DISUSUN OLEH:
Kelompok V
Faiseh (1901020)
BANGKALAN
2020-2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa dan
segala nikmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Mikrobiologi ini dengan baik dan lancar. Makalah ini dapat disusun
dikarenakan perolehan dari beberapa informasi yang telah dikumpulkan.
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUIAN
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Antifungi............................................................................................3
2.1.1 Morfologi Umum...................................................................3
2.1.2 Mikosis Pada Manusia............................................................4
2.1.3 Penggolongan Anti Fungi.......................................................5
2.2 Antivirus.............................................................................................6
2.2.1 Struktur Antivirus...................................................................6
2.2.2 Klasifikasi Virus.....................................................................7
2.2.3 Jalur Infeksi Virus..................................................................8
2.2.4 Virus Yang Berkaitan Dengan Bidang Kedokteran Gigi:
Hepatitis B
................................................................................................
11
2.3 Daya Antibakteri Dari Beberapa........................................................14
2.3.1 Uji Daya Antibakteri Dari Beberapa Antibiotik.....................15
2.3.2 Mekanisme Penghambatan.....................................................17
3.1 Kesimpulan.........................................................................................20
3.2 Saran...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Antifungi
Ilmu yang mempelajari tentang fungi disebut Mikologi. Fungi adalah
mikroorgansime eukaryotic, tidak seperti bakteri yang termasuk prokaryotic.
Sejauh ini, fungi yang berhubungan dengan bidang kedokteran gigi adalah
ragi, yang termasuk genus Candida. Candida adalah mikroorganisme
komensal di rongga mulut, dan merupakan setengah dari jumlah populasi
mikrorganisme di mulut.
Menurut Pratiwi (2008) antibiotik adalah bahan kimia yang secara
alami diproduksi oleh mikroorganisme yang berguna untuk menghambat
patogenisitas mikroorganisme lain. Radji (2010) mendefinisikan, antibiotik
adalah metabolit yang dihasilkan dari berbagai mikroorganisme serta dalam
konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.
Mikroorganisme tersebut meliputi bakteri, arkea, fungi, protozoa, alga, dan
virus. Dari pengertian ini, dapat diartikan bahwa antifungi adalah antibiotik
yang mampu menghambat hingga mematikan pertumbuhan fungi. Antifungi
mempunyai dua pengertian yaitu fungisidal dan fungistatik. Fungisidal
didefinisikan sebagai suatu senyawa yang dapat membunuh jamur,
sedangkan fungistatik dapat menghambat pertumbuhan jamur tanpa
mematikannya (Muchler, 1999).
2.1.1 Morfologi umum
Fungi mempunyai 2 bentuk dasar, yaitu dapat berada pada
bentuk ragi (yeast) dan bentuk mould (kapang). Beberapa fungi
dapat berada dalam dua kondisi tersebut dalam waktu yang berbeda
(dimorfik), sementara fungi yang lain hanya satu bentuk.
Perubahan morfologi tersebut bergantung pada kondisi lingkungan
dan suplai nutrisinya. Secara umum fungi yang dimorfik ada pada
bentuk mould (kapang) pada lingkungan alamiahnya (dan di
lingkungan laboratorium) dan berada dalam keadaan ragi (yeast)
jika ada di jaringan.
2.1.2 Mikosis pada manusia
Infeksi pada manusia yang disebabkan oleh fungi dapat dibagi
menjadi :
A. Mikosis superfisial
Mikosis superfisial mengenai permukaan-permukaan
mukosa dan struktur tubuh yang mengandung keratin (kulit,
kuku dan rambut). Infeksi ini relative sering terjadi di Negara
negara barat dan menjadi masalah estetik tetapi tidak
mematikan. Mikosis superfisial meliputi : 1. Infeksi oleh ragi
pada mukosa yang dapat mengarah pada terjadinya thrush
dan manifestasi lainnya yang mirip, 2. Infeksi Dermatofita
pada kulit, rambut dan sebagainya, yang dapat menyebabkan
kurap atau penyakit yang mirip dengannya.
B. Mikosis subkutan
Mikosis subkutan mengenai jaringan subkutan dan
jarang menyebar. Infeksi ini terjadi karena masuknya fungi
dari lingkungan kedalam jaringan subkutan dan menimbulkan
penyakit yang kronik progresif, merusak jaringan dan
pembentukan sinus. Misalnya Sporotrichosis dan Mycetoma
(kaki Madura) yang biasa terjadi di Negara-negara tropis
tetapi jarang di Negara Barat.
C. Mikosis sistemik
Mikosis ini paling serius, sering kali fatal karena
melibatkan organ – organ sitem internal tubuh. Organisme
biasanya didapat melalui saluran pernafasan dan menyebar
melalui pembuluh darah. Pada negara maju, kejadian ini
sering pada pasien – pasien yang mengalami daya tahan tubuh
yang menurun dimana organisme adalah patogen oportunistik.
Pada negara maju, mikosis sistemik (misalnya histoplasmosis,
blastomycosis dan coccidioidomycosis) dapat mengenai
individu sehat.
2.1.3 Penggolongan antifungi
A. Golongan polien
Amfoterisin B, amfoterisin A dan B merupakan hasil
fermentasi Streptomyces nodosus. 98% campuran ini terdiri
dari amfoterisin B yang mempunyai aktivitas antijamur.
Amfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel
matang. Antibiotik ini bersifat fungistatik atau fungisidial
tergantung pada dosis dan sensivitas jamur yang dipengaruhi.
Antibiotik ini dapat menghambat aktivitas Histoplasma
capsulatum, Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis,
dan beberapa spesies Candida, Torulopsis glabrata,
Rhodotorula, Blastomyces dermatitidis,Paracoccidioides
braziliensis, beberapa spesies Aspergillus, Sporotrichum
schenckii, Microsporum audiouini dan spesies Trichophyton.
B. Golongan azol
Imidazol dan Triazol, antijamur golongan imidazol dan
triazol mempunyai spektrum yang luas. Kelompok imidazol
terdiri atas ketokonazol, mikonazol, dan klotrimazol.
Sedangkan kelompok triazol meliputi itrakonazol, flukonazol,
dan vorikonazol. Ketokonazol aktif sebagai antijamur sistemik
maupun nonsistemik, efektif terhadap Candida, Coccidioides
immitis, Cryptococcus neoformans, H. capsulatum, B.
Dermatitidis, Aspergillus dan Sporothrix spp.
C. Golongan alilamin
Terbinafin, merupakan suatu derivat alilamin sintetik
dengan struktur mirip nafitin. Obat ini digunakan untuk terapi
dermatofitosis, terutama kutaneus dan tinea versikolor,
terbinafin biasanya dikombinasikan dengan golongan imidazol
atau triazol karena enggunaannya sebagai monoterapi kurang
efektif.
D. Golongan ekinokandin
Ada 3 ekinokandin yang diterima untuk penggunaan klinik
yaitu kaspofungin, mikafungin dan anidulafungin. Ketiganya
merupakan siklik-lipopeptida dengan inti heksa-peptida.
E. Golongan lainnya
Asam benzoat dan asam salisilat, kombinasi dari keduanya
biasa disebut salep whitefield, dimana asam benzoat
memberikan efek fungistatik sedangkan asam salisilat
memberikan efek keratolitik.
2.2 Antivirus
Antivirus merupakan salah satu penggolongan obat yang secara
spesifik digunakan untuk mengobati infeksi virus. Obat-obat antivirus
digunakan untuk mencegah replikasi virus dengan menghambat salah satu
dari tahap-tahap replikasi sehingga dapat menghambat virus untuk
bereproduksi (Joyce L, 1996).
2.2.1 Struktur Antivirus
Ukuran virus dinyatakan dengan nanometer (nm), dimana 1
nanometer adalah satu perseribu micron. Virus yang penting secara
klinis berukuran antara 18 nm (Parvovirus) hingga 300 nm
(Poxvirus). Ukuran Poxvirus tersebut kira-kira adalah ¼ ukuran
Staphylococcus. Virion (partikel virus) terdiri dari genom asam
nukleat yaitu DNA atau RNA yang dibungkus oleh lapisan protein
(kapsid) atau dibungkus oleh amplop virus (envelope). Virion juga
mengandung enzim esensial tertentu atau enzim tambahan atau
protein lainnya. Kesatuan antara kapsid dengan genomnya
membentuk nukleokapsid yang dapat sama dengan virion atau
dikelilingi oleh amplop virus.
Kapsid adalah struktur yang kaku untuk melindungi virion
dari lingkungan yang mengancam. Virus berkapsid biasanya tahan
terhadap pengeringan, asam dan deterjen, termasuk asam dan
empedu pada saluran pencernaan. Bentuk kapsid dapat berupa
bentuk batang atau heliks, ikosahedral atau lebih kompleks. Kapsid
dibentuk oleh sejumlah kapsomer yang terikat satu sama lain
dengan ikatan non-kovalen.
Amplop virus adalah selaput yang komposisinya terdiri dari
lipid, protein dan glikoprotein. Struktur membrane hanya bisa
bertahan pada kondisi lingkungan yang cair. Amplop virus mudah
sekali rusak oleh pengeringan, suasana asam, deterjen, dan pelarut
seperti eter, sehingga membuat virus menjadi inaktif. Akibatnya
virus-virus beramplop biasanya ada pada lingkungan yang cair dan
biasanya ditularkan dalam bentuk cair, droplet pernafasan, darah
dan jaringan. Sebagian besar, virus beramplop tidak bisa bertahan
hidup pada kondisi mengancam misalnya di saluran pencernaan.
3.1 Kesimpulan
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4598907d3c2948aa241fe0eb78ad10
95.pdf
http://journal.poltekkes-
mks.ac.id/ojs2/index.php/mediafarmasi/article/download/587/242