Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

“ANTIFUNGI, ANTIVIRUS DAN DAYA ANTIBAKTERI DARI


BEBERAPA ANTIBIOTIK”

DISUSUN OLEH:

Kelompok V

Rizqina Fiardila (1901010)

Nurus Shubuh (1901019)

Faiseh (1901020)

AKADEMI FARMASI YANNAS HUSADA

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

BANGKALAN

2020-2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa dan
segala nikmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Mikrobiologi ini dengan baik dan lancar. Makalah ini dapat disusun
dikarenakan perolehan dari beberapa informasi yang telah dikumpulkan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan


kesalahan. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca. Kami ucapkan terimakasih atas segala dukungan
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Bangkalan, Desember 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUIAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Antifungi............................................................................................3
2.1.1 Morfologi Umum...................................................................3
2.1.2 Mikosis Pada Manusia............................................................4
2.1.3 Penggolongan Anti Fungi.......................................................5
2.2 Antivirus.............................................................................................6
2.2.1 Struktur Antivirus...................................................................6
2.2.2 Klasifikasi Virus.....................................................................7
2.2.3 Jalur Infeksi Virus..................................................................8
2.2.4 Virus Yang Berkaitan Dengan Bidang Kedokteran Gigi:
Hepatitis B
................................................................................................
11
2.3 Daya Antibakteri Dari Beberapa........................................................14
2.3.1 Uji Daya Antibakteri Dari Beberapa Antibiotik.....................15
2.3.2 Mekanisme Penghambatan.....................................................17

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................20
3.2 Saran...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jamur dapat berperan sebagai organisme pengurai dan juga mempunyai


peran komersial dalam industri farmasi, pembuatan bir dan banyak industri
lainnya. Cabang mikrobiologi yang khusus mempelajari tentang jamur
disebut Mikologi. Virus adalah makhluk hidup yang sangat kecil, tetapi
berperan penting karena dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Tenaga kesehatan dalam lingkup kedokteran dan kesehatan gigi relevan
untuk mempelajari virus ini karena virus dapat menjadi penyebab penyakit
yang langsung (misalnya Herpes simpleks virus) atau tidak langsung
(misalnya manifestasi oral penyakit HIV) di rongga mulut maupun di bagian
tubuh lain.

Bidang ilmu yang mempelajari segala sesuatu mengenai virus disebut


Virologi Selain oleh bakteri dan virus. Jika tubuh kita diserang oleh
mikroorganisme, baik oleh bakteri, virus maupun jamur tidak lantas kita
akan menjadi sakit. Hal ini karena dalam tubuh seseorang terdapat benteng
yang berlapis-lapis, yang akan melindungi dan memproteksi tubuh manusia.
Seperti keberadaan benteng dan tentara didalam suatu negara, tubuh kita
pun memiliki alat pertahanan dan kelengkapan-kelengkapan, sehingga ada
upaya mempertahankan diri terhadap serangan mikroorganisme tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dari antifungi, antiviru, dan daya antibakteri dari
beberapa antibiotik?
2. Bagaimana morfologi, mikosis, dan penggolongan antifungi ?
3. Bagaimana struktur, klasifikasi, dan jalur dari antivirus ?
4. Seperti apa pengujian daya antibakteri pada antibiotik?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai antifungi, antivirus, dan daya
antibakteri pada antibiotik.
2. Untuk mengetahui morfologi, mikosis, dan penggolongan antifungi.
3. Untuk mengetahui struktur, klasifikasi, dan jalur dari antivirus.
4. Untuk mengetahui dan memahami pengujian dari antibakteri pada
antibiotik.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui lebih dalam mengenai antifungi, antivirus, dan daya
antibakteri pada antibiotik.
2. Bisa memahami seluk beluk dari antifungi, antivirus, dan daya
antibakteri pada antibiotik.
3. Jadi paham tentang pengujian antibakteri pada antibiotik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Antifungi
Ilmu yang mempelajari tentang fungi disebut Mikologi. Fungi adalah
mikroorgansime eukaryotic, tidak seperti bakteri yang termasuk prokaryotic.
Sejauh ini, fungi yang berhubungan dengan bidang kedokteran gigi adalah
ragi, yang termasuk genus Candida. Candida adalah mikroorganisme
komensal di rongga mulut, dan merupakan setengah dari jumlah populasi
mikrorganisme di mulut.
Menurut Pratiwi (2008) antibiotik adalah bahan kimia yang secara
alami diproduksi oleh mikroorganisme yang berguna untuk menghambat
patogenisitas mikroorganisme lain. Radji (2010) mendefinisikan, antibiotik
adalah metabolit yang dihasilkan dari berbagai mikroorganisme serta dalam
konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.
Mikroorganisme tersebut meliputi bakteri, arkea, fungi, protozoa, alga, dan
virus. Dari pengertian ini, dapat diartikan bahwa antifungi adalah antibiotik
yang mampu menghambat hingga mematikan pertumbuhan fungi. Antifungi
mempunyai dua pengertian yaitu fungisidal dan fungistatik. Fungisidal
didefinisikan sebagai suatu senyawa yang dapat membunuh jamur,
sedangkan fungistatik dapat menghambat pertumbuhan jamur tanpa
mematikannya (Muchler, 1999).
2.1.1 Morfologi umum
Fungi mempunyai 2 bentuk dasar, yaitu dapat berada pada
bentuk ragi (yeast) dan bentuk mould (kapang). Beberapa fungi
dapat berada dalam dua kondisi tersebut dalam waktu yang berbeda
(dimorfik), sementara fungi yang lain hanya satu bentuk.
Perubahan morfologi tersebut bergantung pada kondisi lingkungan
dan suplai nutrisinya. Secara umum fungi yang dimorfik ada pada
bentuk mould (kapang) pada lingkungan alamiahnya (dan di
lingkungan laboratorium) dan berada dalam keadaan ragi (yeast)
jika ada di jaringan.
2.1.2 Mikosis pada manusia
Infeksi pada manusia yang disebabkan oleh fungi dapat dibagi
menjadi :
A. Mikosis superfisial
Mikosis superfisial mengenai permukaan-permukaan
mukosa dan struktur tubuh yang mengandung keratin (kulit,
kuku dan rambut). Infeksi ini relative sering terjadi di Negara
negara barat dan menjadi masalah estetik tetapi tidak
mematikan. Mikosis superfisial meliputi : 1. Infeksi oleh ragi
pada mukosa yang dapat mengarah pada terjadinya thrush
dan manifestasi lainnya yang mirip, 2. Infeksi Dermatofita
pada kulit, rambut dan sebagainya, yang dapat menyebabkan
kurap atau penyakit yang mirip dengannya.
B. Mikosis subkutan
Mikosis subkutan mengenai jaringan subkutan dan
jarang menyebar. Infeksi ini terjadi karena masuknya fungi
dari lingkungan kedalam jaringan subkutan dan menimbulkan
penyakit yang kronik progresif, merusak jaringan dan
pembentukan sinus. Misalnya Sporotrichosis dan Mycetoma
(kaki Madura) yang biasa terjadi di Negara-negara tropis
tetapi jarang di Negara Barat.
C. Mikosis sistemik
Mikosis ini paling serius, sering kali fatal karena
melibatkan organ – organ sitem internal tubuh. Organisme
biasanya didapat melalui saluran pernafasan dan menyebar
melalui pembuluh darah. Pada negara maju, kejadian ini
sering pada pasien – pasien yang mengalami daya tahan tubuh
yang menurun dimana organisme adalah patogen oportunistik.
Pada negara maju, mikosis sistemik (misalnya histoplasmosis,
blastomycosis dan coccidioidomycosis) dapat mengenai
individu sehat.
2.1.3 Penggolongan antifungi
A. Golongan polien
Amfoterisin B, amfoterisin A dan B merupakan hasil
fermentasi Streptomyces nodosus. 98% campuran ini terdiri
dari amfoterisin B yang mempunyai aktivitas antijamur.
Amfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel
matang. Antibiotik ini bersifat fungistatik atau fungisidial
tergantung pada dosis dan sensivitas jamur yang dipengaruhi.
Antibiotik ini dapat menghambat aktivitas Histoplasma
capsulatum, Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis,
dan beberapa spesies Candida, Torulopsis glabrata,
Rhodotorula, Blastomyces dermatitidis,Paracoccidioides
braziliensis, beberapa spesies Aspergillus, Sporotrichum
schenckii, Microsporum audiouini dan spesies Trichophyton.
B. Golongan azol
Imidazol dan Triazol, antijamur golongan imidazol dan
triazol mempunyai spektrum yang luas. Kelompok imidazol
terdiri atas ketokonazol, mikonazol, dan klotrimazol.
Sedangkan kelompok triazol meliputi itrakonazol, flukonazol,
dan vorikonazol. Ketokonazol aktif sebagai antijamur sistemik
maupun nonsistemik, efektif terhadap Candida, Coccidioides
immitis, Cryptococcus neoformans, H. capsulatum, B.
Dermatitidis, Aspergillus dan Sporothrix spp.
C. Golongan alilamin
Terbinafin, merupakan suatu derivat alilamin sintetik
dengan struktur mirip nafitin. Obat ini digunakan untuk terapi
dermatofitosis, terutama kutaneus dan tinea versikolor,
terbinafin biasanya dikombinasikan dengan golongan imidazol
atau triazol karena enggunaannya sebagai monoterapi kurang
efektif.
D. Golongan ekinokandin
Ada 3 ekinokandin yang diterima untuk penggunaan klinik
yaitu kaspofungin, mikafungin dan anidulafungin. Ketiganya
merupakan siklik-lipopeptida dengan inti heksa-peptida.
E. Golongan lainnya
Asam benzoat dan asam salisilat, kombinasi dari keduanya
biasa disebut salep whitefield, dimana asam benzoat
memberikan efek fungistatik sedangkan asam salisilat
memberikan efek keratolitik.

2.2 Antivirus
Antivirus merupakan salah satu penggolongan obat yang secara
spesifik digunakan untuk mengobati infeksi virus. Obat-obat antivirus
digunakan untuk mencegah replikasi virus dengan menghambat salah satu
dari tahap-tahap replikasi sehingga dapat menghambat virus untuk
bereproduksi (Joyce L, 1996).
2.2.1 Struktur Antivirus
Ukuran virus dinyatakan dengan nanometer (nm), dimana 1
nanometer adalah satu perseribu micron. Virus yang penting secara
klinis berukuran antara 18 nm (Parvovirus) hingga 300 nm
(Poxvirus). Ukuran Poxvirus tersebut kira-kira adalah ¼ ukuran
Staphylococcus. Virion (partikel virus) terdiri dari genom asam
nukleat yaitu DNA atau RNA yang dibungkus oleh lapisan protein
(kapsid) atau dibungkus oleh amplop virus (envelope). Virion juga
mengandung enzim esensial tertentu atau enzim tambahan atau
protein lainnya. Kesatuan antara kapsid dengan genomnya
membentuk nukleokapsid yang dapat sama dengan virion atau
dikelilingi oleh amplop virus.
Kapsid adalah struktur yang kaku untuk melindungi virion
dari lingkungan yang mengancam. Virus berkapsid biasanya tahan
terhadap pengeringan, asam dan deterjen, termasuk asam dan
empedu pada saluran pencernaan. Bentuk kapsid dapat berupa
bentuk batang atau heliks, ikosahedral atau lebih kompleks. Kapsid
dibentuk oleh sejumlah kapsomer yang terikat satu sama lain
dengan ikatan non-kovalen.
Amplop virus adalah selaput yang komposisinya terdiri dari
lipid, protein dan glikoprotein. Struktur membrane hanya bisa
bertahan pada kondisi lingkungan yang cair. Amplop virus mudah
sekali rusak oleh pengeringan, suasana asam, deterjen, dan pelarut
seperti eter, sehingga membuat virus menjadi inaktif. Akibatnya
virus-virus beramplop biasanya ada pada lingkungan yang cair dan
biasanya ditularkan dalam bentuk cair, droplet pernafasan, darah
dan jaringan. Sebagian besar, virus beramplop tidak bisa bertahan
hidup pada kondisi mengancam misalnya di saluran pencernaan.

2.2.2 Klasivikasi Virus


Virus amat beragam, dari mulai virus yang memiliki
struktur yang sederhana dan kecil (misalnya Parvovirus dan
Picornavirus) hingga virus yang relative berukuran besar dan
kompleks seperti Poxvirus dan Herpesvirus). Penamaannya dapat
menggambarkan ciri karakteristiknya, penyakit yang
ditimbulkannya, atau bahkan jaringan atau letak geografis dimana
virus tersebut pertama kali ditemukan.
Picornavirus, misalnya pico artinya “kecil” ; rna “asam
ribonukleat” karena virus ini berukuran kecil dan asam nukleatnya
RNA. Togavirus (bahasa Yunani ‘Toga” artinya mantel, yang
merujuk pada amplop virus yang membungkus virionnya). Nama
Papovavirus menggambarkan kelompok family virus tersebut
(papilloma, polyoma dan vakuolating virus). Klasifikasi yang
paling konsisten dan terkini adalah klasifikasi yang didasarkan
pada karakteristik fisik dan biokimiawi seperti ukuran, morfologi
(misalnya ada atau tidak adanya amplop virus), macam genom, dan
replikasinya. Virus DNA yang berhubungan dengan penyakit
manusia ada 6 famili, dan Virus RNA dapat dibagi menjadi
sedikitnya 13 famili. Salah satu penggolongan virus berdasarkan
Asam Nukleatnya dapat terlihat pada gambar dibawah ini.

2.2.3 Jalur Infeksi Virus


Kulit yang utuh adalah benteng pertahanan yang baik
terhadap infeksi virus, kerusakan pada kulit atau adanya perforasi
kulit akan memungkinkan kulit dimasuki virus. Misalnya virus
penyebab penyakit bloodborn (HBV, HCV, HDV dan HIV-AIDS)
dapat menginfeksi tenaga kesehatan gigi yang tadinya sehat melalui
tusukan jarum suntuk yang terkontaminasi virus. Saluran
pernafasan adalah jalur utama bagi infeksi virus.
Hal ini meliputi infeksi-infeksi di saluran pernafasan,
seperti influenza, maupun infeksi yang bersifat umum seperti cacar
air. Infeksi terjadi karena virus penyebabnya terhirup melalui
droplet terkontaminasi virus. Beberapa virus menginfeksi melalui
saluran cerna, dan beberapa menyebar melalui orofaring, misalnya
melalui saliva. Jalur ini terutama digunakan oleh kelompok virus
herpes, dan bisa menjadi ancaman bagi tenaga kesehatan gigi yang
sehari-hari dalam pekerjaannya berhubungan dengan saliva dan
darah.
Penularan virus juga dapat melalui jalur saluran genital,
baik melalui hubungan seksual atau penyebaran lewat
transplasental. Penyebaran Cytomegalovirus melalui transplasental
berisiko pada infeksi janin yang menyebabkan kelahiran bayi
dengan abnormalitas atau cacat kongenital.

Jalur infeksi Contoh virus


Kulit
Trauma mekanis Virus Cowpox
Injeksi Hepatitis virus, HIV
Gigitan Virus Rabies
Saluran pernafasan
Droplet
Infeksi pernafasan lokal Virus influenza, flu
Infeksi umum Virus chikenpox (cacar air)
Saluran pencernaan / orofaring
Fekal – oral Virus hepatitis A
Saliva Virus mumps (gondongan)
Virus herpes simplek
Virus epstein-barr
Saluran genital
Hubungan seksual Virus HIV, hepatitis B
Transplasental Virus rubella
Cytomegalovirus

2.2.4 Virus yang berkaitan dengan bidang kedokteran gigi : Hepatitis B


a. Gambaran virus hepatitis B
Hepatitis B termasuk dalam family Hepadnavirus. Ada 3
partikel yang berbeda yang dapat terlihat dari pemeriksaan
darah tepi pasien berkaitan dengan infeksi ini. Partikel yang
terbesar dinamai partikel Dane, yang merupakan virion yang
lengkap. Partikel virus yang utuh ini memiliki struktur lapisan
ganda, dengan struktur luar adalah selubung Hepatitis B
Surface Antigen (HBsAg) yang melingkupi Hepatitis B Core
Antigen (HBcAg), DNA dan komponen lainnya termasuk
enzim DNA polymerase dan protein kinase. Bentuk DNA
sirkuler, sebagian besarnya berutas ganda, hanya sebagian
kecilnya berutas tunggal.
Melengkapi partikel dane, virus juga memiliki partikel
berbentuk bundar (sferikal) dengan diameter 22nm dan partikel
berbentuk tabung dengan diameter yang sama. Partikel yang
lebih kecil tersebut mengandung HBsAg dalam jumlah banyak
dan tidak infektif.
b. Epidemiologi dan Penularan (Transmisi)
Virus Hepatitis B berada didalam darah, sekresi serviks
rahim dan semen. Juga terdapat dalam jumlah kecil dicairan
tubuh yang lain termasuk saliva. Penyebarannya dapat lewat
jalur parenteral (suntikan) tapi penularannya lewat hubungan
seksual. Tidak ditularkan lewat jalur pernafasan. Dikalangan
populasi, banyak indidvidu bertindak sebagai karier (pembawa
virus). Jika pasien positif terkena Hepatitis, maka didalam ml
darahnya mengandung 1010 partikel Dane, sehingga tertular
dengan 0,0001 ml darah saja sudah mampu memindahkan virus
tersebut.
Karena penularan dapat melalui jarum yang membawa
sedikit saja darah yang mengandung partikel Dane tadi, maka
infeksi silang antara pasien dan petugas kesehatan menjadi
sangat berisiko, kecuali jika tindakan preventif sudah dilakukan
dengan yang tepat.
c. Dampak Infeksi
Individu yang terkena infeksi Hepatitis B dapat mengalami
beberapa tingkatan penyakit sebagai berikut :
- Akut : berlangsung dalam waktu singkat dan / atau parah.
- Kronik : berlangsung lambat , dapat menjadi parah tetapi
dapat juga tidak parah
- Fulminant : Berkembang dengan cepat, dengan tingkat
kematian tinggi
- Sirosis : pengerasan hati, juga dapat disebabkan karena
proses infeksi atau toksin/ racun, misalnya Hepatitis karena
alkohol.
- Jaundice : timbulnya warna kekuningan pada kulit, mata
dan lain-lain karena meningkatnya kadar bilirubin darah
akibat kerusakan pada hati.
- Karsinoma hepatoseluler : berhubungan erat dengan virus
hepatitis B, dan dibeberapa negara dihubungkan dengan
virus hepatitis C.
d. Pencegahan Infeksi
Mengontrol infeksi HBV dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Modifikasi perilaku dapat mengurangi risiko terinfeksi,
dan ditataran klinik, hal ini meliputi kontrol infeksi yang tepat
terhadap infeksi silang. Imunisasi pasif disediakan dalam
bentuk Imunoglobulin Hepatitis B, yang digunakan pada
seseorang yang terpapar secara akut pada individu yang belum
terproteksi. Imunoglobulin ini efektif diberikan dalam waktu
maksimal 48 jam sesudah paparan.
Imunisasi aktif dengan vaksin Hepatitis B juga sudah
tersedia cukup banyak. Vaksin yang ada sekarang ini dibuat
dengan rekayasa genetika. Dosisnya adalah 20 µg HBsAg
secara intra muscular pada 0, 1, dan 6 bulan. Booster
direkomendasikan pada selang waktu 5 tahun. Proteksi baik
dilakukan pada individu yang respon terhadap vaksin, tetapi
ada sekitar 5% individu yang tidak respond dan tidak
membentuk antibodi proteksi pada tubuhnya. Sehingga setelah
prosedur vaksinasi, perlu diperiksa kadar antibodi yang
terbentuk. Jika individu yang tidak respon tersebut adalah
anggota tim kesehatan, maka perlu diperiksa serologisnya
untuk melihat apakah yang bersangkutan sudah menjadi karier
HBV (jika hasil HBsAg nya positif). Sejumlah agensia
antivirus telah diteliti untuk digunakan sebagai pengobatan
infeksi Hepatitis B kronik. Diantara bahan-bahan tersebut, yang
terbukti paling efektif adalah Interferon.

2.3 Daya Antibakteri Dari Beberapa Antibiotik


Antibakteri terdiri atas antibiotik dan kemoterapi. Antibiotik ialah zat
yang dihasilkan oleh mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga dapat
dibuat secara sintetis. Kemoterapi ialah zat kimia yang mampu menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba tetapi tidak berasal dari suatu
mikroba atau fungi.
Antibiotika merupakan terapi utama pada penyakit infeksi saluran
kemih. Pengobatan pada pasien infeksi biasanya dengan antibiotik.
Pengobatan dengan antibiotik harus secara rasional karena ketidakrasionalan
penggunaan antibiotik akan menyebabkan efek samping yang tidak
diinginkan dan meningkatkan resistensi bakteri (Sutrisna, 2012).
Penggunaan antibiotik tidak lagi dapat mengatasi beberapa bakteri patogen
karena adanya resistensi bakteri sehingga menyebabkan hilangnya
kepercayaan terhadap antibiotik. Oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan
antibiotika pada pasien harus sesuai dengan hasil kultur bakteri serta melihat
kondisi klinis pasien (Kuswandi, 2011). Pemakaian antibiotika dalam
pengobatan yang tidak sesuai dengan aturan pemakaian antibiotika secara
tepat dan rasional akan menyebabkan meningkatnya resistensi, efek
samping dan pemborosan biaya.
Contohnya adalah amoxicilin. Amoksisilin merupakan antibiotik yang
sering digunakan dalam berbagai pengobatan dan efektif membunuh bakteri
Gram positif dan Gram negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas antibakteri amoksisilin terhadap bakteri Gram positif (Bacillus
subtilis, Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram negatif (Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa). Metode penelitian ini meliputi pembuatan
konsentrasi antibiotik (10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, 30 ppm);
pengujian antibakteri dengan metode kertas cakram serta pengkuran zona
hambat yang terbentuk. Didapatkan data bahwa rata-rata zona hambat yang
terbentuk dari keempat bakteri tersebut sebesar 0,03 – 0,44 mm. Pada
konsentrasi 30 ppm, menunjukkan bahwa bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli menghasilkan zona hambat yang terluas yaitu sebesar
0,38 mm dan 0,44 mm. Disimpulkan bahwa sensitivitas keempat bakteri uji
bersifat intermediet terhadap antibiotik amoksisilin.
2.3.1. Uji Daya Antibakteri Dari Beberapa Antibiotik
Penyakit infeksi bakteri dapat diobati dengan antibiotika baik
yang bersifat bakterisida maupun bakteriostatika. Untuk mengatasi
penyakit dengan tepat diperlukan data kepekaan kuman penyebab
infeksi tersebut terhadap antibiotika yang tersedia. Pengujian
kepekaan antibiotik dapat dilakukan dengan metode difusi atau
dilusi. Pada metode difusi prinsipnya adalah terdifusinya senyawa
antimikroba ke dalam media padatyang telah diinokulasi dengan
bakteri.
Metode difusi dapat dilakukan dengan cara cakram atau
sumuran. Pada metode difusi cakram, kertas cakram yang
mengandung antibiotik diletakkan di atas media yang telah
mengandung mikroba, kemudian diinkubasi dan dibaca hasilnya
berdasarkan kemampuan penghambatan mikroba di sekitar kertas
cakram. Metode difusi sumuran dilakukan dengan membuat sumuran
dengan diameter tertentu pada media agar yang sudah ditanami
bakteri. Antibiotik diinokulasikan ke dalam sumuran tersebut dan
diinkubasikan. Zona jernih yang terbentuk di sekitar cakram atau
sumuran merupakan indikator penghambatan antibiotik terhadap
pertumbuhan mikroba.
Metode pengujian berikutnya adalah dengan metode dilusi.Pada
metode ini dibedakan menjadi metode dilusi cair dan metode dilusi
padat. Pada metode dilusi cair, dapat menentukan minimum
inhibitory concentration(MIC) atau kadar hambat minimum (KHM)
dan minimum bacterial concentration (MBC)atau kadar bunuh
minimum (KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri
pengenceran agen antimikroba pada agen medium cair yang
ditambahkan dengan agen mikroba uji.
Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat
jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai
KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut dilanjutkan
dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji
ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media
cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai
KBM. Metode Dilusi Padat serupa dengan metode dilusi cair namun
menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah
satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk
menguji beberapa mikroba uji.
A. Alat dan bahan
- Alat
1). Alat gelas : cawan petri, beaker glass, pipet,
erlenmeyer, tabung reaksi
2). Mikropipet
3). Pinset
4). Kawat ose
5). Pipet ukur
6). Jangka sorong
- Bahan
1). Suspensi kuman
2). Standar Mc. Farland
3). Cakram antibiotik
4). Media Muller Hinton Agar (MHA)
5). Aquadest steril
6). Alkohol 70 %
7). Kapas usap steril
B. Prosedur kerja
1). Cara Cakram
a. kapas usap steril dimasukkan kedalam suspensi kuman
b. pada lempeng agar Muller Hitton usapkan suspensi
kuman dengan kapas secara merata
c. dengan menggunakan pinset ambil cakram antibiotika
dan letakkan diatas lempeng yang telah ditanami
kuman
d. inkubasi pada 35o C selama 16-18 jam
2). Cara Tabung
a. buat suspensi antibiotika dengan kadar tertentu
b. masukkan 1 ml suspensi kuman kedalam tubung reaksi
yang telah berisi larutan antibiotika
c. inkubasi pada suhu 350 C selama 16 – 18 jam
2.3.2 Mekanisme penghambatan
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang
bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal sebagai
aktivitas bakteriostatik (contohnya sulfonamid, trimetroprim,
kloramfenikol, tetrasiklin, linkomisin dan klindamisin) dan ada
yang bersifat membunuh bakteri, dikenal sebagai aktivitas
bakterisid (contohnya penisilin, sefalosporin, streptomisn,
neomisin, kanamisin, gentamisin dan basitrasin). Pada kondisi
immunocompromised (misalnya pada pasien neutropenia) atau
infeksi dilokasi yang terlindung (misalnya pada cairan
cerebrospinal), maka antibiotik bakterisid harus digunakan
(Kemenkes, 2011; Setiabudy, 2011).
Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme
kerjanya, yaitu (Kasper et. al., 2005, Setiabudy, 2011) :
a. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri.
Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu
komples polimer mukopeptida (glikopeptida). Obat ini dapat
melibatkan otolisin bakteri (enzim yang mendaur ulang
dinding sel) yang ikut berperan terhadap lisis sel. Antibiotik
yang termasuk dalam kelompok ini seperti beta-laktam
(penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor
beta-laktamase), basitrasin, dan vankomisin.Pada umumnya
bersifat bakterisidal.
b. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein. Sel bakteri
mensintesis berbagai protein yang berlangsung di ribosom
dengan bantuan mRNA dan tRNA.Penghambatan terjadi
melalui interaksi dengan ribosom bakteri. Yang termasuk
dalam kelompok ini misalnya aminoglikosid, kloramfenikol,
tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin),
klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.Selain
aminoglikosida, pada umumnya antibiotik ini bersifat
bakteriostatik.
c. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat,
misalnya trimetoprim dan sulfonamid.Pada umumnya
antibiotik ini bersifat bakteriostatik.
d. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat,
misalnya kuinolon, nitrofurantoin.
e. Mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri.
Antibiotika yang termasuk adalah polimiksin.

Berdasarkan spektrum kerjanya, antibiotik terbagi atas dua


kelompok besar, yaitu antibiotik dengan aktivitas spektrum luas
(broadspectrum) dan aktivitas spektrum sempit (narrow spectrum).
a. Antibiotik spektrum luas (broad-spectrum) Spektrum luas,
bekerja terhadap lebih banyak bakteri, baik gram negatif maupun
gram positif serta jamur. Contohnya: tetrasiklin dan
kloramfenikol.
b. Antibiotik spektrum sempit (narrow spectrum) Antbiotik
spektrum sempit bekerja terhadap beberapa jenis bakteri saja.
Contohnya: penisilin hanya bekerja terhadap bakteri gram positif
dan gentamisin hanya bekerja terhadap bakteri gram negatif.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Antifungi mempunyai dua pengertian yaitu fungisidal dan fungistatik.


Fungisidal didefinisikan sebagai suatu senyawa yang dapat membunuh
jamur, sedangkan fungistatik dapat menghambat pertumbuhan jamur tanpa
mematikannya. Fungi mempunyai 2 bentuk dasar, yaitu dapat berada pada
bentuk ragi (yeast) dan bentuk mould (kapang). Infeksi pada manusia yang
disebabkan oleh fungi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu mikosis
superfisial, mikosis subkutan, dan mikosis sistemik. Penggolongan antifungi
dibagi menjadi beberapa golongan yaitu golongan polien, golongan azol,
golongan alilamin, golongan ekinokandin, dan beberapa golongan lainnya
seperti asam benzoat dan asam salisilat.

Antivirus merupakan salah satu penggolongan obat yang secara spesifik


digunakan untuk mengobati infeksi virus. Ukuran virus dinyatakan dengan
nanometer (nm), dimana 1 nanometer adalah satu perseribu micron. Virus
amat beragam, dari mulai virus yang memiliki struktur yang sederhana dan
kecil (misalnya Parvovirus dan Picornavirus) hingga virus yang relative
berukuran besar dan kompleks seperti Poxvirus dan Herpesvirus).

Antibakteri terdiri atas antibiotik dan kemoterapi. Antibiotik ialah zat


yang dihasilkan oleh mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Penyakit infeksi bakteri
dapat diobati dengan antibiotika baik yang bersifat bakterisida maupun
bakteriostatika. Pengujian kepekaan antibiotik dapat dilakukan dengan
metode difusi atau dilusi.
3.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui daya antibakteri
dari beberapa antibiotik dengan menggunakan biakan bakteri dari beberapa
sampel yang masih belum diketahui.
DAFTAR PUSTAKA

Utami. Fadilah. 2016. Departemen Pendidikn Biologi Fakultas Pendidikan


Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung.

Hirayanya. Putri. Dkk. 2017. Mikrobiologi. Badan Pengembangan dan


Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Yusmaniar, dkk. 2017. Mikrobiologi Dan Parasitologi. Pengembangan Dan


Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4598907d3c2948aa241fe0eb78ad10
95.pdf

http://journal.poltekkes-
mks.ac.id/ojs2/index.php/mediafarmasi/article/download/587/242

Anda mungkin juga menyukai