Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN

A. Tinjauan Umum
2.1 Puskesmas
2.1.1 Definisi
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas. Pelayanan kefarmasian didefinisikan sebagai suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sedangkan,
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

2.1.2 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas


Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 74 tahun 2016 Pasal 2, Pengaturan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk:

- Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;

- Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan

- Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang


tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan


Medis Habis Pakai
a. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai untuk
menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi dalam

1
rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan
perencanaan adalah untuk mendapatkan: (Permenkes,
2016)
- Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan
kesehatan yang mendekati kebutuhan;
- Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan
- Meningkatkan efisiensi penggunaan obat perencanaan
kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai di Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh
ruang farmasi di Puskesmas.

b. Permintaan
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai adalah memenuhi kebutuhan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas,
sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah
setempat. (Permenkes, 2016)

c. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai dari Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara
mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuan penerimaan adalah agar sediaan farmasi yang
diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan
yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan
keamanan, khasiat, dan mutu. (Permenkes, 2016)

2
d. Penyimpanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan
terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman (tidak
hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Tujuan penyimpanan adalah agar mutu sediaan
farmasi yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut: (Permenkes, 2016)
- Bentuk dan jenis sediaan;
- Kondisi yang dipersyarakan dalam penandaan di
kemasan sediaan farmasi, seperti suhu penyimpanan,
cahaya, dan kelembaban;
- Mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
- Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
- Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak
dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi.

e. Penditribusian
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan
penyerahan secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan
jaringannya. Tujuan pendistribusian adalah untuk
memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub unit pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan

3
jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub di
puskesmas dan jaringannya antara lain: (Permenkes, 2016)
- Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan
Puskesmas;
- Puskesmas pembantu;
- Puskesmas keliling;
- Posyandu; dan
- Polindes.
f. Pengendalian
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi
dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Tujuan pengendalian adalah
agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian sediaan farmasi
terdiri dari penegendalian persediaan, pengendalian
penggunaan, dan penanganan sediaan farmasi hilang,
rusak, dan kadaluarsa.

g. Pemusnahan dan Penarikan


Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan
harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Penarikan
sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik
izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan

4
Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang
izin edarnya dicabut oleh Menteri. (Permenkes, 2016)

h. Pemantauan dan Evaluasi


Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 74 tahun 2016 mengenai pemantauan
dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan
tujuan untuk:
- Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan
dalam pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun
pemerataan pelayanan;
- Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai; dan
- Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja
pengelolaan.

2. Pelayanan Farmasi Klinik


a. Pelayanan dan Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun
rawat jalan. (Permenkes, 2016)
a. Persyaratan administrasi meliputi:
- Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien;
- Nama, dan paraf dokter;
- Tanggal resep; dan
- Ruangan/unit asal resep.
b. Persyaratan farmasetik meliputi:
- Bentuk dan kekuatan sediaan;
- Dosis dan jumlah obat;

5
- Stabilitas dan ketersediaan;
- Aturan dan cara penggunaan; dan
- Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat).
c. Persyaratan klinis meliputi:
- Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan
obat;
- Duplikasi pengobatan;
- Alergi, interaksi dan efek samping obat;
- Kontraindikasi; dan Efek adiktif.
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan:
- Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga
kesehatan lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan
masyarakat;
- Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan obat (contoh: kebijakan
permintaan obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat
penyimpanan yang memadai); dan
- Menunjang penggunaan obat yang rasional.

c. Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk
mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang
berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan
rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya
konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama

6
penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas,
cara penyimpanan dan penggunaan obat. (Permenkes,
2016)

d. Visite
Ronde/Visite Pasien merupakan kegiatan kunjungan
ke pasien rawat inap yang dilakukan secara mandiri atau
bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, dan lain-lain. (Permenkes, 2016)

e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan
kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis. (Permenkes, 2016)

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan proses
yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif, terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
(Permenkes, 2016)

g. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)


Evaluasi yang dimaksud yaitu kegiatan untuk
mengevaluasi penggunaan obat secara terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
(Permenkes, 2016)

7
2.2 Apotek
2.2.1 Definisi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek definisi apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.

2.2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Kefarmasian di Apotek.
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu
diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat.

b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan
dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima.

d. Penyimpanan
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi

8
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya
memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi.
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara
alfabetis.

e. Pemusnahan dan Penarikan


1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat
kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker
dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima)
tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan
oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan resep dan selanjutnya dilaporkan kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus

9
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standard/ketentuan peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
Menteri.

f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis
dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stock baik dengan cara manual atau
elektronik. Kartu stock sekurangkurangnya memuat nama
obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.

g. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan
eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang
digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi

10
keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal
merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya. Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan
pelaporan akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.

2. Pelayanan Farmasi Klinik


a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi,
kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis.

b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan
pemberian informasi obat.

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi
mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan
obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan
herbal serta informasi meliputi dosis, bentuk sediaan,
formulasi khusus, rute dan metoda pemberian,
farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif,
efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui,
efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat
fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.

d. Konseling

11
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk
mengawali konseling, Apoteker menggunakan Three Prime
Questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah,
perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model.
Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami obat yang digunakan.

e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy


Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga
dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat
kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan
pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping.

g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap
obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis.

12
2.3 Pedagang Besar Farmasi (PBF)
2.3.1 Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesahatan Republik Indonsia
Nomor 1148/MENKES/PER/VI tahun 2011 definisi Pedagang Besar
Farmasi yang selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan
berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah
besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan
PBF Cabang adalah cabang PBF yang telah memiliki pengakuan
untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat
dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2.3.2 Manajemen Perbekalan Di Pedagang Besar Farmasi (PBF)


Pengelolaan Perbekalan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan
dan pelaporan.
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan
pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan
masyarakat.

b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin

13
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.

d. Penyimpanan

- Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari


pabrik. Dalam hal pengecualian/darurat isi dipindahkan
pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru, wadah sekurang-kurangnya memuat nama
obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa;

- Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi


yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan
stabilitasnya;

- Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk


penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi;

- Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan


bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara
alfabetis; dan

- Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire


First Out) dan FIFO (First In First Out).

2.3.3 Syarat Perizinan


Setiap pendirian PBF wajib memiliki izin dari Direktur
Jenderal. Direktur Jenderal yang dimaksud adalah Direktur Jenderal
pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Setiap PBF dapat
mendirikan PBF Cabang, setiap pendirian PBF Cabang wajib
memperoleh pengakuan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di
wilayah PBF Cabang berada. Izin PBF berlaku selama 5 (lima) tahun

14
dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Pengakuan
PBF Cabang berlaku mengikuti jangka waktu izin PBF. Untuk
memperoleh izin PBF pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:

- Berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi;

- Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

- Memiliki secara tetap apoteker Warga Negara Indonesia sebagai


penanggung jawab;

- Komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pernah


terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi; dan

- Bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat melaksanakan


pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta dapat
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF.

Dalam hal permohonan dilakukan dalam rangka penanaman


modal, pemohon harus memperoleh persetujuan penanaman modal
dari instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman modal
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain memenuhi
persyaratan di atas, PBF yang akan menyalurkan bahan obat juga
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- Memiliki laboratorium yang mempunyai kemampuan untuk


pengujian bahan obat yang disalurkan sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan Direktur Jenderal; dan

- Memiliki gudang khusus tempat penyimpanan bahan obat yang


terpisah dari ruangan lain.

Terhadap permohonan izin PBF dikenai biaya sebagai


penerimaan negara bukan pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam hal permohonan izin PBF ditolak,
maka biaya yang telah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali oleh

15
pemohon.

2.3.4 Tata Cara Pemberian Izin PBF


Menurut Peraturan Menteri Kesahatan Republik Indonesia
Nomor 1148/MENKES/PER/VI tahun 2011 untuk memperoleh izin
PBF, pemohon harus mengajukan permohonan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM dengan menggunakan
contoh Formulir yang telah ditentukan. Permohonan harus ditanda
tangani oleh Direktu/Ketua dan Apoteker calon penanggung jawab
disertai dengan kelengkapan administratif sebagai berikut:

- Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/ identitas direktur/ ketua;

- Susunan direksi/pengurus;

- Pernyataan komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak


pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang farmasi;

- Akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan;

- Surat Tanda Daftar Perusahaan;

- Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;

- Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;

- Surat bukti penguasaan bangunan dan gudang; peta lokasi dan


denah bangunan;

- Surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker penanggung


jawab; dan

- Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker penanggung jawab.

Izin PBF dinyatakan tidak berlaku, apabila:

- Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang;

16
- Dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan; atau

- Izin PBF dicabut.

2.3.5 Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)


Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Nomor 9 tahun 2019 tentang pedoman teknis Cara Distribusi Obat
yang Baik (CDOB) pada BAB II pasal 2 di bahas tentang
PENERAPAN CDOB yang baik yaitu PBF, PBF Cabang, dan
Instalasi Sediaan Farmasi dalam menyelenggarakan pengadaan,
penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan obat wajib
menerapkan pedoman teknis CDOB meliputi:
1. Manajemen mutu;
2. Organisasi, manajemen, dan personalia;
3. Bangunan dan peralatan;
4. Operasional;
5. Inspeksi diri;
6. Keluhan, obat, dan/atau bahan obat kembalian, diduga palsu dan
penarikan kembali;
7. Transportasi;
8. Fasilitas distribusi berdasarkan kontrak;
9. Dokumentasi;
10. Ketentuan khusus bahan obat;
11. Ketentuan khusus produk rantai dingin; dan
12. Ketentuan khusus narkotika, psikotropika, dan prekursor
farmasi.

Pada pasal 4 (1) untuk membuktikan penerapan pedoman


teknis CDOB, PBF, dan PBF Cabang wajib memiliki Sertifikat
CDOB. (2) Sertifikat CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Kepala Badan. (3) Tata cara penerbitan Sertifikat
CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

17
Pedoman teknis CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Badan ini. Pasal 3 (1) Industri dalam melaksanakan
kegiatan distribusi bahan obat dan/atau obat wajib menerapkan
pedoman teknis CDOB. (2) Pedoman teknis CDOB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 secara mutatis mutandis berlaku juga bagi
Industri Farmasi dalam melaksanakan kegiatan distribusi. Pasal 4 (1)
untuk membuktikan penerapan pedoman teknis CDOB, PBF, dan
PBF Cabang wajib memiliki Sertifikat CDOB. (2) Sertifikat CDOB
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Kepala Badan.
(3) Tata cara penerbitan Sertifikat CDOB sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB III SANKSI ADMINISTRATIF pada Pasal 5 ayat (1)
Setiap PBF, PBF Cabang, Instalasi Sediaan Farmasi, dan Industri
Farmasi yang melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 ayat (1),
dan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Badan ini dikenai sanksi administratif
sebagai berikut:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan; dan/atau
c. pencabutan Sertifikat CDOB.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diberikan oleh Kepala Badan. Pasal 6 Pengenaan sanksi administratif
berupa pencabutan Sertifikat CDOB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf c diberikan dalam hal terjadi penyimpangan
penerapan CDOB yang mengakibatkan penyalahgunaan
pendistribusian Obat dan/atau Bahan Obat; atau PBF atau PBF
Cabang dengan sengaja melakukan tindakan yang mengakibatkan
tidak terlaksananya penerapan CDOB.

18
B. Tinjauan Khusus
2.1 Rumah Sakit
2.2 Puskesmas
2.3 Apotek
2.3.1 Apotek Kimia Farma Nusa Indah
Apotek dikelola oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek
yang telah memiliki Surat Izin Prakik Apoteker (SIPA) serta
memiliki 1 apoteker pendamping dan 3 asisten apoteker. Praktik
kefarmasian di Apotek meliputi pengelolaan sediaan farmasi, bahan
medis habis pakai dan alat kesehatan serta pelayanan farmasi klinik.

1. Struktur Organisasi

Apoteker Penanggung
Jawab

Apoteker Pendamping

Asisten Apoteker Asisten Apoteker Asisten Apoteker

2. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Bahan Medis Habis Pakai, dan


Alat Kesehatan
a. Perencanaan
 Berdarkan pola konsumsi, pola penyakit, budaya, dan
kemampuan masyarakat
 Menggunakan Prinsip PARETO ABC (melihat percentase
kumulatif dari jumlah pemakaian (nilai pakai), jumlah
investasi (nilai investasi) dan stor total nilai pakai dan nilai
investasi (nilai indeks kritis)
 Menggunakan metode buffer stock

19
 Menggunakan perkiraan lead time
 Rumus A = (B+C+D)-E
A : rencana pengadaan
B: Pemakatan rata-rata
C: buffer stock
D: lead time
E : sisa stok

b. Pengadaan
 Sudah tersistem dari pusat
 Membuat RKO, forecasting (pola konsumsi, pola penyakit)
 Pengadaan per 2 minggu (dalam 1 bulan)
 PBF : Enseval, APL, dan AAM
 Sesama Kimia Farma : sistem droping dengan surat
pesanan

c. Penerimaan
 Menggunakan perkiraan lead time
 Ketika barang pesanan tiba, dipastian beberapa hal berikut :
 Kesesuaian jenis barang, jumlah, mutu, dan harga
dalam surat pesanan dengan kondisi diterima
 Alamat apotek dipastian sudah benar

d. Penyimpanan
 Sistem FIFO/FEFO
 Alfabetis
 Bentuk sediaan
 Kelas terapi
 Suhu
 Untuk obat LASA di beri jarak 2 kotak

e. Pemusnahan

20
 Resep > 5 tahun dimusnahkan dengan cara dibakar (surat
berita acara)
 Penarikan oleh BPOM (untuk sediaan tidak memenuhi
standart) dengan syarat adanya laporan
 Penarikan oleh PBF (biasanya dilakukan 3 bulan sebelum
ED), lalu diretur/pengembalian (tergantung PBF)
 Alat pemusnah obat : mobil incinerator
 Untuk sediaan padat dihancurkan, sediaan liquid/cair
dinetralkan terlebih dahulu dengan air lalu dibuang di
tong/tempat khusus sementara untuk sediaan semi padat
dapat langsung dibuang ke tong/tempat khusus.

f. Pengendalian
 Menggunakan kartu stok elektronik
 Menggunakan kartu stok manual (narkotik dan psikotropik,
OOT dan prekursor)
 Menggunakan sistem pos

g. Pencatatan
 Penyimpanan dan pengendalian dengan kartu stok
 Pengadaan hingga penerimaandesertai faktur/nota
 Penyerahan kepada pasien disertai struk penbelian untuk
pasien baik elektronik maupun struk dalam bentu fisik.

h. Pelaporan
 Internal : keuangan, barang, dan lain-lain
 Entry faktur tiap minggu di hari senin
 Rekapan perbulan berupa :
 Pembelian
 Omset
 Eksternal
 Pelaporan narkotik
 Pelaporan psikotropik

21
3. Pelayanan Farmasi Klinik
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pelayanan farmasi klinik di Apotek Kimia Farma Nusa
Indah melakukan pengkajian Dan pelayanan resep yang
dilakukan oleh Apoteker yang mengkaji atau menskrining
resep sesuai dengan persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik, dan persyratan klinis.

b. Dispensing
 Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan (menghitung
Dan mengambil obat yang dibutuhkan)
 Melakukan peracikan obat bila di perlukan
 Memberikan etiket pitih/biru sesuai dengan sediaan obat
 Masukkan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat di Apotek di lakukan oleh
Apoteker dan Tenaga Teknis kesehatan secara lisan dengan
menyerahkan obat dan menjelaskan/ memberikan infromasi
terkait dosis, indikasi, aturan pakai, lama penggunaan dan efek
samping obat.

d. Konseling
Konseling di Apotek di lakukan oleh Apoteker dengan
memberikan pemahaman lebih jelas kepasien untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan prilaku dalam
penggunaan obat.

e. Pelayanan Home Pharmacy Care


Home pharmacy care di Apotek belum dilakukan
karena kondisi waktu.

22
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
PTO di Apotek dilakukan dengan pemberian obat
dipantau selama 6 bulan, jika tidak ada perubahan maka obat
akan diganti.

g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dilakukan di
Apotek Kimia Farma Nusa Indah untuk monitoring efek
samping obat biasanya dilakukan pada pasien yang menderita
penyakit kronis, pasien yang mengkonsumsi obat dalam jangka
panjang, dan untuk mengetahui efektivitas dan keamanan
penggunaan obat.

2.3.2 Apotek Zaira


1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis
Habis Pakai
a. Perencanaan
Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira dalam
membuat perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dengan menggunakan pola konsumsi dan pola
penyakit
b. Pengadaan
Kegiatan pengadaan di Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik
Utama Zaira dilakukan dengan cara mengirimkan surat pesanan
obat ke PBF. Pemesanan obat dilakukan setiap salah satu atau
beberapa persediaan obat sudah berkurang/habis. Pemesanan obat
ke PBF dilakukan dengan menggunakan via telepon, WhatsApp
dan Surat Pesanan (SP) berdasarkan golongan obat yang dipesan.
SP meliputi SP biasa, SP Prekursor, SP Narkotika dan
SPPsikotropika.
Surat pesanan biasanya berisi: nama apotek, alamat apotek,
nama apoteker penanggung jawab, SIPA apoteker dan paraf

23
apoteker, No. surat pesanan, nama PBF, nama barang yang dipesan
dan jumlah barang yang dipesan. Untuk surat pesanan obat
precursor hampir sama dengan surat pesanan obat bebas, namun
dalam surat pesanan obat precursor berisi zat aktif obat, bentuk
sediaan/kekuatan obat dan nomor izin apotek.

c. Penerimaan
Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira menerima
pesanan menerima pesanan dari PBF melalui bagian pengadaan
sesuai dengan SP serta faktur yang kemudian akan dilakukan
pemeriksaan oleh petugas Apotek yaitu memeriksa legalitas faktur
mencakup identitas instalasi pemesan dan identitas distributor.
Kemudian petugas Apotek mencocokkan faktur dengan sediaan
farmasi, mencakup : kesesuaian nama barang, jumlah, kebenaran
harga, keutuhan kemasan, kebenaran label, tanggal ED (Expired
date) dan nomor batch. Setelah semua barang sesuai dengan
pesanan maka faktur diparaf dan di stempel sebagai bukti
penerimaan barang dan faktur akan diserahkan ke apotek sebagai
arsip.
Tetapi jika terjadi ketidaksesuaian barang, maka pihak
Apotek mengembalikan barang tersebut disertai dengan bukti
returnya. Faktur yang asli diberikan kepada PBF dan yang lainnya
disimpan sebagai arsip Apotek. Petugas apotek atau Asisten
Apoteker hanya menerima obat-obat obat bebas, obat bebas
terbatas dan obat keras sedangkan untuk obat Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor diterima oleh Apoteker karena obat-
obat tersebut dilindungi oleh undang-undang.

d. Penyimpanan
Obat-obat yang disimpan di Instalasi Farmasi (Apotek)
Klinik Utama Zaira akan dikeluarkan dengan sistem gabungan
yaitu FIFO (first in first out) dan FEFO (First Expired First Out).

24
Penyimpanan obat di Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik
Utama Zaira diletakkan di lemari rak dan etalase obat sesuai
bentuk sediaan, disusun secara alfabetis yaitu berdasarkan abjad
(A-Z) dan berdasarkan suhu yaitu obat-obat yang harus disimpan
dilemari pendingin seperti suppositoria. Khusus untuk narkotika
dan psikotropika disimpan di lemari khusus yang memiliki dua
pintu dan dua kunci yang dipegang oleh apoteker atau asisten
apoteker. Penyimpanan prekursor di lemarikhusus dan diberi label.

e. Pemusnahan
Pemusnahan di Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama
Zaira yaitu Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa
atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin
kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
menggunakan Formulir 1. Sedangkan pemusnahan resep di
Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira dilakukan dalam
tempo 5 tahun dengan cara di hancurkan atau di bakar dengan
membuat laporan pemusnahan resep, membuat berita acara yang di
tandatangani oleh Apoteker dan saksi dalam pelaksana
pemusnahan resep.

f. Pengendalian
Pengendalian obat di Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik
Utama Zaira menggunakan kartu stok untuk mengetahui obat yang
masuk dan obat yang keluar, buku agenda expired untuk
mengetahui obat yang kadaluarsa, barang kosong ditulis dibuku
agar bisa dipesan kembali begitu juga dengan obat narkotik dan

25
psikotropik pengendaliannya tetap menggunakan kartu stock.
Pengendalian obat juga menggunakan system uji petik dimana
kegiatan tersebut dilakukan dengan mengecek kembali dan
mengontrol obat yang masih layakdigunakan.

g. Pencatatan
Pencatatan di Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama
Zaira meliputi Pencatatan kartu stok, buku agenda expired, buku
barang kosong, buku arsip resep, buku pembelian sediaan farmasi
dan buku pencatatan obat psikotropika dan prekusor. Pencatatan
bertujuan untuk mengecek sisa jumlah obat dan tanggal kadaluarsa
obat, pencatatan laporan resep dilakukan setiap 1 bulan sekali
bertujuan untuk memisahkan resep yang terdapat obat
psikotropika, pencatatan resep OKT, pencatatan defekta (catatan
sementara untuk mengetahui stock obat yang sudah mulai habis).

h. Pelaporan
Pada Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira untuk
obat bebas, bebas terbatas dan obat keras tidak ada melakukan
pelaporan ke Dinkes Kota ataupun BPOM.
Pelaporan narkotik dan psikotropika dilakukan sebulan
sekali, dibuat 4 rangkap untuk Dinas Kesehatan Kota Jambi dengan
Tembusan Dinas Kesehatan Kota Provinsi Jambi, Balai POM
Jambi secara online dan untuk arsip Apotek. Pelaporan narkotik
dan psikotropik juga dapat dilakukan secara online melalui situs
SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotik dan Psikotropik) yang
dilakukan oleh apoteker sebelum tanggal 10. Syarat pelaporan
OKT dan obat psikotropika yaitu apotek harus memiliki SIA (Surat
Izin Apotek) dan apoteker juga harus memiliki SIPA (Surat Izin
Praktik Apoteker). Contoh obat yang dilaporkan braxidin,
alprazolam, besanmag, codeine phosphate dan Mhorpine Sulfat.
Isi laporan narkotika atau Psikotropika adalah :

26
a) Nama obat, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, satuan.
b) Jumlah stok awal, jumlah pemasukan dari PBF dan
sarana.
c) Jumlah Pengeluaran obat untuk resep, sarana dan
pemusnahan jumlah stok akhir.

2. Pelayanan Farmasi Klinik


a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pada Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira dalam
pelayanan resep meliputi Resep diterima dari dokter dilakukan
skrining resep oleh apoteker dan asisten apoteker, lalu obat
disiapkan oleh asisten apoteker, lalu dikemas dan diberi etiket.
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi,
kesesuaianfarmasetik.
1) Kajian administrasimeliputi:

- Nama pasien, umur, jenis kelamin dan beratbadan.

- Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), parafdokter.

- Tanggal penulisanResep.

2) Kesesuaian Farmasetik: bentuk dan kekuatansediaan

3) Peracikan Obat dilakukan ditempat peracikan obat dengan


menggunakan lumpang dan alu untuk membuat sediaanpuyer.

Kriteria resep yang dilayani seperti obat-obat yang ditulis


dalam resep dokter dan untuk resep NAPZA harus mencantumkan
nama, umur dan alamat pasien, sedangkan tanpa resep dokter obat
golongan narkotika, dan psikotropika tidak dilayani. Untuk resep
OOT diberi garis kuning, resep prekursor diberi garis hijau,
narkotika diberi garis merah dan untuk psikotropika diberi
garisbiru.

27
b. Dispensing
Pada Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira
melakukan dispensing obat yang terdiri dari penyiapan, penyerahan
dan pemberian informasi obat.
1) Menyiapkan obat sesuai dengan resep yang diberikan olehdokter

- Menghitung jumlah obat yang dibutuhkan didalamresep

- Mengambil obat yang dibutuhkan didalam rak penyimpanan


dengan memperhatikan nama obat, jumlah obat, bentuk sediaan.
2) Melaksanakan peracikan obat bila terdapat obat racikan seperti
puyer, kapsul dansalep.
3) Melakukan pengemasan dan memberikan etiket obat, meliputi:

- No.Resep

- Tanggalresep

- Namapasien

- Aturanpakai

- Etiket berwarna putih untuk obatdalam/oral

- Etiket berwarna biru untuk obatluar

- Menuliskan label “DIHABISKAN” pada obat Antibiotik dan


Antijamur
- Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah
untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan
menghindari penggunaan yang salah

4) Penyerahan obat kepada pasien


Sebelum diserahkan kepada pasien dilakukan pemeriksaan
kembali kesesuaian obat dengan resep sebelum di serahkan kepada
pasien, setelah semuanya sesuai, obat bisa diserahkan kepada
pasien dan memberikan informasi obat. Informasi yang diberikan
kepada pasien yaitu indikasi obat, cara pemakaian, aturan pakai dan
waktupemakaian.

28
Berikut obat yang diberikan informasi obat :

- Antibiotik : harus dihabiskan selama 7 hari dan jika sediaan


berupa sirup maka cara pembuangan obat dengan cara di alirkan
di air yangmengalir.

- Inhaler : Berdiri atau duduk tegak. Lepaskan tutup inhaler lalu


kocok inhaler selama 5 detik. Miringkan kepala sedikit ke
belakang, lalu tarik napas dan embuskan napas panjang.
Masukkan inhaler di antara gigi dan tutup mulut hingga rapat.
Tekan inhaler dengan cepat untuk melepaskan obat. Tarik napas
segera setelah obat tersemprot keluar, lalu bernapaslah seperti
biasa selama 3–5 detik. Tahan napas selama 10 detik untuk
membiarkan obat masuk ke dalam paru-paru. Tunggu sekitar
30–60 detik sebelum mengambil isapan yang kedua

- Suppositoria : Cuci kedua tangan, lalu buka bungkus obat dan


lunakkan suppositoria dengan air putih atau dihangatkan dengan
genggaman tangan selama 10-15 detik. Jika suppositoria terlalu
lunak sebelum digunakan masukkan ke dalam lemari es. Ambil
posisi berbaring dengan memeluk guling, masukkan
suppositoria ke dalam anus dengan jari. Setelah obat
dimasukkan, rapatkan kedua kaki dan pertahankan posisi
tersebut hingga 5 menit. Cuci tangan kembali.

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan informasi obat kepada pasien pada Instalasi
Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira adalah obat diserahkan
kepada pasien dan Apoteker atau asisten apoteker memberikan
pelayanan informasi obat dari indikasi obat, cara pemakaian obat,
waktu pemakaian, aturan pemakaian dan cara penyimpanan obat.

29
d. Konseling
Konseling tidak di lakukan di apotek Instalasi Farmasi
(Apotek) Klinik Utama Zaira.

e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)


Kegiatan Home Pharmacy Care tidak di lakukan di apotek
Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira.

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Kegiatan Pemantauan Terapi Oba (PTO) tidak di lakukan di
apotek Instalasi Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira.

g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Kegiatan MESO tidak di lakukan di apotek Instalasi
Farmasi (Apotek) Klinik Utama Zaira.

2.3.3 Apotek Bhakti Askes 1


1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Bahan Medis
Habis Pakai
a. Perencanaan
 pola konsumsi
 pola epidemiologi ( berdasarkan penyakit yang sedang marak di
lokasi tersebut )

b. Pengadaan
 pengadaan manual ke PBF
 menggunakan SP ( surat pesanan )
 pengadaan menggunakan elektronik / online ke PBF
( ANSEFAL )
 obat BPJS menggunakan aplikasi ekatalok

30
c. Penerimaan
 untuk narkotika wajib apoteker penanggung jawab (APA) yang
menerima
 untuk precursor, psikotropika, obat-obat tertentu boleh Asisten
Apoteker yang menerima dengan syarat harus ada surat delegasi
 Ketika barang pesanan tiba, dipastian beberapa hal berikut :
 Kesesuaian jenis barang, jumlah, mutu, dan harga dalam surat
pesanan dengan kondisi diterima

d. Penyimpanan
 Sistem FIFO/FEFO
 Alfabetis
 Bentuk sediaan
 Kelas terapi
 Suhu

e. Pemusnahan dan Penarikan


 Sebelum expired date telah dilakukan peretrutan (dikembalikan)
 Dicabut izin edar
 Barang rusak

f. Pengendalian
 Kartu stok

g. Pencatatan
 Buku defakta
 Buku barang datang
 Catatan penjualan

h. Pelaporan
 Narkotik dan psikotropik dilaporkan melalui aplikasi ( SINAP )

31
 Untuk obat regular pelaporan dalam bentuk stok opname, nilai
SO nya dikirim ke akuntan apotek

2. Pelayanan Farmasi Klinik


a. Pengkajian dan Pelayanan resep
Pelayanan farmasi klinik di Apotek Bhakti Askes 1
melakukan pengkajian Dan pelayanan resep yang dilakukan oleh
tenaga kefarmasian ataupun apoteker yang mengkaji atau
menskrining resep sesuai dengan persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik, dan persyratan klinis.

b. Dispensing
 Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan (menghitung Dan
mengambil obat yang dibutuhkan)
 Melakukan peracikan obat bila di perlukan
 Memberikan etiket pitih/biru sesuai dengan sediaan obat
 Masukkan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat di Apotek di lakukan oleh
Apoteker dan Tenaga Teknis kesehatan secara lisan dengan
menyerahkan obat dan menjelaskan/ memberikan infromasi terkait
dosis, indikasi, aturan pakai, lama penggunaan dan efek samping
obat.

d. Konseling
Untuk konseling belum di terapkan di Apotek Bhakti Askes
1 karena di apotek Bhakti Askes 1 belum menyediakan ruangan
khusus konseling dan untuk belum terdapat pasien yang datang
untuk konseling

32
e. Home Pharmacy Care
Home pharmacy care di Apotek belum dilakukan karena
kondisi waktu

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Pemantauan terapi obat belum terlaksana karena di Apotek
Bhakti Askes 1 tidak melaksanakan rawat inap

g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Monitoring efek samping obat belum terlaksana karena
tidak adanya pasien yang dirawat inap

33
BAB III
PEMBAHASAN

A. Apotek
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira, Apotek
Bhakti Askes 1,berupa Perencanaan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan,
Pemusnahan dan Penarikkan, Pengendalian, Pencatatan, serta Pelaporan.
a. Perencanaan
Perencanaan di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama dimana dilihat dari pola konsumsi
dan pola epidemiologi/penyakit. Untuk Kimia Farma memiliki sedikit
perbedaan dimana apotek ini menggunakan prinsip PARETO ABC dalam
perencanaannya Perencanaan pada ketiga Apotek tersebut sudah sesuai
dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun
2016 yang menyatakan dalam membuat perencanaan perlu diperhatikan
pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.

b. Pengadaan
Pengadaan di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana pengadaan dilakukan dengan
membuat Surat Pesananan (SP), melalui PBF, melalui sales. Pengadaan
pada ketiga Apotek tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016 yang menyatakan
pengadaan harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

c. Penerimaan
Penerimaan di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana dilakukan pengecekkan
kesesuaian Surat Pesanan (SP) dan Faktur, kondisi obat yang datang,
meliputi : jenis barang, jumlah, mutu, keutuhan kemasan, tanggal

34
kadaluwarsa, no batch, kebenaran label, kondisi fisik obat, bentuk sediaan
dan lain-lainnya. Penerimaan pada ketiga Apotek tersebut sudah sesuai
dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun
2016 yang menyatakan penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam Surat Pesanan (SP) dengan kondisi fisik yang diterima.

d. Penyimpanan
Penyimpanan di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana berdasarkan alfabetis/abjad,
golongan obat, bentuk sediaan, dan berdasarkan prinsip FEFO (First
Expire First Out) dan FIFO (First In First Out), suhu, dan kelas terapi.
Untuk Apotek Kimia Farma Nusa Indah obat LASA diberikan jarak 2
kotak. Penyimpanan pada ketiga Apotek tersebut sudah sesuai dengan
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016
yang menyatakan penyimpanan sediaan obat harus sesuai dengan kondisi
yang terjamin keamanan dan stabilitasnya, sistem penyimpanan dilakukan
dengan mmperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun
secara alfabetis, serta pengeluaran memakain sistem FEFO (First Expire
First Out) dan FIFO (First In First Out).

e. Pemusnahan dan Penarikkan


Pemusnahan dan Penarikkan di Apotek Kimia Farma Nusa Indah,
Apotek Zaira, Apotek Bhakti Askes 1 memiliki beberapa persamaan
dimana obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan/ dicabut izin edar
sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Kemudian, pada Apotek KF Nusa
Indah dan Apotek Zaira, resep > 5 tahun dimusnahkan dengan cara dibakar
(surat berita acara) untuk pemusnahannya sudah pernah dilakukan dengan
membuat berita acara yang dibuat oleh Apoteker Pemusnahan dan
Penarikkan pada ketiga Apotek tersebut sudah sesuai dengan Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016 yang
menyatakan obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnakan sesuai dengan

35
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yan
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

f. Pengendalian
Pengendalian di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana dilakukan untuk mengetahui
jumlah obat yang masuk dan keluar dengan dilihat dari kartu stock manual
dan elektronik. Pengendalian pada ketiga Apotek tersebut sudah sesuai
dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun
2016 yang menyatakan pengendalian dilakukn untuk mempertahankan
jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran, serta, pengendalian dilakukan menggunakan kartu stock baik
dengan cara manual ataupun elektronik.

g. Pencatatan
Pencatatan di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana pencatatan yang umumnya
dilakukan pada kartu stock dengan satu tujuan yaitu untuk menghindari
kekurangan stock/kelebihan stock, dan lainnya. Pencatatan pada Apotek
Bhakti Askes 1 juga menggunakan buku defakta. Sementara Apotek Zaira
pencatatan juga dilakukan dengan buku agenda expired, buku barang
kosong, buku arsip resep, buku pembelian sediaan farmasi dan buku
pencatatan obat psikotropika dan prekusor. Ketiga Apotek tersebut sudah
sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
tahun 2016 yang menyatakan pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dengan salah satu pencacatan di kartu stock.

36
h. Pelaporan
Pelaporan di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana pelaporan untuk obat
narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker penanggung jawab,
dengan pelaporan melalui Sistem Informasi Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika (SIPNAP), dimana pelaporan tersebut dilakukan 1 bulan
sekali paling lambat setiap sebelum tanggal 10. Pelaporan pada ketiga
Apotek tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016 yang menyatakan pelaporan
yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, melipti pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya.

Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek


Zaira, Apotek Bhakti Askes 1 berupa Pengkajian dan Pelayanan Resep,
Dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), Konseling, Home Pharmacy
Care, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping Obat
(MESO).

a. Pengkajian dan Pelayanan Resep


Pengkajian dan Pelayanan Resep di Apotek Kimia Farma Nusa
Indah, Apotek Zaira, Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana saat
resep datang, resep tersebut diterima oleh Apoteker atau Asisten Apoteker,
kemudian dilakukan skrining resep, setelah itu menyiapkan obat serta
pelayanan informasi obat. Pengkajian dan Pelayanan Resep pada ketiga
Apotek tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016 menyatakan pengkajian dan
pelayanan resep disertakan pelayanan informasi obat dengan mengskrining
resep yang meliputi administrasi, farmasetik, dan klinis.

37
b. Dispensing
Dispensing di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 memiliki pelaksanaan yang sama, dimana dimulai
dari penerimaan resep sampa obat diberikan kepada pasien dan pemberian
informasi mengenai obat tersebut. Dispensing pada ketiga Apotek tersebut
sudah sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 tahun 2016 yang menyatakan dispensing terdiri dari penyiapan,
penyerahan dan peberian informasi obat.

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek Kimia Farma Nusa
Indah, Apotek Zaira, Apotek Bhakti Askes 1 hampir sama, dimana
penyampaian informasi obat dilakukan oleh Apoteker atau Asisten
Apoteker secara langsung ke pasien atau keluarga pasien yang terdiri atas
indikasi obat, dosis, aturan pakai, cara dan lama penggunaan, efek
samping, dan cara penyimpanan obat tersebut. Pelayanan Informasi Obat
(PIO) pada ketiga Apotek tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016 yang menyatakan
utuk pelayanana informasi obat ini disampaikan oleh Apoteker
penanggung jawab, dengan informasi yang meliputi dosis, bentuk sediaan,
formulasi khusus, rute dan metode pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, terapeutik dan alternatif, dan lain-lainnya.

d. Konseling
Konseling di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek Zaira,
Apotek Bhakti Askes 1 ada beberapa perbedaan, dimana untuk konseling
di Apotek Zaira dan Apotek Bhakti Askes 1 tidak dilaksanakan.
Sedangkan, untuk konseling di Apotek Kimia Farma Nusa Indah sudah
dilakukan. Konseling bertujuan untuk mengetahui informasi tentang obat
yang dikonsumsi, khususnya penggunaan jangka panjang, pasien yang
mempunyai penyakit kronik, pasien geriatri, dan pasien yang
membutuhkan konseling. Konseling pada Apotek Kimia Farma tersebut

38
sudah sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 tahun 2016 menyatakan konseling di sampaikan oleh Apoteker
kepada pasien/keluarga untuk meningktkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan prilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.

e. Home Pharmacy Care


Home Pharmacy Care di Apotek Kimia Farma Nusa Indah, Apotek
Zaira, Apotek Bhakti Askes 1 sama-sama belum terlaksana, dimana tidak
sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
tahun 2016.

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Pemantauan Terapi Obat (PTO) di Apotek Zaira dan Apotek Bhakti
Askes 1 sama-sama belum terlaksana, semenentara di Apotek Kimia
Farma Nusa Indah dilakukan dengan pemberian obat yang dipantau
selama 6 bulan, jika tidak ada perubahan maka obat akan diganti. PTO
untuk Apotek Kimia Farma Nusa Indah sesuai dengan Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016, dimana salah satu
poin dijelaskan mengenai kegiatan PTO yaitu dengan memberikan
rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana pemantauan
dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek
yang tidak dikehendaki.

g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) di Apotek Kimia Farma
Nusa Indah, Apotek Zaira, Apotek Bhakti Askes 1 sama-sama belum
terlaksana, dimana tidak sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016.

39

Anda mungkin juga menyukai