Anda di halaman 1dari 21

GEL

Kelompok 2 :
Fitri Puspitasari
Hana Astari
Iir Rohimah
Ilham Fauzan
Kenken Aina Rahmawati
Lailatul Hikmatin Fauziah
Liberti Sutomo
Marco Sulisamiaji
Metha Hendriana Putri
Nabila Syahrifah Zahra
Ndari Rahmadani
Neni Nurmayani
PENGERTIAN GEL
Gel merupakan sistem semi padat (masa lembek)
terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan. Gel kadang – kadang disebut jeli. Gel diberikan untuk
penggunaan topikal atau dimasukan ke dalam lubang tubuh.
Penyimpanannya dalam wadah tertutup baik, dalam botol
mulut lebar terlindung dari cahaya, ditempat sejuk.
Ada 2 macam basis gel yaitu gel
hidrofobik dan gel hidrofilik :

1. Gel hidrofobik (oleogel) adalah sediaan dengan basis


yang biasanya mengadung parafin cair dengan polietilen atau
minyak lemak membentuk gel dan silika koloidal atau
aluminium atau sabung seng.

2. Gel hidrofilik (hidrogel) adalah sediaan dengan basis yang


biasanya mengandung air, gliserol atau propilen glikol
membentuk gel dengan gelling agent (pembentuk gel) yang
sesuai seperti tragakan, pati, derivat selulosa, polimer
karboksivinil, dan magnesium-aluminium silikat.
Sifat / Karakteristik Gel

Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi


dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan
komponen lain. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat
memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan
tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan
atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol,
pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal.
Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan
penggunaan sediaan yang diharapkan.
Sifat/Karakteristik Gel
1. Swelling, merupakan kemampuan gel untuk mengambang.
Hal ini karena komponen pembentuk gel mampu
mengabsorsi larutan yang membuat volume bertambah.
2. Sineresis, proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di
dalam massa gel. Cairan yang terjerat di dalamnya akan
keluar dan berada di permukaan gel.
3. Struktur gel bermacam-macam tergantung komponen
dalam pembentukan gel. Bentuk struktur gel resisten
terhadap perubahan atau deformasi dan memiliki aliran
viskoelastik.
4. Efek Suhu, Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel
dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat
juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga
suhu tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya
pada air yang dingin membentuk larutan yang kental.
Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel.
Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang
disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation
5. Efek elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada
gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap
pelarut yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik
dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan
mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel
Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion
kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat
sebagai kalsium alginat yang tidak larut.

6. Elastisitas dan rigiditasSifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan
nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan
elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel
resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik.
Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.

7. Rheologi Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang
terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan
jalan aliran non – Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan
peningkatan laju aliran.
Pengelompokan Gel
1. Lipophilic gels(oleogel) merupakan gel dengan basis yang
terdiri dari parafin cair, polietilen atau minyak lemak yang
ditambah dengan silika koloid atau sabun-sabun
aluminium atau seng.
2. Sedangkan hydrophylic gels, basisnya terbuat dari air,
gliserol atau propilen glikol, yang ditambah gelling agent
seperti amilum, turunan selulosa, carbomer dan
magnesium-aluminum silikat (Gaur et al, 2008).
Kerugian Gel
1. Terlalu mudah hilang ketika berkeringat.
2. Memerlukan peningkat kelarutan seperti
surfaktan,agar gel tetap jernih pada berbagai
perubahan temperatur.
3. Kandungan surfaktan yang tinggi dapat
menyebabkan iritasi.
4. Harga lebih mahal.
Keuntungan Gel
1. Memiliki efek pendingin
2. Penampilan sediaan jernih dan elegan (menarik)
3. Mudah dicuci dengan air
4. Pelepasan obatnya baik
5. Kemampuan penyebaran pada kulit baik
6. Tidak lengket
7. Tidak mengotori pakaian
8. Mudah dioleskan
9. Tidak meninggalkan lapisan berminyak pada kulit
10. Viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti
selama penyimpanan
(Lieberman et al, 1998)
Berdasarkan sifat pelarut terdiri
dari :
Hydrogel (sering disebut juga aquagel)merupakan bentuk
jaringan tiga dimensi dari rantai polimer hidrofilik yang tidak
larut dalam air tapi dapat mengembang di dalam air. Karena
sifat hidrofil dari rantai polimer, hidrogel dapat menahan air
dalam jumlah banyak di dalam struktur gelnya
(superabsorbent).
Organogel merupakan bahan padatan non kristalin dan
thermoplastic yang terdapat dalam fase cairan organic yang
tertahan dalam jaringan cross-linked tiga dimensi. Cairan
dapat berupa pelarut organic, minyak mineral, atau minyak
sayur.
Xerogel berbentuk gel padat yang dikeringkan dengan cara
penyusutan. Xerogel biasanya mempertahankan porositas
yang tinggi (25%),luas permukaan yang besar (150-900
m/g), dan ukuran porinya kecil (1-10 nm). Saat pelarutnya
dihilangkan di bawah kondisi superkritikal, jaringannya tidak
menyusut dan porous, dan terbentuk aerogel.
Penggolongan gel, dibagi
berdasarkan :
1. Berdasarkan sifat fasa koloid (Lieberman, 1998), meliputi :
Gel anorganik, contoh : bentonit magma. Gel organik,
pembentuk gel berupa polimer.
2. Berdasarkan sifat pelarut (Lieberman,1998), meliputi :

 Hidrogel (pelarut Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh


molekul polimer hidrofilik yang saling sambung silang melalui
ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan
hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel mempunyai
biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel mempunyai
tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan
jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan
adhesi sel, hidrogel menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel
biologikal, sel dan jaringan dengan berbagai cara, hidrogel
bersifat lunak, elastis sehingga meminimalkan iritasi karena
friksi pada jaringan sekitarnya. Kekurangan hidrogel yaitu
memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah setelah
mengembang. Contoh : bentonit magma, gelatin.air)
Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik) Contoh :
plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut
dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock cooled)
dan dispersi logam stearat dalam minyak.
Proses Pembuatan Gel
1. Timbang sejumlah gelling agent dengan yang dibutuhkan
2. Gelling agent dikembangkan sesuai dengan caranya
masing-masing
3. Timbang zat aktif dan zat tambahan lainnya
4. Tambahkan gelling agent yang sudah dikembangkan ke
dalam campuran tersebut atau sebaiknya sambil diaduk
terus-menerus hingga homogen tapi jangan terlalu kuat
karena akan menyerap udara sehingga menyebabkan
timbulnya gelembung udara dalam sediaan yang nantinya
dapat mempengaruhi Ph sediaan
5. Gel yang sudah jadi dimasukan ke dalam alat pengisi gel
dan diisikan ke dalam tube sebanyak yang dibutuhkan
6. Ujung tube ditutup lalu diberi etiket dan di kemas dalam
wadah yang dilengkapi brosur dan etiket
Basis Gel yang sering digunakan
1.Carbopol 940
Kelebihan Carbopol 940 adalah mudah terdispersi
dalam air karena termasuk golongan carbomer hidrofilik dan
dalam konsentrasi yang kecil 0.02-2% dapat dijadikan basis gel
dengan konsistensiyang cukup serta dalam penggunaannya
mudah dicuci dengan air.
2.Na-CMC
Menurut Maulina & Sugihartini (2015) basis Na-CMC
terdapat kelebihan apabila dibandingkan dengan menggunakan
basis carbopol, antara lain: Nilai pH yang lebih tinggi
dibandingkan basis carbopol yang bersifat asam, nilai daya
sebar basis Na-CMC yang lebih tinggi, dan apabila gel dengan
basis Na-CMC diberi ekstrak hasilnya tidak mempengaruhi
daya sebar, berbeda dengan gel basis carbopol apabila diberi
penambahan ekstrak mengakibatkan penurunan nilai daya
sebar.
3. Tragakan
 Merupakan gom alam yang didapatkan dari getah kering
tanaman genus Astragalus
 Tragakan menghasilkan musilago yang kurang lengket
dibandingkan dengan akasia,oleh karena itu lebih cocok
untuk pemgobatan obat luar ,seperti gel,lotion,pasta dan
krim
 Tragakan stabil pada rentang pH 4-8
 4.HPMC
Merupakan derivat sintetis selulosa dan merupakan bahan
pembentuk hidrogel yang baik, dimana hidrogel sangat cocok
digunakan sebagai sediaan topikal (Voight, 1994).
Kelebihan HPMC diantaranya yaitu dapat menghasilkan gel
yang netral, jernih, tidak berwarna dan berasa, stabil pada pH 3-
11 dan mempunyai resistensi yang baik terhadap serangan
mikroba.
Uji Kestabilan
Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk
menjamin bahwa setiap bahan obat yang
didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang
ditetapkan meskipun sudah cukup lama dalam
penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan
sebagai dasar penentuan batas kadaluarsa dan
cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan
dalam label. Ketidakstabilan formulasi dapat dilihat
dari perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan
tekstur dari formulasi tersebut (Lachman, 1994).
Beberapa Bentuk Uji Kestabilan
 a. Pengujian Organoleptik Pengamatan dilihat secara langsung
bentuk, warna, dan bau dari gel yang dibuat. Gel biasanya jernih
dengan konsistensi setengah padat (Ansel, 1989).
 b. Pengujian Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan
dengan cara sampel gel dioleskan pada sekeping kaca atau
bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan
susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar
(Ditjen POM, 1985).
 c. Pengujian pH Penentuan pH sediaan dilakukan dengan
menggunakan stik pH universal yang dicelupkan ke dalam
sampel gel yang telah diencerkan. Setelah tercelup dengan
sempurna, pH universal tersebut dilihat perubahan warnanya
dan dicocokkan dengan standar pH universal. pH sediaan gel
harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 – 6,5 (Tranggono, 2007).
 d. Pengujian Daya Sebar
 Sebanyak 0,5 gram sampel gel diletakkan di atas kaca bulat
berdiameter 15 cm, kaca lainnya diletakkan di atasnya dan
dibiarkan selama 1 menit. Diameter sebar gel diukur. Setelah
itu ditambahkan 150 gram beban tambahan dan didiamkan
selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan. Daya sebar
5-7 cm menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat
nyaman dalam penggunaan (Garg et al., 2002) (Astuti et al.,
2010).
 e. Pengujian Konsistensi Dilakukan dengan mengamati
perubahan konsistensi dari sediaan gel yang dibuat apakah
terjadi pemisahan antara bahan pembentuk gel dengan
pembawanya yaitu air. Pengujian konsistensi menggunakan
pengujian sentrifugal test dimana sampel gel disentrifugasi
pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam kemudian diamati
perubahan fisiknya (Djajadisastra, 2009).
 f. Pengujian Viskositas Pengukuran viskositas dilakukan
terhadap sediaan gel dengan menggunakan viskometer
Brookfield. Hal ini dilakukan dengan cara mencelupkan
spindle kedalam sediaan gel kemudian dilihat viskositasnya
(Voight, 1995: 381 -382).

 g. Uji sineresis Pengujian ini dengan mengamati adanya titik-


titik air pada permukaan sediaan gel sebelum dan setelah
perlakuan penyimpanan dipercepat dengan suhu 5 oC dan
35oC selama 12 jam dalam 10 siklus.

Anda mungkin juga menyukai