Anda di halaman 1dari 43

STANDAR PELAYANAN

KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


PROGRAM PROFESI APOTEKER
2019
Kelompok
Abdurrahman Hanif 1808020254
Meyulan Hardianti R 1808020277
Ainun Nisa Arlian 1808020290
Afdal Allif 1808020296
Etika Muslimah 1808020334
Pelayanan kefarmasian
• Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.
• Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa : apotek, instalasi farmasi rumah
sakit, puskesmas, klinik, toko obat,atau praktek bersama
DASAR HUKUM
• UNDANG – UNDANG RI NOMER 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT (PASAL
15)
• PERATURAN MENTRI KESEHATAN RI NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT (PASAL 3)
• KEPMENKES RI NOMER 312/MENKES/SK/IX/2013 mengenai DOEN
• FORMULARIUM NASIONAL
• FORMULARIUM RUMAH SAKIT
• UNDANG – UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
• KONGRES NASIONAL XVIII/2009 TENTANG KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
TUJUAN
• Untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
• Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
• Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (pasient safety)
Tugas Apoteker Dalam Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
 Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
 Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan
etik profesi
 Melaksanakan KIE
 Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan
farmasi
 Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
 Menyelanggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
 Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
 Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit
STANDAR PELAYANAN

Pengelolaan • Pemilihan
Sediaan •

PerencanaanKebutuhan
Pengadaan
Farmasi, Alat •

Penerimaan
Penyimpanan
Kesehatan, dan •

Pendistribusian
PemusnahandanPenarikan
Bahan Medis • Pengendalian

Habis Pakai Administrasi
Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini
berdasarkan:
a. formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi;
b. standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah ditetapkan;
c. pola penyakit;
d. efektifitas dan keamanan;
e. pengobatan berbasis bukti;
f. mutu;
g. harga; dan
h. ketersediaan di pasaran.
Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi,
kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia.
Pengadaan
• Pengadaan dapat diperoleh dari Pembelian, Produksi Sediaan Farmasi,
dan Hibah
• Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka
jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi
Farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian.
Penerimaan
• Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
Penyimpanan
• Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk
sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First
Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem
informasi manajemen.
Distribusi
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
b. Sistem Perorangan
c. Sistem Unit Dose
d. Sistem Kombinasi
Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai

• Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


Bahan Medis Habis Pakai bila:
• a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
• b. telah kadaluwarsa;
• c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
• d. dicabut izin edarnya.
• Tahapan pemusnahan terdiri dari:
• a. membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang akan dimusnahkan;
• b. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
• c. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait;
• d. menyiapkan tempat pemusnahan; dan
• e. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
Pengendalian
• Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
• a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);
• b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga
bulan berturut-turut (death stock);
• c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari:
a. Pencatatan dan Pelaporan
b. Administrasi Keuangan
c. Administrasi Penghapusan
Pelayanan Farmasi Klinik
• Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:
• 1. pengkajian dan pelayanan Resep;
• 2. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
• 3. rekonsiliasi Obat;
• 4. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
• 5. konseling;
• 6. visite;
• 7. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
• 8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
• 9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
• 10. dispensing sediaan steril; dan
• 11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
CONTOH KASUS
• Seorang pasien mendapatkan resep paracetamol generic. Tetapi karena
obat paracetamol merk dagang Y jumlahnya di gudang masih banyak
dan kecenderungan mendekati tahun ED maka obat paracetamol
generic didalam resep diganti dengan obat Y yang lebih mahal
dibandingankan dengan obat generic, tetapi dengan informasi ke
pasien bahwa efek obat Y lebih cepat maka pasien menerimanya.
Identifikasi Masalah
1. Kemungkinan melakukan kesalahan mengenai pengadaan obat Y sehingga
stok obat berlebih dan mendekati ED
2. Apoteker RS hanya mempertimbangkan keseimbangan stok obat tanpa
mempedulikan kondisi pasien serta mengganti resep dengan obat Y yang
harganya lebih mahal
Penyelesaian masalah (1)
1. Tahap Seleksi
Menentukan ketersediaan item obat sesuai dengan DOEN . Penjelasan mengenai daftar
DOEN menurut KEPMENKES RI 312/MENKES/SK/IX/2013.

• Daftar yang berisikan mengenai obat terpilih • Penerapan DOEN dimaksudkan untuk
yang paling dibutuhkan dan di upayakan dan meningkatkan ketepatan keamanan, kerasionalan
penggunaan dan pengelolaan obat yang sekaligus
tersedia di unit pelayanan kesehatan sesuai meningkatkan daya guna dan hasil guna biaya yang
dengan fungsi dan tingkatnya tersedia sebagai salah satu langkah untuk
memperluas, memeratakan, dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan pada masyarakat
• Penerapaan DOEN harus dilaksanakan secara
konsisten dan terus menerus disemua unit
pelayanan kesehatan
Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan
jumlah dan waktu yang tepat dan harga yang terjang kau
2. Tahap
dan sesuai dengan standar mutu pengadaan
Pengadaanpenjelasan berdasarkan
merupakan kegiatan Permenkes dimulai
yang berkesimbungan 72 tahun 2016
dari pemilihan, menentukan jumlah yang dibutuhkan,
penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantaun proses pengadaan, danpembayaran
3. Tahap Pengendalian
penjelasan berdasarkan Permenkes 72 tahun 2016
Tujuan :
• Untuk memastikan persediaan yang efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan dan kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan kehillangan serta
pengembalian pesanan sediaan farmasi alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai.
Penyelesaian Masalah (2)
1. Berdasarkan PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian
Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian apoteker dapat mengganti obat merk dagang dengan obat
generic yang sama komponen aktifnya atau merk dagang lain atas
persetujuan dokter dan atau pasien.
(Dalam kasus) tindakan ini menjadi salah karena landasan dasar yang
digunakan dalam mengganti obat bukan karena stok kosong melainkan
karna jumlah persediaan obat Y berlebih di gudang dan mendekati waktu
ED.
2. Berdasarkan kode etik apoteker
(pasal 3)
Seorang apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai dengan kompetensi apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam
menjalankan kewajibannya.
(pasal 7)
Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya
(pasal 9)
Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat, menghormati hak asasi pasien, dan melindungi mahluk hidup insani.
3. Berdasarkan perlindungan konsumen
UU nomer 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
Pasal 4 (a) mengenai hak hak konsumen
Hak konsumen adalah hak atas kenyamanan, keamanan, keselamatan, dalam
mengkonsumsi barang dan atau jasa.
Solusi masalah
1. Membentuk PFT dan menyusun formularium RS sehingga PFT dapat memilih
obat yang memenuhi standar efficacy, safety sebagai kriteria memilih obat.
2. Agar tidak ada obat yang kadaluarsa dilakukan penataan berdasarkan metode
FEFO dan FIFO
3. Rumah sakit harus menyusun kebijakan terkait dengan manajemen penggunaan
obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang, peninjauan ulang
sangat membantu untuk memahami kebutuhan dan prioritas dari perbaikan
system mutu dan keselamatan penggunaan obat yang berkelanjutan
4. Tahap melakukan pengendalian :
a. Melakukan evaluasi sediaan yang jarang digunakan.
b. Melkukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu 3 bulan
berturut – turut
c. Stok opname yang dilkukan secara periodic dan berkala

5. Lebih mengutamakan patient oriented dibandingkan dengan drug oriented serta


menjalankan kode etik dan peraturan yang berlaku.
Terima kasih 
DISKUSI
DASAR HUKUM :
UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
UU no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.
Harry Muchtadi PP no 72 tahun 1998 tentang pengamanan
sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Apakah ada kesalahan dalam
regulasi pengadaan sehingga PP no 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
vaksin palsu dapat masuk di kefarmasian
Rumah Sakit ?
PERMENKES
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF
PERMENKES 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit
Pekerjaan kefarmasian
PMK 72 tahun 2016 tentang
UU no.44 tahun 2009 tentang PP 51 Tahun 2009 tentang
Standar Pelayanan kefarmasian
rumah sakit pekerjaan kefarmasian
di RS
• Pelayanan sediaaan farmasi di • Pengelolaan dan pelayanan • (Pasal 6)
RS harus mengikuti standar sediaan farmasi harus • pelayanan kefarmasian harus
pelayanan kefarmasian menjammin keaamnan, mutu, menjamin sediaan farmasi di
• Pengelolaan sediaan farmasi dan khasiat sediaan farmasi RS aman, bermutu,
harus dilakukan oleh IFRS bermanfaat, dan terjangkau
system satu pintu • pelayanan dilakukan melalui
system satu pintu
• IFRS dipimpin oleh seorang
apoteker sebagai penanggung
jawab
Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas
sediaan farmasi di RS (vaksin)
Sistem pengelolaan sediaan
farmasi sesuai standar pelayanan
yanfar
Sediaan farmasi
Apoteker
yang aman,
melakukan praktek Menyediakan sarana pendukung berkhasiat, bermutu,
kefarmasian pengelolaan dan terjangkau

Kebijakan pengelolaan obat


system satu pintu

PP 51 Tahun 2009 tentang PMK 72 tahun 2016 tentang Standar UU No 36 Tahun 2009
pekerjaan kefarmasian Pelayanan kefarmasian di RS tentang kesehatan
Pengawasan Obat
Pengawasan
post market
Sistem registrasi -Pengawasan - Inspeksi sarana
obat yang penerapan CPOB produksi, distribusi dan
transparan, terhadap industri pelayanan obat
terorganisasi, farmasi, penilaian - Pengawasan mutu
dan terlatih serta keamanan dan mutu obat beredar (sampling
independent dan pengujian)
obat sebelum beredar
- Evaluasi BA/BE - Pengawasan aspek
keamanan obat beredar
untuk kesetaraan
terapeutik vaksin - Pengawasan terhadap
penandaan dan iklan
Pengawasan pre yang beredar
market
Sistem satu pintu
(Undang – undang no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit)
• Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan medis habis pakai
di rumah sakit harus dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu.

Definisi Satu kebijakan kefarmasian

Ruang Pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian


lingkup sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

Tujuan Patient oriented


Analisis masalah peredaran vaksin palsu

Pelanggaran pengelolaan Pelanggaran prosedur


sediaan farmasi satu pintu pengadaan
• Kemungkinan masih ada • Pengadaan tidak melalui
oknum RS yang mengadakan jalur resmi
obat tidak berasal dari IFRS • Pada kontrak tidak
disebutkan tanggung jawab
pemasok termasuk dalam
menjaga keamanan, khasiat
dan mutu
Tindakan pencegahan vaksin palsu di RS
(Solusi)
• Penerapan system satu pintu sesuai dengan ketentuaan yang berlaku dalam pengadaan
sediaan farmasi oleh IFRS
• Apoteker harus terlibat dan bertanggung jawab mulai dari perencanaan, pengadaan
sampai dengan distribusi vaksin
• Melakukan evaluasi terhadap pemasok sediaan farmasi baik di industry dan rumah sakit
• Pengadaan melalui jalur resmi (PBF/ PBF cabang yang izinnya masih berlaku) untuk
menjamin peredaran sediaan farmasi
• Pengelolaan sediaan farmasi dikelola oleh tenaga yang memiliki kompetensi dan
kewenangan dalamnya
Jika terjadi, maka yang pertama akan
diperiksa adalah apoteker
Harry Muchtadi penanggungjawabnya. Ketika apotekernya
tidak bersalah, maka bisa jadi yang
Jika terjadi kasus seperti bersalah adalah oknum. misalnya mantan
tersebut (vaksin palsu pegawai RS yang mengetahui seluk beluk
masuk ke RS) , siapakah pengadaan vaksin. Dan dari kasus yang
yang bersalah? pernah terjadi, yang bersalah bukanlah
apoteker penanggungjawabnya, melainkan
oknum.
Fauziah Indah Larasati

Tahap mana yang paling


berpengaruh dalam kasus • Tahap pengadaan dan tahap perencanaan
tersebut ?
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai antara lain:
• Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua)
tahun
• Penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian
antara kebutuhan dan dana
Tahap pengadaan Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

Dan a. anggaran yang tersedia;
• b. penetapan prioritas;
Tahap Perencanaan • c. sisa persediaan;

Kebutuhan • d. data pemakaian periode yang lalu;


• e. waktu tunggu pemesanan; dan
• f. rencana pengembangan.
Untuk mengatasi hal yang terjadi seperti dalam kasus (Tobat
paracetamol merk dagang Y jumlahnya di gudang masih banyak
dan kecenderungan mendekati tahun ED maka obat paracetamol
generic didalam resep diganti dengan obat Y yang lebih mahal
dibandingankan dengan obat generic) maka apoteker
penanggungjawab dapat meminta untuk dilaksanakan rapat
membahas inventory (obat-obatan yang dimiliki). Kemudian
dalam rapat tersebut, apoteker menyajikan data obat yang
digunakan, yang masih ada, pola peresepan. Kemudian
mengarahkan untuk mengganti resep obat PCT dari generik ke
merk Y. Hanya saja sampaikan ke pasien bahwa khasiatnya sama,
bukan lebih cepat. Jika memang obat yang direkomendasikan
(karena masih banyak stoknya) memang memiliki lebih banyak
benefit secara data, maka dapat disampaikan dalam forum
tersebut.
• Depo Farmasi :
Merupakan suatu bagian yang dipersiapkan oleh
instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam
Wiwin Suryani pelayanan.
• Instalasi Farmasi Rumah Sakit :
Apa berbedaan depo farmasi
Suatu unit di rumah sakit dengan fasilitas
dengan Instalasi Farmasi Rumah
penyelenggaraan kefarmasian dibawah pimpinan
Sakit ?
seoranng farmasi dan memnuhi persyaratan secara
hukum mengadakan, menyediakan, dan mengelola
seluruh aspek penyediaan perbekalan kesehatan di
Rumah Sakit yang berintikan pelayanan produk
yang lengkap dan pelayanan farmasi klinis yang
sifat pelayanannya berorientasi kepada
kepentingan pasien.

Anda mungkin juga menyukai