Disusun Oleh:
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Apoteker Pada
Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Institut Sains dan
Teknologi Nasional
Disusun Oleh :
Disetujui Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No.
394Siliwangi, Depok yang dilaksanakan pada tanggal 04-30 September 2018
dapat diselesaikan dengan baik. PKPA ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat
yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Institut Sains Dan Teknologi Nasional.
Disamping itu diharapkan calon Apoteker memperoleh tambahan pengetahuan
yang sangat berguna mengenai segala bentuk kegiatan di Apotek yang merupakan
salah satu tempat pengabdian Apoteker.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada bapakTedi Fawitra, S.Farm., Apt. selaku pembimbing PKPA di
Apotek Kimia Farma No. 394Siliwangi, Depok dan ibu Lia Puspitasari,.MSi.,
Apt.selaku pembimbing PKPA di Fakultas Farmasi ISTN yang telah berkenan
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, arahan
dan bimbingan selama proses PKPA. Tidak lupa kami berterima kasih kepada
semua pihak yang telah ikut serta membantu memberikan masukan dan penjelasan
dari berbagai bidang yaitu :
1. Dr. Refdanita, Msi, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut Sains Dan
Teknologi Nasional, Jakarta.
2. Okpri., MSi., Apt. selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Institus Sains Dan Teknologi Nasional, Jakarta
3. Lia Puspitasari,.MSi., Apt. selaku pembimbing PKPA di Fakultas Farmasi
ISTN.
4. Seluruh staf Apotek Kimia Farma No. 394 Siliwangi, Depok yang sangat baik
dan sabar dalam memberikan bimbingan selama kami PKPA di Apotek.
5. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi ISTN yang telah
memberikan banyak ilmu dan kemudahan selama menjalankan perkuliahan di
Fakultas Farmasi Institut Sains Dan Teknologi Nasional.
6. Orang tua, keluarga, dan sahabat yang selalu memberi dukungan dan
semangat yang tiada henti.
iii
7. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker ISTN Angkatan 35 atas dukungan
dan kebersamaan selama menempuh pendidikan.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, kami menerima segala kritik dan
saran untuk kebaikan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca
dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta kepustakaan Fakultas
Farmasi Institut Sains Dan Teknologi Nasional.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.2.4.2 Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinis ................................ 42
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 45
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 58
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 58
5.2 Saran ................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 60
LAMPIRAN .................................................................................................... 61
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Apotek
2.1.1 Definisi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker2.
2.1.2 Pesyaratan Pendirian Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 09 tahun 2017 tentang
Apotek persyaratan pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan lokasi,
persyaratan bangunan, persyaratan sarana, prasarana, dan peralatan dan
persyaratan ketenagaan.
a. Persyaratan lokasi diatur oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dengan mengatur persebaran Apotek di wilayahnya dan memperhatikan
akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian3.
b. Persyaratan bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan,
kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien
serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia. Bangunan Apotek
harus bersifat permanen dan dapat merupakan bagian dan/atau terpisah
dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah
susun, dan bangunan yang sejenis3.
c. Persyaratan Sarana, Prasarana dan Peralatan Apotek. Persyaratan
Prasarana paling sedikit terdiri atas instalasi air bersih; instalasi listrik;
sistem tata udara; dan sistem proteksi kebakaran.Persyaratan Peralatan
Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian. Persyaratan Sarana paling sedikit memiliki ruang
sebagai berikut:
1) penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set
komputer ;
4
5
a. Perencanaan
Sebelum membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
harus dilakukan melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.Hal ini dilakukan untuk menjamin kualitas
Pelayanan Kefarmasian.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
Beberapa hal yang harus dipahami tentang penyimpanan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai antara lain:
1. Obat / bahan obat disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat
nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
4. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First Out) dan
FIFO (First In First Out).
e. Pemusnahan
Produk farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai dengan
standar yang berlaku harus dimusnahkan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada pemusnahan sediaan farmasi antara lain:
11
dagang, maka Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat
generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas
persetujuan dokter dan/atau pasien.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 98 tahun 2015
tentang Pemberian Informasi Harga Eceran Tertinggi (HET), Apotek
dapat menjual obat dengan harga yang sama atau lebih rendah dari HET.
Dikecualikan dari ketentuan tersebut, Apotek dapat menjual obat dengan
harga lebih tinggi dari HET apabila harga yang tercantum pada label
sudah tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan harus
memberikan penjelasan kepada masyarakat.Apoteker di Apotek pada saat
memberikan pelayanan obat atas resep dokter wajib memberikan
informasi HET obat kepada pasien atau keluarga pasien. Selain itu,
Apoteker harus menginformasikan obat lain terutama obat generik yang
memiliki komponen aktif dengan kekuatan yang sama dengan obat yang
diresepkan yang tersedia pada Apotek kepada pasien atau keluarga
pasien.
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan, dan pemberian
informasi obat.Obat disiapkan sesuai dengan permintaan resep atau
melakukan peracikan bila diperlukan.Etiket diberikan dengan warna
putih untuk obat dalam/oral, warna biru untuk obat luar atau suntik.Obat
kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus
dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara
penulisan etiket dengan resep). Kemudian, memanggil nama dan nomor
tunggu pasien, memeriksa ulang identitas dan alamat pasien. Setelah itu
dilakukan penyerahan obat yang disertai pemberian informasi obat
meliputi informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan
obat seperti manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain.
14
2.4 Swamedikasi
Berdasarkan Permenkes No 73 2016 tentang Standar Pelayan
Kefarmasian swamedikasi sebagai Upaya masyarakat untuk mengobati
dirinya sendiri (UPDS). Menurut WHO (1998), self-medication adalah
kegiatan pemilihan dan penggunaan obat, baik obat moderen, herbal,
maupun obat tradisional, oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit
atau gejala penyakit yang disadari oleh orang tersebut. Apoteker harus
memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat non resep untuk
penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas, bebas terbatas ataupun obat
yang terdapat dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA).
Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter. Terdapat daftar obat
wajib Apotek yang dikeluarkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan
nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek, Keputusan
Menteri Kesehatan nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat
Wajib Apotek No.2, dan Keputusan Menteri Kesehatan nomor
1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.3.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
347/Menkes/Sk/VlI/1990 tentang Obat Wajib Apotek disebutkan bahwa
Apoteker di Apotek dalam melayani pasien yang memerlukan obat
diwajibkan :
1) Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang
disebutkan dalam Obat Wajib Apotek yang bersangkutan.
2) Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
3) Memberi informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,
efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 919 Tahun 1993,
obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam pelayanan
swamedikasi harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak
dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
19
golongan obat bebas terbatas oleh Apotek kepada Toko Obat hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat permintaan tertulis yang ditandatangani oleh
Tenaga Teknis Kefarmasian.
E. Pencatatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2015, dinyatakan bahwa Apotek wajib membuat pencatatan
pemasukan dan/atau pengeluaran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi. Pencatatan paling sedikit terdiri atas:
a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi
b. Jumlah persediaan
c. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d. Jumlah yang diterima
e. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan
f. Jumlah yang disalurkan/diserahkan
g. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau
penyaluran/penyerahan
h Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk Seluruh dokumen pencatatan,
dokumen penerimaan, dokumen penyaluran, dan/atau dokumen
penyerahan termasuk surat pesanan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi wajib disimpan secara terpisah paling singkat 3 (tiga)
tahun.
F. Pelaporan
Apotek wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap
bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
Kepala Balai setempat berdsarkan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun
2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi, Pelaporan paling sedikit
terdiri atas:
a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau
Prekursor Farmasi
24
tempat layanan dan key code. Setelah itu Apoteker juga memasukkan data
Apoteker Penanggung Jawab yang terdiri dari nama, nomor surat tanda
registrasi Apoteker (STRA), tanggal terbit STRA, telepon, email dan surat
pernyataan keaslian data asli.
Laporan di SIPNAP terdiri dari laporan pemakaian narkotika dan
psikotropika untuk bulan bersangkutan meliputi periode, status pelaporan,
jenis entry, produk, status transaksi, stok awal, pemasukan dari PBF (jika
ada transaksi), pemasukan dari sarana (jika ada transaksi), pengeluaran
untuk resep (jika ada transaksi), pengeluaran untuk sarana (jika ada
transaksi), status pemusnahan, nomor Berita Acara Pemusnahan (BAP),
tanggal BAP, jumlah yang dimusnahkan, dan stok akhir. Setelah dilakukan
input dan pengiriman laporan dalam SIPNAP, maka rekapitulasi pelaporan
dapat diunduh dan disimpan kemudian ditampilkan dalam format file excel
untuk dicetak dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA).
Password dan username untuk login ke dalam SIPNAP didapatkan setelah
melakukan registrasi pada Dinas Kesehatan setempat.
Melalui server tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
melihat hasil laporan yang telah dikirimkan ke server Kementerian
Kesehatan.Dinas Kesehatan Provinsi bertugas untuk mengecek pengiriman
laporan yang telah dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melalui server SIPNAP tersebut.Selain itu, Dinas Kesehatan Provinsi juga
melakukan pembinaan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui
sosialisasi dan pelatihan software SIPNAP serta memberi teguran kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang belum mengirimkan laporannya.
H. Pemusnahan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2015, dinyatakan bahwa pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan dalam hal:
a. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku
dan/atau tidak dapat diolah kembali
b. Telah kadaluarsa
26
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
27
28
1. Innovative
Budaya berpikir out of the box, smart dan kreatif untuk membangun
produk unggulan
2. Customer First
Mengutamakan pelanggan sebagai mitra kerja
30
3. Accountable
Dengan senantiasa bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan
oleh perusahaan dengan memegang teguh profesialisme, integritas dan
kerja sama
4. Responsible
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat
sasaran dan dapat diandalkan, serta senantiasa berusaha untuk tegar
dan bijaksana dalam menghadapi setiap masalah
5. Eco-Friendly
Menciptakan dan menyediakan baik produk maupun jasa layanan
yang ramah lingkungan.
5 K sebagai ruh Budaya Perusahaan, terdiri dari:
1) Kerja Ikhlas
Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan bersama
2) Kerja Cerdas
Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan memberikan solusi
yang tepat
3) Kerja Keras
Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap kemampuan
untuk mendapatkan hasil terbaik
4) Kerja Antusias
Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan semangat untuk
mencapai tujuan bersama
5) Kerja Tuntas
Melakukan pekerjaan secara teratur dan selesai untuk menghasilkan
output yang maksimal sesuai dengan harapan
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk dipimpin oleh seorang Direktur
Utama yang membawahi 4 direktur, yaitu Direktur Supply Chain, Direktur
Pengembangan, Direktur Keuangan danDirekturUmum. Struktur organisasi
PT. Kimia Farma (Persero) dapat dilihat pada Lampiran 1.
31
psikotropika diletakkan diatas meja racik yang tidak terlihat dari luar
dengan dilengkapi dua kunci yang berbeda.
Tempat peracikan obat berada dibawah lemari penyimpanan
narkotika dan psikotropika. Di meja racik terdapat timbangan,
lumpang dan alu, mesin perekat kantung kertas puyer, lemari tempat
menaruh cangkang kapsul, perkamen, sudip dan kantung kertas puyer.
Meja racik merupakan tempat aktivitas penyiapan, pembuatan dan
peracikan obat hingga diberikan etiket sebelum diserahkan ke pasien.
3.2.4 Kegiatan Di Apotek Kimia Farma No. 394
Apotek Kimia Farma No. 394melaksanakan kegiatan pelayanan
kefarmasian mulai pukul 07.00 – 23.00 WIB dan 7 hari dalam seminggu.
Kegiatan pelayanan dibagi menjadi 2 shift, yaitu shift pertama dimulai jam
7.00-15.00 dan shift kedua dimulai jam 15.00-23.00.Berikut adalah kegiatan
yang dilakukan pada Apotek Kimia FarmaNo. 394.
3.2.4.1 Pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP di apotek Kimia Farma
No 394
a. Perencanaan
Perencanaan pengadaan barang dilakukan berdasarkan history
penjualan periode sebelumnya dan buku defekta. Dilakukananalisa
jumlah dan jenis barang yang dibutuhkan melalui sistem pareto. Dengan
demikian dapat segera diketahui jenis obat yang bersifat slow moving
maupun fast moving sehingga pembelian barang menjadi lebih
efektif.Pareto dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Pareto A: Pemesanan 1-80% total item &menghasilkan 80% omset
2) Pareto B: Pemesanan 81-90 % total item menghasilkan 15 % omset
3) Pareto C : Pemesanan 91-100 % total item menghasilkan 5% omset
Selain itu, juga diperhatikan epidemiologi penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat dan trend baru atau iklan yang
sedang populer di masyarakat.
b. Pengadaan
Pengadaanmerupakansuatu proses kegiatan yang bertujuan agar
tersedia sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai
38
berupa produk yang baru beredar di pasaran atau produk yang baru
berada dalam listing. Produk-produk konsinyasi yang terdapat di
Apotek Kimia Farma No. 394 antara lain suplemen kesehatan, yaitu
Sea Quill, Nature’s Health, dan Wellness.
4) Dropping
Dropping dilakukan jika barang yang diminta tidak ada dalam
persediaan dan dilakukan untuk menghindari penolakan resep atau
obat. Misalnya, suatu Apotek 1 membutuhkan obat A dan meminta
barang ke Apotek 2. Apotek 1 akan menghubungi Apotek 2 untuk
mengecek ketersediaan obat A. Jika obat tersedia, Apotek 1 membuat
BPBA (Bon/Bukti Permintaan Barang Apotek) ke Apotek 2 yang
berisi nama obat + jumlahnya. Apotek 2 kemudian akan memberikan
barang disertai bukti dropping ke Apotek 1. Penjualan obat A akan
masuk ke omzet apotek 1, dengan adanya dropping maka nilai
pembelian di Apotek 1 akan bertambah senilai obat A, sedangkan di
Apotek 2, nilai pembeliannya akan berkurang senilai obat A juga.
5) Pengadaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Pemesanan Narkotika dilakukan dengan pesanan tertulis melalui
Surat Pesanan Narkotika (Lampiran 6) ke PBF PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Surat Pesanan Narkotika harus ditandatangani oleh
Apoteker Penanggung Jawab dengan mencantumkan nama jelas,
nomor SIK, SIA, dan stempel apotek. Satu Surat Pesanan terdiri dari
rangkap empat dan hanya dapat memesan satu jenis obat Narkotika.
Untuk obat golongan psikotropika dapat dipesan di PBF resmi, dengan
menggunakan Surat Pesanan Psikotropika (Lampiran 7) model khusus
dan ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab dengan
mencantumkan nomor SIPA. Surat pemesanan psikotropika ini dibuat
rangkap dua dan berbeda dengan surat pesanan narkotika, surat
pesanan obat psikotropika dapat digunakan untuk memesanan
beberapa jenis psikotropika. Menurut UU No. 3 Tahun 2015 mengenai
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, pengadaan obat-obat Prekursor,
40
yakni zat atau bahan pemula atau bahan kimia yangdapat digunakan
sebagai bahan baku untuk keperluan proses produksi industri farmasi,
produk antara, produk ruahan, dan atau produk jadi yang mengandung
ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine atau phenylpropanolamine,
ergotamin, ergometrine, dan kalium permanganat, diwajibkan
menggunakan surat pesanan khusus. Dalam satu surat pesanan
prekursor (Lampiran 8) dapat digunakan untuk satu atau beberapa
jenis prekursor.
c.Penerimaan
Setiap barang yang datang dari distributor dilakukan penerimaan
dan pemeriksaan terhadap barang-barang tersebut. Pemeriksaan yang
dilakukan antara lain pemeriksaan kecocokan antara faktur dan surat
pesanan, kemudian dilakukan pemeriksaan dengan stok fisik barang yang
datang dengan stok barang yang tercantum di faktur. Setelah dilakukan
pemeriksaan kemudaian dibuat tanda terima di faktur dengan
ditandatangani dan diberi stempel apotek.
d.Penyimpanan
Barang yang datang setelah diperiksa kelengkapannya, langsung
disimpan di ruang penyimpanan barang untuk pelayanan resep dan di
swalayan farmasi. Penyimpanan barang disusun berdasarkan sifat
farmakologi dan secara alfabetis, suhu penyimpanan, golongan obat (obat
generik, BPJS, narkotika atau psikotropika) serta bentuk sediaan. Untuk
obat-obat yang dapat dibeli secara bebas, diletakkan dibagian swalayan
agar mudah dilihat oleh pembeli.
e.Pemusnahan dan Penarikan
Prosedur pemusnahan narkotika dan/atau psikotropika dilakukan
sebagai berikut:
1) APA (Apoteker Pengelola Apotek) membuat dan menandatangani
surat permohonan pemusnahan narkotika dan/atau psikotropika yang
berisi jenis dan jumlah yang rusak atau tidak memenuhi syarat.
2) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA (Apoteker
Pengelola Apotek) dikirimkan ke BPOM. BPOM akan menetapkan
waktu dan tempat pemusnahan.
41
BAB IV
PEMBAHASAN
45
46
perlu adanya pemberian label harga di masing masing kotak barang atau obat
yang dipajang di swalayan.
Obat-obatan ethical disusun berdasarkan kelas terapinya, bentuk sediaan,
suhu penyimpanan obat tersebut dan secara alfabetis. Obat dengan suhu
penyimpanan khusus, seperti sediaan suppositoria, ovula dan insulin disimpan di
lemari pendingin dengan suhu yang telah disesuaikansebelumnya. Kemudian,
tempat penyimpanan untuk obat-obatan dengan bentuk sediaan berbeda juga
dipisahkan.Antara sediaan setengah padat, seperti salep dan krim, sediaan cair non
steril dan sediaan cair dan setengah padat steril, seperti salep mata, ditata
sedemikian rupa sehingga tata letaknya dipisah. Penyimpanan obat di Apotek
Kimia Farma no 394 berdasarkan kelas terapi, antara lain golongan antibiotik, anti
alergi, analgesik dan antiinflamasi, hormone, obat saluran cerna, obat saluran
napas, obat jantung dan hipertensi, antidiabetes, obat generik dan obat-obatan
lainnya seperti obat BPJS. Obat- obatan yang tidak memerlukan kondisi
penyimpanan khusus ini diletakkan di tempat yang tidak terkena cahaya matahari
langsung.
Penyusunan obat berdasarkan kelas terpainya ini akan memudahkan
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan tenaga kefarmasian lainnya untuk
mengetahui obat-obat yang termasuk kedalam efek farmakologis. Selain itu, hal
tersebut juga memudahkan tenaga kefarmasian untuk menginformasikan kepada
pasien tentangobat tersebut. Hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan posisi
dari lemari obat adalah penyusunan tersebut harus ergonomis untuk memudahkan
pengambilan obat yang dilakukan oleh personil yangbekerja.
Kegiatan yang dilakukan untuk mempermudah pengawasan obat, setiap
kotak memiliki satu kartu stok yang dilakukan pencatatan secara langsung
ketika barang disimpan atau dikeluarkan. Kegiatan pengawasan obat kadaluarsa
dilakukan stock opname selama 3 bulan sekali. Hal ini juga berfungi sebagai
pencocokan barang fisik dengan stok komputer serta mengetahui obat-obatan
yang slow moving atau fast moving agar dapat diatasi untuk kekurangan barang
ataupun stok barang yang berlebihan.
Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika disimpan terpisah dari
obat- obat lain di dalam lemari khusus. Lemari khusus tersebut dilengkapi dengan
48
sama.Selain itu, penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma No. 394 telah sesuai
dengan kondisi yang di persyaratkan masing – masing produk, misalnya : pada
kondisi khusus dalam lemari pendingin (2-80C) untuk produk supossitoria, insulin
dan penyimpanan obat tertentu seperti narkotika dan psikotropika yang diletakkan
di lemari yang terkunci dan hanya dapat diakses oleh TTK yang diberi kuasa
untuk memegang kunci. Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma No.
394berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out)dan FIFO (First in First
Out) serta didukung dengan catatan penyimpanan yang untuk mengontrol sediaan
farmasi baik secara manual maupun komputerisasi.
Pemusnahan dilakukan untuk obat-obat yang sudah kadaluarsa atau rusak
dan resep yang telah disimpan selama 5 tahun. Pemusnahan dilakukan dengan
membuat berita acara pemusnahan (Lampiran 9) dan mengundang perwakilan
saksi dari dinas kesehatan dan perwakilan dari apotek untuk menyaksikan
pemusnahan terutama untuk obat golongan narkotika, psikotropika dan prekursor.
Untuk resep dapat dimusnahkan dengan cara dibakar dan disaksikan oleh
perwakilan dari apotek
Kegiatan pengendalian di Apotek Kimia Farma No. 394 dilakukan
dengan cara mencatat kedalam kartu stok kemudian mencocokkan kembali
dengan sistem dikomputer.Pelaporan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No.
394 terdiri dari pelaporan internaldan eksternal. Pelaporan internal meliputi
laporan stock opname, laporan kegiatan apotek, laporan keuangan, barang dan
laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
meliputi laporan narkotika dan psikotropika yang dilakukan setiap bulan.
Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 394
adalah melakukan pelayanan resep dokter secara tunai maupun kredit atau BPJS,
penjualan obat bebas dan bebas terbatas/OTC (Over the Counter) dan penjualan
obat OWA (Obat Wajib Apotek) yang dikenal sebagai pelayanan
swamedikasi/UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Pelayanan kredit, dapat
juga berupa pelayanan engross (penjualan dalam partai besar). Pelayanan resep
kredit berasal dari instalasi atau perusahaan yang menjalin kerjasama dengan
51
BPJS atau tidak serta memeriksa ketersediaan obat. Resep yang diserahkan
kepada petugas akan langsung disiapkan/diracik apabila semua obat yang ada di
dalam resep masuk dalam daftar obat yang dicover oleh perusahaan/instansi, jika
terdapat obat yang tidak masuk dalam daftar baik sebagian atau seluruhnya akan
diinformasikan kepada pasien dan diajukan penawaran untuk pembayaran obat
tersebut atau tidak diambil.
Kegiatan dalam melakukan pelayanan resep pertama kali yang harus
dilakukan petugas ketika menerima resep adalah mengecek kelengkapan resep.
Apabila kelengkapan resep sudah terpenuhi, selanjutnya petugas melakukan
pengecekan terhadap stok obat dikomputer serta stok fisik obat tersebut. Jika obat
tersedia, maka petugas akan menginformasikan harga resep. Penyiapan obat
dilakukan apabila pasien setuju dengan harga obat, dilakukan penyiapan obat
sesuai dengan permintaan resep yaitu mengambil obat yang dibutuhkan pada rak
penyimpanan dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik obat dan melakukan peracikan bila diperlukan.
Apabila obat yang tertulis di dalam resep tidak tersedia, dilakukan upaya
untuk memenuhi permintaan pasien dengan menawarkan obat lain sebagai
pengganti obat dengan komposisi yang sama. Jika ada obat yang persediaannya
habis, maka dilakukan pengecekan stok obat di gudang atau di apotek kimia farma
terdekat lain dan jika obat tersedia maka obat akan diambilkan oleh petugas
apotek dan langsung diberikan kepada pasien. Tetapi jika tidak ada maka pasien
ditawarkan untuk menunggu obat atau obat diantarkan ke rumah pasien tanpa
harus menunggu.Copy resep diberikan apabila pasien hanya mengambil sebagian
dari jumlah obat.
Setelah tahap penyiapan obat, kemudian obat dikemas dalam wadah yang
sesuai. Sebelum obat di serahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan, jenis dan
jumlah obat. Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker maupun Asisten Apoteker
yang diizinkan oleh Apoteker yang disertai dengan pemberian informasi obat.
Informasi yang diberikan berupa indikasi/ khasiat Obat, aturan pakai, cara
penggunaan, dosis, waktu penggunaan, lama penggunaan, efek samping yang
55
mungkin timbul dan cara mengatasinya, dan hal yang perlu diperhatikan selagi
minum obat.
Kegiatan dalam pelayanan non resep, baik obat OTC dan UPDS,
pelayanan yang diberikan berupa rekomendasi obat yang tepat untuk pasien. Hal
ini dilakukan untuk mempermudah menentukan terapi yang tepat bagi pasien.
Dalam proses pelayanan, petugas akan menanyakan pasien mengenai tujuan
penggunaan obat yang akan dibeli dan apakah pasien telah sering menggunakan
obat tersebut. Apabila pasien belum pernah mendapatkan obat sebelumnya, dan
obat tersebut tidak terdapat di daftar obat wajib apotek, petugas akan
merekomendasikan untuk memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu. Alur
pelayanan obat non resep dapat dilihat pada lampiran 8.
Secara umum, petugas yang bekerja dibagian pelayanan atau penjualan
telah melayani dengan ramah, biasanya dimulai dengan sapaan dan tawaran
bantuan serta diakhiri dengan ucapan terima kasih sebagai penutup. Petugas juga
bersikap santun dan informatif dengan selalu berbicara menggunakan bahasa yang
baik serta cepat tanggap dalam menangani keluhan pasien.
Selain proses pelayanan resep dan swamedikasi, kegiatan farmasi klinis
lain yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 394 adalah Pelayanan Informasi
Obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah (home care pharmacy)
dan pelayanan kefarmasian melalui telepon (telepharma) untuk pasien dalam
rangka pemantauan terapi obat (PTO) dan monitoring efek samping obat (MESO)
sehingga memaksimalkan pengobatan dan meminimalisir efek samping
penggunaan obat.
Kegiatan PIO yang di lakukan di Apotek Kimia Farma No. 394 yaitu
pemberian informasi yang lengkap kepada pasien pada saat penyerahan obat,
penyebaran brosur, leaflet dan melakukan penyuluhan terkait dengan penggunaan
obat yang baik dan benar. Diadakan penyuluhan tersebutdiharapkan masyarakat
memahami bagaimana cara mendapatkan obat secara baik dan benar,
menggunakan obat dengan baik dan benar, menyimpan obat dengan baik dan
benar, dan membuang obat secara tepat.
Konseling di Apotek Kimia Farma No. 394 telah dilakukan oleh
Apoteker kepada beberapa pasien dengan kondisi khusus, penyakit kronis,
56
5.1 Kesimpulan
Selama menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Apotek Kimia Farma No.394 Jl. Siliwangi No 35, Depok pada tanggal 04-
30 September 2018 dapat disimpulkan bahwa:
1.Peran dan fungsi apoteker di apotek
a. Aspek profesional adalah memberikan pelayanan informasi obat,
konseling mengenai pengobatan kepada pasien dan memberikan
rekomendasi atas obat kepada pasien swamedikasi.
b. Aspek manajerial adalah melakukan proses pengelolaan barang di
Apotek mulai dari perencanaandan pengadaan barang di Apotek,
penerimaan barang di Apotek, penyimpanan barang dan
penyalurannya hingga penanganannya ketika terjadi pemusnahanan
barang dan resep.
c. Apoteker juga harus tetap melakukan pengawasan agar kegiatan
pelayanan kefarmasian di Apotek tetap berjalan dengan sesuai
standar pelayanan kefarmasian. Apoteker juga berperan dalam
pengelolaan keuangan di Apotek.
2. Apotek Kimia Farma No. 394 sesuai dengan Permenkes No. 73 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek baik dari
pengelolaan sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan maupun Farmasi
Klinik.
3. Apotek Kimia Farma No. 394 sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.9
Tahun 2017 tentang Apotek, sesuai ketentuan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di wilayahnya
dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kefarmasian.
4. Mahasiswa PKPA di apotek kimia farma No. 394 dapat mempraktekkan
patient oriented seperti pengkajian resep, dispensing, Pelayanan
Informasi Obat (PIO), konseling, dan swamedikasi, telefarma dan
58
59
PelayananKefarmasian di Apotek
Kesehatan RI.
10. Direktur Utama BPJS Kesehatan. 2013. Panduan Praktis Program Rujuk
60
61
LAMPIRAN
62
Apoteker Pendamping
Kasmadwardi, S. Farm., Apt
Keterangan Gambar:
1.Pintu masuk 10. toilet
2. Rak Alkes 11. Gudang
3. Rak Kosmetik 12. Rak obat
4. Rak Swamedikasi 13. lemari narkotik dan psikotropik
5. Rak Herbal dan Kontrasepsi 14. kulkas
6. Rak keperluan bayi 15. tempat pencucian
7. Tempat Tunggu pasien 16. meja racik
8. meja Penerimaan Resep 17. Parkiran
9. Meja Penyerahan Obat dan konseling
67
Skrining Resep
Pemeriksaan akhir:
1. Kesesuaian obat dengan resep
2. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli
3. Kebenaran kwitansi
Penerimaan Resep
Skrining Resep
Pemeriksaan akhir:
1. Kesesuaian obat dengan resep
2. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli
Pasien datang
Obat diambilkan/disiapkan