik Kimia, 2018).
Hubungkan oven dengan sumber listrik yang ada di laboratorium.Setelah
terhubung dengan sempurna, tekan tombol ON/OFF yang ada di oven. Tunggu
beberapa saat hingga display pada oven dapat menyala.Sekarang waktunya
sesuaikan suhu yang harus digunakan dengan memilih pada tombol temperatur.
Sesuaikan juga timer oven sesuai keperluan Anda. Tunggu sebentar hingga suhu
di dalam oven sudah mencapai angka yang diinginkan.Sekarang Anda dapat
53
memasukkan alat atau sampel yang akan dioven. Tunggu sampai proses
pengovenan selesai sesuai timer yang telah ditentukan. Selanjutnya, ambil alat
yang telah dioven dengan maksial. Terakhir, matikan oven dengan menekan
tombol ON/OFF lalu tunggu beberapa saat hingga display mati (Departemen
Teknik Kimia, 2018).
Alat-alat gelas disusun rapi dan teratur, apabila pemanasan diatas suhu
1000C, tidak boleh memasukkan alat/bahan yang terbuat dari karet, plastic atau
bahan yang gampang rusak jangan mengeringkan pipet ukur dan labu ukur karena
volume bakal berubah catat waktu dan suhu/ temperature tiap-tiap kali alat
dijalankan alat mesti bersih dan bebas debu alat-alat yang bakal disterilkan di
bungkus dengan kertas sampul atau aluminium voil, bertujuan untuk menjaga dan
menjaga bahan yang tersedia didalam gelas reaksi agar tidak terkontaminasi. Oven
yang baik adalah oven yang selamanya dirawat. Sebelum oven digunakan
membersihkan seluruh aksesori dan rak tatakan. Selalu pastikan steker oven sudah
dicabut dan oven sudah dingin sebelum akan dibersihkan. Buka pintu oven dan
bagian didalam dibersihkan dengan lap lembut didalam air panas atau detergen.
Zat abarsif jangan digunakan untuk membersihkan oven. Jangan mengelap elemen
pemanas. Bagian luar mampu dibersihkan dengan lap basah (Departemen Teknik
Kimia, 2018).
54
Penjepit tabung reaksi adalah alat yang terbuat dari kayu dan digunakan
untuk menjepit tabung reaksi disaat proses pemanasan. Atau bisa juga digunakan
untuk mengambil kertas saring dan benda-benda lab lain disaat kondisi alat
tersebut panas. Penjepit berfungsi untuk menjepit tabung reaksi saat digunakan.
14. Spatula
Spatula laboratorium dikenal sebagai alat yang digunakan untuk mengambil
objek penelitian. Alat laboratorium ini berbentuk sendok kecil, pipih, dan
memiliki tangkai. Spatula didesain untuk pengambilan bahan dengan jumlah yang
sedikit dan berukuran kecil. Untuk fungsi itulah, maka pada spatula laboratorium
terdapat dua jenis ujung, yaitu ujung melengkung seperti sendok dan ujung lain
yang berbentuk datar. Kedua ujung spatula ini dapat digunakan untuk mengambil
bahan padat maupun serbuk (Wanmustafa, 2011).
Fungsi spatula adalah untuk mengambil bahan kimia padat maupun serbuk
pada saat akan di timbang. Pengambilan bahan ini harus dilakukan dengan teliti,
karena akan ditimbang menggunakan neraca analitik yang memiliki tingkat
ketelitian tinggi.
15. Pengaduk pendek
Batang pengaduk merupakan sebuah peralatan laboratorium yang digunakan
untuk mencampur bahan kimia dan cairan untuk keperluan laboratorium. Selain
untuk mencampur larutan
Pengaduk panjang di gunakan untuk mencampurkan bahan kimia dan cairan
untuk keperlukan laboratorium.
16. Pengaduk panjang
Batang pengaduk merupakan sebuah peralatan laboratorium yang digunakan
untuk mencampur bahan kimia dan cairan untuk keperluan laboratorium. Selain
untuk mencampur larutan. Pengaduk panjang di gunakan untuk mencampurkan
bahan kimia dan cairan untuk keperlukan laboratorium.
17. Pinset
Pinset adalah alat bantu yang berfungsi untuk menjepit atau menggenggam
suatu objek yang kecil atau objek lainnya yang tak bisa dipegang oleh tangan
secara langsung atau bisa juga untuk mengambil atau menarik beberapa objek
55
kecil atau pun yang sangat lembek (lembut). Pinset laboratorium merupakan alat
bantu pick atau angkat yang sangat mudah digunakan, menghindari tangan dari
kontak langsung dengan benda yang akan diangkat. Pinset terbuat dari besi dan
mempunyai ujung lancip yang digunakan untuk menjepit sampel atau benda kecil
dan lunak (Wanmustafa, 2011).
Meski jenis dan fungsi pinset yang telah disebutkan tadi berbeda-beda,
semuanya dapat digunakan dengan cara yang sama. Baik petugas medis maupun
laboratorium dapat mengoperasikan pinset menggunakan ibu jari dan dua atau tiga
anak jari dalam satu tangan dengan mekanan bagian tengah dari kedua bilah atas
dan bawah dengan begitu, pinset bisa menggenggam objek atau jaringan kecil
dengan tepat.
18. Pipet panjang
Pipet adalah alat untuk memindahkan volume cairan yang telah terukur.
Alat ini terdiri dari beberapa jenis dengan bentuk, fungsi, dan tingkat ketelitian
yang berbeda. Macam-macam pipet diantaranya yaitu; Pipet tetes, pipet ukur dan
pipet volume
Berfungsi untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil dengan
mengukur volume yang teliti
19. Pipet pendek
Pipet adalah alat untuk memindahkan volume cairan yang telah terukur.
Alat ini terdiri dari beberapa jenis dengan bentuk, fungsi, dan tingkat ketelitian
yang berbeda. Macam-macam pipet diantaranya yaitu; Pipet tetes, pipet ukur dan
pipet volume.
Berfungsi untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil dengan
mengukur volume yang teliti
20. Plastik pembungkus obat
Plastik pembungkus obat adalah suatu wadah/kantong berbahan LDPE yang
dapat digunakan sebagai pembungkus dan mempunyai rel atau "klip" di atasnya
yang bisa dibuka atau ditutup kembali. Plastik pembungkus obat di gunakan
sebagai pembungkus obat serbuk yang telah di haluskan.
21. Pot salep besar
56
Pot salep besar Berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan salep dengan
jumlah yang cukup.
22. Pot salep kecil
Pot salep kecil Berfungsi sebagai wadah menyimpan salep dengan jumlah
sedikit.
23. Sudip
Spatula atau sudip adalah alat untuk mengambil objek. Spatula yang sering
digunakan di laboratorium biologi atau kimia berbentuk sendok kecil, pipih dan
bertangkai. Spatula yang terbuat dari logam (stainlessteel) digunakan untuk
mengambil objek yang telah diiris untuk sediaan mikroskop. Fungsi sudip yaitu
untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam berupa padat atau bubuk. Sudip
digunakan untuk memudahkan mengambil racikan bahan obat dari lumpang.
Sudip biasa terbuat dari bahan plastik (Wanmustafa, 2011).
24. Tabung reaksi
Menurut Hery (2017), tabung reaksi adalah peralatan gelas yang terbuat dari
kaca atau plastik yang dapat menahan perubahan temperatur dan tahan terhadap
reaksi kimia. Bentuknya kira kira sebesar jari tangan manusia. Tabung reaksi
tersedia dalam berbagai macam ukuran. Namun pada umumnya memiliki ukuran
berdiameter 10-20 dengan panjang 50-200 mm.
Tabung reaksi menjadi wadah untuk menampung berbagai reaksi kimia
dalam skala medium. Tabung reaksi juga berfungsi sebagai tempat mereaksikan
bahan kimia dalam laboratorium. Cara meggunakan tabung reaksi ialah, tabung
reaksi dipanaskan terlebih dulu ke dalam gelas kimia yang sudah diisi air.
Kemudian proses pemanasan berlanjut dengan menggunakan kompor/pembakar
spiritus. Untuk menjaga keamanan selama proses penggunaan, memegang tabung
reaksi harus menggunakan jepitan. Tidak boleh langsung tangan kosong karena
dapat langsung merasakan panas yang cukup tinggi. Keselamatan pun dapat
terancam juga (Wanmustafa, 2011).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat menggunakan tabung reaksi yaitu
tidak memegang tabung reaksi dengan tangan telanjang ketika sedang dipanaskan.
Memasang penjepit tabung reaksi dari atas tabung maupun dari bawah tabung.
57
Tidak mengelap dan membersihkan bagian dalam tabung reaksi (Wanmustafa,
2011).
25. Timbangan neraca
Timbangan neraca adalah alat yang dipakai dalam melakukan pengukuran
massa suatu benda. Berfungsi untuk menimbang bahan obat besar gram kapasitas
250 gram (reage 125-250 kg) kapasitas 500 gram (reage 250 mg – 500 g)
kapasitas 1000 gram (reage 500 mg– 1000 g).
Cukup lepas pengunci kemudian taruh beda dalam cawan atau wadah.
Jangan lupa terlebih dahulu lakukan kalibrasi dengan cara dengan cara memutar
sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi
dua garis pada neraca sejajar. Pastikan benar-benar sejajar agar tidak terjadi
keslahan penimbangan. Setelah itu geser anting di ketiga lengannya mulai dari
lengan belakang ke lengan depan. Setelah itu jumlahkan nilai dari ketiga lengan
tersebut.
26. Waterbath
Water bath merupakan peralatan laboratorium yang berisi air atau cairan
khusus yang bisa mempertahankan suhu pada kondisi tertentu selama selang
waktu yang ditentukan. Fungsi dari water bath adalah untuk menciptakan suhu
yang konstan, menginkubasi pada analisis mikrobiologi. melebur basis,
menguapkan ekstrak untuk mereaksikan zat diatas suhu ruangan dan aktifitas
enzim. Alat pemanas dengan menggunakan uap air. Alat ini biasanya digunakan
untuk mencairkan basis salep (Departemen Teknik Kimia, 2018).
Waterbath bekerja dengan cara memanaskan air dengan heater sampai suhu
air naik dan sesuai dengan suhu yang kita pilih, heater akan berhenti memanaskan
air ketika waktu yang telah ditentukan telah tercapai. Untuk memaksimalkan
kinerja water bath, perlu adanya indikator level air dan safety circuit. Indikator
level air berfungsi sebagai indikator yang menunjukkan level air di dalam
waterbath, hal tersebut bertujuan agar heater selalu terendam dalam air supaya
heater dapat bekerja secara maksimal (Departemen Teknik Kimia, 2018).
27. Timbangan analitik
58
Neraca Analitik merupakan alat untuk mengukur berat (terutama yang
berukuran kecil) atau alat untuk menimbang suatu zat. Alat ini biasanya
diletakkan di laboratorium sebagai alat ukur dalam kegiatan penelitian (Day R.A.
dan Underwood A.L., 2002).
Berfungsi untuk mengukur masa suatu benda/bahan dan yang memiliki
kemampuan lebih spesifik dan dikhususkan untuk menimbang benda dengan
bobot yang ringan. Cara menggunakan neraca analitik yang baik dan benar yaitu
pastikan neraca analitik pada posisi yang benar, setting water pas agar sesuai
dengan petunjuk manual book. Tempatkan neraca analitik pada posisi yang jauh
dari hembusan angin dan panas berlebih calibrasi atau tara neraca analitik sebelum
menggunakan. Hindarkan neraca analitik dari medan magnet sekitar. Selalu
bersihkan neraca analitik jika sudah digunakan. Matikan neraca analitik jika tidak
digunakan dalam waktu lama (Departemen Teknik Kimia, 2018).
Pastikan neraca selalu dikalibrasi atau diatur ulang sebelum dipakai
menimbang zat atau sampel baru. Proses kalibrasi dapat dilakukan secara
eksternal dengan bandul maupun secara internal tanpa melibatkan komponen
tambahan. Selalu gunakan alas seperti wadah, gelas, atau kertas saat akan
meletakkan sampel di atas piringan timbangan. Timbangan analitik harus selalu
berada di ruangan dengan suhu yang stabil sehingga perubahan temperatur tidak
akan memengaruhi penghitungan massa benda (Departemen Teknik Kimia, 2018).
59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Alat-alat laboratorium merupakan komponen penting dalam menunjang
kerja praktikum kefamasian. Pengenalan alat-alat laboratorium menjadi suatu
keharusan bagi mahasiswa farmasi. Dengan mengetahui jenis-jenis alat, fungsi
dan cara kerja diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan praktikum dengan baik
dan memninimalisir risiko kecelakan dalam praktikum.
Dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai alat-alat
laboratorium, mahasiswa juga dapat belajar dengan cepat dan diharapkan
mendapat proses pengalaman praktikum, sesuai standar sehingga menghasilkan
tenaga kefamasian yang handal.
Melalui praktik pengenalan alat–alat laboratorium yang telah kami lakukan,
dan berbagai literatur bacaan yang telah kami susun pada bab 2 serta penjelasan
yang telah kami jabarkan pada bab 4 dapat disimpulkan bahwa kami telah
mengenal, mengetahui dan memahami dengan baik berbagai alat laboratorium,
jenis-jenis dan kegunaannya dalam praktikum.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Saran kami kepada jurusan farmasi universitas negeri gorontalo agar lebih
menunjang kegiatan pratikum farmasetika dasar agar lebih maksimal. Baik itu
menyediakn fasilitas seperti halnya alat–alat didalam laboratorium dan
administrasinya lainnya.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Dapat memberikan dukungan kelengkapan alat–alat laboratorium agar
praktikan dapat melaksanakan pratikum dengan lebih maksimal.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Saran kami untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam
menjalankan praktikum farmasetika dasar sehingga praktikum dapat menjalakn
prosedur kegiatan dengan baik.
60
5.2.4 Saran untuk praktikan
Saran agar lebih ditingkatkan rasa kerja sama dan tanggung jawabnya agar
praktikum dan laporan dapat terselesaikan tepat waktu dan dapat meminimalisir
pertengkaran diantara anggota.
61
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Reni Astuti, 2020. Manajemen Laboratorium yang Cerdas, Cermat, dan Selamat.
Jawa Barat: CV Jejak.
Winarti, S., Harada, T., Maraoka, M., Ishii, M. 2004. Superiority of Water
Application to Water Sealing in Burn Wound Healing. Osaka City Med
62
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat dan bahan
1. Alat
63
Kaca arloji Pot saleb kecil Cawan perselin
Botol sirup
2. Bahan
Laporan praktikum
64
FARMASETIKA DASAR
“Serbuk Bagi”
OLEH:
KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : B-D3 FARMASI 2021
ASISTEN : NABILA BASALAMAH
65
Lembar pengesahan
FARMASETIKA DASAR
“Serbuk Bagi”
OLEH:
KELOMPOK IV
NABILA BASALAMAH
66
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan
rahmat, hidayah dan taufiq-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
“Serbuk Bagi” tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan
kepada nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, sehingga pada
umatnya hingga akhir zaman, Aamiin.
Banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu kami
dalam menyelesaikan laporan ini, ucapan terimakasih juga kepada Bapak Apt
Mohamad Aprianto Paneo, M.Farm selaku dosen pembimbing, koordinator umum
dan asisten kami yang telah membantu selama proses praktikum.
Sebagai manusia biasa kami menyadari bahwa kami tidak pernah luput
dari Dari khilaf dan salah. Demikian juga dalam penulisan proses ini. Oleh karena
itu dengan hati tulus, kami akan menerima saran dan kritikan yang dapat
menyempurnakan laporan ini.
Wassalamu’alaikumm Warahmatullahi Wabbarakatuh
Kelompok IV
67
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Maksud Percobaan.............................................................................2
1.3 Tujuan Percobaan..............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................3
2.1 Dasar Teori......................................................................................3
2.2 Uraian Bahan...................................................................................7
BAB III METODE KERJA.........................................................................10
3.1 Alat-Alat yang Digunakan...............................................................10
3.2 Bahan Yang Digunakan...................................................................10
3.3 ProsedurKerja..................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................12
4.1 Hasil Pengamatan.............................................................................12
4.2 Perhitungan Bahan............................................................................12
4.3 Pembahasan......................................................................................14
4.4 Resep................................................................................................16
4.5 Narasi Resep.....................................................................................17
4.6 Nama Latin.......................................................................................17
BAB V KESIMPULAN...............................................................................18
5.1 Kesimpulan .....................................................................................18
5.2 Saran................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
68
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan
obat secara pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaannya yang aman. Salah satu ilmu yang dipelajari dalam farmasi adalah
farmasetika dasar.
Farmasetika dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan
obat; meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat
obatan; seni peracikan obat serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu sehingga siap digunakan sebagai obat; serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat
digunakan dan diberikan kepada pasien (Syamsuni, 2006).
Obat sering disebut obat modern ialah suatu bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan, atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rahaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian
badan manusia. Pasien yang tidak bisa minum obat dalam bentuk tablet bisa
dibuat obat dalam bentuk serbuk.
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi
sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak,
biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk
mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44. Serbuk terbagi atas
dua yaitu pulvis dan pulveres.
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, antara lain yaitu pulvis adspersorius (serbuk tabur / bedak) yang
merupakan serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat dikemas dalam wadah
yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
69
Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh
agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka (Syamsuni, 2006).
Pulveres atau serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau
atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung
lilin, kemudian dilapisi dengan kertas logam (Dirjen POM, 1979).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukanlah praktikum serbuk bagi untuk
mengetahui tentang cara pembuatan serbuk bagi beserta bahan-bahan yang
digunakan didalamnya. Pembuatan sediaan serbuk sangat penting diketahui untuk
dapat diterapkan pada pelayanan kefarmasian khususnya di apotek, puskesmas
maupun rumah sakit.
1.2 Maksud Praktikum
4. Mahasiswa mengetahui definisi tentang serbuk bagi
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami syarat-syarat dari sediaan
serbuk
6. Mahasiswa mampu dapat mengetahui dan memahami keuntungan dan
kerugian dari sediaan serbuk
1.3 Tujuan Praktikum
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi tentang serbuk bagi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami syarat-syarat dari
sediaan serbuk
3. Agar mahasiswa mampu dapat mengetahui dan memahami keuntungan dan
kerugian dari sediaan serbuk
70
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Dasar Teori
2.1.5 Serbuk
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi
sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak,
biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk
mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44 (Dirjen POM,
1979).
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena mempunyai
luas permukaan, serbuk lebih mudah terdispersi atau lebih larut daripada bentuk
sediaan yang dipadatkan. Anak-anak atau orang dewasa yang sukar menelan
kapsul atau tablet yang mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk (Dirjen
POM,1995)
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian oral atau dalam atau untuk pemakaian luar. Bentuk serbuk
mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih
mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padat lainnya (seperti kapsul, tablet,
pil) (Syamsuni,2006).
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi
sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak
menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk mengandung
lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44 (Depkes RI,1978).
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Pada pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus, lebih dahulu
sampai derajat halus tertentu halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak
lebih (Anief 1995).
71
Serbuk adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok.
Campuran serbuk kering ditambah zat tambahan yang bersifat netral atau
indiferen (Anief,2003).
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih
sama, yang dibungkus menggunakan menggunakan bahan pengemas yang cocok
untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah
meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang
mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam (Chairunnisa,2009).
Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambahkan zat
tambahan yang berkhasiat netral atau indiferen, seperti saccharum lactis dan
saccharum album. Serbuk yang diberikan pada penderita diabetes tidak boleh
digunakan saccharum album sebagai tambahan, tetapi gunakan mannitum atau
saccharum lactis (Ansel 1989).
Penggunaan serbuk lebih banyak diberikan kepada pasien anak-anak yang
masih belum mampu menelan obat kapsul atau tablet secara baik, maka puyer
menjadi salah satu pilihan alternatif yang dianggap lebih efisien bila diberikan
kepada pasien anak. Obat dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan pasien, praktis,
cara pemberian yang mudah khususnya untuk anak yang masih kecil yang belum
dapat menelan tablet (Wiedyaningsih,2013).
2.1.6 Syarat-syarat serbuk
Menurut Syamsuni (2006), secara umum syarat serbuk adalah sebagai
berikut:
5. Kering
6. Halus
7. Homogen
8. Memenuhi uji keragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman
kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk
terbagi atau pulveres yang mengandung obat keras, narkotik, dan
psikotropik.
72
2.1.7 Metode Pembuatan Serbuk
Menurut Syamsuni (2006), metode pembuatan serbuk adalah sebagai
berikut:
5. Trituration, mencampurkan bahan obat dalam mortir dengan stamper.
6. Spatulation, mencampur bahan obat langsung diatas kertas.
7. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup.
8. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup yang
dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian digoyang-
goyangkan.
2.1.8 Keuntungan dan Kerugian Serbuk
Menurut Syamsuni (2006), keuntungan dan kerugian sediaan serbuk, antara
lain:
c. Keuntungan
7) Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan.
8) Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih
mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
9) Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak ditemukan
dalam sediaan serbuk.
10) Obat yang tidak stabil dalam suspense atau larutan air dapat dibuat dalam
bentuk serbuk.
11) Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat dalam bentuk serbuk.
12) Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita.
d. Kerugian
3) Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket di
lidah, amis).
4) Terkadang menjadi lembab atau basah pada penyimpanan
73
2.1.8 Serbuk Bagi
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus
dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian
dilapisi lagi dengan kertas logam (Dirjen POM, 1979).
Pulveres atau serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau
atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung
lilin, kemudian dilapisi dengan kertas logam (Depkes RI,1978).
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang
cocok (Syamsuni,2006).
2.1.9 Cara Pembuatan Serbuk Bagi
Dalam pembuatan serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.
Maka itu untuk menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir
panas. Jika jumlahnya obat kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat
ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok.
Obat bermassa lembek misalnya ekstak kental dilarutkan kedalam pelarut yang
sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang cocok.
Jika serbuk obat mengandung bahan yang mudah menguap, dikeringkan dengan
pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok. (Dirjen
POM,1979).
2.1.10 Kelebihan dan Kekurangan Serbuk Bagi
Kelebihan dari bentuk serbuk bagi yaitu serbuk mempunyai luas permukaan
yang lebih luas sehingga lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan
yang dipadatkan. Serbuk juga lebih mudah digunakan untuk anak-anak atau orang
tua yang sukar menelan tablet atau kapsul, tetapi serbuk juga memiliki
kekurangan yaitu tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak dan pada
penyimpanan terkadang menjadi lembap atau basah. Sediaan serbuk terbagi
74
(pulveres) yang baik harus memenuhi syarat yaitu homogen, kering, mempunyai
derajat kehalusan tertentu serta harus memenuhi persyaratan meliputi
keseragaman bobot dan keseragaman kandungan atau dosis (Syamsuni, 2006).
Kelebihan dari serbuk yaitu dokter lebih leluasa memilih dosis yang sesuai
keadaan pasien, lebih stabil terutama untuk obat yang rusak oleh air, penyerapan
lebih sempurna dibandingkan sediaan padat lainnya, cocok untuk anak-anak dan
dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet obat yang volumenya besar dan
tidak dapat dibuat tablet dapat dibuat serbuk (Anief, 2007)
Kekurangannya adalah tidak sesuai untuk obat yang bersifat sangat
higroskopis, deliquescent, campuran eutetik, atau zat yang mudah menguap.
(Hendrason, 2013).
Kekurangan dari serbuk yaitu rasa dan bau yang tidak enak tidak dapat
ditutupi, pada penyimpanan bisa menjadi lembab, peracikannya membutuhkan
waktu yang lebih lama, kurang baik untuk zat yang mudah terurai (Anief, 2007)
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, metanol, etanol, isopropil alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus struktur :
75
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, yaitu terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga pembersih alat
praktikum yang dapat membunuh kuman
Khasiat : Sebagai antiseptik (menghambat pertumbuhan
dan membunuh mikroorganisme)
2.2.2 Ambroxol (Martindale 1565)
Nama resmi : METHYL AMINOCYCLOHEKSANOL
Nama Lain : Ambroxol HCI
Rumus molekul : C13H18BR2N2O
Berat molekul : 378,1
Rumus struktur :
76
hamper tidak berbau rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 170 again air praktis, tidak larut
dalam etanol, (95%) p, dalam klorofom p,
dalam eter p, dalam aseton p, dan dalam
minyak lemak
Khasiat : Antibiotikum
2.2.3 Dexametason (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : DEXAMETHASONUM
Rumus molekul : C22H29FO5
Berat molekul : 392,47
Rumus struktur :
77
BAB III
METODE KERJA
1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Farmasetika Dasar dengan pecobaan serbuk bagi, dilaksanakan
pada tanggal 26 Oktober 2021 pukul 08.45-10.45 WITA. Pelaksanaan praktikum
bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
1.2 Alat dan Bahan
1.2.a Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum serbuk bagi yaitu lumpang
dan alu, sendok spatula, dan sudip.
1.2.b Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu alcohol 70%, etiket putih, ampicillin,
ambroxol, dexamethasone, kertas perkamen, plastik obat dan tissue.
1.3 Prosedur Kerja
1.3.a Resep Ampicilin
9. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
10. Dibersihkan alat dengan menggunakan alcohol 70%.
11. Dimasukkan obat ampicillin sebanyak 4 tablet ke dalam lumpang.
12. Digerus hingga homogen.
13. Disiapkan kertas perkamen sebanyak 12 lembar.
14. Dibagi serbuk diatas kertas perkamen dengan bobo yang kurang lebih sama.
15. Dibungkus kedalam kertas perkamen sesuai dengan cara pengemasan yang
baik.
16. Dimasukkan kedalam plastic obat.
17. Diberi etiket berwarna putih.
78
1.3.b Resep Ambroxol dan Dexamethasone
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan alat menggunakan alcohol 70%.
3. Ditambahkan ambroxol sebanyak 6 tablet ke dalam lumpang dan digerus
hingga homogen.
4. Ditambahkan dexamethasone sebanyak 2 tablet ke dalam lumpang dan
digerus hingga homogen.
5. Disiapkan kertas perkamen sebanyak 5 lembar
6. Dibagi serbuk diatas kertas perkamen dengan bobot yang kurang lebih
sama.
7. Dikemas kedalam kertas perkamen sesuai dengan cara pengemasan yang
baik.
8. Dimasukkan kedalam plastik obat
9. Diberi etiket berwarna putih
79
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
SIP : 1989xxxx
Gambar 4.1
Jl. Budi Utomo No. 59
Sediaan Serbuk Bagi
Telp (0435)xxxx
Gorontalo 26-10-2021
4.2 Resep Asli
R/
Ampicilin 200 mg
m.f.Pulv.dtd No XII
∫ 3 d.d I R
Pro
R/ : Riski
Umu r :Dexamethasone
10 Tahun 1/5 tab
Dexamethasone : 1/5
Ambroxol : 15 mg
200 mg
- Ampicillin x 12=4 tab
600 mg
1
- Dexamethasone x 12=2tab
5
15 mg
- Ambroxol x 12=3 tab
60 mg
4.4 Perhitungan dosis
81
Dosis Sehari
n 0,3
Rumus Dilling = × Dosis Dewasa %Over Dosis = × 100%
20 1
10
= × 2 mg = 30% (TOD)
20
= 0,1 × 3 = 0,3 mg
2. Ambroxol (60 mg/120 mg Departement of Health & Human Services
2017)
Dosis Sekali
n 10
Rumus Dilling = × Dosis Dewasa %Over Dosis = × 100%
20 30
10
= × 60 mg = 33.3% (TOD)
20
= 30 mg
Dosis Sehari
n 10
Rumus Dilling = × Dosis Dewasa %Over Dosis = × 100%
20 60
10
= × 120 mg = 50% (TOD)
20
= 10 mg × 3 = 30 mg
4.5 Narasi Resep
4.5.1 Narasi Latin
Recipe Ampicilin 200 mg, misce fac pulveres da tales doses numero XII
signa ter de die. Recipe Dexamethasone 1/5 tab, Ambroxol 15 mg misce fac
pulveres de tales doses numero XII signa ter de die unam pulveres. Pro Riski
(10tahun)
82
4.6 Pembahasan
Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang
lebih sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain
cocok. Supaya dapat terbagi tepat, maka campurkan serbuk kering ditambah zat
tambahan yang bersifat netral atau indiferen, seperti sacharum lactis, sacharum
album, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 mg (Anief, 2003)
Tujuan dari pembuatan serbuk bagi yaitu untuk mengetahui keseragaman
bobot dari obat (P.Rahayu, 2017). Dengan pembuatan serbuk bagi ini dapat
membantu untuk mengetahui unsur-unsur pembuatan dan syarat-syarat pembuatan
serbuk bagi itu sendiri.
Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan serbuk tabur. Disini kami
menggunakan resep obat yaitu ampicillin 200 mg (4 tab), dexamethasone 1/5 tab
(2 tab), dan ambroxole 200 mg (4 tab). Hal pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Adapun alat yang digunakan
diantaranya yaitu kertas perkamen, lumpang dan alu, plastic obat, sendok spatula,
dan sudip. Bahan yang digunakan yaitu alcohol 70%, etiket putih, ampicillin,
ambroxol, dexamethasone, dan tissue.
Hal pertama yang dilakukan yaitu bersihkan lumpang dan alu menggunakan
alkohol 70%, karena alkohol 70% merupakan cairan yang dapat membantu
mensterilkan alat-alat yang akan digunakan. Alkohol 70% merupakan cairan
disinfektan yang berfungsi membersihkan dan mensterilkan peralatan yang
digunakan pada praktikum, juga berfungsi sebagai disinfektan dan antispetik
(Pratiwi, 2008). Kemudian gerus ampicillin sebanyak 4 tablet dan digerus searah
jarum jam hingga homogen. Ampicilin tidak dapat digerus dengan obat lain, hal
ini dikarenakan ampicillin termasuk dalam obat antibiotic yang diminum sampai
habis agar bakteri didalam tubuh dapat hilang sedangkang obat-obat seperti
ambroxol dan dexamethasone adalah obat yang diminum sampai sakit hilang.
Pencampuran antibiotic dan obat-obat lain (missal ambroxol, dexamethasone,dll)
dalam bentuk sediaan puyer bukan merupakan peresepan yang ideal karena
antibiotic merupakan obat yang diminum sampai habis sedangkan obat-obat
steroid merupakan obat yang diminum hanya jika perlu saja (Dirjen POM, 1979).
83
Sediakan kertas perkamen yang berfungsi sebagai tempat meletakkan
serbuk yang sudah digerus disusun sejajar. Kemudian siapkan kertas perkamen
sebanyak 12 lembar, susun kertas perkamen dengan posisi 6 lembar sejajar diatas
dan 5 lembar sejajar dibawah atau sesuai dengan arah pandang mata agar dapat
terbagi dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar pembagian serbuk bagi dapat
merata antar kertas perkamen (Van Duin: 30). Letakkan ampicillin yang telah
digerus tadi ke dalam kertas perkamen dan dibagi secara merata.
Selanjutnya lipat kertas perkamen dengan rapih dan pastikan tidak ada
serbuk yang terbuang dengan cara menggoyang-goyangkan kertas perkamen.
Masukkan kedalam plastic klip obat dan beri etiket putih yang sebagai tanda
bahwa obat tersebut termasuk dalam pemakaian dalam. Etiket putih sendiri
digunakan untuk obat yang di konsumsi melalui saluran pencernaan (pemakaian
dalam) sedangkan etiket biru digunakan untuk obat yang dikonsumsi tidak melalui
saluran pencernaan (pemakaian luar) (Syamsuni, 2007).
Selanjutnya pengerjaan resep kedua yaitu langkah pertama membersihkan
kembali lumping dan alu yang telah digunakan sebelumnya menggunakan alcohol
70%, karena omogen 70% merupakan cairan yang dapat membantu mensterilkan
alat-alat yang akan digunakan. Alkohol 70% merupakan cairan disinfektan yang
berfungsi membersihkan dan mensterilkan peralatan yang digunakan pada
praktikum, juga berfungsi sebagai disinfektan dan antispetik (Pratiwi, 2008).
Kemudian masukkan dexamethasone sebanyak 2 tablet dan ambroxol sebanyak 6
tablet kedalam lumpang, gerus sampai homogen. Dalam menggerus serbuk,
hindari digerus secara bersamaan melainkan digerus satu persatu. Karena, dengan
menggerus secara bersamaan akan mengakibatkan serbuk tersebut tidak akan
halus secara merata dan dikhawatirkan serbuk akan terbuang. Karena dengan
menggerus akan banyak terjadi Kristal kasar menjadi halus. Bila menggerus
serbuk secara banyak, akan terjadi serbuk halus yang banayk pula, tetapi ada
bagian-bagian kasar yang terlepas dan tidak ikut tergerus dengan baik setelah
homogeny (Anief, 1987).
Masukkan obat dexamethasone dan ambroxol yang telah digerus. Siapkan
kertas perkamen sebanyak 5 lembar dan bagilah dexamethasone dan ambroxol
84
yang telah digerus tadi dengan bobot yang sama. Umumnya serbuk terbagi
dibungkus dengan kertas perkamen dan untuk lebih melindungi dari pengaruh
lingkungan, serbuk itu dilapisi dengan kertas selofan atau sampul polietilena
(Syamsuni, 2006). Kertas perkamen merupakan kertas khusus yang dibuat dan
dimanfaatkan untuk meletakkan serbuk bagi. Lipat dengan rapih kertas perkamen
dan pastikan tidak ada serbuk yang terbuang. Masukkan kedalam plastik klip obat
dan beri etiket putih.
Dalam praktikum terdapat kemungkinan kesalahan, dimana saat kita
menggerus obat antibiotic bersamaan dengan obat lainnya. Karena antibiotic
seharusnya dikonsumsi sampai habis, tapi jika dicampur bersamaan dengan obat
lain dalam bentuk serbuk maka pemberian obat akan dihentikan saat gejalanya
sudah hilang. Hal ini menyebabkan dosis antibiotic tidak dikonsumsi dengan tepat
dan dapat memicu terjadinya resistensi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
85
minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh
atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang
mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam.
2. Syarat-syarat serbuk secara umum adalah kering, halus, homogen dan
memenuhi uji keragaman bobot (seragam dalam bobot) atau seragam dalam
kandumgan (seragam dalam zat terkandung) yang berlaku untuk pulveres
yang mengandungobat keras, narkotik, psikotropik.
3. Keuntungan dan kerugian dari serbuk yaitu, pertama keuntungan serbuk
adalah dosis lebih tepat, lebih stabil dari larutan, tidak memerluakn banyak
bahan tambahan yang tidak perlu, dan dokter leluasa dalam memilih dosis
yang sesuai. Sedangkan kerugian bentuk serbuk adalah racikannya
membutuhkan waktu yang relative lama sulit untuk ditutupi.
5.2 Saran
5.2.1 Saran kepada jurusan
Diharapkan kepada jurusan agar dapat memperhatikan infrastruktur yang
ada pada laboratorium, agar praktikan lebih nyaman dalam melaksanakan
praktikum.
5.2.2 Saran kepada laboratorium
Diharapkan untuk laboratorium agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa
alat-alat dan bahan-bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar kegiatan
bisa berjalan dengan lancer.
5.2.3 Saran kepada asisten
Saran kami untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam
menjalankan praktikum, sehingga praktikan dapat menguasai langkah-langkah
praktikum yang ada
DAFTAR PUSTAKA
Anief M, 1987. Ilmu meracik obat teori dan praktik. Yokyakarta: Gadjah mada
university press.
86
Anief M, 2003. Ilmu meracik obat teori dan praktik. Yokyakarta: Gadjah mada
university press.
Anief M, 1995. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah mada university press.
Indonesia.
Anief M, 2007. Ilmu Meracik Obat. Jakarta: Gadjah Mada University Press.
Ansel, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta: Universitas
Indonesia
Departemen Kesehatan RI, 1978. Materi Medika Indonesia, Jilid II. Jakarta:
Pratiwi, 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Pudji rahayu, 2017. Keseragaman bobot racikan bubuk bagi diapoteker. Bandang
lampung, jurnal analisis Kesehatan.
87
Van, Duin. Reseptir. Untuk Siswa A.A dan Mahasiswa Farmasi. Untuk
lingkungan sendiri.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Alat dan Bahan
1. Alat
88
No. Nama Gambar Fungsi
Untuk memindahkan
Sendok
serbuk kedalam kertas
2. Spatula
perkamen.
2. Bahan
No Nama Gambar Fungsi
89
Untuk membersihkan alat-
1. Alkohol 70%
alat yang digunakan.
90
Untuk membari petunjuk
5. Etiket Putih
cara pemakaian.
Digunakan sebagai
7. Plastik Obat
pembungkus obat.
Untuk membersihkan
8. Tissue lumpang dan alu, sendok
spatula dan sudip
91
Lampiran 2: Diagram Alir
Ambrox, Ampicilin, Dexamethasone
92
Lampiran 3: Skema Kerja
Dibersihkan Alat Digerus hingga
halus
Dimasukan obat
kedalam lumpang
Dimasukan kedalam
plastik obat dan beri Dibagi menjadi 12
E-tiket putih bagian
Dilipat Kertas
Perkamen Hingga
Rapih
Laporan Praktikum
FARMASETIKA DASAR
“Kapsul”
93
Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Nilai Praktikum Farmasetika Dasar
2021
OLEH
KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : B-D3 FARMASI 2021
ASISTEN : RILA APRILIANSYAH AMRAIN
FARMASETIKA DASAR
“KAPSUL”
94
OLEH
KELOMPOK : IV (EMPAT)
KELAS : B-D3 FARMASI 2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kepada Sang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan berkatnya kita dapat menyelesaikan laporan praktikum farmasetika dasar yang
95
berjudul “Sediaan Kapsul”. Laporan praktikum ini disusun sebagai pendukung
proses belajar mengajar (perkuliahan) dan membuka wawasan mahasiswa pada
Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
Dalam penulisan laporan ini tentunya kami tidak terlepas dari kesulitan
dan masalah lain dalam pengerjaannya, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai
pihak maka kesulitan dan masalah tersebut dapat teratasi terutama dengan bantuan
kakak- kakak asisten dosen. Untuk itu, pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang turut berkontribusi dalam
proses belajar kami.
Akhir kata kami menyadari bahwa laporan praktikum farmasetika dasar ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan maka dari
itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
penyempurnaan laporan laporan praktikum ini dan semoga akan bermanfaat bagi
pembacanya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kelompok IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
96
1.2 Maksud dan tujuan................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
2.1 Dasar Teori...........................................................................................3
2.2 Uraian Bahan........................................................................................ 7
BAB III METODE PRAKTIKUM...................................................................10
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan..........................................................10
3.2 Alat Dan Bahan.....................................................................................10
3.3 Prosedur Kerja......................................................................................11
3.4 Deskripsi Resep................................................................................... 13
3.5 Farmakologi..........................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN...........................................................15
4.1 Hasil......................................................................................................15
4.2 Pembahasan..........................................................................................17
BAB V PENUTUP...........................................................................................20
5.1 Kesimpulan...........................................................................................20
5.2 Saran.....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
97
Farmasi adalah suatu profesi yang berkaitan dengan kesehatan yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan kesehatan dan kimia. Farmasi adalah suatu
profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan,
pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, dan distribusi obat. Dalam ilmu
farmasi ada empat bidang yang dipelajari, yaitu farmasi klinik, farmasi industri,
farmasi sains, dan farmasi obat tradisional. Kemampuan penunjang yang harus
dimiliki adalah senang dan familiar dengan fisika, kimia, biologi, dan matematika;
ketelitian dan kecermatan; hapalan dan kemampuan analisa; dan suka bekerja di
laboraturium. Salah satu cabang ilmu farmasi yaitu Farmasetika.
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-
obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat. Bentuk
sediaan obat terdiri dari Serbuk, Kapsul, Tablet, dan Pil. Pada praktikum kali ini
membahas sediaan kapsul.
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat
juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. (Farmakope Edisi IV tahun
1995).
Sediaan kapsul racikan dapat dibuat dari obat maupun bahan baku obat.
Perubahan bentuk dari sediaan obat (tablet, kapsul, atau bentuk lainnya) menjadi
kapsul racikan kemungkinan dapat berpengaruh pada stabilitas, efektifitas, dan
keamanan serta tujuan dari formulasi sediaan obat tersebut. Misalnya, formulasi
sediaan obat yang disalut enterik dan sediaan extended relaease hendaknya tidak
digerus menjadi sediaan kapsul racikan. (Cornish, 2005)
Selain itu bila bobot dan ukuran sediaan jadi yang dicampur dalam bobot
dan ukuran yang besar maka cangkang kapsul yang digunakan besar sehingga
sediaan tidak mudah diterima yang dapat mengurangi kepatuhan pasien dalam
penggunaan obat (Allen L. V., 1967)
Dalam penulisan resep, permintaan dokter kepada apoteker untuk
membuat bentuk sediaan yang dikehendaki harus disertai jumlah yang diberikan
(Scott, 2000). Cara visual merupakan metode pembagian yang paling banyak
dilakukan diapotek karena cepat dan praktis. Namun cara ini memiliki banyak
98
kelemahan, antara lain kurang dapat menjamin keseragaman dalam tiap kapsul
(O’Connor et al., 2000). Karena itu jumlah kapsul yang diinginkan akan
mempengaruhi pembagian serbuk dalam kapsul racikan sehingga diperoleh bobot
sediaan yang seragam. (Syamsuni, 2007)
1.2 Maksud Dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
1. Untuk mengetahui definisi tentang kapsul
2. Untuk mampu membaca resep tentang kapsul
3. Untuk mampu mengetahui bentuk sediaan dan pembuatan kapsul
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui definisi tentang kapsul
2. Agar mahasiswa dapat mampu membaca resep tentang kapsul
3. Agar mahasiswa dapat mampu mengetahuio bentuk sediaan dan pembuatan
kapsul
99
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
100
serbuk atau zat padat kering.kapsul cangkang lunak mempunyai bermacam-
macam bentuk dan biasanya dapat dipakai rute oral, vaginal, rektal, atau topikal.
a. Kapsul keras
Kapsul gelatin cangkang keras adalah sediaan padat yang terdiri dari obat
dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Kapsul gelatin cangkang
keras terbuat dari gelatin berkekuatan gel relatif tinggi dibandingkan kapsul
gelatin cangkang lunak (Hidayat, 2016)
Mayoritas dari produk kapsul terbuat dari gelatin kapsul keras. Kapsul
keras dibuat dua cangkang yaitu badan cangkang kapsul dan penutupnya yang
lebih pendek dari badan cangkang kapsul. Penutup kapsul menyelubungi sesuai
dengan ujung badan kapsul. Cangkang kapsul keras terbuat dari campuran
Gelatin, gula, dan air. Bahan tersebut jelas, tidak berwarna dan rasanya
hambar. Kapsul dengan dua bagian telah digunakan hampir seabad di bidang
farmasi bidang, dan gelatin telah diadopsi sebagai bahan utama kapsul ini karena
karakteristiknya yang sangat baik sebagai gelatinizer. Namun, gelatin adalah
salah satu proteinnya berasal dari hewan; oleh karena itu tidak stabil dari sudut
pandang kimia dan memiliki risiko TSE (Transmissible Spongiform
Encephalopathy) (Rabadiya and Rabadiya, 2013).
b. Kapsul Lunak
Gelatin lunak (softgel atau lunak elastis) kapsul terdiri dari satu bagian
cangkang lunak tertutup rapat. Gelatin lunak kapsul dibuat dengan
menambahkan plasticizer, yaitu gliserin atau polyhydric alkohol (sorbitol)
hingga gelatin. Bahan tambahan plasticizer memiliki fungsi dapat meningkatkan
elastisitas dan ketahanan gelatin. Gelatin lunak kapsul dibuat dalam berbagai
bentuk seperti tabung yang berbentuk bulat, elips, lonjong, dan khusus bentuk
dengan atau tanpa twist off. Kapsul gelatin lunak dapat mengandung cairan tidak
berair, suspensi, bahan pucat, atau kering bubuk. Peran kapsul gelatin lunak
sangat penting untuk mengandung zat obat yang mudah menguap atau obat
bahan yang rentan terhadap kerusakan dikehadiran udara (Rabadiya and
Rabadiya, 2013)
101
2.1.3 Keuntungan dan kerugian bentuk sediaan kapsul.
Menurut Syamsuni (2006), Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul:
a. Bentuknya menarik dan praktis.
b. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa
dan berbau tidak enak.
c. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut sehingga obat dapat
cepat diabsorpsi.
d. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang
berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien.
e. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
Kerugian pemberiaan bentuk sediaan kapsul:
a. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul
tidak dapat menahan penguapan.
b. Tidak bisa untuk zat-zat yang higroskopis ( menyerap lembap).
c. Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
d. Tidak bisa untuk balita.
e. Tidak bisa dibagi-bagi.
2.1.4 Cara pembuatan kapsul.
Cara pembuatan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan
tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk
melayani resep dokter, dan sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk
mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam
kapsul dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang
diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan
kapsul lalu ditutup.
2. Alat bukan mesin
102
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan manusia.
Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih seragam dan pengerjaan
yang dapat lebih cepat karena dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul.
Alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang tetap dan yang bergerak.
2.1.5 Cangkang kapsul
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5)
sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan.
Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan
kepada pasien ( Dirjen POM, 1995)
2.1.6 Cara penyimpanan
Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi
mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila
disimpan dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang lunak
pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah
timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam
lingkungan dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di
absorpsi (diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan
mengalami kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel, 1989).
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih
mengandung air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia edisi
IV dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan di
tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu sama
lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari udara
yang lembab. Sebaliknya, jika disimpan di tempat yang terlalu kering,
kapsul itu akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan mudah
pecah (Syamsuni, 2006).
Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul sebaiknya
dalam tempat atau ruangan yang:
1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.
2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering (silika
gel).
103
3. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau str
.
2.2 Uraian bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM,1979,Dirjen POM,1995)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
RM/BM : C2H5OH / 46,07 g/mol
Rumus struktur :
104
Berat Molekul : 390,87 gr/mol
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau larutan
mempunyai antara 4 dan 5 larutan: mudah larut
dalam air, etanol dan kloroform
Khasiat : Antihistmain, sedative
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2.1 Paracetamol (Dirjen POM,1979)
Nama resmi : PARACETAMOLIUM
Nama lain : Paracetamol, Asetaminofen
RM/BM : C8H9NO2 / 46,07 g/mol
Rumus struktur :
105
Rumus struktur :
106
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Farmasetika dasar dengan percobaan kapsul, dilaksanakan pada
tanggal 30 oktober 2021 pukul 09:40 – dengan selesai. Pelaksanaan praktikum
bertempat di laboratorium teknologi farmasi, jurusan farmasi, fakultas olahraga
dan kesehatan, universitas negeri gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kapsul yaitu, lap halus,
lumping dan alu, sudip.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kapsul yaitu, alkohol 70%,
paracetamol, CTM, Dexametason, kertas perkamen, plastic clip, tisu.
3.3 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alcohol 70%.
3. Dimasukkan obat Paracetamol sebanyak 5 tablet ke dalam lumpang dan
digerus sampai halus.
4. Dimasukkan obat CTM sebanyak 3 tablet ke dalam lumpang dan digerus
sampai halus.
5. Dimasukkan obat dexametason sebanyak 5 tablet ke dalam lumpang dan
digerus sampai homogen.
6. Disiapkan kertas perkamen sebanyak 10 lembar .
7. Dibagi serbuk diatas kertas perkamen dengan bobot yang kurang lebih sama.
8. Disiapkan cangkang kapsul sesuai dengan banyaknya serbuk yang
dibutuhkan.
9. Dimasukkan serbuk kedalam cangkang kapsul hingga padat dan tutup dengan
penetup cangkang kapsul.
10. Dimasukan kedalam plastic obat.
107
11. Diberikan etiket berwarna putih
3.4 Deskripsi Resep
3.4.1 Resep
Dr.Nabellah
SIP: XXX
Jl : Kalimantan
Telp : (0435) XXX
Gorontalo,29/10/2021
R/Paracetamol 250 mg
CTM 1/3 tab
Dexametason 0,25 mg
M.f pulv dtd da in caps No X
S 3 dd 1 ac
Pro : 20 tahun
Nama : Theo
108
Recipe Paracetamol 250 mg, misce fac Capsula da tales doses numero
quinque signa ter de die post coenum. Recipe CTM 1/3 tab, Dexametason 0,25
Mg misce fac Capsula da tales doses numero decem signa ter de die post coenum.
Pro Theo (20 tahun).
3.4.5 Narasi Resep Dalam Bahasa Indonesia
Ambilah Paracetamol 250 mg campur dan buatlah kapsul sesuai dosis
sebanyak lima tandai tiga kali sehari sesudah makan. Ambilah CTM ½ tablet,
Ambrosol 15 mg campur dan buatlah kapsul sesuai dosis sebanyak 10 tandai 3
kali sehari sesudah makan. Untuk theo (20 tahun).
3.4.6 Kekurangan Resep
Dalam resep tersebut tidak terdapat paraf atau tanda tangan
dokter.Menurut Rahmawati dkk, (2002) paraf atau tanda tangan dokter harus di
perlukan karena kalau tidak terdapat tanda paraf dokter keaslian resep
diragukan.Selain itu juga berat badan dan alamat pasien di perlukan agar apoteker
mudah mengetahui identitas pasien.
3.4.6 Perhitungan Bahan
250 mg
Paracetamol = X 10 = 5 tablet
500 mg
1 mg
CTM = X 10 = 3 tablet
3 mg
0,25 mg
Dexamethason = X 10 = 5 tablet
0,5 mg
3.4.7 Perhitungan dosis
Perhitungan dosis menggunakan rumus diling atau usia diatas 8 tahun
n
× Dosis Dewasa
20
109
1. Paracetamol
n
a. Dosis sekali = X DD
20
20
= X 500 mg
20
= 500 mg
20
b. Dosis sehari = X 1000 mg
20
= 1000 mg
250 mg
c. %OD sekali = X 100%
500 mg
= 50 % (TOD)
500 mg
d. %OD sehari = X 100
100 mg
= 50 % (TOD)
2. CTM
n
a. Dosis Sekali = = X DD
20
20
= = X 4 mg
20
= 4 mg
20
b Dosis sehari = = X 8 mg
20
= 8 mg
1,33 mg
110
c. %OD sekali = = X 100%
4 mg
= 33,2 % (TOD)
2,66 mg
d. %OD sehari = = X 100%
8 mg
= 33,2 % (TOD)
3. Dexamethason
n
a. Dosis Sekali = = X DD
20
20
= = X 0,5 mg
20
= 0,5 mg
20
b Dosis sehari = = X 1 mg
20
= 1 mg
0,25 mg
c %OD sekali = = X 100%
0,5 mg
= 50 % (TOD)
0,5 mg
d %OD sehari = = X 100%
1 mg
= 50% (TOD)
3.5 Farmakologi
111
1. Paracetamol (Wilmana PF, Sulistia Gan, 2007)
Paracetamol adalah metabolit fenasetin yang bertanggung jawab terhadap
efek analgesiknya.Obat ini merupakan penghambat prostaglandin yang lemah
pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek antiinflamasi yang
bermakna.Obat ini digunakan dalam dunia kedokteran sebagai obat
meredakan nyeri, yaitu mengurangi nyeri ringan sampai sedang.Begitu juga
dalam kedokteran anastesi, paracetamol mulai banyak digunakan terutama
untuk pereda rasa nyeri akut pasca operasi.
2. CTM (Katzug, 1997)
CTM berfungsi menurunkan sensitifitas terhadap histamin suatu hormon
manusia yang akan dikeluarkan bila ada zat asing tak dikenal dari
memunculkan reaksi yang disebut alergi. Bisa gatal, bersin-bersin, sesak
nafas (Asma). Karena itu, CTM disebut anti histamin yang efeknya jelas
adalah sedative (ngatuk) sedngkan meleate pada CTM itu adalah
pengesternya sehingga CTM adalah bentuk garam antara klorpentramina
demaleate acid, suatu asam karbosilat.
3. Dexamethason (Erlangga, dkk 2015)
Dexamethason meerupakan kartikosteroid yang memiliki efek anti-inflamasi
paling kuat. Penelitian ini bertujuan membandingkan deksametason 10 mg
dengan deksametason 15 mg intravena prebedah terhadap nyeri pascabedah
dan kebutuhan analgetik epuioid.
112
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Gambar 4.1
Sediaan Kapsul
4.2 Pembahasan
Dalam percobaan kali ini, dibuat sedian kapsul. Menurut ilmu resep kapsul
adalah bentuk sediaaan padat yang terbungkus dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi juga dapat dibuat
dari pati atau bahan lain yang sesuai (Syamsni, 2006).
Metode yang digunakan dalam praktikum kapsul yaitu trituration. Trituration
adalah mencampurkan bahan obat dalam mortir dan stemper. kemudian di isi ke
dalam cangkang kapsul keras (capsulae durae, hard capsul). Ukuran cangkang
kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil yaitu 5 sampai nomor yang paling
besar yaitu 000. Umumnya ukuran paling besae 000 merupakan ukuran yang
dapat diberikan kepada pasien.
Adapun alat yang di gunakan dalam praktikum kapsul yaitu,lap halus,lap
kasar,lumpang dan alu,sudip dan cangkang kapsul.Adapun bahan yang di gunakan
dalam praktikum kapsul yaitu, alkohol 70%, Paracetamol, CTM, Dexamethason,
kertas perkamen, cangkang kapsul, sak obat,tisu.
Langkah pertama yang dilakukan menyiapkan alat dan bahan bersihkan alat
dengan menggunakan alkohol 70% karena penggunaan alkohol 70% bersifat
113
antiseptik untuk benda mati. Menurut Pratiwi (2008), alkohol 70% dapat
mempercepat proses pembersihan alat dari mikroorganisme.
Dimasukkan obat parasetamol sebanyak 250 mg ke dalam lumpang digerus
searah jarum jam. Karena pengerasan yang dilakukan searah dengan jarum jam
dapat membuat serbuk menjadi halus dan tercampur rata. Paracetamol adalah obat
analgetik, antipiretik yang dapat menurunkan demam, nyeri. CTM adalah obat
yang digunakan untuk meredakan alergi akibat makanan, obat-obatan atau gigitan
serangga. Dexamethason adalah obat anti inflamasi sebagai anti peradangan.
Disiapkan kertas perkamen sebanyak 10 lembar. Dibagi diatas kertas
perkamen menggunakan sudip. Kertas perkamen digunakan untuk membungkus
puyer karena kertas perkamen memiliki ketahanan lemak yang baik, permukaan
bebas serat, tidak berbau dan tidak berasa, kekuatan basah baik walaupun dalam
air mendidih (Syarif dkk,1989)
Dimasukkan dalam plastik obat dan diberi etiket berwarna putih. Pemberian
etiket putih sebagai tanda penggunaan oral atau penggunaan dalam. Pemberian
etiket ini bertujuan sebagai pemberi informasi atau aturan dalam pemakaian obat.
Ada pun kemungkinan kesalahan yang terjadi yaitu jika cangkang kapsul
tidak terisi secara padat untuk membagi serbuk harus dengan takaran yang sama
maka sediaan serbuk didalam cangkang kapsul akan terisi padat dan tidak akan
tumpah atau keluar dari cangkang.
114
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
115
Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan alat-alat yang ada dalam
laboratorium. Agar para praktikan dapat lebih mudah, cepat dan lancar dalam
melakukan suatu percobaan atau penelitian.
116
DAFTAR PUSTAKA
Hidayanti, N. D. (2006) ‘Formulasi Dan Uji Sediaan Pil Ekstrak Rimpang Temu
Kunci’ ( Boesenbergia Pandurata L. )’, pp. 1–5.
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
117
Suparman, A. (2019) ‘Karakterisasi Dan Formulasi Cangkang Kapsul Dari
Tepung Pektin Kulit Buah Cokelat (Theobroma cacao L)’, Jurnal Ilmiah
Farmasi Farmasyifa, 2(2), pp. 77–83. doi: 10.29313/jiff.v2i2.4646.
118
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Alat dan Bahan
1. Alat
119
4. Plastik cetik Berfungsi menyimpan
sediaan kapsul yang
telah jadi
120
2. Bahan
121
4. Etiket Sebagai petunjuk cara
pemakaian obat
122
Lampiran 2: Diagram Alir
kapsul
HASIL
123
Lampiran 3: Skema Kerja
Dimasukkan
etiket dan kapsul
ke dalam plastik
obat
124
125