Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mnghilangkan semua
mikroorganisme termasuk endospora bakeri dari benda-benda mati/instrumen. Sterilisasi
dapat dilakukan dalam beberapa cara, salah satunya dengan bahan kimia. Banyak zat
kimia dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme berkisar dari unsur logam
berat seperti perak dan tembaga sampai kepada molekul organik yang kompleks seperti
persenyawaan amonium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek anti
mikrobialnya dalam berbagai cara dan terhadap berbagai macam mikroorganisme.
Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda. Ada yang serasi dan
ada yang bersifat merusak. Karena ini dan juga karena variable-variabel lain, maka perlu
sekali diketahui terlebih dahulu perilaku suatu bahan kimia sebelum digunakan untuk
menerapkan praktis tertentu.
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang
bersifat mikroskopik yang disebut mikroorganisme atau jasad renik, yaitu makhluk yang
mempunyai ukuran sel sangat kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan
pertolongan mikroskop. Dalam teknologi pangan, mikrobiologi merupakan ilmu yang
sangat penting, misalnya dalam hubungannya dengan kerusakan atau kebusukan makanan
sehingga dapat diketahui tindakan pencegahan atau pengawetan yang paling tepat untuk
menghindari terjadinya kerusakan tersebut. Di samping itu, mikrobiologi juga penting
dalam fermentasi makanan, sanitasi, pengawasan mutu pangan, dan sebagainya. Adanya
jasad renik di dalam makanan mungkin tidak diinginkan jika jasad renik tersebut dapat
menyebabkan kerusakan dan kebusukan makanan, atau menyebabkan keracunan bagi
yang mengkonsumsinya. Tetapi dalam fermentasi makanan dan minuman, pertumbuhan
jasad renik justru dirangsang untuk mengubah komponen-komponen di dalam bahan
pangan tersebut menjadi produk-produk yang diinginkan.
Di dalam pekerjaan mikrobiologi seringkali kita tidak terlepas dari alat-alat yang
berada dalam laboratorium. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang fungsi dan sifat-
sifat dari alat yang digunakan. Peralatan yang digunakan pada laboratorium mikrobiologi

1 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


hampir sama dengan peralatan-peralatan yang umumnya digunakan di laboratorium kimia
yaitu berupa alat-alat gelas antara lain : tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur dan pipet
volumetrik, labu ukur (tentukur), labu erlenmeyer, gelas piala, pH meter, gelas arloji,
termometer, botol tetes, pembakar spiritus, kaki tiga dengan kawat asbes dan rak tabung.
Di samping peralatan gelas tersebut pada laboratorium mikrobiologi masih ada
sejumlah alat yang khusus antara lain: otoklaf, oven, mikroskop, jarum ose (inokulasi),
jarum preparat, gelas objek, kaca penutup, keranjang kawat untuk sterilisasi, inkubator
untuk membiakkan mikroorganisme dengan suhu yang konstan, spektrofotometer untuk
mengukur kepekatan suspensi atau larutan. Penangas air untuk mencairkan medium,
maknetik stirrer untuk mengaduk dan tabung durham untuk penelitian fermentasi.
Di dalam pekerjaan mikrobiologi dibutuhkan alat yang khusus untuk melihat
mikroorganisme. Salah satu alat yang sering digunakan adalah mikroskop. Mikroskop
merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati objek yang berukuran
kecil. Mikroskop dalam bahasa Yunani dari micron yaitu kecil dan scopos yaitu tujuan.
Jadi, mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil. Ilmu yang
mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata
mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Daya pembesaran
mikroskop menyebabkan kita dapat melihat struktur mikroorganisme yang tidak dapat
terlihat dengan mata telanjang. Pembesaran yang dapat mikroskop adalah sekitar 100 kali
sampai 400.000 kali. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan objek yang
diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi
(mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan
menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop electron.
Berdasarkan konstruksi dan kegunaan, maka mikroskop cahaya dibagi menjadi
biological microscope (mikroskop biologis) dan stereo microscope (mikroskop stereo).
Berdasarkan cahaya yang melewati mikroskop maka mikroskop cahaya dibagi menjadi
mikroskop stereo, mikroskop medan terang, mikroskop fourensensi, mikroskop fase
kontras, mikroskop interferensi, mikroskop polarisasi, dan mikroskop ultraviolet.
Perbesaran yang dicapai oleh suatu mikroskop adalah hasil kerja dua sistem lensa
yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif yang terdekat dengan spesimen, dan
lensa okuler, terletak pada ujung atas mikroskop, terdekat dengan mata. Sistem lensa

2 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


objektif memberikan perbesaran mula-mula dan menghasilkan bayangan nyata yang
kemudian diproyeksikan ke atas lensa okuler. Bayangan nyata tersebut, pada gilirannya,
diperbesar oleh okuler untuk menghasilkan bayangan pada mikroskop.
Pada mikroskop cahaya atau mikroskop monokuler mempunyai perbesaran
maksimum 1000 kali. Mikroskop ini mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan
tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa
yaitu lensa objektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa okuler bisa berbentuk lensa
tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat
tempat dudukan lensa objektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung
mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang
ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa-lensa
mikroskop yang lain.
Kondensor adalah sistem lensa pengumpul cahaya di bawah pentas yang
memusatkan cahaya yang tersedia pada spesimen. Kondensor dapat digerakkan ke atas
dan ke bawah oleh pengatur kondensor. Kondensor berfungsi untuk mendukung
terciptanya pencahayaan pada objek yang akan difokus, sehingga bila pengaturannya
tepat akan diperolehdaya pisah maksimal. Jika daya pisah kurang maksimal, dua benda
akan tampak menjadi satu. Perbesaran akan kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop
kurang baik
Pada pengerjaan mikrobiologi, diperlukan suatu kondisi yang benar-benar aseptik
dimana alat penunjang serta nutrient dan substrat harus benar-benar steril. Hal ini berarti
mikroba kontaminan harus dimatikan. Sterilisasi dilakukan pada suhu 121 oC selama 30
menit, yaitu agar spora atau mikroba dapat dimatikan. Spora adalah sel istirahat yang
resisitan terhadap panas dan lingkungan yang berfungsi sebagai tunas untuk berkembang
biak selanjutnya. Udara tekan yang digunakan juga harus dalam kondisi steril. Substrat
yang berisi nutrien tidak peka terhadap suhu, maka sterilisasi media substrat dilakukan
pada 138 oC selama 5 menit. Pada substrat yang berisi nutrien tetapi peka terhadap suhu,
maka sterilisasi media substrat dilakukan dengan penyaringan bertekanan melalui
saringan milipore diameter 0,22 µm .
Yang dimaksud sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk
mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ketika untuk

3 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptic, sesungguhnya hal
itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun, kebanyakan
peralatan dan media yang umum dipakai di dalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi
rusak bila dibakar. Untungnya tersedia berbagai metode lain yang efektif .

1.2 Pengertian Teknik Aseptis

Teknis aseptis merupakan suatu teknis yang dilakukan dalam pemindahbiakan


bakteri agar bakteri yang dibiakan tidak mengalami kontaminasi, dengan teknis aseptis
diharapkan bakteri yang dipindahbiakan mempertahankan kemurniannya.
Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari
kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis digunakan
sepanjang kegiatan berlangsung, baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun
praktikannya. Untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode sterilisasi.
Penguasaan teknik aseptik ini sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium
mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari
oleh ahli mikrobiologi.

1.3 Rumusan Masalah.


Dalam makalah ini membahas hanya seputar sifat, kegunaan dan cara dari bahan-
bahan kimia yang sering digunakan dalam sterilisasi.
Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa kelas persenyawaan yang digunakan
untuk mengendalikan populasi mikrobe, menguraikan cara kerjanya, serta menunjukkan
penerapan praktisnya.

1.4 Tujuan Penulisan.


Adapun tujuan dari makalah ini diharapkan dapat :
1. Menambah pengetahuan mahasiswa khususnya dalam melakukan sterilisasisecara
benar.
2. Mengetahui bahan kimia yang digunakan dalam sterilisasi.
3. Mengaplikasikannya di dalam masyarakat sebagai bentuk perlindungan infeksi.

4 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Zat Kimia Untuk Dipakai Mengendalikan Mikroorganisme.


Beribu-ribu zat kimia untuk dipakai mengendalikan mikroorganisme. Penting
sekali untuk memahami ciri-ciri pembeda masing-masing zat ini dalam hal
mikroorganisme apa saja yang dapat dikendalikan serta bagaimana zat-zat tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan pakainya. Setiap zat kimia mempunyai keterbatasan dalam
keefektifannya. Bila digunakan dalam kondisi praktis, keterbatasan-keterbatasan ini perlu
diamati. Lagi pula, tujuan yang dikehendaki dalam pengendalian mikroorganisme tidak
selalu sama. Pada beberapa kasus mungkin perlu mematikan semua mikroorganisme
(sterilisasi). Sedangkan pada kasus lain mungkin cukup mematikan sebagian besar
mikroorganisme tetapi tidak semua (sanitasi). Dengan demikian pemilihan suatu bahan
kimia untuk penggunaan praktis dipengaruhi juga oleh hasil antimikrobial yang
diharapkan dari padanya.

2.2 Cara Kerja Zat-Zat Kimia Dalam Menghambat Mikroorganisme.


Cara kerja zat-zat kimia dalam menghambat atau mematikan mikroorganisme itu
berbeda-beda. Beberapa di antaranya mengubah struktur dinding sel atau membran sel
dan yang lain menghambat sintesis komponen-komponen selular yang vital atau yang
mengubah keadaan fisik bahan selular.
Pengetahuan mengenai perilaku khusus tentang bagaimana suatu zat kimia
menghasilkan efek anti mikrobial itu sangat berguna baik untuk mempertimbangkan
kemungkinannya bagi penggunaan praktis maupun untuk mengusulkan perbaikan-
perbaikan apa yang mungkin dilakukan untuk merancang bahan-bahan kimia baru.

2.3 Perkembangan Metode-Metode Baru Untuk Sterilisasi.


Perkembangan produk-produk baru kadang-kadang mengisyaratkan
perkembangan metode-metode baru untuk sterilisasinya. Misalnya, alat-alat kedokteran
yang terbuat dari plastik tidak dapat disterilkan dengan autoklaf tanpa merusaknya
sehingga dikembangkan peralatan komersial yang menggunakan etilenokside. Bahan-

5 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


bahan kimia baru masih terus-menerus disintesisi dan dievaluasi kemampuan
antimikrobialnya dengan harapan dapat menemukan bahan-bahan antimikrobe yang lebih
efektif.

2.4 Teknik Sterilisasi.


Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik,
fisik dan kimiawi.
1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi)
Di dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan
yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang
peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan
tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang
digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan saringan. Didalam
mikrobiologi penyaringan secara fisik paling banyak digunakan adalah dalam
penggunaan filter khusus misalntya filter berkefeld, filter chamberland, dan filter
seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada tujuan penyaringan dan benda
yang akan disaring.
Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui
suatu bahan penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan
mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar sedangkan
cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring tertentu juga
mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang
umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan
medium masih harus dipanasi dalam otoklaf. Penyaringan dilakukan untuk
mensterilkan substansi yang peka tehadap panas seperti serum,enzim,toksin
kuman,ekstrak sel,dsb.

6 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


2. Sterilisasi Secara Fisik
A. Sterilisasi Secara Fisik Menggunakan Metode Pemanasan
Pada umumnya dikerjakanuntuk bahan dan alat tahan panas. Sterilisasi
dengan panas merupakan metode yang relatif efisien, dapat dipercaya, dan
relatif tidak mahal.Mikroorganisme dapt tumbuh pada berbagai temperatur,
tetapi pertumbuhannya dapat dihambat atau dihentikan bila suhu tumbuhnya
diubah. Bila suhu tumbuhnya maksimum dinaikkan, maka akan terjadi
perubahan molekul organiknya sehingga mikrobe tersebut akan mati.
Sterilisasi dengan pemanasan ada dua macam, yaitu :
1. Sterilisasi Dengan Pemanasan Kering
Prinsip kerja dengan pemanasan kering adalah menyebabkan
denaturasi protein dan efek toksik akibat kenaikan kadar elektrolit dalam
pembunuhan kuman.
 Teknik sterilisasi dengan pemanasan kering :
a. Pembakaran Langsung
Teknik pembakaran langsung merupakan teknik sterilisasi
tercepat dan 100% efektif. Kelemahan teknik ini terbatas pada
penggunaannya. Caranya yaitu dengan membakar peralatan samai
pijar.
Cara ini dapat menggunakan api gas tidak berwarna atau
pembakar spirtus. Caranya sangat sederhana, cepat dan menjamin
sterilitas dari bahan yang disterilkan. Namun, penggunaannya sangat
terbatas hanya pada beberapa alat saja.
Alat-alat yang dapat disterilkan dengan cara ini adalah:
a. Pincet
b. Penjapit
c. Kroes
d. Alat dari gelas/porcelin
e. Batang pengaduk
f. Kaca arloji
g. Mulut wadah

7 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


h. Mortil dan stamfer
 Penyeterilan memakai udara panas(kering)
Sterilisasi dengan udara panas dianjurkan apabila penggunaan uap
bertekanan tidak dikehendaki atau bila terjadi kontak antara uap
bertekanan dengan benda yang akan disterilkan. Sterilisasi dengan cara ini
memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan cara
pembakaran secara langsung, karena energi panas sulit menetrasi bahan
yang akan disterilkan.
Cara ini digunakan untuk mensterilkan bahan/alat yang tidak dapat
di sterilkan dengan cara pemijaran atau karena sifat fisiknya tidak dapat di
sterilkan dengan uap air yang diakibatkan oleh sukarnya di tembus oleh
uap air. Cara sterilisasi ini berdasarkan oksidasi dengan lemari
pengering(Hot Air Sterilizer) dan dengan gas atau listrik melalui Oven.
Alat-alat yang dapat disterilkan dengan cara ini adalah:
a. Cawan petri
b. Pipet
c. Siring
d. Instrumen
e. Jarum
f. Alat suntik
Bahan-bahan seperti gliserin, parafin petrolatum, perban
petrolatum, serbuk sulfonamida, dan materi-materi lainnya.
2. Sterilisasi Dengan Pemanasan Basah
Ada beberapa cara sterilisasi yang sering digunakan, diantaranya:
a. Dimasak dengan air
Pada prinsipnya cara ini hanya merebus bahan/alat yang akan
disterilkan dalam jangka waktu tertentu, dihitung sejak air mulai
mendidih. Teknik pendidihan dengan air akan dapat membunuh
mikroorganisme dengan cara mengkoagulasikan dan
mendenaturasikan protein sel mikrobe.

8 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


Sebelum direbus, alat-alat harus bersih dari segala kotoran,
seperti feses dan darah dengan perendaman dalam air terlebih dahulu.
Hampir semua bentuk vegetatif sel bakteri akan hancur dalam waktu
beberapa detik setelah perebusan. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk
spora seperti jamur, kista Protozoa, dan beberapa virus seperti virus
hepatitis.
b. Tindalisasi ( sterilisasi fraksi / sterilisasi intermitten )
Metode ini dengan mendidihkan medium dengan suhu 1000C
dengan uap beberapa menit saja, selama 3 hari berturut-turut. Alat
yang digunakan adalah Arnold Stelizer.
Sterilisasi dengan cara ini juga dapat menggunakan alat yang
menyerupai dandang. Cara ini belum menjamin sterilitas bahan
terutama bagi spora-spora yang berdaya tahan besar.
c. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah suatu cara desinfektan dengan pemanasan
yang pertama kali dilakukan oleh pasteur dengan maksud mengurangi
jumlah mikroorganisme pembusuk 9 perusak ) di dalam anggur tanpa
merusak anggur tersebut. Cara ini terutama dipakai untuk sterilisasi
yang tidak tahan pemanasan tinggi, atau bahan-bahan yang karena
keadaan fisiknya tidak mungkin disterilkan dengan cara penyaringan
bakteri.
d. Dengan uap air jenuh bertekanan tinggi(autoklaf)
Cara ini memberikan jaminan sterilitas yang terbaik untuk alat-
alat atau bahan yang di sterilkan. Keberhasilan sterilisasi dengan
autoklaf sangat tergantung pada kualitas uap air. Kualitas uap air
adalah berat dari uap kering yang terdapat dalam campuran dari uap
air jenuh dan air.
Prinsip kerja autoklaf sama dengan “pressure cooker:” ketika
molekul air menjadi panas, maka daya penetrasinya bertambah. Alat-
alatdan bahan yang akan disterilakan sebaiknya ditempatkan dalam

9 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


beberapa botol yang agak kecil daripada dikumpulkan dalam satu
botol yang besar.
3. Sterilisasi Secara Fisik Menggunakan Metode Pembekuan
Suhu rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
dengan cara megninaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam proses
metabolisme mikrobe tersebut. Proses pembekuan dapat menimbukan
partikel-partikel es di dalam sel mikroorganisme, sehingga dinding sel
mikrobe menjadi rusak. Tetapi proses pembekuan tidak efektif untuk
membasmi spora.
4. Sterilisasi Secara Fisik Menggunakan Metode Pengeringan
Sterilisasi dengan pengeringan akan dapat menghentikan atau
mengurangi akyivitas metabolik dan kemudian diikuti kematian mikrobe.
5. Sterilisasi Secara Fisik Menggunakan Metode Liofilisas
Dengan teknik ini, mikroorganisme diberi perlakuan dehidrasi
yang ekstrim dalam keadaan beku dan kemudian ditutup rapat dalam
keadaan vakum. Sebenarnya liofilisasi lebih merupakan proses
pengawetan daripada pembasmian mikroorganisme.
6. Sterilisasi Secara Fisik Menggunakan Metode Radiasi
a. Sterilisasi dengan Sinar Ultra Violet
b. Sterilisasi dengan Sinar X
c. Sterilisasi dengan Sinar Gamma
d. Sterilisasi dengan Sinar Katode

3. Sterilisaisi Secara Kimiawi.


Sterilisasi secara kimia yaitu dengan penambahan zat-zat tertentu yang
umumnya berupa zat-zat kimia. Sterilisasi dengan cara ini tidak selalu mematikan
seluruh mikroba, terutama mikroba dalam bentuk spora tidak terbasmi
keseluruhan, oleh karena itu cara ini lebih tepat dinamakan pencuci-hamaan.
Sterilisasi dengan cara ini biasanya hanya diperuntukkan sterilisasi ruangan atau
jenis peralatan tertentu saja. Bahan-bahan kimia yang banyak digunakan dalam
proses sterilisasi ini adalah termasuk golongan:

10 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


a. Pencuci hama
b. Bakterisida
c. Fungisida
d. Antiseptika : Kerja zat kimia tersebut alah melawan infeksi atau mencegah
pertumbuhan atau kerja mikroorganisme dengan cara menghancurkannya atau
menghambat pertumbuhannya.
e. Bakteriostatika
f. Fungistatika
g. Antibiotika
h. Disinfeksi : Membunuh organisme-organisme patogen, kecuali spora kuman
dengan fisik dan kimiawi, dilakukan terhadap benda mati.
i. Desinfektan : Merupakan agen yang sangat toksik terhadap semua jenis
mikroba. Efektivitasnya terutama ditentukan oleh berbagai kondisi sewaktu
digunakan.

2.5 Ciri-Ciri Suatu Disinfektan Yang Ideal.


1. Aktivitas antimicrobial.
2. Kelarutan.
3. Stabilitas.
4. Tidak bersifat racun bagi manusia maupun hewan lain.
5. Keserbasamaan (homogeneity).
6. Tidak bergabung dengan bahan organic.
7. Aktivitas antimikrobial pada suhu kamar atau suhu tubuh.
8. Kemampuan untuk menembus.
9. Tidak menimbulkan karat dan warna.
10. Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
11. Berkemampuan sebagai detergen.
12. Ketersediaan dan biaya.

11 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih bahan antimikrobial
kimiawi dengan tujuan praktis:
1. Sifat bahan yang akan diberi perlakuan
2. Tipe mikroorganisme.
3. Keadaan lingkungan.

Menurut Lay dan Hastowo (1992), bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada
suhu yang tinggi dapat disterilkan secara kimiawi dengan menggunakan gas. Bahan kimia
yang sering digunakan antara lain :
1. Alkohol.
2. Khlor.
3. Yodium.
4. Formaldehida 8 %.
5. Glutaraldehide.
6. Gas etilen oksida.
7. Natrium diklorososianurat.
8. Kloramina.
9. Klor dioksida.
10. Senyawa fenolik.
11. Senyawa Amonium Kuartener.
12. Hidrogen peroksida dan peracis.

2.6. Kelompok-Kelompok Utama Bahan Antimikrobial Kimiawi.


a. Fenol dan persenyawaan fenolat.
Fenol (asam karbolat), yang digunakan untuk pertama kalinya oleh
Lister sekitar tahun 1860-an di dalam pekerjaannya untuk mengembangkan
teknik-teknik pembedahan aseptik, telah lama merupakan standar pembanding
bagi desinfektan lain untuk mengevaluasi aktivitas bakterisidanya. Pada masa
kini telah tersedia banyak desinfektan lain jauh.

12 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


b. Alkohol.
Sterilisasi dengan bahan kimia digunakan alkohol 70 %. Menurut
Gupte (1990), etil alkohol sangan efektif pada kadar 70 % daripada 100 % dan
ini tidak membunuh spora. Sterilisasi dengan alkohol dilakukan pada proses
pembuatan kultur stok dan teknik isolasi. Alkohol 70 % disemprotkan pada
tangan praktikan dan alat-alat seperti makropipet dan mikropipet. Menurut
Volk dan Wheeler (1988), alkohol bila digunakan pada kulit kontaknya terlalu
pendek untuk menimbulkan banyak efek germisida dan alkohol segera
menguap karena sifatnya mudah menguap. Namun alkohol dapat
menyingkirkan minyak, partikel debu, dan bakteri. Menurut Gupte (1990),
alkohol 70 % dapat menyebabkan denaturasi protein dan koagulaasi.
c. Halogen.
d. Logam berat dan persenyawaannya.
e. Deterjen.
f. Aldehide.
g. Kemosterilisator gas.

2.7. Jenis Peralatan Kesehatan Yang Dapat Disterilkan.


Jenis Peralatan kesehatan yang dapat disterilkan antara lain yaitu :
1) Peralatan kesehatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting,
speculum dan lain-lain.
2) Peralatan kesehatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung
kimia dan lain-lain.
3) Peralatan kesehatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan,
pipa penduga lambung, drain dan lain-lain.
4) Peralatan kesehatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule
trachea dan lain-lain.
5) Peralatan kesehatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken),
baskom dan lain-lain.
6) Peralatan kesehatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir,
piring dan lain-lain.

13 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


7) Peralatan kesehatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang i8nfus dan lain-
lain.
8) Peralatan kesehatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon,
doek operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain.

2.8 Alat-Alat Sterilisasi


Alat-alat sterilisasi meliputi Otoclaf, Oven, Ozonsterilizer, dan Lampu Spritus.
Oven merupakan alat sterilisasi dengan menggunakan udara panas kering, dimana oven
berfungsi mensterilisasi alat-alat gelas yang tidak bersekala. Perinsip dari oven ini sendiri
adalah menghancurkan lisis mikroba menggunakan udara panas kering.
Ozonsterilizer berfungsi mensterilisasikan alat-alat yang tidak bersekala.
Ozonsterilizer terdiri atas dua bagian, yakni bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas
ozonsterilizer mempunyai prinsip kerja membunuh mikroba menggunakan ozon (O3),
dimana ozon dapat merusak mekanisme dari mikroba sehingga sel protein pada mikroba
mengalami oksidasi yang mengakibatkan perubahan fungsi dan kematian pada mikroba,
dan ozon (O3) itu sendiri bersifat racun. Bagian bawah dari ozonsterilizer (elektra)
berfungsi mensterilisasikan medium menggunakan sinar lampu dengan panas tinggi,
dimana cara kerjanya hampir sama dengan oven.
Otoclaf berfungsi mensterilisasikan alat-alat bersekala menggunakan uap air
panas. Dimana uap air panas akan merusak protein mikroba hingga mengalami koogulasi,
pada saat itu protein akan mengendap (denaturasi) dan menyebabkan kematian pada
mikroba. Saat penggunaan otoclaf penutupan harus benar-benar rapat agar uap air yang
bertekanan tinggi masuk kedalam atau beruduksi ke alat.
Lampu spritus merupakan alat yang digunakan untuk pemijaran serta untuk
mensterilisasikan mikroba. Lampu spritus juga mempunyai fungsi lain, yakni
mengamankan praktikan pada saat melakukan penanaman medium.

14 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masing-masing bahan disinfektan tersebut mempunyai karakteristik sendiri dan
tidak dapat saling mengganti satu sama lain. Karakteristik disinfektan yang ideal yaitu
bersprektum luas, membunuh kuman secara cepat, tidak dipengaruhi faktor lingkungan,
tidak toksik, tidak korosif atau merusak bahan, tidak berbau, mudah pemakaiaanya,
ekonomis, larut dalam air, dan mempunyai efek pembersih.
Sterilisasi dengan kimiawi dapat dilakukan dengan bahan klor, alkohol, yodium,
formaldehida 8 %, glutaraldehide dan lain-lain.
Alat-alat Sterilisasi : Ozontsterilizer, Oven, Otoclaf, Lampu spiritus, Alat-alat
Perhitungan Koloni Mikroorganisme, Coloni counter.

3.2 Saran
Sebelum melakukan sterilisasi dengan kimiawi perlu dikaji terlebih dahulu benda
yang akan di sterilisasi. Setelah itu pilih bahan yang efektif sesuai dengan tujuan
sterilisasi. Saat memegang alat sebaiknya praktikan menggunakan handspon, agar
dipastikan alat benar-benar steril.

15 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN


DAFTAR PUSTAKA

Pelczar,M.J, E.C.S. Chan. 1988. “Dasar-Dasar Mikrobiologi”. Jilid 2. Jakarta :

Universitas Indonesia (UI- Press).

Anonim, 1995 Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta.

Fardiaz, Srikandi. 1992. ikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan. PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

Lay, B. W. dan Hastowo. 1982.Mikrobiologi. Rajawali Press Jakarta.

Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. PT.Gramedia.Jakarta.

Volk, W.A. dan Wheeler, M.F. 1988. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta

16 Sterilisasi Dan Aseptis UNMA BANTEN

Anda mungkin juga menyukai