Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“ASPEK MIKROBIOLOGIS BAHAN DAN SEDIAAN FARMASI”

DISUSUN OLEH:

HARIONO YAMAL : G701 18 163


KELAS :A

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat berkat dan rahmatnya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari topik
pembahasan mengenai “ASPEK MIKROBIOLOGIS BAHAN DAN SEDIAAN FARMASI”
Setiap pembahasan di bahas secara sederhana sehingga mudah dimengerti.
Makalah ini membahas tentang  “ASPEK-ASPEK MIKROBIOLOGIS APA SAJA
YANG DI PERHATIKAN DALAM BAHAN DAN SEDIAAN FARMASI” serta hal-hal
yang harus di perhatikan dalam analisis mikrobiologis bahan dan sediaan farmasi.
Kami sadar, sebagai mahasisiswa yang masih banyak terdapat kesalahan penulisan
dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

1.1 KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

1.2 DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

1.3 BAB I Pendahuluan.............................................................................................................1

1.3.1 Latar Belakang............................................................................................................1

1.4 BAB II Pembahasan............................................................................................................2

1.4.1 Pengertian Bahan Farmasi..........................................................................................2

1.4.2 Pengertian Sediaan Farmasi........................................................................................2

1.4.3 Uji Mikrobiologis........................................................................................................3

1.4.4 Pengukuran Kuantitatif...............................................................................................4

1.5 BAB III Penutup.................................................................................................................5

1.5.1 Kesimpulan.................................................................................................................5

1.5.2 Saran...........................................................................................................................5

1.6 Daftar Pustaka.....................................................................................................................6


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keamanan produk terutama pada makanan, minuman, kosmetik, sediaan obat atau
obat tradisional (jamu) merupakan suatu tuntunan yang telah dikemukakan
sejaak munculnya gangguan kesehatan manusia akibat adanya cemaran
mikrooorganisme. Produk yang tercemar mikroorganisme tersebut dapat memproduksi
racun yang dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit. Kondisi mikrobiologis dari
makanan dan minuman menetukan keamanan dan daya tahan makanan dan minuman itu
sendiri. Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan keracunan makanan dan minuman,
akan tetapi jumlah mikroba yang mampu menimulkan kombinansi keracunan bergantung
kepada kepekaan individu dan virulensi bakteri tersebut serta kombinasi makanan dan
minuman itu sendiri.
Uji mikrobiologis suatu sediaan merupakan salah satu uji yang sangat penting untuk
mengetahui kualitas suatu sediaan. Makanan, minuman, obat tradisional berasal
dari alam yaitu dari hewan, tumbuhan, mineral ataupun sediaan galeniknya. Oleh karena
didalam pengadaannya bahan-bahan tersebut mengalami proses pengangkutan dan
penyimpanan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga dalam proses tersebut dapat
terjadi pertumbuhan mikroba didalamnya. Untuk mengetahui bahwa bahan baku, bahan
tambahan maupun sediaan jadi tidak mengalami perubahan sifat serta bebas dari
kontaminan mikroba, maka diperlukan uji mikrobiologis, meliputi pengujian angka
lempeng total (ALT) dan uji cemaran bakteri / kapang. Jika telah dilakukan uji-uji
tersebut, dan tidak ditemukan bakteri dan kapang yang sesuai standar SNI, maka produk
tersebut layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Bahan Farmasi

Menurut UU No 36 Tahun 2009 obat adalah bahan atau paduan bahan,


termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Sementara obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

II.2 Sediaan Farmasi


Pengertian sediaan farmasi dalam Undang-Undang ini diatur dalam pasal 1
ayat (4) yaitu, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetik, dimana sediaan berupa obat yaitu semua bahan tunggal atau
campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian
luar, guna mencegah, meringankan, mapupun menyembuhkan penyakit (Syamsuni,
2007). Makanan, minuman, obat tradisional, sediaan non steril, serta kosmetik
merupakan suatu sediaan yang berasal dari hewan, tumbuhan, mineral, maupun dari
zat-zat kimia sintetik. Pada umumnya sediaan-sediaan tersebut, diproduksi oleh
industri secara besar-besaran dan biasanya memakan waktu yang cukup lama dalam
produksi, penyimpanan, distribusi dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. Jadi
kemungkinan dapat terjadi pertumbuhan mikroba di dalamnya.
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran yang
sangat kecil, dan karena kecilnya itu sehingga tidak dapat diamati dengan kasat mata
melainkan membutuhkan alat pembantu untuk melihatnya seperti mikroskop.
Walaupun demikian, jasad hidup tersebut mempunyai kekhususan dalam
perkembangbiakannya. Dan diantara jenis-jenis mikroorganisme yang ada di bumi
mempunyai karakter dan sifat tersendiri dalam melakukan pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing
mikroorganisme. Dimana untuk pertumbuhannya sangat bergantung pada
mediumnya, (Djide, 2003).
II.3 Uji Mikrobiologis
Uji mikrobiologis adalah suatu uji yang digunakan untuk identifikasi jenis
mikroorganisme yang meliputi kelompok organisme bakteri maupun cendawan dan
untuk menghitung jumlah organisme (Fardiaz, 1993). Ada beberapa pengertian
dari pengujian mikrobiologis, yaitu : (Djide, 2005)
1. Angka lempeng total bakteri
Angka lempeng total baktri adalah bilangan yang menunjukkan jumlah koloni
bakteri yang mencemari tiap gram ml produksi yang yang diuji.
2. Angka lempeng total jamur (Kapang)
Angka lempeng total jamur kapang adalah bilangan yang menunjukkan jumlah
koloni tiap gram ml sampai produk yang diperiksa.
3. Mikroorganisme indicator
Mikroorganisme indicator adalah suatu mikroorganisme yang
kehadirannya pada suatu produk merupakan indikasi bahwa produk tersebut
telah tercemar oleh bakteri-bakteri pathogen yang berasal dari saluran pencernaan
manusia. Sehingga member petunjuk bahwa kemungkinan terdapat juga cemaran
bakteri-bakteri pathogen lainnya.
4. Mikroorganisme patogen
Mikroorganisme patogen adalah mikroorganisme yang menyebabkan
terjadinya infeksi. Sebagai contoh adalah bakteri-bakteri salmonella sp.
5. Mikroorganisme pembusuk
Mikroorganisme pembusuk adalah mikroorganisme yang menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan pada produk makanan yang dicemari seperti bentuk,
rasa dan bau pada makanan. Bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral. Bahkan makanan merupakan medium pertumbuhan yang
baik bagi berbagai berbagai macam mikroorganisme. Mikroorganisme dapat
membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat menjadikan lemak dan minyak
berbau tengik. Meskipun banyak mikroorganisme tidak berbahaya bagi
manusia, beberapa mikroorganisme pencemaran dapat mengakibatkan kerusakan, dan
yang lain menimbulkan penyakit atau menghasilkan racun yang
menyebabkan peracunan makanan. Beberapa mikroorganisme bersifat
menguntungkan, misanya dapat menghasilkan produk-produk makanan khusus
seperti keju dan acar, keduanya enak dimakan dan tidak mudah usak. Disamping
itu mikroorganisme dapat dijadikan sebagai makanan tambahan bagi manusia
dan hewan. Sesungguhnya, mikroorganisme merupakan sumber makanan
pilihan yang menarik (Irianto, 2006).
Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan
pangan, meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu
makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji
indikator untuk menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang
dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung berbagai faktor, seperti
jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan penyimpanan serta
komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya
(Buckle,2000).

II.4 Pengukuran Kuantitatif


Pengukuran kuantitatif populasi mikroba sering kali amat diperlukan di dalam
berbagai macam penelaahan mikrobiologis. Pada hakikatnya terdapat 2 macam
pengukuran dasar, yaitu penentuan jumlah sel dan penentuan massa sel. Pengukuran
jumlah sel biasanya dilakukan bagi organisme bersel tunggal (misalnya
bakteri), sedangkan penentuan massa sel dapat dilakukan tidak hanya bagi
mikroorganisme bersel tunggal tetapi juga bagi organisme berfilamen
(misalnya kapang) .
Untuk menghitung secara kuantitatif mikrobiologis suatu bahan dapat
dilakukan atas beberapa kelompok yaitu :
1. Perhitungan jumlah sel
a. Hitungan mikroskopik
b. Hitungan cawan
c. MPN (Most Probable Number)
2. Perhitungan massa sel secara langsung
a. Volumetrik
b.b. Gravimetrik
b.c. Kekeruhan (turbidimetrik)
3. Perhitungan massa sel secara langsung
a. Analisis komponen sel (protein, DNA, ATP dan sebagainya)
b. Analisis produk katabolisme (metabolit primer, sekunder dan panas)
c. Analisis konsumsi nutrient (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino,
mineral dan sebagainya).
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap bahan makanan termasuk susu dan
produk susu dapat memberikan informasi mengenai mutu bahan mentahnya,
keadaan kebersihan pada pengolahannya, dan keefektifan metode pengawetannya.
Dalam hal makanan yang menjadi basi atau busuk, penyebab kerusakan itu dapat
diidentifikasi; setelah penyebab kerusakan itu ditemukan, maka sumber
pencemarannya serta keadaan yang memungkinkan terjadinya kerusakan itu dapat
ditelusuri. Kemudian dapat diadakan usaha perbaikan untuk mencegah terjadinya
kerusakan selanjutnya (Irianto, 2003).
Prosedur-prosedur mikrobiologis untuk pemeriksaan bahan makanan
memanfaatkan teknik-teknik mikroskopik dan metode-metode pembiakan.
Bermacam-macam media selektifdan deferensial digunakan secara ekstensif untuk
memudahkan isolasi dan perhitungan tipe-tipe mikroorganisme tertentu. Macam
pemeriksaan yang dilakukan ditentukan oleh tipe produk pangan yang
akan diperiksa dan tujuan pemeriksaan (Volk, 1990).
Produk makanan/obat/obat tradisional (jamu) dikatan rusak secara
mikrobiologis apabila dijumpai mikrooorganisme patogen dalam konsentrasi
rendah, mikroorganisme yang berpotensi menjadi patogen dalam konsentrasi
tinggi, metabolit mikroorganisme toksik yang tidak hilang dengan kematian
mikrooorganisme kontaminannnya, serta adanya kerusakan fisik ataupun kimia pada
produk obat akibat pertumbuhan mikrooorganisme, yang ditandai oleh
adanya perubahan bentuk, warna, rasa ataaupun bau (Pratiwi, 2006).
Pengujian angka lempeng total adalah pengujian yang dilakukan untuk
menghitung angka bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam suatu sampel (Radji,
2007).
Angka kapang-khamir bertujuan untuk menentukan jumlah koloni
kapang dan khamir yang terdapat dalam suatu sampel. Pada prinsipnya, pengujian ini
menggunakan metode yang hampir sama dengan penentuan ALT,
hanyaberbeda pada media pembenihan yang digunakan (Radji, 2007).
Coliform adalah golongan bakteri yang terdiri atas bakteri fekal dan bakteri
non fekal. Prinsip penentuan angka bakteri coliform adalah adanya
pertumbuhan bakteri coliform yang ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung
durham setelah diinkubasi pada media yang sesuai (Radji, 2007).
Uji MPN ( Most Probable Number) digunakan jika jumlah yang
diharapkan relative rendah antara lain kurang dari 1 sampai 100
mikroorganisme/mL. Prosedur ini menggunakan tabung ganda dari kultur medium
biasanya 3 sampai 5 dengan 3 perbedaan volume dari sampel, misalnya 3 tabung
Masing-masing diinkulasi dengan 0,1 mL, dai tabung berikutnya 0,01 mL
dan 3 deret tabung berikutnya 0,001 mL. Jika konsentrasi dalam sampel adalah range
yang ditujukan seperti diatas, seharusnya pada tabung yang menerima inokulasi
bakteri tidak ada mikroorganisme yang hadir. Ini akan menjadi steril setelah
diinkubasi, perbandingan dari tabung positif yang dilaporkan untuk tiap volume
sampel dan hasilnya dibandingkan dengan tabel standart MPN dari organisme per mL
(atau per 100 mL dari sampel murni). Prosedur ini biasanya digunakan dalam air ,
makanan, dan produk indusry dibandingkan pada industry farmasi (Fardiaz, 1993).
TekniK MPN adalah metode statistic yang berguna dalam menentukan
konsentrasi rendah dari organisme (kurang dari 100 gram atau mL). Dalam
metode ini sampel secara seri dilarutkan sehingga inokula akan kadang-kadang tapi
tidak selalu mengandung organisme hidup pada setiap pelarutan volume ganda
dipindahkan ke tabung ke 3,5, atau ke 10 dari medium cair yan diujikan.
Tabung diinkunbasi dan hasilnya dievaluasi. Berdasarkan test ini, tabung yang positif
diidentifikasi dengan kekeruhan (pertumbuhan) tunggal atau kombinasi dengan
produk gas dan asam (Pelczar, 1986).
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Menurut UU No 36 Tahun 2009 obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk
produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Sementara obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
2. Sediaan farmasi dalam Undang-Undang ini diatur dalam pasal 1 ayat (4) yaitu,
sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik, dimana
sediaan berupa obat yaitu semua bahan tunggal atau campuran yang
digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna
mencegah, meringankan, mapupun menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2007).
3. Uji mikrobiologis adalah suatu uji yang digunakan untuk identifikasi jenis
mikroorganisme yang meliputi kelompok organisme bakteri maupun cendawan
dan untuk menghitung jumlah organisme
4. Pengukuran kuantitatif populasi mikroba sering kali amat diperlukan di dalam
berbagai macam penelaahan mikrobiologis. Pada hakikatnya terdapat 2 macam
pengukuran dasar, yaitu penentuan jumlah sel dan penentuan massa sel.
Pengukuran jumlah sel biasanya dilakukan bagi organisme bersel
tunggal (misalnya bakteri), sedangkan penentuan massa sel dapat dilakukan tidak
hanya bagi mikroorganisme bersel tunggal tetapi juga bagi organisme
berfilamen (misalnya kapang) .
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A., dkk., 2000., Ilmu Pangan., Diterjemahkan oleh Adiono dan Hari Purnomo., UI
Press., Jakarta.

Djidje, M.N., Sartini. 2008. Analis Mikrobiologi Farmasi, Laboratorium


Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi, F. MIPA, UNHAs, Makassar.

Djide, M. N. Sartini. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi.,Universitas Hasanuddin, Makassar.

Dwyana, Zaraswati, 2004, Analisis Mikrobiologi Bahan Pangan, Universitas Hasanuddin,


Makassar.

Koes, Irianto., 2006, Mikrobiologi Jilid 2, Yasama Widya, Bandung.

Waluyo, Lud. 2004. Teknik Metode Dasar dalam Mikrobiologi. UMM Press: Malang

Anda mungkin juga menyukai