Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG

OBAT NARKOTIKA DAN METODE PERENCANAAN OBAT


DI RUMAH SAKIT

Dibuat untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Perundangan-undangan Kesehatan.

Disusun Oleh :

D3 FARMASI 2A

ILHAM FAUZAN
1804277019

Program Studi D III Farmasi


STIKes Muhammadiyah Ciamis
Jl. K.H Ahmad Dahlan No. 20 Ciamis, Jawa Barat Tlp. 0265-77305

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan Rahmat dan Hidayahnya. Shalawat dan salam tak lupa pula kita
kirimkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita
jalan kebenaran lewat ajaran yang telah dibawakannya. Saya selaku yang
ditugaskan untuk menyusun makalah ini sangat bersyukur kepada Allah SWT.
Karena berkat bimbingannya makalah ini dapat diselesaikan dengan lancar
dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Saya berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan keilmuan bagi siapapun yang
membacanya. Demikianlah makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada Mata
Kuliah “Perundangan-undangan Kesehatan” saya selaku penyusun makalah ini
memohon saran dan kritik yang membangun kepada para pembaca, utamanya
Dosen terkait dengan materi makalah ini untuk penyempurnaan penyusunan
makalah berikutnya.

Jum’at, 3 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Hirarki Perundangan Narkotika ...................................................................... 3
B. Hirarki Perundangan Narkotika ...................................................................... 4
C. Penggolongan Narkotika................................................................................. 5
D. Metode Perencanaan Obat Di Rumah Sakit ................................................... 6
BAB III KESIMPULAN DAN PENUTUP .......................................................... 12
A. Kesimpulan ................................................................................................... 12
B. Penutup ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSAKA .............................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di Indonesia narkotika dikenal dengan istilah Narkoba yang artinya adalah
Narkotika, Psikotropika dan Obat-obatan terlarang. Yang kemudian pemerintah
melalui Departemen Kesehatan RI memberikan sebuah istilah Napza yang
merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

Ternyata narkoba itu obat-obatan, tetapi bukan obat-obatan yang sering kita
pakai untuk mengobati jika kita sakit flu atau batuk, akan tetapi narkoba itu obat-
obatan yang sangat berbahaya dan pemakaiannya sering disalahgunakan orang.
Narkoba itu tidak semuanya jahat dan buruk.

Menurut orang-orang yang ahli dibidang kesehatan, narkoba sebenarnya


merupakan obat penghilang rasa nyeri atau disebut psikotropika. Biasanya,
digunakan para dokter untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-
obatan untuk penyakit tertentu. Namun kenyataannya hingga kini banyak terjadi
penyalahgunaan pemakaian narkoba. Oleh karena itu, narkoba menjadi hantu
dan ancaman yang menakutkan bagi kita semua.

Penyalahgunaan narkotika mendorong adanya peredaran narkoba itu


sendiri, sedangkan peredaran narkoba menyebabkan meningkatnya
penyalahgunaan yang makin meluas. Maka dari itu diperlukan adanya upaya
pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba dan upaya
pemberantasan peredarannya. Di samping itu upaya pemberantasan peredaran
narkoba secara illegal terlebih dalam era globalisasi seperti pada saat ini.

Di samping itu, berbicara tentang penyediaan narkotika di rumah sakit

haruslah dengan SOP yang telah terstandarisasi sesuai ketentuan dan

perundang-undangan.

1
Pengelolaan obat Narkotika dan Psikotropika di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit yaitu : perencanaan obat, pengadaan obat, penyimpanan obat, distribusi

dan penyerahan obat pada pasien, pelaporan, dan pemusnahan.

Pada dasarnya pengelolaan obat di rumah sakit adalah bagaimana cara

mengelola tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan tersebut agar dapat berjalan

dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat dicapai tujuan pengelolaan obat

yang efektif dan efisien agar obat yang diperlukan oleh dokter selalu tersedia

setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup dan mutu yang terjamin

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hirarki perundangan narkotika dan rumah sakit ?
2. Bagaimana penggolongan narkotika ?
3. Bagaimana metode perencanaan obat di rumah sakit ?

C. Tujuan
1. Mengetahui hirarki perundangan narkotika
2. Mengatahui Penggolongan narkotika
3. Mengetahui metode perencanaan obat di rumah sakit

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hirarki Perundangan Narkotika

UUD 1945
Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1)

UU No. 36 th 2009 ttg Kesehatan UU No. 22 th 1997 ttg Narkotika


Pasal 102 dan 103

Peraturan Pemerintah No. 44 th 2010 ttg


Prekursor

PERMENKES RI No. PERMENKES RI No. 10 th 2013


168/Menkes/Per/II/2005 ttg ttg Impor dan Ekspor Narkotika,
Prekursor Farmasi Psikotropika, Dan Prekursor
Farmasi

KEPMENKES RI No. 522


Menkes/SK/VI/2008 ttg Penunjukan
Laboratorium Pemeriksaan Narkotik
dan Psikotropika

Keputusan Kepala BPOM No.


HK.00.09.35.02770 ttg Penambahan Jenis
Prekursor

3
Hirarki atau tata urutan perundang-undangan di Indonesia saat ini masih
merujuk ke UU No. 12 Tahun 2011 pasal 7 ayat (1), disebutkan Jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945;


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Begitu pula halnya dengan perundang-undangan terkait narkotika yang


hirarkinya tergambar pada bagan di atas, dimana urutan tertinggi yaitu UUD RI
1945 sebagai Dasar Negara RI.

B. Hirarki Perundangan Narkotika


UUD 1945

Undang-undang Nomor 44 tahun


2009 Tentang Rumah sakit

Peraturan Pemerintah Nomor 93 tahun


2015 tentang Rumah Sakit

PERMENKES RI Nomor :
659/MENKES/PER/VIII/2009
Tentang Rumah Sakit Indonesia
Kelas dunia

KEPMENKES RI Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit

4
C. Penggolongan Narkotika
Menurut UU No.22 tahun 1997, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 narkotika digolongkan


menjadi 3 golongan :

Golongan I

 Hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan

 Tidak digunakan dalam terapi

 Potensi ketergantungan sangat tinggi

 Contoh : Heroin (putauw), kokain, ganja

Golongan II

 Untuk pengobatan pilihan terakhir


 Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
 Potensi ketergantungan sangat tinggi
 Contoh : fentanil, petidin, morfin

5
Golongan III

 Digunakan dalam terapi


 Potensi ketergantungan ringan
 Contoh : kodein, difenoksilat

D. Metode Perencanaan Obat Di Rumah Sakit


1. Kombinasi metode ABC dan metode VEN (Modeong N, dkk, 2013)
Analisis kombinasi ABC dan metode VEN merupakan pengelompokan
jenis obat yang termasuk kategori A dari analisis ABC adalah benar-benar jenis
obat yang diperlukan untuk penanggulangan penyakit terbanyak.
Analisis kombinasi ABC dan VEN digunakan untuk menetapkan prioritas
untuk pengadaan obat agar sesuai dengan anggaran yang tersedia dan
kebutuhan terapi rumah sakit, dimana anggaran yang ada tidak selalu sesuai
dengan kebutuhan.
Keuntungan penggunaan analisis ABC dapat teridentifikasi jenis-jenis
obat yang membutuhkan biaya terbanyak, sedangkan analisis VEN dapat
menggolongkan obat sesuai dengan kebutuhan terapi, kriteria VEN yang ada
merujuk pada formularium rumah sakit.
Metode kombinasi ABC dan VEN dapat membantu dalam hal pengadaan
obat dengan melihat nilai pemakaian obat yang menggunakan anggaran untuk
pembelian obat selama 1 (satu) tahun (aspek ekonomi) dan aspek medis sesuai
kebutuhan rumah sakit (Modeong, 2013).

6
2. Analisis ABC
Analisis ABC adalah analisis yang mengidentifikasi jenis-jenis obat yang
membutuhkan biaya atau anggaran terbanyak karena pemakaian atau harganya
yang mahal dengan cara pengelompokan.
Kelompok tersebut dibagi menjadi:
a. Kelompok A
Kelompok A merupakan obat yang menyerap anggaran 70% dengan
jumlah obat tidak lebih dari 20%. Obat yang termasuk ke dalam kelompok
kelas A adalah kelompok obat yang sangat kritis sehingga perlu dikontrol
secara ketat, dan dilakukan monitoring secara terus menerus.
b. Kelompok B
Kelompok B menyerap anggaran 20% dengan jumlah obat sekitar 10-
80%. Obat yang termasuk ke dalam kelompok B, pengendalian persediaan
obat tidak terlalu ketat seperti kelompok A, namun laporan penggunaannya
dan sisa obatnya harus tetap dilaporkan, sehingga pengendalian persediaan
selalu dapat dikontrol.
Kekosongan kelompok obat B dapat ditolerir, dengan pemesanan
lebih jarang misalnya setiap dua minggu, tetapi jumlah pemesanan boleh
relatif lebih banyak. Pengawasan dan monitoring terhadap kelompok ini
tidak terlalu ketat dibandingkan kelompok A, misalnya dilakukan setiap tiga
atau enam bulan sekali (Suciati, S, Adisasmito, BW, 2006).
c. Kelompok C
Kelompok C menyerap anggaran 10% dengan jumlah obat sekitar 10-
15%. Kelas C, lebih banyak item obatnya namun tidak berdampak pada
aktivitas gudang dan keuangan, karena harganya yang murah dan
pemakaiannya sedikit.
Kekosongan obat untuk kelompok ini dapat lebih dari 24 jam, dengan
frekuensi pemesanan dapat dilakukan lebih jarang, disesuaikan dengan
kebutuhan dan dana yang tersedia misalnya sebulan satu kali. Pengawasan
dan monitoring terhadap kelompok ini dapat lebih longgar, misalnya
dilakukan enam bulan atau satu tahun sekali (Suciati, S, Adisasmito, BW,
2006).

7
Perencanaan dengan menggunakan analisis ABC, dapat diketahui jalur
pelayanan obat yaitu: Reguler, jamkesmas, dan askes, kelemahan analisis
ABC salah satunya yaitu bisa menyebabkan kekosongan obat.
Adanya kekosongan obat ini seringkali disebabkan karena
keterlambatan dari pihak PBF dalam pengiriman obat atau stok yang kosong
pada saat pemesanan, sehingga menyebabkan pasien dengan kartu jaminan
kesehatan jamkesmas yang jumlahnya banyak sering kali mengeluh karena
mereka harus menebus obat yang kosong di apotek luar rumah sakit,
sedangkan dengan kartu jamkesmas mereka berharap semua obatnya gratis
(Dunda, 2012)

3. Metode VEN
Metode perencanaan berdasarkan obat obat yang digunakan untuk kondisi
pasien yang kritis dan memerlukan reaksi obat yang cepat dan obat yang
digunakan untuk pasien yang dalam masa perawatan atau penyembuhan
penyakit.
Kriteria VEN berdasarkan aspek terapi yang dibutuhkan yaitu:
a. Kelompok obat vital (V)
Kelompok obat vital (V) adalah obat yang harus ada dan diperlukan
untuk penyelamatan kehidupan. Obat dengan kriteria Vital (V) yaitu harus
tersedia, jumlahnya sedikit namun harus tersedia, namun persediaannya
tidak boleh terlalu banyak karena dikhawatirkan tidak terpakai, tetapi harus
tetap terkontrol dan tersedia agar pada saat dibutuhkan oleh pasien dalam
kondisi kritis obat tersedia.
Kelompok Obat Vital merupakan kelompok obat yang sangat esensial
atau vital untuk memperpanjang hidup, untuk mengatasi penyakit penyebab
penyakit kematian ataupun untuk pelayanan pokok kesehatan. Tidak boleh
terjadi kekosongan pada kelompok obat ini di rumah sakit (Suciati, S,
Adisasmito, BW, 2006)
b. Kelompok obat Esensial (E)
Kelompok Obat esensial merupakan kelompok obat yang terbukti
menyembuhkan penyakit. Kriteria obat kelompok E stoknya harus tersedia

8
dalam jumlah yang banyak karena digunakan untuk kondisi pasien dalam
penyembuhan dan perawatan serta digunakan oleh semua pasien yang ada di
rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat inap.
Contoh obat esensial yaitu antipiretik, antidiabetes, antihipertensi, analgetik.
c. Kelompok obat Nonesensial (N)
Merupakan kelompok obat yang digunakan untuk penyakit yang dapat
sembuh sendiri. Obat kelompok N tidak diprioritaskan untuk disediakan,
karena bila tidak tersedia obat ini tidak berbahaya.
Kelompok obat non-esensial adalah obat penunjang agar tindakan atau
pengobatan menjadi lebih baik, untuk kenyamanan atau untuk mengatasi
keluhan. Kekosongan kelompok obat ini dapat ditolerir lebih dari 48 jam
(Suciati, S, Adisasmito, BW, 2006).
Data untuk analisis VEN memerlukan data :
 Stok opname untuk mengetahui daftar obat yang digunakan di rumah
sakit
 DOEN
Obat obat yang dimasukkan ke dalam DOEN yaitu dengan kriteria
vital, esensial dan non-esensial, dilihat indikasi obat atau
kemampuan terapi obat untuk tiap penyakit dan kondisi pasien yang
ada di rumah sakit.
 Formularium rumah sakit
Obat-obat yang tidak termasuk ke dalam DOEN dapat dilihat dalam
formularium rumah sakit, karena obat-obat yang tidak termasuk ke
dalam DOEN tetapi dibutukan dalam pelayanan kebutuhan pasien
dapat ditambahkan dalam daftar obat formularium rumah sakit
karena kebutuhan tiap rumah sakit yang berbeda.
 ISO

4. Metode Konsumsi
Metode konsumsi yaitu perencanaan obat yang didasarkan pada kebutuhan
obat periode sebelumnya, dengan melihat jumlah kunjungan dan kebutuhan
pasien.

9
Perencanaan perbekalan sediaan farmasi dengan metode konsumsi ada 9
langkah yaitu:
a. Menggunakan pemakaian pertahun
Keuntungan menggunakan pemakaian per tahun yaitu pencatatan dan
pelaporannya menjadi ringkas.
b. Menentukan pemakaian rata-rata satu bulan
Pemakaian rata rata satu bulan adalah jumlah bulan selama obat itu terpakai.
c. Menentukan pemakaian kekurangan obat
Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan saat terjadi kekosongan
obat.
d. Menghitung pemakaian obat yang sesungguhnya
Penentuan pemakaian obat yang sesungguhnya dengan cara langkah 1
(pemakaian nyata) + langkah 3 (kekurangan obat)
e. Memprediksi/menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang
Ramalan kebutuhan yang akan datang mempertimbangkan peningkatan jumlah
pelanggan yang akan dilayani.
f. Hitung waktu tunggu
Waktu tunggu dihitung mulai dari waktu memesan obat sampai obat datang.
g. Menentukan buffer stock/Istock pengaman
Buffer stock adalah obat yang diperlukan untuk menjaga agar tidak terjadi
kekosongan atau pemakaian di luar dugaan. Seperti adanya kejadian bencana
alam atau wabah penyakit.
Cara menentukan buffer stock ada dua yaitu:
 Menggunakan lead time
Lead time atau waktu tunggu terjadi karena adanya proses keuangan
yang mengganggu atau menunggu cairnya keuangan. Lead time bisa
saja 2 bulan, 3 bulan, 4 minggu
 Sistem VEN
V = very essensial (sangat penting), seperti obat penyelamat jiwa. Bila
pemberian ditunda akan meningkatkan resiko cacat atau kematian.
E = Essensial yaitu obat yang penting yang digunakan untuk penyakit
pasien pada umumnya.

10
N = Non Essensial yaitu obat obat penunjang kesehatan seperti
multivitamin.
h. Menghitung jumlah obat yang diprogramkan
Cara menghitung jumlah obat yang diprogramkan dengan cara menjumlahkan
kebutuhan obat yang akan datang + waktu tunggu + buffer stock.
i. Menghitung jumlah obat yang akan diadakan
Caranya yaitu:
1) Metode Single Exponential Smoothing (SES)
Metode Single Exponential Smoothing merupakan pengembangan dari
metode moving average. Metode ini dapat diterapkan pada perhitungan
dalam merencanakan jumlah pembelian obat untuk periode mendatang.
2) Forecastt Error
Forecast error yang digunakan dalam perhitungan untuk menguji hasil
peramalan adalah Mean Absolute Error (MAE). MAE adalah rata rata
absolut dari kesalahan perkiraan tanpa menghiraukan tanda positif
maupun negatif.
Perkiraan perencanaan persediaan farmasi agar berjalan lancar, efektif
dan efisien maka perlu dilakukan monitoring.

11
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah saya buat maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Hirarki atau tata urutan perundang-undangan di Indonesia saat ini masih
merujuk ke UU No. 12 Tahun 2011 pasal 7 ayat (1), Begitu pula halnya
dengan perundang-undangan terkait narkotika yang dimana urutan
tertinggi yaitu UUD RI 1945 sebagai Dasar Negara RI.
2. Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
narkotika, golongan narkotika dibagi menjadi 3 yaitu golongan I, golongan
II, dan golongan III yang masing-masing golongan terdiri dari berbagai
jenis narkotika yang berbeda-beda.
3. Metode perencanaan obat di rumah sakit terdiri dari 4 metode yaitu
Kombinasi metode ABC dan metode VEN, Analisis ABC, Metode VEN,
dan Metode Konsumsi.
B. Penutup
Semoga makalah yang saya buat ini dapat memberi penjelasan dan dapat
mengingatkan para pembaca bahwa kita sebagai warga negara yang baik
hendaknya tidak menyalahgunakan narkotika karena sejatinya dampak
negatifnya akan terasa ke berbagai pihak bahkan dapat merusak penerus bangsa
selain itu penyediaan narkotika di rumah sakit haruslah dengan SOP yang
telah terstandarisasi sesuai ketentuan dan perundang-undangan..
Semoga makalah yang saya buat ini bermanfaat bagi para
mahasiswa/mahasiswi, dan bisa dijadikan referensi dalam melakukan kajian-
kajian ilmiah.

12
DAFTAR PUSAKA

https://agoesnoegraha.wordpress.com/2011/10/08/mengenal-penggolongan-narkotika-
dan-psikotropika/

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7954/5.%20BAB%20I.pd
f?sequence=5&isAllowed=y
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2698073/kenali-golongan-dan-jenis-
narkotika
https://biofar.id/metode-perencanaan-kebutuhan-perbekalan-farmasi-di-rumah-
sakit/
http://digilib.unila.ac.id/9076/11/BAB%20I.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai