Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS

PENETAPAN KADAR BORAK DALAM BAKSO


DENGAN METODE ASIDIMETRI

Disusun oleh :

Nabila Syahrifah Zahra (1804277025)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS
Jl. K.H Ahmad Dahlan No. 20 Ciamis, Jawa Barat
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui kadar borak dalam sampel melalui titrasi asam (asidimetri).

B. DASAR TEORI

Menurut Syah (2005), bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan
yang secara alami, bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan dan untuk memperbaiki
karakter pangan agar memiliki kualitas yang meningkat. Peraturan pemerintah nomor 28 tahun
2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud
dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk pangan.

Boraks (Na2B4O7.10 H2O) adalah kristal putih yang dapat larut dalam air dingin membentuk
natrium hidroksida dan asam borat. Boraks mudah larut dalam air dan tidak berbau serta
memiliki pH 9,5. Boraks maupun asam borat sebenarnya digunakan dalam industri non pangan
karena memiliki sifat antiseptik dan biasa digunakan dalam industri farmasi sebagai ramuan obat
seperti salep, bedak, obat pencuci mata, obat oles mulut, solder, bahan pembersih, pengawet
kayu, antiseptik, dan pengontrol kecoa (Suhada dan Rikky, 2012). Asam borat atau boraks (boric
acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran
bahan makanan, boraks dalam air berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah,
2005).

Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut : jarak lebur
sekitar 171o C. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%,
dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida,
asam sitrat atau asam tartrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul
airnya pada suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2). Asam
borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul
61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau
serta agak manis (Khamid, 2006).

Pengaruhnya terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh,
boraks merupakan racun bagi semua sel. Kadar tertinggi tercapai pada waktu diekstraksi maka
ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis
tertinggi yaitu 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak
(Saparinto dan Hidayati, 2006).

Boraks meskipun bukan pengawet makanan sering pula digunakan sebagai pengawet
makanan, selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula mengenyalkan makanan. Makanan
yang sering ditambahakan boraks diantaranya adalah bakso, sosis, nugget, mie, kerupuk dan
lontong. Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan-kekenyalan bakso khas yang
berbeda dari bakso yang menggunakan banyak daging. Kerupuk yang mengandung boraks kalau
digoreng akan mengembang dan empuk, tekstur bagus dan renyah. Ikan basah yang tidak rusak
selama 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, dan memiliki
bau menyengat khas formalin. Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet
hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat
khas formalin. Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar 25°C, berbau
menyengat, kenyal, tidak lengket, dan agak mengkilap (Yuliarti, 2007).

Penetapan kadar borak dapat dilakukan dengan metode asidimetri. Asidi dari kata acid
(bahasa Inggris) yang berarti asam sedang metri dari (bahasa Yunani) yang berarti ilmu, proses,
atau seni mengukur. Asimetri berarti pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam.
Biasanya dilakukan dengan jalan titrasi bersama larutan basa yang telah diketahui
konsentrasinya, yaitu larutan baku dan suatu indicator untuk menunjukan titik akhir titrasi. Titik
dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan
senyawa yang ditentukan disebut titik ekuivalen. Titik ekuivalen terjadi pada saat terjadinya
perubahan warna indicator. Titik pada titrasi dimana indicator warnanya berubah disebut titik
akhir. Ekuivalen dari suatu basa, adalah massa basa yang mengandung suatu gugus hidroksil
yang tergantikan. Sedangkan ekuivalen dari asam, adalah massa basa yang mengandung satu
gugus hidroksil yang tergantikan.

C. ALAT DAN BAHAN

- Buret - Metil merah

- Erlenmeyer - Aquadest

- Timbangan - Pipet tetes

- Kertas parkamen

D. PROSEDUR

Pembuatan larutan HCl 0,1

- Ambil 2,5ml HCl pekat di dalam lemari asam

- Masukkan ke dalam beaker gelas 100 ml yang telah diberi aquades terlebih dahulu
sebanyak 50ml

- Aduk sampai homogen

- Masukkan ke dalam gelas ukur 250 ml tambahkan aquades sampai tanda batas 250 ml

Pembuatan larutan Natrium tetraborat 0,1N

- Timbang 4,7 gram natrium tetra borat

- Masukkan ke dalam labu ukur 250 ml

- Tambahkan aquades sampai tanda batas

Pembakuan HCl dengan Natrium tetra borat

- Siapkan buret, isi buret dengan HCl 0,1


- Siapkan erlenmeyer 250 ml, masukkan 10 ml larutan tetra borat ke dalamnya

- Tambahkan 5 tetes indikator metil merah

- Titrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna

- Hitung normalitas HCl

Anda mungkin juga menyukai