Anda di halaman 1dari 72

cari tau tentang blud

PERTEMUAN I
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
LATAR BELAKANG
• Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan
upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan
• Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas,
yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
• Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan
filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).
ketersediaan Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan
Pengelolaan Sediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
farmasi, alat Kesehatan Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan
dan bahan medis habis kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan
pakai sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian
mutu pelayanan

STANDAR Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas


PELAYANAN dalam rangka meningkatkan penggunaan
KEFARMASIAN Obat secara rasional.

obat rasional Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan


lain dan kepatuhan pasien yang terkait dalam
Pelayanan Kefarmasian.
Pelayanan
Farmasi Klinik
Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat
menjamin efektivitas, keamanan dan efisiensi Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai.

Meningkatkan mutu dan memperluas


cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT
KESEHATAN, DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI

RUMAH SAKIT PUSKESMAS


• Pemilihan; • Perencanaan kebutuhan;
• Perencanaan kebutuhan; • Permintaan;
• Pengadaan; • Penerimaan;
• Penerimaan;
• Penyimpanan:
• Penyimpanan;
• Pendistribusian;
• Pendistribusian;
• Pemusnahan dan penarikan;
• Pengendalian;
• Pengendalian; dan • Pencatatan, pelaporan, dan
pengarsipan
• Administrasi.
• Pemantauan dan evaluasi
pengelolaan.
PERENCANAAN KEBUTUHAN SEDIAAN
FARMASI DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI

• Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:


1. perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang mendekati kebutuhan;
2. meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
3. meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.

• Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan


menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO)
TAHAPAN PERENCANAAN
KEBUTUHAN OBAT DAN BMHP
• Pemilihan
• Pengumpulan data
• Memperkirakan kebutuhan periode yang akan datang ditambah stok penyangga
(buffer stock).
• Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat menggunakan metode yang
sesuai
• Data pemakaian, sisa stok dan permintaan kebutuhan obat puskesmas dituangkan
dalam Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) puskesmas
• Laporan pemakaian berisi jumlah pemakaian obat dalam satu periode dan lembar
permintaan berisi jumlah kebutuhan obat puskesmas dalam satu periode.
• LPLPO puskesmas menjadi dasar untuk rencana kebutuhan obat tingkat puskesmas
dan digunakan sebagai data pengajuan kebutuhan obat ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
di lplpo selain ada
permintaan dan pemberian
juga ada jumlah resep

LAPORAN
PEMAKAIAN DAN
LEMBAR PERMINTAAN
OBAT (LPLPO)
LPLPO
• Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat dibuat rangkap 3 (tiga):
a. Asli untuk Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota
b. Tindasan 1 dikirim untuk instansi penerima (RS/Puskesmas)
c. Tindasan 2 untuk arsip Dinas Kesehatan Dati Kabupaten/Kota
• Kegunaan LPLPO :
a. Sebagai bukti pengeluaran obat di Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan.
b. Sebagai bukti penerimaan obat di Rumah Sakit/Puskesmas
c. Sebagai surat permintaan/pesanan obat dari Rumah Sakit/Puskesmas kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cq. IFK
d. Sebagai bukti penggunaan obat di Rumah Sakit / Puskesmas
KRITERIA OBAT YANG MASUK DALAM
FORMULARIUM PUSKESMAS
• Obat yang masuk dalam Formularium Puskesmas adalah obat yang
tercantum dalam DOEN dan FORNAS untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP).
• Berdasarkan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi.
• Mengutamakan penggunaan obat generik.
• Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang palingmenguntungkan
penderita.
• Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
1
• Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan
biaya langsung dan tidak langsung.
• Obat yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
medicines).
TAHAPAN PENYUSUNAN
FORMULARIUM PUSKESMAS :
• Meminta usulan obat dari penanggungjawab pelayanan dan
penanggungjawab program;
• Membuat rekapitulasi usulan obat dan mengelompokkan usulan tersebut
berdasarkan kelas terapi atau standar pengobatan;
• Membahas usulan bersama Kepala Puskesmas, dokter, dokter gigi, perawat
dan bidan puskesmas;
• Menyusun daftar obat yang masuk ke dalam formularium puskesmas;
• Penetapan formularium puskesmas oleh kepala puskesmas;
• Melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai formularium puskesmas kepada
seluruh tenaga kesehatan puskesmas;
PERENCANAAN KEBUTUHAN
• Perhitungan kebutuhan obat untuk satu periode dapat dilakukan dengan
menggunakan metode konsumsi dan atau metode morbiditas.
METODE KONSUMSI METODE MORBIDITAS
Metode yang didasarkan atas Analisa Perhitungan kebutuhan obat
data konsumsi obat periode berdasarkan pola penyakit.
sebelumnya
Perlu diperhatikan hal-hal sebagal Langkahlangkah dalam metoda ini
berlkut: adalah:
a) Pengumpulan dan pengolahan a) Memanfaatkan pedoman
data pengobatan.
b) Anallsa data untuk InformasI dan b) Menentukan jumlah penduduk
evaluasi yang akan dilayani.
c) Perhitungan perklraan kebutuhan c) Menentukan jumlah kunjungan
obat kasus berdasarkan frekuensi
d) Penyesualan jumlah kebutuhan penyakit.
obat dengan alokasi dana d) Menghitung jumlah kebutuhan
obat.
EVALUASI PERENCANAAN
• Cara/teknik evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Analisa ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi
b) Pertimbangan/ kriteria VEN, untuk evaluasi aspek medik/ terapi
c) Kombinasi ABC dan VEN
d) Revisi daftar obat
PENGADAAN
• Pengadaan obat di puskesmas, dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
pengadaan mandiri (pembelian).
• Permintaan obat puskesmas diajukan oleh kepala puskesmas kepada
kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format
LPLPO. Permintaan obat dari sub unit ke kepala puskesmas dilakukan secara
periodik menggunakan LPLPO sub unit.
• Permintaan ke dinkes kab / kota di bagi menjadi dua : Permintaan rutin dan
Permintaan Khusus
PERMINTAAN KE DINKES KAB / KOTA
• Permintaan rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing – masing
puskesmas.
• Permintaan khusus
Dilakukan diluar jadwal distribusi rutin. Proses permintaan khusus sama dengan
proses permintaan rutin.
Permintaan khusus dilakukan apabila :
1) Kebutuhan meningkat
2) Terjadi kekosongan obat
3) Ada Kejadian Luar Biasa (KLB/Bencana)
PENGADAAN MANDIRI
• Puskesmas dapat melakukan pembelian obat ke distributor. Dalam hal
terjadi kekosongan persediaan dan kelangkaan di fasilitas distribusi,
Puskesmas dapat melakukan pembelian obat ke apotek.
• Pembelian dapat dilakukan dengan dua mekanisme :
1) Puskesmas dapat membeli obat hanya untuk memenuhi kebutuhan obat
yang diresepkan dokter.
2) Jika letak puskesmas jauh dari apotek, puskesmas dapat menggunakan SP
(Surat Pemesanan), dimana obat yang tidak tersedia di fasilitas distribusi
dapat dibeli sebelumnya, sesuai dengan stok yang dibutuhkan.
PENERIMAAN
• Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah
kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi
sesuai dengan isi dokumen LPLPO ditandatangani oleh Tenaga
Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi
syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan.
• Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan
dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.
PENERIMAAN
• Pada waktu penerimaan obat dilakukan pemeriksaan terhadap
kelengkapan administrasi, fisik dan kualitas obat yaitu :
1) Jenis bentuk sediaan obat
2) Kekuatan obat
3) Jumlah obat
4) Tanggal kadaluarsa
5) Kemasan obat
PENYIMPANAN
• Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. bentuk dan jenis sediaan;
2. kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;
3. mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
4. narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
5. tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
ASPEK UMUM YANG PERLU
DIPERHATIKAN DALAM PENYIMPANAN
a. Persediaan obat dan BMHP puskesmas disimpan di Gudang obat yang dilengkapi lemari dan rak –rak penyimpanan
obat.
b. Suhu ruang penyimpanan harus dapat menjamin kestabilan obat.
c. Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet, teratur dengan memperhatikan tanda-tanda khusus.
d. Penyimpanan sesuai alfabet atau kelas terapi dengan sistem, First Expired First Out (FEFO), high alert dan life saving (obat
emergency).
e. Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari terkunci dan kuncinya dipegang oleh apoteker atau tenaga
teknis kefarmasian yang dikuasakan.
f. Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah terbakar, disimpan di tempat khusus dan terpisah dari obat lain. Contoh :
alkohol, chlor etil dan lain-lain.
g. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu yang disertai dengan alat pemantau dan kartu suhu yang
diisi setiap harinya.
h. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan Tindakan pengamanan terhadap obat yang disimpan pada suhu dingin.
Sedapat mungkin, tempat penyimpanan obat termasuk dalam prioritas yang mendapatkan listrik cadangan (genset).
i. Obat yang mendekati kadaluarsa (3 sampai 6 bulan sebelum tanggal kadaluarsa tergantung kebijakan puskesmas)
diberikan penandaan khusus dan diletakkan ditempat yang mudah terlihat agar bisa digunakan terlebih dahulu sebelum
tiba masa kadaluarsa.
j. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan obat.
ASPEK KHUSUS
a. Obat High Alert terdiri atas: B. Obat Narkotika,
Psikotropika,Prekursor
1) Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi • Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
kesalahan (error) dapat mengakibatkan harus disimpan dalam lemari khusus dan
kematian atau kecacatan seperti insulin, atau menjadin tanggungjawab apoteker
obat antidiabetik oral. penanggung jawab.
2) Obat dengan nama, kemasan, label, • Lemari khusus tempat penyimpanan narkotika,
penggunaan klinik tampak/kelihatan sama (look psikotropika dan prekusor farmasi memiliki 2
alike) dan bunyi ucapan sama (sound alike) (dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci
biasa disebut LASA, atau Nama Obat dan Rupa dipegang oleh apoteker penanggung jawab,
Ucapan Mirip (NORUM). Contohnya tetrasiklin satu kunci lainnya dipegang oleh tenaga
dan tetrakain. teknis kefarmasian/tenaga kesehatan lain
yang dikuasakan. Apabila apoteker
3) Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida penanggung Jawab berhalangan hadir
dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan dapat menguasakan kunci kepada tenaga
magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40% teknis kefarmasian/tenaga kesehatan lain.
atau lebih.
ASPEK KHUSUS
C. Obat Kegawatdaruratan Medis
Penyimpanan obat kegawatdaruratan medis harus diperhatikan dari sisi kemudahan,
ketepatan dan kecepatan reaksi bila terjadi kegawatdaruratan.
Monitoring dilakukan secara berkala, obat yang kadaluarsa dan rusak harus diganti
tepat waktu. Keamanan persediaan obat obatan emergency harus terjamin
keamanannya baik dari penyalahgunaan, keteledoran maupun dari pencurian oleh
oknum, tempat penyimpanan obat harus dikunci dengan segel yang memiliki nomor
seri tertentu atau sering kita sebut segel berregister yang nomor serinya berbeda-
beda. Segel tersebut hanya dapat digunakan sekali/disposable artinya ketika segel
dibuka, segel tersebut menjadi rusak sehingga tidak bisa dipakai lagi. Ini dimaksudkan
supaya terjaga keamanannya dan setiap segel terbuka ada maksud dan alasan
serta tercatat dalam buku pemantauan obat-obat emergency. Penggunaan segel
sekali pakai memiliki keuntungan sebagai indikator apakah obat emergency tersebut
dalam keadaan utuh atau tidak.
PENDISTRIBUSIAN
• Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat
• Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
2. Puskesmas Pembantu;
3. Puskesmas Keliling;
4. Posyandu; dan
5. Polindes.
PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN
• Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan • Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri
bila: dari:
1. produk tidak memenuhi persyaratan 1. membuat daftar Sediaan Farmasi dan
mutu; Bahan Medis Habis Pakai yang akan
dimusnahkan;
2. telah kadaluwarsa;
3. tidak memenuhi syarat untuk 2. menyiapkan Berita Acara
dipergunakan dalam pelayanan Pemusnahan;
kesehatan atau kepentingan ilmu 3. mengoordinasikan jadwal, metode
pengetahuan; dan/atau dan tempat pemusnahan kepada pihak
4. dicabut izin edarnya. terkait;
4. menyiapkan tempat pemusnahan
5. melakukan pemusnahan disesuaikan
dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN
• Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan.
• Pemusnahan Resep dilakukan oleh apoteker atau penanggungjawab
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas kesehatan lain dengan cara
dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep danselanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
• Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan
tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
PEMUSNAHAN
• Pemusnahan obat dapat dilakukan dengan cara :
1) Pengembalian obat yang rusak atau kadaluarsa ke Dinas
Kesehatan Kab/Kota untuk dilakukan pemusnahan.
2) Pemusnahan sendiri dengan persetujuan Dinas Kesehatan
Kab/Kota.
PENGENDALIAN SEDIAAN FARMASI
DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
• Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit
pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
1. Pengendalian persediaan;
2. Pengendalian penggunaan; dan
3. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
PENGENDALIAN PERSEDIAAN
1. Melakukan substitusi obat dalam satu kelas terapi dengan
persetujuan dokter/dokter gigi penanggung jawab pasien.
2. Mengajukan permintaan obat ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
3. Apabila obat yang dibutuhkan sesuai indikasi medis di puskesmas
tidak dapat dipenuhi oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan
tidak tercantum dalam formularium nasional atau e katalog obat,
maka dapat dilakukan pembelian obat sesuai formularium
puskesmas dengan persetujuan kepala puskesmas.
4. Mekanisme pengadaan obat diluar Formularium Nasional dan
ekatalog obat dilakukan sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
lebih ke arah ketersediaan stok
sedangkan pemantauan dan evaluasi tentang kinerja
PENGENDALIAN PENGGUNAAN

Kegiatan pengendalian penggunaan mencakup:


1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata
periode tertentu. Jumlah stok ini disebut stok kerja.
2. Menentukan stok optimum, stok pengaman, lead
time, dan waktu kekosongan obat
3. Pencatatan (penerimaan dan pengeluaran)
PENANGANAN SEDIAAN FARMASI,
HILANG, RUSAK DAN ED
a. Pemusnahan dan penarikan obat yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b. Untuk pemusnahan narkotika, psikotropika dan precursor dilakukan oleh
apoteker penanggungjawab dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota
dan dibuat berita acara pemusnahan.
c. Penarikan obat yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM. Penarikan BMHP dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh menteri
ADMINISTRASI
• Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan;
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
3. Sumber data untuk pembuatan laporan.
• Kegiatan administrasi terdiri dari pencatatan dan pelaporan
PENCATATAN
• Di gudang obat harus tersedia kartu stok, buku
penerimaan dan pengeluaran obat.
• Di ruang obat tersedia kartu stok, rekapan harian
penggunaan obat dan buku catatan pemakaian narkotik
dan psikotropik.
• Catatan pemakaian narkotik, psikotropik dan prekusor
harus dilengkapi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
nomor telepon dan jumlah obat yang diterima setiap
pasien.
PELAPORAN
lebih ke arah penilai-an kinerja
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PENGELOLAAN
SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
• Tujuan :
1. mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga
kualitas maupun pemerataan pelayanan;
2. memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai; dan
3. memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
PELAYANAN FARMASI KLINIK

RUMAH SAKIT
PUSKESMAS
• Pengkajian resep dan penyerahan
• Pengkajian dan pelayanan Resep; Obat;
• Penelusuran riwayat penggunaan Obat
• Rekonsiliasi Obat
• Pelayanan Informasi Obat (PIO);
• Pelayanan Informasi Obat (PIO) • Konseling;
• Konseling
• Visite
• Ronde/visite pasien (khusus Puskesmas
• Pemantauan Terapi Obat (PTO)
rawat inap);
• Monitoring Efek Samping Obat (MESO) • Pemantauan dan pelaporan efek
• Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) samping Obat;
• Dispensing sediaan steril
• Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
• Pemantauan terapi Obat; dan
(PKOD).
• Evaluasi penggunaan Obat.
PENGKAJIAN DAN PELAYANAN
RESEP
ADMINISTRASI FARMASETIK KLINIS
1. Nama, umur, jenis 1. Bentuk dan 1. Ketepatan indikasi,
kelamin dan berat kekuatan sediaan. dosis dan waktu
badan pasien. lebih ke dosis fosssologi penggunaan Obat.
2. Dosis dan jumlah
2. Nama, dan paraf Obat. 2. Duplikasi
dokter. pengobatan.
3. Stabilitas dan 3. Alergi, interaksi dan
3. Tanggal resep. ketersediaan. efek samping Obat.
4. Ruangan/unit asal 4. Aturan dan cara 4. Kontra indikasi.
resep. penggunaan. 5. Efek adiktif.
5. Inkompatibilitas
(ketidakcampuran
Obat).
PELAYANAN INFORMASI OBAT
(PIO)
• Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
• Tujuan:
1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
PELAYANAN INFORMASI OBAT
(PIO)
• Kegiatan:
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan
pasif.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat atau tatap muka.
3. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat.
5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
6. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
KONSELING
• Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien
yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta keluarga pasien.
• Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-
tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
• Kegiatan:
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya apa
yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang
diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
RONDE / VISITE PASIEN
• Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari
dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
• Tujuan:
1. Memeriksa Obat pasien.
2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan
Obat.
4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam
terapi pasien.
1. obat
2. organ
3. data lab VISITE PASIEN
• Visite dapat dilaksanakan secara mandiri atau bersama dengan tim
kolaboratif dengan tenaga medis dan tenaga kesehatan lain.
• Visite diprioritaskan untuk pasien dengan kriteria:
a) Pasien baru dalam 24 jam pertama
b) Pasien dalam perawatan intensif
c) Pasien yang menerima lebih dari 5 (lima) macam obat
d) Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama hati dan ginjal
e) Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai nilai kritis (critical value),
misalnya ketidak seimbangan elektrolit, penurunan kadar albumin
f) Pasien yang mendapatkan obat yang memiliki indeks terapi sempit, berpotensi
menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) yang fatal. Contoh: pasien yang
menerima terapi obat digoksin, karbamazepin, teofilin.
TAHAPAN PELAKSANAAN VISITE
1. Seleksi pasien berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan
2. Mengumpulkan informasi penggunaan obat dari catatan penggunaan
obat yaitu data pasien (nama, no RM, BB, TB, umur, jenis kelamin, ruang
rawat, no tempat tidur dan sumber pembiayaan), nama dokter dpjp,
Nama obat, jumlah obat, dosis dan cara pemberian obat. Riwayat
penggunaan obat, Riwayat alergi / ROTD
3. Mengumpulkan data berupa keluhan pasien, hasil pemeriksaan fisik,
laboratorium, diagnostik, penilaiandokter melalui rekam medik dan
catatan pengobatan di ruang rawat selain itu Riwayat sosial dan Riwayat
penyakit keluarga.
4. Mengkaji penggunaan obat yang meliputi ketepatan indikasi, dosis, rute,
interaksi, efek samping obat dan biaya
MONITORING EFEK SAMPING
OBAT (MESO)
• Tujuan:
1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan
frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat dikenal atau yang
baru saja ditemukan.
• Kegiatan:
1. Menganalisis laporan efek samping Obat.
2. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping Obat.
3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
• Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
farmakovegilen adalah pemantauan obat setelah di edar MESO
• MESO adalah bagian dari kegiatan Pharmacovigilance/ Farmakovigilans
• Farmakovigilans adalah seluruh kegiatan tentang pendeteksian, penilaian
(assessment), pemahaman, dan pencegahan efek samping atau masalah
lainnya terkait dengan penggunaan obat.
• Farmakovigilans sebagaimana dimaksud dilakukan dengan pemantauan
dan pelaporan mengenai:
a) aspek keamanan obat dalam rangka deteksi, penilaian, pemahaman,
dan pencegahan efek samping atau masalah lain terkait dengan
penggunaan;
b) perubahan profil manfaat-risiko obat; dan/atau
c) aspek mutu yang berpengaruh terhadap keamanan obat.
MESO

DPDPT & PKRT BADAN POM


PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)
• Tujuan: apakah ad kesalahan • Kegiatan:
1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan 1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
Obat.
2. Membuat catatan awal.
2. Memberikan rekomendasi penyelesaian
masalah yang terkait dengan Obat. 3. Memperkenalkan diri pada pasien.
• Kriteria pasien: 4. Memberikan penjelasan pada pasien.
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan 5. Mengambil data yang dibutuhkan.
menyusui. 6. Melakukan evaluasi.
2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis. 7. Memberikan rekomendasi.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau
hati.
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6. Menerima Obat yang sering diketahui
menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT
• Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
• Tujuan:
1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.
SOAL
(STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS)
diberikan saat zoom
SOAL
• Terjadi pandemic covid 19, sehingga puskesmas membutuhkan banyak obat – obatan dan alat pelindung diri
dengan jumlah yang meningkat drastis, dalam kondisi tersebut puskesmas melakukan pengadaan yang disebut
dengan ?
A. Permintaan rutin
B. Pengadaan Mandiri
C. Permintaan Khusus
D. Pengadaan tambahan
E. Permintaan mendadak

Kunci jawaban : C
Pembahasan : Permintaan khusus Dilakukan diluar jadwal distribusi rutin. Proses permintaan khusus sama dengan
proses permintaan rutin. Permintaan khusus dilakukan apabila :
1) Kebutuhan meningkat
2) Terjadi kekosongan obat
3) Ada Kejadian Luar Biasa (KLB/Bencana)
SOAL
• Permintaan obat dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan dapat dilakukan dengan pengadaan
mandiri. Keadaan di bawah ini dapat menjadi landasan untuk melakukan pengadaan mandiri,
jika :
A. Jika terjadi kekosongan dan kelangkaan di fasilitas distribusi
B. Jika terjadi KLB
C. Kebutuhan meningkat
D. Terjadi Bencana Alam
E. Terjadi Pandemic Covid 19

Kunci Jawaban : A
Pembahasan : Pengadaan Mandiri
Pengadaan obat secara mandiri oleh Puskesmas dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Puskesmas dapat melakukan pembelian obat ke distributor. Dalam hal terjadi
kekosongan persediaan dan kelangkaan di fasilitas distribusi, Puskesmas dapat melakukan
pembelian obat keapotek
SOAL
• Puskesmas akan melakukan permintaan obat ke Dinas Kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan jumlah permintaan obat, kecuali …
A.Data pemakaian obat periode sebelumnya
B.Jumlah kehadiran dokter
C.Jumlah kunjungan resep
D.Jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
E.Sisa stok

Kunci Jawaban : B
Pembahasan: Berdasarkan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (2019): Dalam
menentukan jumlah permintaan obat, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Data pemakaian obat periode sebelumnya.
b. Jumlah kunjungan resep.
c. Jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
d. Sisa Stok
SOAL
• Berikut yang termasuk dalam obat high alert, kecuali ?

A. Obat risiko Tinggi


B. Obat LASA
C. Obat Injeksi
D. Elektrolit Konsentrat Tinggi
E. Obat Norum

Kunci Jawaban : C
Pembahasan : Obat High Alert terdiri atas:
1) Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan seperti insulin, atau obat
antidiabetik oral.
2) Obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan sama (look alike) dan bunyi ucapan sama (sound alike) biasa
disebut LASA, atau disebut juga Nama Obat dan Rupa Ucapan Mirip (NORUM). Contohnya tetrasiklin dan tetrakain.
3) Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40% atau lebih.
SOAL
• Puskesmas mengajukan permintaan obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan menggunakan suatu form yang disebut dengan …
A.Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
B.Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
C.Laporan Penggunaan dan Laporan Perencanaan Obat
D.Laporan Penggunaan dan Laporan Permintaan Obat
E.Lembar Penerimaan dan Laporan Pemakaian Obat

• Kunci Jawaban : A
• Pembahasan:
Permintaan obat puskesmas diajukan oleh kepala puskesmas kepada kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO (Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat).
SOAL
• Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila, kecuali ?
A. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
B. Telah kadaluwarsa;
C. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
D. Dicabut izin edarnya.
E. Perubahan kemasan

Kunci Jawaban : E
Pembahasan :
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
1. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
2. telah kadaluwarsa;
3. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan;
dan/atau
4. dicabut izin edarnya.
KEBIJAKAN DASAR
PUSKESMAS
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 128 TAHUN 2004
KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS
PENGERTIAN PUSKESMAS
(KEPMENKES NOMOR 128 TAHUN
2004)
• Pengertian Puskemas:
Unit pelaksana teknis dinas Kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan Kesehatan disuatu wilayah kerja
• KATA KUNCI:
UNIT PELAKSANA  penyelenggara tugas operasional Dinkes Kab/Kota
PEMBANGUNAN KESEHATAN  tujuan: meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal
WILAYAH KERJA  satu kecamatan
KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS
(KEPMENKES NOMOR 128 TAHUN 2004)
• Visi : Tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya
Indonesia sehat Indikator Kecamatan Sehat :
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan
Kesehatan yang bermutu
• Misi : d. Derajat Kesehatan penduduk
kecamatan
a. Menggerakan pembangunan berwawasan
kesehatan di wilayah kerjanya
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga
dan masyarakat di wilayah kerjanya
c. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan
dan keterjangkauan
d. Memelihara dan meningkatkan Kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya
• Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan

TUJUAN kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat


tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
Kesehatan setinggi – tingginya dalam rangka mewujudkan
Indonesia sehat 2021

• Pusat penggerak pembangunan berwawasan


Kesehatan

FUNGSI • Pusat pemberdayaan masyarakat


• Pusat pelayanan Kesehatan strata pertama
secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan

Meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan
Perorangan
b. Pelayanan Kesehatan
Masyarakat
KEDUDUKAN PUSKESMAS
• Sistem Kesehatan Nasional : Sebagai sarana pelayanan Kesehatan strata
pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya Kesehatan
perorangan dan upaya Kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
• Sistem Kesehatan Kabupatan / Kota : Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian
tugas pembangunan Kesehatan Kabupaten / Kota di wilayah Kerjanya
• Sistem Pemerintah Daerah : Unit pelaksana teknis dinas Kesehatan
kabupaten / kota yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah
Kabupaten / Kota bidang Kesehatan di tingkat kecamatan
• Antar sarana pelayanan Kesehatan strata pertama :
Mitra : Pembina :
1. Praktek dokter 1. Posyandu
2. Praktek dokter gigi 2. Polindes
3. Praktek Bidan 3. Pos obat desa
4. Poliklinik 4. Pos UKK (Upaya Kesehatan
5. Balai Kesehatan Kerja)
masyarakat
TATA KERJA PUSKESMAS DENGAN MASYARAKAT
cara
• Pembentukan BADAN PENYANTUN PUSKESMAS (BPP)
• Pengertian BPP:
Suatu organisasi yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakat peduli kesehatan
yang berperan sebagai mitra kerja Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
• BPP: tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha
• Fungsi:
a.TO SERVE: melayani pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan
b. TO ADVOCATE: memperjuangkan kepentingan kesehatan dan keberhasilan
pembangunan kesehatan
c. TO WATCH: melaksanakan tinjauan kritis dan memberikan masukan tentang
kinerja puskesmas
UPAYA KESEHATAN DI PUSKESMAS
UPAYA KESEHATAN WAJIB UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN

Definisi: Definisi:
- upaya yang ditetapkan berdasarkan - upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global permasalahan kesehatan yang ditemukan
serta yang mempunyai daya ungkit tinggi di masyarakat serta yang disesuaikan
untuk peningkatan derajat kesehatan dengan kemampuan puskesmas
masyarakat. - Dipilih dari daftar kesehatan Puskesmas
- Harus diselenggarakan oleh seluruh yang telah ada
Puskesmas di Indonesia
Terdiri dari: Terdiri dari:
a. Upaya Promosi Kesehatan a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Lingkungan b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Keluarga Berencana d. Upaya Kesehatan Kerja
d. Upaya Perbaikan Gizi e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan f. Upaya Kesehatan Jiwa
Penyakit Menular g. Upaya Kesehatan Mata
f. Upaya Pengobatan h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
AZAS PENYELENGGARAAN PUSKESMAS
tanggung jawab atau kewajiban puskes
AZAS PERTANGGUNGJAWABAN WILAYAH puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya
AZAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap
upaya puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu
dihimpun melalui pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP).

AZAS KETERPADUAN a. Keterpaduan lintas program: upaya memadukan


penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab puskesmas
b. Keterpaduan lintas sektor: upaya memadukan penyelenggaraan
upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan
berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk
organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha
AZAS RUJUKAN Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah
kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan
dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
CONTOH AZAS KETERPADUAN
KETERPADUAN LINTAS PROGRAM KETERPADUAN LINTAS SEKTOR
1. MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT 1. UPAYA KESEHATAN SEKOLAH : dgn camat,
(MTBS) : KIA dengan P2M, Gizi, lurah/kepala desa, pendidikan, agama
Promosi Kesehatan, Pengobatan 2. UPAYA PROMOSI KESEHATAN: dgn camat,
2. UPAYA KESEHATAN SEKOLAH (UPS): lurah/kepala desa, pendidikan, agama,
Kesling dengan PromKes, pertanian
pengobatan, kesehatan gigi, 3. UPAYA KIA : dgn camat, lurah/kepala desa,
kesehatan reproduksi remaja dan organisasi profesi, organisasi
kesehatan jiwa kemasyarakatan, PKK, PLKB
3. PUSKESMAS KELILING: pengobatan 4. UPAYA PERBAIKAN GIZI: dgn camat,
dengan KIA/KB, Gizi, PromKes, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan,
Kesehatan gigi agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB
4. POSYANDU: KIA dengan KB, Gizi, P2M, 5. UPAYA PEMBIAYAAN dan JAMINAN
Kesehatan Jiwa, PromKes KESEHATAN: dgn camat, lurah/kepala desa, ,
tenaga kerja, kperasi, dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan
AZAS RUJUKAN
SIMPUS
sistem untuk mengambil keputusan
(SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS)
SOAL
(KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS)
diberikan saat zoom
Di bawah ini bukan fungsi dari Puskesmas adalah …
A. Pusat penggerak penyembuhan
B. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat strata pertama
C. Pusat penggerak pembangunan
D. Pusat pelayanan kesehatan perorangan strata pertama
E. Pusat pemberdayaan masyarakat

Jawaban: A. Pusat penggerak penyembuhan


Fungsi Puskesmas
Pusat penggerak pembangunan berwawasan Kesehatan
Pusat pemberdayaan masyarakat
Pusat pelayanan Kesehatan strata pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan
Azas penyelenggaraan Puskemas adalah …
A. Azas lanjutan
B. Azas pengembangan masyarakat
C. Azas kesetaraan
D. Azas pertanggungjawaban pusat
E. Azas keterpaduan

Jawaban: E. Azas keterpaduan


Upaya kesehatan di Puskesmas terdiri dari upaya kesehatan
wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Di bawah ini
termasuk upaya kesehatan wajib adalah …
A. Upaya kesehatan sekolah
B. Upaya kesehatan usia lanjut
C. Upaya perbaikan gizi
D. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
E. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

Jawaban: C. Upaya perbaikan gizi


Di Puskesmas terdapat Badan Penyantun Puskesmas. Di
bawah ini bukan termasuk fungsi dari Badan Penyantun
Puskesmas adalah …
A. To communicate
B. To serve
C. To watch
D. To advocate
E. B dan C

Jawaban: A. To communicate
Puskesmas berperan sebagai Pembina dengan sarana
pelayanan kesehatan. Di bawah ini termasuk saranan
pelayanan kesehatan yang dibina oleh Puskesmas adalah …
A. Pos obat desa
B. Poliklinik
C. Balai Kesehatan Masyarakat
D. Praktik Bidan
E. Semua benar

Jawaban: A. Pos obat desa

Anda mungkin juga menyukai