Anda di halaman 1dari 28

PANDUAN

SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT

INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT YUKUM MEDICAL CENTRE
LAMPUNG TENGAH
2016

BAB I
DEFINISI
A. LATAR BELAKANG
Asas pelayanan farmasi di rumah sakit adalah untuk memastikan penggunaan obat
yang aman dan tepat eliputi semua aspek pengelolaan obat. Pelayanan pengelolaan obat
merupakan salah satu komponen penting dalam pelayanan yang diberikan oleh Rumah
Sakit Yukum Medical Centre Lampung Tengah. Sistem manajemen obat merupakan
bagian penting dalam tatalaksana penyakit secara paliatif, simptomatik, preventif, dan
kuratif. Pengelolaan obat meliputi sebuah sistem manajemen obat dan proses rumah sakit
dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien. Biasanya melibatkan multidisiplin,
mengkoordinasi usaha dari staf pelayanan kesehatan, mengaplikasikan prinsip dari
proses desain yang efektif, implementasi dan peningkatan dalam seleksi, pengadaan,
penyimpanan, peresepan/pemesanan, dispensing, distribusi, pemberian, dan monitoring
dari terapi obat.
Oleh karena itu, sistem manajemen obat ini harus direncanakan dengan baik, guna
menjamin ketersediaan obat yang baik guna mendukung proses pelayanan yang
diberikan kepada pasien baik pasien rawat inap, rawat jalan, pelaksanaan operasi, dan
gawat darurat. Keberhasilan sistem manajemen obat ini tergantung dari ketaatan pada
kebijakan dan prosedur. Untuk itu agar dapat mengorganisisr proses pengelolaan obat
secara terencana, maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit Yukum Medical Centre Lampung
Tengah menyusun panduan sistem manajemen obat ini.
B. TUJUAN
1. Menyediakan panduan untuk rumah sakit mengenai kebijakan sistem manajemen
obat secara keseluruhan yang berlaku di rumah sakit
2. Terselenggaranya sistem manajemen obat yang meliputi seleksi, pengadaan,
penyimpanan,

peresepan/pemesanan,

dispensing,

distribusi,

pemberian,

dan

monitoring obat di rumah sakit sesuai dengan peraturan dam standar yang berlaku
3. Terciptanya sistem manajemen obat yang mendukung keselamatan pasien.

C. PENGERTIAN
Sistem manajemen pengelolaan obat merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari
seleksi, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, peresepan/pemesanan, dispensing,

pendistribusian, pemberian, pengendalian, pemusnahan, administrasi, dan pelaporan


serta evaluasi/monitoring yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan dengan tujuan :
1. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien
2. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
3. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
4. Mewujudkan sistem informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna
5. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
Pengelolaan obat di rumah sakit sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit dibawah pimpinan Apoteker dengan sistem
satu pintu. Tujuannya agar pengelolaan bisa efektif dan efisien.

BAB II
RUANG LINGKUP

A. PERENCANAAN
Penyusunan panduan sistem manajemen obat di Rumah Sakit Yukum Medical
Centre Lampung Tengah ini dilakukan dengan adanya koordinasi dengan unit-unit atau
pihak-pihak terkait seperti :
1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2. Komite Medik Rumah Sakit
3. Komite Keperawatan Rumah Sakit
4. Manajemen Rumah Sakit
5. Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit
6. Penunjang Medik Rumah Sakit
7. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
8. Panitia Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Rumah Sakit
9. Panitia K3 Rumah Sakit
Hal ini dikarenakan dalam sistem pengelolaan obat melibatkan seluruh pihak di rumah
sakit baik medis maupun non medis, sehingga diperlukan koordinasi yang baik antara
semua pihak.
B. PELAKSANAAN
Panduan ini berisi tentang kebijakan dan prosedur terkait dengan sistem manajemen
pengelolaan obat yang meliputi :
1. Seleksi dan perencanaan obat
2. Pengadaan, Penyimpanan, dan Pendistribusian Obat
3. Penulisan Resep atau Instruksi Obat
4. Peracikan dan Penyiapan Obat
5. Penyerahan dan pemberian Obat
6. Pemusnahan obat
7. Monitoring dan evaluasi penggunaan obat meliputi efek samping obat dan reaksi
obat yang tidak diinginkan.

C. MONITORING
Merupakan

proses

pengawasan

terhadap

keseluruhan

sistem

manajemen

pengelolaan obat di Rumah Sakit Yukum Medical Centre Lampung Tengah, dimana pihak

manajemen dan instalasi farmasi akan menetapkan indicator mutu dan kinerja baik dalam
bentuk angka maupun narasi.
D. EVALUASI
Merupakan analisis hasil proses monitoring sesuai dengan indicator yang telah
ditentukan. Pembandingan antara data yang dikumulkan, kemudian dibandingkan dengan
standar yang berlaku. Hasil evaluasi monitoring indicator mutu ini akan disampaikan ke
Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
E. TINDAKAN BERKELANJUTAN (Continuous Improvement)

Merupakan proses penyusunan rencana lebih lanjut mengenai upaya perbaikan yang
terindentifikasi dari proses analisis dan evaluasi di atas, yang biasanya tertuang dalam
rencana program kerja tahunan instalasi farmasi dan program kerja tahunan rumah sakit.

BAB III
TATA LAKSANA

A. SELEKSI DAN PERENCANAAN PERBEKALAN FARMASI


Proses kegiatan ini dimulai sejak dari pembuatan daftar obat berdasarkan kelas
terapi dari seluruh industry farmasi, menyebarkan daftar obat ke seluruh dokter spesialis
untuk menuliskan obat-obat yang akan digunakan, mengelompokkan obat berdasarkan
obat yang paling banyak dipilih oleh dokter spesialis, mengurutkan/meranking obat dari
yang terbanyak dipilih hingga yang paling sedikit, menentukan 4 besar industri farmasi
yang selanjutnya akan bertemu dengan Tim Standarisasi Obat Rumah Sakit atau Panitia
Farmasi dan Terapi (PFT) untuk melakukan kerjasama dengan rumah sakit dalam
pengadaan obat.
Formularium rumah sakit adalah himpunan obat yang diterima dan disetujui oleh
Panitia Farmasi dan Terapi yang bekerjasama dengan Komite Medik dan disahkan oleh
Direktur Rumah Sakit untuk digunakan di Rumah Sakit Yukum Medical Centre.
Formularium rumah sakit (tahap awal yaitu dari hasil seleksi obat, hasil seleksi dibuat
formularium) yang terdiri dari 1 nama generik dan 2 nama paten dari industry farmasi
yang bekerjasama dengan rumah sakit. Obat diluar 4 besar industry farmasi yang bekerja
sama bisa dimasukkan dalam daftar formularium rumah sakit sesuai dengan
pertimbangan memiliki rasio manfaat-resiko yang paling menguntungkan pasien, serta
terjamin mutu dan stabilitas obatnya sesuai dengan kriteria pemilihan obat esensial
berdasarkan DOEN.
Formularium rumah sakit direvisi setahun sekali guna memastikan bahwa isi
formularium selalu up to date dan mengikuti kebutuhan proses pelayanan pasien yang
selalu berkembang karena adanya perkembangan di bidang ilmu dan teknologi
kedokteran dan farmasi.
Proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain dengan metode konsumsi.
Sebagai pedoman perencanaan perbekalan farmasi adalah Formularium Rumah
Sakit, DOEN, Formularium Nasional, dan ketentuan rumah sakit yang berlaku seperti :
1. Resep
2. Anggaran yang tersedia
3. Penetapan prioritas
4. Siklus penyakit
5. Data pemakaian obat periode sebelumnya

6. Sisa persediaan
Rencana pengembangan.
B. PENGADAAN DAN PENERIMAAN PERBEKALAN FARMASI
Pengadaan perbekalan farmasi adalah kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan
yang telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian baik itu secara langsung dari
pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan lain, dan bisa juga dari dropping.
Pengadaan juga bisa dilakukan ke rumah sakit atau apotik lain untuk kebutuhan sediaan
farmasi dan alat kesehatan, jika terjadi kekosongan stok obat sementara dari distributor.
Beberapa evaluasi yang digunakan dalam pengadaan obat adalah :
1. Frekuensi pengadaan tiap item obat setiap tahunnya
a. Digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu rendah (<12 tahun), sedang (12-24 tahun),
dan tinggi (>24 tahun) penggunaan secara kontinu di rumah sakit.
b. Banyaknya obat dengan frekuensi sedang dan tinggi. Maksudnya adalah
kemampuan instalasi farmasi dalam merespon perubahan kebutuhan obat dan
melakukan pembelian obat dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan saat itu.
c. Pengadaan obat yang berulang menunjukkan bahwa yang tersedia di IFRS
merupakan obat dengan perputaran cepat (fast moving).
d. Banyaknya obat yang masuk kedalam jenis obat-obatan slow moving merupakan
kerugian bagi rumah sakit.
2. Frekuensi kesalahan faktur
Kriteria kesalahan faktur yaitu adanya ketidakcocokkan jenis obat, jumlah obat
dalam faktur terhadap surat pesanan yang bersesuaian. Penyebab terjadinya
kesalahan faktur adalah tidak ada stok atau barang habis di distributor (PBF), stok
barang yang tidak sesuai, dan re-order atau frekuensi pemesanan terlalu sering.
3. Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati
Tingginya frekuensi tertundanya pembayaran menunjukkan kurang baiknya
manajemen keuangan rumah sakit. Hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan pihak
pemasok kepada rumah sakit, sehingga potensial menyebabkan ketidaklancaran
suplai obat di kemudian hari.
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung atau dropping.
Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi adalah :
1. Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa

2. Barang harus bersumber dari distributor utama an resmi


3. Khusus untuk alat kesehatan atau kedokteran harus mempunyai certificate of origin
4. Waktu kadaluarsa minimal 1 tahun (12 bulan).
Setelah barang yang dipesan datang, barang tersebut diterima bersama dengan faktur dan
diperiksa oleh petugas gudang farmasi. Petugas gudang memeriksa tanggal kadaluarsa
dari obat tersebut dan nomor faktur. Bila barang yang diperiksa telah sesuai dengan
faktur, kemudian faktur tersebut ditandatangani oleh petugas yang menerima di bagian
gudang. Setelah itu, barang dimasukkan ke dalam gudang dan dicatat pada kartu stok.
C. PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat-obat yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian
serta gangguan yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan obat adalah sebagai
berikut :
1. Memelihara mutu obat
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga kelangsungan persediaan
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Pengaturan penyimpanan perbekalan farmasi menurut pesyaratan yang ditetapkan
dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya, mudah
tidaknya bahan meledak atau terbakar, dan tahan atau tidaknya bahan terhadap cahaya
disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan.
1. Cara Penyimpanan Obat
a. secara Umum
Cara penyimpanan obat yang secara umum perlu diketahui oleh petugas
farmasi dan disampaikan ke masyarakat adalah sebagai berikut :

Ikuti petunjuk penyimpanan pada label atau kemasan

Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat

Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung

Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab

Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku,
kecuali jika tertulis pada etiket obat

Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak

Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama

Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.


Peralatan penyimpanan obat secara umum memerlukan lemari atau rak yang

rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan, serta lantai
dilengkapi dengan pallet.
b. secara Khusus
Penyimpanan obat yang secara khusus juga perlu diketahui oleh petugas
farmasi dan disampaikan ke masyarakat adalah sebagai berikut :
Sediaan obat ovula dan suppositoria. Sediaan obat untuk vagina dan rectal (ovula
dan suppositoria) disimpan di dalam lemari es karena dalam suhu kamar akan
mencair.
Sediaan aerosol atau spray jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi
karena dapat menyebabkan ledakan.
Peralatan yang digunakan untuk penyimpanan obat dengan kondisi khusus
diantaranya lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil; fasilitas peralatan
penyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala; lemari penyimpanan khusus
untuk narkotika dan psikotropika; serta peralatan untuk penyimpanan obat.
Beberapa obat perlu disimpan pada kondisi dan tempat yang khusus untuk
memudahkan pengawasan, yaitu :
Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari
khusus dan terkunci
Obat-obat seperti vaksin dan suppositoria harus disimpan dalam lemari pendingin
untuk menjamin kualitas dan stabilitas sediaan
Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter, dan alcohol disimpan dalam
lemari yang berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan
elektronik. Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.

2. Pengaturan Penyimpanan Obat


Dibuat berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis; menerapkan sistem FIFO dan
FEFO; menggunakan rak, dan pallet; menggunakan lemari khusus untuk menyimpan
narkotika dan psikotropika; menggunakan lemari khusus untuk perbekalan farmasi
yang memerlukan penyimpan pada suhu tertentu; dan dilengkapi dengan kartu stok

obat. Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah


sebagai berikut :
a. Gunakan prinsip FIFO dalam penyusunan obat yaitu obat yang pertama diterima
harus pertama juga digunakan sebab umumnya obat yang datang pertama
biasanya juga diproduksi lebih awal dan akan kadaluarsa lebih awal pula.
b. Susun obat dan alat kesehatan yang berjumlah besar di atas pallet atau diganjal
dengan kayu secara rapi dan teratur.
c. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika
d. Susun obat dan alat kesehatan yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara,
cahaya, dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
e. Susun obat dalam rak dan pisahkan obat pemakaian dalam dengan obat
pemakaian luar.
f. Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian maka perlu dilakukan
rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada dibelakang yang dapat
menyebabkan kadaluarsa obat.
Persyaratan Penyimpanan Narkotika
1. Harus terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat (tidak boleh terbuat dari kaca)
2. Harus mempunyai kunci yang kuat, kunci lemari harus di pegang oleh
penanggung jawab atau pegawai yang diberi kuasa.
3. Dibuat dua lapis lemari dengan masing-masing kunci yang berlainan
4. Tidak boleh menyimpan atau meletakkan barang-barang selain narkotika.
Penyimpanan obat high alert dan LASA
1. Obat-obat high alert di insttalasi farmasi rawat jalan dan rawat inap dilakukan
secara terpisah dari obat lainnya dan sudah diberi label high alert dan LASA di
setiap obat
2. Untuk penyimpanan obat pasien di ruang perawatan, jika terdapat obat high alert,
maka disimpan terpisah dari obat lain dan terpisah dari obat emergensi dan
menjadi tanggung jawab masing-masing ruang perawatan.
Penyimpanan Obat Emergensi di Ruang Perawatan
1. Obat emergensi di ruang perawatan disimpan dalam troli emergensi yang tersedia
dan selalu dalam kondisi tersegel atau terkunci.
2. Ruang perawatan tidak boleh menyimpan obat dengan konsentrasi tinggi/pekat
(seperti KCl, MgSO4, Meylon) di dalam troli emergensi.

3. Jika obat emergensi digunakan, petugas di ruang perawatan mencatat


penggunaan obat dan nama pasien didalam buku penggunaan obat emergensi
yang tersedia di ruangan, kemudian melaporkan kepada petugas farmasi untuk
dilakukan penggantian obat emergensi dengan menggunakan resep perseorangan.
4. Petugas di ruang perawatan juga bertanggung jawab untuk mencatat obat-obat
emergensi yang akan kadalursa dan dikontrol oleh petugas farmasu secara
berkala untuk dilakukan penarikan dan penggantian obat emergensi yang akan
atau sudah kadaluarsa.
5. Petugas verifikator farmasi mengontrol kesesuaian obat emergensi yang ada di
dalam troli emergensi dengan daftar obat emergensi yang tersedia di masingmasing ruang perawatan.
Beberapa evaluasi yang digunakan dalam penyimpanan obat adalah :
1. Stock Off Name dengan mencocokan antara barang dan stok komputer atau kartu
stok. Proses pencocokan harus dilakukan pada waktu yang sama untuk
menghindari kekeliruan karena adanya barang yang keluar atau masuk (adanya
transaksi).

Apabila

tidak

dilakukan

bersamaan

maka

kemungkinan

ketidakcocokan akan meningkat. Ketidakcocokan ini akan menyebabkan


terganggunya perencanaan pembelian barang dan pelayanan terhadap pasien
2. Turn Over Ratio (TOR), adalah perbandngan antara Harga Pokok Penjualan
(HPP) dalam 1 tahun dengan nilai rata-rata persediaan pada akhir tahun.
Kegunaan dari TOR adalah untuk mengetahui berapa kali perputaran modal
dalam 1 tahun, menghitung efisiensi dalam pengelolaan obat. Apabila TOR
rendah, berarti masih banyak stok obat yang belum terjual sehingga
mengakibatkan obat menumpuk dan berpengaruh terhadap keuntungan.
D. PENDISTRIBUSIAN PERBEKALAN FARMASI
Pendistribusian merupakan kegiatan menyalurkan perbekalan farmasi di rumah
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar
kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan
efektifitas sumber daya yang ada; metode sentralisasi atau desentralisasi; sistem floor
stock (stok ruangan dalam troli emergensi), resep individu rawat jalan dan rawat inap,
dan resep dari rumah sakit atau apotik lain.

1. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap, merupakan


kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien
rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau
desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan dan resep perorangan
oleh Instalasi Farmasi.
2. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan, merupakan
kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien
rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau
desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh Instalasi Farmasi.
3. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Rumah Sakit dan Apotik Lain,
merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
rumah sakit atau apotik lain yang bersifat tidak tetap (apabila diperlukan), yang
diselenggarakan secara sentralisasi dengan sistem resep dari rumah sakit atau apotik
lain.
Sistem pelayanan distribusi terdiri dari :
1. Sistem persediaan lengkap di ruangan (floor stock)

a. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan obat-obat emergensi di ruang


rawat merupakan tanggung jawab perawat ruangan
b. Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab obat
c. Perbekalan yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan hanya untuk perbekalan
farmasi emergensi yang dikontrol setiap 3 bulan sekali oleh petugas farmasi
2. Sistem resep perseorangan
Pendistribusian perbekalan farmasi resep perseorangan pasien rawat jalan dan rawat
inap melalui instalasi farmasi.
Kegiatan pelayanan distribusi ke ruang rawat inap diselenggarakan di Instalasi
Farmasi dengan sistem resep perseorangan, gudang farmasi dengan sistem order obat
dan atau bahan habis pakai (BHP) melalui sistem informasi rumah sakit (SIMRS).
Beberapa indikator evaluasi yang digunakan dalam pendistribusian obat adalah :
1. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep sampai ke tangan pasien.
Bertujuan untuk mengetahui tingkat kecepatan pelayanan instalasi farmasi rumah
sakit.
2. Persentase obat yang diserahkan.
Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan instalasi farmasi rumah sakit
menyediakan obat yang diresepkan berdasarkan penghitungan jumlah macam obat

yang tidak diberikan dibagi dengan jumlah macam obat keseluruhan untuk jangka
waktu 1 bulan. Untuk menilai mutu ketersediaan perbekalan farmasi di IFRS.
3. Persentase kesalahan pemberian obat
Bertujuan untuk mengetahui tingkat kesalahan pemberian obat dibandingkan dengan
resep yang ditulis oleh DPJP. Cara perhitungannya adalah jumlah obat yang salah
diserahkan dibandingkan dengan jumlah resep yang masuk keseluruhan dalam waktu
1 bulan.
4. Persentase obat yang diberi label dengan benar.
Bertujuan untuk mengetahui penguasaan petugas farmasi tentang informasi pokok
yang harus ditulis dalam etiket, dengan cara melihat catatan checklist di resep, laporan
dari pasien langsung (rawat jalan) dan perawat (rawat inap). Cara perhitungannya
adalah jumlah kesalahan label dibandingkan dengan jumlah obat keseluruhan dalam
waktu 1 bulan.
E. PENULISAN RESEP DAN PEMESANAN OBAT
1. Kaidah Penulisan Resep
Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau
dokter hewan kepada apoteker pengelola apotek (APA) untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Resep yang benar adalah ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan memenuhi
peraturan perundangan serta kaidah yang berlaku. Dokter dalam mewujudkan terapi
yang rasional memerlukan langkah yang sistematis dengan moto 5T (tepat obat, tepat
dosis, tepat cara dan jadwal pemberian obat, tepat bentuk sediaan obat, dan tepat
pasien). Preskripsi yang baik haruslah ditulis dalam blanko resep secara lege artis
Langkah dalam Preskripsi

Pemilihan obat yang tepat


Dalam melakukan prakteknya, dokter pertama kali harus

melakukan

anamnesa dan pemeriksaan fisik yang baik pada pasiennya untuk menegakkan
diagnosis. Setelah itu, dengan mempertimbangkan keadaan (patologi penyakit,
perjalanan penyakit dan mainfestasinya), maka tujuan terapi dengan obat akan
ditentukan, kemudian akan dilakukan pemilihan obat secara tepat, agar
meghasilkan yang rasional. Hal yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan
dalam memilih obat yaitu :
Bagaimana rasio manfaat dengan resiko obat yang dipilih

Bagaimana keamanan (efek samping dan kontraindikasi) obat yang dipilih


Jenis bahan obat apa (bahan baku, formula standar, bahan generik, atau bahan
paten) yang dipilih
Pertimbangan biaya atau harga obat
Dengan mempertimbangkan hal diatas, diharapkan preskripsi obat dokter
akan tepat berdasar manfaat, keamanan, ekonomi, serta cocok bagi penderita
untuk mewujudkan terapi obat yang rasional dan untuk meningkatkan daya guna
dan hasil guna serta biaya, maka seorang dokter perlu memahami kriteria bahan
obat dalam preskripsi. Bahan obat di dalam resep termasuk bagian dari unsur
inscriptio dan merupakan bahan baku, obat standar (obat dalam formula
baku/resmi, sediaan generik) atau bahan jadi atau paten.
Nama obat dapat dipilih dengan nama generik (nama resmi dalam buku
Farmakope Indonesia) atau nama paten (nama yang diberikan pabrik). Pengguna
jenis obat paten perlu memperhatikan kekuatan bahan aktif dan atau komposisi
obat yang dikandung di dalamnya agar pemilihan obat yang rasional dapat
tercapai dan pelayanan obat di apotek tidak menjumpai adanya masalah. Contoh
apabila dalam terapi perlu diberikan bahan obat parasetamol, maka dapat dipilih
bahan baku (ada di apotik), sediaan generik berlogo (bentuk tablet atau sirup
parasetamol atau sediaan paten). Jumlah obat yang ditulis di dalam resep
tergantung dari lama pemberian dan frekuensi pemberian. Parameter yang
diperlukan untuk menentukannya adalah lama perjalanan penyakit, tujuan terapi,
dan kondisi penderita. Jumlah obat dituliskan dengan angka romawi untuk jenis
sediaan jadi atau paten.
Bahan atau sediaan obat dalam preskripsi berdasarkan peraturan
perundangan dapat dikategorikan :
Golongan obat narkotika atau O (contoh : kodein, morfin, dan petidin)
Golongan obat keras atau G, dibedakan menjadi 3 yaitu : golongan obat keras
tertentu atau psikotropika (contoh : diazepam dan derivatnya), golongan obat
keras (contoh : amoksisillin, amlodipin, dll)
Golongan obat wajib apotik atau OWA (contoh : famotidin, allopurinol,
gentamisin topical)
Golongan obat bebas terbatas atau W (contoh : parasetamol, pirantel pamoat)
Golongan obat bebas (contoh : vitamin B1, vitamin C)

Pada penulisan obat narkotika dan psikotropika atau khusus jumlah obat tidak
cukup hanya dengan angka saja, namun disertai denga huruf angka tersebut, misal
X (decem) dan agar sah harus dibubuhi tanda tangan dokter (bukan paraf). Hal ini
dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan obat di masyarakat.

Penetapan cara pemberian dan aturan dosis yang tepat


Cara pemberian obat
Obat diberikan dengan berbagai macam cara (per oral, per rektal,
parenteral, topical, dll). Hal yang diperlukan dalam menentukan cara pemberian
obat adalah tujuan terapi, kondisi pasien, sifat fisika-kimia obat, dan manfaat
(untung-rugi pemberian obat). Cara pemberian yang dipilih adalah yang
memberikan manfaat klinik yang optimal dan memberikan keamanan bagi pasien,
misalnya pemberian obat gentamisin yang diperlukan untuk tujuan sistemik, maka
sebaiknya dipilih lewat parenteral. Sedangkan obat golongan NSAIDs yang
diberikan pada penderita gastritis sebaiknya dilakukan pemberian per rektal.
Aturan dosis (dosis dan jadwal pemberian) obat
Dosis yang ideal adalah dosis yang diberikan per individual. Hal ini
mengingat bahwa respon penderita terhadap obat sangat individualistis. Penentuan
dosis perlu mempertimbangkan :
Kondisi pasien (seperti : umur, berat badan, fisiologi dan fungsi organ tubuh)
Kondisi penyakit (akut, kronis, berat, atau ringan)
Indeks terapi obat (lebar atau sempit)
Variasi kinetik obat
Cara atau rumus perhitungan dosis anak (pilih yang paling teliti)
Perhitungan dosis pada anak secara ideal menggunakan dasar ukuran fisik
(berat badan atau luas permukaan tubuh). Apabila dosis anak dihitung dengan
perbandingan dengan dosis dewasa, yaitu dengan memakai rumus perhitungan
dosis anak (antara lain rumus Young atau Clark), maka perlu diperhatikan tentang
ketelitian dari rumus yang dipakai.
Jadwal pemberian obat ini meliputi frekuensi, satuan dosis per kali dan
saat atau waktu pemberian obat. Dalam resep tertuang dalam unsur signatura.
Frekuensi artinya berapa kali obat yang dimaksud diberikan kepada pasien,
jumlah pemberian tergantung dari waktu paruh obat, bentuk sediaan oat, dan
tujuan terapi. Obat anti asma diberikan jika sesak (p.r.n) namun bila untuk

menjaga agar tidak terjadi serangan asma dapat diberikan secara teratur misal
3 x sehari (t.d.d).
Saat atau waktu pemberian, hal ini dibutuhkan bagi obat tertentu supaya dalam
pemberiannya memiliki efek optimal, aman, dan mudah diikuti pasien,
misalnya obat yanga absorbsinya terganggu oleh makanan sebaiknya diberikan
saat perut kosong 1/2 - 1 jam sebelum makan (1/2 1 h.a.c), obat yang
mengiritasi lambung diberikan sesudah makan (p.c) dan obat untuk
mempermudah tidur diberikan sebelum tidur (h.s), dan lain-lain.
Lama pemberian obat, didasarkan perjalanan penyakit atau menggunakan
pedoman pengobatan yang sudah ditentukan dalam pustaka atau rumah sakit,
misalnya untuk pemberian antibiotik dalam jangka waktu tertentu (2 hari
setelah gejala hilang) untuk menghindari dari resistensi bakteri, obat
simptomatis hanya perlu diberikan saat gejala muncul (p.r.n), dan pada
penyakit kronis (misal hipertensi dan DM) diperlukan pemberian obat yang
terus-menerus atau sepanjang hidup (iter!).

Pemilihan bentuk sediaan yang tepat


Pemilihan bentuk sediaan obat dalam preskripsi perlu dipertimbangkan
agar pemberian obat optimal dan harga terjangkau. Faktor ketaatan penderita,
faktor sifat obat, bioavailibilitas, dan faktor sosial ekonomi dapat digunakan
sebagai pertimbangan pemilihan bentuk sediaan obat.

Pemilihan formula resep yang tepat


Tiga formula resep yang dapat digunakan untuk menyusun preskripsi
dokter (formula marginalis, officialis, atau spesialistis). Pemilihan formula
tersebut perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu yang dapat menjamin
ketepatan dosis (dosis individual), yang dapat menjaga stabilitas obat, agar dapat
menjaga kepatuhan pasien dalam meminum obat, dan biaya atau harga terjangkau.

Penulisan preskripsi dan blanko resep yang benar (legae artis)


Preskripsi legae artis adalah ditulis secara jelas dan lengkap (memuat
unsur-unsur yang harus ada dalam resep) dan sesuai dengan aturan atau pedoman
baku serta menggunakan singkatan bahasa latin baku, pada blanko resep.

Pemberian informasi bagi penderita yang tepat


Cara atau aturan harus tertulis lengkap dalam resep namun dokter juga masih
harus menjelaskan kepada pasien. Demikian pula hal-hal atau peringatan yang

perlu disampaikan tentang obat dan pengobatan, misal apakah obat harus diminum
sampai habis atau tidak, efek samping, dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk
ketaatan pasien dalam mencapai rasionalitas peresepan.
2. Pedoman Cara Penulisan Resep Dokter
Berikut adalah pedoman cara penulisan resep dokter yang berlaku di RS Yukum
Medical Centre :
a. Ukuran blanko resep yaitu lebar 16 cm dan panjang 21 cm untuk resep dalam,
dan lebar 10,5 cm dan panjang 21,5 cm untuk resep luar.
b. Penulisan nama obat (bagian Inscriptio) :

Dimulai dengan huruf besar

Ditulis secara lengap atau dengan singkatan resmi (dalam farnakope


Indonesia atau nomenklatur internasional), misal : ac.Salic; acetosal

c. Penulisan jumlah obat : satuan berat (mg, g); satuan volume (ml atau l); satuan
unit (IU)
d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka romawi (misal :
tab Stesolid 5 mg No. X)
e. Penulisan alat penakar : C ( sendok makan 15 ml), Cth (sendok the 5 ml), Gtt
(tetes, 1 tetes = 0,05 ml)
f. Penulisan kekuatan obat :

Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generic/paten) yang beredar
di pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta harus
ditulis

Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topical dalam tube dari
sediaan jadi/paten yang tersedia beberap kemasan, maka harus ditulis

g. Penulisan bentuk sediaan obat, merupakan bagian dari subscriptio, ditulis tidak
hanya untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula offisialis dan
spesialistis.
h. Penulisan jadwal dosis atau aturan pemakaian (bagian signatura) :

Harus ditulis dengan benar

Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian dosis tapering up/down


gunakan tanda s.u.c (pemakaian diketahui). Penjelasan kepada pasien ditulis
pada kerta dengan bahasa yang dipahami.

i. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup (untuk
1 R/) atau tanda pemisah antara R/ (untuk > 2 R/) dan paraf atau tanda tangan
pada setiap R/.
j. Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan dan
tindasan.
k. Penulisan tanda iter (harap diulang) dan N.I (ne iter/tidak boleh diulang). Resep
yang memerlukan pengulangan dapat diberi tanda iter n X resep untuk seluruh
resep yang diulang. Resep yang tidak boleh diulang dapat diberi tanda N.I dari
resep untuk seluruh resep yang tidak boleh diulang. Bila tidak semua resep, maka
ditulis dibawah atau disamping kanan resep yang diulang.
Penulisan tanda CITO atau PIM, apabila diperlukan agar resep segera dilayani karena
obat sangat diperlukan bagi penderita, maka resep dapat diberi tanda CITO atau PIM dan
harus ditulis di sebelah kanan atas resep.
3. Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimuai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
a. Persyaratan administrasi meliputi :

Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien

Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter

Tanggal resep

Ruangan/unit asal resep

b. Persyaratan farmasi meliputi :

Bentuk dan kekuatan sediaan

Dosis dan jumlah obat

Stabilitas dan ketersediaan

Aturan, cara, dan teknik penggunaan

c. Persyaratan klinis meliputi :

Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat

Duplikasi pengobatan

Alergi, interaksi, dan efek samping obat

Kontra indikasi

Efek adiktif

Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya di konsultasikan kepada dokter penulis resep
dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya, bila perlu meminta
persetujuan setelah pemberitahuan.
F. DISPENSING OBAT
Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi,
interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan
pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi. Tujuan dari
dispensing adalah untuk mendapatkan dosis yang tepat dan aman, menyediakan nutrisi
bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan secara oral atau emperal,
menyediakan obat kanker secara efektif, efisien dan bermutu, dan menurunkan total biaya
obat.
Proses dispensing dilakukan setelah resep selesai di input ke dalam sistem oleh
petugas farmasi. Penyiapan dan peracikan merupakan tugas dari petugas farmasi (juru
racik). Proses penyiapan meliputi pengambilan obat dari rak onbat sesuai dengan resep
atau instruksi dokter, dan menuliskan jumlah obat yang diambil ke dalam kartu stok
masing-masing obat.
Prosedur tentang peracikan
1. Menyiapkan dan memberihkan tempat dan peralatan kerja.
2. Menyiapkan APD (alat pelindung diri) meliputi masker, sarung tangan, kain penutup
badan (celemek) dan kacamata pelindung (bila perlu).
3. Mengambil obat atau bahan dari wadahnya menggunakan alat yang sesuai misalnya
sendok atau spatula, nama dan jumlah obat sesuai yang diminta, memeriksa mutu
secara organoleptis dan tanggal kadaluarsa obat.
4. Untuk sediaan :
a. Sirup kering : sediaan sirup kering dalam keadaan sudah dicampur air matang
sesuai dengan takarannya (tanda batas) pada saat akan di serahkan kepada pasien
b. Sediaan obat racikan, langkah-langkah penyiapannya yaitu menghitung
kesesuaian dosis, menyiapkan alat untuk meracik dan wadah yang digunakan
(kapsul atau kertas puyer) sesuai dengan kebutuhan, menyiapkan dan mengambil
obat sesuai kebutuhan, tidak mencampur antibiotika dengan obat lain dalam satu
sediaan, menghindari penggunaan alat yang sama untuk mengerjakan sediaan
yang megandung beta laktam dan non beta laktam, menggerus obat yang
jumlahnya sedikit terlebih dahulu, lalu digabungkan dengan obat yang jumlahnya

lebih besar dan digerus sampai homogen, membagi obat dengan rata, mengemas
racikan obat sesuai dengan permintaan dokter, dan puyer tidak disediakan dalam
jumlah besar sekaligus.
c. Menuliskan nama pasien, tanggal, nomor dan aturan pakai pada etiket yang sesuai
dengan permintaan dalam resep dengan jelas dan dapat dibaca. Etiket putih untuk
obat dalam, dan etiket biru untuk obat luar dan label kocok dahulu untuk sediaan
emulsi dan suspensi.
d. Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada resep, lalu
memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai agar terjaga mutunya.
Setelah obat selesai di racik dan disiapkan, tahap selanjutnya adalah pemberian atau
penulisan etiket. Etiket terdiri dari etiket plastik (untuk obat oral seperti tablet, kapsul,
dan racikan puyer) dan etiket kertas. Etiket kertas terdiri dari dua warna yaitu :
1. Warna putih untuk sediaan obat yang diberikan secara oral atau diminum dan
ditempelkan di botol obat, misal sirup.
2. Warna biru untuk sediaan obat untuk penggunaan luar (injeksi, topikal, per rektal,
tetes mata, tetes hidung, tetes telinga, dan obat semprot/inhaler)
Keterangan yang ditulis dalam etiket meliputi nama pasien, tanggal pemberian obat,
aturan pemakaian obat, nama obat untuk obat racikan dan obat yang tidak dalam kemasan
tertutup, serta tanggal kadaluarsa dan keterangan lain bila perlu, misal KOCOK DULU,
SIMPAN DALAM KULKAS, dan lain-lain.
G. PEMBERIAN DAN PENYERAHAN OBAT
3. Pasien rawat jalan
Pemberian dan penyerahan obat untuk pasien rawat jalan dilakukan di instalasi
farmasi rawat jalan dan UGD sesuai dengan alur pelayanan resep yang berlaku di RS
Yukum Medical Centre Lampung Tengah. Penyerahan dilakukan oleh apoteker yang
bertugas dan asisten apoteker saat diluar jam dinas apoteker. Saat penyerahan obat
diberikan informasi obat dan konseling terkait penggunaan obat agar pasien dapat
menggunakan obat dengan benar.
Prosedur tetap pelayanan informasi obat
Dalam pelayanan resep, memberikan informasi kepada pasien saat menyerahkan
obat, terdiri dari :
a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,
apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam.

b.

Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum, sewaktu atau sesudah

makan.
c. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan
untuk mencegah timbulnya resistensi.
d. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan.
Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat
yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, obat mata,
salep mata, obat tetes hidung, suppositoria rectal atau vaginal, dan krim atau salep.
e. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat, misalnya berkeringat, mengantuk,
kurang waspada, tinja/air seni berubah warna, dan sebagainya.
f. Hal-hal yang mungkin timbul, misalnya interaksi obat dengan obat lain atau
makan tertentu diet randah kalori, kehamilan, dan menyusui.
4. Pasien rawat inap
Penyerahan dan pemberian obat di ruang perawatan dilakukan dan didelegasikan
kepada perawat atau bidan yang bertugas. Obat sudah disiapkan dalam bentuk yang
paling siap pakai saat diberikan kepada pasien dan diberikan berdasarkan waktu
pemberian obat atau dosis sekali pemberian untuk obat oral. Sebelum obat diberikan
kepada pasien, petugas menjelaskan kepada pasien dan kelurga pasien kandungan dan
fungsi dari obat yang akan disuntikkan untuk sediaan injeksi dan cara minum obat
serta waktu penggunaan untuk obat per oral. Semua waktu pemberian obat
disesuaikan dengan instruksi dokter penulis resep (DPJP).
H. MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN OBAT
1. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan
atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusa
untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Kegiatan ini bertujuan untuk :
a. Menemukan efek samping obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal, frekuensinya jarang.
b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal sekali, yang baru
saja ditemukan.
c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau mempengaruhi
timbulnya ESO atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO.
Kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat meliputi menganalisa laporan
efek samping obat, mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko
tinggi mengalami ESO, mengisi formulir ESO, dan melaporkan ke panitia Efek
Samping Obat Nasional. Faktor yang perlu diperhatikan kerjasama dengan Panitia

Farmasi dan Terapi dan ruang rawat, serta ketersediaan formulir monitoring efek
samping obat.
2. Ronde / Visite
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap dengan kriteria pasien
yang baru masuk (< 24 jam) dan pasien yang telah lama dirawat (> 6 hari). Hal ini
dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya manusia dalam hal ini apoteker yang
bertugas untuk melakukan ronde/visite. Kegiatan ini bertujuan untuk pemilihan obat
dan memberikan masuka terapi obat, menerapkan secara langsung pengetahuan
farmakologi terapetik, menilai kemajuan pasien, dan bekerjasama dengan tenaga
kesehatan lain. Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan
tersebut kepada pasien
b. Untuk pasien baru dirawat, Apoteker harus menanyakan terapi obat terdahulu dan
memperkirakan masalah yang mungkin terjadi
c. Apoteker memberikan keterangan pada formulir catatan terintegrasi yang ada
pada rekam medis pasien untuk menjamin penggunaan obat yang benar
d. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna untuk pemberian
obat.
e. Setelah kunjungan membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian
masalah dalam buku visite dan buku ini digunakan oleh setiap Apoteker yang
berkunjung ke ruang pasien untuk menghindari pengulangan kunjungan. Selain itu
catatan mengenai permasalahan dan masukan terkait terapi obat juga dicatat dalam
catatan terintegrasi yang ada dalam berkas rekam medis pasien dengan metode
SOAP agar dapat di tindak lanjuti oleh tenaga kesehatan lain.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pengetahuan cara berkomunikasi,
memahami teknik edukasi, dan mencatat perkembangan pasien.
3. Pengkajian penggunaan obat
Merupakan

program

evaluasi

penggunaan

obat

yang

terstruktur

dan

berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif,


aman, dan terjangkau oleh pasien. Tujuan dari kegiatan ini adalah :
a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada
pelayanan kesehatan atau dokter tertentu
b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan atau dokter satu
dengan yang lain
c. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik
d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah indikator peresepan, indikator


pelayanan, dan indikator fasilitas.
4. Adanya interaksi obat
Evaluasi dan monitoring adanya interaksi obat dilakukan untuk pasien rawat
jalan dan rawat inap. Untuk pasien rawat jalan dilakukan saat pengkajian resep, jika
dicurigai ada interaksi obat maka dilakukan pengecekan interkasi obat dengan aplikasi
dan literature yang tersedia, kemudian dilakukan konfirmasi ke penulis resep terkait
interaksi obat yang ada. Sedangkan untuk pasien rawat inap, dilakukan saat
ronde/visite oleh apoteker dengan mempelajari berkas prekam medis pasien dan
proses tanya jawab langsung kepada pasien dan keluarga saat kunjungan.
5. Review Sistem Pengelolaan Obat
Review sistem pengelolaan obat dilakukan tahunan yaitu setiap akhir tahun.
Review ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap sistem pengelolaan obat
seperti proses perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan distribusi obat terkait
kendala-kendala dan masalah yang sering timbul selama dalam 1 tahun proses
pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Hasil evaluasi kemudian akan ditindak lanjuti
dengan memberikan masukan dan didiskusikan bersama dengan wakil direktur untuk
perbaikan tahun berikutnya agar tidak timbul masalah lagi yang serupa.

BAB IV
DOKUMENTASI
A. DAFTAR OBAT DENGAN EFEK SEDASI
No.
1

Kandungan Obat
Diazepam

Clobazam

Nama Obat
a. Diazepam
b. Valisanbe

Dosis
2 mg
2 mg
5 mg

c. Stesolid

2 mg/ml
5 mg
10 mg
2 mg
2 mg
10 mg

d. Zyparon*
e. Analsik*
Clobazam

Sediaan
Tablet
Tablet
Tablet
Injeksi
Injeksi
Suppo
Suppo
Tablet
Tablet
Tablet

3
4
5
6
7
8

Phenobarbital
Chlorpeniramin Maleat
Amitriptilin
Pseudoephedrine HCl
Diphenhidramine HCl
Alprazolam

Phenobarbital
CTM
Amitriptilin
Tremenza*
Dimenhidrinat
a. Alprazolam
b. Opizolam

9
10
11

Midazolam
Estazolam
Gabapentin

12
13

Carbamazepine
Valproate

14

Levodopa
Benserazide

Sedacum
Esilgan
a. PGB
b. Pregabalin
Bamgetol
a. Depakote
b. As.Valproat
c. Falpro
Levoben*

30 mg
4 mg
25 mg

Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
50 mg
Tablet
0,5 mg
Tablet
0,5 mg
Tablet
1 mg
Tablet
Injeksi
1 mg
Tablet
75 mg
Kapsul
75 mg
Kapsul
250 mg
Tablet
250 mg
Tablet
250 mg/5 Sirup
ml
Sirup
100 mg
Tablet
25 mg
Tablet
Tablet

B. DAFTAR OBAT HIGH ALERT


N
O
1

KELAS
TERAPI
ELEKTROLI
T PEKAT

OBAT
ANASTESI

VASOKONS

NAMA
GENERIK
KALIUM
KLORIDA

BENTUK
SEDIAAN
INJEKSI

NAMA
DAGANG
KCL 7,46
(7,46%
POTASSIUM
CHLORIDE
INJ)

KEKUA
TAN
7,46% 25
ML

NATRIUM
KLORIDA

INFUS

3% 500
ML

MAGNESIUM
SULFAT 40%
DEXTROSE
40%
BUPIVACAIN
HCL
KETAMINE
PROPOFOL

INJEKSI

OTSUSALINE 3
(3% NACL)
MGSO4

INJEKSI

D40

25 ML

INJEKSI

BUNASCAN

INJEKSI
INJEKSI

KTM
PROANES

SEVOFLURAN
E
ISOFLURANE

INHALASI

SOJOURN

INHALASI

HALOTHANE

INHALASI

MIDAZOLAM
EPINEPHRIN

INJEKSI
INJEKSI

ISOFLURAN
E
HALOTHAN
E
SEDACUM
EPINEPHRI

25 ML

100 MG
10
MG/20
ML
250 ML
250 ML
250 ML
1

KETERANGA
N
ElektrolitPekatti
dakboleh di
simpan di
ruangperawatank
ecuali UGD,
VK, OK, dan
HCU)

TRIKSI

ANTIARITM
IA

ANTI
TROMBOLIT
IK

6
7
8

RADIOKON
TRAS
LARUTAN
DIALISA
INSULIN

OBAT
JANTUNG

10 ANTIDIABE
TES ORAL

11

NARKOTIK
A

NOREPINEPH
RIN
LIDOCAIN

INJEKSI

AMIODARON
WARFARIN
HEPARIN
CILOSTAZOL

INJEKSI
TABLET
TABLET
TABLET

INJEKSI

NE
ADRENALI
N

MG/ML

LIDOCAIN
HCL
TYARIT INJ

20
MG/ML

INVICLOT
CILOSTAZO
L
PLETAAL

50 MG

CLOPIDOGRE
L

TABLET

PENTOXIFYLL
INE
STREPTOKIN
ASE

TABLET

CLOPIDOG
REL
PLAVIX
PLADOGRE
L
TIOXAD

INJEKSI

STREPTASE

INJEKSI

LOVENOX
ULTRAVIST

NA
BICARBONAT
8,4%
INSULIN
ASPART
INSULIN
DETEMIR
INSULIN
GLARGINE
INSULIN
REGULAR

INJEKSI

MEYLON 84

25 ML

INJEKSI

NOVORAPI
D FLEXPEN
LEVEMIR
FLEXPEN
LANTUS

300 IU/3
ML
300 IU/3
ML
300 IU/ 3
ML
100 IU/3
ML

DIGOXIN
DOPAMIN
DOBUTAMIN

INJEKSI
INJEKSI
INJEKSI

GLIMEPIRID

TABLET

METFORMIN

TABLET

GLIBENKLAM
ID
MORPHIN

TABLET

INJEKSI
INJEKSI
INJEKSI

INJEKSI
TABLET

ACTRAPID
HM
PENFILL
DOPAMIN
GIULIN
DOBUTAMI
N
GLIMEPIRI
D
ANPIRIDE
METFORMI
N
FORBETES
GLIBENKL
AMID
MORPHIN
MST

400 MG
1.500.00
0 IU

2 MG, 4
MG
500 MG
5 MG
10 MG,

PETHIDIN

INJEKSI

PETHIDIN
CLOPEDIN

FENTANYL

INJEKSI
TRANSDE
RMAL
TABLET
SIRUP

FENTANYL
DUROGESI
C
CODEIN
CODIPRON
T*
OXYTOCIN
PITOGIN
ALPRAZOL
AM
OPIZOLAM
STESOLID
STESOLID
RECTAL
DIAZEPAM
VALISANBE
ANALSIK*
ZYPARON*
PHENOBAR
BITAL
SIBITAL
PHENTAL
PHENOBAR
BTAL
ESILGAN
CEPEZET

KODEIN
12 HORMON

OXYTOCIN

INJEKSI

13 PSIKOTROPI
KA

ALPRAZOLA
M

TABLET

DIAZEPAM

INJEKSI
SUPPO
TABLET

PHENOBARBI
TAL

INJEKSI
TABLET
TABLET
TABLET

14 CAIRAN
STERIL

ESTAZOLAM
CHLORPROM
AZINE
CHLORDIAZE
POXIDE
CLOBAZAM
CAIRAN
IRIGASI

15 RELAKSAN
OTOT

ATRAKURIUM
BESILAT

INJEKSI

TABLET
TABLET
INFUS

CLIAD*
BRAXIDIN*
CLOBAZAM
WATER FOR
IRRIGATIO
N
TRAMUS

C. DAFTAR OBAT LASA


AciLAZ

aciTRAL

FarmaSAL

farmaDRAL

InCLARIN

inCELIN

MyCORAL

myOBAT

NeuroAID

neuroBAT

TroLIP

troLIT

15 MG
50
MG/ML
0,05
MG/ML
25 g/h
10MG,20
MG
10
IU/ML
0,5 MG
1MG;
0,5MG
2MG/ML
5 MG; 10
MG
2 MG
2 MG; 5
MG

30 MG
1 MG
25 MG

10 MG
1000 ML
25
MG/2,5
ML

SpasMOLIT

spasMINAL

OpiMOX

opiVASK

Vitamin B Complex pot tablet


(rupamirip)

Dexametasone pot tablet


(rupamirip)

BicarbonatNatricpot tablet
(rupamirip)

Calcium Lactatpot tablet (rupamirip)

Folavit (rupamirip)

Sanfuliq (rupamirip)

Santibi (rupamirip)

Sanprima (rupamirip)

Mefinal (rupamirip)

Erysanbe (rupamirip)

Phenobarbital 30 mg (rupamirip)

Diazepam 2 mg (rupamirip)

Opixime (rupamirip)

Tramifen (rupamirip)

CPG tab (rupamirip)

Plavix (rupamirip)

Streptomicininj (rupamirip)

Procain penicillin inj (rupamirip)

Invomitinj (rupamirip)

Gastridininj (rupamirip)

Fendexinj (rupamirip)

Farsixinj (rupamirip)

Indexoninj (rupamirip)

Ketrobatinj (rupamirip)

Ceftriaxoninj (rupamirip)

Cefotaximinj (rupamirip)

Citicholineinj (rupamirip)

Ondansetroninj (rupamirip)

Ceftazidiminj (rupamirip)

Cefepimeinj (rupamirip)

Combiventnebu (rupamirip)

Flixotidenebu (rupamirip)

Metronidazol infuse (rupamirip)

Ciprofloxcacin (rupamirip)

Mustella pregnancy (rupamirip)

Mustella post parto (rupamirip)

D. DAFTAR OBAT DOSIS GANDA


No OBAT GENERIK
.

No. OBAT PATEN

Amlodipin 5 mg, 10 mg

Erysanbe 200 mg, 250 mg, 500 mg

Acyclovir 200 mg, 400 mg

Letonal 25 mg, 100 mg

Captopril 12,5 mg, 25 mg

Rifamtibi 450 mg, 600 mg

Clindamycin 150 mg, 300 4

Thyrozol 5 mg, 10 mg

mg
5

Ketoprofen 50 mg, 100 mg 5

Zoter 200 mg. 400 mg

Meloxicam 7,5 mg, 15 mg

Valisanbe 2 mg, 5 mg

Methyl Prednisolon 4 mg, 7


16 mg

Rimcure PAED
75/50 mg

Piracetam 400 mg, 800 8


mg, 1200 mg

Opizolam 0,5 mg; 1mg

Rifampicin 450 mg, 600 9


mg

Opigraninj 1 g, 3 g

10

Salbutamol 2 mg, 4 mg

10

Claneksi 125mg/5ml, 250mg/5ml

11

Meropenem 0,5 g; 1 g

11

Stesolid rectal 5 mg, 10 mg

12

Piracetaminj 1 g; 3 g

12

Vitacidsalep 0,05%; 0,1%

13

Taxegraminj 0,5 g; 1 gram

14

Reticoresalep 0,1%; 0,05%; 0,025%

15

Mydriatil 0,5%; 1%

16

CendoTropin 0,5%; 1%

17

Bralifex eye drop; plus

18

Seretide inhaler 50 mcg, 125 mcg,


250 mcg

19

Ultravist 300/50; 370/100;370/50

75/50/150

E. LABEL HIGH ALERT DAN LASA

HIG
H
ALER
T
DOUBLE
CHECK !!

LAS
A

HIGH
ALERT

mg;

Anda mungkin juga menyukai