ANGKATAN LXXVI
ANGKATAN LXXVI
ii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI), khususnya di
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk
Komplemen pada tanggal 4 - 26 Februari 2013 dapat diselesaikan dengan baik.
Praktek Kerja Profesi Apoteker di bidang pemerintahan dilaksanakan
sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Apoteker.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dra. Lucky S. Slamet, M.Sc., selaku Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia.
2. Drs. Sukiman Said Umar, Apt., selaku Direktur Inspeksi dan Sertifi kasi
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Pro duk
Komplemen Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
3. Dra. Kristiana Haryati, Apt., selaku Ka. Sub. Dit. Sertifikasi Direkt orat
Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komple men,
juga selaku pembimbing dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Repu blik
Indonesia.
4. Seluruh staf dan karyawan Badan Pengawas Obat dan Makanan Repu blik
Indonesia, khususnya Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisio nal,
Kosmetik, dan Produk Komplemen Badan Pengawas Obat dan Maka nan
Republik Indonesia, yang telah memberikan bantuan dan perhatian sel ama
pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
5. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia sekaligus pembimbing PKPA di Badan POM RI.
6. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia sekaligus pembimbing akademik.
7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas
didikan dan bantuannya selama perkuliahan di pendidikan profesi apoteker.
iv Universitas Indonesia
Penyusun
v Universitas Indonesia
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI....................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
LAMPIRAN.................................................................................................... 63
ix Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang inspeksi sarana produksi dan distribusi
serta sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, dan proses
produksi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen.
Sebagai institusi yang melakukan pengawasan di bidang obat dan
makanan, Badan POM RI memerlukan sumber daya manusia yang tepat dan
sesuai dengan fungsinya. Terkait fungsi pengawasan terhadap produk-produk
kesehatan terrmasuk obat , maka dibutuhkan sumber daya manusia yang
memahami tentang ilmu kefarmasian, yaitu apoteker. Sebagai salah satu ben tuk
tanggung jawab sosial kepada masyarakat, apoteker dapat berperan dalam hal
penyusunan kebijakan atau regulasi serta pelaksanaan pengawasan terha dap
produk-produk kesehatan yang beredar di masyarakat. Hal tersebut dilaku kan
untuk melindungi masyarakat dari produk-produk kesehatan yang tidak memenuhi
syarat.
Oleh karena itu, untuk mengenalkan mahasiswa calon apoteker kep ada
tugas, fungsi, serta ruang lingkup kegiatan dari institusi pemerintah di bid ang
pengawasan obat dan makanan, maka diselenggarakan Praktek Kerja Pro fesi
Apoteker di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia p ada
periode 4-26 Februari 2013.
1.2 Tujuan
Berikut ini adalah tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apot eker
yang diselenggaraka di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indon esia
pada adalah :
1. Tujuan Umum
kan
Peserta Praktek Kerja Profesi Apoteker dapat memahami dan menjelas
.
peran dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
2. Tujuan Khusus
Universitas Indonesia
1.3 Manfaat
Melalui pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia, diharapkan calon apoteker dapat lebih
siap terjun ke dunia kerja, khususnya dalam bidang pemerintahan yang terkait
dengan pengawasan obat dan makanan.
Universitas Indonesia
4 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Untuk menekan sekecil mungkin risiko yang bisa terjadi, dilaku kan
SisPOM tiga lapis yakni:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Kredibilitas.
Memiliki kredibilitas yang diakui masyarakat luas, nasional dan internasional.
3. Kecepatan.
Tanggap dan cepat dalam bertindak mengatasi masalah.
4. Kerjasama.
Mengutamakan kerjasama tim.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.7.4 Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Pro duk
Komplemen
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Pro duk
komplemen yang dikepalai oleh seorang Deputi bertugas melaksanakan penil aian
dan registrasi obat tradisional, kosmetik dan suplemen makanan sebelum ber edar
di Indonesia, selanjutnya melakukan pengawasan peredaran obat tradisio nal,
kosmetik dan produk komplemen, termasuk penandaan dan perikla nan.
Penegakan hukum dilakukan dengan inspeksi Cara Produksi Obat yang Baik
(CPOB), Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), Cara Prod uksi
Kosmetik yang Baik (CPKB), sampling, penarikan produk, public war ning
sampai pro justisia, didukung antara lain oleh Tim Penilai Obat Tradisional dan
Tim Penilai Kosmetik. Deputi Bidang Pengawasan Obat tradisional, Kosme tika
dan Produk komplemen terdiri dari empat Direktorat, yaitu :
1. Direktorat Penilaian Obat Ttradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik.
2. Direktorat Standarisasi Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen.
3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk
Komplemen.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sasaran yang ingin dicapai dari proses reformasi birokrasi yang akan
dilakukan di Badan POM, secara umum adalah mengubah pola pikir (mind set),
budaya kerja (culture set) dan sistem manajemen Badan POM dalam
pelayanan publik. Di samping itu, secara khusus sasaran yang akan dicapai dari
Universitas Indonesia
proses reformasi birokrasi yang akan dilakukan di Badan POM adalah sebagai
berikut:
1. Kelembagaan: Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing).
2. Budaya organisasi: Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi.
3. Ketatalaksanaan: Sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif,
efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.
4. Regulasi, deregulasi birokrasi: Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang
tindih dan kondusif.
5. Sumber daya manusia: SDM yang berintegrasi, kompetensi, professio nal,
berkinerja tinggi dan sejahtera
6. Pelayanan publik: Pelayanan publik yang mengedepankan ke empat b elas
aspek pelayanan serta mampu memberikan tingkat kepuasan masyarakat y ang
tinggi sehingga didapat kepercayaan publik pada Badan POM.
7. Pengawasan dan Akuntabilitas: Keseluruhan proses pengawasan Obat dan
Makanan dan seluruh proses pendukungnya mulai dari perencan aan,
penganggaran, implementasi, administrasi keuangan dan pelap oran
merupakan proses yang akuntabilitasnya terjaga dengan baik, bebas dari
unsur-unsur korupsi, kolusi dan nepotisme
Pola pikir pencapaian Reformasi Birokrasi Badan POM RI se cara
operasional diuraikan pada Gambar 2.1, yaitu dimulai dari penyempurn aan
kebijakan nasional bidang aparatur yang mendorong terciptanya kelembag aan
yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas fungsi Badan POM. Kebija kan
dilaksanakan melalui penataan dan penguatan peraturan perundang-undan gan,
organisasi, tata laksana dan SDM serta didukung sistem pengawasan dan
akuntabilitas yang mampu mewujudkan pemerintahan yang berintegritas. Mel alui
manajemen perubahan, implementasi hal-hal tersebut di Badan POM a kan
mengubah mind set dan cultural set birokrat Badan POM ke arah budaya yang
lebih profesional, produktif, dan akuntabel.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.2 Tugas dan Fungsi Direktorat Inspeksi dan Sertikasi Obat Tradisio nal,
Kosmetik, dan Produk Komplemen
hun
Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM ta
duk
2001, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Pro
kan,
Komplemen memiliki tugas untuk melakukan penyiapan perumusan kebija
aan
penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksan
uksi
pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang inspeksi sarana prod
men,
dan distribusi serta sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komple
dan proses produksi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen.
28 Universitas Indonesia
makanan, fasilitas produksi dan proses produksi obat tradisional, kosmetik, dan
suplemen makanan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Persiapan pemeriksaan
a. Sub Direktorat Sertifikasi menetapkan tim sertifikasi sarana prod uksi
dengan menggunakan surat tugas.
b. Tim sertifikasi menyiapkan dokumen dan peralatan terkait pemeriks aan
sarana produksi.
c. Tim sertifikasi melaksanakan rapat persiapan pemeriksaan sa rana
produksi untuk menyusun aide memoir, agenda inspeksi, dan renc ana
pelaksanaan inspeksi, daftar hadir.
3. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Tim sertifikasi melakukan opening meeting bersama dengan pihak sa rana
produksi.
b. Tim sertifikasi melaksanakan pemeriksaan yang meliputi site vist dan
review dokumen.
c. Tim sertifikasi menyusun Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan/atau
daftar periksa serta menandatangani Berita Acara Pemeriksaan BAP
(
dan/atau daftar periksa oleh pemeriksa sarana dan pihak industri.
d. Tim sertifikasi melakukan closing meeting bersama dengan pihak sa rana
produksi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.3.4.4 Peneribitan Surat Keteragan Impor (SKI) dan Surat Keterangan Ekspor
(SKE)
Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan penerbitan SKI :
1. Pemohon melakukan registrasi onleine melalui aplikasi e-BPOM http://e-
bpom.bpom.go.id atau//e-bpom.pom.go.id beserta data dukung regis trasi
INSW.
2. Sub Direktorat Sertifikasi menerima dokumen permohonan registrasi (hard
copy) dari pemohon dan melakukan pengecekan kelengkapan dan keben
aran
dokumen.
a. Jika dokumen lengkap dan benar, permohonan registrasi INSW disetu jui.
b. Jika dokumen belum lengkap dan benar, dikembalikan ke pemo hon
untuk dilengkapi.
3. Sub Direktorat Sertifikasi melakukan verifikasi dokumen yang telah disetujui
dengan data yang telah di entry oleh pemohon ke database pada portal e-
bpom.
a. Jika belum sesuai maka permohonan ditolak.
b. Jika telah sesuai maka permohonan registrasi dapat disetujui den gan
memberikan username dan password secara elektronik.
4. Sub Direktorat Sertifikasi menerima pengajuan SKI dari pemohon dengan
melampirkan bukti pembayaran PNBP (secara elektronik dan hardcopy).
5. Sub Direktorat Sertifikasi memeriksa kelengkapan dan kebenaran dokumen
pengajuan permohonan SKI.
dan
a. Jika dokumen lengkap dan benar, maka akan diproses lebih lanjut
jika diperlukan dibuat tanda terima pengajuan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Tindak lanjut hasil pemeriksaan sarana distribusi obat tradisional, kosm etik
dan suplemen makanan.
a. Tim pemeriksa yang dibentuk oleh Sub Direktorat Inspeksi Obat
Tradisional dan Suplemen Makanan atau Sub Direktorat Insp eksi
Kosmetika dan Balai Pengawas Obat dan Makanan melaku kan
pemeriksaan di sarana distribusi obat tradisional, kosmetik dan suple men
makanan.
b. Tim Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan sarana distribusi kep ada
Sub Direktorat Inspeksi Obat Tradisional dan Suplemen Makanan atau
Sub Direktorat Inspeksi Kosmetika dan Balai Pengawas Obat dan
Makanan.
c. Sub Direktorat Inspeksi Obat Tradisional dan Suplemen Makanan atau
Sub Direktorat Inspeksi Kosmetika dan Balai Pengawas Obat dan Makanan
mengevaluasi dan mengklarifikasi hasil temuan berdasarkan Laporan Hasil
Pemeriksaan Sarana Distribusi :
1) Administrasi
2) Obat tradisional, kosmetik dan suplemen makanan TIE.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
standar, kriteria, dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan
inspeksi sarana produksi dan sarana distribusi kosmetik.
Universitas Indonesia
54 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Indonesia harus disertai dengan Surat Keterangan Impor (SKI). Saat ini,
pengajuan permohonan SKI dilakukan secara elektronik melalui website Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Surat Keterangan Impor (SKI) dalam bentuk
softcopy dapat dikeluarkan dan diintegrasikan kepada bea cukai oleh Sub
Direktorat Sertifikasi dalam jangka waktu kurang dari 1 hari melalui portal
Indonesian Single Windows (INSW). Sedangkan bentuk hardcopy dari Surat
Keterangan Impor (SKI) dapat diberikan kepada pemohon dalam jangka waktu 1
hari. Alur permohonan Surat Keterangan Impor (SKI) diberikan pada Lamp iran
4.
Untuk mendukung kegiatan ekspor produk kosmetika, obat tradisio nal,
dan suplemen makanan Indonesia ke luar negeri, Sub Direktorat Sertifikasi juga
memfasilitasi penerbitan Surat Keterangan Ekspor (SKE). Surat keterangan ini
dapat berupa Certificate of Pharmaceutical Product (CoPP), Certificate of He alth
(CoH)/To Whom It May Concern (TW), Certificate of Free Sale (CFS), Sa fety
Data Sheet (SDS), atau Product Description. Pembuatan surat ini ber sifat
opsional, tergantung kebijakan dari negeri tujuan ekspor. Alur permohonan S urat
Keterangan Ekspor (SKE) diberikan pada Lampiran 5.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Badan
Pengawas Obat dan Makanan Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat pada
periode 4-26 Februari 2013, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI)
sebagai institusi pemerintah yang resmi mengawasi obat dan makana n di
Indonesia. Badan POM ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) yang bertanggung jawab kepada Presiden dan
dikoordinasi oleh Menteri Kesehatan.
2. Untuk meningkatkan perlindungan kepada masyarakat dari ak ibat
pelanggaran-pelangaran hukum di bidang obat tradisional, kosmetika, dan
produk komplemen, maka Badan POM RI membentuk Direktorat Insp eksi
dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika, dan Produk Komple men
dibawah naungan Deputi II (Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosm etik,
dan Produk Komplemen).
3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika, dan Pro duk
Komplemen terdiri dari 3 sub direktorat, yaitu Sub Direktorat Sertifikasi, Sub
Direktorat Inspeksi Produk I, dan Sub Direktorat Inspeksi Produk II.
4. Sub Direktorat Sertifikasi melakukan sertifikasi terhadap obat tradisio nal,
kosmetika, dan suplemen makanan, Sub Direktorat Inspeksi Produ k I
melakukan pengawasan terhadap obat tradisional dan suplemen maka nan,
sedangkan Sub Direktorat Produk II melakukan pengawasan terha dap
kosmetika.
5. Ruang lingkup kerja Sub Direktorat Sertifikasi terdiri dari pemberian
persetujuan denah bangunan yang juga merupakan persyaratan mendapatkan
izin produksi, pemberian rekomendasi izin produksi, sertifikasi sarana produksi
(CPKB/CPOTB) dan persetujuan fasilitas bersama serta penerbitan
Surat Keterangan Impor (SKI) dan Surat Keterangan Ekspor (SKE).
58 Universitas Indonesia
5.2 Saran
was
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Badan Penga
Obat
Obat dan Makanan khususnya di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi
ran
Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen didominasi oleh penelusu
oran
literatur (Undang-undang/Peraturan Kepala Badan POM) dan penyusunan lap
lam
saja. Diharapkan peserta PKPA dapat lebih diiukut sertakan dalam kegiatan da
ian,
unit-unit kerja yang ada pada direktorat yang telah ditetapkan. Dengan demik
oleh
peserta PKPA dapat lebih mudah memahami kegiatan yang dilakukan
nya
masing-masing unit kerja tersebut. Selama pelaksanaan PKPA, peserta ha
urat
dilibatkan dalam unit kerja penerbitan Surat Keterangan Impor (SKI) dan S
asi,
Keterangan Ekspor (SKE) yang berada di bawah Sub Direktorat Sertifik
duk
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Pro
Komplemen.
Direktorat Sertifikasi adalah agar dapat lebih menertibkan alur pelayanan yang
diberikan. Berdasarkan hasil pengamatan di loket, para pemohon Surat
Keterangan Impor (SKI) dan/atau Surat Keterangan Ekspor (SKE) terlihat kurang
tertib dalam mengantri dan tidak mempedulikan nomor antrian yang sudah
diberikan di awal. Hal ini menyebabkan suasana loket menjadi sedikit kacau.
Diharapkan dapat diterapkan suatu sistem antrian yang dapat menaggulangi
permasalahan tersebut, misalnya dengan membuat alur antrian yang dibatasi
dengan rantai atau sejenis sekat lainnya.
Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2011). Dokumen Quality Manage ment
System (QMS) Level 2 Standard Opertional Procedures. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (20 01).
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indon esia
was
No. 02001/SK/BPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penga Obat
dan Makanan. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (20 08).
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No.
HK.00.05.42.2996 tahun 2008 tentang Pengawasan Pemasukan Obat
Tradisional. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (20 09).
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No.
HK.00.05.1.42.0115 tahun 2009 tentang Pengawasan Pemasukan Ba han
Baku Obat Tradisional. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (20 10).
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. 04.01.21.11.10.10509 tahun 2010 tentang Penetapan Visi dan Misi
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (20 11).
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indon esia
No. HK.04.1.28.11.11.09219 tahun 2011 tentang Penerapan Sis tem
Manajemen Mutu (Quality Management System) Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2011).
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. HK. 06.02.2.23.2.11.00903 tahun 2011 tentang Operasionalisasi
Pengembangan Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System)
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta.
61 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
[sumber: Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.
02001/SK/BPOM, telah diolah kembali]
Universitas Indonesia
3 STAFF 5 STAFF
6 STAFF
[sumber: Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.
02001/SK/BPOM, telah diolah kembali]
Universitas Indonesia
[sumber: Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No. HK.03.1.23.04.11.03724
tahun 2011, telah diolah kembali]
Universitas Indonesia
Keterangan:
CFS : Certificate Of Free
Sale
CoPP : Certificate of
Pharmaceutical Product
TW : To Whom It May
Concern
HC : Health Certificate
[sumber: Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No. HK.03.1.23.04.11.03724
tahun 2011, telah diolah kembali]
Universitas Indonesia
Pemeriksaan
Industri
produk
[sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK. 03.1.23.12.11.1 0052
tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Kosmetika, telah diolah kembali]
Universitas Indonesia
produk
[sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK. 03.1.23.12.11.1 0052
tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Kosmetika, telah diolah kembali]
Universitas Indonesia
produk
[sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK. 03.1.23.12.11.1 0052
tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Kosmetika, telah diolah kembali]
Universitas Indonesia
[sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK. 03.1.23.12.11.1 0052
tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Kosmetika, telah diolah kembali]
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXVI
R
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXVI
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... iv
LAMPIRAN.................................................................................................... 2 5
iii Universitas
Indoenesia
DAFTAR LAMPIRAN
iv Universitas
Indoenesia
dilakukan untuk menjamin bahwa produk kosmetika yang telah ternotifikasi dan
beredar di masyarakat benar-benar memenuhi persyaratan keamanan, kemanfatan,
mutu, penandaan, dan klaim. Oleh karena itu, untuk melindungi masyarakat
terhadap hal-hal yang dapat merugikan kesehatan, maka perlu dilakukan
pengawasan untuk mencegah produksi dan peredaran kosmetika yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan, kemanfaatan, mutu, penandaan, dan klaim
tersebut.
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika, dan
Produk Komplemen yang berada di bawah Deputi II Bidang Pengawasan Obat
Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen mempunyai Sub Direkt orat
Inspeksi Produk II yang memiliki tugas melaksanakan penyiapan ba han,
perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prose dur,
evaluasi serta pelaksanaan inspeksi sarana produksi dan distribusi kosmetika.
Berdasarkan Laporan Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan RI Seme ster
I
Tahun 2012, terkait tugas dan fungsi Sub Direktorat Inspeksi Produk Kosme tika
disebutkan bahwa dari total 8.670 produk kosmetika yang sudah dinotifikasi, t elah
dilakukan inspeksi terhadap 62 sarana produksi dan 2300 sarana distri busi
kosmetika. Menurut hasil inspeksi terhadap sarana produksi kosmetika, ditemu kan
47 (75,81%) sarana produksi kosmetika yang tidak memenuhi ketentuan. Sa rana
produksi kosmetika tersebut melakukan pelanggaran karena melakukan prod uksi
terhadap kosmetika yang tidak memiliki izin edar, belum menerapkan Cara
Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB), tidak melaksanakan administrasi dan
dokumentasi produk yang baik, serta memproduksi produk kosmetika y ang
mengandung bahan berbahaya dan tidak memenuhi persyaratan penand aan.
Sedangkan berdasarkan hasil inspeksi terhadap sarana distribusi kosme tika,
ditemukan 718 (31,22%) sarana distribusi kosmetika yang tidak memen uhi
ketentuan. Sarana distribusi kosmetika tersebut melakukan pelanggaran karena
melakukan distribusi produk kosmetika yang tidak memiliki izin edar (termasuk
produk kosmetika palsu), mengandung bahan dilarang, dan tidak memenuhi
persyaratan penandaan.
Menurut data tersebut, dapat disimpulkan bahwa masih banyak sarana
produksi dan distribusi kosmetika yang tidak memenuhi ketentuan. Hal ini juga
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Melakukan kajian terhadap strategi pemberantasan produk kosmetika t idak
memenuhi syarat yang dilakukan oleh Sub Direktorat Inspeksi Kosme tika,
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika dan Pro duk
Komplemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan.
2. Memberikan saran dan masukan demi peningkatan pengawasan u ntuk
melindungi masyarakat dari produk kosmetika yang tidak meme nuhi
persyaratan keamanan, kemanfaatan, mutu, penandaan, dan klaim.
Universitas Indonesia
2.1 Kosmetika
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1175 tahun
2010 tentang Izin Produksi Kosmetika, disebutkan bahwa Kosmetika adalah
bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tu buh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi
dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangi kan,
mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik.
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 1745 ta hun
2003tentang Kosmetika juga menyebutkan bahwa Kosmetika lisensi ad alah
kosmetika yang diproduksi di wilayah Indonesia atas dasar penunjukan atau
persetujuan tertulis dari pabrik induk di negara asalnya. Kosmetika kontrak ad alah
kosmetika yang produksinya dilimpahkan kepada produsen lain berdasar kan
kontrak. Kosmetika impor adalah kosmetika produksi pabrik kosmetika luar
negeri yang dimasukkan dan diedarkan di wilayah Indonesia.
5 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Izin usaha industri atau tanda daftar industri habis masa berlakunya dan tidak
diperpanjang.
3. Izin produksi habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang.
4. Tidak berproduksi dalam jangka waktu 2 (dua) tahun berturut turut.
5. Tidak memenuhi standar dan persyaratan untuk memproduksi kosmetika.
5. Kosmetika yang telah beredar tidak sesuai dengan data dan/atau dokumen yang
disampaikan pada saat permohonan notifikasi.
6. Pemohon notifikasi tidak memproduksi, atau mengimpor dan mengedarkan
kosmetika maksimal 6 bulan setelah notifikasi disetujui.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
15 Universitas Indonesia
dibatasi atau dilarang tersebut. Mungkin hal-hal ini juga merupakan kendala
dalam proses pemeriksaan/inspeksi produk kosmetika pada sarana produksi.
Terkait masalah anggaran pelaksanaan sampling produk kosmetika, selama
ini telah dilakukan metode subsidi silang anggaran sampling. Terhadap anggaran
yang ada, dilakukan alokasi dana berdasarkan analisis resiko untuk produk
kosmetika yang nilai ekonomisnya tinggi sampai produk kosmetika yang nilai
ekonomisnya rendah. Namun, seiring dengan sistem perdagangan bebas
kosmerika yang telah berlaku di Indonesia, mulai marak bermunculan kosmet ika-
kosmetika impor yang memiliki nilai ekonomis relatif tinggi. Dengan demik ian,
dapat dilakukan pengajuan anggaran sampling yang selalu disesuaikan den gan
perkembangan tersebut. Dengan demikian, bentuk pengawasan melalui samp ling
produk kosmetika yang benilai ekonomi rendah sampai tinggi dapat dilaku kan
dengan maksimal.
Sehubungan dengan begitu banyaknya bahan-bahan yang dibatasi atau
dilarang penggunaannya pada kosmetika, Badan Pengawas Obat dan Maka nan
khususnya melalui Pusat Riset Obat dan Makanan yang bekerjasama dengan P usat
Pengujian Obat dan Makanan Nasional dapat terus mengembangkan berb agai
metode analisis yang dapat digunakan untuk menguji bahan-bahan yang diba tasi
atau dilarang penggunaannya dalam kosmetika. Selain itu, juga harus se lalu
dilakukan pelatihan-pelatihan kepada petugas yang berada di seluruh B alai
Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia terkait pengu jian
laboratorium yang sangat mendukung pelaksanaan sampling.
produk termasuk kosmetika. Hal ini tentu menjadi kurang efektif jika
pencantuman nomor/kode notifikasi kosmetika tidak dijadikan sebuah kewajiban
pada penandaan produk kosmetik.
Selama ini, pengawasan promosi dan iklan kosmetika hanya dilakukan
setelah promosi dan iklan kosmetika tersebut beredar di media cetak ataupun
media elektronik. Sebaiknya pengawasan juga dilakukan sebelum promosi dan
iklan kosmetika tersebut beredar di media cetak ataupun media elektronik.
Menurut Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia N o. 3
tahun 2009, sebelum diedarkan/ditayangkan, setiap siaran termasuk iklan h arus
mendapatkan izin penyiaran. Sedangkan menurut Undang-Undang Repu blik
Indonesia No. 32 tahun 2002 disebutkan bahwa setiap materi iklan yang a kan
disiarkan, termasuk iklan yang mempromosikan kosmetik harus memenuhi sy arat
yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia.. Alangkah lebih baik jika
Badan Pengawas Obat dan Makanan dapat turut serta berkerja sama den gan
Komisi Penyiaran Indonesia dalam memberikan rekomendasi izin penyiaran ik lan,
khususnya iklan kosmetik sebelum iklan kosmetik tersebut disiarkan lewat m edia
radio atau televisi.
Terkait pengawasan iklan kosmetika yang beredar baik di media cetak dan
elektronik, selama ini acuan yang digunakan adalah Keputusan Menteri Keseh atan
No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisio nal,
Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Maka nan
Minuman. Seiring dengan perkembangan zaman, diharapkan dapat dilaku kan
revisi atau penyesuaian pedoman yang digunakan dalam pengawasan iklan .
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.
03.1.23.12.11.10052 tahun 2011 tentang Pengawasan Produksi dan Pered aran
Kosmetika disebutkan bahwa pengawasan kosmetika juga dilakukan terha dap
sarana penjualan kosmetika melalui media elektronik. Namun, di dalam peraturan
tersebut tidak diberikan keterangan mengenai tata cara pemeriksaan sarana
penjualan kosmetika melalui media elektonik. Mengingat maraknya penjualan
kosmetika secara on-line, diharapkan Sub Direktorat Inspeksi Kosmetik dapat
membuat pedoman khusus dalam melakukan inspeksi/pemeriksaan terhadap
sarana penjualan kosmetika melalui media elektronik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
21 Universitas
Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Report to the
Nation : Laporan Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan RI Semester I
Tahun 2012. Diunduh dari http://www.pom.go.id/ppid/rar/Report_smt2.pdf
pada 15 Februari 2013 Pk. 15.00 WIB.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2001).
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. 02001/SK/BPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas
Obat dan Makanan. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (20 03).
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 1745 ta hun
2003 tentang Kosmetik. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (20 10).
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.
HK.03.1.23.12.10.12459 tahun 2010 tentang Persyaratan Teknis Kosmet ika.
Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (20 10).
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.
HK.03.1.23.12.10.11983 tahun 2010 tentang Kriteria dan Tata C ara
Notifikasi Kosmetika. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (20 10).
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan ta hun
HK.03.1.23.12.10.12123 tahun 2010 tentang Pedoman Dokumen Infor masi
Produk. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (20 11).
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.
03.1.23.12.11.10052 tahun 2011 tentang Pengawasan Produksi dan
Peredaran Kosmetika. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (20 11).
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.
HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Ba han
Kosmetika. Jakarta.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (20 11).
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Maka No. nan
HK.03.1.23.07.11.6662 tahun 2011tahun 2010 tentang Persyaratan
Cemaran Kosmetika. Jakarta.
23Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
[sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1175 tahun 2010 tentang Izin
Produksi Kosmetika, telah diolah kembali]
Universitas Indonesia
[sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.03.1.23.12.10.1 1983
tahun 2010 tentang Kriteria dan Tata Cara Notifikasi Kosmetika, telah diolah kembali]
Universitas Indonesia
[sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.03.1.23.12.10.12459
tahun 2010 tentang Persyaratan Teknis Kosmetika]
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
[sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK. 03.1.23.12.11.1 0052
tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Kosmetika]
Universitas Indonesia
[sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK. 03.1.23.12.11.1 0052
tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Kosmetika]
Universitas Indonesia
[sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK. 03.1.23.12.11.1 0052
tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Kosmetika]
Universitas Indonesia