“PATOGENITAS MIKROORGANISME”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 1
KELAS :B
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Berkat
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mikrobiologi patogenitas
mikroorganisme ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian.
Akhir kata Semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok
kami khususnya, dan teman-teman.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
III.1 Kesimpulan...............................................................................................
III.2 Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian
kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organism atau
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan
pathogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan
patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan
penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan
berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit.
1.Organisme (parasit) harus ditemukan dalam hewan yang sakit, tidak pada
yang sehat.
2.Organisme harus diisolasi dari hewan sakit dan dibiakkan dalam kultur
murni.
sehat.
4.Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari hewan yang dicobakan tersebut
1. TAHAP RENTAN
Pada tahap ini individu masih dalam kondisi relatif sehat, namun peka atau
labil, disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit, seperti
umur, keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dll. faktor –
fator predisposisi tersebut mempercepat masuknya agen penyebab penyakit
(mikroba patogen) untuk berinteraksi dengan pejamu.
2. TAHAP INKUBASI
Inkubasi disebut juga masa tunas, masa dari mulai masuknya kuman kedalam
tubuh (waktu kena tular) sampai pada waktu penyakit timbul. Setiap penyakit
berlainan masa ikubasinya. Penularan penyakit dapat terjadi selama masa
inkubasi
Masa inkubasi beberapa penyakit
1. Botulisme 12 – 36 jam
2. Kolera 3 – 6 hari
3. Konjungtivitis 1 – 3 hari
4. Difteri 2 – 5 hari
5. Disentri amoeba 2 – 4 minggu
6. Disentri basiler 1 – 7 hari
7. Demam berdarah dengue 4 – 5 hari
8. Gonnorhea 2 – 5 hari
9. Hepatitis infekstiosa 2 – 6 minggu
10. Herpes zoster 1 – 2 minggu
11. Influenza 1 – 3 hari
12. Keracunan makanan tersangka salmonela 6 – 12 jam
13. Limfogranuloma venereum 2 – 5 minggu
14. Morbili / campak 10 – 14 hari
15. Morbus hansen / lepra 3 – 5 tahun
16. Parotitis epidemika 12 – 25 hari
17. Poliomielitis 7 – 12 hari
18. Pertusis / batuk rejan 7 – 20 hari
19. Sifilis 10 – 90 hari
20. Tetanus 7 hari
21. Tuberkulosis 4 – 12 minggu
22. Tifus abdominalis 1 – 2 minggu
23. Varicella 2 – 3 minggu
24. Variola 7 – 15 hari
3. TAHAP PENYEMBUHAN
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan penyakit
tersebut dapat berakhir dengan 5 alternatif:
1. Sembuh sempurna
Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi
sel/jaringan/organ tubuh kembali seperti sediakala.
2. Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari sakitnya namun disertai adanya kecacatan. Cacat dapat
berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.
3. Pembawa (carier)
Perjalanan penyakit seolah-olah berhenti, ditandai dnegan menghilangnya
tanda dan gejala penyakit. Pada kondisi ini agen penyebab masih ada dan
masih potensial sebagai sumber penularan.
4. Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau
tidak berubah.
5. Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagagalan fungsi-fungsi ogan.
2. Saluran pencernaan
ü Mukosa lambung merupakan kelenjar dan tidak merupakan barier mekanis
yang baik. Sering terjadi defek – defek kecil atau erosi pada lapisan lambung,
tetapi tidak banyak berarti pada proses infkesi sebab suasana lambung sendiri
sangat tidak sesuai untuk banyak mikroorganisme. Hal ini sebagian besar
disebabkan oleh keasaman lambung yang tinggi, disamping lambung
cenderung memindahkan isinya ke usus halus dengan proses yang relatif
cepat.
ü Lapisan usus halus juga bukan merupakan barier mekanis yang baik dan
secara mudah dapat ditembus oleh banyak bakteri. Namun gerakan peristaltik
untuk mendorong isi usus berlangsung cepat sekali sehingga populasi bakteri
dalam lumen dipertahankan tetap sedikit.
ü Lapisan dalam usus besar secara mekanis juga tidak baik. Pada tempat ini
pendorongan tidak cepat dan terdapat stagnasi relatf dari isi usus. Pertahanan
utma melawan jasad renik adalah melalui banyaknya flora normal yang
menghuni usus besar dan hidup berdampingan dnegan hospes. Bakteri normal
yang banyak ini berkompetisi untuk mendapatkan makanan atau mereka
benar-benar mengeluarkan substansi antibakteri (antibiotik).
3. Saluran pernafasan
Epitel pada saluran nafas misalnya pada lapisan hidung, lapisan nasofaring,
trakea dan bronkus, terdiri dari sel – sel tinggi yang beberapa diantaranya
mengeluarkan mukus, tetapi sebagian besar diperlengkapi dengan silia pada
permukaan lumen mereka. Tonjolan-tonjolan kecil ini bergetar seperti cambuk
dengan gerakan yang diarahkan kemulut, hidung dan keluar tubuh. Jika jasad
renik terhirup, mereka cenderung menegnai selimut mukosa yang dihasilkan
dari mukus, untuk digerakkan keluar dan atau dibatukkan atau ditelan.
Kerja perlindungan ini dipertinggi dengan adanya antibodi didalam sekresi.
Jika beberapa agen menghindar dari pertahanan ini dan mencapai ruang –
ruang udara didalam paru-paru, maka disana selalu terdapat makrofag alveoler
yang merupakan barisan pertahanan lain.
Pathway Tuberculosis :
M.tuberkulosis terhirup dari udara. --> M.bovis masuk ke paru-paru -->
Menempel pada bronkiali atau alveolus. --> Memperbanyak setiap 18-24 jam
--> Proliferasi sel epitel disekeliling basil dan membentuk dinding antara basil
dan organ yang terinfeksi (tuberkel) --> Basil menyebar melalui kelenjar
getah bening menuju kelenjar regional dan menimbulkan reaksi eksudasi -->
Lesi primer menyebabkan kerusakan jaringan--> Meluas ke seluruh paru-paru
(bronki atau pleura) --> Erosi pembuluh darah --> Basil menyebar ke daerah
yang dekat dan jauh (TB milier) --> Tulang, Ginjal, Otak
2. Daya Invasi
Sekali dipindahkan kedalam hospes baru, jasad renik harus mampu bertahan
pada atau didalam hospes tersebut untuk dapat menimbulkan infeksi.
Misalnya:
ü Kolera, disebabkan oleh organisme yang tidak pernah memasuki jaringan,
tetapi hanya menduduki epitel usus, melekat dengan kuat pada permukaan
sehingga tidak terhanyut oleh gerakan usus.
ü Disentri basiler, hanya memasuki lapisan superfisial usus tetapi tidak pernah
masuk lebih jauh kedalam tubuh.
ü Dan beberapa penyakit lain seperti : salmonella thypi yang menyebabkan
demam tifoid, spiroketa sifilis yang menyebabkan sifilis, mikrobacterium
tetani yang menyebabkan tetanus, dll.
INFEKSI OPORTUNISTIK
Konsep infeksi oportunistik mencerminkan adanya banyak mikroorganisme
yang tidak kita pikirkan akan berbuat banyak terhadap individu sehat, tetapi
dengan adanya lingkungan yang salah, akan berubah dan menimbulkan
penyakit menular.
Organisme – organisme semacam itu disebut Oportunistik, sebab mereka
kelihatannya mengambil keuntungan pada keadaan tertentu dari hospes.
Agen menular endogen adalah organisme oprtunistik yang secara tetap
bertempat tinggal dalam hospes.
Infeksi oportunistik timbul jika beberapa faktor atau sekelompok faktor
membahayakan mekanisme pertahanan instrinsik hospes atau dengan cara
mengubah ekologi jasad renik penghuni normal.
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan infeksi oportunistik:
1. Penderita gangguan gizi buruk
2. Penderita gangguan imunologis
3. Penderita yang mendapatkan terapi antimikroba
4. Penderita yang mendapatkan terapi kortikosteroid adrenal
INFEKSI NOSOKOMIAL
Nosokomial berasal dari bahsa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit
dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat ntuk
merawat/rumah sakit. Jadi infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi
yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit.
Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya
angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian(mortality) di rumah sakit.
Angka nosokomial menjadi salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit.
Ijin operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka
kejadian infeksi nosokomial. Bahkan pihak asuransi tidak mau membayar
biaya yang ditimbulkan akibat infeksi nosokomial.
Beberapa hal yang memberikan konstribusi terjadinya infeksi nosokomial,
adalah:
1. Penderita lain yang juga sedang dalam proses keperawatan
2. Petugas pelaksana (dokter, perawat, dll.)
3. Peralatan medis yang digunakan
4. Tempat (ruangan/bangsal/kamar) dimana penderita dirawat
5. Tempat/kamar dimana penderita menjalani tindakan medis akut (ruang
operasi, kamar bersalin, dll)
6. Makanan atau minuman yang disajikan
7. Lingkungan rumah sakit secara umum.
Obyek pengendalian infkesi nosokomial adalah masuknya mikroba patogen
yang dapat berasal dari unsur-unsur tersebut diatas.
D. Penyakit Infeksi
1. Bakteri
a. TBC
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri
berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycrobacterium
Tuberkulosis.
Gejala – gejala TBC :
· Gejala sistemik/umum
· Demam yang tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama
· Penurunan nafsu makan dan berat badan
· Batuk – nbatuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah)
· Perasaan tidak enak, lemah.
Pencegahan penyakit TBC :
· Tidak meludah disembarang tempat
· Menutup mulut ketika ada seseorang ingin batuk,menjaga
terjadinya penularan penyakit
· Menjaga kesehatan badan supaya sistem imun tetap terjaga
· Istirahat yang baik agar kekebalan tubuh tidak melemah
Komplikasi penyakit TBC :
· Kerusakan tulang dan sendi
· Kerusakan otak
· Kerusakan hati dan ginjal
· Kerusakan jantung
· Gangguan mata
· Resistensi kuman
b. Tetanus
Tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena
mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari
bahasa yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang.
Tetanus disebabkan neurotoksin dari bakteri gram positif
anaerob,clostrideum tetani. Bakteri clostridium tetani ini banyak
ditemukan ditanah, kotoran manusia dan hewan peliharaan dan
didaerah pertanian , namun juga dapat ditemukan pada besi berkarat,
ujung jarum/peniti yang tidak steril.
Gejala – gajala pada tetanus :
· Sakit kepala
· Gelisah
· Nyeri otot dan rahang
· Demam
· Otot perut mengeras
· Kejang
· Dan akhirnya pada seluruh tubuh
Pencegahan penyakit tetanus :
· Vaksinasi
· Perawatan luka
Komplikasi pada tetanus :
· Bronkopneumoni
· Asfiksia
· Sianosis
c. Diare
Mencret atau diare biasanya adalah frekuensi buang air besar
dalam bentuk cairan yang lebih dari 3 klai dalam 1 hari.
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih
dalam sehari, yang kadang disertai :
· Muntah
· Badan lesu dan lemah
· Panastidak nafsu makan
· Darah dan lendir dalam kotoran tinja
Pencegahan pada diare :
· Penyiapan makanan yang higienis
· Berikan makanan yang baru dimasak dengan baik dengan
menggunakan air bersih
· Cuci tangan sebelum makan
· Pemberian ASI pada balita
· Membuang tinja anak kecil ke kakus
· Bung air besar pada tempatnya
· Hindari lalat yang hinggap di makanan
· Sanitasi lingkungan setempat
Komplikasi pada diare :
· Dehidrasi
· Shock
· Gagal ginjal
· Kebingungan
· Acidosis (terlalu banyak asam dalam darah) dan koma
· Orthostatic hypotension dengan syncope (pingsan waktu berdiri yang
disebabkan volume darah yang berkurang, yang menyebabkan kejatuhan dari tekanan
darah waktu berdiri)
III.1 Kesimpulan
1. Kemampuan patogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan
patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan
mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba
yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda
dengan penyakit.
2.Postulat Koch merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan untuk
membuktikan penyebab suatu penyakit.
3.Infeksi adalah masuknya kuman penyakit kedalam tubuh hingga
menimbulkan gejala – gejala penyakit dan invasi dan pembiakan
mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkancedera
selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intraseluler,
atau respon antigen – antibody
4.Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan
bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan
tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen),
faktor manusia atau pejamu (host), dan faktor lingkungan
III.2 Saran
Saran kami yaitu agar dapat lebih baik lagi dalam pembuatan makalah-makalah
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto MAK, 2001. Peranan Mikroorganisme dalam Kehidupan Kita. Malang :
Universitas Muhammadiyah Malang.
Budiyanto MAK, 2010. Hand out – 10 Mikrobiologi Lingkungan, Pertanian, dan
Peternakan. Malang : UMM Press.
Dwijoseputro, 1990. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Fardiaz S, 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pratiwi, ST, 2008. Mikrobiologi Farmasi. Malang : UMM Press.
Waluyo, Lud, 2005. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.
Waluyo, Lud, 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang : UMM Press.