Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN MAGANG 1

DI APOTEK GALUH INTI MEDIKA

CIAMIS

TANGGAL 29 APRIL 2019 s.d 12 MEI 2019

DISUSUN OLEH :

Ilham Fauzan 1804277019

PROGRAM STUDI D III FARMASI

STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS

2019
LEMBAR PENGESAHAN

MAGANG 1

DI

APOTEK GALUH INTI MEDIKA

Tanggal 29 April 2019-12 Mei 2019

Disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

(................................................) (...................................................)
Mengetahui,

Ketua Program Studi D III Farmasi

STIKes Muhammadiyah Ciamis

(.......................................................)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkah,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat memperoleh kesehatan serta

i
kesempatan untuk dapat menyelesaikan Laporan Magang 1 dengan baik.
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu syarat penilaian semester 2 dalam
Program Studi Diploma III Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Ciamis Tahun Akademik 2018/2019.

Tersusunnya laporan ini berkat usaha yang maksimal dari penulis dan
bantuan dari berbagai pihak baik berupa dorongan semangat maupun materi.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal dan diberikan
balasan yang berlipat ganda kepada semuanya.Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. H.Dedi Supriadi, S.Sos.,S.Kep.,Ners.,MM.Kes., selaku Ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis
2. Nia Kurniasih, M.Sc.,Apt., selaku Ketua Program Studi D III Farmasi
STIKes Muhammadiyah Ciamis
3. Davit Nugraha, M.Farm., selaku pembimbing lapangan STIKes
Muhammadiyah Ciamis
4. Bapak Anggih Apriandi selaku pemilik sarana Apotek Galuh Inti Medika.
5. Siti Fajar, S.Farm.,Apt selaku apoteker di Apotek Galuh Inti Medika.
6. Semua karyawan Apotek Galuh Inti Medika.
7. Orang Tua dan Keluarga yang senantiasa memberikan dukungan baik
dengan doa dan lainnya.
8. Rekan-rekan farmasi angkatan 10 yang senantiasa bersedia meluangkan
waktu untuk bertukar pikiran maupun sebatas memberikan motivasi
kepada penulis.
9. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu serta mendorong penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya masukan baik
saran muapun kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi
pembaca.

ii
Ciamis, 15 Mei 2019

Penulis

DAFTAR ISI

iii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan Magang 1...................................................................... 2
C. Pelaksanaan Magang 1.............................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
A. Sejarah Apotek di Indonesia..................................................... 4
B. Definisi Apotek......................................................................... 6
C. Landasan Hukum Apotek.......................................................... 7
D. Tugas dan Fungsi Apotek.......................................................... 8
E. Persyaratan Pendirian Apotek................................................... 8
F. Cara Perizinan Apotek.............................................................. 13
G. Pengelolaan Apotek.................................................................. 15
H. Peranan Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek....................... 15
BAB III KEGIATAN MAGANG 1 DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Apotek Galuh Inti Medika .......................................... 17
B. Visi dan Misi Apotek Gauh Inti Medika................................... 17
1. Visi ...................................................................................... 17
2. Misi ..................................................................................... 17
C. Lokasi dan Lay Out Apotek Galuh Inti Medika........................ 18
D. Struktur organisasi Apotek Galuh Inti Medika......................... 19
E. Pengelolaan/Fasilitas Apotek secara umum.............................. 20
F. Pengelolaan Obat Narkotika dan Psikotropika ........................ 27
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 29
A. Kesimpulan .............................................................................. 29
B. Saran ......................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 31

iv
v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Apotek Galuh Inti Medika......................... 19


Gambar 2. Alur Pelayanan Obat Tanpa Resep Dokter................................ 24
Gambar 3. Pelayanan Obat dengan Resep Dokter....................................... 26

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1. Etiket Putih................................................................................. 32


Gambar 2. Etiket Biru.................................................................................. 32
Gambar 3. Surat Pesanan............................................................................. 33
Gambar. 4 Faktur......................................................................................... 34
Gambar 5. Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu............................................. 35
Gambar 6.Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor Farmasi................. 36
Gambar 7. Kartu Stock................................................................................. 37
Gambar 8. Salinan Resep............................................................................. 38
Gambar 9. Contoh Nota Pembayaran.......................................................... 39
Gambar 10. Kwitansi................................................................................... 40

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak setiap warga negara Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, dan yang dimaksud
dengan kesehatan itu sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009).
Dimana kesehatan ini merupakan bagian penting dalam menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas untuk menunjang pembangunan nasional.
Salah satu wujud pembangunan nasional adalah pembangunan
kesehatan yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga tercapai kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat. Pembangunan kesehatan pada
dasarnya menyangkut semua segi kehidupan, baik fisik, mental, maupun
sosial ekonomi. Untuk mencapai pembangunan kesehatan yang optimal
dibutuhkan dukungan sumber daya kesehatan, sarana kesehatan, dan sistem
pelayanan kesehatan yang optimal. Salah satu sarana penunjang kesehatan
yang berperan dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan bagi
masyarakat adalah apotek, termasuk di salamnya pekerjaan kefarmasian yang
dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (Agatha, 2012).
Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memiliki
peranan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, harus mampu
menjalankan fungsinya dalam memberikan pelayanan kefarmasian dengan
baik, yang berorientasi langsung dalam proses penggunaan obat pada pasien.
Selain menyediakan dan menyalurkan obat serta perbekalan farmasi, apotek
juga merupakan sarana penyampaian informasi mengenai obat atau
persediaan farmasi secara baik dan tepat, sehingga dapat tercapai peningkatan
kesehatan masyarakat yang optimal dan mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan (KEPMENKES, 2002).

1
2

Di samping berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan dan unit


bisnis, apotek juga merupakan salah satu tempat pengabdian dan praktek
tenaga teknis kefarmasian dalam melakukan pekerjaan kefarmasian.
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi
atau penyaluran obat.
Mengingat tidak kalah pentingnya peranan Tenaga Teknis Kefarmasian
dalam menyelenggarakan apotek, kesiapan institusi pendidikan dalam
menyediakan sumber daya manusia calon Tenaga Teknis Kefarmasian yang
berkualitas menjadi faktor penentu. Oleh karena itu, Program Studi D III
Farmasi STIKes Muhammadiyah Ciamis menyelenggarakan Magang 1 di
berbagai apotek, salah satunya di Apotek Galuh Inti Medika Ciamis. Kegiatan
magang ini memberikan pengalaman kepada calon Ahli Madya Farmasi
untuk mengetahui pengelolaan suatu apotek dan pelaksanaan pengabdian Ahli
Madya Farmasi khususnya di apotek.

B. Tujuan Magang 1

Kegiatan Magang 1 yang dilaksanakan di Apotek Galuh Inti Medika


Ciamis bertujuan untuk :

1. Membekali calon Ahli Madya Farmasi berupa wawasan pengetahuan,


pengalaman, teknik operasional kegiatan farmasi di apotek yang meliputi
pelayanan kesehatan, serta komunikasi, informasi, edukasi sehingga dapat
memahami peran Ahli Madya Farmasi di apotek.
2. Mengetahui strategi pengadaan, pengelolaan obat, dan pelayanan
pembekalan farmasi.
3. Mengetahui pelaksanaan pelayanan kefarmasian khususnya konsultasi dan
konseling di Apotek Galuh Inti Medika Ciamis
4. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di apotek, untuk
dijadikan gambaran dan pembelajaran bagi mahasiswa dalam menghadapi
dinamika lapangan kerja kemudian hari.
3

C. Pelaksanaan Magang 1

Pelaksanaan Magang 1 untuk Program Studi DIII Farmasi dilaksanakan


selama 2 minggu di Apotek Galuh Inti Medika Ciamis.

1. Alamat : JL. RSU BLOK RUKO No. 7A CIAMIS


2. Waktu Pelaksanaan Magang
Tanggal Pelaksanaan Magang: 29 April s.d 12 Mei 2019
Hari Pelaksanaan : Kegiatan Magang dijadwalkan selama
tujuh hari dalam seminggu
3. Waktu : Shift siang 14.00-17.00 WIB
Shift sore 16.00-19.00 WIB
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Apotek di Indonesia

Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda dan


baru dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman
penjajahan, baik pada masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa
pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat lambat,
dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh masyarakat. Sampai proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi Indonesia pada umumnya
masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangat sedikit. Tenaga
apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark, Austria, Jerman
dan Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan, kefarmasian di Indonesia
mencatat sejarah yang sangat berarti, yakni dengan didirikannya Perguruan Tinggi
Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan di Bandung tahun 1947. Lembaga
Pendidikan Tinggi Farmasi yang didirikan pada masa perang kemerdekaan ini
mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah kefarmasian pada masa-
masa selanjutnya. Dewasa ini kefarmasian di Indonesia telah tumbuh dan
berkembang dalam dimensi yang cukup luas dan mantap. Industri farmasi di
Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup luas dan mantap. Industri
farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup modern telah
mampu memproduksi obat dalam jumlah yang besar dengan jaringan distribusi
yang cukup luas. Sebagian besar, sekitar 90% kebutuhan obat nasional telah dapat
dipenuhi oleh industri farmasi dalam negeri (KEPMENKES, 1963).

Pada saat awal mulanya muncul kefarmasian, berbagai aspek dan


perkembangan ilmu kefarmasian didasarkan urutan sejarah farmasi yang
seharusnya dimulai dari zaman pra sejarah, zaman Babylonia-Assyria, zaman
Mesir kuno, zaman Yunani kuno dan zaman abad pertengahan. Namun kali ini
hanya membahas bagaimana sejarahnya farmasi yang berkembang di Indonesia.
Mula – mula dari periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaan,
5

kemudian setelah perang kemerdekaan sampai tahun 1958 serta pada periode
tahun 1958 – 1967.

1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaan


Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan
pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.
2. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958
Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker
mulai bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di
Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker Negeri (Republik) yang pertama ,
dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan
pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang, sementara
itu jumlah apoteker juga mengalami peningkatan, baik yang berasal dari
pendidikan di luar negeri maupun lulusan dari dalam negeri.
3. Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967
Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis,
dalam kenyataannya industri-industri farmasi menghadapi hambatan dan
kesulitan yang cukup berat, antara lain kekurangan devisa dan terjadinya
sistem penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang dapat bertahan
hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah atau mereka yang
mempunyai relasi dengan luar negeri. Pada periode ini, terutama antara
tahun 1960 – 1965, karena kesulitan devisa dan keadaan ekonomi yang
suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi sekitar 30%
dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu, penyediaan obat menjadi
sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari impor. Sementara itu
karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik banyak terjadi
kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan
standar. Sekitar tahun 1960-1965, beberapa peraturan perundang-
undangan yang penting dan berkaitan dengan kefarmasian yang
dikeluarkan oleh pemerintah antara lain :

a. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan


6

b. Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang barang


c. Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan, dan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Pada
periode ini pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah
kefarmasian di Indonesia, yakni berakhirnya apotek dokter dan apotek
darurat.

Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal


8 Juni 1962, antara lain ditetapkan :

a. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan


b. Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1
Januari 1963.

Sedangkan berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan


Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya
antara lain :

a. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat,


b. Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak
berlaku lagi sejak tanggal 1Februari 1964, dan
c. Semua izin apotek darurat di ibukota Daerah Tingkat II dan kota-kota
lainnya dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.Pada tahun
1963, sebagai realisasi Undang-undang Pokok Kesehatan telah dibentuk
Lembaga Farmasi Nasional (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
39521/Kab/199 tanggal 11 Juli 1963).

B. Definisi Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan maka dalam


pelayanannya harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu menyediakan,
menyiapkan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan
keabsahannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 9 tahun 2017 Tentang Apotek, apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Sedangkan
7

yang dimaksud dengan Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung


dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien (PERMENKES No. 35 Tahun 2016).

Menurut peraturan Pemerintan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009,


Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan
Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyalurannya obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. Sediaan Farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat
tradisional dan kosmetika. Dalam pengelolaannya apotek harus dikelola oleh
apoteker, yang telah mengucapkan sumpah jabatan yang telah memperoleh Surat
Izin Apotek (SIA) dari Dinas Kesehatan setempat.

C. Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang diatur


dalam:

1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang


Tenaga Kesehatan

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017


Tentang Apotek.

4. Peraturan Pemerintan Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan


Kefarmasian.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2016


Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014


Tentang Penggolongan Narkotika.
8

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015


Tentang Penggolongan Psikotropika.

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015


Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika.

9. Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat


Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No. 1.

10. Keputusan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes /Per/X /1993 tentang


Daftar Obat Wajib Apotek No. 2.

11. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang


Daftar Obat Wajib Apotek No. 3.

D. Tugas dan Fungsi Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9


Tahun 2017 Tentang Apotek, apotek menyelenggarakan fungsi :

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai; dan

2. Pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas.

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan
Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1969 Tentang Apotek, tugas san fungsi
apotek adalah :

1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah


mengucapkan sumpah jabatan.

2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,


pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat


yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
9

4. Sebagai sarana informasi obat kepada masyarakat dan tenaga


kesehatan lainnya.

E. Persyaratan Pendirian Apotek


Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apoteker
(SIA). Surat Izin Apoteker (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan
pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat
tertentu (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2017 Tentang Apotek, pada BAB II pasal 4 menyebutkan persyaratan-persyaratan
Tenaga Kerja atau Personalia Apotek adalah sebagai berikut :

1. Lokasi
Jarak minimum antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, tetapi tetap
mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan,
jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan dan hygiene
lingkungan. Selain itu apotek dapat didirikan di lokasi yang sama dengan
kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi (Firmansyah, M.,
2009). Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran
Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian.

2. Bangunan
Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek (Firmansyah, M.,
2009). Persyaratan teknis bangunan apotek setidaknya terdiri dari (Permenkes
No. 9 Tahun 2017) :

a. Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan


kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia.
10

b. Bangunan Apotek harus bersifat permanen.


c. Bangunan bersifat permanen dapat merupakan bagian dan/atau
terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah
kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.

3. Sarana, Prasarana, dan Peralatan

Bangunan Apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi :

a. penerimaan Resep;
b. Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas);
c. Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
d. Konseling;
e. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; dan
f. Arsip.

Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:


a. instalasi air bersih;
b. instalasi listrik;
c. sistem tata udara; dan
d. sistem proteksi kebakaran.

4. Tenaga Kerja atau Personel Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31


Tahun 2016 Tentang Perubaha atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan
pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga teknis
kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga menengah Farmasi atau Asisten
Apoteker.
11

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1332/Menkes/SK/2002, personil apotek terdiri dari:

a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah


memiliki Surat Izin Apotek.
b. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di
samping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari
buka apotek.
c. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama
APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-
menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak
sebagai APA di apotek lain.
d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang- undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian
sebagai asisten apoteker yang berada di bawah pengawasan apoteker.

Selain itu, terdapat tenaga lainnya yang dapat mendukung kegiatan di


apotek yaitu (Umar, M., 2011):
a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker.
b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat
penerimaan, dan pengeluaran uang.
c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi
apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan, dan
keuangan apotek.

d. Surat Izin Praktek Tenaga Kefarmasian


Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga
kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut berupa :
e. SIPA bagi Apoteker; atau
f. SIPTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian (Permenkes No. 31 Tahun
2016)
12

Sebelum mendapatkan SIPTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus


mempunyai STRTTK. Untuk memperoleh STRTTK sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, seorang Tenaga Teknis Kefarmasian harus memiliki Surat
Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK). STRTTK ini dapat
diperoleh jika seorang Tenaga Teknis Kefarmasian memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
b. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktek;
c. Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari apoteker yang telah
memiliki STRA di tempat tenaga teknis kefarmasian bekerja; dan
d. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika kefarmasian

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan
permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dan harus melampirkan :
a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis
Farmasi atau Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;
b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
surat izin praktik;
c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian;
d. Surat rekomendasi kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki
STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi
yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan
e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
13

F. Cara Perizinan Apotek


Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2017 Tentang Apotek, tata cara perizinan Apotek sebagai berikut :
1. Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri, yang kemudian
akan melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota berupa SIA.
2. SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan.
3. Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan
Formulir 1.
4. Permohonan SIA harus ditandatangani oleh Apoteker disertai dengan
kelengkapan dokumen administratif meliputi:
a. Fotokopi STRA dengan menunjukkan STRA asli;
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
c. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
d. Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan; dan
e. Daftar prasarana, sarana, dan peralatan.

5. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima permohonan
dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek dengan
menggunakan Formulir 2.

6. Tim pemeriksa harus melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten/kota


yang terdiri atas:
a. Tenaga kefarmasian; dan
b. Tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.

7. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa
ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat
14

yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah


Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 3.

8. Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan dan dinyatakan memenuhi
persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan
tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,
Kepala Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan
Organisasi Profesi dengan menggunakan Formulir 4.

9. Dalam hal hasil pemeriksaan dinyatakan masih belum memenuhi


persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mengeluarkan
surat penundaan paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan
menggunakan Formulir 5.

10. Terhadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi persyaratan,


pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1
(satu) bulan sejak surat penundaan diterima.

11. Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan, maka


Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan
dengan menggunakan Formulir 6.

12. Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA


melebihi jangka waktu, Apoteker pemohon dapat menyelenggarakan
Apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti SIA.

13. Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA, maka penerbitannya


bersama dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA.

14. Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA.


15

G. Pengelolaan Apotek

Pengelolaan sebagai proses yang dimaksud untuk mencapai suatu tujuan


tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Tujuannya adalah agar
tersedianya seluruh pembekalan farmasi di apotek dengan mutu yang baik, jenis
dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang
membutuhkan. Pengelolaan di apotek meliputi pengelolaan terhadap obat dan
pembekalan farmasi, pengelolaan terhadap resep, dan pengelolaan terhadap
sumber daya (Permenkes, 2002).

Pengelolaan apotek berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35


Tahun 2016, meliputi :
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai;
dan
2. Pelayanan farmasi klinik

H. Peranan Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek

Menurut PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Tenaga Tknis


Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apotker dalam menjalani pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga Mnengah Farmasi/Asisten Apoteker.

Menurut PP 51 tahun 2009 pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan


langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk menigkatkan mutu
kehidupan pasien.

Bentuk pekerjaan kefarmasian yang wajib dilaksanakan oleh seorang


Tenaga Teknis Kefarmasian (menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1332/MENKES/X/2002 adalah sebagai berikut:

1. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standart


profesinya.

2. Memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan/pemakaian obat.


16

3. Menghormati hak pasien dan menjaga kerahasiaan idntitas serta data


kesehatan pasien.

4. Melakukan pengelolaan apotek.

5. Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi.


BAB III
KEGIATAN MAGANG I DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Apotek Galuh Inti Medika


Dalam upaya pembangunan kesehatan diindonesia, apotek
memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai sarana penyaluran
pembekalan farmasi dan sebagai sarana kesehatan bagi masyarakat. Oleh
karena itu perkembangan apotek sangat penting diketahui agar
pembangunan kesehatan dapat cepat terlaksana.
Apotek Galuh Inti Medika didirikan pada tanggal 5 Januari 2011.
Apotek Galuh Inti Medika telah mengalami empat pergantian Apoteker
Pengelola Apotek. Pada awalnya Apotek Galuh Inti Medika dikelola oleh
Yusi Nurfaruda,S.Farm.,Apt, kemudian diganti oleh seorang apoteker
yang bernama Fitri Fauziah Latifah,S.Farm.,Apt, lalu diganti lagi oleh
Kurnia Nurul Fadilah,S.,Farm.Apt, selanjutnya diganti oleh Siti
Fajar,S.Farm.,Apt dan berlanjut hingga sekarang.

B. Visi dan Misi Apotek Gauh Inti Medika


1. Visi
a. Menjadi apotek modern yang berbasis pelayanan kepada
masyarakat, selalu berusaha memberikan solusi, keramahan dan
dengan harga yang terjangkau, sehingga pelayanan yang prima
dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
b. Menjadikan apotek dengan peayanan kefarmasian pharmaceutical
care tanpa menyampingkan kesejahteraan dan tumbuh kembang
apotek.
2. Misi
a. Apotek Galuh Inti Medika sebagai apotek yang berorientasi kepada
pelanggan dengan mengutamakan pelayanan kefarmasian secara
profesional.
b.

17
18

c. Memberikan informasi serta konsultasi obat dan kesehatan secara


langsung kepada masyarakat.
d. Menyediakan serta menyalurkan sediaan farmasi dan pembekalan
kesehatan dengan harga yang terjangkau kepada masyarakat.
C. Lokasi dan Lay Out

Apotek Galuh Inti Medika terletak di lokasi yang strategis dan


mudah diakses karena terletak dekat dari tempat fasilitas umum, seperti
pasar, bank, dan rumah sakit.. Kemudahan akses menuju apotek
merupakan faktor penting sehingga pelanggan tidak enggan untuk datang
ke apotek. Apotek Galuh Inti Medika juga dinilai strategis karena
dikelilingi oleh daerah pemukiman penduduk, pasar, rumah sakit. Lokasi
Apotek Galuh Inti Medika ini diperjelas dalam keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 35 Tahun 2016 tentang sarana dan prasarana menurut
standar pelayanan kefarmasian di apotek, dalam keputusan menteri ini
disebutkan bahwa apotek berlokasi pada daerah yang mudah dikenal dan
dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.
Desain Lay out suatu apotek memegang peranan penting dalam
keberhasilan suatu apotek. Dengan mengembangkan suatu desain lay out
apotek yang efektif dan efisien, serta mempertimbangkan konsumen, maka
penyajian produk akan optimal dan image apotek akan bagus sehingga
menyebabkan konsumen akan tertarik untuk datang ke apotek tersebut.
Desain lay out Apotek juga harus disesuaikan dengan lokasi apotek dan
tingkat ekonomi yang masyarakat yang menjadi target pasar dari apotek
tersebut. Misalnya berada pada daerah padat penduduk dan berada pada
tepi jalan raya dua arah, atau berada dekat dari tempat fasilitas umum,
seperti pasar, bank, dan rumah sakit.
Layout apotek secara umum, sarana yang terdapat di Apotek Galuh
Inti Medikasudah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
35 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dimana
apotek dilengkapi dengan tempat parkir yang cukup luas.
19

Secara garis besar desain layout Apotek Galuh Inti Medikatelah


dibuat dengan baik.Tata ruang apotek juga telah dibuat dengan dengan
baik dan memikirkan arus konsumen, hal ini terlihat dari apotek yang tetap
terasa lapang dan nyaman walaupun ramai oleh konsumen yang datang.

D. Struktur Organisasi Apotek Galuh Inti Medika

PSA
APA
Anggih
Siti Fajar,S.,Farm.Apt
Apriandi

ADM PURCHASING PURCHASING

Yuyun Sindy Ineu

PELAYANAN
PELAYANAN
Rani (AA)
Rian (Umum)
Devi (AA)
Ucu (Umum)
Sry (AA)

Usup (AA)

Gambar 1. Struktur Organisasi Apotek Galuh Inti Medika


20

Keterangan :

PSA : Pemilik Sarana Apotek

APA : Apoteker Pengelola Apotek

ADM : Administrasi

PURCHASING : Suatu departement yang dimana segala sesuatu pebelian,


negosiasi harga, pembuatan PO, work permint, advent
payment, IA/EA, dll harus melewati purchasing/buyer

AA : Asisten Apoteker

E. Pengelolaan/Fasilitas Apotek Galuh Inti Medika


Pengelolaan pembekalah farmasi yang dilakukan di Apotek Galuh Inti
Medika meliputi pengadaan barang, penerimaan barang, penyimpanan barang,
pelayanan barang, pemusnahan perbekalan farmasi dan penanganan narkotika
dan psikotropika. Tujuan dilakukannya pengelolaan perbekalan farmasi ini untuk
menjamin kelancaran perusahaan supaya dapat berjalan sesuai dengan prosedur
yang telah ditentukan.

1. Pengadaan Perbekalan Farmasi


Pengadaan perbekalan farmasi didasarkan pada buku yang diterima
dari bagian peracikan maupun bagian penjualan obat bebas. Sebelum
melakukan pengadaan barang, Asisten Apoteker ataupun petugas
pembelian melakukan pencatatan pada buku defekta yaitu dengan
menggunakan metode konsumsi, metode epidemiologi dan metode
kombinasi. Metode yang dipakai di Apotek Galuh Inti Medika yaitu
metode kombinasi yaitu gabungan dari metode konsumsi dan
epidemiologi. Kegiatan pengadaan barang di Apotek Galuh Inti Medika
meliputi :
21

a. Obat-obat Fast Moving

Dalam pengadaan barang, apotek harus selalu menyediakan obat-obat


Fast moving. Obat fast moving yaitu obat-obat yang pengeluarannya
sangat cepat. Contohnya parasetmol,amoxicillin dan antasida.

b. Epidemiologi/Pola penyakit

Dalam pengadaan barang harus memperhatikan pola penyakit yang


timbul disekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat tentang obat obat an untuk penyakit tersebut. Contohnya
masyarakat sering datang ke Apotek dengan keluhan demam, sakit gigi,
sakit pada lambung/maag, pegal-pegal dan sebagainya. Maka apotek harus
menyediakan obat-obat yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut,
misalnya paracetamol, asam mefenamat, antasida, dan piroxicam yang
dikombinasikan dengan molacort.

c. Pembelian secara tunai/Cash on delivery(COD)

Pembelian dilakukan secara tunai tanpa ada tenggang waktu


pembayaran. Biasanya pembelian kepada PBF dengan jumlah kecil atau
obat-obatan psikotropika dan narkotika dari PT.Kimia Farma dan PT.
Binasan Prima.

d. Metode Konsumsi

Metode konsumsi merupakan metode pengadaan yang berdasarkan


data pengeluaran obat pada periode yang lalu biasanya obat yang banyak
dikonsumsi oleh para pasien pada periode sebelumnya maka
pengadaannya akan diperbanyak. Jadi biasanya metode ini akan
berdasarkan atas buku data pembelian obat.
22

e. Kredit

Kredit merupakan metode pangadaan yang pembayarannya dilakukan


secara berangsur-angsur. Masing-masing PBF memiliki jangka waktu kredit
yang berbeda misalnya 45 hari, 30 hari atau 25 hari.

2. Penerimaan Perbekalan Farmasi


Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas pembelian
dengan mencocokkan salinan surat pesanan dengan farktur dan barang
yang akan datang. Pemeriksaan yang harus dicocokkan antara lain, nama
apotek, nama obat, jumlah sediaan, bentuk sediaan, keadaan fisik dan
expire date (ED). Kemudian faktur ditanda tangani dan distempel untuk
menyatakan kesesuaian barang yang diterima. Petugas yang mengantar
barang kemudian menyerahkan faktur tersebut sebanyak dua rangkap,
rangkap 1 untuk dijadikan sebagai arsip apotek dan rangkap 2 untuk PBF
sehingga mempermudah dalam pengadministrasian.
Bila sudah ada pengembalian barang dari pemasok maka harus
disertai faktur yang baru. Setelah barang diperiksa maka petugas
pembelian akan melakukan pencatatan barang-barang yang diterima dalam
kartu stok.
3. Penyimpanan Perbekalan Farmasi
Penyimpanan perbekalan farmasi diApotek Galuh Inti Medika
disimpan di tiga tempat, yaitu diruang penjualan tempat obat bebas (OTC),
diruang penyimpanan obat-obatan resep, dan penyimpanan obat-obatan
dispersing. Di ruang OTC disusun berdasarkan alfabetis dipisahkan
menurut bentuk sediaan, sedangkan di ruang peracikan disusun secara
alfabetis dan penyimpanan di dispersing disusun menurut golongannya.
Obat narkotika, psikotropika dan obat keras disimpan dilemari terpisah
yang terbuat dari kayu dan sel terkunci. Masing-masing obat memiliki
23

kartu stok sendiri. Kartu stok ini digunakan untuk mencatat pengeluaran
dan pemasukan barang sehingga akan mempermudah dalam pengawasan.
Sistem penyimpanan barang di Apotek Galuh Inti Medika adalah
sistem firs in first out atau (FIFO) yaitu barang yang pertama datang maka
pertama dikeluarkan dari sistem firs expired date firs out atau (FEFO)
yaitu barang yang mendekati angka tanggal kadaluwarsa maka barang
tersebut akan lebih dahulu dikeluarkan. Penyimpanan barang dengan
menggunakan kedua sistem tersebut dimaksudkan supaya waktu
kadaluwarsa lebih dekat dan penyimpanannya lebih awal tidak akan
teracak oleh barang yang terakhir datang. Di Apotek Galuh Inti Medika
setiaptiga bulan sekali selalu dilakukan pemeriksaan waktu kadaluwarsa
obat yang ditulis oleh setiap karyawan, kegiatan itu dilakukan agar obat-
obat yang kadaluwarsa dapat terkontrol. Dan setiap satu bulan sekali selalu
dilakukan kegiatan stokckopname (SO), untuk mencegah kehilangan stok
barang dan untuk menyesuaikan stok fisik dengan data dikomputer.
4. Pelayanan Obat
a. Pelayanan Obat Tanpa Resep Dokter

Pelayanan obat tenpa resep dokter di Apotek Galuh Inti Medika


meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, alat kesehatan,
obat tradisional. Untuk pelayanan paisen dapat meminta obat dibagian
OTC pada bagian pelayanan kemudian obat diserahkan kepada pasien dan
pasien akan membayar sejumlah harga obat yang telah diterima secara
tunai.

Adapun alur penjualan obat tanpa resep dokter, yaitu :

1) Pasien datang ke Apotek dengan keluhan tertentu meminta obat


ataupun pasien sudah nama obat yang akan dibeli.
2) Apabila obat yang diperlukan pasien tersedia, maka karyawan apotek
menginformasikan harga, jika pasien keberatan dengan harga obat
maka transaksi batal.
24

3) Apabil permintaan pasien bermasalah, maka konsultasikan ke APA,


seperti obat tidak tersedia atau masalah lain yang berhubungan dengan
obat yang tidak tersedia.
4) Apabila pasien setuju degan obat dan harga yang ditawarkan,
kemudian karyawan memberikan nota yang mencakup jumlah dan
nama obat tersebut untuk diberikan ke pasien.
5) Setelah melakukan pembayaran, obat diserahkan diserahkan pada
pasien serta pemberian informasi mengenai obat tersebut.

Adapun alur pelayanan obat tanpa resep dokter di Apotek Galuh Inti
Medika adalah sebagai berikut :

Obat yang diperlukan pasien


Pasien datang
tersedia, lalu Apoteker atau AA
Ke apotek
menginformasikan harga obat

Pasien setuju Pasien tidak setuju

Pasien membayar kekasir Transaksi


dan diberi nota pembayaran
dibatalkan

Obat diserahkan kepasien


disertai informasi obat tersebut

Gambar 2. Alur Pelayanan Obat Tanpa Resep Dokter


25

b. Pelayanan Obat dengan Resep Dokter

Pelayanan obat dengan resep dokter di Apotek Galuh Inti medika meliputi
semua obat, baik obat bebas, obat bebas terbatasa, obat keras, obat
psikotropika dan narkotika. Adapun alur pelayanan obat dengan resep dari
dokter adalah:

1. Pasien datang ke apotek dengan membawa resep, lalu diterima oleh bagian
penerima resep.
2. Bagian penerima resep melakukan pemeriksaan kelengkapan resep yang
meliputi nama pasien, umur, alamat pasien, nama dokter, alamat dokter,
nama obat, jumlah obat, nomor resep, dan tanggal resep.
3. Bagian penerima resep melihat persediaan obat dan resep tersebut diberi
harga.
4. Asisten Apoteker meminta persetujuan harga resep yang akan ditebus oleh
pasien.
5. Apabila pasien tidak setuju dengan harga resep yang ditawarkan maka
resep akan dikembalikan kepada pasien.
6. Jika pasien setuju dengan harga tersebut, maka obat disiapkan sesuai
dengan resepnya.
7. Sebelum obat diserahkan, identifikasi etiket, aturan pemakaian obat,
nomor obat, tanggal obat, nama pasien, umur pasien, alamat pasien dan
kebenaran kwitansi.
8. Obat kemudian diserahkan kepada pasien dengan pemberian informasi
mengenai nama obat, bentuk sediaan, indikasi, dosis, jumlah, aturan
pemakaian dan efek samping, yang mungkin timbul saat mengonsumsi
obat tersebut.
26

Alur pelayanan resep di Apotek Galuh Inti Medika adalah sebagai berikut:

Apoteker atau AA
Pasien menyerahkan
resep 1. Pemeriksaan
dan kesaahan
dari
kelengkapan
resep.
2. Pemeriksaan
ketersedian
obat
3. Penetapan
Pasien tidak setuju
resep

Pasien setuju
Apoteker atau AA

1. Peracikan obat
2. Penyiapan
atau
penandaan Pasien membayar
harga obat dalam Resep dikembalikan
obat kemasan.
3. Pemeriksaan resep tersebut kepada
akhir. kasir.

Obat diserahkan kepada pasien oleh apoteker


dengan memberikan informasi berupa
indikasi obat, aturan pemakaian obat dan
efek samping obat tersebut.

Gambar 3. Pelayanan Obat dengan Resep Dokter


27

5. Pemusnahan Obat dan Resep

Pemusnahan resep di Apotek Galuh Inti Medika dilakukan dengan


mengajukan surat permohonan panitia pemusnahan terdiri dari APA, AA, petugas
BPOM dan petugas dinas kesehatan. Pemusnahan dilakukan dengan memisahkan
terlebih dahulu obat-obatan yang Expire Date (ED) atau yang sudah rusak .
pemusnahan nya dengan cara obat dipisahkan terlebih dahulu berdasarkan bentuk
sediaan lalu dimasukan kedalam alat pembakaran, pemusnahan obat tersebiut
disaksikan oleh BPOM.

F. Pengelolaan Obat Narkotika dan Psikotropika


Pengelolaan narkotika dan psiktropika di Apotek Galuh Inti Medika:
1. Pemesanan
Pemesanan golongan obat narkotika dilakukan dengan cara khusus, surat
pesanan dibuat 4 rangkap:
a. Rangkap pertama berwarna putih untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF)
b. Rangkap kedua berwarna kuning untuk Dinas Kesehatan Kota atau
Kabupaten
c. Rangkap ketiga berwarna biru untuk Badan POM (BPOM)
d. Rangkap keempat berwarna merah muda untuk apotek.

Surat pesanan narkotika hanya dapat digunakan untuk ,memesan satu jenis
narkotika saja. Pemesanan hanya dapat dipesankan kepada PBF Kima Farma
yang ditandatangani oleh APA yang mencantumkan nama jelas, SIPA dan
stempel apotek. Jika pemesanan barang seleasi, satu ;lembar copy faktur
disimpan di apotek dan faktur asli beserta dua lembar copy faktur lainya
dikembalikan kepada petugas pengantar barang, sedangkan obat golongan
psikotropika pemesanan dibuat sebanyak dua rangkap, yaitu:

a. Rangkap pertma untuk PBF


b. Rangkap kedua untuk apotek

Surat pesanan psiktropika dapat memesan beberapa jenis obat. Pemesanan


obat psiktropika boleh dipesan ke PBF lain seperti BSP, Penta Valent,dan lain-
28

lain yang ditandatangani oleh APA dengan ,pencantumkan nama jelas, SIPA,
dan stemepel apotek. Obat-obat tersebut setiap bulanya harus diilaporkan
penggunaanya kepada Dinas Kesehatan Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan
juga Badan Pengawasan Obat Dan makanan (BPOM).
2. Penerimaan
Penerimaan obat narkotika dan psikptropika di Apotek Galuh Inti Medika
ditandatangani oleh APA atau AA dengan mencantumkan nama jelas, tanggal
penerimaan, nomor SIPA, dan stempel apotek.
3. Penyimpanan
Penyimpanan narkotika dan psiktropika di Apotek Galuh Inti Medika
disimpan dilemari khusus yang terbuat dari kayu dan selalu terkunci.
4. Penjualan
Pelayanan penjualan obat narkotika dan psikotropika di Apotelk Galuh Inti
Medika harus menggunakan resep asli dari dokter. Pengeluaran dicatat dalam
laporan penggunaan narkotika dan psiktopika dengan mencantumkan tanggal
penyerahan, nomor resep, nama pasien, alamat pasien, nama dan alamat dokter
serta sejumlah obat yang diminta oleh pasien.
5. Pelaporan
Apotek Galuh Inti Medika melakukan rekapitulasi jumlah penggunaan
narkotika dan psikotropika dari resep setiap bulan dan psikotropika secara online
kepada kemenkes pusat melalui website www.sipnap.kemkes.go.id dengan
tembusan ke Balai/Balai Besar POM dan Dinas Kesehatan Ciamis. APA wajib
melaporkan jumlah penggunaan narkotika paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
6. Pemusnahan
Pemusnahan narkotika dan psikotropika dilakukan apabila :
a. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku
b. Kadaluwarsa
c. Berkaitan dengan tindak pidana
d. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan
kesehatan dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan di


Apotek Galuh Inti Medika dapat disimpulkan :
a. Pengelolaan pembekalah farmasi yang dilakukan di Apotek Galuh Inti
Medika meliputi pengadaan barang, penerimaan barang, penyimpanan
barang, pelayanan barang, pemusnahan perbekalan farmasi dan penanganan
narkotika dan psikotropika.
b. Penyimpanan perbekalan farmasi diApotek Galuh Inti Medika disimpan di
tiga tempat, yaitu diruang penjualan tempat obat bebas (OTC), diruang
penyimpanan obat-obatan resep, dan penyimpanan obat-obatan dispersing.
Sistem penyimpanan barang di Apotek Galuh Inti Medika adalah sistem firs
in first out atau (FIFO) yaitu barang yang pertama datang maka pertama
dikeluarkan.
c. Metode pengadaan pembekalan farmasi di Apotek Galuh Inti Medika yaitu
metode kombinasi yang menggabungkan antara metode konsumsi dan
epidemiologi.
d. Pelayanan diberikan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker kepada pasien
dengan informasi mengenai cara pakai obat, indikasi obat, dan efek samping
juga hal-hal penting lainnya.

29
30

B. Saran

1. Saran Untuk Sekolah :

a. Kerjasama antara STIKes Muhammadiyah Ciamis dan Apotek Galuh Inti


Medika diharapkan dapat terus dipertahankan untuk tahun-tahun berikutnya.

2. Saran Untuk Apotek :

a. Lebih melengkapi obat-obatan dan perbekalan farmasi lain yang


dibutuhkan oleh masyarakat.
b. Lebih memperhatikan kembali penataan dan penyimpanan obat.
c. Sebaiknya disediakan ruangan khusus untuk konseling obat oleh apoteker
kepada pasien untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di
apotek.
31

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta : Depkes RI. 2009

Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2017
tentang Apotek. Jakarta : Depkes RI.2017

Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun


2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Depkes
RI. 2016

Menteri Kersehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor.
922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Setiastuti, A.D. (2012). Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma
Cipacing Bamdung Periode 1 Maret-31 Maret 2017 Bandung : Sekolah
Tinggi Farmasi Bandung
32

LAMPIRAN

Gambar 1. Etiket Putih

Gambar 2. Etiket Biru


33

Gambar 3. Surat Pesanan


34

Gambar. 4 Faktur
35

Gambar 5. Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu


36

Gambar 6.Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor Farmasi


37

Gambar 7. Kartu Stock


38

Gambar 8. Salinan Resep


39

Gambar 9. Contoh Nota Pembayaran


40

Gambar 10. Kwitansi

Anda mungkin juga menyukai