Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“PATOGENITAS MIKROORGANISME”

DISUSUN OLEH :

TRI INDRIYANTI PODE G 701 16 007

NOVIANTI BATTI’ G 701 16 112

NURAWALIA G 701 16 202

KELOMPOK : 1

KELAS :B

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Berkat
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mikrobiologi patogenitas
mikroorganisme ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian.
Akhir kata Semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok
kami khususnya, dan teman-teman.

Palu, 02 Mei 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang...........................................................................................

I.2 Rumusan Masalah......................................................................................

I.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………..

BAB II ISI

II.1 Pengertian patogenitas dan infeksi mikroba…………………....................

II.2 Postulat Koch……………………………………....................................

II.3 Mekanisme dan tipe infeksi mikroba...............................................................

II.4 Penyakit infeksi...................................................................................

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan...............................................................................................

III.2 Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian
kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organism atau
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan
pathogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan
patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan
penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan
berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit.

Kapasitas bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada patogenitasnya. Dengan


kriteria ini bakteri dikelompokkan menjadi tiga, yaitu agen penyebab bakteri,
pathogen oportunistik, dan non pathogen. Agen penyebab penyakit adalah bakteri
pathogen yang menyebabkan suatu penyakit ( Salmonella sp. ). Pathogen
oportunistik adalah bakteri yang berkemampuan sebagai pathogen ketika
mekanisme pertahanan inang diperlemah ( contoh E. coli ) menginfeksi saluran
urin ketika sistem pertahanan inang dikompromikan ( diperlemah ). Non pathogen
adalah bakteri yang tidak pernah menjadi pathogen. Namun bakteri non pathogen
dapat menjadi pathogen karena kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan
terapi modern seperti kemoterapi, imunoterapi, dan mekanisme resistensi. Bakteri
tanah Serratia marcescens yang semula non pathogen, berubah menjadi pathogen
yang menyebabkan pneumonia, infeksi saluran urin, dan bakteremia pada inang
terkompromi. Pathogen oportunistik biasanya adalah flora normal ( manusia ) dan
menyebabkan penyakit bila menyerang bagian yang tidak terlindungi, biasanya
terjadi pada orang yang kondisinya tidak sehat. Pathogen virulen ( lebih
berbahaya ), dapat menimbulkan penyakit pada tubuh kondisi sehat ataupun
normal.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian patogenitas dan infeksi mikroba ?
2. Apa itu postulat koch ?
3. Bagaimana mekanisme dan tipe nfeksi mikroba ?
4. Apa saja contoh penyakit infeksi ?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian patogenitas dan infeksi mikroba
2. Mengetahui apa itu postulat koch
3. Mengetahui mekanisme dan tipe nfeksi mikroba
4. Mengetahui contoh penyakit infeksi
BAB II
ISI

A. Pengertian Patogenitas dan Infeksi Mikroba


Kemampuan pathogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan
patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan
mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba
yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda
dengan penyakit.

Kapasitas bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada patogenitasnya.


Dengan kriteria ini bakteri dikelompokkan menjadi tiga, yaitu agen penyebab
bakteri, pathogen oportunistik, dan non pathogen. Agen penyebab penyakit
adalah bakteri pathogen yang menyebabkan suatu penyakit ( Salmonella
sp. ). Pathogen oportunistik adalah bakteri yang berkemampuan sebagai
pathogen ketika mekanisme pertahanan inang diperlemah ( contoh E. coli )
menginfeksi saluran urin ketika sistem pertahanan inang dikompromikan (
diperlemah ). Non pathogen adalah bakteri yang tidak pernah menjadi
pathogen. Namun bakteri non pathogen dapat menjadi pathogen karena
kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan terapi modern seperti
kemoterapi, imunoterapi, dan mekanisme resistensi. Bakteri tanah Serratia
marcescens yang semula non pathogen, berubah menjadi pathogen yang
menyebabkan pneumonia, infeksi saluran urin, dan bakteremia pada inang
terkompromi. Pathogen oportunistik biasanya adalah flora normal ( manusia )
dan menyebabkan penyakit bila menyerang bagian yang tidak terlindungi,
biasanya terjadi pada orang yang kondisinya tidak sehat. Pathogen virulen (
lebih berbahaya ), dapat menimbulkan penyakit pada tubuh kondisi sehat
ataupun normal.
Seperti yang telah diketahui, mikroorganisme adalah organisme hidup yang
berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan
terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di
dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer ( udara ) serta makanan, dan
karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke
dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya
bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan
inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.
B. Postulat Koch
Postulat koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk
mengidentifikasi agen patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu.
Usaha untuk menjalankan Postulat koch semakin kuat saat mendiagnosis
penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Walau pada masa
tersebut virus belum dapat diisolasi dalam kultur. Hal ini merintangi
perkembangan awal dari virologi.Kini, beberapa agen patogen dapat diterima
sebagai penyebab suatu penyakit walaupun tidak memenuhi semua isi
postulat.Oleh karena itu, dalam penegakkan diagnosis mikrobiologis tidak
diperlukan pemenuhan keseluruhan postulat.

Dalam menguji kebenaran akan keberadaan suatu organisme sebagai penyebab


penyakit maka Postulat koch mengatakan bahwa suatu agen penyakit harus
dapat:
1) Ditemukan dalam seluruh kasus penyakit yang diperiksa;
2) Diisolasi dan tumbuhkan dalam kultur murni;
3) Menyebabkan gejala sakit yang sama bila kultur murni diinokulasikan pada
hewan coba dan peka; dan
4) Diisolasi kembali dari hewan terinokulasi dan di kultur lagi.
Selain Postulat Koch, River turut mengembangkan penelitian tentang virus.
Adapun metode dari River dikenal dengan Postulat River, yang berbunyi bahwa
agen virus harus: 1) Ditemukan dalam cairan tubuh sewaktu sakit atau dari sel
yang menunjukkan lesio spesifik;
2) Diperoleh dari hewan terinfeksi dapat menginfeksi hewan ercobaan dalam
bentuk antibodi terhadap virus tertentu; dan
3) Yang diisolasi dari hewan percobaan harus dapat ditularkan ke hewan peka
lainnya.
Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan
Robert Koch pada 1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut
Koch, keempatnya harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab-musabab
antara parasit dan penyakit. Ia menerapkannyauntuk untuk menentukan etiologi
antraks dan tuberkulosis, namun semuanya telah dierapkan pada penyakit lain.
Isi postulat
Isi postulat Koch adalah:

1.Organisme (parasit) harus ditemukan dalam hewan yang sakit, tidak pada

yang sehat.

2.Organisme harus diisolasi dari hewan sakit dan dibiakkan dalam kultur

murni.

3.Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada hewan yang

sehat.

4.Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari hewan yang dicobakan tersebut

C. Mekanisme dan Tipe Infeksi


Infeksi adalah masuknya kuman penyakit kedalam tubuh hingga
menimbulkan gejala – gejala penyakit dan invasi dan pembiakan
mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkancedera
selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intraseluler, atau
respon antigen – antibodi.
Pembagian Infeksi secara umum dibedakan menjadi :
-Primer : Apabila terjadi secara langsung sebagai akibat dari proses yang
ditimbulkan mikroorganisme sendiri
-Sekunder : Terjadi oleh sesuatu sebab, misalnya : kelemahan tubuh,
kelaparan, kelelahan, luka dan sebagainya
Macam Infeksi lainnya
-Reinfeksi :Penyakit yang mula-mula sudah sembuh tapi kemudian muncul
lagi. Disebut juga “Residif”.
-Super Infeksi : Proses penyakit belum sembuh akan tetapi sudah disusul oleh
infeksi yang lain. Disebut juga “infeksi Ganda”.
-Infeksious : Penyakit infeksi yang mudah menular dari seorang kepada orang
lain. Disebut juga “Infeksiosa”.
-Epidemi : Penyakit infeksi yang bersifat menular, kadang – kadang dapat
menyerang orang bayak dalam waktu singkat

Stadium – stadium Infeksi:


Tahap Rentan
Tahap Inkubasi
Tahap Sakit / klinis
Tahap Penyembuhan / Akhir Penyakit

1. TAHAP RENTAN
Pada tahap ini individu masih dalam kondisi relatif sehat, namun peka atau
labil, disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit, seperti
umur, keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dll. faktor –
fator predisposisi tersebut mempercepat masuknya agen penyebab penyakit
(mikroba patogen) untuk berinteraksi dengan pejamu.

2. TAHAP INKUBASI
Inkubasi disebut juga masa tunas, masa dari mulai masuknya kuman kedalam
tubuh (waktu kena tular) sampai pada waktu penyakit timbul. Setiap penyakit
berlainan masa ikubasinya. Penularan penyakit dapat terjadi selama masa
inkubasi
Masa inkubasi beberapa penyakit
1. Botulisme 12 – 36 jam
2. Kolera 3 – 6 hari
3. Konjungtivitis 1 – 3 hari
4. Difteri 2 – 5 hari
5. Disentri amoeba 2 – 4 minggu
6. Disentri basiler 1 – 7 hari
7. Demam berdarah dengue 4 – 5 hari
8. Gonnorhea 2 – 5 hari
9. Hepatitis infekstiosa 2 – 6 minggu
10. Herpes zoster 1 – 2 minggu
11. Influenza 1 – 3 hari
12. Keracunan makanan tersangka salmonela 6 – 12 jam
13. Limfogranuloma venereum 2 – 5 minggu
14. Morbili / campak 10 – 14 hari
15. Morbus hansen / lepra 3 – 5 tahun
16. Parotitis epidemika 12 – 25 hari
17. Poliomielitis 7 – 12 hari
18. Pertusis / batuk rejan 7 – 20 hari
19. Sifilis 10 – 90 hari
20. Tetanus 7 hari
21. Tuberkulosis 4 – 12 minggu
22. Tifus abdominalis 1 – 2 minggu
23. Varicella 2 – 3 minggu
24. Variola 7 – 15 hari

Lamanya masa inkubasi dipengaruhi oleh:


1. Jenis mikroorganisme
Tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang tertentu, tergantung pada agen
penyebab penyakit. Kadang-kadang waktu inkubasi ini konstan, sedangkan
pada beberapa penyakit lain waktu inkubasinya tidak tentu. Pada beberapa
penyakit kelamin, masa inkubasi umumnya konstan, misalnya : Gonorrhoe (3
– 8 hari), Lues (3 – 4 minggu) dan ulkus molle (1 – 2 hari).
Pada umumnya penyakit infeksi yang berjalan akut masa inkubasinya tidak
tentu. Faktor lain yang mempengaruhi konstan atau tidaknya masa inkubasi
adalah tidak diketahuinya masa penularan. Pada penyakit menahun seperti
penyakit TBC dan lepra. Biasanya waktu inkubasi tidak jelas, karena kita
tidak mengetahui kapan kontaminasi terjadi.
2. Virulensi atau ganasnya mikroorganisme dan Jumlah mikroorganisme
Kedua faktor ini berhubungan satu sama lain. Virulensi adalah kekuatan suatu
mikroorganisme atau ganasnya mikroorganisme. Makin banyak
mikroorganisme yang menyerang tubuh maka mikroorganisme itu lebih
virulen. Jumlah mikroorganisme yang masuk tergantung dari cara penularan.
Virulensi suatu mikroorganisme dapat dilihat dari hebat atau tidaknya
penyakit yang ditimbulkannya. Secara umum dapat dikatakan bahawa makin
hebat gejala penyakit maka makin virulen mikroorganisme yang
menyebabkannya, akan tetapi hal ini tidak selalu benar karena bagaimanapun
daya tahan tubuh seseorang dapat pula mempengaruhinya.

3. Kecepatan berkembang biaknya mikroorganisme dan Kecepatan


pembentukan toksin dari mikroorganisme. Hal ini berhubungan dengan
virulensi. Mikroorganisme yang virulen akan lebih cepat berkembangbiak dan
membentuk toksin, bila suasana memungkinkan.

4. Porte de’entre (pintu masuk dari mikroorganisme)


Hal ini dapat merubah waktu inkubasi. Misalnya penyakit Pes, yang
sebenarnya adalah penyakit pada tikus. Manusia akan ketularan penyakit pes
apabila digigit oleh pinjal tikus yang menderita pes. Pintu masuk kuman dapat
dengan perantaraan getah bening, maka dengan demikian terjadi pes bubo,
akan tetapi pintu masuk dapat langsung kedalam pembuluh darah, maka
dengan demikian jalan penyakit pun akan berubah. Setelah masuk aliran darah
maka terjadi pes sepsis. Demikian pula bila pintu masuk melalui paru – paru
bagi penderita pes paru – paru, dapat secara langsung menyebabkan penularan
pes paru – paru.

5. Endogen (daya tahan host atau tuan rumah)


Secara fisiologis, tubuh manusia mempunyai suatu sistem kekebalan tubuh
sebagai bentuk pertahanan terhadap masuknya mikroorganisme penyebab
penyakit. Sistem ini disebut juga sistem imun yang melibatkan sel – sel darah
putih dan jaringan lainnya. Kekuatan sistem imun salah satunya dipengaruhi
oleh asupan nutrien yang adekuat, misalnya makanan tinggi protein, vitamin
C, dll.
D. TAHAP SAKIT
Penderita dalam keadaan sakit. Merupakan tahap tergangunya fungsi organ
yang dapat memunculkan tanda dan gejala (signs and symptoms) penyakit.
Dalam perjalanannya penyakit akan berjalan bertahap. Pada tahap awal, tanda
dan gejala penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan
aktivitas harian dan masih dapat diatasi dnegan berobat jalan. Pada tahap
lanjut, penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat jalan, karena penyakit
bertambah parah, baik secara obyektif maupun subyektif. Pada tahap ini
penderita tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari dan jika berobat
umumnya membutuhkan perawatan. Penularan mikroorganisme melalui
hidung, mulut, telinga, mata, urin, feses, sekret dari ulkus, luka, kulit, organ-
organ dalam
Tahap sakit atau klinis ini dapat berlangsung secara:
-Akut : berlangsung untuk beberapa hari atau minggu
-Kronik : berlangsung untuk beberapa bulan atau tahun

3. TAHAP PENYEMBUHAN
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan penyakit
tersebut dapat berakhir dengan 5 alternatif:
1. Sembuh sempurna
Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi
sel/jaringan/organ tubuh kembali seperti sediakala.
2. Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari sakitnya namun disertai adanya kecacatan. Cacat dapat
berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.
3. Pembawa (carier)
Perjalanan penyakit seolah-olah berhenti, ditandai dnegan menghilangnya
tanda dan gejala penyakit. Pada kondisi ini agen penyebab masih ada dan
masih potensial sebagai sumber penularan.
4. Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau
tidak berubah.
5. Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagagalan fungsi-fungsi ogan.

FAKTOR HOSPES PADA INFEKSI


Syarat timbulnya infeksi adalah bahwa mikroorganisme yang menular harus
mampu Melekat, Menduduki atau memasuki hospes dan Berkembang biak
paling tidak sampai taraf tertentu.
Karena itu tidaklah mengeherankan bila dalam perjalanan evolusi, spesies
hewan termasuk manusia sudah mengembangkan mekanisme pertahanan
tertentu pada berbagai tempat yang berhubungan dengan lingkungan :
1. Kulit dan mukosa orofaring
Batas utama antara lingkungan dan tubuh manusia adalah kulit. Kulit yang
utuh memiliki lapisan keratin atau lapisan tanduk pada permukaan luar dan
epitel berlapis gepeng sebagai barier meanis yang baik sekali terhadap infeksi.
Namun jika terjadi luka iris, abrasi atau maserasi (seperti pada lipatan tubuh
yang selalu basah) dapat memungkinkan agen menular masuk.
Kulit juga mempunyai kemampuan untuk melakukan dekontaminasi terhadap
dirinya sendiri. Pada dekontaminasi fisik, organisme yang melekat pada
lapisan luar kulit (dengan anggapan bahwa mereka tidak mati kalau menjadi
kering) akan dilepaskan pada waktu lapisan kulit mengelupas. Dekontaminasi
kimiawi terjadi karena tubuh berkeringat dan sekresi kelenjar sebasea
sehingga membersihkan kulit dari kuman. Flora normal yang terdapat pada
kulit menimbulkan dekontaminasi biologis dengan menghalangi pembiakan
organisme – organisme lain yang melekat pada kulit.

2. Saluran pencernaan
ü Mukosa lambung merupakan kelenjar dan tidak merupakan barier mekanis
yang baik. Sering terjadi defek – defek kecil atau erosi pada lapisan lambung,
tetapi tidak banyak berarti pada proses infkesi sebab suasana lambung sendiri
sangat tidak sesuai untuk banyak mikroorganisme. Hal ini sebagian besar
disebabkan oleh keasaman lambung yang tinggi, disamping lambung
cenderung memindahkan isinya ke usus halus dengan proses yang relatif
cepat.
ü Lapisan usus halus juga bukan merupakan barier mekanis yang baik dan
secara mudah dapat ditembus oleh banyak bakteri. Namun gerakan peristaltik
untuk mendorong isi usus berlangsung cepat sekali sehingga populasi bakteri
dalam lumen dipertahankan tetap sedikit.
ü Lapisan dalam usus besar secara mekanis juga tidak baik. Pada tempat ini
pendorongan tidak cepat dan terdapat stagnasi relatf dari isi usus. Pertahanan
utma melawan jasad renik adalah melalui banyaknya flora normal yang
menghuni usus besar dan hidup berdampingan dnegan hospes. Bakteri normal
yang banyak ini berkompetisi untuk mendapatkan makanan atau mereka
benar-benar mengeluarkan substansi antibakteri (antibiotik).

3. Saluran pernafasan
Epitel pada saluran nafas misalnya pada lapisan hidung, lapisan nasofaring,
trakea dan bronkus, terdiri dari sel – sel tinggi yang beberapa diantaranya
mengeluarkan mukus, tetapi sebagian besar diperlengkapi dengan silia pada
permukaan lumen mereka. Tonjolan-tonjolan kecil ini bergetar seperti cambuk
dengan gerakan yang diarahkan kemulut, hidung dan keluar tubuh. Jika jasad
renik terhirup, mereka cenderung menegnai selimut mukosa yang dihasilkan
dari mukus, untuk digerakkan keluar dan atau dibatukkan atau ditelan.
Kerja perlindungan ini dipertinggi dengan adanya antibodi didalam sekresi.
Jika beberapa agen menghindar dari pertahanan ini dan mencapai ruang –
ruang udara didalam paru-paru, maka disana selalu terdapat makrofag alveoler
yang merupakan barisan pertahanan lain.

Sawar pertahanan lain


Radang
Jika agen menular berhasil menembus salah satu barier tubuh dan memasuki
jaringan, maka barisan pertahanan berikutnya adalah reaksi peradangan akut
yaitu aspek humoral (antibodi) dan aspek seluler pertahanan tubuh bersatu.
E. Pembuluh limfe
Aliran limfe pada radang akut dipercepat sehingga agen-agen menular ikut
menyebar dengan cepat sepanjang pembuluh limfe bersama dengan aliran
limfe itu. Kadang-kadang menyebabkan limfangitis, tetapi lebih sering agen-
agen tersebut langsung terbawa ke kelenjar limfe, dimana mereka dengan
cepat difagositosis oleh makrofag. Pada keadaan ini maka cairan limfe yang
mengalir ke pusat melewati kelenjar limfe dapat terbebas dari agen-agen
tersebut.

Pertahanan terakhir (vena primer)


Jika penyebaran agen menular tidak terhenti pada kelenjar limfe atau jika agen
tersebut langsung memasuki vena ditempat primernya, maka dapat terjadi
infeksi pada aliran darah.
Ledakan bakteri didalam aliran darah sebenarnya tidak jarang terjadi, dan
peristiwa yang dinamakan bakteremia ini biasanya ditangani secara cepat dan
efektif oleh makrofag dari sistem monosit – makrofag.
Septikemia atau keracunan darah terjadi jika kondisi bakteremia berlanjut
yang mengakibatkan organisme yang masuk berjumlah sangat besar dan
cukup resisten sehingga sistem makrofag ditaklukkan. Organisme yang
menetap ini menimulkan gejala malaise, kelemahan, demam, dll.
Pada kondisi yang parah yang disebut septikopiemia atau disingkat piemia,
dimana organisme mencapai jumlah yangs edemikan besarnya sehingga
mereka bersirkulasi dalam gumpalan-gumpalan dan mengambil tempat pada
banyak organ dan menimbulkan banyak sekali mikroabses.

FAKTOR JASAD RENIK PADA INFEKSI


1. Daya Transmisi
Sifat penting dan nyata pada saat terbentuknya adalah transpor agen menular
hidup kedalam tubuh.
Cara Penularan Penyakit Infeksi :
a) Secara Langsung (Direct) dari satu orang ke orang lain, misalnya melalui
batuk, bersin dan berciuman.
Contoh :
ü Penyakit yang ditularkan melalui saluran nafas : common cold, tuberkulosis,
batuk rejan, batuk rejan, pes pneumoni, meningitis, meningokokus, sakit
tenggorokan karena infeksi srtreptokokus, tonsilitis, influenza, difteri,
campak, rubella (campak jerman).
Penyakit – penyakit ini ditularkan melalui ciuman, penggunaan alat makan
yang terinfeksi, dan droplet yang terinfeksi.
ü Penyakit Kelamin dapat ditularkan langsung melalui hubungan seksual
dengan penderita dan juga dapat melalui plasenta (infeksi transplasenta) yang
ditularkan dari ibu yang menderita kepada bayi yang dilahirkan.

b) Secara Tidak Langsung (Indirect) penularan mikroba patogen memerlukan


adanya “media perantara”, baik berupa barang/bahan, air, udara,
makanan/minuman maupun vektor. Organisme dikeluarkan dari penderita
kemudian diendapkan pada berbagai permukaan lalu di lepaskan kembali
dalam udara. Dengan cara serupa organisme dapat sampai kedalam tanah, air,
makanan atau rantai pemindahan tidak langsung lainnya. Di rumah sakit,
infeksi juga dapat disebarkan melalui eksudat-eksudat dan ekskreta. Transfusi
darah dapat juga menjadi sarana penyebaran infeksi (misal. Penyakit hepatitis
virus).Jenis pemindahan tidak langsung yang lebih kompleks melibatkan
vektor-vektor seperti serangga, misalnya nyamuk (penyakit malaria), lalat
(penyakit disentri), cacing (penyakit filariasis), dll.

Pathway Tuberculosis :
M.tuberkulosis terhirup dari udara. --> M.bovis masuk ke paru-paru -->
Menempel pada bronkiali atau alveolus. --> Memperbanyak setiap 18-24 jam
--> Proliferasi sel epitel disekeliling basil dan membentuk dinding antara basil
dan organ yang terinfeksi (tuberkel) --> Basil menyebar melalui kelenjar
getah bening menuju kelenjar regional dan menimbulkan reaksi eksudasi -->
Lesi primer menyebabkan kerusakan jaringan--> Meluas ke seluruh paru-paru
(bronki atau pleura) --> Erosi pembuluh darah --> Basil menyebar ke daerah
yang dekat dan jauh (TB milier) --> Tulang, Ginjal, Otak

2. Daya Invasi
Sekali dipindahkan kedalam hospes baru, jasad renik harus mampu bertahan
pada atau didalam hospes tersebut untuk dapat menimbulkan infeksi.
Misalnya:
ü Kolera, disebabkan oleh organisme yang tidak pernah memasuki jaringan,
tetapi hanya menduduki epitel usus, melekat dengan kuat pada permukaan
sehingga tidak terhanyut oleh gerakan usus.
ü Disentri basiler, hanya memasuki lapisan superfisial usus tetapi tidak pernah
masuk lebih jauh kedalam tubuh.
ü Dan beberapa penyakit lain seperti : salmonella thypi yang menyebabkan
demam tifoid, spiroketa sifilis yang menyebabkan sifilis, mikrobacterium
tetani yang menyebabkan tetanus, dll.

3. Kemampuan untuk menimbulkan penyakit.


Beberapa agen menular mengeluarkan eksotoksin yang dapat larut yang
kemudian bersirkulasi dan menimbulkan perubahan – perubahan fisiologis
yang nyata yang bekerja pada sel – sel tertentu. Contohnya pada penyakit
tetanus dan penyakit difteri.
Banyak mikroorganisme lain seperti bakteri gram negatif mengandung
endotoksin kompleks yang dilepaskan waktu mikroorganisme mengalami
lisis. Pelepasan endotoksin ada hubungannya dengan timbulnya demam dan
dalam keadaan – keadaan yang lebih ekstrim, seperti septikemia gram negatif,
dengan timbulnya sindrom syok.
Beberapa organisme menimbulkan cedera pada hospes, sebagian besar dengan
cara imunologis dengan membantu pembentukan kompleks antigen –
antibodi, yang selanjutnya dapat menimbulkan kelainan, misalnya pada
kompleks imun glomerulonefritis.
Virus sebagai parasit obligat intraseluler adalah potongan sederhana bahan
genetik (DNA, RNA) yang mempunyai alat untuk menyusupkan dirinya
kedalam sel hospes. Sel akan mengalami cedera bila ada informasi genetik
baru yang diwujudkan pada fungsi sel yang diubah. Satu wujud informasi
genetik tambahan semacam itu adalah replikasi virus yang menular, yang
dapat disertai oleh lisis dari sel-sel yang terkena. Sel dapat berubah tanpa
menjadi nekrosis dan dapat dirangsang untuk berproliferasi, misalnya pada
kasus tumor yang diinduksi oleh virus. Virus jga dapat mencederai hospes
dengan menimbulkan berbagai reaksi imunologi dimana bagian tertentu dari
virus bertindak sebagai antigen.

CARA INTERAKSI HOSPES DAN JASAD RENIK


Secara biologi, sebenarnya setiap agen yang hidup bukan untuk menimbulkan
penyakit, melainkan untuk menghasilkan agen yang jenisnya sama.
Jika hubungan antara hospes dan agen menular tidak saling menyerang, maka
jenis interaksi ini disebut komensialisme.
Jika interaksi memberikan beberapa keuntunganbagi kedua belah pihak, maka
interaksi ini disebut mutualisme.
Komensialisme dan mutualisme merupakan hasil yang paling sering terjadi
akibat interaksi infeksi dialam dan timbulnya penyakit menular dalam arti
evolusi (dan ternyata banyak sekali) merupakan penyimpangan dari keadaan
ini.
Interaksi yang kompleks dari hospes dan faktor-faktor lingkungan
menentukan timbulnya infeksi. Virulensi atau patogenisitas mikroorganisme
tertentu berkaitan dengan status hospes.

INFEKSI OPORTUNISTIK
Konsep infeksi oportunistik mencerminkan adanya banyak mikroorganisme
yang tidak kita pikirkan akan berbuat banyak terhadap individu sehat, tetapi
dengan adanya lingkungan yang salah, akan berubah dan menimbulkan
penyakit menular.
Organisme – organisme semacam itu disebut Oportunistik, sebab mereka
kelihatannya mengambil keuntungan pada keadaan tertentu dari hospes.
Agen menular endogen adalah organisme oprtunistik yang secara tetap
bertempat tinggal dalam hospes.
Infeksi oportunistik timbul jika beberapa faktor atau sekelompok faktor
membahayakan mekanisme pertahanan instrinsik hospes atau dengan cara
mengubah ekologi jasad renik penghuni normal.
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan infeksi oportunistik:
1. Penderita gangguan gizi buruk
2. Penderita gangguan imunologis
3. Penderita yang mendapatkan terapi antimikroba
4. Penderita yang mendapatkan terapi kortikosteroid adrenal

INFEKSI NOSOKOMIAL
Nosokomial berasal dari bahsa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit
dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat ntuk
merawat/rumah sakit. Jadi infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi
yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit.
Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya
angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian(mortality) di rumah sakit.
Angka nosokomial menjadi salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit.
Ijin operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka
kejadian infeksi nosokomial. Bahkan pihak asuransi tidak mau membayar
biaya yang ditimbulkan akibat infeksi nosokomial.
Beberapa hal yang memberikan konstribusi terjadinya infeksi nosokomial,
adalah:
1. Penderita lain yang juga sedang dalam proses keperawatan
2. Petugas pelaksana (dokter, perawat, dll.)
3. Peralatan medis yang digunakan
4. Tempat (ruangan/bangsal/kamar) dimana penderita dirawat
5. Tempat/kamar dimana penderita menjalani tindakan medis akut (ruang
operasi, kamar bersalin, dll)
6. Makanan atau minuman yang disajikan
7. Lingkungan rumah sakit secara umum.
Obyek pengendalian infkesi nosokomial adalah masuknya mikroba patogen
yang dapat berasal dari unsur-unsur tersebut diatas.

D. Penyakit Infeksi
1. Bakteri
a. TBC
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri
berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycrobacterium
Tuberkulosis.
Gejala – gejala TBC :
· Gejala sistemik/umum
· Demam yang tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama
· Penurunan nafsu makan dan berat badan
· Batuk – nbatuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah)
· Perasaan tidak enak, lemah.
Pencegahan penyakit TBC :
· Tidak meludah disembarang tempat
· Menutup mulut ketika ada seseorang ingin batuk,menjaga
terjadinya penularan penyakit
· Menjaga kesehatan badan supaya sistem imun tetap terjaga
· Istirahat yang baik agar kekebalan tubuh tidak melemah
Komplikasi penyakit TBC :
· Kerusakan tulang dan sendi
· Kerusakan otak
· Kerusakan hati dan ginjal
· Kerusakan jantung
· Gangguan mata
· Resistensi kuman

b. Tetanus
Tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena
mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari
bahasa yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang.
Tetanus disebabkan neurotoksin dari bakteri gram positif
anaerob,clostrideum tetani. Bakteri clostridium tetani ini banyak
ditemukan ditanah, kotoran manusia dan hewan peliharaan dan
didaerah pertanian , namun juga dapat ditemukan pada besi berkarat,
ujung jarum/peniti yang tidak steril.
Gejala – gajala pada tetanus :
· Sakit kepala
· Gelisah
· Nyeri otot dan rahang
· Demam
· Otot perut mengeras
· Kejang
· Dan akhirnya pada seluruh tubuh
Pencegahan penyakit tetanus :
· Vaksinasi
· Perawatan luka
Komplikasi pada tetanus :
· Bronkopneumoni
· Asfiksia
· Sianosis

c. Diare
Mencret atau diare biasanya adalah frekuensi buang air besar
dalam bentuk cairan yang lebih dari 3 klai dalam 1 hari.
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih
dalam sehari, yang kadang disertai :
· Muntah
· Badan lesu dan lemah
· Panastidak nafsu makan
· Darah dan lendir dalam kotoran tinja
Pencegahan pada diare :
· Penyiapan makanan yang higienis
· Berikan makanan yang baru dimasak dengan baik dengan
menggunakan air bersih
· Cuci tangan sebelum makan
· Pemberian ASI pada balita
· Membuang tinja anak kecil ke kakus
· Bung air besar pada tempatnya
· Hindari lalat yang hinggap di makanan
· Sanitasi lingkungan setempat
Komplikasi pada diare :
· Dehidrasi
· Shock
· Gagal ginjal
· Kebingungan
· Acidosis (terlalu banyak asam dalam darah) dan koma
· Orthostatic hypotension dengan syncope (pingsan waktu berdiri yang
disebabkan volume darah yang berkurang, yang menyebabkan kejatuhan dari tekanan
darah waktu berdiri)

2. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Virus ;


a. HIV/AIDS
b. Flu burung
c. Pari sella
d. DBD
e. Influenza
f. Rabies
g. Malaria
h. Chiqungunya
i. Campak
j. Hepatitis
3. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Jamur :
Penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah penyakit yang diserang bagian
kulit, contohnya kurap, kudis,kadas,panu dsb. Infeksi yang disebabkan oleh
jamur dapat dicegah dengan cara :
· Bersihkan tangan dan kaki
· Jaga lingkungan agar selalu bersih terutama kamar mandi
· Jaga kebersihan kamar, seperti selimut, bantal, kain, pakaian dll
· Gunankan detergen saat mencuci untuk membunuh jamur

4. Penyakit yang disebabkan oleh parasit internal


a. Disentri
Disentri adalah suatu penyakit atau gangguan yangterjadi didalam tubuh, yaitu
terjadi suatu peradangan di usus yang menimbulkan sindrom.
Gejala-gejala disentri ;
· Panas tinggi di sekujur tubuh
· Merasa mual dan muntah – muntah
· Kram diperut
· Sakit didaerah anus saat buang air besar
Pencegahan pada disentri :
· Melakukan program PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) dari yang paling
penting,mencuci tangan.
Komplikasi pada disentri :
· Dehidrasi
· Gangguan elektrolit
· Kejang
· Protein loosing enteropathy
· Sepsis dan DIC
· Sindroma hemolitik uremik
· Malnutrisi/malabsorpsi
· Hipolikemia
· Prolapsus rektum
· Reactive arthritis
· Sindroma guilain-barre
· Amoeba
b. Malaria
Malaria adalah suatu infeksi pada bagian sel darah yaitu infeksi pada sel darah
merah. Ditularkan oleh nyamuk yang membawa parasit yang menyebabkan malaria.
Gejala – gejala malaria :
· Demam dan menggigil
· Sakit kepala
· Mual,muntah
· Diare
· Nyeri otot atau pegal pegal
Pencegahan pada malaria :
· Menghindari gigitan nyamuk, menggunakan obat nyamuk, pasang kawat kasa
pada ventilasi, menjauhkan kandang ternak dari rumah, kurangi berada di luar rumah
pada malam hari.
Komplikasipada malaria :
· Malaria selebral
· Gagl ginjal akut
· Kalainan hati
· Edema paru
· Hipoglikemia
5. Penyakit yang disebabkan oleh parasit eksternal.
Kutu rambut.
Kutu rambut adalah serangga kecil berkaki enam yang menempel di kulit kepala
dan leher dan memakan darah manusia. Kutu sangat kecil dan susah dilihat, telurnya
menempel di rambut dekat kulit kepala dan lebih susah dilihat. Ketika banyak kutu
hidup di rambutorang, ini disebut dengan infestasi.
Gejala-gejala pada kutu rambut :
· Kulit kepala terasa gatal – gatal
Pencegahan pada kutu rambut :
· Memangkas rambut
· Jangan menggantung handuk,topi,jilbab dan lain lain ditempat gantungan
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1. Kemampuan patogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan
patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan
mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba
yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda
dengan penyakit.
2.Postulat Koch merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan untuk
membuktikan penyebab suatu penyakit.
3.Infeksi adalah masuknya kuman penyakit kedalam tubuh hingga
menimbulkan gejala – gejala penyakit dan invasi dan pembiakan
mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkancedera
selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intraseluler,
atau respon antigen – antibody
4.Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan
bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan
tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen),
faktor manusia atau pejamu (host), dan faktor lingkungan

III.2 Saran
Saran kami yaitu agar dapat lebih baik lagi dalam pembuatan makalah-makalah
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto MAK, 2001. Peranan Mikroorganisme dalam Kehidupan Kita. Malang :
Universitas Muhammadiyah Malang.
Budiyanto MAK, 2010. Hand out – 10 Mikrobiologi Lingkungan, Pertanian, dan
Peternakan. Malang : UMM Press.
Dwijoseputro, 1990. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Fardiaz S, 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pratiwi, ST, 2008. Mikrobiologi Farmasi. Malang : UMM Press.
Waluyo, Lud, 2005. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.
Waluyo, Lud, 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang : UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai