Anda di halaman 1dari 115

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI
RSUD SULTAN IMANUDDIN
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
18 FEBRUARI – 2 MARET 2019

DISUSUN OLEH :

BIBIB ALFIATNOOR 16.71.017726


DERI FAHRIZA 16.71.017095
EVELIN 16.71.017358
NORHAYATI 16.71.017109
RICA PARAMUDITA 16.71.017081
YULIANTI 16.71.017377

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
2019

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pelaksanaan sekaligus penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan yang
dilaksanakan di RSUD Sultan Imanuddin Kabupaten Kotawaringin Barat yang
dilaksanakan pada tanggal 18Februari 2019 sampai dengan 02 Maret 2019,
dengan baik dan lancar.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di RSUD Sultan Imanuddun Pangkalan
Bun ini merupakan salah satu proses dalam menyelesaikan Program Studi D-III
Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya yang
memberikan banyak pengalaman dan pengetahuan. Oleh karena itu, tidaklah
berlebihan bila kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Sonedi, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.
2. Ibu Nurhalina, M.Epid selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya.
3. Ibu Nurul Chusna, S.Farm.,M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi D-III
Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
4. Ibu Rezqi Handayani, S.Farm.,M.P.H., Apt selaku koordinator Praktek Kerja
Lapangan Program Studi D-III Farmasi Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.
5. Ibu Evi Mulyani, S.Farm.,M.Farm.,Apt selaku pembimbing Institusi Praktek
Kerja Lapangan di RSUD Sultan Imanuddin Kabupaten Kotawaringin Barat
Pangkalan Bun.
6. Bapak dr. Fachruddin, selaku Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan
Bun.
7. Ibu Famella Octaviani S.Farm.,Apt selaku pembimbing Lapangan serta
Kepala Instalasi Farmasi di RSUD Sultan Imanuddin Kabupaten
Kotawaringin Barat Pangkalan Bun yang telah bersedia meluangkan waktu

iii
ditengah kesibukan beliau untuk membimbing, memberikan saran dan
petunjuk hingga selesai penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
8. Seluruh Tenaga Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian, dan Pegawai
lainnya yang bekerja di Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin
Kotawaringin Barat Pangkalan Bun yang telah membimbing selama kami
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
9. Seluruh Pegawai RSUD Sultan Imanuddin Kotawaringin Barat Pangkalan
Bun yang melayani dan membimbing kami dengan baik agar dapat
beradaptasi dengan baik dilingkungan Rumah Sakit.
10. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan saran, nasihat,dan dukungan kepada
penulis.
11. Kepada Orang Tua, Saudara, dan Sahabat penulis yang selalu memberi doa
dan dukungan kepada penulis.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua bantuan yang telah
diberikan kepada penulis.Penulis menyadari penulisan laporan Praktek Kerja
Lapangan ini jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya hasil laporan yang
baik.Dengan segala Kerendahan hati, semoga Laporan Praktek Kerja Lapangan ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Pangkalan Bun, Maret 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Tujuan .................................................................................................4
C. Manfaat ...............................................................................................5
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .........................................................5
BAB II TINJAUAN UMUM ................................................................................6
A. Rumah Sakit ........................................................................................6
B. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit ..............................26
BAB III TINJAUAN KHUSUS ...........................................................................28
A. Sejarah RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun ............................28
B. Tugas Dan Fungsi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun ...........28
C. Visi, Misi dan Motto RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun .......29
D. Struktur Organisasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun .........30
E. Tipe dan Akreditasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun ........31
F. Tujuan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun .............................31
G. Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun .............32
1. Tujuan Pelayanan Farmasi ..........................................................32
2. Visi, Misi, dan Motto Instalasi Farmasi ......................................33
3. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Sultan
Imanuddin ...................................................................................34
4. Pengelolaan Perbekalan Farmasi.................................................35
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................44
Rica Paramudita....................................................................................44
Norhayati ...............................................................................................49

v
Bibib Alfiatnor .......................................................................................58
Evelin ..................................................................................................65
Yulianti ..................................................................................................74
Deri Fahriza ...........................................................................................84
BAB V PENUTUP ..............................................................................................91
A. Kesimpulan .......................................................................................91
B. Saran..................................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................93
LAMPIRAN ..........................................................................................................94

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Etiket di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun ........................... 89


Lampiran 2 Copy Resep RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun ..................... 89
Lampiran 3 Bukti Cetak Mutasi Obat dan Perbekalan Farmasi ............................ 90
Lampiran 4 DEPO Farmasi Rawat Jalan ..............................................................90
Lampiran 5 Depo Sindur-Lanan.............................................................................97
Lampiran 6 Depo Perinatologi .............................................................................100
Lampiran 7 Depo IGD .........................................................................................101

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang mempunyai hak
untuk hidup layak, baik menyangkut kesehatan pribadi maupun keluarganya
termasuk didalamnya mendapat makanan, pakaian, dan pelayanan kesehatan
serta pelayanan sosial lain yang diperlukan.
Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan
manusia sehingga menjadi prioritas dalam pembangunan nasional suatu
bangsa, bahkan kesehatan menjadi salah satu tolak ukur indeks pembangunan
manusia suatu bangsa. Hal ini terkait dengan upaya untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dari bangsa tersebut. Dengan sumber daya
manusia yang berkualitas maka akan semakin meningkatkan pula daya saing
bangsa tersebut dalam persaingan global saat ini.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, perlu dilakukan
sebuah upaya kesehatan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk
masyarakat luas yang berguna untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Menurut
Undang-Undang No.34 Tahun 2016 tentang Pelayanan Kefarmasian adalah
suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan.
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan kemampuan agar selalu hidup sehat.Selain itu, sarana
kesehatan dapat juga digunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan

1
serta penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan (Desiliana dan Mery, 2015).
Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah rumah sakit. Menurut
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan dalam menjalankan tugasnya di bidang pelayanan kefarmasian
melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) yang mempunyai peranan
penting dalam mengelola perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian dalam
penggunaan obat dan alat kesehatan serta pelayanan farmasi klinik.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yang
dimaksud dengan Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan yang paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai
suatu Departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah
pimpinan seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa orang Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang
berlaku dan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian, yang terdiri pelayanan paripurna yang mencakup perencanaan,
pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi,
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan rawat jalan;
pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 Tentang Pekerjaan kefarmasian, TTK sebagai salah satu tenaga
kesehatan yang memiliki peranan penting di Rumah Sakit, yaitu melakukan

2
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien, yang
dimaksud dengan TTK disini adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah farmasi/ Asisten
Apoteker. Untuk itu setiap kegiatan yang dilakukan oleh TTK mengharuskan
memiliki kompetensi atau kemampuan dan ilmu pengetahuan serta memiliki
wawasan yang luas dalam ilmu kefarmasian.Dituntut pula profesional dalam
menjalankan tugasnya sesuai dengan standar profesi, kode etik dan peraturan
disiplin profesi yang telah ditentukan.
Rumah sakit sebagai tempat mengabdi untuk Tenaga Teknis
Kefarmasian diharapkan memiliki persyaratan, perlengkapan, serta
manajemen rumah sakit yang baik agar pelayanan kefarmasian yang
diberikan kepada pasien benar-benar dapat menjamin keamanan penggunaan
obat, penggunaan alat kesehatan yang sesuai indikasi, efektif, aman, dan
terjangkau sehingga hasil akhir yang ingin diperoleh dapat tercapai yaitu
meningkatnya kualitas dari kehidupan pasien itu sendiri, dan pelayanan
kefarmasian yang dilakukan oleh TTK sesuai dengan standar profesi, kode
etik dan peraturan disiplin profesinya.
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit,
diharapkan para calon TTK mampu dan dapat memahami tugas, wewenang,
serta tanggung jawab sebagai seorang TTK, dan mampu dalam mengelola
administrasi obat (meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras,
narkotik, psikotropik, dan resep dokter), serta mengetahui peranan TTK dalam
aspek Pharmaceutical care dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
Sebagai calon Tenaga Teknis Kefarmasian yang nantinya akan
mengabdikan diri kepada masyarakat, maka sudah seharusnya
mahasiswa/mahasiswi D-III Farmasi menerapkan serta mempraktekkan ilmu
yang diperolehnya dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL), dimana, selain
menerapkan ilmu dalam dunia kerja, diharapkan mahasiswa/mahasiswi juga
memperoleh ilmu tambahan serta gambaran mengenai wujud nyata pelayanan

3
kesehatan terhadap masyarakat. Oleh sebab itu, pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Rumah Sakit bagi mahasiswa D-III Farmasi Universitas
Muhammadiyah Palangka Raya sangat perlu dilakukan dalam rangka
mempersiapkan diri untuk berperan langsung dalam berbagai kegiatan terpadu
yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit sesuai fungsi dan Tenaga Teknis
Kefarmasian.
B. Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit ini antara
lain :
1. Mengetahui Struktur Organisasi Rumah Sakit sehingga mahasiswa
mengetahui kedudukan Instalasi Farmasi dalam Struktur Rumah Sakit.
2. Memahami tanggung jawab, tugas pokok dan fungsi Farmasis atau
Tenaga Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit.
3. Mengetahui berbagai macam pelayanan kefarmasian yang terdapat di
Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin.
4. Mengetahui alur pelayanan resep mulai dari pasien menyerahkan resep
hingga pasien menerima obat dari masing-masing depo.
5. Memberikan bekal kemampuan profesional, manajerial, pengalaman
praktis dan terampil dalam hal pengelolaan di Instalasi Farmasi.
6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan praktek
mahasiswa dan mahasiswi D-III Farmasi dalam menjalankan profesinya
dengan penuh amanah di Apotek Rumah Sakit.
7. Menerapkan serta mempraktekkan ilmu yang diperoleh dalam pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat.
8. Melatih mahasiswa D-III Farmasi sebagai calon Tenaga Teknis
Kefarmasian agar siap dan mampu menjalankan tugas, kewajiban, peran,
fungsi serta tanggung jawabnya kepada masyarakat.
9. Memberikan bekal kemampuan profesional berupa wawasan dan
pengetahuan, serta pengalaman, dan teknik operasional dalam kegiatan
farmasi di Instalasi Farmsi Rumah Sakit.

4
C. Manfaat
Praktek kerja lapangan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan
Imanuddin diharapkan memberikan manfaat bagi mahasiswa calon Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK) :
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan kemandirian profesi dalam
pelayanan kesehatan sebagai aplikasi dari ilmu yang diperoleh.
b. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan calon TTK.
c. Menambah ilmu pengetahuan dalam hal melayani resep, peracikan obat,
dan perbekalan farmasi.
d. Dapat mengetahui cara palayanan resep obat dan administratif yang benar
sesuai dengan prosedurya.
e. Dapat mengetahui tata cara alur administratif dari mulai penerimaan resep
hingga penyerahan obat yang disertai dengan pemberian Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien.
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di salah satu rumah
sakit di Kalimantan Tengah tepatnya di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat.
Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini berlangsung selama 2
minggu terhitung sejak tanggal 18 Februari hingga tanggal 02 Maret 2019.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) memiliki jadwal yang berbeda-beda sesuai
depo masing-masing yang memiliki jam kerja 6-7 jam setiap harinya.
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dilakukan di 5 Depo Farmasi yaitu Depo
Farmasi Akasia-Meranti, Depo Farmasi Sindur-Lanan, Depo Farmasi IGD,
Depo Farmasi Rawat Jalan, Depo VK-Verinatologi dan tidak semua
mahasiswa PKL mendapatkan rolling dikarenakan waktu Praktek Kerja
Lapangan (PKL) yang terbatas

5
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Rumah Sakit
1. Definisi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 56 Tahun 2014 Tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakityang dimaksud dengan Rumah Sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.Yang dimaksud dengan pelayanan
kesehatan yang paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
2. Visi dan Misi Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
menyebutkan bahwa agar suatu Rumah Sakit berhasil dalam pelayanannya
secara menyeluruh, pimpinan Rumah Sakit perlu melakukan rancangan
strategis. Dalam persaingan pasar secara global, Rumah Sakit mengadopsi
suatu strategi yang luas yang memberinya suatu keuntungan kompetitif
berkelanjutan.
Manajemen strategi yang berkaitan dengan mutu total adalah untuk
meningkatkan kemampuan Rumah Sakit guna memperoleh keuntungan
kompetitif dalam pasar. Pendekatan mutu total adalah cara baik untuk
meningkatkan efisiensi secara terus-menerus dan penghematan biaya
diseluruh rantai biaya kegiatan Rumah Sakit, sementara secara simultan
meningkatkan sifat pelayanan yang membedakan dalam pasar.

6
a. Pengembangan Visi
Visi adalah suatu pertanyaan tertulis yang menjadi suatu inspirasi
dari status masa depan Rumah Sakit yang jelas dan sangat kuat
menimbulkan dukungan terhadap tindakan pengambilan keputusan
(external). Visi merupakan kekuatan pemandu Rumah Sakit untuk
mencapai status masa depan Rumah Sakit, seperti lingkungan dan
posisi pasar, keuntungan, efikasi penerimaan masyarakat, reputasi,
mutu produk dan/atau pelayanan dan keterampilan tenaga kerja.
Visi Rumah Sakit merupakan pernyataan tetap (permanen) untuk
mengkomunikasikan sifat dari keberadaan Rumah Sakit, berkenaan
dengan maksud, lingkup usaha/kegiatan dan kepemimpinan kompetitif;
memberikan kerangka kerja yang mengatur hubungan antara Rumah
Sakit dan stakeholders; utamanya; dan untuk menyatakan tujuan luas
dari status masa depan Rumah Sakit yang cukup jelas dan sangat kuat
menimbulkan dan mendukung tindakan yang perlu agar impian atau
visi menjadi suatu kenyataan.
b. Pengembangan Misi
Misi merupakan suatu pernyataan singkat dan jelas tantang alasan
keberadaan Rumah Sakit, maksud atau fungsi yang diinginkan untuk
memenuhi pengharapan dan kepuasan konsumen serta metode utama
untuk memenuhi maksud tersebut (internal). Pernyataan misi
memberikan suasana untuk memformulasi berbagai jenis kegiatan
tertentu di dasari semua upaya yang dilakukan Rumah Sakit dan
menetapkan pola umum pertumbuhan dan arah masa depan.
3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
MenurutUndang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit, rumah sakit mempunyai tugas pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Adapun yang menjadi fungsi rumah sakit adalah sebagai
berikut :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

7
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi dibidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan dibidang
kesehatan.
4. Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan, klasifikasi rumah sakit adalah
pengelompokkan rumah sakit berdasarkan perbedaan yang bertingkat
mengenai kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan dan
kapasitas sumber daya organisasi.
Klasifikasi rumah sakit dapat digolongkan menjadi:
a. Berdasarkan pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan
dalam 2 klasifikasi, yaitu:
1. Rumah Sakit Umum
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, rumah
sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
2. Rumah Sakit Khusus
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, rumah
sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan
lainnya Rumah Sakit khusus meliputi:

8
a) Rumah Sakit Jiwa
b) Rumah Sakit Kusta
c) Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA)
d) Rumah Sakit Bersalin (RSB), dan
e) Rumah Sakit Khusus lainnya.
b. Berdasarkan kepemilikan, rumah sakit dikategorikan dalam 2
klasifikasi, yaitu:
1) Rumah Sakit Pemerintah
Rumah sakit pemerintah terdiri atas rumah sakit yang langsung
dikelola oleh Departemen Kesehatan, Rumah Sakit pemerintah
daerah, Rumah Sakit militer, dan Sumah Sakit BUMN (Charles,
2004).
2) Rumah Sakit Swasta
Rumah Sakit swasta terdiri atas rumah sakit swasta, yang
dikelola oleh masyarakat.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit,
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanannya, rumah sakit umum
diklasifikasikan menjadi :
1) Rumah Sakit Umum Tipe A
Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik
Spesialis Dasar, 5 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12
Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 Pelayanan Medik Sub
Spesialis.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas
A meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis
Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan

9
dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan
Penunjang Non Klinik.
2) Rumah Sakit Umum Tipe B
Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik
Spesialis Dasar, 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8
Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 Pelayanan Medik
Subspesialis Dasar.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas
B meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis
Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan
dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan
Penunjang Non Klinik.
3) Rumah Sakit Umum Tipe C
Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik
Spesialis Dasar dan 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas
C meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan
Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan
Pelayanan Penunjang Non Klinik
4) Rumah Sakit Umum Tipe D
Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 Pelayanan Medik
Spesialis Dasar.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas
D meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,

10
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan
Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang
Non Klinik.
5. Struktur Organisasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan, Struktur organisasi rumah sakit
umumnya terdiri dari Badan Pengurus Yayasan, Dewan Pembina, Dewan
Penyantun, Badan Penasehat dan Badan Penyelenggara.
Badan Penyelenggara terdiri dari Direktur, Wakil Direktur, Komite
Medik, Satuan Pengawas, dan berbagai bagian dari Instalasi. Sebuah
rumah sakit bisa memiliki lebih dari seorang Wakil Direktur, tergantung
pada besarnya rumah sakit.
Wakil Direktur pada umumnya terdiri dari Wakil Direktur
Pelayanan Medik, Wakil Direktur Penunjang Medik dan Keperawatan
serta Wakil Direktur Keuangan dan Administrasi.Staf Medik Fungsional
(SMF) berada dibawah koordinasi Komite Medik.Staf Medik Fungsional
(SMF) terdiri dari dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis dari
semua disiplin yang ada di suatu rumah sakit. Komite Medik adalah wadah
non struktural yang keanggotaannya terdiri atas ketua-ketua Staf Medik
Fungsional.
6. Fasilitas Rumah Sakit
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit, rumah sakit harus memiliki bangunan yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang
paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Bangunan rumah sakit paling
sedikit terdiri atas ruang:
a. Rawat jalan;
b. Ruang rawat inap;
c. Ruang gawat darurat;

11
d. Ruang operasi;
e. Ruang tenaga kesehatan;
f. Ruang radiologi;
g. Ruang laboratorium;
h. Ruang sterilisasi;
i. Ruang farmasi;
j. Ruang pendidikan dan latihan;
k. Ruang kantor dan administrasi;
l. Ruang ibadah, ruang tunggu;
m. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;
n. Ruang menyusui;
o. Ruang mekanik;
p. Ruang dapur;
q. Laundry;
r. Kamar jenazah;
s. Taman;
t. Pengolahan sampah;
u. Pelataran parkir yang mencukupi.
Sedangkan itu prasarana rumah sakit yang juga harus tersedia
adalah:
a. Instalasi air;
b. Instalasi mekanikal dan elektrikal;
c. Instalasi gas medik;
d. Instalasi pengelolaan limbah;
e. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
f. Petunjuk standar, dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat;
g. Instalasi tata udara;
h. Sistem informasi dan komunikasi; dan
i. Ambulan.

12
7. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Menurut Keputusan Mentri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, IFRS secara umum dapat
diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian dari suatu rumah
sakit dibawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang
apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku
dan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan kefarmasian, yang terdiri
dari pelayanan paripurna mencakup perencanaan, pengadaan, produksi,
penyimpanan perbekalan kesehatan atau sediaan farmasi, dispensing obat
berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal maupun rawat jalan,
pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit.
Menurut Keputusan Mentri Kesehatan No 72 Tahun 2016 fungsi
Instalasi Farmasi rumah sakit adalah sebagai tempat pengelolaan
perbekalan farmasi serta memberikan pelayanan kefarmasian dalam
penggunaan obat dan alat kesehatan.
8. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Menurut Keptusan Mentri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Tugas dan Fungsi IFRS yaitu:
a. Tugas
Tugas dari IFRS adalah:
1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan
profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi;
2. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;
3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna
memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan
risiko;

13
4. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
5. Berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan
Pelayanan Kefarmasian;
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.
b. Fungsi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 72 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Fungsi Instalasi Farmasi, meliputi:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
a. memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit;
b. merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal;
c. mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai
ketentuan yang berlaku;
d. memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit;
e. menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;
f. menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;
g. mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit;
h. melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;
i. melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari;

14
j. melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah
memungkinkan);
k. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
l. melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat
digunakan;
m. mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai;
n. melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
2. Pelayanan farmasi klinik
a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat;
b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. Melaksanakan rekonsiliasi Obat;
d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik
berdasarkan Resep maupun Obat non Resep kepada pasien/keluarga
pasien;
e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain;
g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya;
h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
1) Pemantauan efek terapi Obat;
2) Pemantauan efek samping Obat;
3) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. Melaksanakan dispensing sediaan steril

15
1) Melakukan pencampuran Obat suntik
2) Menyiapkan nutrisi parenteral
3) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik
4) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil
k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga
kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar
Rumah Sakit;
l. melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
9. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mencakup
penyelenggaraan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu,
dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga
mutu. Pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi dan tujuan
yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan filosofi pelayanan
kefarmasian.
10. Lingkup Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Melaksanakan tugas dan pelayanan farmasi yang luas, IFRS
mempunyai berbagai fungsi, yang dapat digolongkan menjadi fungsi non-
klinik dan fungsi klinik.Fungsi non-klinik biasanya tidak secara langsung
dilakukan sebagai bagian terpadu dan segera dari pelayanan penderita
lebih sering merupakan tanggung jawab Apoteker Rumah Sakit.Sebaliknya
fungsi klinik adalah fungsi yang secara langsung dilakukan sebagai bagian
terpadu dari perawatan penderita atau memerlukan interaksi dengan
professional kesehatan lainnya yang secara langsung terlibat dalam
pelayanan (Siregar dan Amalia, 2004).
11. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai di Intalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan
menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan

16
kendali biaya. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir
dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan
kendali biaya. Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit menyatakan bahwa pengelolaan alat kesehatan, sediaan
farmasi, dan bahan medis habis pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh
instalasi farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh
Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan
non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung,
implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk
pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bertujuan untuk
mengutamakan kepentingan pasien melalui instalasi farmasi rumah sakit.
dengan demikian semua sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang beredar di rumah sakit merupakan tanggung jawab
instalasi farmasi rumah sakit, sehingga tidak ada pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di rumah sakit yang
dilaksanakan selain oleh instalasi farmasi rumah sakit.
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai meliputi:
a. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
kebutuhan. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai ini berdasarkan formularium dan standar
pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi; Standar sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang telah ditetapkan;
pola penyakit; efektifitas dan keamanan; pengobatan berbasis bukti;
mutu; harga; dan ketersediaan di pasaran.

17
b. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu
dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan
obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan
dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN), formularium rumah sakit, standar terapi
rumah sakit, data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan
prioritas, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, waktu
tunggu pemesanan dan rencana pengembangan.
c. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan.Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga
yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan
kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan
jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana,
pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan
spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Pengadaan dapat dilakukan melalui:
1) Pembelian, secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi)
dan pembelian langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar
farmasi/rekanan.
2) Produksi sediaan farmasi, sediaan yang dibuat di rumah sakit harus
memenuhi persyaratan mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan di rumah sakit tersebut.

18
3) Sumbangan/Dropping/Hibah
d. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian
langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan.Penerimaan merupakan
kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu,
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
e. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian.Penyimpanan harus
dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian.Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,
bentuk sediaan, dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan
prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO)
disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang penampilan dan
penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak
ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk
mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan
obat emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan.Tempat penyimpanan
harus mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.
Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:

19
1) Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang
telah ditetapkan.
2) Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk
kebutuhan lain.
3) Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti.
4) Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa.
5) Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
f. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis,
jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah sakit harus menentukan sistem
distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan
pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan
cara:
1) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock).
a) Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan
dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
b) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan
jumlah yang sangat dibutuhkan.
c) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi
yang mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya
didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
d) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat
floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab
ruangan.

20
e) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang
disediakan di floor stock
2) Sistem Resep Perorangan.
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan
dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
3) Sistem Unit Dosis.
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan
dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali
dosis/pasien. Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat
dianjurkan untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini
tingkat kesalahan pemberian obat dapat diminimalkan sampai
kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau Resep
individu yang mencapai 18%.
Pada sistem dosis unit, permintaan obat pada instruksi
pengobatan tidak diserahkan seluruhnya tetapi disiapkan hanya
untuk kebutuhan 24 jam, dan obat dikemas dalam bentuk satuan
dosis unit/ wadah plastik kecil untuk satu waktu pemberian yaitu
pagi, siang sore dan malam
4) Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai bagi pasien rawat inap dengan
menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
g. Pemusnahan dan penarikan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.Pemusnahan dilakukan untuk
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai bila:

21
1) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.
2) Telah kadaluwarsa.
3) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan.
4) Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:
1) Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang akan dimusnahkan.
2) Menyiapkan berita acara pemusnahan.
3) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait.
4) Menyiapkan tempat pemusnahan.
5) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan
bentuksediaan serta peraturan yang berlaku.
Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).Penarikan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh
BPOM atau pabrikan asal.Rumah sakit harus mempunyai sistem
pencatatan terhadap kegiatan penarikan.
h. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan
sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran.
Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alatkesehatan,
dan bahan medis habis pakai adalah untuk:
1) Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit.
2) Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi.
3) Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,

22
dan kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan sediaan farmasi,
alatkesehatan, dan bahan medis habis pakai adalah:
1) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan
(slowmoving).
2) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam
waktutiga bulan berturut-turut (death stock).
3) Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
i. Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari:
1) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian,
pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang
dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan,
triwulanan, semester atau pertahun).
Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan
peraturan yang berlaku. Pencatatan dilakukan untuk:
1. Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM.
2. Dasar akreditasi Rumah Sakit.
3. Dasar audit Rumah Sakit.
4. Dokumentasi farmasi.
Pelaporan dilakukan sebagai:
a) Komunikasi antara level manajemen.
b) Penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai
kegiatan di Instalasi Farmasi.
c) Laporan tahunan.

23
2) Administrasi Keuangan
Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran,
pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan,
penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan
semua kegiatan pelayanan kefarmasian secara rutin atau tidak rutin
dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.
3) Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan
penyelesaian terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak,
mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan
penghapusan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
12. Pelayanan Informasi Obat
Menurut peraturan Menteri Kesehatan No 72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Pelayanan Informasi
Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,
rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar
Rumah Sakit. PIO bertujuan untuk:
a. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah
Sakit;
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai, terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
c. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

24
Kegiatan PIO meliputi:
a. Menjawab pertanyaan;
b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
c. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit;
d. Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat
inap;
e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya; dan
f. Melakukan penelitian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:
a. Sumber daya manusia;
b. Tempat; dan
c. Perlengkapan.
Petunjuk teknis mengenai Pelayanan Informasi Obat akan diatur
lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
13. Sumber Daya Kefarmasian
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor
58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Sumber daya kefarmasiaan meliputi:
1) Sumber daya manusia
Instalasi farmasi harus memiliki apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang
lain agar tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi rumah sakit.
Ketersediaan jumlah tenaga apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di
rumah sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan perizinan
rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri.
Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf instalasi farmasi
harus ada dan sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit

25
setiap tiga tahun sesuai kebijakan dan prosedur di instalasi farmasi
rumah sakit.
2) Kualifikasi sumber daya manusia (SDM)
Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi sdm instalasi
farmasi diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari:
1) apoteker
2) tenaga teknis kefarmasian
b. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari:
1) operator komputer/teknisi yang memahami kefarmasian
2) tenaga administrasi
3) pekarya/pembantu pelaksana
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka
dalam penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi,
wewenang dan tanggungjawabnya.
3) Persyaratan SDM
Pelayanan kefarmasian harus dilakukan oleh apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian.Tenaga teknis kefarmasian yang melakukan
pelayanan kefarmasian harus di bawah supervisi apoteker.
Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian harus memenuhi
persyaratan administrasi seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat.
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Tuntutan pasien dan

26
masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan
adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug
oriented) menjadi paradigm baru yang berorientasi pada pasien (patient
oriented) dengan filosofi pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, disebutkan bahwa Standar
pelayanan kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Tujuan pengaturan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit diantaranya :
a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang
tidakrasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan obat untuk
meningkatkan keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai (highalert
medication).High-alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan
obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD). Kelompok Obat high-alert diantaranya:
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa
dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
b. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau
yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%,
dan magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat).
c. Obat-Obat sitostatika.
Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi 2 (dua)
kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan
farmasi klinik.

27
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN IMANUDDIN
PANGKALAN BUN

A. Sejarah RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun


Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
sebelumnya disebut Rumah Sakit Umum (RSU) Pangkalan Bun, didirikan
sejak zaman penjajahan Belanda dan berlokasi di Kelurahan Raja yang
sekarang dikenal sebagai Puskesmas Arut Selatan Jalan Pangeran Antasari No.
176. Pada tahun 1979, rumah sakit ini diperluas dan dipindahkan ke lokasi
yang sekarang yakni di Jalan Sutan Syahrir No.17. Pada tanggal 18 Maret
1992 diresmikan dengan nama RSUD Sultan Imanuddin oleh Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Adyatma.,M.P.H. Nama Sultan Imanuddin
itu sendiri diambil dari nama salah seorang Sultan yang memerintah di
Kesultanan Kutaringin Kabupaten Kotawaringin Barat yang telah berperan
dalam memindahkan Pusat Kerajaan dari Kotawaringin Lama ke Pangkalan
Bun (Situs Resmi Profil RSUD Sultan Imanuddin, 2017).
RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun merupakan salah satu rumah
sakit yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan
Tengah yang berkedudukan di Pangkalan Bun yang memberikan pelayanan
kesehatan serta mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas
yang juga menampung pelayanan rujukan dari puskesmas(Situs Resmi Profil
RSUD Sultan Imanuddin, 2017)
B. Tugas Dan Fungsi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Kotawaringin Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
sebutan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanuddin Pangkalan
Bun mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah dan
tugas pembantuan dibidang pelayanan kesehatan yang paripurna dengan

28
mengupayakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan perorangan
yang dilaksanakan secara terpadu dengan upayapeningkatan dan pencegahan
serta melaksanakan upaya rujukan(Visi-Misi RSUD Sultan Imanuddin, 2017).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanuddin Pangkalan
Bun mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan medik.
b. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medik.
c. Penyelenggaraan pelayanan penunjang non medik.
d. Penyelenggaraan pelayanan asuhan keperawatan.
e. Penyelenggaraan pelayanan rujukan.
f. Penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan.
g. Penyelenggaraan pembinaan Sumber Daya Manusia.
h. Pengelolaan satuan pengawasan intern.
i. Pengelolaan komite medik, komite keperawatan, kelompok staf medik dan
komite lain sesuai kebutuhan dan perkembangan Rumah Sakit.
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati (Situs Resmi Profil
RSUD Sultan Imanuddin, 2017).
C. Visi, Misi dan Motto RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
1. Visi
Visi Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
adalah:“Rumah Sakit Mandiri dengan Pelayanan Prima”.
2. Misi
a. Mewujudkan pengelolaan rumah sakit yang profesional dengan
prinsip sosiol ekonomi secara efektif dan efisien serta mampu berdaya
saing.
b. Meningkatkan kualitas sumberdaya rumah sakit yang profesional,
produktif dan berkomitmen sesuai dengan perkembangan ilmu
kedokteran/kesehatan.
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada semua lapisan
masyarakat secara cepat, tepat, nyaman dan terjangkau dengan
dilandasi etika profesi.

29
d. Mewujudkan pelayanan yang proaktif dan perluasan jangkauan
pelayanan kepada masyarakat.
3. Motto
Dalam bekerja Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun mempunyai motto, yaitu: “Pelayanan yang Memuaskan
adalah Tekad kami”(Situs Resmi Visi-Misi RSUD Sultan Imanuddin,
2017).
D. Struktur Organisasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor
20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, Rumah Sakit Umum Daerah Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun adalah unsur pelaksana Lembaga Teknis Daerah
sebagai pendukung Pemerintah Daerah Kabupaten, yang dipimpin
oleh seorang Kepala dengan sebutan Direktur yang berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, yang
membawahi 1 (satu) Kepala Bagian Tata Usaha, 3 (tiga) kepala Bidang, 3
(tiga) Kepala Sub Bidang, 6 (enam) kepala Seksi dan kelompok jabatan
Fungsional: Komite Medik, Staf Medik, Staf Medik Fungsional, Komite
Keperawatan dan Komite Tenaga Kesehatan Lainnya, dan Satuan Pengawasan
Internal.
Secara rinci sebagai berikut:
1. Direktur.
2. Bagian Tata Usaha, terdiri atas:
a. Sub bagian Umum, Kepegawaian dan Perlengkapan.
b. Sub bagian Keuangan.
c. Sub bagian Perencanaan dan Pengendalian Program.
3. Bidang Sarana dan Prasarana, terdiri atas:
a. Kebijakan Pemeliharaan sarana Prasarana.
b. Seksi Logistik dan Perbekalan.
4. Bidang Pelayanan Medik, terdiri atas:
a. Seksi Pelayanan Rawat Jalan.

30
b. Seksi Pelayanan rawat Inap.
5. Bidang Penunjang Pelayanan, terdiri atas:
a. Seksi Penunjang Pelayanan Medik.
b. Seksi Penunjang pelayanan Non Medik.
6. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari;
a. Komite Medik
b. Staf Medik Fungsional
c. Komite Keperawatan
d. Komite Tenaga Kesehatan Lainnya dan
e. Satuan pengawas Internal.
E. Tipe dan Akreditasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
Berdasarkan pendirian dan penyelenggaraanya RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun merupakan rumah sakit yang didirikan dan
diselengarakan oleh Pemerintah daerah tepatnya Pemerintah Daerah
Kabupaten Kotawaringin Barat. Berdasarkan bentuknya RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun merupakan rumah sakit menetap.Rumah sakit
menetap adalah rumah sakit yang didirikan secara permanen untuk jangka
waktu lama untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat (Situs Resmi Profil RSUD Sultan Imanuddin, 2017).
RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun adalah Rumah Sakit Negeri
yang memiliki Tipe C pada 2017 tahun yang lalu kemnudian naik ke Tipe B
Non-Pendidikan dan memiliki Akreditasi Paripurna (Bintang 5). RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun adalah salah satu dari 2 Rumah Sakit Tipe B yang
ada di Kalimantan Tengah dan menjadi Rumah Sakit rujukan regional
Kalimantan Tengah wilayah Barat(Situs Resmi Profil RSUD Sultan
Imanuddin, 2017).
F. Tujuan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
Tujuan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun adalah:
1. Menjadi pusat rujukan wilayah barat Kalimantan Tengah.

31
2. Membangun pusat keunggulan trauma, penyakit jantung, ginjal, malaria
dan tumbuh kembang anak.
3. Menjadi salah satu pusat sistem informasi dan manajemen Rumah Sakit
secara nasional.
4. Mengembangkan sistem rujukan yang efektif, efisien dengan biaya yang
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
5. Meningkatkan kepuasan pelanggan.
6. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Situs Resmi Visi-Misi RSUD
Sultan Imanuddin, 2017).
G. Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
Instalasi Farmasi adalah salah satu unit kerja yang unsur staf pelaksana
bidang penunjang yang berperan sebagai penyelenggara kegiatan pelayanan
Farmasi di lingkungan badan Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
1. Tujuan Pelayanan Farmasi
a. Terselenggaranya pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif, efisien,
aman dan terjangkau.
b. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan
biasa maupun dalam keadaan gawat darurat sesuai dengan keadaan
pasien maupun fasilitas yang tersedia.
c. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan professional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etika profesi.
d. Melaksanakan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) mengenai
obat.
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah
dan evaluasi pelayanan.

32
2. Visi, Misi, dan Motto Instalasi Farmasi
a. Visi
1. Menjadi salah satuunggulan dalam pelayanan kefarmasian Rumah
Sakit di Kalimantan Tengah.
2. Menjadi salah satu ujung tombak pelayanan prima di RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun.
b. Misi
1) Mengelola dan mendistribusikan perbekalan farmasi secara
profesional guna tercapainya pengobatan yang optimal.
2) Memberikan pelayanan farmasi professional kepada masyarakat.
3) Memberikan informasi dan edukasi guna tercapainya penggunaan
obat yang rasional.
4) Memberikan pelayanan kebutuhan perbekalan farmasi yang
bermutu dan terjangkau sesuai formularium rumah sakit dan acuan
penggunaan obat menurut peraturan yang berlaku.
5) Meningkatkam dan mengembangkan sumber daya manusia yang
berkualitas sesuai dengan kompetensi.
c. Motto
“ CITO (Cepat, Informatif, Tepat Obat)”

33
3. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin

KEPALA INSTALASI FARMASI

PELAYANAN KEFARMASIAN

FARMASI KLINIS
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, MANAJEMEN MUTU
ALKES, BMHP, DAN GAS MEDIS (PJ. MUTU)
(PJ. GUDANG FARMASI)

PJ. ADMINISTRASI FARMASI, BHP


LABORATORIUM & RADIOLOGI

PJ. GAS MEDIS

PELAYANAN RAWAT INAP


(PJ. RAWAT INAP)

PJ. DEPO FARMASI PELAYANAN RAWAT JALAN


SINDUR/LANAN (PJ. RAWAT JALAN)

PJ. DEPO FARMASI PJ. DEPO FARMASI


PERINATOLOGI/KEBIDANAN RAWAT JALAN

PJ. DEPO FARMASI


PJ. DEPO FARMASI
INSTALASI GAWAT DARURAT
BEDAH SENTRAL

PJ. DEPO FARMASI


ULIN/RAMIN

PJ. DEPO FARMASI


AKASIA/MERANTI

34
4. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang
merupakan siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
penghapusan, administrasi, dan pelaporan, serta evaluasi yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
Adapun ruang lingkup pengelolaan perbekalan farmasi di
Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalanbunsesuai
dengan Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Di Rumah Sakit yaitu sebagai berikut :
1) Perencanaan
Perencanaan adalah tahap awal yang dilakukan dalam hal
pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai. Sebelum melakukan pemesanan, terlebih dahulu dilakukan
perencanaan obat yang akan diadakan oleh instalasi farmasi RSUD
Sultan Imanuddin guna memenuhi kebutuhan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai, hal ini dimaksudkan agar
tidak terjadi kekosongan obat atau penumpukan obat sehingga hal
ini nantinya akan merugikan rumah sakit itu sendiri.Perencanaan
dilakukan berdasarkan Formularium Nasional dan Formularium
Rumah Sakit sebagai acuan. Perencanaan dilakukan dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan
dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
2) Pengadaan
Setelah obat direncanakan, kemudian dilakukan pengadaan.
Pengadaan merupakan kegiatan untuk pemenuhan atau penyediaan
sistem perencanaan yang telah dibuat dan direncanakan Instalasi
Farmasi Rumah Sakit. Pengadaan melalui bagianpengadaan barang

35
dan jasa di RSUD Sultan Imanuddin, sumber dana berasal dari
APBD Kabupaten Kotawarinngin Barat berdasarkan SK. Direktur
No SK.Dir.K.08.01.11.1.059 A tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa RSUD Sultan Imanuddin.
Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin di dalam
perencanaan dan pengadaan obat lebih mengutamakan pemilihan
obat pada generik yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 02/MENKES/086/I/2010 tentang
kewajiban mengutamakan obat generik di fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah.
Sistem pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di RSUD
Sultan Imanuddin dilakukan dengan sistem pemesanan langsung ke
distributor.
Pada tahapan pengadaan ini, barang-barang yang mencapai
minimum stok dicatat di dalam sebuah buku oleh petugas
pelaksana farmasi dan digunakan sebagai acuan untuk melakukan
pemesanan.Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imauddin melakukan
pemesanan langsung kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF)
dengan mencatat barang yang dipesan pada Surat Pesanan (SP)
lengkap dengan jenis dan jumlah.Pemesanan dilakukan ketika stok
obat atau barang dalam jumlah yang minimum atau telah
habis.Obat-obat yang diadakan di RSUD Sultan Imanuddin berupa
obat generik dan obat paten.
Surat pesanan untuk obat bebas, obat bebas terbatas, obat
keras dan alat kesehatan terdiri dari 2 rangkap, rangkap 1 yang
akan diberikan kepada distributor atau PBF dan rangkap
selanjutnya digunakan sebagai arsip. Sedangkan untuk pemesanan
obat narkotika di RSUD Sultan Imanuddin menggunakan Surat
Pesanan Narkotika yang ditandatangani oleh Kepala Instalasi
Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.Pemesanan
dilakukan ke PBF dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika

36
rangkap 4. Untuk satu Surat Pesanan (SP) hanya boleh memuat
pemesanan satu jenis obat (item) narkotika.Untuk pemesanan obat
psikotropika di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani
oleh Kepala Instalasi Farmasi. Pemesanan dilakukan ke PBF
dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika rangkap 4.
Selain itu ada 2 surat pesanan lainnya yaitu, surat pesanan
obat yang mengandung prekusor farmasi. Prekursor Farmasi adalah
zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi
industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk
jadi yang mengandung ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine,
ergotamin, ergometrine, atau Potasium Permanganat. Penerimaan
Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai (BMHP) yang telah dipesan berdasarkan Surat Pesan ataupun
pemesanan langsung, oleh PBF kemudian akan dikirim ke Instalasi
Farmasi, pengiriman obat ataupun perbekalan farmasi lainnya
disertai dengan faktur dari PBF yang bersangkutan. Barang-barang
(sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai)
yang datang, diterima oleh bagian penerimaan di Instalasi Farmasi
dan dilakukan pemeriksaan fisik, baik kualitas maupun kuantitas
sesuai atau tidaknya dengan Surat Pesanan (SP) dan faktur
pembelian. Pada saat penerimaan obat ataupun perbekalan farmasi
lainnya hal yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian jenis dan
jumlah obat yang datang dengan faktur dan SP, nomor batch,
tanggal kadaluwarsa (Expired date), dan kondisi fisik dari obat dan
barang datang tersebut. Untuk obat dan perbekalan farmasi yang
tidak sesuai akan dicatat dalam buku khusus, yang kemudian akan
ditindak lanjuti dengan melaporkan ke bagian pemesanan.

37
3) Penyimpanan
Setelah dilakukan penerimaan tahapan selanjutnya yakni
dilakukan penyimpanan obat atau perbekalan farmasi
lainnya.Penyimpanan dilakukan didalam sebuah gudang instalasi
farmasi. Penyimpanan serta penyusunan obat berdasarkan sistem
kombinasi, yakni disusun berdsarkan sistem FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expired First Out) serta disusun berdasarkan
bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk obat-obatan yang sifatnya
tidak stabil pada suhu ruang (25⁰C- 30⁰C) disimpan dalam lemari
pending (kulkas) suhu 2°C-8°C.
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip
(LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan
harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya
kesalahan pengambilan obat. Selain itu dalam penyimpanan obat-
obatan yang secara signifikan beresiko membahayakan pasien bila
digunakan dengan salah dan pengelolaaan yang kurang tepat harus
diawasi dengan kewaspadaan tinggi dan dapat ditempatkan secara
terpisah dari obat lain serta diberi penandaan khusus.
Dalam penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai di gudang instalasi farmasi terbagi
menjadi 4 ruang yaitu ruang khusus untuk menyimpan alat-alat
kesehatan, ruang khusus untuk sediaan sirup dan tablet, ruang
khusus untuk sediaan injeksi dan salep, dan ruang yang terakhir
adalah ruang khusus untuk bahan berbahaya dan beracun. Setiap
ruang tersebut terdapat palet dan juga lemari yang digunakan untuk
meletakkan obat dan alat kesehatan sehingga tidak bersentuhan
langsung dengan kotoran kotoran misalnya debu lantaimenjaga
kualitas dan keamanan obat dan alat kesehatan tersebut.Didalam
ruang khusus sedian injeksi dan salep terdapat beberapa pendingin
(kulkas) yang digunakan untuk menyimpan vaksin, insulin,

38
suppositoria serta ovula. Untuk obat jenis narkotika dan
psikotropika disimpan secara terpisah dari obat-obat lain. Dalam
ruang tersebut obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam
sebuah lemari khusus yang memiliki kunci.
Dalam gudang Instalasi Farmasi obat yang disimpan
dilengkapi dengan kartu stok obat. Satu kartu stok obat hanya
digunakan untuk satu item obat. Kartu stok obat meliputi : tanggal,
ED (Expired Date), no batch,jumlah obat yang keluar, jumlah obat
yang masuk, sisa obat dan keterangan yang diisi dengan tujuan
pendisribusian tersebut sertaparaf petugas.
4) Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
rangka menyalurkan atau menyerahkan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari tempat penyimpanan
sampai kepada pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas,
jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Pendistribusian di Instalasi Farmasi dari penyimpanan
gudang instalasi farmasi yang kemudian akan didistribusikan ke
unit pelayanan atau Depo yaitu Depo Farmasi Instalasi Gawat
Darurat, Depo Farmasi Rawat Jalan, Depo Farmasi Sindur, Depo
Farmasi Ulin, Depo Farmasi Bedah Sentral, Depo Farmasi
Perinatologi dan Depo Farmasi Akasia.
Depo-Depo tersebut setiap harinya akan mengamprah
persediaan perbekalan farmasi yang sering digunakan atau
dikeluarkan dengan jumlah yang minimum ataupun habis ke
gudang instalasi farmasi. Proses mengamprah tersebut dilakukan
dengan mencatat perbekalan farmasi di buku khusus untuk
amprahan kemudian akan diserahkan ke gudang. Selanjutnya
bagian gudang akan menyiapkan perbekalan farmasi tersebut yang
kemudian akan dimutasikan oleh pihak administrasi. Sebelum
diantarkan atau didistribusikan ke masing-masing di depo

39
melakukan pengecekan kesesuaian antara barang yang telah
disiapkan dengan bukti cetak mutasi perbekalan farmasi.
5) Pengendalian
Pengendalian sediaan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD
Sultan Imanuddin Pangkalan Bundilakukan dengan secara
komputerisasi sehingga memudahkan untuk mengetahui apabila
ada kekeliruan dari salah satu sistem tersebut dalam menyetok
barang.Dilakukannya pengendalian sediaan farmasi di Instalasi
Farmasi bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, serta
kehilangan.
Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
setiap 3 bulan akan melakukan stock opname.
6) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan obat di Instalasi Farmasi RSUD
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Pencatatan bertujuan untuk
memonitoring transaksi obat-obatan yang keluar dan masuk di
instalasi farmasi. Pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengelolaan sediaan farmasi seperti penulisan surat pemesanan,
faktur dan pencatatan atau penulisan di kartu stok obat pada
gudang instalasi farmasi yang juga dilakukan secara komputerisasi
pada Depo. Kartu stok diisi setiap kali ada pengeluaran atau
penambahan terhadap suatu obat dan perbekelan farmasi
lainnya.Pada masing-masing Depo terdapat satu unit computer
yang digunakan untuk memasukan data setiap barang yang masuk
maupun keluar yang pada prinsipnya sama dengan kartu stok.
Selain itu pada masing-masing Depo terdapat buku GPA (Generik,
Paten dan Alat kesehatan). Buku tersebut digunakan sebagai data
untuk mengetahui jumlah obat generik, obat paten dan alat
kesehatan yang dikeluarkan oleh masing-masing Depo yang
didalamnya juga terdapat jaminan yang digunakan oleh pasien

40
setiap harinya.Buku GPA ini diisi berdasarkan resep yang diterima
oleh Depo Farmasi.
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi di Instalasi Farmasi. Laporan administrasi dokumen
yang digunakandi Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun adalah Laporan bulanan yang berupa laporan
perbekalan farmasi yang masuk dan keluar setiap bulannya,
laporan standar pelayanan, laporan farmasi klinik, laporan
administrasi dan yang terakhir yaitu stok opname yang dilakukan
setiap 3 bulan sekali, dimana obat didata berapa jumlahyang
tersisa, apakah sesuai dengan sisa dari pengeluaran sebelumnya,
kemudian dilihat tanggal kadaluwarsanya, apabila sudah mendekati
tanggal kadaluwarsa maka dicatat nama dan jenis obat, sisa obat,
serta tanggal kadaluwarsa obat, bila dimungkinkan untuk diretur.
Adapula buku-buku pencatatan seperti buku konsul dokter, buku
serah terima, buku penggunaan narkotika dan psikotropika.
Untuk pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika
dilakukan setiap bulan melalui website online SIPNAP
(www.sipnap.kemkes.go.id). Laporan meliputi laporan pemakaian
narkotika dan psikotropika untuk bulan bersangkutan (meliputi
nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, dan persediaan awal
bulan).
7) Pemusnahan
Pemusnahan obat dimaksudkan untuk menghindarkan
pasien dari penggunaan obat-obatan yang tidak memenuhi mutu
dan sudah tidak memenuhi syarat dan ketentuan yang telah
ditetapkan. Di Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin
PangkalanBun terdapat obat yang mendekati tanggal kadaluwarsa
maka akan dicari faktur dari perusahaan atau distributor yang
memproduksi obat tersebut untuk dikembalikan (retur). Jika tidak
dapat dikembalikan (retur) maka obat harus dimusnahkan sesuai

41
dengan jenis dan bentuk sediaan.pemusnahan dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan.
b. Pelayanan Farmasi Klinik
Merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker
kepada pasien dalam rangka meningkatkanoutcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat dan
keselamatan pasien sehingga kualitas hidup pasien terjamin.Pelayanan
farmasi klinik yang sudah dilaksanakan di RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun diantaranya adalah :
1) Pengkajian dan pelayanan resep
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, pengkajian Resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan
Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi.Dalam pengkajian resep persyaratan administarasi,
persyaratan farmasi dan persyaratan klinis harus terpenuhi baik
untuk pasien rawat inap yang ada di depo (Depo Akasia-Meranti,
Depo Sindur-Lanan dan Depo VK-Verinatologi, Depo Ulin-Ramin
(VIPI maupun rawat jalan (Depo Rawat Jalan).
2) Penelusuran riwayat penggunaan obat
Merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai
riawayat pengobatan yang pernah digunakan oleh pasien dapat
diperoleh dari rekamedik atau pencatatan penggunaan obat.
3) Rekonsiliasi obat
Merupakan proses membandingkan intruksi pengobatan dengan
obat yang telah didapat pasien.
4) Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi
dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan
denganpengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan
pasien rawat inap.

42
5) Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) dilakukan dengan Apoteker visit
ke pasien. Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko
mengalami masalah terkait obat.Kompleksitas penyakit dan
penggunaan obat, serta respon pasien yang sangat individual
meningkatkan munculnya masalah terkait obat. Hal tersebut
menyebabkan perlunya PTO untuk mengoptimalkan efek terapi
dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki. Apoteker
memiliki peran yang penting sebagai bagian dari tim pelayanan
kesehatan dalam PTO dalam mencegah munculnya masalah
terkaitobat.
6) Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan
berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif dalam bentuk
pelaporan penggunaan obat.

43
BAB IV
PEMBAHASAN
NAMA : Rica Paramudita
NIM : 16.71.017081
DEPO OBAT RAWAT INAP SINDUR-LANAN

Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya,


melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yang dilaksanakan
mulai tanggal 18 Februari-2 maret 2019 selama 2 minggu . Pembagian shif yang
dilakukan pada pagi hari untuk depo Sindur dan Lanan buka pada jam 10.00-
16.30 WIB. Tujuan melaksanakannya praktek kerja lapangan (PKL) agar kami
sebagai tenaga teknis kefarmasian (TTK) bisa memahami dan mengetahui
bagaimana fungsi dan peran seorang TTK dalam melaksanakan pekerjaan
kefarmasian di IFRS, dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama ini di
bangku perkuliahan dapat membandingkan teori yang didapat dengan kenyataan
yang sebenarnya dilapangan.
Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun mempunyai
tanggung jawab untuk menyiapkan obat dan menyalurkan obat-obatan dan
perbekalan farmasi lainnya yang telah lolos pemeriksaan dari tim penerimaan
Rumah Sakit. Untuk setiap perbekalan kesehatan yang digunakan dirawat inap
terutama pada depo Sindur-Lanan didapatkan dari gudang farmasi yang setiap
harinya selalu diamprah atau didata oleh para pegawai instalasi sesuai dengan data
obat yang kosong dan kebutuhan pasien. Keuntungan dari sistem ini adalah
perbekalan kesehatan yang dibutuhkan dengan cepat tersedia dan dapat
mempercepat pengerjaan laporan pengeluaran barang di Gudang Farmasi.
Pada Depo Sindur-Lanan memiliki satu orang Tenaga Teknis
Kefarmasian bernama Ibu Arlita Luthfi, A.Md.,Farm dan satu orang Apoteker
yang bernama Ibu Yeyen Arysta Dewi, S.Farm.,Apt , sebagai penanggung jawab
di depo Sindur-Lanan ialah Ibu Arlita Luthfi, A.Md.,Farm. Pada depo Sindur-
Lanan dilengkapi dengan AC yang bertujuan untuk menjaga stabilitas obat-obatan

44
seperti tablet, sirup, kaplet, sirup kering, injeksi dan sediaan lainnya sehingga
pada saat sampai ketangan pasien stabilitas obat tersebut masih terjaga dan
mempunyai satu kulkas yaitu untuk menyimpan sediaan injeksi dan obat yang
sediaannya suppositoria yang harus dalam keadaan suhu dingin atau Sejuk. Tata
letak penyimpanan obat-obatan diinstalasi Farmasi Terutama di Depo Sindur-
Lanan berdasarkan abjad dan dibedakan peletakkannya antara obat paten, generik,
sirup, alkes, injeksi, dan tablet yang disusun ditempat berbeda. Kemudian untuk
obat golongan Narkotika dan Psikotropika pun diletakkan ditempat yang berbeda
dari yang lainnya yaitu disimpan pada lemari khusus yang harus dalam keadaan
terkunci serta obat golongan high Alert yaitu penyimpanannya juga pada lemari
khusus, hal ini untuk memudahkan dalam pendataan dan dalam menyediakan obat
untuk pasien. Hal ini sudah sesuai dengan teori teori yang dipelajari dimana yaitu
dalam teori disebutkan bahwa dalam penyimpanan obat disesuaikan dengan
bentuk sediaan, kebutuhan dengan suhu tertentu, sesuai abjad, dan di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Sultan Imanuddin Pangkalan Bun telah menggunakan
sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out) dalam
penggunaan dan penyimpanan obat.
Pelayaan yang dilakukan pada depo Sndur-Lanan adalah pelayanan
Kefarmasian yang diberikan oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian kepada
seorang pasien rawat inap untuk tujuan pengobatan mulai dari sindur untuk pasien
dewasa laki-laki dan lanan untuk pasien anak pengobatan yang dilakukan dokter
kepada pasien rawat inap mulai dari pemeriksaan, pengamatan, dan diagnosa yang
di berikan sesuai dengan keluhan penyakit yang diderita oleh pasien. Depo
Sindur-Lanan memberikan pelayanan dan pengobatan yang semaksimal mungkin
kepada pasien dengan melayani semua jenis resep yaitu, resep umum, resep bpjs
dan resep perusahaan. Dalam hal ini pada intinya resep umum, bpjs, maupun
Resep Perusahaan pelayanan semua resep sama hanya yang membedakan adalah
persyaratan yang dipenuhi oleh pasien sesuai dengan jenis resep yang digunakan..
Alur pelayanan yang di lakukan ialah pertama mengambil resep yang telah di
visite oleh Dokter Kemudian Dientry oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang ada
di Depo tersebut setelah dientry kemudian obat disiapkan .dengan system UDD

45
(unit dispensing dose) yaitu sesuai dengan jam yang telah ditentukan dan obat di
susun kedalam ruang keperawatan.
Pengelolaan yang dilakukan pada depo Sindur dan Lanan adalah
melakukan permintaan obat dengan cara menulis permintaan dibuku amprahan,
system amprahan ini dilakukan dengan menulis permintaan obat yang hbais atau
yang tersisa sedikit, permintaan dilakukan setiap hari agar ketersediaan stok obat
di Depo Sindur-Lanan terpenuhi. Setelah dilakukan permintaan pada keesokan
harinya obat diantar oleh pihak gudang Farmasi padapagi hari setelah barang
dating dilakukan pengecekan kesesuaian barang , jumlah barang terhadap surat
mutasi dari gudang. Setelah dilakukan pengecekan barang disimpan pada tempat
terpisah masing-masing.
Dan adapun kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yaitu pada
depo Sindur-Lanan Setiap pagi sebelum pasien datang yaitu membantu menyusun
obat ke tempatnya setelah itu membantu menyiapkan resep yang datang jika pada
resep yang datang terdapat iter atau tanda lain yang penyiapan nya harus
dikerjakan terlebih dahulu maka pengerjaannya harus didahulukan, membantu
menyiapkan atau membuat puyer, saat penyiapan obat sudah selesai dilakukan
setelah itu dilakukan penyiapan etiket untuk obat yang diresepkan sesuai dengan
aturan pakai yang sudah ditentukan pada resep obat yang datang dan juga
menyiapkan obat pada resep yang datang untuk keesokan harinya karena pada
depo Sindur-Lanan pemberiaan obat dilakukan secara 24 jam kepada pasien yang
dirawat inap. Setelah penyiapan obat selesai maka obat yang sudah siap
diserahkan kepada apoteker penanggung jawab pada depo Sindur-Lanan untuk
melakukan KIE secara jelas dan benar kepada pasien. Selain itu kegiatan yang
dilakukan pada saat didepo Sindur-Lanan yaitu membantu mengisi/menyusun
obat dan alkes yang habis pada tempat penyimpanan di depo Sindur-Lanan. Pada
kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilakukan jika dibandingan
sesuai dengan Permenkes No 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit yaitu :

46
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan
dengan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilakukan pemilihan jenis
sediaan sudah sesuai dengan pengertian yang ada sesuai Permenkes No 72 Tahun
2016 yaitu pemilihan jenis sediaan sesuai dengan yang dibutuhkan depo Sindur-
Lanan seperti sediaan injeksi dan alat kesehatan yang banyak karena depo Sindur-
Lanan adalah khusus untuk merawat Orang Tua (Dewasa) dan Anak-anak.
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah
dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.Perencanaan yang
dilakukan pada sindur-lanan adalah dengan mengisi buku amprahan atau buku
permintaan yang ada pada depo, sediaan pada depo dicek jika ada obat atau alkes
yang kosong atau tersisa sedikit maka langsung mengisi buku amprahan yang ada
agar memudahkan untuk dilakukan pengadaan.
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu.Pengadaan pada Depo Sindur-lanan yaitu didapatkan dari Gudang Instalasi
Farmasi yang ada di Rumah Sakit Umum Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
penerimaan barang harus tersimpan dengan baik. Penerimaan barang yang ada di
depo Sindur-lanan adalah pada saat ada barang yang datang pada saat menerima
obat atau alkes yaitu dilakukan pengecekan sesuai dengan faktur yang ada untuk
mempermudah barang dipesan apakah sesuai dengan permintaan yang diinginkan.
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas
dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud

47
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai. Penyimpanan yang dilakukan pada Depo Sindur-Lanan
dibandingankan dengan Permenkes No 72 Tahun 2016 penyimpanan sediaan obat
dilakukan sesuai dengan literature yang ada seperti sediaan obat tablet,sirup,
injeksi disesuaikan penyimpanan yaitu menurut abjad dan sesuai dengan sediaan
obat paten, obat generik, injeksi , alat kesehatan disimpan ditempat yang berbeda,
pada sediaan tablet, sirup, injeksi disimpan pada suhu ruangan terhindar dari
cahaya matahari. Pada sediaan injeksi dan suppositorial yang penyimpanannya
pada tempat sejuk disimpan didalam kulkas untuk mejaga stabilitas obat. Pada
obat narkotika dan dan psikotropika disimpan pada tempat berbeda yaitu pada
lemari khusus yang dalam keadaan terkunci agar tidak mudah terlihat oleh pasien,
pada sediaan obat high-alert, High-alert medication adalah Obat yang harus
diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius
(sentinel event) dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang
Tidak Diinginkan (ROTD). Kelompok obat higt alert adalah :
1) Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
2) Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).

48
Nama : Norhayati
NIM : 16.71.017109
Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya,
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yang dilaksanakan
mulai tanggal 18 Februari - 2 maret 2019, selama 2 minggu rollingan yang
dilakukan pada setiap mahasiswa berbeda-beda jadwalnya dan tidak semua
mahasiswa PKL mendapatkan rollingan dikarenakan waktu PKL yang terbatas.
Adapun macam-macam Depo di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yaitu Depo Rawat Jalan, Depo Akasia-
Miranti, Depo Ulin, Depo Bendah Sentral, IGD, Depo Sindur-Lanan dan Depo
Perinatologi obat yang berada di area (RSUD) Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Shif yang dilakukan pagi hari untuk depo rawat jalan pada jam 08.00-14.30 WIB.
Tujuan melaksanakannya praktek kerja lapangan (PKL) agar kami sebagai tenaga
teknis kefarmasian (TTK) bisa memahami dan mengetahui bagaimana fungsi dan
peran seorang TTK dalam melakasanakan pekerjaan kefarmasian di IFRS, dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama ini di bangku perkuliahan dapat
membandingkan teori yang didapat dengan kenyataan yang sebenarnya di
lapangan.
DEPO RAWAT JALAN
Depo rawat jalan yang dilakukan di rumah sakit adalah pelayanan medis
yang diberikan oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian kepada seorang
pasien untuk tujuan pengobatan mulai dari pasien menyerahkan resep yang
diperolehnya saat pengobatan yang dilakukan kepada dokter dari pemeriksaan,
pengamatan, dan diagnosa yang di berikan seusai dengan keluhan penyakit yang
diderita oleh pasien tersebut tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap.
Karena kondisi pasien dapat diterapi tanpa harus diopname. Tujuan dari pelayanan
rawat jalan adalah mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien secara
optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Pengelolaan yang dilakukan pada Depo rawat jalan adalah dengan
memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada seorang pasien dengan

49
memberikan persepsi tingkat mutu rumah sakit secara keseluruhan bagi pasien,
karena kontak pasien dengan rumah sakit adalah melalui unit rawat jalan,
sehingga mutu unit rawat jalan harus di desain sedemikian rupa oleh rumah sakit
agar mampu mewujudkan kepuasaan pasien. Pada Depo rawat jalan yaitu pada
depo obat farmasi dilengkapi dengan AC suhu sejuk (15°C-25°C) yang bertujuan
untuk menjaga kestabilitasan obat-obatan seperti tablet, sirup, kapsul, injeksi, tetes
mata, tetes telinga, salep mata dan lainnya sehingga pada saat sampai di tangan
pasien kestabilitas obat tersebut tetap terjaga dan mempunyai satu lemari
pendingin untuk sediaan-sediaan farmasi yang stabil pada suhu 2°C-8°C seperti
obat sitotoksik, sediaan suppositoria, insulin, dan lemari-lemari pintu untuk
narkotika dan piskotropika. Tata letak penyimpanan obat-obatan diinstalasi
Farmasi Terutama di Depo rawat jalan berdasarkan abjad dan dibedakan
peletakkannya antara obat Branded, generik, sirup, alkes, injeksi, dan tablet yang
disusun ditempat berbeda. Kemudian untuk obat golongan Narkotika dan
Psikotropika pun diletakkan ditempat yang berbeda dari yang lainnya yaitu
disimpan pada lemari khusus 2 pintu yang harus dalam keadaan terkunci serta
obat golongan high Alert yaitu penyimpanannya juga pada lemari khusus, hal ini
dapat membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang
hati-hati dalam menyediakan obat untuk pasien. Hal ini sudah sesuai dengan
Permenkes RI No. 72 Tahun 2016 yang dipelajari dimana yaitu disebutkan bahwa
dalam penyimpanan obat disesuaikan dengan bentuk sediaan, kebutuhan dengan
suhu tertentu, sesuai abjad, dan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun telah menggunakan sistem FEFO (First Expired First
Out) dan FIFO (First In First Out) dalam penggunaan dan penyimpanan obat.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan (PKL)
adalah membantu dalam penyiapan obat-obatan, alat kesehatan dan injeksi
sebelum diserahkan kepada pasien serta tidak lupa menuliskan etiket dengan
melihat resep yang berisi aturan pakai yang telah tersedia dan sambil menghafal
tempat penyimpanan obat sesuai dengan abjad dan sediaan serta diletakan berbeda
menurut nama paten, generik, dan penyimpanan alat kesehatan disimpan sesuai

50
tempatnya yang telah disediakan. Pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
2019 dilakukan Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit yaitu seperti berikut :
1. Penyiapan
Penyiapan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu.
Penyiapan yang dilakukan pada Depo rawat jalan adalah dengan
mengisi buku amprahan ( pemesanan) yang nantinya akan diserahkan ke
gudang farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun pada pihak gudang
farmasi akan melakukan pengadaan sesuai kebutuhan yang diperlukan oleh
depo rawat jalan dengan melihat buku amprahan yang telah diserahkan.
2. Penyediaan
Pemerintah telah mengatur mengenai pelayanan kefarmasian di rumah
sakit melalui instalasi farmasi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pada saat menerima resep, SDM (Sumber Daya Manusia) yang
bertanggung jawab dalam penerimaan resep yaitu 2 orang TTK (Tenaga
Teknis Kefarmasian), kegiatan yang dimulai dari menerima resep, memberi
no. resep, mengecek kelengkepan berkas, mengecek ketersediaan obat (bila
obat tersedia), kemudian apoteker melakukan pengkajian resep. Pengkajian
Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila

51
ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis
Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien
rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
2. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
3. Tanggal resep; dan
4. Ruangan/unit asal Resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
2. dosis dan Jumlah Obat;
3. stabilitas; dan
4. aturan dan cara penggunaan.
Persyaratan klinis meliputi:
1. ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;
2. duplikasi pengobatan;
3. alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
Jika setelah pengkajian resep ditemukan adanya ketidaksesuaian maka
apoteker akan menghubungi dokter penulisresep untuk melakukan konfirmasi.
Tahap dispensing dimulai dengan menyiapkan obat, menghitung
jumlah obat yang dibutuhkan lalu mengambil obat dengan memperhatikan
nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat. Ketika pengambilan
obat, kegiatan yang dimulai dari petugas farmasi mengambil resep yang telah
diberi, mengambil obat sesuai kebutuhan yang tertulis pada resep di rak obat,
diserahkan kepada petugas penulisan etiket. Khusus pada obat narkotika dan
psikotropika harus menulis tanggal pengambilan obat, jumlah obat yang
diambil dan sisanya di kartu stok setiap obat. Hal ini bertujuan untuk untuk
mengetahui stok obat yang tersedia serta memudahkan tahap penelusuran jika
terjadi kejadian tidak diingankan (KTD).

52
Selanjutnya peracikan obat, kegiatan yang dimulai dari perhitungan
obat, penyiapan obat, meracik obat, dan pengemasan obat sampai obat
diserahkan kepada penulisan etiket, petugas farmasi akan melakukan
pemberian etiket / label memuat informasi nama pasien, jumlah obat, fungsi
obat dan aturan pemakaian.
Tahap penyiapan obat kegiatan yang dimulai dari menulis etiket /klip
plastik obat, menempelkan etiket pada wadah obat, memasukan semua obat
kedalam plastik klip sampai obat diletakkan dalam wadah dan diberikan
kepada petugas bagian .
Setelah penyiapan obat dilakukan tahap penyerahan obat, sebelumnya
apoteker akan melakukan pemeriksaan kembali terkait kesesuaian jumlah obat
yang diberikan dan informasi yang tertera pada etiket karena penyerahan harus
dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan resep guna menjaga mutu dan
keselamatan pasien serta menghindari kesalahan penggunaan.
Kemudian apoteker menyerahkan obat yang disertai dengan pemberian
informasi obat meliputi cara penggunaan obat, kemungkinan efek samping,
cara penyimpanan obat dan lain-lain.
Melihat tahapan penyediaan obat tersebut, dapat dilihat bahwa
menyiapkan obat dibutuhkan kompetensi dan keahlian khusus guna menjamin
mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
3. Penyimpanan
Setelah barang dari gudang di Instalasi Farmasi diterima di Depo
rawat jalan perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan
penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
Penyimpanan yang dilakukan oleh Depo rawat jalan RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun dibandingkann Permenkes No 72 Tahun 2016

53
dilakukan dengan penyimpanan sesuai untuk obat tablet, sirup, injeksi
disesuikan penyimpanan yang telah disediakan menurut abjad dengan sediaan
obat paten, generik,dan injeksi disimpan didalam kulkas dengan suhu yang
telah ditentukan dan terhindar dari sinar matahari, pada sediaan obat high-
alert, High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD). Kelompok obat higt alert adalah :
1) Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
2) Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
4. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu.
Pendistribusian yang dilakukan oleh depo rawat jalan adalah dengan
meberikan obat, alkes, dan injeksi dengan sistem distribusi individual
prescripto (resep individu) yang secara lansung diserahkan kepada pasien oleh
seorang apoteker.
5. Monitoring
Monitoring merupakan pengumpulan dan review data yang membantu
menilai apakah norma-norma program diikuti mutu atau apakah outcome
ditingkatkan. Monitoring seharusnya dilakukan oleh kepala IFRS dengan cara
memantau atau menilai pola penggunaan obat serta upaya-upaya untuk
menjaga dan meningkatkan mutu, kerasionalan penggunaan obat di instalasi
farmasi. Untuk memantau penggunaan obat, melalui pelaporan sehingga
pengendalian distribusi obat dapat diketahui.

54
Monitoring distribusi penggunaan obat dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui distribusi obat berdasarkan tingkat penggunaan obat menurut
pasien, tingkat penggunaan obat berdasarkan tingkat urutan penggunaan
paling banyak sampai tingkat penggunaan obat paling sedikit digunakan.
Penggunaan obat setelah penyerahan kepada pasien, apoteker harus
melaksanakan pemantaun penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu
seperti kerdiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

DEPO VK (VERLOS KAMER ATAU RUANG BERSALIN)


/PERINATOLOGI
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun melayani resep obat yang termasuk dalam resep pasien umum,
resep yang ditanggung oleh perusahaan, dan resep yang di tanggung oleh BPJS
(resep yang dibiayai sesuai dengan formularium BPJS). Pada depo
Vk/Perinatologi depo ini melayani pada ruang perawatan untuk bayi dan ibu, yang
dimulai dari pukul 10:00-16:00 WIB, kegiatan yang dilakukan yaitu, pada waktu
paginya sebelum perawat mengantarkan resep, mengecek sediaan farmasi obat
dan alkes lainnya apabila persediaan tersebut habis maka akan diisi kembali dalam
wadah-wadah yang tersedia. Kemudian menyiapkan alkes yang sesuai dalam
resep, menyiapkan sediaan obat pada resep pasien rawat inap apabila sudah
selesai akan di serahkan ke ruang perawat Vk/Perinatologi kemudian akan
dimintai tanda tangan di buku serah terima obat. Setelah selesai menyiapkan alkes
yang dimintai dalam resep akan diantarkan ke ruang perawat yang kemudian akan
di susun ke lemari obat pasien distribusi secara Unit Dose Dispensing (UDD)
kombinasi One Daily Dose (ODD), dalam lemari etalase terdapat wadah yang
sudah tertera nama sediaan farmasi sesuai yang akan di susun. Setelah itu
menyiapkan sediaan farmasi obat untuk pasien yang dipulangkan, menulis etiket,
kemudian akan di serahkan ke apoteker untuk diserahkan ke pasien dan diberikan
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Untuk resep rawat inap setelah di entri
kekomputer akan di tulis di buku GPA yaitu sediaan farmasi Generik, Paten, dan
Alkes kemudian akan di tulis di buku serah terima obat setelah itu mencantumkan

55
nama pasien di dalam buku tersebut, dan akan dimintai tanda tangan perawat dan
farmasi/ttk di dalam buku tersebut. Untuk resep pasien yang dipulangkan akan di
entri di komputer kemudian akan di tulis dalam buku GPA (Generik, Paten,
Alkes) dan di buku RM (Rekam Medik) untuk memudahkan dalam pelaporan.
Setelah itu menyusun atau meletakkan sediaan farmasi amprahan ke tempat yang
tersedia.
Penyimpanan obat ini berdasarkan FEFO (First Expired First Out) dan
FIFO (First In First Out). Untuk penyimpanan obat Narkotika dan Psikotropika di
dalam lemari yang berdampingan dengan High Alert, dalam lemari narkotika
tersebut di distribusikan di dalam lemari disediaan sesuai kebutuhan ruangan.
Pengelolaan Sediaan Farmasitentang Standar Pelayanan Kefarmasian, dan
Bahan Medis Habis Pakai di depo Vk/Perinatologi yaitu :
1. Penerimaan
Penerimaan barang setelah dilakukan pemesanan atau yang ditulis
dalam buku amprahan maka perbekalan farmasi akan dikirim oleh bagian
instalasi farmasiyang disertai dengan surat mutasi barang .Penerimaan barang
di depo Vk/Perinatologi dengan memeriksa barang yang datang sesuai dengan
surat mutasi barang dan buku amprahan. Dan akan di cek expired date, no
batch, dan no registrasi, kemudian akan dihitung kondisi fisik sediaan
obat/alkesapakah sesuai dengan faktur atau tidak.
2. Penyimpanan
Penyimpanan obat berdasarkan Permenkes RI No. 72 Tahun 2016
dilakukan sesuai dengan literatur yang adayaitu sediaan Farmasi obat harus
menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, setiap obat akan
diletakkan pada rak-rak lemari tertentu berdasarkan golongan obat, sediaan
obat yang kemudian nantinya akan disusun kembali berdasarkan alfabetis.
Dan untuk penyimpanan sediaan farmasi Narkotika dan psikotropika
ditempatkan pada lemari tersendiri yang mempunyai 2 pintu yang terkunci dan
berdampingan dengan obat High alert agar tidak terlihat oleh pasien dan
mencegah terjadinya penyalahgunaan, untuk penyimpanan sediaan obat syrup,
salep, tablet, kapsul, kaplet, generik diletakkan di rak yang berdampingan

56
secara alfabetis di simpan terpisah untuk memudahkan dalam pengambilan
dan pencarian obat. Sedangkan untuk obat lasa terdapat logo lasa di kotak obat
tersebut. Depo obat Vk/Perinatologi memiliki lemari pendingin lemari
pendingin untuk sediaan-sediaan farmasi yang stabil pada suhu 2°C-8°C
seperti obat sitotoksik, sediaan suppositoria, insulin.
3. Pendistribusian
Kegiatan mendistribusikan perbekalan Farmasidi depo Vk/Peritanologi
pelayanan individu dalam prosesterapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan
untuk menunjang Pelayanan Medis. Pendistribusian dilakukan untuk
menyalurkan dan menyerahkan sediaan farmasi obat, alkes, dan bahan medis
habis pakai dari tempat penyimpanan sampai ke ruang tindakan,
pendistribusian ini menggunakan metode Individual Prescription(pasien rawat
inap yang dipulangkan dari depo rawat jalan) yaitu pesanan obat secara
individual sistem ini memberikan pelayanan kepada pasien secara individual
dan Unit Dose Dispensing (UDD)kombinasi One Daily Dose (ODD)yaitu
permintaan obat pada instruksi pengobatan disiapkan hanya untuk kebutuhan
24 jam, dan obat dikemas dalam bentuk satuan dosis unit/wadah plastik kecil
(klip) untuk satu pemberian (satu kemasan untuk satu pemberian yaitu pagi,
siang, sore, dan malam).

57
Nama : Bibib Alfiatnor
Nim : 16.71.017726

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa/Mahasiswi


Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Fakultas Ilmu Kesehatan jurusan DIII
Farmasi pada tanggal 18 Februari – 02 Maret 2019 di laksanakan di Instalasi
Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.. RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun merupakan rumah sakit yang berada di daerah kabupaten Kota
Waringin Barat yang terletak di ibu kota kabupaten yaitu kota Pangkalan Bun.
RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun merupakan rumah sakit tipe B non
pendidikan yang memberikan pelayanan kesehatan dengan dokter spesialis yang
terbatas serta menerima pasien rujukan dari Puskesmas yang berada di daerah
kabupaten Kotawaringin Barat.
Instalasi farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dipimpin oleh
seorang apoteker yaitu Ibu Famella Octaviani S,S.Farm.,Apt yang bertanggung
jawab atas semua kegiatan yang di lakukan di Instalasi Farmasi di RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun. Instalasi Farmasi di RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun terdiri dari 8 (delapan) depo tetapi kami hanya melakukan di 5
(Lima) Depo instalasi farmasi yaitu Depo Sindur-Lanan yang khusus melayani
pasien anak-anak dan juga pasien laki-laki penyakit dalam, Depo Meranti-Akasia
yang khusus melayanai pasien setelah operasi dan pasien perempuan penyakit
dalam, Depo Perinatologi yang khusus melayani pasien ibu sebelum dan sesudah
melahrikan serta bayi dibawah usia 1 bulan, Depo IGD khusus melayani pasien
Instalasi Gawat Darurat, Depo Rawat Jalan khusus melayani pasien rawat jalan,
Pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Farmasi RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun diberi jadwal jaga di setiap depo selama 2 minggu
.Pada kegiatan PKL praktek kerja lapangan 2019 dilakukan perbandingan dengan
Permenkes No 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit yaitu

58
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan praktek yang telah dilakukan pemilihan jenis sediaan sudah
sesuai dengan pengertian yang ada sesuai Permenkes No 72 Tahun 2016 yaitu
pemilihan jenis sediaan seperti obat-obatan, alat keshatan, dan injeksi
memenuhi standar sesusi dengan kebutuhan Depo rawat jalan yang berada
dikawasan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
2. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah
dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan yang dilakukan pada Depo
rawat jalan adalah dengan mengisi buku amprahan ( pemesanan) yang
nantinya akan diserahkan ke gudang farmasi RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun pada pihak gudang farmasi akan melakukan pengadaan sesuai
kebutuhan yang diperlukan oleh depo rawat jalan dengan melihat buku
amprahan yang telah diserahkan.
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik. Penerimaan
barang yang dilakukan oleh depo rawat jalan adalah dengan melakukan
pengecekan kesesuaian barang yang di pesan dengan melihat nomor faktur
yang telah dibawa oleh petugas gudang farmasi.

59
5. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat
menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan
kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Penyimpanan yang dilakukan oleh Depo rawat jalan RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun dibandingkann permenkes No 72 Tahun 2016
dilakukan dengan penyimpanan sesuai untuk obat tablet, sirup, injeksi
disesuikan penyimpanan yang telah disediakan menurut abjad dengan sediaan
obat paten,generik,dan injeksi disimpan didalam kulkas dengan suhu yang
telah ditentukan dan terhindar dari sinar matahari, pada sediaan obat high-
alert, High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD). Kelompok obat higt alert adalah :
1) Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
2) Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
3) Obat-Obat sitostatika.
Penyimpanan obat High-alert disimpan pada lemari khusus yang terhindar
dari sinar matahari dan selalu di cek kewaspadaannya.
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit

60
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu.
Pendistribusian yang dilakukan oleh depo rawat jalan adalah dengan
meberikan obat, alkes, dan injeksi dengan sistem distribusi individual
prescripto (resep individu) yang secara lansung diserhkan kepada pasien oleh
seorang apoteker.

DEPO MERANTI – AKASIA


Selama melaksanakan PKL 2 minggu yaitu pada tanggal 18 Februari - 02
Maret. Depo Akasia khusus melayanai pasien setelah operasi dan pasien
perempuan penyakit dalam.Kegiatan yang di lakukan selama di Depo Akasia
yaitu menyiapkan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang tertulis
didalam resep yang diberikan ke Depo Akasia dan membantu menyusun obat dan
BMHP yang di terima dari gudang Farmasi. Pendistribusian obat dan BMHP di
Depo Akasia meliputi pengadaan obat yang diminta ke gudang farmasi yang
disebut dengan Amparahan, sistem aprahan ini dilakukan dengan menulis
permintaan obat yang habis atau obat yang tersisa sedikit, permintaan dilakukan
setiap hari agar ketersediaan stok obat di Depo Akasia terpenuhi. Setelah
dilakukan permintaan pada keesokan harinya obat diantar oleh pihak gudang
farmasi pada pagi hari setelah barang datang dilakukan pengecekan kesesuain
barang, jumlah barang terhadap surat mutasi dari gudang.Setelah dilakukan
pengecekan barang disimpan pada tempat terpisah masing-masing.
Pada Depo Meranti-Akasia yaitu pada depo obat farmasi dilengkapi
dengan AC yang bertujuan untuk menjaga stabilitas obat-obatan seperti
tablet,sirup,kaplet,sirup kering,injeksi dan sediaan lainnya sehingga pada saat
sampai ketangan pasien stabilitas obat tersebut masih terjaga dan mempunyai satu
kulkas yaitu untuk menyimpan sediaan injeksi dan obat yang sediaannya
suppositoria yang harus dalam keadaan suhu dingin atau Sejuk. Tata letak
penyimpanan obat-obatan di instalasi Farmasi Terutama di Depo Meranti-Akasia
berdasarkan abjad dan dibedakan peletakkannya antara obat paten, generik, sirup,
alkes, injeksi, dan tablet yang disusun ditempat berbeda.Kemudian untuk obat

61
golongan Narkotika dan Psikotropika diletakkan ditempat yang berbeda dari yang
lainnya yaitu disimpan pada lemari khusus dan mempunyai 2 buah kunci yang
berbeda. yang harus dalam keadaan terkunci serta obat golongan high Alert yaitu
penyimpanannya juga pada lemari khusus, hal ini untuk memudahkan dalam
pendataan dan dalam menyediakan obat untuk pasien.
Pelayaan yang dilakukan pada Depo Akasia-Meranti adalah pelayanan
Kefarmasian yang diberikan oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian kepada
seorang pasien rawat inap untuk tujuan pengobatan mulai dari akasia untuk pasien
dewasa laki-laki dan perempuan pengobatan yang dilakukan dokter kepada
pasien rawat inap mulai dari pemeriksaan, pengamatan, dan diagnosa yang di
berikan sesuai dengan keluhan penyakit yang diderita oleh pasien. Depo Akasia-
Meranti memberikan pelayanan dan pengobatan yang semaksimal mungkin
kepada pasien dengan melayani semua jenis resep yaitu, resep umum, resep bpjs
dan resep perusahaan. Dalam hal ini pada intinya resep umum, bpjs, maupun
Resep Perusahaan pelayanan semua resep sama hanya yang membedakan adalah
persyaratan yang dipenuhi oleh pasien sesuai dengan jenis resep yang digunakan..
Alur pelayanan yang di lakukan ialah pertama mengambil resep yang telah di
visite oleh Dokter Kemudian Dientry oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang ada
di Depo tersebut setelah dientry kemudian obat disiapkan .dengan system UDD
(unit dispensing dose) yaitu sesuai dengan jam yang telah ditentukan dan obat di
susun kedalam ruang keperawatan.
Penyimpanan obat disimpan berdasarkan bentuk sediaan dan alfabet,
dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out
(FIFO) dan disertai dengan penandaan terhadap obat obat tertentu yang
penyebutan nama hampir sama serta warna bentuk kemasan yang hampir sama
diberi tanda LASA (Look Alike Sound Alike) lingkaran berwarna kuning dan
Persegi Panjang warna merah dengan tulisan High-alert tanda ini di gunakan
untuk obat yang memiliki resiko tinggi jika terjadi kesalahan. Metode
penyimpanan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
bab II tentang Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis

62
Habis Pakai, Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat
untuk meningkatkan keamanan, khususnya bat yang perlu diwaspadai (high- alert
medication). High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD).Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk
sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First
Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)
tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
Obat psikotropika dan narkotika di letakkan pada lemari terpisah dengan
dua lapis pintu memiliki kunci yang di pegang oleh penanggung jawab Depo
Akasia. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan,
Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi, Pasal 33 ayat 1
dan 2 yaitu :
1. Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik,
dan Lembaga Ilmu Pengetahuan harus memiliki tempat penyimpanan
Narkotika atau Psikotropika berupa lemari khusus.
2. Lemari khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada dalam penguasaan
Apoteker penanggung jawab.
Sistem distribusi obat dan BMHP di Depo Akasia di lakukan berdasarkan :
1. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
a. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh
Instalasi Farmasi.

63
b. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
c. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggung jawab ruangan.
d. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
2. Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui Instalasi Farmasi.
Alur pelayanan resep perorangan yaitu:
a. Pasien membawa resep ke depo Akasia.
b. Petugas farmasi melakukan telaah resep.
c. Untuk resep pasien umum dan jaminan, apabila obat yang diresepkan
tersedia resep langsung disiapkan, apabila tidak tersedia, konfirmasi ke
Dokter penulis resep
3. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit
dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap. (Permenkes RI Nomor 72 Tahun
2016).

64
Nama : Evelin
Nim : 16.71.017358

Pembahasan Depo Rawat Jalan


Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu kegiatan yang
diselenggarakan oleh pihak Fakultas Ilmu Kesehatan dan Program Studi D-III
Farmasi dan dilaksanakan oleh mahasiswa program studi D-III Farmasi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Praktek kerja
lapangan adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman
belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat di luar
kampus, dan secara langsung mengidentifikasi serta dapat memeberikan
keuntungan pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Praktek Kerja
Lapanngan (PKL) juga merupakan pengaplikasian materi dan teori yang telah
disampaikan dan diajarkan dalam proses perkuliahan, dengan adanya PKL
mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang dimiliki.
Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
sebelumnya disebut RSUD Pangkalan Bun didirikan sejak jaman penjajahan
belanda dan berkolasi di kelurahan Raja yang sekarang dikenal sebagai puskesmas
Arut Selatan Jalan Pangeran Antasari No. 176.Pada tahun 1979, Rumah Sakit ini
diperluas dan dipindahkan ke Lokasi yang sekarang yakni di Jalan Sutan Syahrir
No. 17. Pada tanggal 18 maret 1992 Rumah Sakit diresmikan dengan nama RSUD
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Rumah Sakit Sultan Imanuddin memiliki Tipe
B non pendidikan, tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Sultan Imanuddin adalah
menyelanggarakan pelayanan medik, menyelengarakan penunjang medik dan non
medik, menyelenggarakan pelayanan keasuhan keperawatan, menyelenggarakan
pelayanan rujukan, menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan,
menyelenggarakan pembinaan SDM, menyelenggarakan pengelolan komite
medik, komite keperawatan, dan lain-lain.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
dipimpin oleh seorang Apoteker Ibu Famella Octaviani S,S.Farm,Apt yang
bertanggung jawab untuk seluruh kegiatan yang ada di Instalasi Farmasi Rumah

65
Sakit Umum Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Praktek Kerja Lapangan ini
dilakukan di Rumah Sakit Umum Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya,
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yang dilaksanakan
mulai tanggal 18 februari-02 maret 2019 selama 2 minggu dilakukan pada setiap
depo rawat jalan yang berada di area (RSUD) Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Dimana pada depo rawat jalan ini dilakukan dari jam 08.00-14.00 WIB. Tujuan
dilaksanakannya praktek kerja lapangan (PKL) agar kami sebagai tenaga teknis
kefarmasian (TTK) bisa memahami dan mengetahui bagaimana fungsi dan peran
seorang TTK melakasanakan pekerjaan kefarmasian di IFRS, dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama ini dibangku kuliah serta dapat
membandingkan teori yang didapat dengan kenyataan yang sebenarnya
dilapangan.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun diatur dan dikelola sedemikian rupa
sehingga dapat dipertanggungjawabkan dikemudian hari.Pengelolaan sediaan
farmasi tahapan awal yakni tahapan perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian dan pencatatan dan pelaporan yang
dilakukan satu bulan sekali ke depo pusat.
Depo rawat jalan yang dilakukan di Rumah Sakit Sultan Imanuddin adalah
pelayanan yang diberikan oleh seorang Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian
(TTK) kepada seorang pasien untuk tujuan pengobatan mulai dari pasien
menyerahkan resep sampai kepada pasien menerima resep dari seorang Apoteker
atau Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang ada di Depo Rawat Jalan tersebut.
Instalasi farmasi Rumah sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan
Bun melayani resep obat yang termasuk dalam resep pasien umum, resep yang
ditanggung oleh perusahaan, resep yang di tanggung oleh BPJS (resep yang
dibiayai sesuai dengan formularium BPJS dan resep pasien Jasa Raharja.
Penyimpanan obat ini berdasarkan Alfabetis, dan jenis sediaannya, untuk
sediaan yang membutuhkan suhu dingin seperti insulin dan suppositoria

66
penyimpanan di dalam lemari pendingin berdasarkan sistem pengeluarannya
FEFO (First Expired First Out) sediaan obat yang mendekati expired maka akan
terlebih dahulu di keluarkan juga FIFO (First In First Out) sediaan farmasi obat
yang pertama kali datang pertama kali di keluarkan, untuk sediaan obat paten
terdapat di rak tersendiri,dan juga untuk sediaan syrup juga terdapat rak yang
berdampingan dengan sediaan farmasi tetes mata, dan tetes telinga. untuk
penyimpanan obat Narkotika dan Psikotropika disimpan dalam lemari yang
berpintu 2 lapis dan terkunci rapat, sediaan obat High Alert berdampingan dengan
sediaan obat Generik yang terdapat selotip merah pada sekeliling tempat
penyimpanan obat high alert setiap pengeluaran obat ini akan di catat di kartu
stock sama halnya dengan sediaan obat Narkotika dan Psiotropika, dan untuk
sediaan farmasi Bahan Berbahaya dan Beracun atau kerap disingkat B3 adalah zat
atau bahan-bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan atau kelangsungan
hidup manusia, makhluk lain, dan atau lingkungan hidup pada umumnya sediaan
ini bertempatkan di lemari tersendiri dan terkunci tempat lemari untuk B3 ini juga
berdampingan dengan tempat sediaan insulin yang ada di dalam kulkas, Jenis B3
medis yaitu antiseptik seperti alkohol, dan obat-obat kanker. Untuk obat Fast
Moving yaitu obat yang sering keluar, sediaan obat ini terdapat di atas meja yang
tersusun berdasarkan kekuatan obat nya untuk sediaan obat yang kekuatan obat
nya lebih rendah terdapat di rak atas sedangkan untuk sediaan obat yang kekuatan
obatnya lebih tinggi terdapat di rak bawah.Dalam depo ini juga terdapat alat
kesehatan tetapi hanya sedikit karena jarang terdapat dalam resep.
Pengeloaan yang dilakukan pada Depo rawat jalan adalah dengan
memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada seorang pasien dengan
memberikan persepsi tingkat mutu rumah sakit secara keseluruhan bagi pasien,
karena diasumsikan kontak pasien dengan rumah sakit adalah melalui unit rawat
jalan, sehingga mutu unit rawat jalan harus di desain sedemikian rupa oleh rumah
sakit agar mampu mewujudkan kepuasaan pasien.Pada Depo rawat jalan yaitu
pada depo obat farmasi dilengkapi dengan AC yang bertujuan untuk menjaga
kestabilitasan obat-obatan seperti tablet, sirup, kapsul dan lainnya sehingga pada
saat sampai di tangan pasien kestabilitas obat tersebut tetap terjaga dan

67
mempunyani satu kulkas untuk Insulin ada 2 lemari khusus untuk penyimpanan
Insulin yang ada label yang harus diwaspadai dan lemari narkotika, piskotropika.
Tata letak penyimpanan obat-obatan diinstalasi Farmasi Terutama di Depo rawat
jalan berdasarkan abjad dan dibedakan peletakkannya antara obat paten, generik,
sirup, alkes, injeksi, dan tablet yang disusun ditempat berbeda. Kemudian untuk
obat golongan Narkotika dan Psikotropika pun diletakkan ditempat yang berbeda
dari yang lainnya yaitu disimpan pada lemari khusus yang harus dalam keadaan
terkunci serta obat golongan high Alert yaitu penyimpanannya juga pada lemari
khusus, hal ini untuk memudahkan dalam pendataan dan dalam menyediakan obat
yang akan diberikan kepada pasien. Hal ini sudah sesuai dengan standar yang
sudah dipelajari dimana yaitu dalam teorinya disebutkan bahwa dalam
penyimpanan obat disesuaikan dengan bentuk sediaan, kebutuhan dengan suhu
tertentu, sesuai abjad, dan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun telah menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan
FIFO (First In First Out) dalam penggunaan dan penyimpanan obat.
Depo farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien khususnya
penyediaan obat dan alat kesehatan.
Begitu pula pada pelayanan resep BPJS, perusahaan, dan Jasa raharja
namun yang sedikit membedakan disini yaitu ada bebarapa berkas yang harus
dilengkapi oleh pasien. Depo ini hanya menggunakan metode Individual
Prescription (Resep Individu) adalah tatanan kegiatan distribusi sediaan obat oleh
IFRS sesuai dengan yang ditulis pada resep.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan (PKL)
adalah melakukan penyiapan obat-obatan, alat kesehatan dan injeksi sebelum
diserahkan kepada pasien serta tidak lupa menuliskan etiket dengan melihat resep
yang berisi aturan pakai yang telah tersedia dan sambil menghafal tempat
penyimpanan obat sesuai dengan abjad dan sediaan serta diletakan berbeda
menurut nama paten, generik, dan penyimpanan alat kesehatan disimpan sesuai
tempatnya yang telah disediakan.

68
Pada pelayanan yang ada di depo rawat jalan tidak hanya melayani pasien
yang ada di daerah Pangkalan Bun saja melainkan melayani pasien-pasien yang
datangnya dari luar daerah. Dimana seorang Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) dapat melayani pasien dengan baik.
Pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) 2019 dilakukan Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit yaitu seperti berikut :
1. Penyiapan
Penyiapan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu.
Penyiapan yang dilakukan pada Depo rawat jalan adalah dengan
mengisi buku amprahan ( pemesanan) yang nantinya akan diserahkan ke
gudang farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun pada pihak gudang
farmasi akan melakukan pengadaan sesuai kebutuhan yang diperlukan oleh
depo rawat jalan dengan melihat buku amprahan yang telah diserahkan.
2. Penyediaan
Pemerintah telah mengatur mengenai pelayanan kefarmasian di rumah
sakit melalui instalasi farmasi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pada saat menerima resep, SDM (Sumber Daya Manusia) yang
bertanggung jawab dalam penerimaan resep yaitu 2 orang TTK (Tenaga

69
Teknis Kefarmasian), kegiatan yang dimulai dari menerima resep, memberi
no. resep, mengecek kelengkepan berkas, mengecek ketersediaan obat (bila
obat tersedia), kemudian apoteker melakukan pengkajian resep. Pengkajian
Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila
ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis
Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien
rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
a. nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
b. nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
c. tanggal Resep; dan
d. ruangan/unit asal Resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
a. nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
b. dosis dan Jumlah Obat;
c. stabilitas; dan
d. aturan dan cara penggunaan.
Persyaratan klinis meliputi:
a. ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;
b. duplikasi pengobatan;
c. alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
Jika setelah pengkajian resep ditemukan adanya ketidaksesuaian maka
apoteker akan menghubungi dokter penulisresep untuk melakukan
konfirmasi.
Tahap dispensing dimulai dengan menyiapkan obat, menghitung
jumlah obat yang dibutuhkan lalu mengambil obat dengan memperhatikan
nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat. Ketika pengambilan
obat, kegiatan yang dimulai dari petugas farmasi mengambil resep yang telah
diberi, mengambil obat sesuai kebutuhan yang tertulis pada resep di rak obat,
diserahkan kepada petugas penulisan etiket. Khusus pada obat narkotika dan

70
psikotropika harus menulis tanggal pengambilan obat, jumlah obat yang
diambil dan sisanya di kartu stok setiap obat. Hal ini bertujuan untuk untuk
mengetahui stok obat yang tersedia serta memudahkan tahap penelusuran jika
terjadi kejadian tidak diingankan (KTD).
Selanjutnya peracikan obat, kegiatan yang dimulai dari perhitungan
obat, penyiapan obat, meracik obat, dan pengemasan obat sampai obat
diserahkan kepada penulisan etiket, petugas farmasi akan melakukan
pemberian etiket / label memuat informasi nama pasien, jumlah obat, fungsi
obat dan aturan pemakaian.
Tahap penyiapan obat kegiatan yang dimulai dari menulis etiket /klip
plastik obat, menempelkan etiket pada wadah obat, memasukan semua obat
kedalam plastik klip sampai obat diletakkan dalam wadah dan diberikan
kepada petugas bagian .
Setelah penyiapan obat dilakukan tahap penyerahan obat, sebelumnya
apoteker akan melakukan pemeriksaan kembali terkait kesesuaian jumlah
obat yang diberikan dan informasi yang tertera pada etiket karena penyerahan
harus dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan resep guna menjaga mutu
dan keselamatan pasien serta menghindari kesalahan penggunaan.
Kemudian apoteker menyerahkan obat yang disertai dengan
pemberian informasi obat meliputi cara penggunaan obat, kemungkinan efek
samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain.
Melihat tahapan penyediaan obat tersebut, dapat dilihat bahwa
menyiapkan obat dibutuhkan kompetensi dan keahlian khusus guna menjamin
mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
3. Penyimpanan
Setelah barang dari gudang di Instalasi Farmasi diterima di Depo
rawat jalan perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan

71
penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
Penyimpanan yang dilakukan oleh Depo rawat jalan RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun dibandingkann Permenkes No 72 Tahun 2016
dilakukan dengan penyimpanan sesuai untuk obat tablet, sirup, injeksi
disesuikan penyimpanan yang telah disediakan menurut abjad dengan sediaan
obat paten, generik,dan injeksi disimpan didalam kulkas dengan suhu yang
telah ditentukan dan terhindar dari sinar matahari, pada sediaan obat high-
alert, High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD). Kelompok obat higt alert adalah :
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
b. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
4. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu.
Pendistribusian yang dilakukan oleh depo rawat jalan adalah dengan
meberikan obat, alkes, dan injeksi dengan sistem distribusi individual
prescripto (resep individu) yang secara lansung diserahkan kepada pasien oleh
seorang apoteker.
5. Monitoring
Monitoring merupakan pengumpulan dan review data yang membantu
menilai apakah norma-norma program diikuti mutu atau apakah outcome
ditingkatkan. Monitoring seharusnya dilakukan oleh kepala IFRS dengan cara

72
memantau atau menilai pola penggunaan obat serta upaya-upaya untuk
menjaga dan meningkatkan mutu, kerasionalan penggunaan obat di instalasi
farmasi. Untuk memantau penggunaan obat, melalui pelaporan sehingga
pengendalian distribusi obat dapat diketahui.
Monitoring distribusi penggunaan obat dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui distribusi obat berdasarkan tingkat penggunaan obat menurut
pasien, tingkat penggunaan obat berdasarkan tingkat urutan penggunaan
paling banyak sampai tingkat penggunaan obat paling sedikit digunakan.
Penggunaan obat setelah penyerahan kepada pasien, apoteker harus
melaksanakan pemantaun penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu
seperti kerdiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

73
Nama : Yulianti
Nim : 16.71.017377
RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yang berlokasi di Jalan Sutan
Syahrir No.17 adalah Rumah Sakit Negeri yang memiliki Tipe C pada 2017 tahun
yang lalu kemudian naik ke Tipe B Non-Pendidikan dan memiliki Akreditasi
Paripurna (Bintang 5). RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun adalah salah satu
dari 2 Rumah Sakit Tipe B yang ada di Kalimantan Tengah dan menjadi Rumah
Sakit rujukan regional Kalimantan Tengah wilayah Barat.
Instalasi Farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dipimpin oleh
seorang Apoteker yang bernama Ibu Famella Octaviani S,S.Farm,Apt. Depo depo
farmasi yang ada di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun berjumlah 7 depo,
diantaranya Depo Akasia-Meranti, Depo Sindur-Lanan, Depo Bengkirai-
Perinatologi, Depo Bedah Sentral, Depo Ulin-Ramin(VIP), Depo IGD dan Depo
Rawat Jalan.
Depo-depo farmasi yang terdapat di Instalasi Farmasi tersebut sangat
penting dan efektif terutama untuk pasien rawat inap, dimana pasien atau perawat
akan lebih cepat untuk mendapatkan obat karena letaknya yang berdekatan
dengan ruangan perawatan.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di RSUD Sultan
Imanuddin pangkalan Bun selama 2 minggu dari tanggal 18 Februari sampai
dengan 2 Maret 2019 bertujuan untuk penerapan atau mengimplementasikan ilmu
yang telah didapatkan diperkuliahan sehingga mahasiswa yang melakukan
kegiatan PKL dapat membandingkan antara ilmu yang didapat secara teoritis
dengan keadaan yang berlangsung di lapangan atau di dunia kerja, khususnya
lebih spesifik di bidang kefarmasian.
DEPO IGD
1. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Alat Kesehatan di Depo IGD
Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di Depo IGD (Instalasi Gawat
Darurat) berlangsung selama 8 hari dimulai dari jam 08.00 sampai dengan
14.00 WIB. Penanggung Jawab (PJ) di depo IGD yaitu Ibu Sri Wangi
R,A.Md.,Farm. Depo IGD (Instalasi Gawat Darurat) yaitu salah satu bagian di

74
rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita
sakit dan cedera, layanan yang disediakan untuk kebutuhan pasien yang dalam
kondisi gawat darurat dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan darurat yang cepat.
Pengelolaan obat merupakan pelaksanaan manajemen obat. Prinsip
manajemen tersebut merupakan pegangan untuk terselenggarakan fungsi
pengelolaan obat dengan baik. Adapun pengelolaan obat dibandingkan dengan
Permenkes No 72 Tahun 2016 Bab II Pengelolaan Sediaan Farmasi tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit yaitu meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian. Pengelolaan obat
bertujuan agar obat yang di perlukan bisa selalu tersedia setiap saat diperlukan
dalam jumlah yang cukup, tepat jenis, tepat waktu, dan mutu yang terjamin
serta digunakan secara rasional.
Alur pengelolaan obat di Depo IGD (Instalasi Gawat Darurat) meliputi
permintaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian. Permintahan obat
dilakukan dengan cara menulis permintaan di buku amprahan, lalu petugas
gudang mengambil buku amprahan ke Depo Farmasi. Kemudian obat yang
telah dipinta oleh Depo Farmasi diantarkan oleh Petugas gudang Farmasi
tersebut.
Penerimaan obat di Depo IGD (Instalasi Gawat Darurat) dilakukan
dengan melakukan pengecekan kesesuaian barang yang dipesan dengan
melihat nomor faktur yang telah dibawa oleh petugas Gudang Farmasi.
Penyimpanan pada Depo IGD (Instalasi Gawat Darurat) berdasarkan
Alfabetis, jenis sediaannya, stabilitasnya, dan untuk sistem pengeluarannya
berdaasarkan FEFO (First Expired First Out) sediaan obat yang mendekati
expired maka akan terlebih dahulu di keluarkan, juga FIFO (First In First Out)
sediaan farmasi obat yang pertama kali datang pertama kali di keluarkan.
Untuk menjaga suhu ruangan dan sediaan farmasi tetap stabil ini
mengkondisikan suhu yang pas dengan penyimpanan obat. Dalam ruangan ini
juga terdapat lemari pendingin atau kulkas untuk menjaga stabilitas sediaan
supositoria, injeksi/ampul, insulin dan sediaan farmasi lainnya.

75
Penyimpanan sediaan Hight Alert yaitu Obat yang perlu diwaspadai,
adalah sejumlah obat-obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya
yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat, sediaan ini disimpan
dalam lemari khusus yang diberi stiker merah berbentuk persegi panjang pada
sekeliling tempat penyimpanan obat high alert dan bertempelkan stiker merah
berbentuk persegi panjang bertuliskan High Alert pada setiap kemasan obat
High alert. Sedangkan untuk sediaan obat LASA (Look Alike Sound Alike)
merupakan sebuah peringatan untuk keselamatan pasien (Patient Safety) yaitu
obat-obatan yang bentuk atau rupanya mirip dan pengucapannya atau namanya
mirip (Norum) yang tidak boleh diletakkan berdekatan oleh karena itu setiap
sediaan Lasa diletakkan di beri jarak 1 sediaan obat.
Untuk penyimpanan sedian Branded terdapat di Etalase depan yang
bercampur dengan sediaan injeksi dan diatas etalase terdapat alat kesehatan
samping kanan etalase terdapat alat kesehatan dan infus. Untuk sediaan generik
pada rak pertama terdapat sediaan injeksi, rak ketiga terdapat sediaan farmasi
obat generik dan untuk sediaan syrup, tetes mata, dan salep disimpan dalam
lemari khusus, kemudian untuk sediaan Suppositoria dan insulin disimpan
dalam lemari pendingin agar stabilitas nya tetap terjaga.
Penyimpanan obat berdasarkan Permenkes No 72 Tahun 2016 dilakukan
sesuai dengan literatur yang adayaitu sediaan Farmasi obat harus menjamin
kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, setiap obat akan diletakkan pada rak-
rak lemari tertentu berdasarkan golongan obat dan untuk alat kesehatan akan
diletakkan dibagian rak atas, dalam penyusunan obat, dilakukan berdasarkan
golongan obat, sediaan obat yang kemudian nantinya akan disusun kembali
berdasarkan alfabetis. Dan untuk pemyimpanan sediaan obat Narkotika dan
psikotropika di letakkan di lemari khusus yang terkunci agar tidak terlihat oleh
pasien dan mencegah terjadinya penyalahgunaan, untuk penyimpanan sediaan
obat syrup, tetes mata dan salep di simpan di dalam lemari terpisah untuk
memudahkan dalam pengambilan dan pencarian obat. Untuk penyimpanan
obat High Alert diletakkan lemari terpisah yang bertempelkan Stiker Merah
berbetuk persegi panjang, sedangkan untuk obat lasa terdapat logo lasa di kotak

76
obat tersebut. Depo obat IGD memiliki lemari pendingin khusus sebagai wadah
penyimpanan untuk sediaan seperti insulin dan Suppositoria agar stabilitas
tetap terjaga.
Penyimpanan ini dilakukan sebagai berikut :
a) Berdasarkan Farmakologi.
b) Berdasarkan Alfabetis dan bentuk sediaan.
c) Pemisahan obat yang mirip (LASA).
d) Pemisahan berdasarkan Fast moving.
e) Pemisahan berdasar High Alert Medicine (obat berbahaya bila mencederai)
Kegiatan mendistribusikan perbekalan Farmasi di depo IGD (Instalasi
Gawat Darurat) pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat jalan
untuk menunjang Pelayanan Medis. Pendistribusian di lakukan untuk
menyalurkan dan menyerahkan sediaan farmasi obat, alkes, dan bahan medis
habis pakai dari tempat penyimpanan sampai ke ruang tindakan,
pendistribusian ini menggunakan metode Individual Prescription yaitu pesanan
obat secara individual sistem ini memberikan pelayanan kepada pasien secara
individual.
2. Pelayanan di Depo IGD
Depo IGD di Rumah sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan
Bun melayani resep obat yang termasuk dalam resep pasien umum, resep yang
ditanggung oleh perusahaan, dan resep yang di tanggung oleh BPJS (resep
yang dibiayai sesuai dengan formularium BPJS).
Sistem pelayanan yang diberikan menggunakan sistem Triage, dimana
pelayanan diutamakan bagi pasien dalam keadaan darurat (emergency) bukan
berdasarkan antrian.Ada dokter dengan empat keahlian besar yang berjaga
selama 24 jam di IGD. Mulai dari ahli kebidanan, ahli anak, ahli penyakit
dalam, dan ahli bedah. Tujuan dari IGD yaitu agar tercapainya pelayanan
kesehatan yang optimal pada pasien secara cepat dan tepat serta terpadu dalam
penanganan tingkat kegawatdaruratan sehingga mampu mencegah resiko
kecacatan dan kematian. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 Pasien yang masuk ke IGD rumah

77
sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat untuk itu perlu adanya
standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi
dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat
dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat.
Pelayanan yang dilakukan di IGD yaitu :
a. Pasien gawat darurat, tidak darurat, darurat tidak gawat dan pasien tidak
gawat, tidak darurat oleh karena penyakit tertentu.
b. Pasien akibat kecelakaan (Accident) yang menimbulkan cidera fisik,
mental, sosial, gangguan pernafasan, susunan saraf pusat, sistem
kardiovaskuler, trauma, berbagai luka, patah tulang, infeksi, gangguan
metabolisme, keracunan, kerusakan organ, dll.
c. Penanganan kejadian sehari-hari, korban musibah massal dan bencana.
Kegiatan PKL yang dilakukan di Depo IGD ini yaitu, menyiapkan obat dan
alkes untuk pasien baru di IGD, mengisi stok sediaan farmasi obat dan alat
kesehatan yang menipis ataupun sudah habis, menyiapkan sediaan obat dan alkes
sesuai pada resep kemudian memberikan etiket dan memberikan KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), kemudian menulis apabila selasai di entri
kekomputer akan di tulis di buku Generik, Paten, dan Alkes (GPA) kemudian juga
menuliskan jaminan nya, setelah itu mencatat suhu ruangan dan kulkas yang ada
di Depo IGD, juga menulis buku penjualan tiap jaga pagi di IGD.
DEPO RAWAT JALAN
Depo Rawat Jalan di Rumah sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun melayani resep obat yang termasuk dalam resep pasien umum,
resep yang ditanggung oleh perusahaan, resep yang di tanggung oleh BPJS (resep
yang dibiayai sesuai dengan formularium BPJS dan resep pasien Jasa Raharja.
Penyimpanan obat di Depo Rawat Jalan ini berdasarkan Alfabetis, dan
jenis sediaan nya, berdasarkan sistem pengeluarannya FEFO (First Expired First
Out) sediaan obat yang mendekati expired maka akan terlebih dahulu di keluarkan
juga FIFO (First In First Out) sediaan farmasi obat yang pertama kali datang
pertama kali di keluarkan, untuk sediaan obat branded atau paten terdapat di rak
tersendiri dan pada kotak obat berlogo merah, dan juga untuk sediaan syrup juga

78
terdapat rak yang berdampingan dengan sediaan farmasi tetes mata, dan tetes
telinga. untuk penyimpanan obat Narkotika dan Psikotropika disimpan dalam
lemari yang berpintu 2 lapis dan terkunci rapat, sediaan obat High Alert
berdampingan dengan sediaan obat Generik yang terdapat selotip merah pada
sekeliling tempat penyimpanan obat high alert setiap pengeluaran obat ini akan di
catat di kartu stock sam halnya dengan sediaan obat Narkotika dan Psiotropika,
dan untuk sediaan farmasi Bahan Berbahaya dan Beracun atau kerap
disingkatB3adalah zat atau bahan-bahan lain yang dapat membahayakan
kesehatan atau kelangsungan hidup manusia, makhluk lain, dan atau lingkungan
hidup pada umumnya sediaan ini bertempatkan di lemari tersendiri dan terkunci.
Jenis B3 medis yaitu antiseptik seperti alkohol, dan obat-obat kanker. Untuk obat
Fast Moving yaitu obat yang sering keluar, sediaan obat ini terdapat di atas meja
yang tersusun berdasarkan kekuatan obat nya untuk sediaan obat yang kekuatan
obat nya lebih rendah terdapat di rak atas sedangkan untuk sediaan obat yang
kekuatan obatnya lebih tinggi terdapat di rak bawah, dan untuk sediaan yang
membutuhkan suhu dingin seperti insulin dan suppositoria penyimpanan di dalam
lemari pendingin.Dalam depo ini juga terdapat alat kesehatan tetapi hanya sedikit
karena jarang terdapat dalam resep.
Pada kegiatan PKLpraktek kerja lapangan 2019 dilakukan perbandingan
dengan Permenkes No 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Rumah Sakit yaitu:
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan praktek yang telah dilakukan pemilihan jenis sediaan
sudah sesuai dengan pengertian yang ada sesuai Permenkes No 72 Tahun 2016
yaitu pemilihan jenis sediaan seperti obat-obatan, alat keshatan, dan injeksi
memenuhi standar sesusi dengan kebutuhan Depo rawat jalan yang berada
dikawasan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.

79
2. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah
dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakaisesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan yangt dilakukan oleh Depo obat rawat jalan adalah
dengan melihat dan mengecek stok obat, alkes, injeksi, dan bahan medis habis
pakai yang persediaan stoknya sudah mulai sedikit atau telah habis.
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu.
Pengadaan yang dilakukan pada Depo rawat jalan adalah dengan
mengisi buku amprahan ( pemesanan) yang nantinya akan diserahkan ke
gudang farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun pada pihak gudang
farmasi akan melakukan pengadaan sesuai kebutuhan yang diperlukan oleh
depo rawat jalan dengan melihat buku amprahan yang telah diserahkan.
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
Penerimaan barang yang dilakukan oleh depo rawat jalan adalah dengan
melakukan pengecekan kesesuaian barang yang di pesan dengan melihat
nomor faktur yang telah dibawa oleh petugas gudang farmasi.
5. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat
menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan

80
kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Penyimpanan yang dilakukan oleh Depo rawat jalan RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun dibandingkann permenkes No 72 Tahun 2016
dilakukan dengan penyimpanan sesuai untuk obat tablet, sirup, injeksi
disesuikan penyimpanan yang telah disediakan menurut abjad dengan sediaan
obat paten,generik,dan injeksi disimpan didalam kulkas dengan suhu yang
telah ditentukan dan terhindar dari sinar matahari, pada sediaan obat high-
alert, High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event)dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD). Kelompok obat higt alert adalah :
1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
3. Obat-Obat sitostatika.
Penyimpanan obat High-alert disimpan pada lemari khusus yang terhindar
dari sinar matahari dan selalu di cek kewaspadaannya.
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu.
Pendistribusian yang dilakukan oleh depo rawat jalan adalah dengan
meberikan obat, alkes, dan injeksi dengan sistem distribusi individual
prescripto (resep individu) yang secara lansung diserhkan kepada pasien oleh
seorang apoteker

81
DEPO VK - PERINATOLOGI
Pada Depo Vk-Perinatologi melayani ruang perawatan untuk bayi dan ibu,
yang dimulai dari pukul 10.00-16.00 WIB dengan Penanggung Jawab (PJ) di
Depo tersebut adalah Ibu Eviana,A.Md.,Farm. Pengelolaan yang dilakukan pada
depo obat Vk-Peritonologi adalah dengan memberikan pelayanan dan pengobatan
yang semaksimal mungkin kepada pasien ibu dan anak dengan melayani semua
jenis resep, baik resep umum, maupun resep BPJS. Dalam hal ini pada intinya
resep umum maupun BPJS pelayanan semua resep sama hanya yang membedakan
adalah persyaratan yang dipenuhi oleh pasien sesuai dengan jenis resep yang
digunakan pasien tersebut untuk berobat.
Pelayaan yang diberikan pada depo obat Vk-Peritonologi adalah pelayanan
medis yang diberikan oleh seorang Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian
kepada seorang pasien rawat inap untuk tujuan pengobatan mulai dari
pemeriksaan, pengamatan, dan diagnosa yang di berikan seusai dengan keluhan
penyakit yang diderita oleh pasien dan dokter meresepkan obat yang telah ditulis
kemudian pihak perawat akan mengantarkanya ke depo obat yang telah
ditentukan.
Pada Depo obat VK-Peritonologi dilengkapi dengan AC yang bertujuan
untuk menjaga kestabilitasan obat-obatan seperti tablet, sirup, kapsul dan lainnya
sehingga pada saat pemberian obat dan penyiapan obat tetap terjaga kestabilitasan
obat tersebut dan sampai di tangan pasienobat tersebut tetap terjaga. Depo sindur
dan lanan mempunyani satu kulkas untuk injeksi dan 2 lemari khusus untuk
penyimpanan injeksi yang yang ada label yang harus diwaspadai dan lemari
narkotika, piskotropika. Tata letak penyimpanan obat-obatan diinstalasi Farmasi
Terutama di Depo obat Meranti-Akasia berdasarkan alfabet dan dibedakan tata
letap penyimpanan antara obat paten, generik, sirup, alkes, injeksi, dan tablet yang
disusun ditempat pada tempat yang berbeda. Untuk obat golongan Narkotika dan
Psikotropika diletakkan ditempat yang berbeda dari yang lainnya yaitu disimpan
pada lemari khusus yang harus dalam keadaan terkunci serta obat golongan high
Alert yaitu penyimpanannya juga pada lemari khusus, hal ini untuk memudahkan
dalam pendataan dan dalam menyediakan obat untuk pasien. Hal ini sudah sesuai

82
dengan teori-teori yang dipelajari dimana yaitu dalam teori disebutkan bahwa
dalam penyimpanan obat disesuaikan dengan bentuk sediaan, kebutuhan dengan
suhu tertentu, sesuai abjad, dan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun telah menggunakan sistem FEFO (First Expired First
Out) dan FIFO (First In First Out) dalam penggunaan dan penyimpanan obat.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja alapangan (PKL)
adalah mencek dalam penyiapan obat-obatan, mencek alat kesehatan dan injeksi
sebelum diserahkan kepada pasien serta tidak lupa menuliskan etiket dengan
melihat resep yang berisi aturan pakai yang telah tersedia dan sambil menghafal
tempat penyimpanan obat sesuai dengan abjad dan sediaan serta diletakan berbeda
menurut nama paten, generik, dan penyimpanan alat kesehatan disimpan sesuai
tempatnya yang telah disediakan.

83
Nama : Deri Fahriza
Nim : 16.71.017095
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyedikan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya,
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yang dilaksanakan
mulai tanggal 18 Februari sampai 2 Maret 2019. Pembagian shif yang dilakukan
pada pagi hari untuk depo rawat jalan dilakukan pada jam 08.00-14.30 WIB.
Tujuan melaksanakannya praktek kerja lapangan (PKL) agar kami sebagai tenaga
teknis kefarmasian (TTK) bisa memahami dan mengetahui bagaimana fungsi dan
peran seorang TTK dalam melakasanakan pekerjaan kefarmasian di IFRS, dapat
mengaplikasikan ilmu yantg diperoleh selama ini dibangku perkuliahan dapat
mebandingkan teori yang didapat dengan kenyataan yang sebenarnya dilapangan.
Depo rawat jalan yang dilakukan di rumah sakit adalah pelayanan
kefarmasian yang diberikan oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian kepada
seorang pasien untuk tujuan pengobatan mulai dari pasien menyerahkan resep
yang diperolehnya saat pengobatan yang dilakukan kepada dokter dari
pemeriksaan, pengamatan, dan diagnosa yang di berikan seusai dengan keluhan
penyakit yang diderita oleh pasien tersebut tanpa mengharuskan pasien tersebut
dirawat inap.
Tujuan dari pelayanan rawat jalan adalah mengupayakan kesembuhan dan
pemulihan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat
dipertanggung jawabkan.Pengeloaan yang dilakukan pada Depo rawat jalan
adalah dengan memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada seorang
pasien dengan memberikan persepsi tingkat mutu rumah sakit secara keseluruhan
bagi pasien, karena diasumsikan kontak pasien dengan rumah sakit adalah melalui
unit rawat jalan, sehingga mutu unit rawat jalan harus di desain sedemikian rupa
oleh rumah sakit agar mampu mewujudkan kepuasaan pasien. Pada Depo rawat

84
jalan yaitu pada depo obat farmasi dilengkapi dengan AC yang bertujuan untuk
menjaga kestabilitasan obat-obatan seperti tablet, siru, kapsul dan lainnya
sehingga pada saat sampai di tangan pasien kestabilitas obat tersebut tetap terjaga
dan mempunyani satu kulkas untuk injeksi 2 lemari khusus untuk penyimpanan
injeksi dan high alert yang ada label yang harus diwaspadai dan lemari narkotika,
piskotropika. Tata letak penyimpanan obat-obatan diinstalasi Farmasi Terutama di
Depo rawat jalan berdasarkan abjad dan dibedakan peletakkannya antara obat
paten, generik, sirup, alkes, injeksi, dan tablet yang disusun ditempat berbeda.
Kemudian untuk obat golongan Narkotika dan Psikotropika pun diletakkan
ditempat yang berbeda dari yang lainnya yaitu disimpan pada lemari khusus yang
harus dalam keadaan terkunci serta obat golongan high Alert yaitu
penyimpanannya juga pada lemari khusus, hal ini untuk memudahkan dalam
pendataan dan dalam menyediakan obat untuk pasien. Hal ini sudah sesuai yang
dipelajari dimana yaitu dalam teori disebutkan bahwa dalam penyimpanan obat
disesuaikan dengan bentuk sediaan, kebutuhan dengan suhu tertentu, sesuai abjad,
dan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Sultan Imanuddin Pangkalan Bun telah
menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First
Out) dalam penggunaan dan penyimpanan obat.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan (PKL)
adalah melakukan dalam penyiapan obat-obatan, alat kesehatan dan injeksi
sebelum diserahkan kepada pasien serta tidak lupa menuliskan etiket dengan
melihat resep yang berisi aturan pakai yang telah tersedia dan sambil menghafal
tempat penyimpanan obat sesuai dengan abjad dan sediaan serta diletakan berbeda
menurut nama paten, generik, dan penyimpanan alat kesehatan disimpan sesuai
tempatnya yang telah disediakan. Pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
2019 dilakukan Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit yaitu seperti berikut :
1. Penyiapan
Penyiapan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu.

85
Penyiapan yang dilakukan pada Depo rawat jalan adalah dengan
mengisi buku amprahan ( pemesanan) yang nantinya akan diserahkan ke
gudang farmasi RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun pada pihak gudang
farmasi akan melakukan pengadaan sesuai kebutuhan yang diperlukan oleh
depo rawat jalan dengan melihat buku amprahan yang telah diserahkan.
2. Penyediaan
Pemerintah telah mengatur mengenai pelayanan kefarmasian di rumah
sakit melalui instalasi farmasi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pada saat menerima resep, SDM (Sumber Daya Manusia) yang
bertanggung jawab dalam penerimaan resep yaitu 2 orang TTK (Tenaga
Teknis Kefarmasian), kegiatan yang dimulai dari menerima resep, memberi
no. resep, mengecek kelengkepan berkas, mengecek ketersediaan obat (bila
obat tersedia), kemudian apoteker melakukan pengkajian resep. Pengkajian
Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila
ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis
Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien
rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1. nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
2. nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;

86
3. tanggal Resep; dan
4. ruangan/unit asal Resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
2. dosis dan Jumlah Obat;
3. stabilitas; dan
4. aturan dan cara penggunaan.
Persyaratan klinis meliputi:
1. ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;
2. duplikasi pengobatan;
3. alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
Jika setelah pengkajian resep ditemukan adanya ketidaksesuaian maka
apoteker akan menghubungi dokter penulisresep untuk melakukan konfirmasi.
Tahap dispensing dimulai dengan menyiapkan obat, menghitung
jumlah obat yang dibutuhkan lalu mengambil obat dengan memperhatikan
nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat. Ketika pengambilan
obat, kegiatan yang dimulai dari petugas farmasi mengambil resep yang telah
diberi, mengambil obat sesuai kebutuhan yang tertulis pada resep di rak obat,
diserahkan kepada petugas penulisan etiket. Khusus pada obat narkotika dan
psikotropika harus menulis tanggal pengambilan obat, jumlah obat yang
diambil dan sisanya di kartu stok setiap obat. Hal ini bertujuan untuk untuk
mengetahui stok obat yang tersedia serta memudahkan tahap penelusuran jika
terjadi kejadian tidak diingankan (KTD).
Selanjutnya peracikan obat, kegiatan yang dimulai dari perhitungan
obat, penyiapan obat, meracik obat, dan pengemasan obat sampai obat
diserahkan kepada penulisan etiket, petugas farmasi akan melakukan
pemberian etiket / label memuat informasi nama pasien, jumlah obat, fungsi
obat dan aturan pemakaian.
Tahap penyiapan obat kegiatan yang dimulai dari menulis etiket /klip
plastik obat, menempelkan etiket pada wadah obat, memasukan semua obat

87
kedalam plastik klip sampai obat diletakkan dalam wadah dan diberikan
kepada petugas bagian.
Setelah penyiapan obat dilakukan tahap penyerahan obat, sebelumnya
apoteker akan melakukan pemeriksaan kembali terkait kesesuaian jumlah obat
yang diberikan dan informasi yang tertera pada etiket karena penyerahan harus
dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan resep guna menjaga mutu dan
keselamatan pasien serta menghindari kesalahan penggunaan.
Kemudian apoteker menyerahkan obat yang disertai dengan pemberian
informasi obat meliputi cara penggunaan obat, kemungkinan efek samping,
cara penyimpanan obat dan lain-lain.
Melihat tahapan penyediaan obat tersebut, dapat dilihat bahwa
menyiapkan obat dibutuhkan kompetensi dan keahlian khusus guna menjamin
mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
3. Penyimpanan
Setelah barang dari gudang di Instalasi Farmasi diterima di Depo
rawat jalan perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan
penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
Penyimpanan yang dilakukan oleh Depo rawat jalan RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun dibandingkann Permenkes No 72 Tahun 2016
dilakukan dengan penyimpanan sesuai untuk obat tablet, sirup, injeksi
disesuikan penyimpanan yang telah disediakan menurut abjad dengan sediaan
obat paten, generik,dan injeksi disimpan didalam kulkas dengan suhu yang
telah ditentukan dan terhindar dari sinar matahari, pada sediaan obat high-
alert, High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat

88
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD). Kelompok obat higt alert adalah :
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
b. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
4. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu.
Pendistribusian yang dilakukan oleh depo rawat jalan adalah dengan
meberikan obat, alkes, dan injeksi dengan sistem distribusi individual
prescripto (resep individu) yang secara lansung diserahkan kepada pasien oleh
seorang apoteker.
5. Monitoring
Monitoring merupakan pengumpulan dan review data yang membantu
menilai apakah norma-norma program diikuti mutu atau apakah outcome
ditingkatkan. Monitoring seharusnya dilakukan oleh kepala IFRS dengan cara
memantau atau menilai pola penggunaan obat serta upaya-upaya untuk
menjaga dan meningkatkan mutu, kerasionalan penggunaan obat di instalasi
farmasi. Untuk memantau penggunaan obat, melalui pelaporan sehingga
pengendalian distribusi obat dapat diketahui.
Monitoring distribusi penggunaan obat dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui distribusi obat berdasarkan tingkat penggunaan obat menurut
pasien, tingkat penggunaan obat berdasarkan tingkat urutan penggunaan
paling banyak sampai tingkat penggunaan obat paling sedikit digunakan.

89
Penggunaan obat setelah penyerahan kepada pasien, apoteker harus
melaksanakan pemantaun penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu
seperti kerdiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan di Instalasi Rumah
Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dapat disimpulkan :
1. Praktek Kerja Lapangan merupakan kegiatan yang dapat memberikan
kesempatan bagi mahasiswa program studi D-III Farmasi untuk
menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkulihan serta menambah
keterampilan, pengetahuan, dan wawasan untuk Tenaga Teknis
Kefarmasian dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di Rumah
Sakit.
2. Praktek Kerja Lapangan yang kami lakukan yakni membantu tenaga
kefarmasian di Rumah Sakit dalam pengelolaan obat dan
pelayanankesehatan di bidang kefarmasian dengan pengawasan Tenaga
Kefarmasian.
3. Organisasi dalam rumah sakit dikepalai oleh seorang Direktur dengan
memiliki wakil direktur dari tiap bagian dan sub bagian. Dimana Instalasi
Farmasi Rumah Sakit yang dikepalai oleh seorang apoteker untuk
mengkoordinir bawahannya.
4. Tugas dan fungsi rumah sakit yaitu, pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Instalasi Farmasi Rumah
Sakit memiliki tugas mengelola mulai dari perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita
sampai pengendalian perbekalan farmasi dengan fungsi klinik dan non
klinik.
5. Cara pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dilakukan
secara langsung berinteraksi pada pasien.
6. Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di 5 Depo yaitu , Depo Rawat
Jalan, Depo IGD, Depo VK-Perinatologi, Depo Akasia, dan Depo Sindur-
Lanan

91
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :
1. Dalam prencanaan sebaiknya lebih ditingkatkan lagi sehingga tidak terjadi
kekosongan obat dan pasien dapat menerima obat sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Dalam penyimpanan di depo IGD sebaiknya Alat Kesehatan serta Infus
dapat disimpan di lemari khusus.
3. Melakukan pelayanan farmasi klinik dalam rangka pharmaceutical
care,diantaranya dengan menambah jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian.
4. Dalam sebuah pelayanan Depo Rawat Jalan sebaiknya lebih ditingkatkan
lagi pelayanannya agar pasien tidak terlalu lama menunggu antrian obat
atau di dalam depo itu menambah seorang Tenaga Teknis Kefarmasian
agar dapat membantu pelayanan yang ada di Depo Rawat Jalan.

92
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang
RepublikIndonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2009 Undang-Undang Repubik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indoneisa. 2009. Keputsan Menteri Kesehatan
No. 1197/Menkes/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Rumah Sakit.Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 02/MENKES/086/I/2010 tentang kewajiban
mengutamakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.
Jakarta.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta.
Kemenkes RI. 2015. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun
2015 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit. Jakarta.
Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta
Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja sebutan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.Pangkalan Bun.
Siregar, J.P. Charles., 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Terapan. Jakarta:
buku kedokteran EGC.

93
LAMPIRAN
Lampiran 1 Etiket di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun

Lampiran 2 Copy Resep RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun

94
Lampiran 3. Cetak Mutasi Obat dan Perbekalan Farmasi

Lampiran 4 DEPO Farmasi Rawat Jalan


Lemari Tempat Penyimpanan tablet Paten

95
Rak Untuk Sediaan Tablet Generik

Meja Khusus UntukMeracikan Obat

96
Lemari Khusus Penyimpanan Sirup dan Tetes Mata

Lemari Khusus Untuk Penyimpanan Sediaan Salep

97
Lemari Pendingin (Kulkas)

Lemari Penyimpanan Untuk Narkotik dan Obat Psikotropika

98
Bagian Dalam Lemari Penyimpanan Obat Narkotik dan Psikotropika

Rak Khusus Penyimpanan Obat High Alert

99
Lemari Khusus Penyimpanan B3 (Bahaya Berbahaya Beracun)

Lampiran Untuk Daftar Obat Obat High Alert

100
Lampiran Sistem Pengeluaran Obat di Depo Rawat Jalan

Tempat Penyerahan Obat Kepada Pasien

101
Tempat Pengentrian Resep Yang Diterima Dari Pasien

Lampiran 5 Depo Sindur


Etiket

102
Lemari Sirup Lemari Narkotika dan Psikotropika

103
Lemari Obat Hight Alert Buku Amprahan

104
Lemari Tablet

Lampiran 6 Depo Peritologi


Rak Obat Generik Dan Paten Serta Alat Sekali Pakai

Rak Peralatan Medis

105
Lampiran 7 Depo IGD
Lemari sediaan Alkes dan Injeksi

Lemari sediaan Tablet, Injeksi dan Alkes

106
Lemari sediaan injeksi High Alert

Lemari obat Narkotik

107
Lemari sediaan sirup, tetes mata dan salep

108

Anda mungkin juga menyukai