Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sediaan padat adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur yang
padat dan kompak. Seiring dengan perkembangan di bidang obat, bentuk
sediaan dalam bidang farmasi juga semakin bervariasi. Sediaan sediaan padat
seperti serbuk, tablet, kapsul, granul dan pil. Sediaan setengah padat seperti
salep, cream, pasta, suppositoria dan gel, serta bentuk sediaan cair yaitu
suspensi, larutan, dan emulsi. Dengan adanya bentuk sediaan tersebut
diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen.
Salah satu contoh sediaan farmasi yang beredar di pasaran, Apotek, Instalasi
kesehatan, maupun toko obat adalah sediaan padat.
Dengan demikian pembuatan sediaan padat dengan aneka fungsi sudah
banyak digeluti oleh sebagian besar produsen. Sediaan yang ditawarkan
sangat beragam mulai dari segi pemilihan zat aktif serta zat tambahan,
bentuk, warna, sensasi rasa yang beraneka ragam, hingga merk yang
digunakan pun memiliki peran yang sangat penting dari sebuah produk
sediaan padat. Sediaan padat seperti puyer, kapsul dan tablet mengandung
satu atau lebih zat aktif yang tercampur homongen. Sediaan ini memiliki
kelebihan diantaranya adalah bahan dan dosis obat dapat divariasi agar cocok
dengan pasien tertentu, bentuknya menarik dan praktis, lebih stabil
dibandingkan sediaan cair, absorpsi berlangsung lebih cepat dan dari segi
harga lebih ekonomis dibandingkan sediaan liquid.
Compounding adalah tindakan yang meliputi pembuatan, pencampuran,
peracikan, pelabelan sediaan atau alat kesehatan atas permintaan dokter, dapat
juga atas inisiatif praktik professional apoteker untuk penelitian, pengajaran,
dan analisa kimia yang tidak diperdagangkan. Dalam pembuatan sediaan obat
selalu memperhatikan hal-hal seperti keseragaman ukuran, efek distribusi dan
ukuran partikel pada homogenitas pencampuran. Keseragaman zat aktif dan
eksipien tidak sedikit yang menggunakan zat yang berada dalam ukuran
optimum, sehingga selama pembuatan bentuk sediaan farmasi, zat-zat

1
tersebut harus dilakukan penggerusan atau diperkecil ukurannya pada tahap-
tahap tertentu agar tercapai keseragaman ukuran dan homogenitas.
Sistem penghantaran obat yang ideal adalah sistem yang jika diberikan
dalam dosis tunggal dapat menghantarkan obat sedini mungkin, memberikan
efek farmakologi dan menghantarkan obat langsung pada tempat kerjanya
(sasaran target) dengan aman.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana definisi masing-masing dari sediaan padat?
b. Bagaimana teknik compounding untuk sediaan padat?
c. Bagaimana cara mengatasi masalah yang muncul akibat compounding
untuk sediaan padat?
d. Bagaimana cara rute pemberian untuk sediaan padat?
e. Bagaimana contoh resepnya?
1.3 TUJUAN
a. Menjelaskan masing-masing definisi sediaan padat
b. Mengetahui teknik compounding untuk sediaan padat
c. Mengetahui masalah yang muncul akibat compounding untuk sediaan
padat
d. Menjelaskan rute pemberian untuk sediaan padat
e. Menjelaskan contoh resep

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 COMPOUNDING
2.1.1 DEFINISI COMPOUNDING
Compounding merupakan proses melibatkan pembuatan
(preparation), pencampuran (mixing), pemasangan (asembling),
pembungkusan (packaging), dan pemberian label (labelling) dari obat
atau alat sesuai dengan resep dokter yang berlisensi atas inisiatif yang
didasarkan atas hubungan dokter/pasien/farmasis/compounder dalam
praktek profesional. (Menurut USP 2004).
2.1.2 TEKNIK COMPOUNDING

Pencampuran merupakan salah satu pekerjaan yang sangat umum


dilakukan dalam kehidupan sehari-hari (Lachman,1989). Pencampuran
adalah proses yang menggabungkan bahan-bahan yang berbeda untuk
menghasilkan produk yang homogen. Pencampuran dalam sediaan
farmasi dapat diartikan sebagai proses penggabungan dua atau lebih
komponen sehingga setiap partikel yang terpisah dapat melekat pada
partikel dari komponen lain.
Tujuan dilakukannya pencampuran antara lain untuk
menghomogenkan bahan-bahan, untuk memperkecil ukuran partikel,
melakukan reaksi kimia, melarutkan komponen, membuat emulsi, dan
lain-lain, sehingga tidak jarang dalam teknologi farmasi digunakan
beberapa alat pencampur / mixer dengan jenis yang berbeda untuk
mengolah bahan-bahan obat. Tidak hanya bahan-bahan obat yang akan
mempengaruhi produk suatu obat, teknik pencampuran pun dapat
mempengaruhi produk obat yang dihasilkan.

3
2.1.3 SEDIAAN PADAT
Sediaan padat adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan
tekstur yang padat dan kompak. Macam-macam sediaan padat pada
obat antara lain: serbuk, tablet, dan kapsul.
a. Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan. Sediaan serbuk diharapkan tidak higroskopis
sehingga tidak mudah mencair ataupun menguap sehingga
penyimpanan serbuk obat harus terlindung dari lembab, udara,
panas dan oksigen serta memperhatikan homogenitas dalam
pencampuran.
b. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Tablet berbentuk kamsul disebut kaplet,
bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipi/gepeng, bundar, segi
tiga, lonjong dan sebgainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk
menghindari/mencengah/menyulitkan, pemalsuan dan agar mudah
dikenal orang. Warna tablet umunya putih. Tablet yang berwarna
kemungkinan karna zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang
sengaja diberika warna dengan maksud agar tablet lebih menarik,
mencengah pemalsuan, membedakan tablet yang satu dengan tablet
yang lain.
c. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya
terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain
yang sesuai.
d. Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan
bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra,
umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Supositoria tidak toksik dan tidak merangsang, dapat tercampur
(kompatibel) dengan bahan obat, dapat melepas obat dengan
segera, mudah dituang ke dalam cetakan dan dapat dengan
mudah dilepas dari cetakan, stabil terhadap pemanasan di atas
suhu lebur, stabil selama penyimpanan.

4
e. Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat mengadung satu atau
lebih bahan obat yang di gunakan untuk obat dalam dan bobotnya
50-300 mg per pil (ada juga yang menyebutkan bobot pil adalah 1-5
gram.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 SEDIAAN SERBUK


Serbuk adalah partikel halus yang diperoleh dari partikel kering yang
dihaluskan. Menurut Farmakope Indonesia IV (1995), serbuk adalah
campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Syarat serbuk harus halus, kering
dan homogen. Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu
persatu, sedikit demi sedikit dimulai dari obat yang jumlahnya sedikit. Serbuk
secara umum digambarkan sebagai partiker-partikel halus yang merupakan
hasil suatu proses pengecilankuran partikel dari suatu bahan kering. Secara
kimia fisik yang dimaksud serbuk adalahpartikel bahan padat yang
mempunyai ukuran antara 10000 – 0,1 µm. Sedangkan dalam farmasi
umumnya partikel sediaan serbuk berukuran antara 10 -0,1 µm.

Gambar 1. Sediaan serbuk

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
Karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi
dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak atau
orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah
menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Obat yang terlalu besar volumenya
untuk dibuat tablet atau kapsul dalam ukuran yang lazim, dapat dibuat dalam

6
bentuk serbuk. Sebelum digunakan, biasanya serbuk oral dapat dicampur
dengan air minum.
Masalah stabilitas yang seringkali dihadapi dalam sediaan bentuk cair,
tidak ditemukan dalam sediaan bentuk serbuk. Obat yang tidak stabil dalam
suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk atau granul.
Konstitusi sediaan dapat dilakukan oleh apoteker dengan cara menambahkan
sejumlah air sebelum diserahkan. Karena sediaan yang sudah dikonstitusi ini
mempunyai stabilitas yang terbatas, harus dicantumkan waktu kadaluarsa
setelah dikonstitusi dan dapat juga dipersyaratkan untuk disimpan dalam
lemari pendingin.
Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (Pulveres) atau tidak
terbagi (Pulvis). Pada umumnya serbuk terbagi dibungkus dengan kertas
perkamen. Walaupun begitu apoteker dapat lebih melindungi serbuk dari
pengaruh lingkungan dengan melapisi tiap bungkus dengan kertas selofan
atau sampul polietilena.
Serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak
poten, seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu
dan pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain.
Serbuk tidak terbagi lainnya antara lain, serbuk gigi, serbuk tabur. Serbuk
tidak terbagi sebaiknya disimpan dalam wadah gelas, bermulut lebar, tertutup
rapat, untuk melindungi pengaruh atmosfer dan mencegah penguapan
senyawa yang mudah menguap.
Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat
dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit. Pada umumnya serbuk tabur harus
melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh seperti tertera pada Derajat
Halus Serbuk <1141> agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang
peka.( FI V) Contoh serbuk yang ada dipasaran : Herosin (serbuk tak
terbagi), ademsari, vegeta.
Untuk mendapatkan serbuk dengan derajat kehalusan tertentu, maka
bahan-bahan atau serbuk diayak dengan ayakan yang sesuai.Ayakan dalam

7
farmasi ada bermacam-macam ukuran seperti yang tercaantum dalam
farmakope-farmakope.
Jenis pengayak dinyatakan dengan nomor yang menunjukkan jumlah
lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III derajat kehalusan serbuk dinyatakan
dengan nomor pengayak, dimana dapat dinyatakan dengan satu nomor atau
dua nomor.
Derajat kehalusan:
1. Serbuk sangat kasar: 5/8
2. Serbuk Kasar: 10/40
3. Serbuk Agak Kasar: 22/60
4. Serbuk Agak Halus: 44/85
5. Serbuk Halus: 85
6. Serbuk Sangat Halus: 120
7. Serbuk Sangat Halus: 200/300
3.1.1 PRINSIP PEMBUATAN
Metode umum untuk memproduksi unit Bubuk dosis
1. Ingat, untuk kemudahan penanganan, minimum berat bubuk dalam
kertas dosis satuan adalah 200 mg.
2. Hitung untuk membuat kelebihan jumlah bubuk yang diminta
3. Tentukan apakah dilusi tunggal atau ganda bahan aktif diperlukan.
4. Campur bahan aktif dan pengencernya (Laktosa BP kecuali ada
alasan untuk tidak menggunakannya Laktosa BP, misalnya jika
pasiennya tidak toleran terhadap laktosa, atau karena ketidakstabilan
Bahan).
5. Bekerja pada ubin kaca kering bersih, pilih yang sesuai ukuran kertas
(misalnya 10 cm 10 cm), dan masuk Satu tepi dan lipat kira-kira
setengahnya Inci (1 cm). Ulangi untuk jumlah yang diperlukan
Bubuk
6. Letakkan kertas di ubin kaca, dilipat Jauh dari compounder, dan
masing-masing sedikit tumpang tindih, di samping panci
keseimbangan digunakan untuk menimbang.

8
7. Timbang keluar bubuk masing-masing dari curah Bubuk, dan
transfer ke bagian tengah kertas (Jika ditempatkan terlalu di dekat
lipatan, bedak akan jatuh Keluar saat pembukaan).
8. Lipat bagian bawah kertas bubuk sampai, dan Di bawahnya,
tutupnya dilipat pada awalnya.
9. Lipat ke bawah bagian atas kertas sampai tertutup sekitar dua pertiga
dari lebar kertas. Ini Tepi atas lipatan ini akan membantu menahan
Isi di bagian tengah kertas.
10. Lipat kedua ujungnya di bawah, sehingga ujungnya longgar sedikit
tumpang tindih, lalu tuck satu flap di dalamnya yang lain.
11. Bungkus setiap bedak pada gilirannya, pastikan benar semua
ukurannya sama.
12. Campurkan serbuk, secara berpasangan, tutup ke flap.
13. Bersalin dengan karet gelang (tidak juga rapat).
14. Tempatkan di kotak kardus yang kaku.
15. Label harus ditempatkan pada kemasan luar Sehingga saat pasien
membuka kotak yang mereka lakukan tidak merusak label.
(Handbook Pharmaceutical Compounding and Dispensing).
3.1.2 KEUNTUNGAN SEDIAAN SERBUK :
a. Penyebaran obat lebih luas dan lebih cepat dari pada sediaan kompak
(tablet dan kapsul)
b. Diharapkan lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair
c. Lebih cepat di absorbsi, sebab dalam lambung obat akan mudah
terbagi.
d. Jumlah volume obat yang tidak praktis /sukar dapat diberikan dalam
bentuk pulvis.
e. Memberikan kebebasan pada dokter untuk pemilihan obat/kombinasi
obat dan dosisnya.
f. Untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan obat.
3.1.3 KERUGIAN BENTUK SERBUK :
a. Obat-obatan yang rusak oleh udara tidak boleh diberikan dalam
bentuk serbuk.

9
b. Contoh : garam-garam fero (mudah teroksidasi) menjadi garam
feri,sebaiknya diberikan dalam bentuk “coated tablet”.
c. Membutuhkan waktu dalam meraciknya.
d. Tidak tepat untuk obat yang tidak enak rasanya.
3.1.4 ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM COMPOUNDING SERBUK:
1. Lumpang alu atau mortir dan stamper, dipakai untuk menghaluskan
dan mencampur bahan-bahan.
2. Mortir dan stemper ini dapat digunakan untuk menggerus obat
maupun bahan obat. Namun demikian, cara manual ini dirasa kurang
menghemat waktu. Oleh karena itu, maka dikembangkan berbagai alat
yang dapat menggantikan proses penggerusan yang manual itu dengan
yang otomatis.
3. Sendok dapat dipakai untuk mengambil bahan padat dari botol, untuk
bahan cair bisa digunakan pipet tetes atau langsung dituang dengan
hati-hati, sedangkan untuk bahan semi padat (ekstrak kental dan
lemak-lemak) dapat digunakan spatel/sudip.
4. Sudip dari film/mika dipakai untuk menyatukan, membersihkan
serbuk atau salep dan memasukkan dalam wadah.
5. Cawan penguap (dari porselin) digunakan untuk wadah menimbang,
untuk menguapkan atau mengeringkan cairan, melebur atau
mencampur lebih dari satu bahan.
6. Gelas arloji dan botol timbang untuk menimbang bahan yang mudah
menguap, menyublim, dan cairan yang tidak boleh ditimbang dengan
kertas perkamen.
7. Pengayak alat yang dipakai untuk mengayak bahan sesuai dengan
derajat halus serbuk.
8. Corong dipakai untuk menyaring dengan meletakkan kertas saring
diatas corong kertas saring digunting bulat lebih kurang 1 cm dibawah
permukaan corong.
9. Batang pengaduk.
10. Bahan pembungkus, seperti contoh kertas perkamen.

10
11. Pulverizer merupakan mesin penggerus obat menjadi powder dengan
keunggulan bahan Cup yang kuat, khusus untuk obat dan tahan
terhadap kontak dengan obat. Pulverizer membantu mempercepat
pembuatan obat menjadi powder. 1 set terdiri dari 5 cup (2 cup large
& 3 cup small) dan 2 mata pisau.
Cara pemakaian:
a. Obat dimasukkan ke dalam cup. Posisi stop kontak “off”, kemudian
cup diletakkan dalam motor/mesin pulverizer dengan cara ditekan
lalu diputar ke kanan hingga cup terkunci.
b. Posisikan stop kontak “on”, maka obat akan jadi hancur dalam
waktu 4-7 detik dan setelah obat halus (menjadi puyer), suara
motor pada pulverizer mengecil.
c. Sekali putar jangan lebih dari 10 detik, jika belum halus bisa
diputar sekali lagi.
d. Biarkan cup dalam posisi terbalik beberapa saat kemudian
bersihkan sisa-sisa obat yang menempel di sela-sela mata pisau
dengan kuas kecil.
e. Tidak dianjurkan untuk obat yang basah dan mengandung glukosa
(Anonim, 2010).
3.1.5 PENGGOLONGAN SERBUK
1. SERBUK TERBAGI (PULVERES)
Adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok, untuk sekali
minum. Umumnya digunakan untuk penggunaan oral. Di dalam
resepnya terdapat‘dtd’ (menyatakan banyaknya zat tiap bungkus) atau
tanpa ‘dtd’ (dibuat dari padanya, kemudian dibagi) dan ada No
(numero). Bobot serbuk untuk dewasa biasanya 500 mg, sedangkan
untuk anak-anak 300 mg. Jika memang dibutuhkan atau mempunyai
keuntungan, jangan ragu membuat serbuk yang lebih berat.
1. Kelebihan dan keterbatasan serbuk terbagi
a. Kelebihan :
 Lebih stabil dibandingkan sediaan liquid

11
 Dosis akurat
 Mudah digunakan, dapat dicampurkan dengan makanan
minuman
 Ukuran partikelnya kecil
b. Keterbatasan :
 Sukar ditelan
 Rasa yang tidak enak sukar ditutupin
c. Komposisi serbuk terbagi :
 Bahan aktif
 Pengisi, umumnya laktosa
 Zat warna, untuk mengetahui homogenitas.
2. Metode umum pembuatan serbuk terbagi
1. Untuk memudahkan mengemas dan membawa, maka berat
serbuk dalam kertas pembungkus umumnya +_ 200 - 250 mg.
2. Hitunglah serbuk yang harus ditimbang sesuai dengan
preskripsi dokter.
3. Campurkan bahan aktif dengan pembawa dengan metode
pengenceran geometris (umumnya pembawa yang digunakan
adalah laktosa kecuali bila pasien mengalami intoleransi
lakstosa).
4. Ingatlah untuk selalu bekerja dengan peralatan yang telah
dibersihkan.
5. Siapkan kertas pembungkus sejumlah yang diperlukan,
umumnya yang digunakan adalah kertas perkamen dengan
ukuran 10 cm. lipat bagian ujung sekitar 1,25 cm. lakukan
untuk seluruh kertas pembungkus.
6. Letakkan kertas pembungkus pada meja peracikan yang datar,
dengan bagian yang telah terlipat diletakkan di sisi yang jauh
dari peracikan dan masing-masing lipatan sedikit bertumpang
tindih.
7. Menempatkan sejumlah spesifik serbuk pada bagian tengah
masing-masing kertas pembungkus dengan cara :

12
a. Menimbang masing-masing berat yang diperlukan,
merupakan cara yang paling akurat.
b. Secara visual. Suatu bagian serbuk dipindahkan pada
masing-masing kertas pembungkus. Jumlah masing-
masing serbuk pada kertas sedapat mungkin sama,
ditentukan secara visual. Pembagian serbuk secara visual
maksimaladalah 10 bungkus, lebih dari 10 bungkus serbuk
dibagi dua terlebih dahulu dengan penimbangan.
c. Metode blocking and dividing. Metode ini membagikan
serbuk sama rata dengan cara membentuk serbuk menjadi
persegi dengan kedalaman tertentu. Kemudian dengan
bantuan spatula dibagi menjadi sejumlah yang diinginkan.
Kemudian masing-masing serbuk yang telah dibagi
dipindahkan pada kertas pembungkus.
d. Dengan alat penakar. Beberapa alat penakar yang umum
digunakan adalah sendok, mangkuk kecil dan pembagi
serbuk mekanis. Beberapa peralatan berguna terutama bila
harus membagikan serbuk dalam jumlah besar.
8. Pembungkus serbuk dengan cara tradisional sebagai berikut :
a. Lipat salah satu sisi kertas sekitar 0,5 cm
b. Lipat bagian bawah kertas ke atas hingga mencapai bagian
yang telah terlipat sebelumnya.
c. Lipat ujung atas tersebut ke bagian bawah hingga menutup
sekitar dua pertiga lebar kertas. Usahakan agar serbuk
tetap berada di bagian tengah kertas.
d. Lipat sisi kanan dan kiri, dan selipkan satu sisi kesisi yang
lain. Periksa ukuran bungkus harus sama. Masukkan
dalam kemasan, beri label pada bagian luar kemasan
sehingga tidak akan rusak, bila pasien membuka kemasan.
3. Aturan pembuatan serbuk :
1. Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam keadaan tidak
diencerkan (lumpang dilapisi dulu dengan SL).

13
2. Jika bahan serbuk mempunyai BJ yang berlainan  masukkan
bahan yang BJ yang besar dahulu baru kemudian bahan yang
BJnya lebih rendah.
3. Jangan menggerus bahan serbuk dalam jumlah banyak
sekaligus.
4. Bahan-bahan dalam serbuk kering sehingga u/ menggerus
Kristal dan bahan higroskopis  menggunakan lumpang panas
(cthx: untuk bahan higroskopis seperti NaBr).
5. Untuk bahan-bahan yang mudah menguap atau tidak tahan
pemanasan  jangan menggunakan lumpang panas (cthx:
peroksida-peroksida, NaHCO3)
4. Cara mengerjakan bahan berikut dalam serbuk :
1. Camphora
Dilarutkan dengan spiritus fortior (96%) dalam lumpang,
kemudian dikeringkan dengan SL  aduk perlahan (jangan
mengeringkan dengan zat aktif.
2. Stibii penta sulfide
Digerus diantara 2 bahan tambahan SL + Stibii + SL  aduk
dan gerus tanpa ditekan (karena stabii berwarna).
3. Elaeosacchara (gula minyak)
a. Campuran 2 g gula (SL) dengan 1 tetes minyak atsiri
(ol.anisi, ol.foeniculi, ol.mentha piperitae).
b. Dibuat dengan tetes-tetes minyak atsiri yang penuh (bukan
pecahan) yaitu dibuat dalam jumlah kemudian ditimbang
jumlah yang dibutuhkan. Cthx: dibutuhkan 3 g
Elaeosacchara, diambil 4 g SL + 2 tetes minyak atsiri, lalu
ditimbang 3g.
4. Extrak kental
Dilarutkan dengan cairanpenyarinya (Alkohol 70% atau 90%)
dalam lumpang panas supaya alkoholnya cepat menguap,
kemudian dikeringkan dengan SL atau zat inert lain (amylum,
radix liquiritae, saccharum album).

14
5. Tingtur-tingtur
a. Kandungan zat berkhasiatnya tidak menguap atau rusak
jika dipanaskan :
- Jika jumlahnya kecil  digunakan lumpang panas,
kemudian keringkan dengan SL
- Jika jumlahnya besar/banyak  diuapkan pelarutnya
diatas tangas air sampai sisa sedikit (sisa 1/3nya)
kemudian dikeringkan dengan SL
b. Kandungan zat berkhasiatnya mudah menguap atau rusak
jika dipanaskan
- Jika mengandung tingtur yang diketahui secara
kualitatif dan kuantitatif  diambil isi atau kandungan
zat berkhasiatnya saja
- Jika tidak dapat diganti dengan komponennya  tingtur
diuapkan dengan pemanasan serendah mungkin
- Caranya : SL masukkan ke dalam cawan porselen terus
diletakkan di atas water bath kemudian diteteskan
tingtur sedikit demi sedikit. Penambahan tetes
selanjutnya setelah tetes sebelumnya kering.
- Cat : Etanol encer diganti dengan SL u/serbuk tidak
terbagi, u/serbuk terbagi tidak usah ditambah SL ad 25
g, SL secukupnya saja karena yang mau diambil zat
berkhasiatnya saja.
c. Garam-garam yang mengandung air Kristal
- Jika ada air kristal,maka dapat terjadi reaksi kimia (air
kristal keluar)  serbuk menjadi basah
- Jika dalam serbuk terdapat senyawa yang mengandung
air kristal, maka harus diganti dengan senyawa garam
yang telah dikeringkan (eksikatus)

15
d. Campuran-campuran yang mencair
- Terjadi penurunan titik lebur/cair pada waktu
mencampur bermacam-macam senyawa.
- Jika 2 zat yang dicampur akan mencair, maka untuk
mencegahnya :
- Masing-masing zat dicampur dengan bahan netral, baru
kemudian dicampur.
- Diberikan terpisah.
- Untuk serbuk tidak terbagi malah menguntungkan
karena dapat langsung dicampur, mencair, lalu
dikeringkan dengan talk dll
- Contoh :senyawa-senyawa yang mencair bila dicampur
: kamfer, timol.
e. Dalam campuran serbuk ditambah/terdapat tablet
- Jika tersedia zat aktif yang sesuai dengan kandungan
dari tablet itu maka sebaiknya diganti dengan zat
aktifnya.
- Bila tidak tersedia zat aktifnya, tablet digerus dahulu
sampai halus kemudian dicampur dengan serbuk
lainnya.
- Jika jumlah tabletnya pecahan maka dibuat
pengenceran dahulu
- Pengenceran dibuat sedemikian rupa.
2. SERBUK TIDAK TERBAGI (PULVIS)
1. Jenis Serbuk
a. Pulvis Adspersorius
Adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan
dimaksudkan untuk obat luar. Umumnya dikemas dalam wadah
yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan
penggunaan pada kulit.
Catatan.

16
- Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya yang digunakan untuk
serbuk tabur harus memenuhi syarat bebas bakteri Clostridium
Tetani, Clostridium Welchii, dan Bacillus Anthracis.
- Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
- Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan
derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada
bagian yang peka.
b. Pulvis Dentifricius
Serbuk gigi , biasanya menggunakan carmin sebagai pewarna
yang dilarutkan terlebih dulu dalam chloroform / etanol 90 %.
c. Pulvis Sternutatorius
Adalah serbuk bersin yang penggunaannya dihisap melalui
hidung, sehingga serbuk tersebut harus halus sekali.
d. Pulvis Effervescent
Serbuk effervescent merupakan serbuk biasa yang sebelum
ditelan dilarutkan terlebih dahulu dalam air dingin atau air hangat
dan dari proses pelarutan ini akan mengeluarkan gas CO2,
kemudian membentuk larutan yang pada umumnya jernih. Serbuk
ini merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat atau
asam tartrat ) dengan senyawa basa (natrium carbonat atau natrium
bicarbonat).
2. Untuk pemakaian dalam (oral)
 Terbatas pada obat-obat yang relatif tidak potent (laksansia,
antasida, makanan diet, analgetik tertentu dan obat untuk perut)
 Pasien dapat menakar obatnya dengan sendok teh atau penakar
lainnya
 Yang dimaksud 1 sendok adalah 1 sendok rata atau sesendok
peres (rata) serbuk
 Pada etiket harus ditulis ………x……. sendok peres (rata)
3. Untuk pemakaian luar
 Disebut serbuk tabur atau pulvis adspersorius

17
 Adalah serbuk ringan yang bebas dari butiran kasar dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar atau topical
 Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka
 Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya yang digunakan untuk
serbuk tabur harus bebas mikroba.
3.2 SERBUK TABUR
Serbuk tabur dengan atau tanpa bahan obat, sering kali digunakan
pada kulit. Serbuk tabur mengandung satu atau lebih serbuk halus yang
dapat diberikan dalam bentuk dosis tunggal atau dosis ganda. Serbuk tabur
digunakan pada berbagai kondisi kulit, misalnya untuk mengurangi
gesekan dan iritasi kulit. Seng oksida ditambahkan untuk mengabsorbsi
lembab dan talk digunakan sebagai pelincir. Talk, kaolin dan bahan
mineral alami lainnya cenderung terkontaminasi dengan Clostridium
tetani, C. Perfringens dan Bacillus antrachis. Bahan tersebut harus
disterilkan dengan panas kering (oven). Serbuk tabur harus disterilkan
apabila serbuk digunakan pada kulit. Serbuk tabur tidak boleh digunakan
pada kondisi luka dimana kulit mengeluarkan eksudat karena akan
membentuk gumpalan yang mengeras. Untuk mendapatkan serbuk tabur
yang halus, masing-masing serbuk maupun serbuk akhir diayak sesuai
ketentuan farmakope. Cara pembuatan serbuk tabur, secara umum sama
dengan serbuk bagi, dengan menggunakan metode doubling up. Dalam
proses pembuatan, sering kali jumlah bahan ditambahkan 5-10% untuk
mengantisipasi sejumlah serbuk yang hilang dalam proses pembuatan.
1. Kelebihan dan Keterbatasan serbuk tabur
a. Kelebihan :
 Mudah digunakan
 Nyaman pada penggunaan
 Mengabsorbsi kelembaban kulit sehingga menurunkan gesekan
pada kulit, menurunkan pertumbuhan bakteri dan member rasa
dingin.
b. Keterbatasan :
 Dapat menutup pori kulit sehingga menyebabkan iritasi.

18
 Kemungkinan terkontaminasi
 Serbuk halus dapat terhirup bayi sehingga menyebabkan
kesulitan bernafas.
 Tidak cocok untuk penggunaan pada luka terbuka.
c. Komposisi serbuk tabur :
 Bahan aktif
 Pelekat, misalnya Zn stearat, lanolin, adeps lanae
 Pelincir/pendispersi : Zn stearat, amilum, talk.
 Adsorben : bentonit, kaolin, talk, amilum.
2. Aturan pembuatan serbuk tabur :
a. Serbuk tabur yang mengandung lemak diayak dengan ayakan no.
44
b. Serbuk tabur yang tidak mengandung lemak diayak dengan ayakan
no. 100
contoh: ZnO bereaksi dengan udara  Zn Carbonat yang
menggumpal jadi harus diayak dengan ayakan 100.
c. Seluruh serbuk harus terayak semua.
3. Cara membuat serbuk tabur yang mengandung :
1. Adeps lanae, vaselin, emplastrum oksidi plumbici
Dilarutkan dalam eter, aseton atau alkohol kemudian tambahkan
talk, aduk sampai eter menguap.
2. Kamfer, timol, mentol, asam salisilat, balsam peru
Dilarutkan dengan eter cum spiritus atau alkohol 96% kemudian
keringkan dengan talk.
3. Ichtiol
Diencerkan dengan eter cum spiritus atau etanol 96% kemudian
keringkan dengan talk.
4. Parafin cair, oleum ricini (minyak jarak)
Dicampur dengan talk sama banyak lalu ditambahkan sisa talk
sedikit demi sedikit.
5. Solutio formaldehida
 Dalam jumlah kecil  campur terakhir.

19
 Dalam jumlah banyak  diganti dengan paraformaldehid
padat 1/3 x bobotnya.
6. Minyak atsiri
Dicampur terakhir ke dalam campuran serbuk yang telah diayak.
4. Cara Mencampur bahan-bahan obat dalam serbuk :
 Lapisilah mortir dengan sedikit bahan tambahan terlebih dahulu
 Dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit
 Bahan-bahan obat yang berwarna diaduk diantara dua lapisan zat
netral
 Bahan obat yang kasar dihaluskan terlebih dahulu
Bahan obat yang berbobot/bermasa ringan dimasukkan terakhir,
begitu juga dengan bahan obat yang mudah menguap.
4. PENYIMPANAN DAN PELABELAN
Serbuk harus disimpan dalam tempat kering, terlindung dari
cahaya tergantung dari bahan aktif yang terkandung.
5. STABILITAS
Serbuk bersifat kering, biasanya stabil selama terlindung dari
lembab dan panas. Serbuk yang dibuat dari produk industri (misalnya
kapsul atau tablet) memiliki beyond use date 25% dari tanggal kadaluarsa
yang tertera atau 6 bulan, mana yang lebih cepat. Apabila terbuat dari
bahan serbuk obat asli, memiliki beyond use date 6 bulan.
6. WADAH DAN ETIKET
Dalam wadah tertutup rapat, terbuat dari kaca susu atau bahan lain
yang cocok. Etiket berwarna putih.
7. RUTE PEMBERIAN
Rute pemberian sediaan serbuk secara oral.
8. KONSELING PASIEN
Untuk serbuk oral, pasien harus tahu apakah serbuk boleh
dicampukan dengan minuman/makanan atau tidak, panas atau dingin.
Selain itu perlu diingatkan bahwa satu dosis terbagi harus dihabiskan
dalam sekali minum. Untuk serbuk tabur, pasien harus diberi tahu berapa

20
banyak serbuk yang harus ditaburkan, apakah dengan penggosokan atau
tidak. Kulit dalam kondisi kering atau boleh dalam keadaan berkeringat.
3.2 SEDIAAN TABLET
Menurut FI V (2014), tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Gambar. 3 Sediaan Tablet

3.2.1 TABLET SUBLINGUAL


Tablet berbentuk sublingual ditempatkan di bawah lidah. Tablet
larut dengan cepat, melepaskan obat untuk penyerapan sublingually,
atau bisa ditelan. Biasanya, tablet sublingual mengandung laktosa dan
bahan lainnya yang cukup larut dalam air dan cepat larut. Tablet
cetakan bukal diberikan di kantong pipi. Tablet larut dengan cepat, dan
obat yang dilepaskan dapat diserap atau ditelan. Eksipien dapat
dimanipulasi antara hidrofilisitas dan hidrofobisitas sesuai dengan
tingkat pelepasan yang diinginkan. Tablet hancur bisa disiapkan baik
untuk larut dalam mulut, jika diberi rasa, atau ditelan. Mereka
umumnya mengandung obat aktif, pengencer, dan pengikat yang bisa
meleleh seperti polietilena glikol (PEG) 3350.
3.2.2 TABLET EFFERVESCENT
Tablet effervescent larut disiapkan dengan cara kompresi dan
mengandung campuran asam dan natrium bikarbonat, yang melepaskan
karbon dioksida saat dilarutkan dalam air. Asam sitrat atau asam tartarat
mungkin digunakan. Tablet ini dimaksudkan untuk terdispersi dalam air
sebelum diolah dan tidak boleh ditelan utuh. Implan atau pelet adalah

21
kecil, steril, padat massa mengandung obat dengan atau tanpa eksipien.
Mereka bisa disiapkan dengan cara kompresi atau cetak. Implan
ditujukan untuk implantasi di tubuh, biasanya secara subkutan, dan
memberikan pelepasan obat secara terus-menerus dari waktu ke waktu.
Persiapan ini harus steril, bebas dari pirogen, dan disiapkan di
lingkungan yang bersih. Mereka dapat ditanamkan dengan
menggunakan injector khusus atau sayatan superfisial. Testosteron dan
estradiol adalah dua agen yang telah disiapkan sebagai implan atau
pelet.
Tabel 12-1 Karakteristik kapsul dan waktu hancur tablet
Solubility pH of Aqueous Dispersion Container
Agent Water Alcohol (concentration) Specifications
Alginic Acid IS - 1,5-3,5 (3%) W
Microcrystalline cellulose IS - 5,0-7,0 (supernatant) T
Croscarmellose sodium PartSol - 5,0-7,0 (1%) T
Crospovidone IS - 5,0-8,0 (1%) T
Polacrilin potassium IS - - W
Sodium strach glycolate - - 3,0-5,0 (3,3%) W
Starch (potato) IS IS 4,5-7,0 (20%) W
5,0-8,0 (20%)
Pregelatinized starch SIS IS 4,5-7,0 (10%) W

Tabel 12-2 Karakteristik kapsul dan pelincir tablet


True Density Bulk Density Tapped Density Melting Point Container
Lubricant (g/mL) (g/mL) (g/mL) (◦C) Specifications
Calcium stearate 1,064-1,096 0,16-0,38 0,20-0,48 149-160 W
Glyceryl behenate - - - 70 T
Glyceryl palmitostearate - - - 52-55 T
Magnesium stearate 1,092 0,159 0,286 117-159 T
Mineral oil, light 0,818-0,880 - - - T
Polyethylene glycol 1,15-1,21 - - Varies W
Sodium stearyl fumarate 1,107 0,2-0,35 0,3-0,5 224-245 W
Stearic acid 0,980 0,537 0,571 ≥54 W
Stearic acid, purified 0,847 (70°C) - - 66-69 W
Talc 2,7-2,8 - - - W
Vegetable oil, hydrogenated, type I - - 0,57 61-66 W
Zinc stearate 1,09 - 0,26 120-122 W

Jika obat aktif yang digunakan memiliki berat lebih dari beberapa
miligram, faktor kepadatan obat harus ditentukan. Penentuan ini
melibatkan pelembab sebagian obat aktif dengan etanol 50% dalam air,
mengisi beberapa rongga cetakan, mengeringkan tablet, dan kemudian

22
menimbangnya. Membagi total berat dengan jumlah tablet yang disiapkan
akan memberi bobot rata-rata tablet yang terdiri dari obat aktif. Jumlah
obat yang akan dibutuhkan dalam resep per tablet kemudian dapat dibagi
dengan berat tablet obat murni untuk mendapatkan persentase rongga
tablet yang akan ditempati oleh obat aktif. Persentase yang dikurangkan
dari 100 ini akan memberikan persentase rongga tablet yang akan terjadi
pada dasar tablet. Mengalikan persentase ini dengan berat tablet purebase
akan memberikan jumlah basa yang dibutuhkan per tablet.
3.2.3 TABLET KUNYAH
Tablet kunyah dapat disiapkan dengan sekali tekan punch atau mesin
tablet punch. Matriks ini terdiri dari kristalitol, gula yang memiliki rasa
manis dan pendinginan mudah dimanipulasi. Bahan lainnya bisa berupa
binder, pelumas, warna, dan rasa.Campuran disiapkan dan kuantitas yang
dibutuhkan ditimbang. Bubuk tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
rongga pers, dimana tablet dikompres. Jika mesin tablet digunakan untuk
mengeluarkan tablet, campuran bubuk ditempatkan di hopper dan ukuran
tablet dan kekerasan disesuaikan sebelum pengoperasian dimulai.

3.2.4 KOMPOSISI PENYUSUN TABLET


Tablet umumnya terdiri dari zat aktif, pengencer, pengikat,
disintegrants, zat pengikat, zat pewarna, dan zat perasa. Pelarut meliputi
laktosa, sukrosa, manitol, dan pati. Pengikat adalah bahan perekat yang
digunakan untuk mengikat semua serbuk termasuk air, alkohol, pasta pati,
sirup sukrosa, larutan gelatin, mucilago acasia, larutan glukosa, dan
larutan polimer (PEG, Polyvinylpyrolidone) dalam campuran air, alkohol,
atau hydrocalcoholic disintegransi meliputi turunan selulosa, pati, dan
beberapa superdesintegrants yang tersedia secara komersial. Pelumas
biasanya digunakan untuk mesin percetakan berkecepatan tinggi, namun
dapat digunakan untuk preparasi secara boros.Pelumas termasuk kalsium
stearat, magnesium stearat, seng stearat, pati, talkum, PEG, dan banyak
lilin lainnya atau bahan seperti lilin.Komposisi sebenarnya dari Tablet
tergantung pada metode preparasi dan karakteristik yang diinginkan.

23
Contoh tablet yang ada dipasaran : Antasida tablet, captopril tablet,
parasetamol tablet.
3.2.5 RUTE PEMBERIAN TABLET
1. Tablet oral
Saat menelan obat, kita memasukan obat lewat kerongkongan
(esophagus) kemudian obat akan masuk kedalam lambung (gaster).
Didalam lambung obat akan dihancurkan menjadi bagian-bagian halus
(disintegrasi). Obat yang halus lalu larut dalam cairan lambung
(disolusi). Kemudian obat akan dikirim ke usus halus, di dalam usus
halus akan diserap, lalu obat masuk kedalam pembuluh darah dan
menuju pusat rasa sakit di dalam tubuh. Tidak semua obat mudah larut
di dalam lambung, sebagian obat yang tidak larut di dalam lambung
akan dikirim ke usus besar dan dibuang bersama kotoran. Contoh tablet
oral : paracetamol, amoxicillin, asam mefenamat dll

2. Tablet kunyah
Cara pemakaian dengan cara di kunyah
Contoh : promag, erysanbe chew

3. Tablet sublingual
Tablet yang disisipkan di bawah lidah
Contoh : Isosorbiddinitrat
4. Tablet bucal
Tablet yang disisipkan disekitar selaput lendir pipi
Contoh : tablet progesterone
Tablet sublingual dan bucal berguna untuk penyerapan obat yang di
rusak oleh cairan lambung atau sedikit sekali di cerna oleh saluran
cerna, kemudian akan langsung di serap melalui pembuluh darah.
5. Tablet hisap
Tablet yang melarut atau hanur perlahan dalan mulut
Contoh : FG troches, degirol
6. Tablet effervescent
Tablet berbuih yang dibuat dengan cara kompresi granul uyang
mengandung garam effervescent atau bahan lain yang dapat melepaskan

24
gas ketika bercampur4 dengan air.seperti asam sitrat dan natrium
carbonat.
Contoh : cdr, redokson
7. Tablet salut
Tablet salut bertujuan melindungi zat aktif dari cahaya udara
kelembaban,menutupi rasa dan bau yang tidak enak,membuaqt
penampilan lebih menarik, mengatur tempat pelepasan obat dalam
saluran cerna. Macam nya tablet salut biasanya disalut dengan gula,
tablet salut enteric tujuan nya menunda pelepasan obat sampai melewati
lambung karena obat rusak karena cairan lambung atau pbat dapat
mengiritasi lambung
Contoh : bisakodil
8. Tablet vaginal
Dimaksudkan untuk diuletakan di dalam vagina dengan alat penyisip
khusus, di dalam vagina obat akan dilepaqskan dan umumnya untuk
efek lokal. Contoh : flagistatin tablet vaginal, nystatin tablet vaginal.

3.2.6 TABLET YANG TIDAK BISA DIGERUS DALAM TEKNIK


COMPOUNDING :
1. Sediaan Salut Enterik (enteric-coated / EC)
Formulasi sediaan salut-enterik dimaksudkan agar zat aktif akan
dilepaskan dan diabsorpsi atau dikehendaki berkhasiat didalam usus
halus. Tujuannya adalah untuk mencegah iritasai lambung atau
mencegah ruksaknya obat karena tidak stabil di lambung. Oleh karena
itu penggerusan akan mengakibatkan iritasi lambung atau hilangnya
potensi lambung.
Contoh obat yang khusus disebutkan untuk pemakaian didalam usus
adalah : Astika, Cardio Aspirin, Cymbalta, Depakote, Dolofen,
Neolanta Enzim, dll.
2. Sediaan Lepas Lambat (sustained-release / SR, extended-release / XR,
controlled-release / CR, retard, depo)
Sediaan ini diformulasikan khusus agar bahan aktif dilepaskan dari
sediaan secara bertahap, terkendali, atau dalam waktu panjang/ lama.

25
Formulasi sediaan ini dilakukan dengan caramengikat atau
membungkus bahan aktif dengan bahan tambahan tertentu, sehingga
dapat dilepaskan dengan proses pelarutan perlahan, reaksi biokimia
didalam tubuh atau proses lainnya.
Contoh obat yang dikelompokan dalam bentuk sediaan ini adalah :
Abbotic, Adalat, Aggrenox, Aldisa, Ciproxin, Tramal, Xatral, dll.

3.2.7 CARA PEMBUATAN TABLET


Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi
kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan
granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran
dan atau kemampuan kempa.
Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk
pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk
baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan
ukuran partikel yang diinginkan. Keuntungan granulasi kering adalah
tidak diperlukan panas dan kelembaban dalam proses granulasi.
Granulasi kering dapat juga dilakukan dengan meletakkan massa serbuk
diantara mesin rol yang dijalankan secara hidrolik untuk menghasilkan
massa padat yang tipis, selanjutnya diayak atau digiling hingga
diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan.
Pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi memerlukan eksipien
yang memungkinkan pengempaan langsung tanpa tahap granulasi
terlebih dahulu. Eksipien ini terdiri dari zat berbentuk fisik khusus
seperti laktosa, sukrosa, dekstrosa, atau selulosa yang mempunyai sifat
aliran dan kemampuan kempa yang diinginkan .Bahan pengisi untuk
kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa
mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yang
dapat dikempa dan beberapa bentuk pati termodifikasi.Kempa langsung
menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi basah dan
granulasi kering.Walaupun demikian sifat fisik masing-masing bahan
pengisi merupakan hal kritis, perubahan sedikit dapat mengubah sifat
alir dan kempa sehingga menjadi tidak sesuai untuk dikempa langsung.

26
Keadaan fisik mutu tablet yang kurang baik diuraikan dalam
Pertimbangan tentang Stabilitas dalam Pemberian Obat.

3.2.8 EVALUASI TABLET


a. Organoleptis
Pengamatan terhadap rasa, bau, dan rupa dari tablet.
b. Keragaman bobot dan keseragaman kandungan
Tablet harus memenuhi uji keragaman bobot sepertiyang tertera pada
Keseragaman Sediaan, jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari
tablet dan jikauji keragaman bobot dianggap cukup mewakili
keseragaman kandungan. Keragaman bobot bukan merupakan indikasi
yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan
bagian kecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu,
umumnya farmakope mensyaratkan bahwa tablet bersalut dan tablet
yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang, dan bobot zat aktif
lebih kecil dari 50%bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji
keseragaman kandungan seperti yang tertera pada Keseragaman
Sediaan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet.
c. Uji Kekerasan
Tujuan nya untuk menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik
pada proses: pengemasan, penghantaran (shipping). Nilai kekerasan
tablet bergantung pada bobot tablet. Makin besar tablet, kekerasan
yang diperlukan juga semakin besar.
Bobot tablet sampai 300 mg, 4 – 7 kg/cm2.
Bobot tablet 400 – 700 mg: 7 – 12 kg/cm2
Bila kekerasan terlalu rendah maka tablet akan mudah rusak oleh
gangguan mekanik bila kekerasan terlalu tinggi akan mempengaruhi
waktu hancur tablet.
d. Uji Friabilitas dan Friksibilitas
Friabilitas Adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet bila
dijatuhkan pada suatu ketinggian tertentu. Tujuan penetapan friabilitas
untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang

27
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Bobot yang hilang
setelah pengujian friabilitas dan friksibilitas tidak boleh lebih dari 1%
e. Waktu hancur dan Disolusi
Waktu hancur adalah hal yang penting untuk tablet yang diberikan
melalui mulut, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan
beberapa jenis tablet lepas-lambat. Uji waktu hancur tertera pada Uji
Waktu Hancur dan batas waktu hancur untuk berbagai jenis tablet
tertera pada masing-masing monografi. Untuk obat yang kelarutan
dalam air terbatas, disolusi akan lebih berarti dari pada waktu hamcur.
Uji disolusi seperti yang tertera pada Uji Disolusi dipersyaratkan
dalam sejumlah monografi tablet.Dalam banyak hal, kecepatan
disolusi dapat dikorelasikan dengan ketersediaan hayati zat
aktif.Tetapi uji tersebut terutama berguna sebagai alat untuk tapis
pendahuluan formalasi dan sebagai prosedur pengawasan mutu secara
rutin.

3.2.9 PENYIMPANAN / PELABELAN


Sediaan tablet dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk, terlindung
dari cahaya.

3.3 LOZENGES / TROCHES (TABLET HISAP)


3.3.1 Defenisi
Tablet hisap adalah sediaan padat mengandung satu atau lebih
bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang
dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan di dalam mulut.
Tablet dibuat dengan cara tuang (dengan bahan dasar gelatin dan
sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol) atau dengan cara kempa tablet
menggunakan bahan dasar gula. Tablet hisap tuang kadang kadang
disebut sebagai pastilles, sedangkan tablet hisap kempa disebut
sebagai troches. Tablet umunya ditujukan untuk mengobati iriasi local
atau infeksi mulut atau tenggorokkan, tetapi dapat juga mengandung
bahan aktif yang ditujukan untuk absorbs sistemik setelah ditelan
(Farmakope Indonesia edisi V).

28
Tablet hisap (lozenges) adalah bentuk sediaan padat biasanya
mengandung bahan obat dan zat tambahan beraroma yang
dimaksudkan untuk dilarutkan perlahan di rongga mulut untuk
memberikan efek lokal atau sistemik. Lozenges memiliki tekstur
lebih lembut karena mengandung persentase kombinasi gula yang
tinggi dari gelatin dan gula.Tablet hisap (lozenges) yang keras
memiliki basis komponen yang terbuat dari gula dan sirup dan sering
kali menggabungkan zat perekat seperti akasia. Soft lozenges
umumnya memiliki basis polietilen glikol (PEG), sedangkan lozenges
kunyah memiliki basis glycerinated gelatin (Pharmaceutical
Compounding and Dispensing)

3.3.2 PENGGUNAAN TABLET HISAP


Lozenges telah lama digunakan untuk mengantarkan anestesi
topikal dan antibakteri untuk menghilangkan nyeri tenggorokan dan
iritasi ringan. Saat ini, obat ini digunakan untuk analgesik, anestesi,
antimikroba, antiseptik, antitusif, aromatik, astringen kortikosteroid,
dekongestan, demulcen, dan obat lainnya. Mudah untuk diberikan
kepada pasien anak-anak dan usia lanjut, ia memiliki rasa yang
menyenangkan, dan ini memperpanjang jumlah obat dalam jumlah
tetap di rongga mulut untuk mendapatkan efek terapeutik.
Contoh tablet hisap dipasaran: Vitacimin, degirol, efisol, F.G Troches.

3.3.3 KOMPONEN PENYUSUN


1. Tablet hisap keras (Hard Lozenges)
Tablet hisap keras adalah campuran gula dan karbohidrat
lainnya dalam kondisi amorf (tidak kristal) atau berkaca. Tablet
hisap ini dianggap sebagai sirup gula padat dan biasanya memiliki
kadar air sekitar 0,5% sampai 1,5%. Tablet hisap keras jangan
mudah hancur, melainkan harus memberikan pelarutan atau erosi
yang lambat dan seragam selama 5 sampai 10 menit.Tablet hisap
keras harus memiliki tekstur permukaan yang halus dan rasa
nikmat yang menutupi rasa obat. Kelemahan utama tablet ini

29
adalah membutuhkan suhu tinggi dalam pembuatan. Berat tablet
ini antara 1,5 dan 4,5 g.
2. Tablet Hisap Lembut (Soft Lozenges)
Soft lozenges telah menjadi populer karena sangat mudah di
siapkan dengan seksama dan penerapannya pada berbagai jenis
obat. Basisnya biasanya terdiri dari campuran berbagai jenis PEG,
akasia, atau bahan yang serupa. Bentuk pelega yang paling lama
dan lembt adalah pastille, yang biasanya transparan dan terdiri dari
obat dalam gelatin, gliserogelatyn, atau basis akasia, sukrosa.
Tablet ini dapat diberi warna dan aroma, dan dapat dilarutkan
dalam mulut atau dikunyah dengan perlahan, tergantung pada efek
yang diinginkan dari obat yang dapat dikunyah.
3. Tablet Kunyah (Chewable Lozenges)
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah dimaksudkan
untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak dalam
rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit
atau tidak enak. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet
untuk anak, terutama formulasi multivitamin, antasida, dan
antibiotik tertentu. Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa,
umumnya menggunakan manitiol, sorbitol atau sukrosa sebagai
bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan pewarna
dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa
(Farmakope Indonesia Edisi V)
Chewable lozenges telah dipasarkan untuk sejumlah
Tahun.Tablet ini memiliki aroma dan sering memiliki sedikit rasa
asam. Karena rasa dari buah sering menutupi rasa obat, sehingga
cara penggunaanobat ini sangat baik. Obat ini sangat mudah
disiapkan dengan saksama.Bagian yang paling sulit adalah dengan
mempersiapkan dasar gelatin. Tablet ini sangat berguna untuk
pasien anak-anak dan merupakan cara efektif untuk pemberian obat
untuk penyerapan gastrointestinal dan penggunaan systemic
(Pharmaceutical Compounding and Dispensing)

30
3.3.4 CARA PEMBUATAN
Lozenges disiapkan dengan membuat campuran karbohidrat
untuk membentuk tablet keras, dengan membentuk masa untuk
membentuk tablet lembut, atau dengan membentuk dasar gelatin
menjadi massa yang dapat dikunyah.Tablet hisap keras biasanya
dibuat dengan memanaskan gula dan komponen lainnya pada suhu
yang tepat dan kemudian menuang campuran ke dalam cetakan atau
dengan menarik massa ke pita sementara mendingin dan kemudian
memotong pita sampai ke panjang yang diinginkan. Metode komersial
adalah untuk mendapatkan bahan menjadi tablet yang sangat keras.
Baik Tablet hisap lembut dan tablet hisap kunyah biasanya
disiapkan dengan menuangkan massa meleleh ke dalam cetakan. Cara
lain yang digunakan tergantung pada komposisinya, dengan cara
menuangkan masa untuk membentuk selembar ketebalan yang
seragam dan kemudian memukul tablet dengan menggunakan pukulan
bentuk dan ukuran yang diinginkan.
Cetakan yang digunakan dalam pembuatan seng harus dikalibrasi
untuk menentukan berat cetakan dengan menggunakan alasnya yang
sesuai. Kalibrasi bisa dilakukan sebagai berikut:
1. Siapkan cetakan lozenges dan pastikan bahwa rongga itu bersih dan
kering.
2. Siapkan dan lelehkan dasar lozenges yang cukup untuk mengisi 6
sampai 12 cetakan.
3. Tuangkanmasa kecetakan, dinginkan, dan rapikan jika perlu.
4. Keluarkan masa lozenges dari cetakkan dan timbang.
5. Bagi berat total dengan jumlah cetakan kosong untuk mendapatkan
berat rata-rata setiap talet untuk dasar ini. Gunakan berat ini
sebagai nilai yang dikalibrasi untuk cetakan spesifik itu bila
menggunakan dasar lozenge yang spesifik.
Serbuk yang terkandung dalam lozenges juga dapat digunakan
dalam jumlah tertentu, dan penyesuaian mungkin diperlukan dalam

31
jumlah dasar yang digunakan.Perhitungan penggantian dosis ini
serupa dengan yang digunakan dengan supositoria.Secara umum,
jumlah zat tambahan (aroma dan rasa) yang ditambahkan pada
tablet lozenges adalah sekitar 5 sampai 10 kali yang digunakan
dalam bahan tablet lozenges, untuk mengkompensasi rasa obat.
Jika bahan dasar pengisi (minyak),dapat dilarutkan dalam
gliserin.Larutan gliserin kemudian dimasukkan ke dalam sediaan.
Teknik yang sama dapat digunakan untuk memasukkan obat
berminyak ke dalam lozenges. Teknik pelarut sering menggunakan
rasio 1 bagian pelarut untuk 3 sampai 5 bagian obat.

3.3.5 PERTIMBANGAN FISIKOKIMIA


Pengikat digunakan pada kebanyakan tablet hisap. Binder adalah
zat yang ditambahkan ke formula tablet atau masa tablet untuk
menambahkan kekompakan pada serbuk, yang memberikan kontribusi
pada pemeliharaan keutuhan bentuk sediaan akhir. Binder biasanya
dipilih berdasarkan pengalaman formulator sebelumnya, kebutuhan
pembuatan, informasi literatur atau vendor tertentu, dan preferensi
individu. Binder dapat ditambahkan pada beberapa langkah dalam
proses, tergantung pada prosedur spesifik yang digunakan dan
kecepatan di mana lozenges harus hancur.

3.3.6 KOMPONEN BAHAN


1. Bahan pengikat yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap
(Acacia, Alginic acid, carboxymethylcellulose sodium, dextrin,
gelatin, glucose, guar gum, methylcelulosa
2. Bahan aktif digunakan dalam pembuatan tablet hisap
 Benzokain. Dosis biasa benzokain adalah dalam kisaran 5
sampai 10 mg per tablet. Benzokain sangat reaktif dengan
komponen aldehida dari basis tablet dan komponen rasa.
Sebanyak 90% sampai 95% benzokain yang tersedia mungkin
hilang bila ditambahkan ke dasar table, namun basis PEG
kompatibel.

32
 Hexylresorcinol. Dosis hexylresorcinol sekitar 2,4 mg per tablet.
Hexylresorcinol agak rentan terhadap reaksi dengan komponen
aldehida. Tidak ada rasa atau rasa mulut masalah dikaitkan
dengan bahan ini karena dosis rendah dan kurangnya rasa yang
cukup besar.
 Dextromethorphan. Dosis dextromethorphan hydrobromide
adalah sekitar 7,5 mg per lozenges. Dextromethorphan mudah
dimasukkan ke dalam basis tablet karena titik lelehnya (122 C-
124 ° C) dan kelarutan (1,5 g dalam 1000 mL dimurnikan air).
Ini kompatibel dengan sebagian besar rasa, dan ini stabil pada
kisaran pH yang lebar. Sebaliknya, rasanya terasa pahit, mulut
anestesi terasa, dan tidak menyenangkan setelah dirasa.
Penggunaan dosis lebih besar dari sekitar 2 mg per tablet
lozenges memerlukan pertimbangan khusus.
3.3.7 PENYIMPANAN / PELABELAN
Lozenges (keras, lembut, dan kunyah) harus disimpan baik pada
suhu kamar atau refrigerator, tergantung pada obat aktif yang
tergabung dan jenis bahan yang digunakan. Persiapan harus dijaga
dalam wadah yang ketat untuk mencegah pengeringan ini sangat
penting untuk dikunyah. Lozenges, yang bisa mengering dan menjadi
sulit dikunyah.

3.4 SEDIAAN KAPSUL


Menurut farmakope Indonesia Edisi IV, sediaan kapsul adalah campuran
kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, yang ditujukan untuk
pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Menurut FI Edisi III kapsul
adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras dan lunak.
Cangkang kapsul pada umumnya terbuat dari bahan gelatin. Gelatin dipilih
sebagai bahan pembuatan cangkang kapsul karena sifatnya yang stabil ketika
berada di luar tubuh namun dapat mudah larut di dalam tubuh.

33
Gambar 4. sediaan kapsul

3.4.1 PENYIAPAN KAPSUL


Bahan obat untuk kapsul dapat berasal dari bahan serbuk murni,
tablet, kapsul dan bahkan dari bahan cair. Obat atau bahan serbuk obat
biasanya digunakan dalam bentuk aslinya. Bila bahan berasal dari
tablet, harus digerus dahulu sebelum dicampurkan dengan serbuk
kapsul yang lain dan hanya tablet dengan pelepasan standar yang dapat
digunakan sebagai bahan obat untuk kapsul.
Cangkang kapsul kosong dibuat dari gelatin, gula, dan air. Kapsul
keras dapat jernih, tidak berwarna, dan tidak berasa. Kapsul dapat
diwarnai dengan pewarna untuk makanan, obat dan kosmetika serta
dibuat buram melalui penambahan bahan seperti titanium dioksida.
Sebagian besar kapsul obat yang tersedia secara komersial mengandung
bahan pewarna dan pemburam untuk membuat perbedaan dan
mempermudahkan identifikasi produk. Beberapa kapsul memiliki
warna badan dan tutup kapsul yang berbeda. Cangkang kapsul gelatin
keras diproduksi dalam dua bagian, bagian tubuh kapsul dan tutup yang
pendek.
3.4.2 MACAM - MACAM KAPSUL
a. Kapsul cangkang keras ( capsulae durae, hard capsul ) Cara
buatnya : Bisa diisi secara manual dan biasanya cangkang kapsul
dapat dibeli atau tidak dibuat sendiri. Kapsul ini lebih stabil karena
diproduksi dengan tujuan single use. Berbahaya bila memasukkan
obat dari bahan alam secara keseluruhan dengan ampasnya,

34
sebaiknya diekstraksi dulu. Contohnya : kapsul tetrasiklin, kapsul
kloramfenikol, dan kapsul sianokobalamin
b. Kapsul cangkang lunak ( capsulae molles, soft capsul ). Kapsul
lunak terdiri 1 bagian, lebih kenyal, lunak. Pembuatan kapsul ini
lebih sulit dibandingkan kapsul keras karena pembuatannya harus
sekaligus. Digunakan untuk anak-anak yang tidak suka minum
obat. Stabilitas kapsul lunak lebih jelek dari pada kapsul keras
karena kapsul lunak berbentuk cair.
Contohnya : kapsul minyak ikan dan kapsul vitamin.
3.4.3 CANGKANG KAPSUL
1. Kapsul keras
Bahan penyusun cangkang kapsul keras
 Bahan dasar: Gelatin
Gula sebagai pengeras
Air ( 10- 15% )
 Bahan tambahan : pewarna , pengawet, pemburam, dan
flavoiring agent.
Kapsul ini terdiri atas bagian bawah dan tutup terbuat dari
metilselulosa, gelatin, pati, atau bahan lain yang sesuai. Ukuran
camngkang kapsul bervariasi dari nomor yang paling kecil yaitu 5
dan nomor yang paling besar 000.Cangkang kapsul ini biasa nya
diisi bahan padat atau serbuk, butiran atau granul. Cangkang kapsul
akan meleleh jika diisi absorben seperti Mgco3 atau silicon
dioksida.
2. Kapsul lunak
Kapsul jenis ini merupaqkan satu kesatuan berbentuk bulat
atau silindris atau bulat telur yang terbuat dari gelatin atau bahan
lain yang sesuai. Biasa nya lebih tebal dari cangkang keras dan
dapat dipastisasi dengan penambahan senyawa poliol, seperti
sorbitol atau gliserin diisi dengan bahan cairan bukan air seperti
polietilenglikol.
Bahan penyusun cangkang kapsul lunak

35
 Bahan dasar: Gelatin
Bahan pelunak
Gula
Air ( 6-13%)
 Bahan tambahan : pewarna , pengawet, pemburam, dan
flavoiring agent
3. Cangkang kapsul pada umunya terbuat dari bahan pembentuk gel
berupa gelatin.
Gelatin merupakan produk heterogen yang didapat dari
ekstraksi hidrolisis dari kolagen hewan. Sumber kolagen umumnya
adalah : tulang hewan, kulit babi, dan kulit jangan sapi.
4. Kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin dimana gliserin atau
alcohol, polivalen dan sorbitol ditambahkan supaya gelatin bersifat
elastis seperti plastik.
3.4.4 KOMPONEN KAPSUL
1. Zat aktif obat
2. Cangkang kapsul
3. Zat tambahan lain
a. Bahan pengisi
Contohnya adalah Laktosa. Sedangkan untuk obat yang
cenderung mencair diberi bahan pengisi magnesium karbonat,
kaolin atau magnesium oksida atau silikon oksida.
b. Bahan pelicin ( magnesium stearat ).
c. Surfaktan / zat pemabasah.
3.4.5 NOMOR CANGKANG KAPSUL DAN BOBOTNYA

36
Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul.Ukuran
kapsul dinyatakan dengan kode.Ukuran terbesar 000 dan terkecil 5.
Ukuran kapsul : 000 00 0 1 2 3 4 5
Untuk hewan : 10 11 12
Umumnya no. 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada
pasien.

3.4.6 BOBOT DAN VOLUME UKURAN KAPSUL


Bobot atau volume obat yang dapat diisikan kedalam kapsul
tergantung pada sifat bahan obat itu sendiri. Ketepatan dan kecepatan
memilih ukuran kapsul tergantung dari pengalaman. Dalam
mempersiapkan resep untuk sediaan kapsul, ukuran kapsul hendaknya
dicatat untuk memudahkan jika diperlukan pembuatan ulang. Juga
perlu diperhatikan, jika seorang pasien mendapatkan dua macam
kapsul sekaligus, jangan diberikan dalam warna yang sama untuk
menghindari kesalahan minumm obat tersebut. Biasanya dikerjakan
dengan eksperimental dan sebagai gambaran hubungan jumlah obat
dengan ukuran kapsul dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel.1
Nat-bikarbonat
No. ukuran Acetosal dalam gram Nbb* dalam gram
dalam gram

000 1 1,4 1,7

00 0,6 0,9 1,2

0 0,5 0,7 0,9

1 0,3 0,5 0,6

2 0,25 0,4 0,5

3 0,2 0,3 0,4

4 0,15 0,25 0,25

5 0,1 0,12 0,12

*Nbb = nitrat bismuthi basa

37
Tabel.2
Kegunaan No. ukuran Volume dalam miliiter

000 1,7

00 1,2

0 0,85

1 0,62
Untuk manusia
2 0,52

3 0,36

4 0,27

5 0,19

10 30
Untuk hewan
11 15

12 7,5

3.4.7 TIGA CARA PENGISIAN KAPSUL, YAITU DENGAN:


1. Pengisian dengan tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena
menggunakan tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering
digunakan di apotek. Bila melakukan pengisian dengan cara ini
sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk mencegah alergi
yang mungkin timbul karena tidak tahan terhadap obat tersebut.
Untuk memasukkan obat kedalam kapsul, dapat dilakukan dengan
cara membagi serbuk sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta.
Cara dengan menggunakan tangan yaitu :
 Tentukan berat campuran serbuk sesuai kapasitas kapsul yang
akan digunakan.
 Campuran serbuk diratakan pada papan menggunakan spatula
dengan tebal kira-kira 1/3 dari panjang badan kapsul.
 Tangan tidak boleh menyentuh serbuk ketika mengisi kapsul.
Sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk meminimalkan

38
kontak dengan serbuk dan mencengah sidik jari menempel
pada cangkang kapsul.
 Serbuk diisi ke dalam badan kapsul tersebut hingga penuh.
 Timbang berat kapsul setelah diisi. Untuk mendapatkan berat
yang diinginkan (missal 250 mg), serbuk dapat ditambahkan
atau dikurangkan dari kapsul.
 Dengan metode ini, kapsul yang telah diisi harus selalu
ditimbang satu persatu hingga mencapai berat yang diinginkan.
 Beberapa serbuk karena sifatnya sukar untuk dimasukkan ke
dalam cangkang kapsul. Hal ini diatur dengan cara
mendorongserbuk ke dalam cangkang kapsul dengan spatula
dengan kapsul direbahkan. Harus dijaga agar kapsul tidak
rusak.
 Metode lain yang dapat digunakan membagi serbuk secara
visual seperti ketika membagi serbuk bagi. Setelah terbagi
pada masing-masing dosis, selanjutnya serbuk dimasukkan
dalamkapsul.
2. Pengisian dengan mesin
Mesin dapat digunakan untuk membuat sejumlah kecil dengan
mengisi lubang yang telah diisi dengan cangkang kosong terbuka
dengan posisi menghadap ke atas. Serbuk diratakan hingga masuk
ke dalam cangkang kapsul dengan bantuan plastic yang keras atau
spatel plastic. Metode ini dapat mengisi sekaligus 50, 100, atau 300
kapsul dalam satu waktu. Pengisian dengan mesin memerlukan
formula tersebut. Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran
dan menjaga keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis
mulai dari membuka, mengisi, dan menutup kapsul.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan
sediaan kapsul adalah bahan yang dapat merusak cangkang kapsul
antara lain adalah :
a. Mengandung campuran eitecticum (memiliki titik lebur lebih
rendah daripada titik lebur semula pada zat yang dicampur)

39
sehingga menyebabkan kapsul rusak atau lembek. Hal ini
diatasi dengan menambahkan baha yang inert pada masing-
masing bahan, baru kedua bahan dicampurkan.
b. Mengandung zat yang higroskopis. Serbuk yang mudah
mencair seperti KI, NaI, NaNO2akan merusak dinding kapsul
sehingga mudah rapuh karena meresap air dari cangkang
kapsul. Sehingga penambahan bahan inert dapat menghambat
proses ini.
c. Serbuk yang mempunyai bobot jenis ringan atau berbentuk
kristal harus digerus terlebih dahulu sebelum dimasukkan
dalam kapsul.
d. Bahan cairan kental dalam jumlah sedikit dapat dikeringkan
dengan menambahkan bahan inert baru dimasukkan ke dalam
kaspul. Untuk minyak lemak dapat langsung dimasukkan
dalam kapsul kemudian ditutup tetapi minyak yang mudah
menguap harus diencerkan terlebih dahulu dengan minyak
lemak sampai kadarnya 40% sebelum dimasukkan ke dalam
kapsul agar tidak merusak dinding kapsul.
3.4.8 WADAH DAN PENYIMPANAN
Kapsul gelatin (cangkang) yang kosong disimpan pada
temperature kamar pada kelembaban yang konstan. Kelembaban
yang tinggi, menyebabkan kapsul melunak sedangkan kelembaban
yang rendah menyebabkan kapsul menjadi kering dan retak.
Sebaiknya kapsul disimpan dalam wadah gelas yang dapat
melindungi terhadap kelembaban ekstrim dari debu. Penyimpanan
kapsul berisi obat tergantung dari sifat-sifat obatnya. Misalnya
kapsul gelatin berisi semi solid disimpan jauh dari panas yang
berlebihan yang dapat menyebabkan meleleh atau lunak.
3.5 SEDIAAN SUPPOSITORIA
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV suppositoria adalah sediaan padat
dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra. Supositoria meleleh, melunak atau melarut pada lubang tubuh dengan

40
efek lokal atau sistemik. Supositoria rektal berbentuk silindris dengan salah
satu ujungnya mengerucut, umumnya memiliki berat 2 gr dengan panjang
sekitar 2,5 hingga 3 cm. Suppositoria vaginal (ovula) umumnya berbentuk
bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 g, dibuat dari zat pembawa
yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air, seperti polietilen
glikol atau gelatin tergliserinasi. Supositoria uretral, atau sering disebut
bougies, memiliki ukuran bervariasi tergantung penggunaan untuk perempuan
atau laki-laki. Untuk perempuan biasanya memiliki diameter 5 mm, panjang
50 mm, dan berat 2 g. Untuk laki-laki umumnya berdiameter 5 mm, panjang
125 mm, dan berat 4 g.

Gambar. 5 Sediaan Suppositoria

3.5.1 BASIS SUPPOSITORIA


Menurut Farmakope Indonesia IV, basis suppositoria yang umum
digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati
terhidrogenasi, campuran polietilenglikol (PEG) dengan berbagai
bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol. Basis
suppositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat
terapeutik.

3.5.2 APLIKASI
Supositoria dapat digunakan untuk mengelola obat-obatan bagi
bayi dan anak kecil, bagi pasien yang sangat lemah, terhadap mereka
yang tidak dapat menggunakan obat secara oral.Obat yang terkandung
dalam bentuk sediaan ini memiliki aplikasi local dan sistemik.

41
Aplikasi lokal mencakup perawatan hemoroid,gatal dan infeksi.
Aplikasi sistemik melibatkan berbagai obat, termasuk
antiasmatik,analgesik dan hormon. Bentuk sediaan ini bisa digunakan
lebih sering dalam formulasi yang banyak, sebagai contoh supositoria
gabungan yang mengandung haloperidol,deksamatason dan
benztropin dapat diberikan secara profilaksis untuk mengendalikan
mual dan muntah yang parah, Salbutamol dapat diberikan secara
rektal untuk pengobatan profilaksis jangka panjang untuk asma, dan
supositoria morfin pelepasan yang diperpanjang telah digunakan
untuk nyeri kronis.

3.5.3 KOMPONEN
Jenis / Komposisi basis Supositoria
Suppositoria harus stabil, tidak mengandung alkohol,kimiawi dan
inert, kompatibel dengan berbagai obat,stabil selama penyimpanan,
dan dapat diterima secara estetika. Sebaiknya tidak mencair larut
dalam cairan rektum dan tidak boleh mengikat atau mengganggu zat
pelepasan atau penyerapan, karakteristik lain yang diinginkan
tergantung pada obat-obatan yang akan ditambahkan. Misalnya basa
dengan titik lebur yang lebih tinggi digunakan obat tingkat yang
umumnya menurunkan titik lebur dasar
(misalnya,mentol,fenol,timol,dan minyak atsiri) atau untuk
merumuskan supositoria untuk digunakan didaerah beriklim tropis.
Basa dengan titik lebur yang lebih rendah dapat digunakan saat
menambahkan bahan yang akan menaikkan titik lebur atau saat
menambahkan sejumlah besar padatan. Contoh suppositoria yang ada
dipasaran: Dulcolax sup, flagyl sup, profecom sup.
3.5.4 KOMPOSISI BASIS
Persyaratan basis suppositoria yang digunakan adalah harus
stabil, tidak mengiritasi, inert secara kimia dan fisiologis, stabil, dalam
penyimpanan dan dapat diterima secara estetika.
a. Basis Larutan Minyak

42
Lemak coklat merupakan campuran trigliserida cair yang
terperangkap dalam jaringan trigliserida padat dan kristalin. Asam
sterat dan palmitat merupakan penyusun separuh dari asam lemak
jenuh, sedangkan asam oleat merupakan penyusun asam lemak
jenuh. Lemak coklat dapat bercampur dengan banyak obat serta
tidak bersifat mengiritas. Keuntungan lemak coklat atau lemat
theobroma adalah dapat melunak pada suhu 30 ºC dan meleleh
pada suhu 34ºC.
Kekurangan lemak coklat adalah memiliki sifat polimorfisme.
Lemak coklat memiliki empat bentuk yang berada, α, β, β’, dan γ,
dengan titik lebur berturut-turut 22ºC, 34o hingga 35ºC, 28ºC dan
18ºC. Bebtuk β merupakan bentuk yang paling stabil sehingga
lebih disukai untuk basis suppositoria. Lemak coklat akan meleleh
membentuk minyak cair yang kental. Karena lemak coklat tidak
tercampur dengan cairan tubuh, maka lelehan lemak coklat dapat
keluar dari lubang tubuh. Kekurangan lemak coklat lainnya adalah
tidak mudah menyusut pada pendinginan sehingga sukar
dilepaskan dari cetakan, hal tersebut dapat diatasi dengan
menambahkan lubrikan pada cetakan.
b. Basis Minyak Atsiri Hidrogenasi
Fattibase adalah campuran basis suppositoria, tersusun atas
trigliserida yang merupakan turunan minyak kelapa dan kelapa
sawit dengan gliseril monostearat sebagai pengemulsi sendiri dan
polioksil stearat sebagai bahan pengemulsi dan pensuspensi. Basis
ini stabil dengan tingkat iritasi rendah, tidak memerlukan
penyimpanan khusus, komposisinya seragam, lembut dan memiliki
rentang pelelehan yang terkendali. Fattibase merupakan padatan
dengan titik lebur 35 ºC hingga 37 ºC dan berwarna putih.
c. Basis yang larut dalam air
Pada basis lalur air, obat dapat terlarut dalam basis dan segera
bercampur dengan cairan tubuh. Larutan akan larut dan tercampur
dengan cairan tubuh berair. Karakteristik lain basis larut air adalah

43
dapat menyebabkan iritasi, karena menyebabkan sedikit dehidrasi
mukosa rectal dengan mengambilkan air kemudian terlarut.
Meskipun demikian, basis ini digunakan secara luas dalam
formulasi suppositoria yang banyak digunakan.
Basis supositoria rasio adalah basis yang larut dalam air yang
paling populer, keuntungannya adalah bahwa PEG dengan molekul
PAG rendah sampai tinggi molekul dapat diubah untuk membuat
basis ke titik lebur. Polybase adalah basis supositoria, padatan
putih, terdiri dari campuran homogen PEG dan polisorbat 80. Ini
adalah dasar yang dapat larut dalam air yang stabil pada suhu
kamar 25 derajat celcius dengan berat molekul rata-rata 3440 dan
tidak memerlukan pelumasan cetakan. Supositorit gelatin
gliserol,terdiri dari gliserin 70 %, gelatin 20%, dan 10% air, harus
dikemas dalam kontainer ketat karena bersifat higroskopis. Ini
tidak dianjurkan sebagai basis supositoria rektum karena dapat
mengerahkan efek osmotik.Basis gliserin terdiri dari gliserin
(87%), natrium stearat (8%), dan air murni (5%).Basis ini kadang-
kadang digunakan untuk persiapan supositoria vagina.
3.5.5 KELEBIHAN SUPPOSITORIA:
 Dapat digunakan untuk obat yang tidak bisa diberikan melalui
rute oral karena gangguan saluran cerna seperti mual, pasien
dalam keadaan tidak sadar, atau pada saat pembedahan.
 Dapat diberikan pada bayi, anak-anak, lansia yang susah menelan,
dan pasien gangguan mental
 Zat aktif tidak sesuai melalui rute oral, missal karena efek
samping pada saluran cerna, atau mengalami First Pass Effect
(FPE)
 Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang rusak oleh pH di
rectum.

44
3.5.6 METODE PEMBUATAN SUPPOSITORIA
Suppositoria dapat dibuat dengan beberapa metode yaitu
pencetakan dengan tangan, pencetakan kompresi, dan pencetakan
dengan penuangan.

3.5.7 PENCETAKAN DENGAN TANGAN (MANUAL)


Pencetakan dengan tangan (manual) merupakan metode paling
sederhana, praktis dan ekonomis untuk memproduksi sejumlah kecil
suppositoria.Caranya dengan menggerus bahan pembawa / basis
sedikit demi sedikit dengan zat aktif, di dalam mortir hingga
homogen. Kemudian massa suppositoria yang mengandung zat aktif
digulung menjadi bentuk silinder lalu dipotong-potong sesuai
diameter dan panjangnya. Zat aktif dicampurkan dalam bentuk serbuk
halus atau dilarutkan dalam air.Untuk mencegah melekatnya bahan
pembawa pada tangan, dapat digunakan talk.
3.5.8 PENCETAKAN DENGAN KOMPRESI / CETAK KEMPA /
COLD COMPRESSION
Pada pencetakan dengan kompresi, suppositoria dibuat dengan
mencetak massa yang dingin ke dalam cetakan dengan bentuk yang
diinginkan. Alat kompresi ini terdapat dalam berbagai kapasitas yaitu
1,2 dan 5 g. Dengan metode kompresi, dihasilkan suppositoria yang
lebih baik dibandingkan cara pertama, karena metode ini dapat
mencegah sedimentasi padatan yang larut dalam bahan pembawa
suppositoria. Umumnya metode ini digunakan dalam skala besar
produksi dan digunakan untuk membuat suppositoria dengan
pembawa lemak coklat / oleum cacao. Beberapa basis yang dapat
digunakan adalah campuran PEG 1450 – heksametriol-1,2,6 6% dan
12% polietilen oksida 4000.

45
3.5.9 PENCETAKAN DENGAN PENUANGAN / CETAK TUANG /
FUSION
Metode pencetakan dengan penuangan sering juga digunakan
untuk pembuatan skala industri. Teknik ini juga sering disebut sebagai
teknik pelelehan. Cara ini dapat dipakai untuk membuat suppositoria
dengan hampir semua pembawa. Cetakannya dapat digunakan untuk
membuat 6 - 600 suppositoria. Pada dasarnya langkah-langkah dalam
metode ini ialah melelehkan bahan pembawa dalam penangas air hingga
homogen, membasahi cetakan dengan lubrikan untuk mencegah
melekatnya suppositoria pada dinding cetakan, menuang hasil leburan
menjadi suppo, selanjutnya pendinginan bertahap (pada awalnya di suhu
kamar, lalu pada lemari pendingin bersuhu 7-10 0C, lalu melepaskan
suppo dari cetakan. Cetakan yang umum digunakan sekarang terbuat dari
baja tahan karat, aluminium, tembaga atau plastik.
Cetakan yang dipisah dalam sekat-sekat, umumnya dapat dibuka
secara membujur. Pada waktu leburan dituangkan cetakan ditutup dan
kemudian dibuka lagi saat akan mengeluarkan suppositoria yang sudah
dingin. Tergantung pada formulasinya, cetakan suppo mungkin
memerlukan lubrikan sebelum leburan dimasukkan ke dalamnya, supaya
memudahkan terlepasnya suppo dari cetakan. Bahan-bahan yang
mungkin menimbulkan iritasi terhadap membran mukosa seharusnya
tidak digunakan sebagai lubrikan (Sylvia Nurendah, skripsi)
Metode yang sering digunakan pada pembuatan suppositoria baik
skala kecil maupun skala industri adalah pencetakan dengan penuangan
(Ansel, 378).
3.5.10 CARA MENGGUNAKAN SUPPOSITORIA REKTAL
1. Pergi ke toilet dan jika perlu kosongkan isi perut Anda (BAB).
2. Cuci tangan.
3. Buang semua foil atau plastik pembungkus suppositoria.
4. Lakukan dengan berjongkok atau rebah ke salah satu sisi tubuh
dengan satu kaki ditekuk dan satu kaki lainnya lurus.

46
5. Masukkan obat suppositoria dengan lembut namun tegas ke dalam
anus. Jika perlu basahi ujung suppositoria dengan sedikit air. Lalu
dorong cukup jauh sehingga suppositoria tidak keluar kembali.
6. Tahan dan rapatkan kaki dengan duduk atau berbaring diam selama
beberapa menit.
7. Cuci kembali tangan.
8. Usahakan agar tidak BAB selama setidaknya satu jam, kecuali obat
suppositoria tersebut adalah jenis pencahar.
9. Setelah berada di rektum, obat suppositoria akan mencair dan
mungkin saja akan merembes dari dubur Anda. Lebih baik masukkan
obat suppositoria sebelum tidur malam hari daripada di siang hari,
namun tetap harus sesuai dengan jadawal yang diinstruksikan dokter.
Jika Anda memasukkan obat suppositoria di siang hari, ketahuilah
bahwa beberapa jenis suppositoria dapat menodai pakaian.

3.5.11 CARA PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN SUPPOSITORIA

1. Simpanlah obat suppositoria di tempat yang sejuk dan terlindung


dari cahaya, tapi tidak di dalam kulkas kecuali memang
diinstruksikan. Jika diletakkan di tempat yang terlalu hangat, obat
suppositoria akan meleleh.
2. Selalu jauhkan obat suppositoria dari jangkauan anak-anak.
3. Selalu gunakan suppositoria sesuai dengan ketentuan pada label
atau seperti yang telah diperintahkan oleh dokter atau apoteker.
4. Jangan pernah menggunakan atau memberikan obat suppositoria
Anda kepada orang lain, meskipun keduanya memiliki gejala atau
penyakit yang sama.
5. Jika Anda lupa memasukkan obat suppositoria, segera masukkan di
saat Anda ingat, lalu kemudian lakukan sesuai jadwal seperti biasa.
Namun jika waktu Anda ingat sudah mendekati waktu pemberian
berikutnya, lebih baik tinggalkan.
6. Suppositoria dirancang hanya untuk dimasukkan ke dalam rektum
dan tidak boleh diminum. Jika tertelan, segera hubungi

47
dokter.Jangan gunakan suppositoria yang sudah kadaluarsa.
Sebalum menggunakannnya, selalulah lihat tanggal
kadaluarsa pada kemasan.
3.6 Sediaan Pilluae (Pil)
Pillulae berasal dari kata ‘pila’ artinya bola kecil. Obat berbentuk bundar
seperti bola ini bermacam-macam bobotnya dan masing-masing diberi nama
sendiri. Pillulae menurut FI edisi IV ialah suatu sediaan berupa massa bulat
mengadung satu atau lebih bahan obat yang di gunakan untuk obat dalam dan
bobotnya 50-300 mg per pil (ada juga yang menyebutkan bobot pil adalah 1-5
gram.Boli adalah pil yang bobotnya diatas 300mg ; granula bobot nya 20-60
mg dan parvule bobonya di bawah 20mg per buah. Bentuk sediaan pil
mempunyai beberapa keuntungan ,antara lain :
1. Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obat.
2. Memberikan obat dalam dosis tertentu.
3.6.1 Cara Pembuatan Sediaan Pil
Cara pembuatan pil pada prinsipnya adalah mencampurkan bahan-
bahan, baik obat atau zat utama dan zat tambahan sampai homogen.
Setelah homogen, campuran ini ditetesi dengan zat pembasah sampai
menjadi massa lembek yang elastis, lalu dibuat bentuk batang dengan
cara menekanan sampai sepanjang alat pemotong pil yang dikehendaki,
kemudian dipotong dengan alat pemotong pil sesuai dengan jumlah pil
yang diminta. Bahan penabur ditaburkan pada massa pil, pada alat
penggulung dan alat pemotong pil agar massa pil tidak melekat pada
alat tersebut. Penyalutan dilakukan jika perlu, namun sebelum
penyalutan pil harus kering dahulu atau dikeringkan dalam alat atau
ruang pengering dan bahan penabur yang masih menempel pada pil
harus dibersihkan dahulu.
3.6.2 CARA MENGATASI MASALAH YANG MUNCUL AKIBAT
COMPOUNDING UNTUK SEDIAAN PADAT
Seiring dengan semakin berkembang sains dan tehnologi
perkembangan didunia farmasipun tidak ketinggalan. Semakin hari
semakin banyak jenis ragam penyakit yang muncul dan berkembang

48
pengobatan terus dikembangkan berbagai turunan macam obat dibuat
untuk meningkatkan efektifitas obat selain dimodifikasi senyawa obat
upaya yang banyak dilakukan adalah modifikasi bentuk sediaan system
penghantaran obat.
System penghantaran obat yang ideal adalah system yang jikan
diberikan dalam dosis tunggal dapat menghantarkan obat sedini
mungkin (memiliki waktu laten pendek) memberikan efek farmakologi
selama mungkin (durasi panjang)dan penghantaran obat langsung
ketempat kerjanya (sasaran target) dengan aman. System penghantaran
obat ideal ini sulit sekali untuk dibuat oleh karena itu pada penelitian ini
dikembangkan sediian obat yang dirancang sedemikian rupa sehingga
mempunyai karakteristik pelepasan obat dengan waktu sesuai dengan
yang dirancang untuk meningkatkan efektifitas obat.
3.6.3 CARA MENGATASI MASALAH YANG MUNCUL AKIBAT
COMPOUNDING UNTUK SEDIAAN PADAT
1. Serbuk Terbagi (pelvis)

R/ Codein fosfat 10 mg
Laktosa q.s
m.f. pulv.dtd No. X
S.t. d d pulv.I

Pro : Tn. Marzuki (53 tahun)

a. Permasalahan
Tidak ada
b. Pemecahan Permasalahan
Tidak ada
c. Indikasi
Codein fosfat digunakan untuk pengobatan rasa sakit, diare dan
sebagai penekan batuk.
d. Keamanan dan kesesuaian penggunaan.

49
Dosis lazim codein fosfat adalah 30-60 mg setiap 4 jam dengan
maximum 240 mg/sehari. Jadi sediaan aman dan sesuai untuk yang
bersangkutan.
e. Perhitungan
Pembawa yang diminta adalah laktosa, tanpa penambahan
pengawet dan pemberi aroma, sehingga formula untuk preskripsi di
atas adalah:
Codein fosfat = 10 mg × 10 = 100 mg
Laktosa = 190 mg × 10 = 1900 mg
f. Cara Pembuatan
1.Timbang codein fosfat 100 mg
2. Pindahkan ke mortar
3. Timbang laktosa 1900 mg
4. Tambahkan laktosa dengan teknik pencampuran geometris.
5. Tambahkan sedikit pewarna untuk mengetahui homogenitas.
6.Bagi dan bungkus sebagai serbuk bagi
 Hitung ulang apakah jumlah serbuk bagi sesuai yang diminta
kemudian masukkan wadah
 Pemberian etiket dan label.
g. Wadah, etiket dan label
 Wadah : botol bermulut lebar berwarna cokelat atau kotak kardus
 Etiket : warna putih (untuk obat dalam)
 Label :
 Dapat menyebabkan rasa kantuk jangan mengendarai
kendaraan bermotor atau menjalankan mesin, hindari minuman
beralkohol.
 Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
 Hindarkan dari jangkauan anak-anak
h. Konseling pada pasien
 Pasien dapat melarutkan serbuk dalam segelas air bila perlu.
 Serbuk bagi disimpan pada tempat yang kering dan terhindar dari
cahaya matahari langsung.

50
3. Serbuk tidak terbagi (pulveres)

Dokter Hendarto Arbi


SIP.xxxx
Jl. Anggrek 888 XYZ Telp.xxxx

R/ Menthol 0,1
Camphora 0,2
Zn stearat 0,8
Talc. Ad 20
S.u.e
Pro : Anak Arsanti (5 tahun)

a. Permasalahan
Tidak ada
b. Pemecahan Permasalahan
Tidak ada
c. Indikasi : serbuk tabur antiiritan
d. Keamanan dan kesesuaian penggunaan : sediaan yang tertulis
di preskripsi adalah formula serbuk tabur yang aman
digunakan untuk anak-anak.
e. Perhitungan
Menthol = 0,1 g + 10 % = 0,01 + 10 % = 0,11 g
Camphora = 0,2 g + 10% = 0,2 + 10% = 0,22 g
Zn Stearat = 0,8 + 10% = 0,88 + 10% = 0,88
Talk = (20 - 1,1 – 0,2 – 0,8 g)
= 18,9 g
f. Cara Pembuatan
1. Menthol dan camphor masing-masing digerus (dengan
cara intervensi) secara terpisah dengan cara sbb:

51
2. Masukkan mentol ke mortal. Mentol ditambahkan etanol
95% yang mudah menguap sampai tepat larut, tambahkan
talk (talk diayak terlebih dahulu dengan no 120)
secukupnya sampai kering.
3. Lakukan hal tersebut diatas pada camphor (dilarutkan
dalam alcohol 95% hingga tepat larut, kemudian
dikeringkan dengan talk secukupnya) dalam mortar lain.
4. Campurkan keduanya
5. Tambahkan sisa talk dengan metode geometris, aduk
hingga rata
6. Tambahkan Zn stearat (yang sudah diayak dengan no 120)
sambil diaduk hingga homogen.
7. Masukkan wadah sediaan
g. Wadah, etiket dan label
 Wadah botol plastik dengan tutup yang berlubang, untuk
memudahkan penaburan serbuk.
 Label : Etiket : warna biru (untuk pemakaian luar) Label
tambahan: Untuk pemakaian luar, simpan ditempat yang
kering, jangan dipakai ditempat luka terbuk
h. Konseling pada pasien: serbuk tabur ditaburkan pada daerah
yang dikehendaki secara merata dan tidak terlalu tebal
 Tanggal sediaan tidak boleh dipergunakan lagi (BUD)
 Sediaan hanya untuk pemakaian luar
 Simpan ditempat yang kering.

52
3. Tablet

R/ amoxsisilin 500 mg No X
S 3 dd 1 tab
Natrium diklofenak No X
S Prn

a. Permasalahan
Amoksisilin dapat menimbulkan resistensi bila dalam pemakaian
obat tidak teratur.
b. Pemecahan Permasalahan
Obat harus dihabiskan
b. Indikasi
Amoksisilin sebagai antibiotik pada ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut)
Natrium Diklofenak sebagai analgesik
c. Keamanan dan kesesuaian penggunaan.
Sediaan aman dan sesuai untuk yang bersangkutan.
d. Perhitungan bahan
Tidak ada
e. Perhitungan dosis
Tidak ada
f. Cara Pembuatan
Tidak ada
g. Wadah, etiket dan label
 Wadah : Plastik klip
 Etiket : warna putih (untuk obat dalam)
 Signa : 3 x Sehari 1 Tablet (Amoksisilin)
Diminum Bila Perlu (Natrium Diklofenak)
 Label :

53
 Tidak boleh diulang tanpa resep dokter
h. Konseling pada pasien
 Amoksisilin harus diminum sampai habis dan Natrium
Diklofenak hanya diminum jika terjadi nyeri

4. Kapsul

a. Permasalahan:
Tidak ada
b. Pemecahan Permasalahan
Tidak ada
c. Indikasi :
Dekstrometrofan sebagai obat batuk kering
d. Keamanan dan kesesuaian penggunaan :
Aman
e. Kegunaan:
1. Cefspan (Cefixime) Antibiotik
2. Sanmol (paracetamol) Antiinflamasi
3. Codein Antitusiv, Analgesik
Aloris (loratadine) Antihistamin
Vectrin (Erdostein) Mukolitik, Antiinflamasi
4. Rhinos sr (Loratadine dan Pseudoephedrin

54
f. Penimbangan:
1. Cefspan capsul 1x 10 =10 capsul
2. Sanmol tablet 1x15 =15 tablet

3. Codein tablet 10 mg x 10 =5 tablet


20 mg
Aloris tablet 1 x 10 =5 tablet
2
Vectrin capsul 1 x 10 =10 capsul
4. Rhinos sr 1 x 20 =20 tablet

g. Pembuatan:
1. Untuk obat dengan no resep 1, 2, dan 4. Tinggal disiapkan
obatnya lalu kemas dan beri etiket.
2. Untuk obat dengan no resep 3 di racik terlebih dahulu.
3. Siapkan alat dan bahan.
4. Masukkan obat codein 5 tablet, aloris 5 tablet dan vectrin 10
capsul (yang sebelumnya isi cangkang kapsulnya dikeluarin),
kedalam mesin blelnder (khusus obat).
5. Kemudian digerus hingga homogen.
6. kemudian matikan blender, dan bagi serbuk menjadi 10 bagian
diatas kertas perkamen.
7. Selanjutnya bungkus, kemas dan beri etiket.
h. Etiket:
1. Signa: 2 x sehari 1 capsul (dihabiskan)
2. Signa: 3 x sehari 1 tablet
3. Signa: 3 x sehari 1 bungkus
4. Signa: 2 x sehari 1 kapsul

55
5. Supositoria

a. Permasalahan
Tidak ada
b. Pemecahan Permasalahan
Tidak ada
c. Indikasi
Obat wasir Asetosal
d. Keamanan dan kesesuaian penggunaan.
aman
e. Perhitungan bahan
Tidak ada
f. Perhitungan dosis
Tidak ada
g. Cara Pembuatan:
Tidak ada
h. Wadah, etiket dan label

56
- Plastic klip
- Etiket biru
- Signa : bila perlu
i. Konseling pada pasien
 Cara pemakaian boraginol suppositoria dimasukkan didalam
dubur (rectal).

57
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Sediaan padat adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur
yang padat dan kompak. Macam-macam sediaan solid pada obat
antara lain: serbuk, tablet, kapsul, suppositoria. Serbuk adalah
campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan.
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari
obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan
bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra,
umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
2. Dalam teknik Compounding terdapat beberapan masalah yang muncul
dalam pencampuran sediaan padat.

58
DAFTAR PUSTAKA

Allen, LV., 2002, The Art, Science and Techology Of Pharmaceutical


Compounding. American Pharmaceutikal association, Washington DC.
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesi, Jakarta.
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesi, Jakarta. 298
Anonim, 2005. Sediaan Farmasi Solid dan Semi Solid, Tim Analisis ITB,
Bandung.
Anonim, 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V. Departemen Kesehatan Republik
Indonesi, Jakarta.
Lucia Hendriati, 2003. Compounding dan Dispensing. Yogyakarta.
Chaerunnisa, Anis Yohana. 2009. Farmasetika Dasar. Widya Padjajaran:
Bandung
Depkes. 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan., Jakarta
Depkes. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Indrawati, Teti. 2011. Sistem Penghantaran Obat Baru Peroral dengan Pelepasan
Terkontrol. Jurnal Saintech Farma, Vol II No.1
Lachman, L., A. L. Herbert, & L. K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Diterjemahkan oleh: Siti Suyatmi. Universitas Indonesis Press.
Jakarta
Loyd, V. Allen. JR, 2012, The Art, Science, and Technology of Pharceutical
Compounding Fourth Edition, Washington DC: American Pharmacists
Association.
Mariott, Wilson, Dkk., 2010. Pharmaceutical Compounding and Dispensing
Second Edition. Pharmaceutical press.
Pratiwi, Nurina Rezki. 2008. Karakterisasi Sediaan Solid. Fakultas MIPA:
Universitas Indonesia.

59
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C., 2006. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 5th ed., The Pharmaceutical Press, London.
Sulaiman, T. N. S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka
Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.
Sulistiana, Sri. Dkk. 2012. Pengembangan Formulasi Tablet Matriks
Gastroretentive Floating dari Amoksisilin Trihidrat. Jurnal Farmasi dan
Farmakologi Vol. 16 No.3-November . hal 131-138
Sood, Surbhi. Dkk. 2011. Gastroretentive : A Controlled Release Drug Delivery
System. Asian Journal of Pharmaceutical an Clinical Research Vol.4, Suppl
1. ISSN 0974-2441.
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Zuheid,
Noor. Dkk. 2006. Formula and Compression Forces Optimization on the
Caractheristic of Effervescent Tablet of Passsion Fruits. Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan, Vol XVII No.1
Tousey. 2002. The Granulation Process 101- Basic Technologies For Tablet
Making. Pharmaceutical Technology Page 8-1.
Zubaidah dkk.2009. Ilmu resep .pengelola buku buku smf .Jakarta.

60

Anda mungkin juga menyukai