Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FAKULTAS FARMASI
UIVERSITAS ANDALAS
A. KASUS
Industri farmasi sedang memproduksi suspensi antasid untuk bets ke 108. Saat ini produk
yang dihasilkan sudah dalam bentuk ruahan dan sedangberada dalam ruang karantina.
Sselanjutnya bagian pengawasan mutu diperintahkan unutk melakukan pemeriksaan
terhadap mutu suspensi tersebut. Untuk itu dilakukan pengambilan sampel dan diperiksa
mutunya sesuai persyaratan farmakope maupun nonfarmakope.
Instruksi:
a. Jelaskan pemeriksaan mutu yang dilakukan baik sesuai farmakope maupun non
farmakope (meliputi: jenis pemeriksaan, alat, jumlah sampel, prosedur pemeriksaan,
persyaratan)
b. Berikan tiap jenis pemeriksaan tersebut dengan contoh berupa data hasil
pemeriksaan dan buatlah kesipulan dari hasil pengolahan data tersebut, apakah
memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat ( meliputi jenis pemeriksaan, data
mentah hasil pemeriksaan, data hasil pengolahan, kesimpulan)
B. KEY WORDS
1. Suspensi menurut FI edisi IV adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
2. Antasida adalah golongan obat yang digunakan untuk menetralkan asam di
lambung.
3. Sample adalah sejumlah suspensi yang diambil sesuai dengan tujuan dan prosedur
pengambilan sampel yang ditetapkan.
4. Uji mutu adalah pengujian laboratorium yang dilakukan untuk membuktikan mutu
obat selalu konsisten memenuhi standar dan persyaratan.
5. Persyaratan adalah segala sesuatu yang harus dipenuhi.
C. RESUME
A. Pengertian
Suspensi menurut FI edisi IV adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Antasid Merupakan golongan obat yang
digunakan untuk menetralkan asam di lambung.
B. Evaluasi sediaan
1. Uji Homogenitas dan Organoleptis
Uji Organoleptis merupakan evaluasi dengan pengamatan panca indera terhadap
sediaan yang diperoleh. Adapun yang diamati yaitu bau, rasa, dan warna. Setelah
sediaan selesai dibuat, organoleptisnya sesuai dengan yang direncanakan.dan
setelah penyimpanan, sifat organoleptis sediaan masih sama karena ditutup rapat
dan ditepatkan ditempat yang sejuk agar tidak cepat menguap.
Homogenitas adalah ketercampuran bahan obat dengan baik.
Organoleptis &
Hasil
homogenitas
Bau Bau mint
Rasa Rasa mint
Warna Putih
Homogenitas Homogen
2. Penetapan Ph
Penetapan Ph menurut FI V (hal 1563):
Alat : Alat Potensiometrik (Ph Meter)
Jumlah sample : Disesuaikan
Prosedur pemeriksaan :
a. Persiapan pengujian
Ph meter
Piknometer
4. Volume Terpindahkan
Uji ini dilakukan sebagai jaminan bahwa larutan dan suspensi yang dikemas
dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari
250 ml yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang di
konstitusi dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan
volume yang ditentukan jika dipindahkan dari wadah asli akan memberikan volume
sediaan seperti yang tertera pada etiket.
Alat : Gelas ukur
Jumlah sampel : 10 botol suspensi @ 50 ml
Cara kerja :
Pilih tidak kurang dari 30 wadah
Untuk suspensi oral , kocok isi 10 wadah satu per satu
Untuk suspensi rekontitusi, serbuk dikonsitusikan dengan sejumlah pembawa
seperti yang tertera pada etiket, konstitusi 10 wadah dengan volume pembawa
seperti yang tertera pada etiket diukur secara seksama dan campur.
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah
dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari 2,5 kali volume yang diukur.
Penuangan dilakukan secara hati-hati untuk menghindari pembentukan
gelombang udara pada waktu penuangan dan diamkan selama 30 menit.
Jika telah bebas dari gelombang udara, ukur volume dari tiap campuran.
Syarat:
Volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan
tidak satu pun volume wadah yang kurang dari 95%.
Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak satu pun wadah
yang volumenya kurang dari 95%.
Jika B adalah tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95% tetapi tidak
kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket , lakukan pengujian
terhadap 20 wadah tambahan.
Volume rata-rata yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dan
tidak lebih dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari
95%.
Gelas ukur
Hasil :
Botol Volume
1. 48ml
2. 47ml
3. 48,5ml
4. 47ml
5. 48,9ml
Volume Terpindahkan
6. 48,8ml
Baik
7. 47ml
8. 47,2ml
9. 47,9ml
10. 49,0ml
Jumlah 479,3 ml
V rata 47,93 ml
Persyaratan :
Kapasitas penetralan asam menurut Farmakope Indonesia IV (1995) dan USP
XXIII (1995), dimana kapasitas penetralannya mempunyai harga efektivitas
antasida minimal 5 mEq/satuan dosis terkecil dan menurut Dale and Booth,
menggambarkan lamanya suatu sediaan antasida untuk mempertahankan pH
lambung pada pH 3,5 selama minimal 2 jam. Semakin besar kapasitas penetralan
asam (mEq), semakin lama pula waktu untuk mempertahankan pH lambung pada
pH 3,5.
a. pH Meter b. Pengaduk Magnetik c. Titrasi
Syarat : Distribusi ukuran partikel yang baik adalah distribusi normal pada
kurvanya.
Cara 2 :
Alat : Objek gelas
Sampel : Sejumlah sampel sesuai kebutuhan
Cara kerja:
Larutkan sejumlah sampel yang cocok dengan volume yang sama dengan
gliserol dan kemudian encerkan lebih lanjut. Bila perlu dengan campuran
sejumlah volume yang sama dari gliserol dan air, sebagai alternatif digunakan
parafin sebagai pelarutnya (sesuai monografinya).
Teteskan cairan yang telah diencerkan tadi pada kaca objek. Periksalah
sebaran acaknya secara mikroskopik dengan menggunakan mikroskop
resolusi yang cukup untuk mengobservasi partikel yang kecil.
Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada partikel atau tidak
lebih dari beberapa partikel di atas ukuran maksimum yang diperbolehkan
pada monografinya dan karena itu hitunglah presentasi partikel yang
mempunyai diameter maksimum dalam batas yang ditetapkan.
Persentase harus dikalkulasi dari observasi paling sedikit 1000 partikel.
Persyaratan: Jumlah partikel paling sedikit 1000 partikel
b) Metode pipet (Andreasen)
Metode pipet (Andreasen) adalah cara paling sederhana dari analisis ukuran
partikel. Mekanisme pengukuran dengan menggunakan pipet andreasen yaitu
1% sediaan suspensi diletakkan dalam pipet pada interval waktu yang telah
ditentukan. sampel diambil dari kedalaman tertentu tanpa menggangu suspensi,
kemudian dikeringkan sehingga residu dapat ditimbang. Dengan persamaan
stokes, diameter partikel yang bersesuaian dengan masing-masing interval
waktu dihitung, dimana x merupakan tinggi cairan diatas ujung bawah pipet
pada waktu t ketika masing-masing sampel dikeluarkan. Karena ukuran partikel
tidak sama, partikel akan mengendap pada laju yang berbeda-beda.
Pipet Andreasen
c) Metode sedimentasi
Ukuran partikel pada subsieve range dapat diperoleh melalui sedimentasi
gravitasi berdasarkan hukum Stokes sebagai berikut:
2
V = h/t = d (1 2) g / 18
Vu
F
Vo
Keterangan
F= DerajatSedimentasi
Vu = Volume Sediaan awal
Vo = Volume sedimentasi
Syarat :
Bila F=1 dinyatakan sebagai Flocculation equilibrium, merupakan
sediaan yang baik. Demikian bila F mendekati 1.
Bila F>1 terjadi Floc sangat longgar dan halus sehingga volume akhir
lebih besar dari volume awal. Maka perlu ditambahkan zat tambahan.
Formulasi suspense lebih baik jika dihasilkan kurva garis yang horizontal
atau sedikit curam.
Uji Redispersi
Penentuan redispersi dapat ditentukan dengan cara mengocok sediaannya dalam
wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik. Keuntungan
pengocokan mekanik ini dapat memberikan hasil yang reprodusibel bila digunakan
dengan kondisi terkendali.
Alat :Tabung Sedimentasi
Jumlah sampel : 25 ml
Cara kerja :
Uji Redispersi dilakukan setelah evaluasi volume sedimentasi selesai dilakukan.
Tabung reaksi berisi suspensi yang telah dievaluasi volume sedimentasinya
diputar 180 derajat dan dibalikan keposisi semula.
Kemampuan redispersi baik bila suspense telah terdispersi sempurna dan diberi
nilai 100%. Setiap pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama, maka
akan menurunkan nilai redispersi sebesar 5%.
Syarat :
Kemampuan redispersi baik bila suspense telah terdispersi sempurna dengan
pengocokan tangan maksimum 30 detik.
Harike Formula I Redisperasi
Vo Vu F (%)
0- 15 25 25 1
30 25 25 1
45 25 25 1
60 25 25 1 90,00 0,00
1 25 24,5 0,98
2 25 23 0,92
3 25 22 0,88
Tabung sedimentasi
Tabel 1 Ciri Khas morfologi Staphylococcus aureus pada media agar selektif
Media selektif Ciri khas Morfologi Pewarnaan Gram
Vogel Johnson Agar Hitam dikelilingi zona Postitif mberbentuk bulat
medium (VJA) kuning dalam tandan
Mannitol Salt Agar medium Kuning dengan zona kuning Positif, berbentuk bulat
(MSA) dalam tandan
Baird parkier Agara Hitam, berkilau, di kelilingi Positif, berbentuk bulat
medium (BPA) zona jernih 2 sampai 5 mm dalam tandan
Tabel 2 Ciri khas morfologi Pseudomonas aueruginosa pada media agar selektif dan
diagnostic
Media Ciri Khas Fluoresensi Uji oksidase Pewarnaan
morfologi dibawah Gram
koloni cahaya UV
Cetrimide Agar Umumnya Kehijauan Positif Negatif
medium kehijauan berbentuk
batang
Pseudomonas Umumnya tidak Kekuningan Positif Negatif,
agar medium berwarna berbentuk
untuk deteksi hingga batang
fluoresin kekuningan
Pseumomas Umumnya Biru Positif Negatif,
agar medium kehijauan berbentuk
untuk deteksi batang
piosianin
e. Uji Salmonella sp dan E. coli
Media uji : Specimen ditambahkan sejumlah volume media FLM hingga
100 ml dan inkubasi. Pipet berturut-turut 1 ml ke dalam masing-masing wadah
berisi 10 ml media FSCM dan media FTM, campur, dan inkubasi selama 12 jam
sampai 24 jam.
Uji Salmonella sp
Dengan sengkelit pindahkan sebagian media FSCM dan media FTM
masing-masing ke permukaan media BGA, media XLDA dan media
BSA yang terdapat di dalam cawan petri
Tutup cawan, balikkan, dan inkubasi
Positif mengandung Salmonella sp jika pada media BGA terdapat
koloni kecil , transparan, tidak bewarna atau merah muda hingga putih
buram (sering dikelilingi zona berwarna merah muda hingga merah),
dengan XLDA berwarna merah dengan atau tanpa pusat berwarna
hitam, BSA terdapat koloni hitam atau hijau
Uji E. coli
Menggunakan sengkelit, goreskan sebagian dari sisa Media FLM pada
permukaan Media MCA, tutup cawan, balikkan, dan inkubasi.
Positif mengandung E coli jika pada media BGA terdapat koloni kecil ,
transparan, tidak bewarna au merah muda hingga putih buram (sering
dikelilingi zona berwarna merah muda hingga merah), dengan XLDA
berwarna merah dengan atau tanpa pusat berwarna hitam, BSA terdapat
koloni hitam atau hijauat
Syarat :
Tidak boleh mengandung Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeroginosa , Salmonella sp, dan E.coli
Inkubator
Pertimbangan dari segi rheologi penting dalam pembuatan suspense, antara lain
adalah viskositas sebagai pengaruhnya terhadap pengendapan dari partikel terdispersi
serta perubahan sifat-sifat alir dari suspense bila wadahnya dikocok dan bila hasilnya
dituang dari botol. Pengukuran dilakukan dengan viscometer Rion yang
menggunakan spindle no. 3 dengan kecepatan 2, 4, 10, 20 rpm. Hasil yang
didapatkan untuk viskositas sediaan suspensi antasida yaitu 0,9 dPa.(90 cps)
memenuhi syarat.
Cara kerja :
Viskometer Hoeppler (Bola Jatuh)
a. Tabung diisi dengan cairan yang diukur viskositasnya sampai jenuh.
b. Bola yang sesuai dimasukkan ke dalam tabung.
c. Ditambahkan cairan sampai tabung penuh dan ditutup sedemikian rupa.
d. Ketika bola sudah turun melampaui garis awal, bola dikembalikan ke posisi
semula dengan cara membalikkan tabung.
e. Waktu tempuh bola dicatat ketika mulai dari garis m1 sampai m3 dalam detik.
f. Menentukan bobot jenis cairan dengan menggunakan piknometer.
g. Menghitung viskositas cairan dengan menggunakan rumus yang sesuai.
Tabel Hasil Pengukuran Viskositas dengan Menggunakan Viskometer Hoeppler
Waktu [t] (s)
Bobot Bobot Jenis Konstanta [B] Viskositas
Nama Zat Jenis Bola Cairan Bola []
(g/cm3) (g/cm3) t1 t2 t3 t total 3
(mPa.s.cm /g.s) (mPa.s)
CMC 1 % b/v 2,2 1,234 131 171 264 188 0,09 16,345
Xanthan gum 1
8,1 1,062 66 54 52 57 0,09 36,105
% b/v
Gabungan
CMC dan 2,2 1,27 59 141 54 254 0,09 22,083
GUM
Keterangan : mPa.s cP
Viskositas CMC
= t ( Pbola - Pcairan ) B
= 188 s ( 2,2 g/cm3 1,234 g/cm3 ) 0,09 mPa.s.cm3/g.s
= 188 s ( 0,966 g/cm3 ) 0,09 mPa.s.cm3/g.s
= 16,345 mPa.s
Viskositas GUM
= t ( Pbola - Pcairan ) B
= 57 s ( 8,1 g/cm3 1,062 g/cm3 ) 0,09 mPa.s.cm3/g.s
= 188 s ( 7,038 g/cm3 ) 0,09 mPa.s.cm3/g.s
= 36,105 mPa.s
Viskometer hoopler
Pembuatan Reagen
Larutan Dapar Amonia-amonium klorida [FI IV hal 1143]
67,5 g amonium klorida P dilarutkan dalam air, lalu ditambahkan 570 ml amonium
hidroksida P, dan diencerkan dengan air hingga 1000 ml.
Hasil :
Pembakuan Na2EDTA 0,05 M dengan Zink Sulfat
No. Massa (mg) Vol. (ml)
1. 103,6 7,5
2. 104 7,5
3. 103,2 7,6
7,5 . M = x1
= 0,0480
7,5 . M = x1
= 0,0469
7,6 . M = x1
= 0,0511
Normalitas Rata-rata = =
0,0473 M
BM Al(OH)3 : 78
BM Mg(OH)2 : 58,32
Kesetaran Mg(OH)2 = x konsentrasi
= x 0,05
= 2,916
Perhitungan :
Kadar Tunggal [Al(OH)3] = 40 mg/ml
Kadar
Kadar =
= 38,87 mg/ml
Kadar =
= 38,59 mg/ml
Kadar =
= 38,87mg/ml
= x 100 % = 2,825 %
Buret
C. PETA KONSEP
DAFTAR PUSTAKA