Oleh :
APOTEKER ANGKATAN XXXVIII
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Apoteker Pada
Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Institut Sains dan
Teknologi Nasional
Disusun Oleh :
Disetujui Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan anugerah-
Nya yang berlimpah sehingga kami dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 78 dari tanggal 06 Januari sampai
31 Januari 2020.
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini merupakan salah satu syarat
yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Apoteker di Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Institut Sains Dan Teknologi Nasional Jakarta, agar
setiap calon Apoteker mendapatkan pengetahuan mengenai Apotek yang
merupakan salah satu tempat pengabdian profesi Apoteker.
Pada kesempatan ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Harnanto Tulus Prasojo, S.Farm.,Apt. sebagai
pembimbing Utama di Apotek Kimia Farma No. 78 dan kepada Ainun
Wulandari, M.Sc.,Apt. selaku pembimbing PKPA Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi ISTN Jakarta yang telah meluangkan waktu serta memberikan
bimbingan, perhatian dan saran.
Pada kesempatan ini tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi ISTN Jakarta, Dr. Refdanita, .M.Si., Apt
2. Kepala Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi ISTN Jakarta,
Jenny Pontoan, M.Farm., Apt.
3. Ibu Ainun Wulandari, M.Sc.,Apt. selaku pembimbing PKPA yang
telahmeluangkan waktu serta memberikan bimbingan, perhatian dan saran.
4. Bapak Harnanto Tulus Prasojo, S.Farm.,Apt.selaku pembimbing PKPA
yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama
PKPA berlangsung.
5. Direksi PT. Kimia Farma yang telah memberikan kesempatan
melaksanakan PKPA.
6. Seluruh staf Kimia Farma Pusat dan karyawan Apotek Kimia Farma No.
78, Pasar Anyar.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
ISTN Jakarta.
8. Kedua Orang Tua tercinta, atas doa, kesabaran, bimbingan, dukungan
moral, materi serta kasih sayang.
Mengingat masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat
menyempurnakan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan
sumbangan yang bermanfaat bagi dunia kefarmasian dan ilmu pengetahuan pada
umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1. Apotek..................................................................................................4
2.4.1. Perencanaan..............................................................................7
2.4.2. Pengadaan.................................................................................8
2.4.3. Penerimaan................................................................................8
2.4.4. Penyimpanan.............................................................................8
2.4.6. Pengendalian...........................................................................10
2.4.7. Pencatatan dan Pelaporan.......................................................13
2.6.2. Dispensing..............................................................................17
BAB V PENUTUP...........................................................................................5359
5.1. Kesimpulan....................................................................................5359
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................5960
LAMPIRAN..........................................................................................................61
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Matriks Anilisis VEN ABC.........................................................................................12
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Logo PT Kimia Farma, Tbk......................................................................................... 30
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Struktur Organisasi PT Kimia Farma Apotek (Persero) Tbk.............................61
2. StrukturOrganisasi Unit Bisnis Manager...........................................................62
3. AlurPengadaanBarang di Apotek Kimia Farma No. 78....................................63
4. Alur Penjualan Resep.........................................................................................64
5. Alur Penjualan OTC...........................................................................................65
6. Apotek Kimia Farma 78.....................................................................................66
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2.1. Apotek
Berdasarkan peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 73 tahun 2016
menjelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Undang- undang nomor 36
tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa praktik kefarmasian
meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan,dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4
5
2.4.2. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2.4.3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
2.4.4. Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darura t dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
9
yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama
Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out).
2.4.6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan
cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya memuat
nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran
dan sisa persediaan.
Pengelolaan dan pengendalian persediaan obat di apotek berfungsi untuk:
1. Memastikan pasien memperoleh obat yang dibutuhkan.
2. Menyiapkan bahan baku/obat yang berhubungan dengan penyakit
musiman dan mewabah.
3. Menyiapkan resiko kualitas barang yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan.
4. Mendapatkan keuntungan dari pembelian dengan memilih distributor
obat yang memberi harga obat bersaing, pengiriman cepat dan kualitas
obat baik.
Pengendalian dan pengawasan barang dapat dilakukan dengan cara yaitu:
1. Membandingkan jumlah pembelian dengan penjualan tiap bulan.
2. Menggunakan kartu gudang (Kartu stock obat) untuk mencatat mutasi
obat. Tiap obat mempunyai kartu tersendiri untuk mencatat setiap
penambahan atas pengurangan stok dan diletakkan digudang.
Pengelolaan persediaan di apotek yang memiliki banyak item obat
memerlukan teknik pengelolaan yang tidak mudah. Untuk itu diperlukan
siasat terhadap item obat yang banyak dengan variasi harga dan tingkat
11
V E N
A VA EA NA
B VB EB NB
C VC EC NC
Matriks
diatas
dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas dalam rangka
penyesuaian anggaran tahunan perhatian dalam pengelolaan persediaan.
Jenis barang yang bersifat vital (VA, VB, VC) merupakan pilihan
utama untuk dibeli atau memerlukan perhatian khusus. Sebaliknya
barang yang non essensial tetapi menyerap banyak anggaran (NA)
dijadikan prioritas untuk dikeluarkan dari daftar belanja.
Parameter-parameter dalam pengendalian persediaan, sebagai berikut :
Konsumsi Rata-Rata
13
dosis terlalu rendah, terjadinya reaksi Obat yang tidak diinginkan atau
terjadinya interaksi Obat
d. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan
menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi
e. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi
rencana pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi
dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki
f. Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi yang telah
dibuat oleh Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan
terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi
g. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi Obat dengan
menggunakan Formulir 9 sebagaimana terlampir.
a. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas
pelayanan dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan
pelayanan dengan menentukan kinerja yang berkaitan dengan
standar yang dikehendaki. Oleh karena itu, audit merupakan alat
untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan Pelayanan
Kefarmasian secara sistematis. Audit dilakukan oleh Apoteker
berdasarkan hasil monitoring terhadap proses dan hasil pengelolaan.
Contoh:
1. Audit Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai lainnya (stock opname).
2. Audit kesesuaian SPO.
3. Audit keuangan (cash flow, neraca, laporan rugi laba).
b. Review
Review yaitu tinjauan/kajian terhadap pelaksanaan Pelayanan
Kefarmasian tanpa dibandingkan dengan standar. Review dilakukan
oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap pengelolaan
Sediaan Farmasi dan seluruh sumber daya yang digunakan.
Contoh:
1. Pengkajian terhadap Obat fast/ slow moving.
2. Perbandingan harga Obat.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil
monitoring terhadap seluruh proses pengelolaan Sediaan Farmasi.
Contoh:
1. Observasi terhadap penyimpanan Obat.
2. Proses transaksi dengan distributor.
3. Ketertiban dokumentasi.
B. Indikator Evaluasi Mutu
a. Kesesuaian proses terhadap standar.
b. Efektifitas dan efisiensi.
24
26
27
melayani pasien umum, peserta jaminan BPJS dan peserta asuransi lain
seperti AdMedika, inHealth, PT. PLN Persero, Yayasan Kesehatan
Keluarga Bank Indonesia, Nayaka dan lain-lain. Terdapat klinik kimia
farma yang bekerja sama dengan praktik dokter umumyang menerima
pasien peserta BPJS, dokter dari asuransi lain serta dokter gigi didalam
bangunan apotek. (Tim PKPA PT. Kimia Farma Apotek, 2020).
(suppositoria, ovula, krim, salep), obat tetes mata dan telinga, obat
inhaler dan injeksi. Penyimpanan obat juga dibedakan atas obat generik,
obat paten, obat BPPJS, obat produksi PT. Kimia Farma Tbk.,
Narkotika, Psikotropika, dan yang memerlukan suhu penyimpanan
khusus (2-8 oC).
Ruang pelayanan terdiri dari counter kasir, counter pelayanan
resep, counter penerimaan resep dan penyerahan obat, serta counter
swalayan dan alat kesehatan, yang dilengkapi dengan 4 komputer.
Swalayan farmasi merupakan tempat penjualan obat bebas, obat bebas
terbatas, alat kesehatan, alat laboratorium, kosmetika, obat tradisional,
perlengkapan dan makanan bayi, vitamin dans uplemen makanan.
Apotek Kimia Farma 78 juga dilengkapi dengan klinik dokter
gigi, dan dokter umum yang dilengkapi dengan meja perawat didepan
klinik serta ruang tunggu pasien, tempat ibadah dan toilet .
secara manual dan elektronik melalui kartu stok manual yang tersimpan
di tiap wadah obat, Kimia Farma Information System (KIS), uji petik
dan stock opname. Uji petik penting dilakukan untuk meminimalisir
selisih terlalu besar saat stock opname (SO), karena SO dilakukan tiap 3
bulan sedangkan keluar masuk obat sangat cepat di apotek. Selain itu,
salah satu cara pengendalian waktu kadaluwarsa obat adalah dengan
memberikan stiker berbagai warna (merah, kuning, hijau dan biru) yang
menunjukkan tahun kadaluwarsa. Hal ini sangat memudahkan petugas
apotek dalam memantau obat-obat yag akan expired. Kekurangan
proses pengendalian di apotek adalah jika terdapat pemasukan barang
dari pengadaan PBF/dropping petugas jarang menulis di kartu stok obat
begitu pula jika terjadi pengeluaran obat dari wadah. Namun, hal ini
dapat diatasi dengan penginputan pemasukan dan pengeluaran obat di
sistem KIS.
H. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan di Apotek Kimia Farma No. 78 dilakukan pada proses
pengadaan (surat pesanan, faktur barang dan surat pesanan BPBA),
penyimpanan (kartu stock) dan penyerahan obat (nota atau struk
pembelian, kartu kendali pasien BPJS atau Patient Medication Record
(PMR) untuk obat resep dan form swamedikasi). Pelaporan kegiatan di
Apotek Kimia Farma sesuai dengan ketentuan di peraturan perundang-
undangan, dimana pelaporan dibagi menjadi dua yakni pelaporan
internal dan eksternal. Pelaporan internal meliputi Laporan Ikhtisar
Penjualan Harian (LIPH) dan Laporan Realisasi Penggunaan Dana Kas
Kecil (LRPDKK). LIPH berisi jumlah penjualan OTC, UPDS, resep
debet dan tunai, laporan tersebut kemudian dilaporkan ke BM.
LRPDKK memuat keperluan operasional apotek, seperti pembayaran
listrik, air, bensin, keamanan, ATK dan lain-lain. Pelaporan eksternal
mencakup SIPNAP dan Sistem Manajemen Informasi Obat (SIMO)
inhealth.
45
48
49
dan pencuci alat,Ruang doker Poli umum, Poli Gigi, Ruang menyusui, musolah,
dan toilet.
Pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma 78Pasar Anyar, meliputi:
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai. Dan
farmasi klinik.
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
Apotek Kimia Farma No. 78 melakukan seluruh kegiatan pengelolaan
sediaan farmasi seperti yang disebutkan di peraturan perundang-undangan
yakni perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan dan
penarikan, pengendalian dan pencatatan pelaporan.
Perencanaan pengadaan barang adalah kegiatan memilih dan
menetapkan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakain
sesuai kebutuhan apotek agar penggunaan obat rasional dan dapat memenuhi
permintaan barang oleh masyarakat. Perencanaan barang di apotek ini
didasarkan pada pareto ABC-VEN, epidemiologi, pola konsumsi masyarakat
sekitar, sponsorship/produk titipan dari pabrik tertentu dan sistem min-max.
Sistem pareto ABC adalah metode penggolongan berdasarkan peringkat nilai
dari tinggi hingga rendah. Pareto ABC dibagi menjadi tiga kelompok.
Kelompok A adalah kelompok obat dengan jumlah item sekitar 10-20%
namun memberikan nilai investasi 75-80% dari nilai investasi total, biasanya
berupa produk yang mahal. Produk yang termasuk dalam kelompok A
biasanya merupakan produk fast moving, harus dimonito, hanya untuk self-
limiting diseases ketat agar tidak kehabisan stok dan menghabiskan 70% dari
anggaran total pengadaan. Kelompok B adalah kelompok obat jumlah item
sekitar 30% namun mempunyai nilai investasi 15-20% dari nilai investasi
total. Produk kelompok B merupakan produk yang laku terjual, pengelolaan
dengan cara mengawasi agar tidak terjadi stock out., mengusahakan agar lead
time obat pendek dan anggaran untuk pengaadaan sebesar 20% anggaran
total. Kelompok C adalah kelompok obat dengan jumlah item sekitar 50%
namun hanya memberikan nilai investasi 5-10% dari nilai investasi total.
Produk yang termasuk dalam kelompok C adalah produk yang penjualannya
50
rendah, perlu dilakukan pengawasan berkala agar tidak terjadi dead stock, dan
anggaran untuk pengadaan kelompok ini sebesar 10% anggaran total. Dalam
pelaksanaannya, analisis ABC seringkali dikombinasikan dengan VEN, yakni
sistem pengelolaan obat berdasarkan kepentingan masing-masing obat
terhadap kesehatan pasien. Tiga kelompok obat analisis VEN yakni vital,
esensial dan non esensial. Vital adalah daftar obat yang harus ada (sangat
penting) untuk kelangsungan hidup, sudah terbukti efikasinya atau obat
dengan withdrawal effect. Esensial adalah daftar obat fast moving atau banyak
diresepkan, penting disediakan biasanya obat-obat yang dapat bekerja pada
sumber penyakit. Sedangkan non esensial adalah kelompok obat yang kurang
penting dan bersifar sebagai penunjang penyembuhan penyakit. Perencanaan
berdasarkan epidemiologi dapat ditentukan dari obat yang banyak diresepkan
oleh klinik atau dokter sekitar apotek dan penyakit yang sedang mewabah di
pemukiman sekitar apotek. Selain pareto. Perencanaan pengadaan juga dibuat
berdasarkan pola konsumsi obat dari masyarakat sekitar, karena sebagian
besar konsumen apotek merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar apotek.
Apotek Kimia Farma No. 78 juga bekerja sama dengan pihak ketiga supplier
vitamin dan suplemen makanan yang seringkali disebut konsinyasi.
Perencanaan produk konsinyasi seringkali berdasarkan hasil penjualan
sebelum-sebelumnya, produk mana yang termasuk dalam produk fast moving
dan slow moving. Secara umum, apotek kimia farma memiliki prinsip
perencanaan produk yang kompleks dan menyeluruh sehingga dapat
memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat.
Pengadaan di Apotek Kimia Farma No. 78 kini menggunakan sistem
min-max. Peralihan sistem DC ke min-max diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi pengadaan barang di apotek karena dengan sistem min-max
distributor langsung mengirimkan barang pesanan ke masing-masing apotek.
Pengadaan dilakukan secara sistem komputerisasi berdasarkan penjualan
sebelumnya, kemudian tiap apotek menerima daftar barang yang akan
dipesan. Yang dimaksud sistem min-max adalah jumlah stok barang
min/MQD (Minimum Quantity Display) dan max/MQS (maximum Quantity
Stock). Alur pengadaan sistem min max pertama-tama petugas melakukan
51
Selain itu, apotek kimia farma No. 78 juga bekerja sama dengan sales
promotion girl (SPG) dari produk konsinyasi, serta klinik kimia farma seperti
praktik dokter gigi dan dokter umum.
Kegiatan pemusnahan obat di apotek kimia farma No. 78 sudah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Obat dimusnahkan jika
melebihi masa kadaluwarsa atau obat rusak. Obat yang akan dimusnahkan
dikumpulkan dalam satu lemari khusus bertuliskan obat rusak atau
kadaluwarsa, setelah jumlah obat memadai untuk dimusnahkan maka akan
dibuat berita acara pemusnahan obat. Pemusnahan obat dilakukan
berdasarkan bentuk sediaan dan jenis obat dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik. Sedangkan pemusnahan
obat mengandung narkotika dan psikotropika disaksikan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Pemusnahan resep selain obat narkotika/psikotropika
dilakukan setelah disimpan 5 tahun yang disaksikan oleh petugas lain di
apotek. Resep disusun berdasarkan tanggal penulisan resep. Pemusnahan
resep mengandung obat narkotika psikotropika dilakukan setelah disimpan
selama 3 tahun. Selama PKPA, terdapat beberapa kali penarikan sediaan
farmasi oleh pemilik izin edar atas perintah BPOM. Saat apotek menerima
pemberitahuan penarikan obat maka apotek harus memindahkan obat dari
display dan tidak menerima penjualan obat tersebut hingga batas waktu
tertentu. Apotek juga harus mendata nomor batch dan jumlah obat yang
tersisa dan harus diserahkan kembali ke pabrik.
Pengendalian obat di Apotek Kimia Farma No. 78 sudah sesuai dengan
ketentuan di peraturan perundang-undangan. Pengendalian penting dilakukan
agar tidak terjadi kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan dan pengembalian pesanan. Pengendalian di apotek
kimia farma dilakukan secara manual dan elektronik melalui kartu stok
manual yang tersimpan di tiap wadah obat, Kimia Farma Information System
(KIS), uji petik dan stock opname. Uji petik penting dilakukan untuk
meminimalisir selisih terlalu besar saat stock opname (SO), karena SO
dilakukan tiap 3 bulan sedangkan keluar masuk obat sangat cepat di apotek.
Selain itu, salah satu cara pengendalian waktu kadaluwarsa obat adalah
55
dengan memberikan stiker berbagai warna (merah, kuning, hijau dan biru)
yang menunjukkan tahun kadaluwarsa. Hal ini sangat memudahkan petugas
apotek dalam memantau obat-obat yag akan expired. Kekurangan proses
pengendalian di apotek adalah jika terdapat pemasukan barang dari
pengadaan PBF/dropping petugas jarang menulis di kartu stok obat begitu
pula jika terjadi pengeluaran obat dari wadah. Namun, hal ini dapat diatasi
dengan penginputan pemasukan dan pengeluaran obat di sistem KIS.
Pengendalian obat secara elektronik kini lebih digemari karena lebih efisien,
mudah dan aman.
Pencatatan di Apotek Kimia Farma No. 78 dilakukan pada proses
pengadaan (surat pesanan, faktur barang dan surat pesanan BPBA),
penyimpanan (kartu stock) dan penyerahan obat (nota atau struk pembelian,
kartu kendali pasien BPJS atau Patient Medication Record (PMR) untuk obat
resep dan form swamedikasi). Selain itu, di apotek juga terdapat buku
pencatatan sistem dropping dan buku penolakan, yakni buku berisi daftar
barang yang tidak tersedia di apotek namun terdapat pengunjung yang ingin
membeli. Hal ini menunjukkan Apotek Kimia Farma No. 78 menerapkan
pencatatan yang lebih baik dan efisien dari ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pelaporan kegiatan di Apotek Kimia Farma sesuai dengan
ketentuan di peraturan perundang-undangan, dimana pelaporan dibagi
menjadi dua yakni pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
meliputi Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) dan Laporan Realisasi
Penggunaan Dana Kas Kecil (LRPDKK). LIPH berisi jumlah penjualan OTC,
UPDS, resep debet dan tunai, laporan tersebut kemudian dilaporkan ke BM.
LRPDKK memuat keperluan operasional apotek, seperti pembayaran listrik,
air, bensin, keamanan, ATK dan lain-lain. Pelaporan eksternal mencakup
SIPNAP dan Sistem Manajemen Informasi Obat (SIMO) inhealth.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Apotek Kimia Farma No. 78 menjalankan seluruh praktik pelayanan
farmasi klinik sesuai dengan ketentuan di PMK No. 73 tahun 2016. Kegiatan
pengkajian resep selalu dilakukan berdasarkan tiga aspek (administratif,
farmasetik dan klinis) dan memeriksa kelengkapan lampiran yang dibutuhkan
56
untuk pasien resep kredit. Jika terdapat ketidaksesuaian pada resep, apoteker
wajib mengkonfirmasi dokter. Keunggulan apotek kimia farma dalam
melakukan pelayanan resep adalah adanya sistem Ambil, Etiket, Periksa dan
Serah (AEPS) yang jika memungkinkan dikerjakan oleh petugas apotek yang
berbeda, hal ini untuk meminimalisasi kesalahan saat pelayanan resep
(crosscheck). Orang yang mengerjakan setiap tahapan AEPS wajib untuk
mencantumkan paraf di kotak AEPS di belakang resep. Setelah kegiatan
pengkajian dan pelayanan resep, petugas apotek akan melakukan dispensing
(penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat). Dispensing baru bisa
dilakukan ketika resep sudah disetujui petugas apotek atau apoteker untuk
disiapkan. Kegiatan dispensing di apotek kimia farma juga sudah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apotek Kimia Farma No.
78 sudah memiliki fasilitas yang mendukung kegiatan dispensing seperti
berbagai label, etiket, plastik obat, kertas puyer dan lain-lain sehingga
meningkatkan efisiensi waktu dispensing. Salah satu kegiatan dispensing
adalah peracikan obat, saat proses peracikan obat petugas apotek kimia farma
memperhatikan ketepatan dosis, jenis, jumlah obat dan penulisan etiket yang
benar. Penulisan etiket di Apotek Kimia Farma No. 78 tidak hanya memuat
aturan pakai, nama dan jumlah obat, nama pasien tetapi juga memuat tanggal
kadaluwarsa obat. Hal ini merupakan salah satu hak pasien untuk mengetahui
tanggal kadaluwarsa obatnya. Selain, dispensing pelayanan obat resep,
apoteker juga dapat melakukan pelayanan swamedikasi, setelah menanyakan
beberapa hal kepada pasien. Setelah mendapat informasi dari pasien, apoteker
akan merekomendasikan obat yang sesuai disertai informasi obat, cara
penggunaan dan harga obat. Jika pasien setuju untuk membeli apoteker
meminta data diri pasien seperti nama, jenis kelamin, alamat, nomor telepon
dan alamat yang dituliskan di form pelayanan swamedikasi.
Pelayanan farmasi klinis lain yang dilakukan oleh apotek kimia farma
adalah adanya pelayanan informasi obat (PIO). Mahasiswa juga mendapat
kesempatan langsung untuk memberi PIO. PIO disampaikan secara statis,
satu arah, dan ditujukan untuk pasien baru. Penyampaian PIO kepada pasien
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien. Apotek Kimia Farma
57
memiliki tempat khusus PIO yang nyaman, sehingga pasien juga dapat
menerima penjelasan dari petugas apotek dengan baik. Sebagian besar pasien
bersedia dan antusias untuk menerima PIO, bahkan pasien juga dapat
melakukan berkonsultasi dengan apoteker. Setelah pelaksanaan PIO, petugas
apotek akan mendokumentasikan dalam lembar PIO yang akan ditanda-
tangani oleh pasien. Berdasarkan hasil pengamatan selama PKPA, PIO di
apotek kimia farma No. 78 sudah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Kekurangan kegiatan PIO di apotek kimia farma No.
78 adalah pemanfaatan brosur/leaflet/alat peraga yang belum maksimal.
Konseling di apotek kimia farma seringkali dilakukan di konter
penyerahan dan pemberian informasi obat karena belum terdapat ruang
khusus. Walaupun demikian, fasilitas untuk konseling sudah memadai
dimana terdapat buku buku referensi dan alat bantu peraga untuk
mempermudah pemahaman pasien saat konseling. Konseling dilakukan
secara dua arah, dinamis dan ditujukan untuk pasien lama apotek yang
memenuhi kriteria. Sebagian besar pasien di apotek kimia farma No. 78 yang
menerima konseling adalah pasien geriatri yang mengkonsumsi banyak obat
(polifarmasi) dan pasien dengan cara penggunaan khusus.
Setelah satu minggu penyerahan obat dan PIO, Apotek Kimia Farma
akan menghubungi pasien atau keluarga pasien melalui telepon dalam rangka
pelayanan telefarma. Pelayanan telefarma merupakan salah satu kegiatan
pelayanan klinis sekaligus promosi apotek karena dengan telefarma pasien
merasa diperhatikan. Dalam pelayanan telefarma, apoteker akan menanyakan
mengenai kondisi, keluhan yang dirasakan, kepatuhan minum obat dan cara
penggunaan obat. Telefarma juga merupakan langkah awal dalam
pemantauan terapi obat (PTO) dan monitoring efek samping obat (MESO).
Namun, PTO dan MESO di apotek kimia farma belum diterapkan seperti di
peraturan perundang-undangan, hal tersebut mungkin disebabkan karena
tidak adanya keluhan efek samping baru yang dirasakan oleh pasien. Upaya
lain yang dilakukan oleh apotek untuk memantau kondisi pasien setelah
menerima obat adalah kegiatan home pharmacy care atau pelayanan
kefarmasian di rumah. Home pharmacy care dilakukan pada minggu terakhir
58
5.1. Kesimpulan
1. Apotek Kimia Farma N0. 78, sudah melakukan pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan
keamanannya, yaitu meliputi: perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan,
semua kegiatan ini berada dibawah tanggung jawab Apoteker Pengelola
Apotek (APA) yang dibantu oleh apoteker pendamping (aping).
2. Apotek Kimia Farma No. 78 telah menerapkan standar pelayanan
farmasi klinik di apotek meliputi: pengkajian dan pelayanan resep,
dispensing, pelayanan informasi obat, konseling, pemantauan terapi
obat, dan monitoring efek samping obat. Semua kegiatan ini berada
dibawah tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek (APA).
3. Mendapatkan pengentahuan dan pengalaman praktis dalam pelayanan
kefarmasian dengan mengamati secara langsung kegiatan rutin,
organisasi manajemen dan pelayanan kesehatandi Apotek Kimia Farma
No. 78.
5.2. Saran
Adapun saran yang diberikan untuk meningkatkan mutu pelayanan
yang lebih baik di Apotek Kimia Farma NO. 78, yaitu:
1. Meningkatkan kedisiplinan dalam mengontrol obat expired date dan
mengatur jumlah stok untuk menghindari ketidakcocokan antara data
stok secara fisik, kartu stok, dan stok yang tercatat di komputer.
2. Menambahkan penandaan pada tempat penyimpanan obat-obat
golongan LASA agar mengurangi kesalahan dalam pengambilan obat.
59
DAFTAR PUSTAKA
60
LAMPIRAN
Direktur Utama
Direktur Direktur
Operasional Pengembangan
Manajer
Pengembangan
Usaha
61
62
Perancanaan Pengadaan
Barang
BM Memesan Barang ke
Distributor (PBF)
Apotek
64
Penerimaan Resep
Kasir Besar
Apotek Bisnis
Manajer
Skrining Resep
Bagian
Koordinator
Apotek
Pelayanan
Input data
kekomputer(Cek Terima Setoran
ketersediaan barang dan dan Tanda
Terima Pembukuan
cek Harga)
PembelianBarang
OlehKonsumen Kasir Besar
Apotek Bisnis
Manajer
Bagian
Koordinator
Apotek
Pelayanan
Input data
kekomputer(Cek
ketersediaan Terima Setoran
barang dan cek dan Tanda
Harga) Terima Pembukuan
Etiket biru untuk obat luar Etiket putih untuk obat oral
Plastik obat
67
Arsip
Nomer Resep
Kartu stok
68