Disusun Oleh :
D3 FARMASI 2A
ILHAM FAUZAN
1804277019
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan Rahmat dan Hidayahnya. Shalawat dan salam tak lupa pula kita
kirimkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita
jalan kebenaran lewat ajaran yang telah dibawakannya. Saya selaku yang
ditugaskan untuk menyusun makalah ini sangat bersyukur kepada Allah SWT.
Karena berkat bimbingannya makalah ini dapat diselesaikan dengan lancar
dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Saya berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan keilmuan bagi siapapun yang
membacanya. Demikianlah makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada Mata
Kuliah “Perundangan-undangan Kesehatan” saya selaku penyusun makalah ini
memohon saran dan kritik yang membangun kepada para pembaca, utamanya
Dosen terkait dengan materi makalah ini untuk penyempurnaan penyusunan
makalah berikutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ternyata narkoba itu obat-obatan, tetapi bukan obat-obatan yang sering kita
pakai untuk mengobati jika kita sakit flu atau batuk, akan tetapi narkoba itu obat-
obatan yang sangat berbahaya dan pemakaiannya sering disalahgunakan orang.
Narkoba itu tidak semuanya jahat dan buruk.
perundang-undangan.
1
Pengelolaan obat Narkotika dan Psikotropika di Instalasi Farmasi Rumah
dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat dicapai tujuan pengelolaan obat
yang efektif dan efisien agar obat yang diperlukan oleh dokter selalu tersedia
setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup dan mutu yang terjamin
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hirarki perundangan narkotika dan rumah sakit ?
2. Bagaimana penggolongan narkotika ?
3. Bagaimana metode perencanaan obat di rumah sakit ?
C. Tujuan
1. Mengetahui hirarki perundangan narkotika
2. Mengatahui Penggolongan narkotika
3. Mengetahui metode perencanaan obat di rumah sakit
2
BAB II
PEMBAHASAN
UUD 1945
Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1)
3
Hirarki atau tata urutan perundang-undangan di Indonesia saat ini masih
merujuk ke UU No. 12 Tahun 2011 pasal 7 ayat (1), disebutkan Jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
PERMENKES RI Nomor :
659/MENKES/PER/VIII/2009
Tentang Rumah Sakit Indonesia
Kelas dunia
KEPMENKES RI Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
4
C. Penggolongan Narkotika
Menurut UU No.22 tahun 1997, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Golongan I
Golongan II
5
Golongan III
6
2. Analisis ABC
Analisis ABC adalah analisis yang mengidentifikasi jenis-jenis obat yang
membutuhkan biaya atau anggaran terbanyak karena pemakaian atau harganya
yang mahal dengan cara pengelompokan.
Kelompok tersebut dibagi menjadi:
a. Kelompok A
Kelompok A merupakan obat yang menyerap anggaran 70% dengan
jumlah obat tidak lebih dari 20%. Obat yang termasuk ke dalam kelompok
kelas A adalah kelompok obat yang sangat kritis sehingga perlu dikontrol
secara ketat, dan dilakukan monitoring secara terus menerus.
b. Kelompok B
Kelompok B menyerap anggaran 20% dengan jumlah obat sekitar 10-
80%. Obat yang termasuk ke dalam kelompok B, pengendalian persediaan
obat tidak terlalu ketat seperti kelompok A, namun laporan penggunaannya
dan sisa obatnya harus tetap dilaporkan, sehingga pengendalian persediaan
selalu dapat dikontrol.
Kekosongan kelompok obat B dapat ditolerir, dengan pemesanan
lebih jarang misalnya setiap dua minggu, tetapi jumlah pemesanan boleh
relatif lebih banyak. Pengawasan dan monitoring terhadap kelompok ini
tidak terlalu ketat dibandingkan kelompok A, misalnya dilakukan setiap tiga
atau enam bulan sekali (Suciati, S, Adisasmito, BW, 2006).
c. Kelompok C
Kelompok C menyerap anggaran 10% dengan jumlah obat sekitar 10-
15%. Kelas C, lebih banyak item obatnya namun tidak berdampak pada
aktivitas gudang dan keuangan, karena harganya yang murah dan
pemakaiannya sedikit.
Kekosongan obat untuk kelompok ini dapat lebih dari 24 jam, dengan
frekuensi pemesanan dapat dilakukan lebih jarang, disesuaikan dengan
kebutuhan dan dana yang tersedia misalnya sebulan satu kali. Pengawasan
dan monitoring terhadap kelompok ini dapat lebih longgar, misalnya
dilakukan enam bulan atau satu tahun sekali (Suciati, S, Adisasmito, BW,
2006).
7
Perencanaan dengan menggunakan analisis ABC, dapat diketahui jalur
pelayanan obat yaitu: Reguler, jamkesmas, dan askes, kelemahan analisis
ABC salah satunya yaitu bisa menyebabkan kekosongan obat.
Adanya kekosongan obat ini seringkali disebabkan karena
keterlambatan dari pihak PBF dalam pengiriman obat atau stok yang kosong
pada saat pemesanan, sehingga menyebabkan pasien dengan kartu jaminan
kesehatan jamkesmas yang jumlahnya banyak sering kali mengeluh karena
mereka harus menebus obat yang kosong di apotek luar rumah sakit,
sedangkan dengan kartu jamkesmas mereka berharap semua obatnya gratis
(Dunda, 2012)
3. Metode VEN
Metode perencanaan berdasarkan obat obat yang digunakan untuk kondisi
pasien yang kritis dan memerlukan reaksi obat yang cepat dan obat yang
digunakan untuk pasien yang dalam masa perawatan atau penyembuhan
penyakit.
Kriteria VEN berdasarkan aspek terapi yang dibutuhkan yaitu:
a. Kelompok obat vital (V)
Kelompok obat vital (V) adalah obat yang harus ada dan diperlukan
untuk penyelamatan kehidupan. Obat dengan kriteria Vital (V) yaitu harus
tersedia, jumlahnya sedikit namun harus tersedia, namun persediaannya
tidak boleh terlalu banyak karena dikhawatirkan tidak terpakai, tetapi harus
tetap terkontrol dan tersedia agar pada saat dibutuhkan oleh pasien dalam
kondisi kritis obat tersedia.
Kelompok Obat Vital merupakan kelompok obat yang sangat esensial
atau vital untuk memperpanjang hidup, untuk mengatasi penyakit penyebab
penyakit kematian ataupun untuk pelayanan pokok kesehatan. Tidak boleh
terjadi kekosongan pada kelompok obat ini di rumah sakit (Suciati, S,
Adisasmito, BW, 2006)
b. Kelompok obat Esensial (E)
Kelompok Obat esensial merupakan kelompok obat yang terbukti
menyembuhkan penyakit. Kriteria obat kelompok E stoknya harus tersedia
8
dalam jumlah yang banyak karena digunakan untuk kondisi pasien dalam
penyembuhan dan perawatan serta digunakan oleh semua pasien yang ada di
rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat inap.
Contoh obat esensial yaitu antipiretik, antidiabetes, antihipertensi, analgetik.
c. Kelompok obat Nonesensial (N)
Merupakan kelompok obat yang digunakan untuk penyakit yang dapat
sembuh sendiri. Obat kelompok N tidak diprioritaskan untuk disediakan,
karena bila tidak tersedia obat ini tidak berbahaya.
Kelompok obat non-esensial adalah obat penunjang agar tindakan atau
pengobatan menjadi lebih baik, untuk kenyamanan atau untuk mengatasi
keluhan. Kekosongan kelompok obat ini dapat ditolerir lebih dari 48 jam
(Suciati, S, Adisasmito, BW, 2006).
Data untuk analisis VEN memerlukan data :
Stok opname untuk mengetahui daftar obat yang digunakan di rumah
sakit
DOEN
Obat obat yang dimasukkan ke dalam DOEN yaitu dengan kriteria
vital, esensial dan non-esensial, dilihat indikasi obat atau
kemampuan terapi obat untuk tiap penyakit dan kondisi pasien yang
ada di rumah sakit.
Formularium rumah sakit
Obat-obat yang tidak termasuk ke dalam DOEN dapat dilihat dalam
formularium rumah sakit, karena obat-obat yang tidak termasuk ke
dalam DOEN tetapi dibutukan dalam pelayanan kebutuhan pasien
dapat ditambahkan dalam daftar obat formularium rumah sakit
karena kebutuhan tiap rumah sakit yang berbeda.
ISO
4. Metode Konsumsi
Metode konsumsi yaitu perencanaan obat yang didasarkan pada kebutuhan
obat periode sebelumnya, dengan melihat jumlah kunjungan dan kebutuhan
pasien.
9
Perencanaan perbekalan sediaan farmasi dengan metode konsumsi ada 9
langkah yaitu:
a. Menggunakan pemakaian pertahun
Keuntungan menggunakan pemakaian per tahun yaitu pencatatan dan
pelaporannya menjadi ringkas.
b. Menentukan pemakaian rata-rata satu bulan
Pemakaian rata rata satu bulan adalah jumlah bulan selama obat itu terpakai.
c. Menentukan pemakaian kekurangan obat
Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan saat terjadi kekosongan
obat.
d. Menghitung pemakaian obat yang sesungguhnya
Penentuan pemakaian obat yang sesungguhnya dengan cara langkah 1
(pemakaian nyata) + langkah 3 (kekurangan obat)
e. Memprediksi/menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang
Ramalan kebutuhan yang akan datang mempertimbangkan peningkatan jumlah
pelanggan yang akan dilayani.
f. Hitung waktu tunggu
Waktu tunggu dihitung mulai dari waktu memesan obat sampai obat datang.
g. Menentukan buffer stock/Istock pengaman
Buffer stock adalah obat yang diperlukan untuk menjaga agar tidak terjadi
kekosongan atau pemakaian di luar dugaan. Seperti adanya kejadian bencana
alam atau wabah penyakit.
Cara menentukan buffer stock ada dua yaitu:
Menggunakan lead time
Lead time atau waktu tunggu terjadi karena adanya proses keuangan
yang mengganggu atau menunggu cairnya keuangan. Lead time bisa
saja 2 bulan, 3 bulan, 4 minggu
Sistem VEN
V = very essensial (sangat penting), seperti obat penyelamat jiwa. Bila
pemberian ditunda akan meningkatkan resiko cacat atau kematian.
E = Essensial yaitu obat yang penting yang digunakan untuk penyakit
pasien pada umumnya.
10
N = Non Essensial yaitu obat obat penunjang kesehatan seperti
multivitamin.
h. Menghitung jumlah obat yang diprogramkan
Cara menghitung jumlah obat yang diprogramkan dengan cara menjumlahkan
kebutuhan obat yang akan datang + waktu tunggu + buffer stock.
i. Menghitung jumlah obat yang akan diadakan
Caranya yaitu:
1) Metode Single Exponential Smoothing (SES)
Metode Single Exponential Smoothing merupakan pengembangan dari
metode moving average. Metode ini dapat diterapkan pada perhitungan
dalam merencanakan jumlah pembelian obat untuk periode mendatang.
2) Forecastt Error
Forecast error yang digunakan dalam perhitungan untuk menguji hasil
peramalan adalah Mean Absolute Error (MAE). MAE adalah rata rata
absolut dari kesalahan perkiraan tanpa menghiraukan tanda positif
maupun negatif.
Perkiraan perencanaan persediaan farmasi agar berjalan lancar, efektif
dan efisien maka perlu dilakukan monitoring.
11
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah saya buat maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Hirarki atau tata urutan perundang-undangan di Indonesia saat ini masih
merujuk ke UU No. 12 Tahun 2011 pasal 7 ayat (1), Begitu pula halnya
dengan perundang-undangan terkait narkotika yang dimana urutan
tertinggi yaitu UUD RI 1945 sebagai Dasar Negara RI.
2. Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
narkotika, golongan narkotika dibagi menjadi 3 yaitu golongan I, golongan
II, dan golongan III yang masing-masing golongan terdiri dari berbagai
jenis narkotika yang berbeda-beda.
3. Metode perencanaan obat di rumah sakit terdiri dari 4 metode yaitu
Kombinasi metode ABC dan metode VEN, Analisis ABC, Metode VEN,
dan Metode Konsumsi.
B. Penutup
Semoga makalah yang saya buat ini dapat memberi penjelasan dan dapat
mengingatkan para pembaca bahwa kita sebagai warga negara yang baik
hendaknya tidak menyalahgunakan narkotika karena sejatinya dampak
negatifnya akan terasa ke berbagai pihak bahkan dapat merusak penerus bangsa
selain itu penyediaan narkotika di rumah sakit haruslah dengan SOP yang
telah terstandarisasi sesuai ketentuan dan perundang-undangan..
Semoga makalah yang saya buat ini bermanfaat bagi para
mahasiswa/mahasiswi, dan bisa dijadikan referensi dalam melakukan kajian-
kajian ilmiah.
12
DAFTAR PUSAKA
https://agoesnoegraha.wordpress.com/2011/10/08/mengenal-penggolongan-narkotika-
dan-psikotropika/
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7954/5.%20BAB%20I.pd
f?sequence=5&isAllowed=y
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2698073/kenali-golongan-dan-jenis-
narkotika
https://biofar.id/metode-perencanaan-kebutuhan-perbekalan-farmasi-di-rumah-
sakit/
http://digilib.unila.ac.id/9076/11/BAB%20I.pdf
13