TINJAUAN
A. Tinjauan Umum
2.1 Puskesmas
2.1.1 Definisi
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas. Pelayanan kefarmasian didefinisikan sebagai suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sedangkan,
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
1
rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan
perencanaan adalah untuk mendapatkan: (Permenkes,
2016)
- Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan
kesehatan yang mendekati kebutuhan;
- Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan
- Meningkatkan efisiensi penggunaan obat perencanaan
kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai di Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh
ruang farmasi di Puskesmas.
b. Permintaan
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai adalah memenuhi kebutuhan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas,
sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah
setempat. (Permenkes, 2016)
c. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai dari Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara
mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuan penerimaan adalah agar sediaan farmasi yang
diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan
yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan
keamanan, khasiat, dan mutu. (Permenkes, 2016)
2
d. Penyimpanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan
terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman (tidak
hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Tujuan penyimpanan adalah agar mutu sediaan
farmasi yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut: (Permenkes, 2016)
- Bentuk dan jenis sediaan;
- Kondisi yang dipersyarakan dalam penandaan di
kemasan sediaan farmasi, seperti suhu penyimpanan,
cahaya, dan kelembaban;
- Mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
- Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
- Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak
dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi.
e. Penditribusian
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan
penyerahan secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan
jaringannya. Tujuan pendistribusian adalah untuk
memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub unit pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan
3
jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub di
puskesmas dan jaringannya antara lain: (Permenkes, 2016)
- Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan
Puskesmas;
- Puskesmas pembantu;
- Puskesmas keliling;
- Posyandu; dan
- Polindes.
f. Pengendalian
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi
dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Tujuan pengendalian adalah
agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian sediaan farmasi
terdiri dari penegendalian persediaan, pengendalian
penggunaan, dan penanganan sediaan farmasi hilang,
rusak, dan kadaluarsa.
4
Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang
izin edarnya dicabut oleh Menteri. (Permenkes, 2016)
5
- Stabilitas dan ketersediaan;
- Aturan dan cara penggunaan; dan
- Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat).
c. Persyaratan klinis meliputi:
- Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan
obat;
- Duplikasi pengobatan;
- Alergi, interaksi dan efek samping obat;
- Kontraindikasi; dan Efek adiktif.
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan:
- Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga
kesehatan lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan
masyarakat;
- Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan obat (contoh: kebijakan
permintaan obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat
penyimpanan yang memadai); dan
- Menunjang penggunaan obat yang rasional.
c. Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk
mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang
berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan
rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya
konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
6
penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas,
cara penyimpanan dan penggunaan obat. (Permenkes,
2016)
d. Visite
Ronde/Visite Pasien merupakan kegiatan kunjungan
ke pasien rawat inap yang dilakukan secara mandiri atau
bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, dan lain-lain. (Permenkes, 2016)
7
2.2 Apotek
2.2.1 Definisi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek definisi apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan
dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
8
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya
memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi.
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara
alfabetis.
9
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standard/ketentuan peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
Menteri.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis
dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stock baik dengan cara manual atau
elektronik. Kartu stock sekurangkurangnya memuat nama
obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.
10
keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal
merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya. Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan
pelaporan akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan
pemberian informasi obat.
d. Konseling
11
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk
mengawali konseling, Apoteker menggunakan Three Prime
Questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah,
perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model.
Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami obat yang digunakan.
12
2.3 Pedagang Besar Farmasi (PBF)
2.3.1 Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesahatan Republik Indonsia
Nomor 1148/MENKES/PER/VI tahun 2011 definisi Pedagang Besar
Farmasi yang selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan
berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah
besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan
PBF Cabang adalah cabang PBF yang telah memiliki pengakuan
untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat
dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
13
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
14
dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Pengakuan
PBF Cabang berlaku mengikuti jangka waktu izin PBF. Untuk
memperoleh izin PBF pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
15
pemohon.
- Susunan direksi/pengurus;
16
- Dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan; atau
17
Pedoman teknis CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Badan ini. Pasal 3 (1) Industri dalam melaksanakan
kegiatan distribusi bahan obat dan/atau obat wajib menerapkan
pedoman teknis CDOB. (2) Pedoman teknis CDOB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 secara mutatis mutandis berlaku juga bagi
Industri Farmasi dalam melaksanakan kegiatan distribusi. Pasal 4 (1)
untuk membuktikan penerapan pedoman teknis CDOB, PBF, dan
PBF Cabang wajib memiliki Sertifikat CDOB. (2) Sertifikat CDOB
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Kepala Badan.
(3) Tata cara penerbitan Sertifikat CDOB sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB III SANKSI ADMINISTRATIF pada Pasal 5 ayat (1)
Setiap PBF, PBF Cabang, Instalasi Sediaan Farmasi, dan Industri
Farmasi yang melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 ayat (1),
dan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Badan ini dikenai sanksi administratif
sebagai berikut:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan; dan/atau
c. pencabutan Sertifikat CDOB.
18
B. Tinjauan Khusus
2.1 Rumah Sakit
2.2 Puskesmas
2.3 Apotek
2.3.1 Apotek Kimia Farma Nusa Indah
Apotek dikelola oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek
yang telah memiliki Surat Izin Prakik Apoteker (SIPA) serta
memiliki 1 apoteker pendamping dan 3 asisten apoteker. Praktik
kefarmasian di Apotek meliputi pengelolaan sediaan farmasi, bahan
medis habis pakai dan alat kesehatan serta pelayanan farmasi klinik.
1. Struktur Organisasi
Apoteker Penanggung
Jawab
Apoteker Pendamping
19
Menggunakan perkiraan lead time
Rumus A = (B+C+D)-E
A : rencana pengadaan
B: Pemakatan rata-rata
C: buffer stock
D: lead time
E : sisa stok
b. Pengadaan
Sudah tersistem dari pusat
Membuat RKO, forecasting (pola konsumsi, pola penyakit)
Pengadaan per 2 minggu (dalam 1 bulan)
PBF : Enseval, APL, dan AAM
Sesama Kimia Farma : sistem droping dengan surat
pesanan
c. Penerimaan
Menggunakan perkiraan lead time
Ketika barang pesanan tiba, dipastian beberapa hal berikut :
Kesesuaian jenis barang, jumlah, mutu, dan harga
dalam surat pesanan dengan kondisi diterima
Alamat apotek dipastian sudah benar
d. Penyimpanan
Sistem FIFO/FEFO
Alfabetis
Bentuk sediaan
Kelas terapi
Suhu
Untuk obat LASA di beri jarak 2 kotak
e. Pemusnahan
20
Resep > 5 tahun dimusnahkan dengan cara dibakar (surat
berita acara)
Penarikan oleh BPOM (untuk sediaan tidak memenuhi
standart) dengan syarat adanya laporan
Penarikan oleh PBF (biasanya dilakukan 3 bulan sebelum
ED), lalu diretur/pengembalian (tergantung PBF)
Alat pemusnah obat : mobil incinerator
Untuk sediaan padat dihancurkan, sediaan liquid/cair
dinetralkan terlebih dahulu dengan air lalu dibuang di
tong/tempat khusus sementara untuk sediaan semi padat
dapat langsung dibuang ke tong/tempat khusus.
f. Pengendalian
Menggunakan kartu stok elektronik
Menggunakan kartu stok manual (narkotik dan psikotropik,
OOT dan prekursor)
Menggunakan sistem pos
g. Pencatatan
Penyimpanan dan pengendalian dengan kartu stok
Pengadaan hingga penerimaandesertai faktur/nota
Penyerahan kepada pasien disertai struk penbelian untuk
pasien baik elektronik maupun struk dalam bentu fisik.
h. Pelaporan
Internal : keuangan, barang, dan lain-lain
Entry faktur tiap minggu di hari senin
Rekapan perbulan berupa :
Pembelian
Omset
Eksternal
Pelaporan narkotik
Pelaporan psikotropik
21
3. Pelayanan Farmasi Klinik
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pelayanan farmasi klinik di Apotek Kimia Farma Nusa
Indah melakukan pengkajian Dan pelayanan resep yang
dilakukan oleh Apoteker yang mengkaji atau menskrining
resep sesuai dengan persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik, dan persyratan klinis.
b. Dispensing
Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan (menghitung
Dan mengambil obat yang dibutuhkan)
Melakukan peracikan obat bila di perlukan
Memberikan etiket pitih/biru sesuai dengan sediaan obat
Masukkan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah
d. Konseling
Konseling di Apotek di lakukan oleh Apoteker dengan
memberikan pemahaman lebih jelas kepasien untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan prilaku dalam
penggunaan obat.
22
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
PTO di Apotek dilakukan dengan pemberian obat
dipantau selama 6 bulan, jika tidak ada perubahan maka obat
akan diganti.
23
apoteker, No. surat pesanan, nama PBF, nama barang yang dipesan
dan jumlah barang yang dipesan. Untuk surat pesanan obat
precursor hampir sama dengan surat pesanan obat bebas, namun
dalam surat pesanan obat precursor berisi zat aktif obat, bentuk
sediaan/kekuatan obat dan nomor izin apotek.
c. Penerimaan
Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira menerima
pesanan menerima pesanan dari PBF melalui bagian pengadaan
sesuai dengan SP serta faktur yang kemudian akan dilakukan
pemeriksaan oleh petugas Apotek yaitu memeriksa legalitas faktur
mencakup identitas instalasi pemesan dan identitas distributor.
Kemudian petugas Apotek mencocokkan faktur dengan sediaan
farmasi, mencakup : kesesuaian nama barang, jumlah, kebenaran
harga, keutuhan kemasan, kebenaran label, tanggal ED (Expired
date) dan nomor batch. Setelah semua barang sesuai dengan
pesanan maka faktur diparaf dan di stempel sebagai bukti
penerimaan barang dan faktur akan diserahkan ke apotek sebagai
arsip.
Tetapi jika terjadi ketidaksesuaian barang, maka pihak
Apotek mengembalikan barang tersebut disertai dengan bukti
returnya. Faktur yang asli diberikan kepada PBF dan yang lainnya
disimpan sebagai arsip Apotek. Petugas apotek atau Asisten
Apoteker hanya menerima obat-obat obat bebas, obat bebas
terbatas dan obat keras sedangkan untuk obat Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor diterima oleh Apoteker karena obat-
obat tersebut dilindungi oleh undang-undang.
d. Penyimpanan
Obat-obat yang disimpan di Instalasi Farmasi (Apotek)
Klinik Utama Zaira akan dikeluarkan dengan sistem gabungan
yaitu FIFO (first in first out) dan FEFO (First Expired First Out).
24
Penyimpanan obat di Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik
Utama Zaira diletakkan di lemari rak dan etalase obat sesuai
bentuk sediaan, disusun secara alfabetis yaitu berdasarkan abjad
(A-Z) dan berdasarkan suhu yaitu obat-obat yang harus disimpan
dilemari pendingin seperti suppositoria. Khusus untuk narkotika
dan psikotropika disimpan di lemari khusus yang memiliki dua
pintu dan dua kunci yang dipegang oleh apoteker atau asisten
apoteker. Penyimpanan prekursor di lemarikhusus dan diberi label.
e. Pemusnahan
Pemusnahan di Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama
Zaira yaitu Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa
atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin
kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
menggunakan Formulir 1. Sedangkan pemusnahan resep di
Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira dilakukan dalam
tempo 5 tahun dengan cara di hancurkan atau di bakar dengan
membuat laporan pemusnahan resep, membuat berita acara yang di
tandatangani oleh Apoteker dan saksi dalam pelaksana
pemusnahan resep.
f. Pengendalian
Pengendalian obat di Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik
Utama Zaira menggunakan kartu stok untuk mengetahui obat yang
masuk dan obat yang keluar, buku agenda expired untuk
mengetahui obat yang kadaluarsa, barang kosong ditulis dibuku
agar bisa dipesan kembali begitu juga dengan obat narkotik dan
25
psikotropik pengendaliannya tetap menggunakan kartu stock.
Pengendalian obat juga menggunakan system uji petik dimana
kegiatan tersebut dilakukan dengan mengecek kembali dan
mengontrol obat yang masih layakdigunakan.
g. Pencatatan
Pencatatan di Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama
Zaira meliputi Pencatatan kartu stok, buku agenda expired, buku
barang kosong, buku arsip resep, buku pembelian sediaan farmasi
dan buku pencatatan obat psikotropika dan prekusor. Pencatatan
bertujuan untuk mengecek sisa jumlah obat dan tanggal kadaluarsa
obat, pencatatan laporan resep dilakukan setiap 1 bulan sekali
bertujuan untuk memisahkan resep yang terdapat obat
psikotropika, pencatatan resep OKT, pencatatan defekta (catatan
sementara untuk mengetahui stock obat yang sudah mulai habis).
h. Pelaporan
Pada Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira untuk
obat bebas, bebas terbatas dan obat keras tidak ada melakukan
pelaporan ke Dinkes Kota ataupun BPOM.
Pelaporan narkotik dan psikotropika dilakukan sebulan
sekali, dibuat 4 rangkap untuk Dinas Kesehatan Kota Jambi dengan
Tembusan Dinas Kesehatan Kota Provinsi Jambi, Balai POM
Jambi secara online dan untuk arsip Apotek. Pelaporan narkotik
dan psikotropik juga dapat dilakukan secara online melalui situs
SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotik dan Psikotropik) yang
dilakukan oleh apoteker sebelum tanggal 10. Syarat pelaporan
OKT dan obat psikotropika yaitu apotek harus memiliki SIA (Surat
Izin Apotek) dan apoteker juga harus memiliki SIPA (Surat Izin
Praktik Apoteker). Contoh obat yang dilaporkan braxidin,
alprazolam, besanmag, codeine phosphate dan Mhorpine Sulfat.
Isi laporan narkotika atau Psikotropika adalah :
26
a) Nama obat, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, satuan.
b) Jumlah stok awal, jumlah pemasukan dari PBF dan
sarana.
c) Jumlah Pengeluaran obat untuk resep, sarana dan
pemusnahan jumlah stok akhir.
- Tanggal penulisanResep.
27
b. Dispensing
Pada Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira
melakukan dispensing obat yang terdiri dari penyiapan, penyerahan
dan pemberian informasi obat.
1) Menyiapkan obat sesuai dengan resep yang diberikan olehdokter
- No.Resep
- Tanggalresep
- Namapasien
- Aturanpakai
28
Berikut obat yang diberikan informasi obat :
29
d. Konseling
Konseling tidak di lakukan di apotek Instalasi Farmasi
(Apotek) Klinik Utama Zaira.
b. Pengadaan
pengadaan manual ke PBF
menggunakan SP ( surat pesanan )
pengadaan menggunakan elektronik / online ke PBF
( ANSEFAL )
obat BPJS menggunakan aplikasi ekatalok
30
c. Penerimaan
untuk narkotika wajib apoteker penanggung jawab (APA) yang
menerima
untuk precursor, psikotropika, obat-obat tertentu boleh Asisten
Apoteker yang menerima dengan syarat harus ada surat delegasi
Ketika barang pesanan tiba, dipastian beberapa hal berikut :
Kesesuaian jenis barang, jumlah, mutu, dan harga dalam surat
pesanan dengan kondisi diterima
d. Penyimpanan
Sistem FIFO/FEFO
Alfabetis
Bentuk sediaan
Kelas terapi
Suhu
f. Pengendalian
Kartu stok
g. Pencatatan
Buku defakta
Buku barang datang
Catatan penjualan
h. Pelaporan
Narkotik dan psikotropik dilaporkan melalui aplikasi ( SINAP )
31
Untuk obat regular pelaporan dalam bentuk stok opname, nilai
SO nya dikirim ke akuntan apotek
b. Dispensing
Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan (menghitung Dan
mengambil obat yang dibutuhkan)
Melakukan peracikan obat bila di perlukan
Memberikan etiket pitih/biru sesuai dengan sediaan obat
Masukkan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah
d. Konseling
Untuk konseling belum di terapkan di Apotek Bhakti Askes
1 karena di apotek Bhakti Askes 1 belum menyediakan ruangan
khusus konseling dan untuk belum terdapat pasien yang datang
untuk konseling
32
e. Home Pharmacy Care
Home pharmacy care di Apotek belum dilakukan karena
kondisi waktu
33
BAB III
PEMBAHASAN
A. Apotek
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira, Apotek
Bhakti Askes 1,berupa Perencanaan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan,
Pemusnahan dan Penarikkan, Pengendalian, Pencatatan, serta Pelaporan.
a. Perencanaan
Perencanaan di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama dimana dilihat dari pola konsumsi
dan pola epidemiologi/penyakit. Untuk Kimia Farma memiliki sedikit
perbedaan dimana apotek ini menggunakan prinsip PARETO ABC dalam
perencanaannya Perencanaan pada ketiga Apotek tersebut sudah sesuai
dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun
2016 yang menyatakan dalam membuat perencanaan perlu diperhatikan
pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Pengadaan di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana pengadaan dilakukan dengan
membuat Surat Pesananan (SP), melalui PBF, melalui sales. Pengadaan
pada ketiga Apotek tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016 yang menyatakan
pengadaan harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana dilakukan pengecekkan
kesesuaian Surat Pesanan (SP) dan Faktur, kondisi obat yang datang,
meliputi : jenis barang, jumlah, mutu, keutuhan kemasan, tanggal
34
kadaluwarsa, no batch, kebenaran label, kondisi fisik obat, bentuk sediaan
dan lain-lainnya. Penerimaan pada ketiga Apotek tersebut sudah sesuai
dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun
2016 yang menyatakan penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam Surat Pesanan (SP) dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
Penyimpanan di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana berdasarkan alfabetis/abjad,
golongan obat, bentuk sediaan, dan berdasarkan prinsip FEFO (First
Expire First Out) dan FIFO (First In First Out), suhu, dan kelas terapi.
Untuk Apotek Kimia Farma Nusa Indah obat LASA diberikan jarak 2
kotak. Penyimpanan pada ketiga Apotek tersebut sudah sesuai dengan
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016
yang menyatakan penyimpanan sediaan obat harus sesuai dengan kondisi
yang terjamin keamanan dan stabilitasnya, sistem penyimpanan dilakukan
dengan mmperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun
secara alfabetis, serta pengeluaran memakain sistem FEFO (First Expire
First Out) dan FIFO (First In First Out).
35
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yan
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
f. Pengendalian
Pengendalian di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana dilakukan untuk mengetahui
jumlah obat yang masuk dan keluar dengan dilihat dari kartu stock manual
dan elektronik. Pengendalian pada ketiga Apotek tersebut sudah sesuai
dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun
2016 yang menyatakan pengendalian dilakukn untuk mempertahankan
jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran, serta, pengendalian dilakukan menggunakan kartu stock baik
dengan cara manual ataupun elektronik.
g. Pencatatan
Pencatatan di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana pencatatan yang umumnya
dilakukan pada kartu stock dengan satu tujuan yaitu untuk menghindari
kekurangan stock/kelebihan stock, dan lainnya. Pencatatan pada Apotek
Bhakti Askes 1 juga menggunakan buku defakta. Sementara Apotek Zaira
pencatatan juga dilakukan dengan buku agenda expired, buku barang
kosong, buku arsip resep, buku pembelian sediaan farmasi dan buku
pencatatan obat psikotropika dan prekusor. Ketiga Apotek tersebut sudah
sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
tahun 2016 yang menyatakan pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dengan salah satu pencacatan di kartu stock.
36
h. Pelaporan
Pelaporan di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana pelaporan untuk obat
narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker penanggung jawab,
dengan pelaporan melalui Sistem Informasi Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika (SIPNAP), dimana pelaporan tersebut dilakukan 1 bulan
sekali paling lambat setiap sebelum tanggal 10. Pelaporan pada ketiga
Apotek tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016 yang menyatakan pelaporan
yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, melipti pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya.
37
b. Dispensing
Dispensing di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 memiliki pelaksanaan yang sama, dimana dimulai
dari penerimaan resep sampa obat diberikan kepada pasien dan pemberian
informasi mengenai obat tersebut. Dispensing pada ketiga Apotek tersebut
sudah sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 tahun 2016 yang menyatakan dispensing terdiri dari penyiapan,
penyerahan dan peberian informasi obat.
d. Konseling
Konseling di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 ada beberapa perbedaan, dimana untuk konseling
di Apotek Zaira dan Apotek Bhakti Askes 1 tidak dilaksanakan.
Sedangkan, untuk konseling di Apotek Kimia Farma Nusa Indah sudah
dilakukan. Konseling bertujuan untuk mengetahui informasi tentang obat
yang dikonsumsi, khususnya penggunaan jangka panjang, pasien yang
mempunyai penyakit kronik, pasien geriatri, dan pasien yang
membutuhkan konseling. Konseling pada Apotek Kimia Farma tersebut
38
sudah sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 tahun 2016 menyatakan konseling di sampaikan oleh Apoteker
kepada pasien/keluarga untuk meningktkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan prilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
39