Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“MIKROSKOP DAN METODE MIKROKOPIK”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

1. YUNITA SARI G70118003


2. RANI PURWANTI G70118098
3. EMANUELLA TANARI G70118156

KELAS B

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha Esa. Karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah MIKROBIOLOGI ini dengan baik.
Sebagai salah satu syarat pada program mata kuliah jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Tadulako Palu.
Melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang telah membantu baik secara materi maupun moral, sehingga makalah ini
tersusun sebagaimana adanya.
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan laporan ini,
baik dari segi subtansi maupun dari segi tulisan. Oleh karena itu, sangat di butuhkan kritik dan
saran demi kesempuranaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri kita
semua.

Palu, 04 Februari 2020

KELOMPOK 2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................


KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................
1.3 TUJUAN .................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
2.1 MIKROSKOP DAN METODE MIKROSKOPIK.................................
2.2 PEWARNAAN MIKROORGANISME.................................................
2.3 PEWARNAAN SEDERHANA..............................................................
2.4 PEWARNAAN NEGATIF.....................................................................
2.5 PEWARNAAN DIFERENSIA................................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan, makhluk hidup saling berinteraksi dengan lingkungannya. Diantara
mahkluk hidup tersebut ada yang tampak kasat mata atau dapat dilihat langsung dan tidak
kasat mata atau memerlukan bantuan alat untuk melihatnya. Mahkluk tidak kasat mata
disebut dengan mikroorganisme atau mikroba. Mikroorganisme ini dipelajari dalam cabang
ilmu biologi yang disebut mikroobiologi yaitu ilmu pengetahuan mengenai organisme hidup
yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Dalam
mikrobiologi kita mempelajari banyak segi mengenai jasad – jasad renik. Dunia jasad renik
baru ditemukan sekitar 300 tahun yang baru dapat dipahami 200 tahun kemudian.

Alat yang di gunakan adalah  mikroskop dan keahlian dalam menggunakan mikroskop ini
dinamakan mikroskopi. Mikroskop sangat membantu dalam meneliti mikroba – mikroba
yang tidak kasat mata. Salah satu penemu sejarah mikrobiologi dengan mikroskop adalah
Antony van Leeuwenhoek (1632-1723), tahun 1675 Antony membuat mikroskop dengan
kualitas lensa yang cukup baik dengan menumpuk lebih banyak lensa sehingga ia bisa
mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang menggenang . Dalam
pengamatan mikroorganisme dengan menggunakan mikroskop, baik itu dengan mikroskop
cahaya maupun mikroskop elektron menggunakan metode tertentu. Metode itu disebut
dengan metode mikroskopik yang terdiri dari teknik mikroskop cahaya dan teknik mikroskop
elektron.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian mikroskop dan mikroskopik?
2. Bagaimana reager pewarnaan mikroorganisme?
3. Bagaimana pewarna sederhana?
4. Bagaimana pewarna negative?
5. Bagaimana pewarnaan diferensia, pewarna gram, tahan asam, kapsul, spora dan flagel?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui mikroskop dan mikroskopik
2. Mengetahui reager pewarnaan mikroorganisme
3. Mengetahui pewarna sederhana
4. Mengetahui pewarnaan negative
5. Mengetahui pewarnaan diferensia, pewarna gram, tahan asam, kapsul, spora dan flagel
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mikroskop dan mikroskopik


Mikroskop adalah alat yang menggunakan lensa untuk mendapatkan gambar yang
diperbesar dari obyek yang terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mikroskop memungkinkan pembesaran dalam kisaran luas dari seratus kali sampai ribuan
kali. Dalam pengamatan mikroorganisme dengan menggunakan mikroskop, baik itu dengan
mikroskop cahaya maupun mikroskop elektron menggunakan metode tertentu. Metode itu
disebut dengan metode mikroskopik yang terdiri dari teknik mikroskop cahaya dan teknik
mikroskop elektron.
Mikroskopi merupakan keahlian dalam menggunakan mikroskop, atau teknik yang
digunakan  untuk menghasilkan detail struktur gambar dari obyek kecil yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang.

1. Jenis – jenis Mikroskop Yang Digunakan Dalam Pengamatan Mikroorganisme


Mikroskop dikategorikan menjadi dua jenis yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop
elektron. Mikroskop cahaya menggunakan sistem lensa optis yang mencakup mikroskop
medan terang ,fluoresensi dan fase kontras. Sedangkan mikroskop elektron
menggunakan berkas elektron sebagai pengganti gelombang cahaya untuk memperoleh
bayangan yang diperbesar,mikroskop elektron dibedakan menjadi dua yaitu
Transmission Elektron Microscope (TEM) dan Scanning Elektron Microscope (SEM)
Mikroskop Cahaya Mikroskop Elektron

2. Metode Mikroskopik untuk Mikroskop Cahaya dan Mikroskop Elektron


a. Teknik Mikroskop Cahaya
1. Teknik Preparat Basah dan Tetes Gantung
Mikroba hidup umumnya dapat dilihat melalui preparat basah dan preparat tetes
gantung. Preparat basah dan tetes gantung memungkinkan pemeriksaan
organisme  hidup yang tersuspensi dalam cairan untuk mengetahui motilitas atau
proses–proses pengamatan dalam keadaan utuh. Preparat basah diperoleh dengan
menaruh setetes cairan yang mengandung organisme pada kaca objek dan
menutupnya dengan kaca yang sangat tipis yang dinamakan kaca tutup. Untuk
mengurangi laju penguapan  dan meniadakan aliran udara, tetesan itu biasanya
dilingkari dengan jeli petroleum atau bahan serupa sehingga antara kaca objek
dengan kaca tutup terkatup rapat. Sedangkan untuk tetes gantung tersedia kaca
objek dengan daerah cekung kedalam. Preparat basah dan tetes gantung terutama
berguna untuk pengamatan aktivitas hidup seperti motilitas dan juga pengamatan
morfologi mikroba yang dapat rusak karena perlakuaan dengan panas atau bahan
kimia atau organisme itu sulit diwarnai.
2. Teknik Pewarnaan
Banyak senyawa organik berwarna (zat pewarna) digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopis.
Zat warna yang digunakan umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang akan
memberikan reaksi bila mengenai bagian tubuh mikroba, karena zat warna
tersebut berbentuk ion yang bermuatan positif dan negative. Secara kimia zat
warna digolongkan dalam:
 Zat warna basa yang bermuatan positif dan mudah bereaksi dengan
bagian-bagian inti sel. Misalnya metilen biru dan safranin.
 Zat warna asam yang bermuatan negatif dan mempunyai sifat mewarnai
latar belakang sel. Misalnya Na-eosinat, eosin, fuksin, dan fuksin asam.
 Zat warna indiferen misalnya sudan III, dimetil-amid-azo-benzol.
b. Teknik Mikroskop Elektron
Spesimen pada mikroskop elektron harus disiapkan sebagai suatu lapisan kering
yang teramat tipis pada layar kecil dan dimasukkan ke dalam alat itu pada titik
diantara kondensor magnetik dan obyektif magnetik (sistem optik kaca tidak
digunakan pada mikroskop elektron), sehingga spesimen untuk mikroskop elektron
transimisi biasanya difiksasi dengan zat kimia seperti glutaraldehida untuk mencegah
dekomposisi bila dikeringkan dan diiris. Sesudah spesimen difiksasi dengan
glutaraldehida dan dehidrasi dengan aseton dan alkohol, dicetak dalam plastik untuk
menjaga bentuk spesimen dan diiris tipis dengan ultramikrotom.
Banyak teknik yang telah dikembangkan untuk pemeriksaan mikroorganisme dengan
mikroskop elektron. Adapun teknik-teknik yang dikembangkan dengan mikroskop
elektron yaitu:
1. Teknik bayangan logam (metal shadowing)
Teknik bayangan logam adalah teknik SEM yang digunakan untuk memberikan
gambar tiga dimensi yang biasanya digunakan untuk mempelajari bentuk virus
dan bakteri. Spesimen dilapisi dengan logam berat seperti emas atau palladium
yang umumnya mengendap di sudut spesimen sehingga menciptakan bayangan
spesimen.
2. Teknik pemecahan beku (freeze fracture)
Teknik pemecahan beku digunakan untuk mengamati struktur organela seluler
dari membran yang biasanya digunakan untuk mengamati struktur kloroplas,
mitokondria dan membran sitoplasma. Spesimen dibekukan dengan Freon 12
suatu refrigerator sampai -1000C kemudian diiris dalam vakum untuk
memperoleh sayatan sel dan organelanya. Spesimen dilapisi dengan platinum dan
karbon untuk memperoleh replika logam spesimennya. Hasil akhir
menampakkan gambar yang tampak pada layar.

2.2 Reager Pewarnaan Mikroorganisme


Dengan metode ini bakteri dibedakan menjadi 2 yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram
negative. Perbedaan utama di antara keduanya adalah struktur dan komposisi dinding selnya.
Bakteri Gram Positif mampu mempertahankan zat warna utama dalam pewarnaan Gram,
yaitu Gentian Violet (ungu kristal iodium), sehingga nampak berwarna ungu saat
pengamatan dikarenakan dinding sel kelompok bakteri ini tersusun oleh sebagian besar
Peptidoglikan, yang mampu mengikat zat warna dan tidak rusak saat dicuci dengan alkohol.
Sementara itu, bakteri Gram negatif memiliki komposisi dinding sel yang sebagian besar
tersusun dari lapisan lipid, sehingga pada saat pewarnaan kurang dapat mempertahankan zat
warna utama terutama saat dicuci dengan alkohol (lipid rusak saat dicuci dengan alkohol),
akibatnya kelompok bakteri ini memberikan kenampakan warna merah (warna dari zat
warna ke dua: safranin atau air fuchsin) di akhir kegiatan pewarnaan Gram. Contoh dari
bakteri gram positif ialah Clostridium perfringens, Staphylococcus aureas, Neisseria
gonnorrhoaeae, Treponema pallidum, Vibrio cholerae dan Bacillus subtilis sedangkan
bakteri gram negatif misalnya adalah Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan
Eschericia coli. Beberapa bakteri tidak terwarnai dengan pewarnaan gram, misalnya
Mycobacterium sp, karena dinding selnya mengandung banyak lipid, sehingga digunakan
pewarnaan tahan asam untuk mengidentifikasinya. Pada pewarnaan tersebut sel bakteri akan
berwarna merah tetapi sel jaringan akan berwarna hijau.

2.3 Pewarnaan sederhana


Bakteri jika dilihat di bawah mikroskop akan sulit diamati karena bentuknya transparan.
Untuk memudahkan pengamatan morfologi mikroskopi bakteri, maka dapat dilakukan
prosedur pewarnaan. Prosedur pewarnaan sederhana untuk mengamati bentuk sel bakteri ada
beberapa macam diantaranya pewarnaan positif dengan pewarna basa, pewarnaan negative
dengan pewarna asam (Prasetya, 2019). Pewarnaan sederhana, pewarna yang digunakan satu
pewarna tunggal dalam berbentuk cairan atau terlarut dalam alkohol. Pada pewarnaan ini
hanya dapat untuk melihat bentuk selular dan bentuk dasar bekteri (Murwani, 2015).
Pewarnaan Sederhana (Pewarnaan Positif). Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan
bakteri di atas object glass yang kemudian difiksasi. Jangan menggunakan suspensi bakteri
yang terlalu padat, tapi jika suspensi bakteri terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan saat
mencari bakteri dengan mikroskop. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan
melekatkan sel bakteri pada object glass tanpa merusak struktur selnya (Campbell dan Reece,
2005). Pewarnaan sederhana hanya menggunakan satu pewarna dan ditunjukkan terutama
untuk mengetahui morfologi bakteri . Beberapa pewarna yang sering digunakan pada
pewarnaan sederhana adalah methilen biru, carbolfuchsin (karbol fuksin), crystal violet
(Kristal violet) dan safranin. Warna bakteri sesuai dengan pewarna yang digunakan
(Murwani, 2015) Tujuan dari pewarnaan sederhana adalah mengidentifikasi morfologi sel
bakteri dengan menggunakan zat warna tunggal. Prinsipnya yaitu pewarnaan ini hanya
menggunakan satu macam zat warna saja. Sebelum zat warna difiksasi terlebih dahulu
pewarnaan ini dipakai untuk melihat bentuk-bentuk bakteri. Zat warna yang di gunakan
adalah Methylen blue, Crystal violet, basic fuchin atau safranin . Fungsi zat warna: Crystal
violet merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna mikrioorganisme
target. Crystal violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme
yang bersifat asam (Sutedjo, 1991)

2.4 Pewarnaan Negatif


Pewarnaan Negatif dan Reagen yang digunakan dalam Pewarnaan Mikroorganisme
Pewarnaan Negatif. Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna basa. Tapi mudah
dilihat dengan pewarnaan negatif. Zat warna tidak akan mewarnai sel melainkan mewarnai
lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak transparan dengan latar belakang hitam
(Campbell dan Reece, 2005). Pada pewarnaan negative yang digunakan adalah pewarna
asam. Pewarna asam tidak mewarnai sel bakteri, melainkan mewarnai latar belakangnya.
Pewarna yang digunakan pada pewarnaan negative adalah tinta India atau nigrosin (Prasetya,
2019). Pada dasarnya pewarnaan negatif bukan digunakan untuk mewarnai bakteri, tetapi
mewarnai latar belakangnya menjadi gelap, zat warna tidak akan mewarnai sel melainkan
mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga bakteri tampak transparan dengan latar belakang
hitam.

2.5 Pewarnaan diferensia, pewarna gram, tahan asam, kapsul, spora dan flagel
1. Pewarnaan differensia
Pewarnaan differensial dibagi pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam
a. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies
bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus
dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap
cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding
selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme
yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang
tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies
tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki
sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga
menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang
umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa,
seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
1. Zat warna utama (violet kristal)
2. Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan
warna utama.
3. Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang
digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
4. Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-
sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
b. Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi
tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna
khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat
warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat
sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam
(BTA).
Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri
penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa cara
pewarnaan tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut Ziehl-
Neelsen.(anonymous,2009)
2.Pewarnaan kapsul
Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai
pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air
dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang. Yang
berwana biru gelap.

3. Pewarnaan Spora
Spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa, diperlukan teknik
pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora yang paling banyak digunakan.
Endospora sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan endspores, perlu dilakukan
pemanasan supaya cat malachite hijau  bisa masuk ke dalam spora , seperti halnya pada
pewarnaan  Basil Tahan Asam dimana cat  carbol   fuschsin  harus dipanaskan untuk bisa
menembus  lapisan lilin asam mycolic  dari Mycobacterium.
Skema prosedur pengecatan Spora Schaeffer Fulton

Protokol   pewarnaan diferensial endospores dan sel vegetatif adalah sebagai berikut:

Prinsip kerja:

Spora kuman mempunyai dinding yang tebal sehingga diperlukan pemanasan agar pori-
pori membesar zat warna fuchsin dapat masuk, dengan pencucian pori-pori kembali
mengecil menyebabkan zat warna fuchsin tidak dapat dilepas walaupun dilunturkan
dengan asam alkohol, sedangkan pada badan bakteri warna fuchsin dilepaskan dan
mengambil warna biru dari methylen blue.

Cara Kerja :

1. Dibuat suspensi kuman, ditambah dengan carbol fuchsin sama banyak.


2. Dipanaskan selama 6 menit pada api kecil atau pada penangas air 80oc selama
10 menit.
3. Dibuat sediaan dan dikeringkan.
4. Dimasukkan kedalam H2SO4 1% selama 2 detik
5. Dimasukkan kedalam alkohol sehingga tidak ada lagi warna merah mengalir.
6. Sediaan dicuci dengan air.
7. Diwarnai dengan methylen blue selama 1 menit kemudian dicuci dan
dikeringkan.
8. Diperiksa dibawah mikroskop.

4.Pewarnaan Flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspense koloid garam asam tanat yang tidak stabil,
sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Mikroskop adalah alat yang menggunakan lensa untuk mendapatkan gambar yang
diperbesar dari obyek yang terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mikroskopi merupakan keahlian dalam menggunakan mikroskop, atau teknik yang
digunakan  untuk menghasilkan detail struktur gambar dari obyek kecil yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang.

2. Reager pewarnaan mikroorganisme dengan metode ini bakteri dibedakan menjadi 2 yaitu
bakteri gram positif dan bakteri gram negative.

3. Pewarnaan sederhana, pewarna yang digunakan satu pewarna tunggal dalam berbentuk
cairan atau terlarut dalam alkohol. Pada pewarnaan ini hanya dapat untuk melihat bentuk
selular dan bentuk dasar bekteri.

4. Pada pewarnaan negative yang digunakan adalah pewarna asam. Pewarna asam tidak
mewarnai sel bakteri, melainkan mewarnai latar belakangnya. Pewarna yang digunakan
pada pewarnaan negative adalah tinta India atau nigrosine.

5. Pewarnaan differensial dibagi pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Pewarna
kapsul pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, pewarnaan klein adalah
pewarnaan spora yang paling banyak digunakan. Pewarnaan flagel dengan memberi
suspense koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal
pada dinding sel dan flagel.

Anda mungkin juga menyukai