Anda di halaman 1dari 89

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT

LAPORAN LENGKAP

OLEH

NAMA : MUHAMMAD LUTHFI SHAFWAN


NIM : L011191019
KELOMPOK : 5A
ASISTEN : MUKARRAMA

LABOLATORIUM MIKROBIOLOGI LAUT


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN LENGKAP
Judul : Praktikum Fisiologi Biota Laut
Nama Mahasiswa : Muhammad Luthfi Shafwan
Nomor Pokok : L011191019
Program Studi : Ilmu Kelautan

Laporan lengkap telah dipersiksa dan disetujui oleh :

Mukarrama Dr. Widyastuti, S. Kel.


Asisten Koordinator Praktikum

Tanggal Lulus : 18 Mei 2021

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PRAKTIKUM I
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN
NAMA : MUHAMMAD LUTHFI SHAFWAN
NIM : L011191019
KELOMPOK : 5-A

LABOLATORIUM MIKROBIOLOGI LAUT


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN & PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang berukuran sangat kecil sehingga tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan harus menggunakan bantuan mikroskop. Organisme
yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau sering disebut mikroba ataupun jasad
renik. Saat ini, mikrobiologi sangat berkembang luas pada berbagai bidang ilmu pengetahuan,
misalnya pertanian, industri, kesehatan, lingkungan hidup, bidang pangan, bahkan bidang antariksa
(Waluyo, 2009).
Setiap percobaan menggunakan alat-alat yang berbeda ataupun sama namun ukurannya berbeda.
Maka dari itu kita harus bisa menyesuaikan dan menggunakan peralatan untuk melakukan praktikum
(Mored, 2005). Praktikan harus mengetahui bagaimana menggunakan alat-alat tersebut dengan benar
agar tidak mengganggu jalannya praktikum misalnya kecelakaan kerja akibat kesalahan praktikan.
Pengenalan alat akan berguna untuk praktikum kedepannya dan juga mengurangi resiko terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan. Praktikan tidak dapat lansung menggunakan alat-alat laboratorium
tanpa mengetahui cara penggunaan alat tersebut (Mored, 2005).
Untuk peruntukan laboratorium yakni dalam pengamatan mikroorganisme dibutuhkan alat yang
bahan khusus pada setiap penilitian dan tiap-tap alat dan bahan tersebut memiliki peruntukan nya
masing-masing. Adapaun alat-alat yang digunakan pada praktikum dibagi menjadi 3 jenis yaitu alat
elektrik, kaca dan non-kaca.

B. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dilaksanakannya praktikum pengenalan alat laboratorium mikrobiologi yaitu mahasiswa
diharapkan mampu, mengenali alat-alat yang akan digunakan dan bagian-bagiannya, mengetahui
jenis bahan setiap alat, dan menggunakan alat sesuai dengan fungsinya masing-masing dan cara
kerja alat-alat tersebut.

C. Ruang Lingkup
Praktikum ini alat meliputi alat-alat dan bahan di laboratorium mikrobiologi laut termasuk bagian-
bagian dari alat, prinsip kerja serta fungsinya

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mikrobiologi
Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari kehidupan mikroorganisme
atau disebut “mikroba” yang hanya dapat dilihat dengan alat bantu disebut mikroskop. Mikrobiologi
merupakan salah satu kompleks terbesar dari ilmu biologi yang berhubungan dengan berbagai disiplin
ilmu dalam biologi. Selain memperlajari tentang kehidupan mikroba, mikrobiologi juga berkaitan
dengan interaksi antara mikroba dengan manusia dan mikroba dengan lingkungan [ CITATION Pra17 \l
1033 ].
Setiap percobaan menggunakan alat-alat yang berbeda ataupun sama namun ukurannya
berbeda. Maka dari itu kita harus bisa menyesuaikan dan menggunakan peralatan untuk melakukan
praktikum (Mored, 2005). Praktikan harus mengetahui bagaimana menggunakan alat-alat tersebut
dengan benar agar tidak mengganggu jalannya praktikum misalnya kecelakaan kerja akibat
kesalahan praktikan. Pengenalan alat akan berguna untuk praktikum kedepannya dan juga
mengurangi resiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Praktikan tidak dapat lansung
menggunakan alat-alat laboratorium tanpa mengetahui cara penggunaan alat tersebut (Mored, 2005).
Mikroorganisme dalam laut merupakan salah satu sumber daya yang memiliki potensi sebagai
sumber senyawa bioaktif. Bakteri laut yang miskin nutrisi, banyak dijumpai membentuk mekanisme
hidup dengan cara berasosiasi dengan berbagai organisme laut lainnya, seperti spons dan karang.
Spons merupakan biota laut yang tersebar pada perairan pantai yang dangkal hingga perairan yang
dalam (Marzuki, 2014).

B. Alat – alat Mikrobiologi


Beberapa alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dalam laboratorium dan
dijelaskan juga fungsi , cara penggunaan alat serta prinsip kerjanya masing-masing. Alat-alat yang
digunakan dalam melaksanakan praktikum terbagi atas 3 macam alat yaitu alat elektri, gelas
dan non gelas [ CITATION And16 \l 1033 ].
1. Inkubator
Inkubator merupakan alat yang digunakan untuk menginkubasi mikroba pada suhu
tertentu. Inkubator digunakan untuk menumbuhkan bakteri, jamur, dan menyimpan biakan
murni pada suhu rendah.Inkubator memiliki sekat kaca antara bagian dalam inkubator dan
pintu yang fungsinya untuk melihat biakan mikroba tanpa membuka sekat dalam, sehingga
kondisi dalam inkubator tetap terjaga [ CITATION Yus17 \l 1033 ].
2. Oven
Oven berfungsi untuk mensterilkan alat-alat gelas yang tahan terhadap panas.
Digunakan pada sterilisasi udara kering dengan membebaskan alat-alat dari segala macam
kehidupan (mikroba) tanpa kelembaban. Cara menggunakannya yaitu dengan  memasukkan
alat-alat yang telah dibungkus dengan kertas yang akan disterilkan ke dalam oven dan
menyusunnya pada rak, kemudian memanaskannya di atas api (Adriani, 2016).
3. Autoklaf
Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi alat, bahan, atau media tertentu
dengan menggunakan uap panas pertekanan. Alat ini menggunakan uap air panas bertekanan
kira 2 atm (=15 Psi) dengan lama strerilisasi umumnya 15 menit (Yusmaniar dkk., 2017).
4. Laminar Air Flow
Laminar Air Flow berfungsi untuk pengerjaan secara aseptis karena mempunyai pola
pengaturan dan penyaringan aliran udara sehingga aseptis dan aplikasi sinar UV beberapa
jam sebelum digunakan. Cara kerjanya atur alat dan bahan yang telah dimasukan ke
laminar air flow sedemikian rupa sehingga efektif dalam bekerja dan tercipta areal yang
benar-benar steril. Kerja secara aseptis dan jangan sampai pola aliran udara terganggu oleh
aktivitas. kerja. Setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit supaya kontaminan tidak keluar
dari laminar air flow [ CITATION And16 \l 1033 ].
5. Colony Counter
Coloni Counter berfungsi untuk menghitung koloni mikrobia dalam kulit. Cara
menggunakannya yaitu setelah ON menyimpan cawan petri yang didalamnya berisi bakteri
atau jamur ke dalam kamar hitung, mengatur alat penghitung pada posisi 000 dan mulai
menghitung dengan menggunakan jarum penunjuk sambil melihat jumlah pada layar hitung.
Fungsi dari alat ini adalah untuk menghitung jumlah koloni dari bakteri [ CITATION And16 \l
1033 ].
6. Kulkas/ Refrigerator
Kulkas/ Refrigerator yaitu suatu alat elektronik yang digunakan untuk menyimpan
bahan atau alat yang telah disterilisasi dengan proses pendinginan. Prinsip kerjanya yaitu,
mengawetkan mikroba/medium sesuai pada suhu yang diinginkan [ CITATION And16 \l 1033 ].
7. Hot Plate
Hot plate berfungsi untuk memanaskan larutan dan mencairkan media yang padat. pH
indikator universal. Prinsip kerjanya yaitu dengan menempelkan kertas pH indicator ini
kebenda yang akan di uji pH-nya, ada tingkatan warna tertentu yangmenyatakannilai atau
tingkatan pH-nya [ CITATION And16 \l 1033 ].
8. Mikroskop
Mikroskop adalah sebuah alat pada laboratorium yang memilik fungsi utama untuk
melihat sesuatu yang berukuran mikroskopis. Mikroskop terbuat dari logam anti karat yang
memiliki 2 lensa utama yaitu lensa okuler dan objektif dan pada lensa okuler perbesaran nya
dapat terdiri dari beberapa macam hingga ribuan kali. Salah satu alat untuk melihat sel
mikroba adalah mikroskop cahaya. Dengan mikroskop dapat mengamati sel bakteri yang tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada umumnya, mata tidak mampu membedakan benda
dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm (Adrian, 2016).
9. Tabung Reaksi
Tabung reaksi berfungsi sebagai media pertumbuhan dan penampungan cairan.
Prinsip kerjanya yaitu pada waktu memanaskan media yang ada didalam tabung reaksi,
tabung reaksi harus berada dalam keadaan miring diatas nyala api dan mulut tabung jangan
sekali-kali menghadap pada diri kita atau orang lain. Tabung reaksi yang disterilkan didalam
autoklaf harus ditutup dengan kapas atau alumunium foil [ CITATION And16 \l 1033 ].
10. Tabung Durham
Tabung durham prinsip kerjanya yaitu tabung durham dicuci, kemudian diisi dengan
medium yang terdapat pada tabung reaksi dengan mikropipet, atau dapat juga ditancapkan
(secara terbalik) ke medium yang mengandung mikroba. Fungsinya adalah untuk menampung
atau menjebak gas yang terbentuk akibat dari metabolisme pada bakteri yang diujikan
[ CITATION And16 \l 1033 ].
11. Cawan Petri
Cawan petri yaitu wadah yang menyerupai mangkuk dengan dasar rata. Cawan ini
digunakan sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan kultur media. Prinsip kerjanya yaitu
medium dapat dituangkan ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai
penutup [ CITATION And16 \l 1033 ].
12. Pembakar Bunsen
Pembakar bunsen/ pembakar Spirtus, prinsip kerjanya yaitu menyalakannya dengan
membakar bagian sumbu (pada pembakar spirtus) dengan korek api atau dengan memberi
api pada bagian atas (dari pembakar bunsen yang berbahan bakar gas). Bunsen ini ada
yang berbahan bakar gas atau methanol. Fungsi untuk menciptakan kondisi yang steril. Api
yang menyala dapatmembuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan
diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut [ CITATION And16 \l
1033 ].
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum pertama ini dilaksanakan pada hari Senin, 5 April 2021 pukul 14:00 sampai 15:00 via
zoom

B. Alat dan Bahan


1. Alat

NO ALAT FUNGSI
1 Gegep Untuk menjepit tabung reaksi
2 Erlenmeyer Untuk mencampur larutan
3 Gelas ukur Untuk mengukur larutan
4 Cool box Untuk mengawetkan sampel
Hot plate with Untuk mencampur dan melarutkan medium dalam
5
magnetic stirrer keadaan panas
6 Vortex Untuk menghomogenkan larutan
Untuk mengukur panjang atau luasan daerah
7 Jangka sorong
hambat bakteri
8 Tabung durham Untuk melihat ada/tidaknya bakteri caliform
Untuk menutupi bagian objek glass yang terdapat
9 Penutup objek glass
sampel
Sebagai tempat peletakkan bakteri ketika
11 Objek glass
mengamati dibawah mikroskop
Untuk mempermudah memisahkan antara
12 Centrifuge
supernatan dan biosel suatu sampel
13 Pipet tetes Untuk memindahkan larutan dalam jumlah banyak
14 Bunsen Untuk sterilisasi secara pijar
15 Kaca pembesar Untuk melihat objek yang kecil
16 Labu semprot Untuk menyimpan larutan seperti alkohol/aquades
17 Rak tabung Untuk menyimpan tabung reaksi
18 Cawan petri Wadah dalam pembuatan medium
19 Cawan porselin Sebagai wadah mencampur larutan
20 Tabung efendorf Untuk menyimpan ekstrak atau DNA
21 Vial Tepat menampung sampel
Untuk meletakkan berbagai alat yang akan
22 Nampan
digunakan supaya tidak tercecer
Untuk menyimpan aquades atau alkohol yang tidak
23 Jerigen
terpakai
24 Botol sampel Untuk mengambil sampel
25 Ose Untuk memindahkan mikroba
untuk memeriksa derajat keasaman (pH) suatu zat
26 Indikator universal
secara akurat
Untuk memeram mikroorganisme pada suhu
27 Inkubator
tertentu
Untuk mensterilkan alat dan bahan dengan
28 Laminary Air Flow
menggunakan sinar ultraviolet
29 Pipet skala Untuk mengambil larutan dalam jumlah besar
untuk memindahkan cairan dalam jumlah kecil
30
Mikropipet secara akurat
Kertas saring Untuk menyaring sampel ketika pemisahan
31
whatman supernatant dan biosel

2. Bahan
No Bahan Kegunaan
1 Aquades Sebagai pelarut saat melarutkan senyawa

C. Prosedur Kerja
1. Inkubator
Prosedur kerja inkubator adalah dengan cara menghubungkan alat tersebut dengan arus listrik.
Menyalakan alat lalu sesuaikan suhu di dalam inkubator bersama dengan menekan tombol set.
Sambil menekan tombol set, putar tombol di sebelah kanan atas tombol set. Siapkan sampel yang
akan diinkubasikan. Masukkan tempat pembiakkan berisi sampel yang akan diinkubasi.
2. Shaker rotator
Prosedur kerja shaker rotator adalah dengan cara menghubungkan alat dengan arus listrik.
Menekan tombol ON lalu, Letakkan sampel pada bagian platform. Wadah penampung sampel yang
digunakan adalah yang sesuai dengan jenis shaker seperti Erlenmeyer. Atur kecepatan getaran
dengan mengatur tombol speed. Biarkan alat melakukan proses homogenisasi.
3. Water-bath
Prosedur kerja Water-bath adalah dengan cara menghubungkan alat tersebut dengan arus listrik
kemudian, memasukkan air kedalam water-bath. Hidupkan water-bath dengan menekan tombol
ON. Atur suhu yang dikehendaki dan terakhir memasukkan media kedalam water-bath kemudian
ditutup.
4. Centrifuge
Prosedur kerja centrifuge adalah dengan cara menempatkan tabung reaksi ke dudukan centrifuge.
Seimbangkan dengan tabung reaksi lain dengan larutan yang berbeda yang telah disimpan pada
ruang test tube yang berlawanan. Tutup kaca sentrifuge dan putar tombol serta atur waktu
kecepatan centrifuge. Sentrifugasi membutuhkan waktu satu menit atau lebih.
5. Hotplate with magnetic stirrer
Prosedur kerja Hotplate with magnetic stirrer adalah dengan cara Menghubungkan alat dengan
arus listrik. Masukkan bahan yang akan dipanaskan ke dalam gelas kimia dan juga pengaduk
magnet ke dalamnya. Lalu letakkan kaca tersebut ke atas piringan hot plate. Putar tombol suhu ke
suhu yang diinginkan. Putar juga tombol pengaduk magnet sampai stabil. Biarkan bahan hingga
mendidih. Setelah mendidih, putar tombol suhu dan pengaduk magnet ke angka nol. Angkat gelas
menggunakan pelindung tangan karena gelas tersebut panas. Terakhir lepaskan hubungan arus
listrik.
6. Mikroskop
Prosedur kerja mikroskop adalah dengan cara menghubungkan alat dengan arus listrik. Menekan
tombol ON. Menyalakan cahaya. Menyimpan sampel uji pada preparat objek glass. Mengatur kaca
agar preparat dapat terlihat oleh lensa okuler. Mengatur fokus lensa dengan memutar sekrup kasar
dan sekrup halus. Melihat objek melalui lensa okuler.
7. Colony counter
Prosedur kerja colony counter adalah dengan cara menghubungkan alat tersbut dengan arus listrik
kemudian nyalakan dengan menekan tombol ON. Meletakkan cawan petri yang berisi koloni bakteri
yang akan dihitung di atas meja yan dilengkapi skala. Menandai koloni dengan mengarahkan
pulpen ke meja skala. Hitung koloni bakteri yang terpisah. Melihat koloni dengan bantuan kaca
pembesar.
8. Timbangan analitik
Prosedur kerja timbangan analitik adalah meletakkan piringan di atas timbangan, kemudian.tekan
tombol “tare” agar bobot piringan nol. Buka salah satu kaca pada timbangan lalu letakkan bahan
kimia akan diukur bobotnya di atas piringan tersebut. Gunakan alat bantu saat meletakkan bahan
kimia tersebut karena meletakkan dengan tangan, debu yang ada pada tangan akan
mempengaruhi berat bahan tersebut.Tekan tombol yang ada pada timbangan dan unggu angka
yang tertera hingga 4 digit di belakang koma.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Beaker glass
a

Gambar 1. Beaker glass (a) mulut gelas; (b) skala; (c) badan gelas; (d) dasar gelas
2. Erlenmeyer

Gambar 2. Erlenmeyer (a) mulut Erlenmeyer; (b) skala

3. Gegep
c
a
b

Gambar 3. Gegep (a) tungkai pembuka penjepit; (b) tempat penjepit; (c) tungkai pegangan
4. Pipet Tetes

a
c
b

Gambar 4. Pipet Tetes (a) mulut pipet; (b) badan pipet; (c) mulut pipet
5. Indikator Universal

d c

Gambar 5. Indikator Universal (a) penutup kotak; (b) kotak indikator; (c) warna pengukur Ph; (d) kertas indikator

6. Centrifuge
a

Gambar 6. Centrifuge (a) pentunup alat; (b) alat Centrifuge; (c) tombol aplikasi
7. Hot Plate with Magnetic Stirrer

b
c

Gambar 7. Hot Plate with Magnetic Stirrer (a) tempat menyimpan wadah; (b) display; (c) tombol pengatur
8. Bunsen

Gambar 8. Bunsen (a) penutup; (b) sumbu


9. Jangka Sorong
b c d
a

e f
Gambar 9. Janga Sorong (a) rahang tetap atas; (b) rahang sorong atas; (c) skrup pengunci; (d) skala nonius; (e)
rahang tetap bawah; (f) rahang sorong bawah; (g) skala utama
10. Gelas Ukur

c
Gambar 10. Gelas Ukur (a) mulut; (b) skala; (c) penyangga
11. Mikropipet

Gambar 11. . Mirkopipet (a) pipet tip; (b) ujung batang mikropipet; (c) suara; (d) ejector bottom; (e) tombol
penekan

12. Ose
a

Gambar 12. Ose (a) gagang ose; (b) ujung ose


13. Rak Tabung

Gambar 13. Rak Tabung (a) lubang penyimpan tabung; (b) sisi rak tabung
14. Cawan Petri

Gambar 14. Cawan Petri (a) wadah; (b) penutup cawan

15. Cool box


a

Gambar 15. Cool box (a) wadah Cool box; (b) penutup Cool box
16. Vortex

Gambar 16. Vortex (a) tempat menyimpan tabung reaksi; (b) tombol ON / OFF; (c) pengatur kecepatan
17. Penutup Objek Glass

Gambar 17. Penutup Objek Glass (a) kaca

18. Objek Glass


a

Gambar 18. Objek Glass (a) kaca


19. Nampan

Gambar 19. Nampan (a) dasar nampang


20. Botol Sampel

Gambar 20. Botol Sampel (a) tutup botol; (b) badan botol
21. Inkubator
a c

d
b
e

Gambar 21. . Inkubator (a) control thermosfat; (b) hi – limit thermosfat; (c) layar suhu; (d) tombol power; (e)
pengunci; (f) pintu
22. Jirigen

a
b

Gambar 22. Jirigen (a) penutup; (b) gagang; (c) wadah


23. Labu Semprot

Gambar 23. Labu Semprot (a) selang botol; (b) badan botol; (c) dasar botol

24. Vial
a

Gambar 24. Vial (a) penutup; (b) badan vial


25. Kaca Pembesar

Gambar 25. Kaca Pembesar (a) kaca; (b) pegangan


26. Cawan Porselin

Gambar 26. Cawan Porselin (a) cawan dari porselin

27. Laminary Air Flow


a

Gambar 27. Laminary air flow (a) Tombol kuning; (b) Tombol hijau; (c) Tombol merah; (d) Tempat objek
28. Tabung Efendorf

Gambar 28. Tabung Efendorf (a) tutup; (b) skala


29. Tabung Durham

Gambar 29. Tabung Durham (a) mulut tabung; (b) badan tabung

30. Pipet Skala


a

Gambar 30. Pipet Skala (a) tempat karet pipet; (b) skala
31. Kertas saring whatman

Gambar 31. Kertas saring whatman (a) Kertas


32. Aquades

Gambar 32. Aquades (a) Botol aquades

B. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil pengamatan mengenai pengenalan alat dan bahan yang ada di
laboratorium mikrobiologi, dapat dilihat pada gambar yang ada. Pengenalan alat dan bahan ini sangat
penting agar sebelum memulai praktikum semua praktikan dapat mengetahui cara kerja alat tersebut
dan apa fungsi alat tersebut. Selain itu juga pengetahuan yang kurang mengenai alat – alat dapat
mendatangkan bahaya yang mungkin terjadi di laboratorium (Onggo, 2002). Alat – alat laboratorium
ini terbagi dalam tiga kelompok, yaitu alat elektrik, gelas dan non gelas (Andriani, 2016). Berikut
merupakan uraian informasi tentang sebagian besar alat – alat di laboratorium tersebut.
Tabung reaksi adalah sebuah tabung yang terbuat dari sejenis kaca atau plastik yang dapat
menahan perubahan temperatur dan tahan terhadap bahan kimia. Tabung reaksi ini ada yang
dilengkapi dengan tutup dan ada juga yang tanpa tutup. Terdiri dari berbagai ukuran sesuai dengan
kebutuhan. Seperti namanya, fungsi dari tabung reaksi ini adalah sebagai tempat untuk mereaksikan
bahan kimia dalam laboratorium
Inkubator laboratorium merupakan alat yang digunakan untuk menginkubasi atau menumbuhkan
mikroorganisme seperti bakteri pada suatu kondisi. Terdapat beberapa kondisi yang diatur di
dalamnya seperti kelembapan, suhu, udara dan berbagai hal lainnya yang dapat memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan mikroorgansime. Fungsi dari inkubator ini adalah sebagai
penggontrol kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembapan. Inkubator ini dilengkapi dengan
pengatur suhu dan pengatur waktu.
Pipet ukur merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan larutan dengan volume yang
sudah diketahui. Pipet ukur ini memiliki berbagai macam ukuran kapasitas, yaitu pipet berukuran 1 ml,
5 ml, dan 10 ml. Pipet ukur ini merupakan salah satu alat laboratorium kimia yang paling sering
digunakan. Cara penggunaan adalah cairan disedot dengan bantuan filler sampai pada volume yang
diinginkan.
Colony counter ini berfungsi untuk menghitung berapa banyak koloni mikroba dalam kulit. Cara
menggunakan alat ini, yaitu setelah menyalakan alat letakkan cawan petri didalamnya yang berisi
bakteri atau jamur ke dalam kamar hitung. Lalu atur alat penghitung pada posisi 000 dan mulai
menghitung dengan menggunakan jarum penunjuk sambil melihat jumlah pada layar hitung. Fungsi
dari alat ini adalah untuk menghitung jumlah koloni dari bakteri.
Autoklaf merupakan alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan
dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan umumnya 15
Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121°C (250°F). Prinsip kerja pada alat ini dengan
menggunakan uap air panas bertekanan untuk membunuh dan menghilangkan kotoran dan mikroba
yang terdapat pada alat atau bahan yang akan digunakan dalam praktikum atau percobaan.
Mikroskop adalah alat yang sangat umum dijumpai dalam laboratorium mikrobiologi yang
memberikan perbesaran yang membuat praktikan dapat melihat struktur mikroorganisme yang tidak
dapat dilihat oleh mata telanjang. Mikroskop tersedia memungkinkan jangkauan perbesaran yang luas
dari beberapa kali hingga ribuan kali. Mikroskop memiliki prinsip kerja yakni dengan memantulkan
cahaya melalui cermin, lalu diteruskan hingga lensa objektif. Pada lensa objektif ini akan ada
bayangan yang dihasilkan secara maya, terbalik dan diperbesar. Lalu bayangan akan diteruskan dan
menghasilkan bayangan yang tegak, nyata dan di perbesar oleh mata pengamat.
Tabung durham ini memiliki cara kerja sebagai berikut, tabung durham dicuci, lalu diisi dengan
medium yang terdapat pada tabung reaksi dengan mikropipet, atau dapat juga di tancapkan (secara
terbalik) ke medium yang mengandung mikroba. Fungsinya adalah untuk menampung atau menjebak
gas yang terbentuk akibat dari metabolisme pada bakteri yang diujikan.
Bunsen memiliki prinsip kerja, yaitu dengan menyalakan dengan membakar bagian sumbu dengan
menggunakan api pada bagian ujung sumbu. Bunsen ini ada yang berbahan bakar gas dan methanol.
Fungsi bunsen ini untuk menciptakan suasana steril. Api yang meyalan akan membuat aliran udara
karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola udara
tersebut. Juga alat ini dapat digunakan untuk mensterilkan jarum ose atau yang lainnya.
Botol semprot juga sering digunakan sebagai botol pencuci, botol semprot ini berupa botol tinggi
bertutup yang terbuat dari plastik. Jadi tidak perlu takut menggunakannya karena tidak terbuat dari
gelas dan akan terhindar dari pecah atau retak. Alat ini sangat dibutuhkan di dalam laboratorium. Cara
kerja botol semprot ini, yaitu dengan cara menekan badan botol sampai airnya keluar. Fungsi botol
semprot ini sebagai tempat menyimpan aquades juga digunakan untuk membersihkan dinding bejana
dan sisa – sisa endapan, mengeluarkan air atau cairan dalam jumlah terbatas, dapat juga untuk
membilas peralatan kimia lain atau proses pengenceran dalam suatu wadah seperti labu ukur,
erlemeyer dan alat lainnya.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum tentang pengenalan alat dan bahan di laboratorium mirkobiologi laut dapat
diketahui bahwa alat laboratorium dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu elektrik, gelas dan non gelas.
Pembagian jenis alat tersebut juga dibedakan berdasarkan struktur dan penggunaannya. Alat – alat
yang masuk dalam jenis digital, yaitu inkubator, laminary air flow (LAF) , oven, autoklaf, Hot plate with
magnetic stirrer, mikropipet dan tip, centrifuge, vortex, mikroskop, timbangan analitik, dan refrigerator.
Alat – alat yang masuk dalam jenis kaca, yaitu magnetic stirrer, Erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur,
tabung reaksi, ose, pipet tetes, bunsen, kaca pembesar, tabung durham, labu ukur, cawan porselin,
cawan petri, lumping porselin, penutup objek glass, objek glass, vial, pipet skala. Alat – alat yang
masuk dalam jenis non kaca, yaitu cool box, rak tip, tabung centrifuge, rak tabung reaksi, spatula,
gegep, labu semprot, botol sampel, jangka sorong, jirigen, nampan, tabung efendorf, kertas saring
whatman, microwhale.
Alat yang akan digunakan nantinya akan memiliki fungsi dan perannya yang berbeda – beda.
Pengenalan alat ini merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan praktikum
mikrobiologi dengan tujuan untuk mengetahui nama, fungsi, serta menggunakan alat – alat tersebut
sehingga kegiatan praktikum menjadi mudah dan lancar.

B. Saran
Saran saya pada praktikum selanjutnya semoga ditambahkan waktu pengerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Tandra, Rian, 2013, Pengenalan Alat Mikrobiologi (http.www.riantandra.


wordpress.com/tag/pengenalan-alat-mikrobiologi/), Diakses pada tanggal 09 desember 2013,
Palu.

Andriani, R. (2016). Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk Mengatasi Keselamatan


Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal Mikrobiologi Vol, 1(1).

Kardiaz, Srikandi. 1992. Alat-alat Mikrobiologi. Erlangga. Jakarta

Lay, W. B. 1994. Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Mored. 2005. Biokimia 2000. Erlangga: Jakarta.


PRAKTIKUM II
STERILISASI ALAT DAN BAHAN
STRERILISASI ALAT DAN BAHAN

Nama : Muhammad Luthfi Shafwan


Nim : L011191019
Kelompok : 5A
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT
DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional
keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghacuran dan penghilangan
semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai
konotasi relatif dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat
diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroorganisme (Lachman dkk, 2008).
Sterilisasi didefinisikan sebagai upaya untuk membunuh mikroorganisme termasuk dalam bentuk
spora. Desinfeksi merupakan proses untuk merusak organisme yang bersifat patogen, namun tidak
dapat mengeliminasi dalam bentuk spora [ CITATION Agu20 \l 1033 ].
Sterilisasi di dalam laboratorium mikrobiologi menjadi bagian yang penting untuk menghindari hasil
positif palsu. Sterilisasi terhadap alat dan bahan sebelum pelaksanaan kegiatan praktikum
mikrobiologi membantu hasil atau identifikasi yang akurat terhadap pemeriksaan mikrobiologi.
Demikian pula proses desinfeksi dan teknik aseptik oleh praktikan juga tidak dapat dilupakan karena
akan mempengaruhi hasil [ CITATION Agu20 \l 1033 ].
Sistem Mutu yang konsisten tetap dijaga merupakan suatu rangkaian dalam pengerjaan sampel
yang terkait dengan mikroorganisme, tentunya Analis memerlukan peralatan laboratorium yang telah
steril agar dapat menunjang hasil pengujian yang maksimal. Tugas tersebut diemban oleh seorang
Praktikan dalam melakukan sterilisasi alat/instrumen pengujian. Sebelum Analis melakukan
pengujian, Praktikan Laboratorium mikrobiologi wajib untuk melakukan proses sterilisasi alat yang
membutuhkan sterilitas [ CITATION Sof19 \l 1033 ].
Sterilisasi didefinisikan sebagai upaya untuk membunuh mikroorganisme termasuk dalam bentuk
spora. Desinfeksi merupakan proses untuk merusak organisme yang bersifat patogen, namun tidak
dapat mengeliminasi dalam bentuk spora [ CITATION Agu20 \l 1033 ].

Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengenali peralatan yang disterilkan dengan sterilisasi basah
dan kimia. Mengenali peralatan yang disterilkan dengan sterilisasi kering dan pijar. Mengetahui cara
mensterilisasi medium dengan suhu dan waktu yang tepat.
Kegunaan Praktikum ini adalah dapat mengerti hal-hal penting yang harus perhatikan sebelum dan
sesudah melakukan sterilisasi peralatan dalam pengamatan mikrobiologis menurut metode sterilisasi
yang digunakan seperti sterilisasi fisik dan kimiawi.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktikum ini mencakup jenis – jenis sterilisasi, prinsip kerja alat sterilisasi,
prosedur kerja alat serta alat dan bahan yang dapat disterilisasikan dengan alat sterilisasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba, termasuk
spora, pada permukaan benda mati. Prosesnya dapat berupa itu, mempersembahkan zat kimia,
radiasi, atau filtrasi (Gruendemann dan Fernsebner, 2006).Sterilisasi adalah proses kecepatan yang
dilakukan untuk mematikan semua mikroorganisme pada bahan makanan. Sterilisasi biasanya
dikombinasi dengan pengemasan hermetis.untuk mencegah kontaminasi ulang. Yang maksud
pengemasan hermetis.dll adalah pengemasan yang sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh
mikroorganisme, udara, atau udara (Purnawijayanti, 2001).
Sterilisasi merupakan salah satu metode menggunakan uap udara pada suhu 2110C selama
beberapa waktu tertentu. Tujuan kecepatan adalah memusnahkan bakteri patogen dan spora bakteri
elostridium. bolulinum yang berbahaya. Metodesterilisasi yang pagar umum dilakukan adalah
menggunakan kaleng atau kemasantetra Pak (Yuyun dan Gunaisa, 2011) Sterilisasi dalam pengertian
medis merupakan suatu proses denganmetode tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu
bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi
cukup banyak, namun alternatif yang dipilih sangat harga pada keadaan serta kebutuhan setempat.
Apapun pilihan metodenya, diinginkannya tetap keamanan kualitas hasil sterilisasi. Kualitas hasil
sterilisasi peralatan medis perlu dijaga terus mengingat risiko kontaminasi kembali saat penyimpanan
dan terutama pada saat akan digunakan dalam tindakan medis (Darmadi, 2008).

Macam – macam Sterilisasi


1. Sterilisasi Secara Fisik

a. Pemanasan Kering
1) Udara Panas Oven
Bahan yang karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap destilasi dalam udara
panas - oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak lemak, paraffin, petrolatum cair,
gliserin, propilen glikol. Serbuk steril seperti talk kaolin dan Zno, dan beberapa obat yang lain.
Sebagai tambahan steridisasi panas kering adalah metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas
dan banyak alat-alat bedah. Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk kering
dan bahan yang sama tidak dapat disterilisasi dalam autoklaf. Salah satu elemen penting dalam
sterilisasi dengan menggunakan uap autoklaf. Atau dengan adanya lembab dan penembusannya
ke dalam bahan yang telah disterilkan.
Organisme pembentuk spora dalam medium anhidrat tidak dibunuh oleh suhu sampai 121 °C
(suhu yang biasanya digunakan dalam autoklaf bahkan setelah pemanasan sampai 45 menit).
Untuk alasan ini, autoklaf merupakan metode yang tidak cocok untuk mensterilkan minyak, produk
yang dibuat dengan basis minyak, atau bahan-bahan lain yang mempunyai sedikit lembab atau
tidak sama sekali.
Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini berlawanan
dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi dengan sterilisasi
uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat
proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Saat sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan
pada suhu 121 °C selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas kering membutuhkan
pemaparan pada suhu 150 °C sampai 170 °C selama 1-4 jam.
Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas dikontrol dan mungkin
gas atau elektrik gas.
2) Minyak dan penangas lain
Bahan kimia dapat disterilisasi dengan mencelupkannya dalam penangas yang berisi minyak
mineral pada suhu 162 °C. larutan jenuh panas dari natrium atau ammonia klorida dapat juga
digunakan sebagai pensterilisasi. Ini merupakan metode yang mensterilisasi alat-alat bedah.
Minyak dikatakan bereaksi sebagai lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan untuk
memelihara cat penutup.
3) Pemijaran langsung
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang gelas, filter logam
bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur, gunting, jarum logam dan
kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur dengan pemijaran langsung. Papan salep, lumping dan
alu dapat disterilisasi dengan metode ini.
b. Panas lembab
1) Uap bertekanan
Stelisisasi dengan menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf. Ini merupakan
metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi, karena dapat diprediksi dan
menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan parameterparameter sterilisasi seperti waktu dan suhu
dapat dengan mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang divalidasi.
2) Uap panas pada 100 C
Uap panas pada suhu 100 °C dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir atau air mendidih.
Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap mengalir dilakukan dengan proses
sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur.
3) Pemanasan dengan bakterisida
Pemanasan ini menghadirkan aplikasi khusus dari pada uap panas pada 100 "C. adanya
bakterisida sangat meningkatkan efektifitas metode ini. Metode ini digunakan untuk larutan berair
atau suspensi obat yang tidak stabil pada temperatur yang biasa diterapkan pada autoklaf.
4) Air mendidih
Pemanasan air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam sterilisasi jarum
spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-bahan ini harus benar-benar tertutupi
oleh air mendidih dan harus mendidih paling kurang 20 menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan
dipindahkan dan air dengan pinset yang teiah disterilisasi menggunakan pemijaran. Untuk
menigkatkan efisiensi penstenšan dari air, 5 % fenol, 1-2% Na-carbonat atau 2-3% larutan kresol
tersaponifikasi yang menghambat kondisi bahan-bahan logam.
c. Cara Bukan Panas
1) Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi di udara dan
pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh mikroorganisme
(germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 253,7
nm.
2) Aksi letal
Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam atom-atom dan
mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini menyebabkan meningginya keadaan tertinggi
atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Ketika eksitasi dan perubahan aktivitas atom-atom
utama terjadi dalam molekul- molekul mikroorganisme atau metabolit utamnya, organisme itu mati
atau tidak dapat berproduksi. Pengaruh utamanya mungkin pada asam nukleat sel, yang
diperhatikan untuk menunjukkan lapisan absorpsi kuat dalam rentang gelombang UV yang
panjang.
3) Radiasi pengion
Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotop radioaktif seperti
kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh percepatan mekanis elektron sampai ke
kecepatan den energi tinggi (sinar katode, sinar beta). Sinar gamma mempunyai keuntungan
mutlak karena tidak menyebabkan kerusakan mekanik. Namun demikian, kekurangan sinar ini
adalah di hentikan dari mekanik elektron akselerasi (yang dipercepat) keuntungan elektron yang
dipercepat adalah kemampuannya memberikan output laju doisis yang lebih seragam. (Hadada,
2009).
2. Sterilisasi Secara Kimia

Sterilisasi secara kimia yaitu memaparkan alat atau bahan yang mengandung mikroorganisme
terhadap suatu senyawa kimia sehingga dengan suatu reaksi tertentu dapat membunuh atau
menghentikan pertumbuhan mikroorganisme tersebut tanpa merusak bahan atau alat yang
disterilisasi. Selain waktu sterilisasi, efektivitas suatu senyawa kimia dalam membunuh
mikroorganisme dipengaruhi oleh beberapa faktor [ CITATION Haf14 \l 1033 ]:
A. Jumlah mikroorganisme. Semakin besar jumlah kontaminan maka semakin lama waktu sterilisasi.
B. Keadaan populasi mikroorganisme. Seringkali kontaminan yang harus dimusnahkan bukan satu
spesies, melainkan campuran bakteri, jamur, spora dan virus sehingga membutuhkan spektrum
bahan antimikroba yang luas.
C. Temperatur dan pH dari lingkungan.
D. Konsentrasi (dosis) senyawa antimikroba.
E. Cara senyawa antimikroba dalam membunuh (mode of action).
F. Adanya pelarut, senyawa organik lain yang menginterferensi dan inhibitor seperti saliva, darah
dan feces.
Senyawa kimia yang paling banyak digunakan sebagai desinfektan (senyawa yang dapat
menghancurkan sel) antara lain CuSO4, AgNO3, HgCl2, ZnO, alkohol dan campurannya. Beberapa
larutan garam 64 seperti NaCl (9%), KCl (11%), dan KNO 3 (10%). Basa kuat dan asam kuat dapat
juga digunakan karena mampu menghidrolisis sel mikroorganisme [ CITATION Haf14 \l 1033 ].
Larutan KmNO4 (1%) dan HCl (1,1%) merupakan desinfektan kuat. HgCl2 (0,1%) banyak
digunakan hanya sifatnya sangat beracun dan korosif. Khlor banyak digunakan sebagai desinfektan
terutama pada tempat penyimpanan air, larutan lain yang juga dapat digunakan yaitu larutan formalin
(4-20%) [ CITATION Haf14 \l 1033 ].
Sterilisasi adalah mematikan seluruh (total) mikroorganisme yang hidup pada suatu alat atau
bahan. Namun istilah desinfeksi dapat memberi kesempatan beberapa mikroorganisme dapat survive.
Desinfektan adalah agen kimia yang digunakan untuk mendesinfeksi objek tidak hidup (inanimate)
seperti permukaan benda. Terminologi sanitasi digunakan untuk mendeskripsikan kombinasi
desinfeksi dan pembersihan. Proses perusakan sel yang disebabkan desinfektan dapat berupa
koagulasi atau denaturasi protein karena bereaksi dengan enzim mikroorganisme. Berikut adalah
jenis-jenis senyawa kimia yang bersifat desinfektan [ CITATION Haf14 \l 1033 ].
A. Alkohol; atau ethanol telah digunakan sebagai desinfektan sejak lebih dari seabad lalu. Alkohol
lebih efisien dalam mematikan mikroorganisme pada konsentrasi dibawah 100%. Dengan adanya
air bercampur alkohol maka denaturasi protein lebih mudah terjadi (seperti halnya uap panas lebih
efisien dibanding panas kering). Konsentrasi yang sering digunakan untuk desinfektan adalah
70%. Selain mendenaturasi protein, alkohol juga dapat melarutkan lemak sehingga berpengaruh
terhadap membran sel dan kapsul beberapa jenis virus. Sel vegetatif dan hifa dapat dimatikan
dengan alkohol, namun spora seringkali resisten. Alkohol juga dapat digunakan sebagai pelarut
desinfektan lain, seperti iodine yang dapat meningkatkan efektivitas desinfeksinya [ CITATION Haf14
\l 1033 ].
B. Halogen; merupakan salah satu jenis halogen adalah klorin. Klorin (Chlorine) efektif sebagai
desinfeksi dalam bentuk gas bebas dan sebagai senyawa pelepas klorin sepertichlorite dan
chloramines. Gas klorin (compressed) umumnya digunakan sebagai desinfektan pada pengolahan
65 air, kolam renang atau untuk keperluan industry. Bentuk senyawa klorin lainnya adalah Sodium
hypochlorite (bleach) yang dapat mengoksidasi gugus sulphydryl (-SH) dan disulphide (S-S) pada
protein. Seperti klotrin, hipoklorit dapat diinaktivasi dengan keberadaan materi organik. Senyawa
lain yang lebih stabil yaitu chloramines yang memiliki keunggulan lebih tahan terhadap bahan
organik. Chloramines juga lebih tidak beracun dan mampu melepas klorin secara perlahan
sehingga memperpanjang efek bakterisidal desinfektan ini. Jenis halogen lain adalah iodine. Daya
kerja iodine adalah bereaksi dengan residu tyrosin pada protein. Efek desinfeksi iodine dapat
ditingkatkan dengan melarutkannya pada ethanol 70% (iodine1% +ethanol70%) [ CITATION Haf14 \l
1033 ].
C. Senyawa fenol (Phenolics); Senyawa fenol memiliki gugus asam karboksilat yang bersifat
mematikan dengan daya kerja merusak protein dan membrane. Salah satu keuntungan
menggunakan senyawa fenol adalah tetap aktif walaupun terdapat senyawa organik dan detergen.
Desinfektan seperti Dettol, Lysol dan Chlorhexidine adalah derivatif dari senyawa fenol. Salah satu
senyawa fenol bernama Hexachlorophene sangat efektif membunuh bakteri gram positif seperti
staphylococci atau streptococci sehingga digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan sabun,
deodorant dan shampo [ CITATION Haf14 \l 1033 ].
D. Surfactants; molekul surfactans atau surface active agents seperti sabun dan detergen memiliki
kemampuan memposisikan dirinya sendiri sejajar diantara dua lapisan. Dengan sifat ini maka
bahan tidak larut air akan dilingkupi oleh molekul surfactans. Sabun ataupun detergen lebih
berguna untuk memfasilitasi pemindahan kotoran dan mikroorganisme dibandingkan dengan sifat
desinfektannya. Pemindahan kotoran dapat terjadi karena bahan tidak larut air seperti sekret
minyak pada kulit dan kotoran akan dilarutkan (emulsifying) pada air sehingga dapat dibasuh dan
dibuang. Detergen dapat berupa anionic (bermuatan negatif), cationic (bermuatan positif) atau non
ionic. Detergen cationic seperti quartenery ammonium compounds (senyawa ammonium
kuartener) dapat melisiskan sel dengan berkombinasi terhadap phospholipids membran sel dan
merusaknya [ CITATION Haf14 \l 1033 ].
E. Ethylene oxide; pada umumnya pendedahan secara kimia seperti contoh diatas adalah hanya
bersifat desinfeksi. Namun jika menggunakan gas ethylene oxide maka baik sel vegetatif, spora
dan virus dapat dimusnahkan sehingga istilah yang digunakan adalah sterilisasi. Gasethylene
oxideumumnya dipakai untuk sterilisasi peralatan kedokteran dalam jumlah dan material yang
tidak tahan panas seperti plastik. sedangkan pada industri pangan gas ini digunakan sebagai zat
antifungi fumigant untuk buah-buahan kering, bawang dan kacang. Bahan yang akan disterilisasi
ditempatkan ke dalam wadah tertutup kemudian diisi gas dengan udara lembab pada 40-50 0C
selama beberapa jam. Ethylene oxidesangat mudah terbakar dan penggunaanya dapat dengan
mencampurkan 10% gas ini ke dalam gas lain yang tidak mudah terbakar seperti karbondioksida.
Bahan yang telah disterilisasi menggunakan gasethylene oxideharus dibasuh dengan udara segar
untuk menghilangkan gas ini karena sangat bersifat toksik. Cara kerja gasethylene oxide
membunuh mikroorganisme adalah dengan mendenaturasi protein dengan memindahkan
hydrogen labil seperti pada gugus sulphydryl dengan hydroxyl ethyl radical [ CITATION Haf14 \l 1033
].

3. Sterilisasi Secara Mekanik

Beberapa media atau bahan akan mengalami perubahan karena tidak tahan terhadap pemanasan
tinggi ataupun tekanan tinggi. Dengan demikian maka sterilisasi yang efektif yaitu secara mekanik
misalnya, penyaringan menggunakan filter khusus. Jenis filter yang digunakan juga tergantung dari
jenis medium. Beberapa filter atau saringan yaitu: Filter Seitz, Filter Chamberland Pasteur dan Filter
Berkefeld. Prinsip sterilisasi secara mekanik (filtrasi) yaitu menyaring suatu cairan non steril dengan
kertas membran sehingga cairan yang melewatinya akan terbebas dari mikroorganisme (steril). Pada
umumnya bahan yang disterilkan melalui cara ini adalah bahan yang mengandung senyawa tidak
tahan suhu tinggi atau tekanan tinggi seperti serum darah, antibiotik, glukosa dll. Filter apparatus
umumnya terdiri dari corong, filter base, penjepit corong, labu pengumpul, selang, dan pompa vakum.
Filter apparatus juga dapat digunakan untuk menghitung mikroorganisme dengan prinsip yang sama
dengan sterilisasi filtrasi. Kertas membran filter memiliki pori-pori yang sangat 67 kecil, lebih kecil dari
ukuran bakteri pada umumnya. Diameter poripori dapat berukuran 0,2 µm, 0,45 µm, 0,65 µm dll.
Kertas membran yang baik adalah yang bebas dari bahan inhibitor atau stimulus pertumbuhan, bebas
dari bahan yang mampu menginterfrensi indikator media, tinta skala yang tidak beracun, berdiameter
47 mm, berpori maksimal 0,45 um, minimal 70% luas area berpori. Mampu dilewati dengan flowrate
55 ml/menit/cm2 pada 250C, diharapkan tetap mampu menyaring kultur cair 1x103 Serratia
marcescens. Sedangkan ISO11133-1 (2009:8) menyarankan menggunakan filter berukuran 0,2 µm
dan membasuh kertas membran setelah digunakan untuk melarutkan substansi yang tertinggal pada
kertas membran seperti protein dan antibiotik [ CITATION Haf14 \l 1033 ].

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Sterilisasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas, suhu
dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada adanya
kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada
pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas
(Hadada, A W, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sterilisasi diantaranya:
1. Jenis mikroorganisme yang ada. Sebagian mikroorganisme sangat sulit dibunuh. Sebagian
lainnya dapat dengan mudah dibunuh.
2. Jumlah mikroorganisme yang ada. Lebih mudah membunuh satu mikrorganisme dari pada
yang banyak.
3. Jumlah dan jenis materi organik yang melindungi mikroorganisme tersebut. Darah atau
jaringan yang menempel pada alat-alat yang kurang berfungsi sebagai pelindung
mikroorganisme selama proses sterilisasi 
4. Jumlah retakan dan celah pada peralatan tempel menempel mikroorganisme. Mikroorganisme
menempel didalam dan dilindungi oleh goresan, retakan dan celah, seperti jepitan yang
bergerigi tajam dari cunam jaringan. Akhirnya, tanpa pembersihan yang teliti untuk membuang
suatu bahan organic yang melindungi mikroorganisme selama proses sterilisasi pada alat-alat,
tidak akan menjamin tercapainya sterilisasi, walaupun waktu sterilisasi diperpanjang (Rao, S,
2008).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 12 April 2021 bertempat di kediaman masing-masing.
praktikum dilaksanakan secara online menggunakan sikola dan zoom, live dari lab kelautan.
Alat dan Bahan
1. Alat
Tabel 1. Alat yang Digunakan pada Praktikum

No Alat Kegunaan
1 Autoklaf Untuk sterilisasi basah.
2 Oven Untuk mensterilkan alat dan bahan.
3 Bunsen Untuk membakar alat pada api secara
langsung.
4 Laminary Air Flow Untuk mensterilkan alat dan bahan
dengan menggunakan sinar ultraviolet.
5 Ose Untuk memindahkan mikroba.
6 Cawan Petri Wadah dalam pembuatan medium.
7 Kain Hitam Untuk menutupi alat Laminary Air Flow
agai sinar UV tidak tembus keluar.

2. Bahan
Tabel 2. Bahan yang Digunakan pada Praktikum

No Bahan Kegunaan
1 Alkohol Untuk membunuh sel-sel vegetatif dan jasad
renik
2 Aquades Untuk membersihkan alat
3 Alumunium Foil Sebagai penutup suatu alat saat sterilisasi
basah
4 Kertas Sebagai penutup suatu alat saat sterilisasi
udara panas

Prosedur Kerja
1. Alkohol
Menyiapkan alat – alat yang ingin disterilkan, kemudian menyemprotkan alat – alat tersebut ke
seluruh bagian alat dengan alcohol.
2. Laminary Air Flow
Menghubungkan alat ke sumber listrik. Meletakkan alat yang akan disterilkan di atas meja
kerja Laminary Air Flow (LAF). Menutup meja kerja dengan kain hitam. Menyalakan lampu UV (Ultra
Violet) selama 15 menit. Menunggu sekitar 10 menit sebelum LAF siap digunakan. Menyalakan lampu
dan blower. Sebelum LAF digunakan, menyemprot meja kerja dengan alkohol 70%. LAF siap
digunakan.
3. Bunsen
Menyiapkan alat bahan yang akan disterilkan seperti ose bulat dan ose lurus. Menyalakan api
menggunakan bunsen. Membakar dengan pelan alat pada api secara langsung.
4. Oven
Menghubungkan oven ke sumber listrik. Menyiapkan alat bahan yang akan disterilkan seperti
cawan petri. Masukkan alat ke dalam oven. Panaskan dalam suhu 1800C selama 2 jam.
5. Alkohol
Menyiapkan alat – alat yang ingin disterilkan, kemudian menyemprotkan alat – alat tersebut ke
seluruh bagian alat dengan alcohol.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

a b

e
Gambar 1. (a) Pengatur tekanan, (b) Katup, (c) Badan autoklaf, (d) Pengatur suhu, (e) Tombol ON dan OFF
a

Gambar 1. (a) Panel kendali, (b) Lampu UV, (c) Ruang kerja, (d) Penyangga

b c

Gambar 2. (a) Pengatur suhu, (b) Tempat peletakkan alat, (c) Pintu oven

Gambar 3. (a) Penutup bunsen, (b) Badan bunsen, (c) Spiritus


a

Gambar 4. (a) Badan botol, (b) Alkohol

Pembahasan
Laminary Air Flow (LAF) adalah suatu area kerja yang bebas dari mikroorganisme karena alat ini
mampu menyaring  partikel udara termasuk sel mikroorganisme sehingga udara yang dihembuskan
ke area kerja menjadi bebas mikroorganisme. Alat ini memiliki suatu pompa untuk menghirup udara
dan melewatkannya pada saringan berukuran pori-pori sangat kecil. Penggunaan LAF dalam kerja
aseptis akan sangat menekan resiko kontaminan dari udara sekitar kepada biakan dan juga menjaga
atau membuat aman operator dari terpaparnya kepada biakan bakteri berbahaya. Cara kerjanya
adalah dengan mengatur alat dan bahan yang telah dimasukan ke laminary air flow sedemikian rupa
sehingga efektif dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril. Kerja secara aseptis dan
jangan sampai pola aliran udara terganggu oleh aktivitas kerja. Setelah selesai bekerja, biarkan 2-3
menit supaya kontaminan tidak keluar dari laminar air flow.
Autoklaf adalah suatu bejana yang dapat ditutup, yang diisi dengan uap panas dengan tekanan
tinggi. Suhu di dalamnya dapat mencapai 115 C hingga 125 C dan tekanan uapnya mencapai 2
o o

hingga 4 atm (Oswari, 2000). Alat tersebut merupakan ruang uap berdinding rangkap yang diisi
dengan uap jenuh bebas udara dan dipertahankan pada suhu serta tekanan yang ditentukan selama
periode waktu yang dikehendaki. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi tergantung pada sifat bahan
yang disterilkan, tipe wadah dan volume bahan. Kondisi yang baik digunakan untuk sterilisasi adalah
pada 15 psi dan temperature 121 C selama 15 menit (Nester et al., 2004). Agar penggunaan autoklaf
o

efektif, uap air harus dapat menembus setiap alat yang disterilkan. Oleh karena itu, autoklaf tidak
boleh terlalu penuh, agar uap air benar-benar menembus semua area (Volk dan Margareth, 1993).
Oven memiliki fungsi untuk mengeringkan atau memanaskan peralatan laboratorium. Selain itu
juga berfungsi untuk melakukan sterilisasi peralatan laboratorium menggunakan suhu panas yang
diberikan oleh oven. Oven terbuat dari alumunium dan logam antikarat. Sterilisasi kering pada oven
memanfaatkan suhu tinggi antara 160-180°C dalam kurun waktu 2 jam. Keuntungan menggunakan
alat ini adalah tidak menyebabkan korosif pada alat sehingga aman digunakan untuk peralatan gelas
dan logam. Selain itu, metode ini memiliki penetrabilitas yang bagus. Bagian – bagian dari oven yaitu
terdiri dari tombol power untuk menyalakan atau menonaktifkan alat, pengatur suhu yang berfungsi
untuk mengatur suhu sesuai yang diinginkan, tempat untuk meletakkan alat dan pintu oven.
Bunsen adalah alat sterilisasi dengan pemijaran langsung. Bunsen dapat mensterilkan dengan
cara api yang menyala dapat membuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan
diharapkan kontaminan akan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut. Bunsen dapat digunakan
untuk mensterilkan alat laboratorium seperti ose bulat, ose lurus, jarum, dan spatula. Cara
penggunaannya ialah tutupnya dibuka lalu menyalakan korek api kemudian tempelkan ke sumbu.
Media yang akan dipakai pun ditaruh dekat sumbu api supaya steril. 
Alkohol adalah bahan kimia yang digunakan untuk mensterilisasi alat dengan cara
menyemprotkan alat atau dengan merendam alat kedalam alkohol. Alkohol merupakan cairan yang
digunakan sebagai antiseptik (membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme). Contoh
alat yang dapat disterilkan dengan alkohol adalah jarum ose, pinset, tabung reaksi dan cawan petri.

V. PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum sterilisasi alat dan bahan dapat ditarik kesimpulan bahwa sterilisasi
merupakan hal yang penting untuk dilakukan agar alat – alat bebas dari kontaminasi mikroorganisme
yang tidak diinginkan, menghindari hasil positif palsu dan membantu hasil atau identifikasi yang akurat
terhadap pemeriksaan mikrobiologi. Dalam mensterilkan alat terdapat tiga metode yang bisa
digunakan yaitu metode sterilisasi fisik, sterilisasi kimia, dan sterilisasi mekanik. Sterilisasi fisika
terbagi menjadi sterilisasi udara panas yang menggunakan oven, sterilisasi tekanan uap yang
menggunakan autoklaf, sterilisasi pemijaran dengan menggunakan bunsen dan sterilisasi radiasi yang
memanfaatkan sinar UV pada Laminary Air Flow. Sterilisasi kimia menggunakan senyawa desinfektan
seperti alkohol. Sterilisasi mekanik menggunakan metode penyaringan (filtrasi) yaitu teknik sterilisasi
dengan menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil yang berukuran 0,22 mikron, 0,45
mikron atau 0,65 mikron.

Saran
Saran saya untuk praktikum selanjutnya agar waktu pengerjaan bagi praktikan diperpanjang
DAFTAR PUSTAKA
Agustiningyas, I. (2020, March). Laboratorium Mikrobiologi. Retrieved April 14, 2021, from
https://fk.uii.ac.id/: https://fk.uii.ac.id/

Hafsan. (2014). Mikrobiologi Analitik. Makassar: Alauddin University Press.

Harjanto, S., & Raharjo. (2017). Peran Laminar Air Flow Cabinet Dalam Uji Mikroorganisme Untuk
Menunjang Keselamatan Kerja Mahasiswa Di Laboratorium Mikrobiologi. Metana, 55-57.

Sofyan, Y. (2019, May 7). Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan. Retrieved April 14, 2021,
from lp2il.com: https://www.lp2il.com/

Yudianti, i., Suprapti, & Hupitoyo. (2015). Perbandingan Efektifitas Sterilisasi Panas Kering dan
Desinfeksi Tingkat Tinggi Teknik Rebus terhadap Pertumbuhan Escherichia Coli. IJEMC, 9-14.

Abdul Wahab Hadada. 2009. Laporan Praktikum Sterilisasi. http://www.scribd.com.

Adji, D., dkk., 2007. Perbandingan Efektivitas Sterilisasi Alkohol 70%, Inframerah, Otoklaf dan Ozon
Terhadap Pertumbuhan Bakteri (Bacillus subtilis). Jurnal Sain Vet, 25(1).
PRAKTIKUM III
PENGAMBILAN SAMPEL DI LAPANGAN
PENGAMBILAN SAMPEL DI LAPANGAN

Nama : Muhammad Luthfi Shafwan


Nim : L011191019
Kelompok : 5A

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan kompleks. Ratusan spesies mikroba
menghuni bagian tubuh kita, seperti mulut, saluran pencernaan dan kulit. Udara, tanah, dan air yang
merupakan komponen alam sebagai tempat tinggal kita juga dihuni oleh beragam mikroorganisme
(Hadioetomo, 1985).
Mikroorganisme terdapat dimana-mana, baik didalam tanah, air, udara maupun pada makhluk
hidup termasuk pada jaringan tubuh kita sendiri (kulit dan selaput lendir). Mikroba sangat beragam
jumlahnya, yang umumnya berada dalam suatu populasi campuran. Dalam keadaan sebenarnya (di
alam bebas) tidak ada bakteri yang hidup tersendiri terlepas dari spesies lainnya. Kerapkali bakteri
patogen terdapat bersama-sama bakteri yang tidak berbahaya sehingga beberapa teknik isolasi dan
pemurnian mikroba sangat diperlukan untuk memisahkan tiap jenis mikroba tersebut sehingga dapat
dilakukan penelitian lebih lanjut (Waluyo, 2004).
Teknik pengambilan sampel untuk mendapatkan mikroba yang diinginkan merupakan suatu aspek
penting yang harus diperhatikan ketika melakukan penelitian mikrobiologi. Sampel yang diambil
haruslah merupakan representasi dari seluruh bagian yang diteliti. Untuk itu diperlukan teknik yang
benar agar terhindar dari kesalahan yang mengakibatkan sampel menjadi bias. Beberapa prinsip
pengambilan sampel antara lain adalah; sampel yang diambil merupakan perwakilan dari keseluruhan
bagian yang diteliti; sampel yang diambil benar-benar dari sumbernya dan sampel tetap terjaga
kondisinya seperti saat pengambilan sampai dilakukan tahap pembiakan dan analisa sampel
(Kusmiyati, 2018).

B. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari praktikum ini untuk mengenali peralatan yang digunakan dalam pengambilan sampel
air, udara,sedimen, organisme untuk analisis mikroba dan mampu mengambil sampel di lapangan
dengan cara yang tepat.
Kegunaan praktikum ini agar praktikan  memahami alat apa yang digunakan dalam pengambilan
sampel air untuk analisis mikroba. Serta mampu mengambil sampel di lapangan dengan cara yang
tepat.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktikum ini meliputi pengenalan tata cara pengambilan sampel air, sedimen dan
organisme, serta perlakuan yang diberikan pada sampel tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengambilan Sampel
1. Pengambilan Sampel Air

Sampel adalah sebagaian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel air secara
bakteriologis dilakukan dalam rangka pemeriksaan air di laboratorium terhadap 4Eakan menghasilkan
data yang akurat apabila sampel yang diperiksa berasal dari kegiatan pengambilan sampel air yang
steril/aseptis. Metode pengambilan sampel yang tidak tepat akan meningkatkan jumlah mikroba
kontaminan (Suryono, dkk. 2019).
Botol pipih ataupun bulat di dalam mikrobiologi dapat digunakan sebagai wadah pengambilan
sampel atau penyimpanan media pertumbuhan. Ukuran botol yang cocok digunakan adalah 60 ml
(untuk menampung 50 ml cairan), 110 ml (menampung 50- 100 ml cairan) atau 560 ml (menampung
250-500 ml cairan). Botol sebaiknya harus berpenutup ulir (lebih dari satu putaran) dan terbuat dari
borocilicate glass. Alternatif lainnya botol dapat terbuat dari plastik tahan sterilisasi yang dapat
menekan resiko pecah. Untuk menguji kebocoran botol saat ditutup sempurna maka botol berisi air
dibiarkan terbalik beberapa hari [ CITATION Haf141 \l 1033 ].
Ada tiga cara dalam pengambilan sampel cair, diantaranya adalah :

a) Grab sampling

Sampel sesaat atau grab sample yaitu sampel yang diambil secara langsung dari badan air yang
sedang dipantau, sampel ini hanya menggambarkan karakteristik air pada saat pengambilan sampel
(Effendi, 2003).
b) Composit sampling

Composit sampling adalah campuran contoh yang diambil dari satu titik yang sama pada waktu
yang berbeda, dengan volume yang sama. Contoh air komposit (composite sample) adalah contoh air
campuran yang diambil dari satu lokasi dengan beberapa kali periode pengambilan dalam rentang
waktu tertentu. Periode pengambilan contoh pada umumnya dilakukan selama 24 jam dengan
frekuensi pengambilan setiap 1, 2, atau 3 jam sekali. Pengambilan juga dapat dilakukan secara
kontinyu selama 24 jam menggunakan pompa dengan debit yang konstan. Dengan demikian, data
hasil pengukuran contoh air komposit merupakan data kualitas air rata-rata selama selang waktu
tertentu. Pengambilan contoh air secara komposit ditujukan untuk badan air yang kualitasnya berubah
terhadap waktu. Sebagai contoh, kantin yang diduga dicemari oleh buangan domestik dapat
dipastikan bahwa kualitas air akan berubah setiap waktu tergantung pada air buangan domestik yang
masuk (Suryono, dkk, 2019).
c) Intergrated sampling

Integrated sampling adalah campuran contoh yang diambil dari satu titik pada waktu yang sama,
dengan titik yang berbeda. Contoh air gabungan tempat merupakan air gabungan yang diambil secara
terpisah dari beberapa tempat dengan volume yang sama (Suryono, dkk, 2019).

B. Prosedur Pengambilan Sampel


Sebelum melakukan isolasi terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel. Berikut merupakan
prosedur pengambilan sampel.
1. Sampel tanah
Mikroorganisme yang terdapat di sedimen berperan penting dalam berbagai proses biokimia di
perairan antara lain degradasi materi organik, sumber makanan bagi fauna, produksi primer,
bioremediasi pencemaran, dan mengendalikan kadar amonium, nitrat, dan nitrit. Mikroorganisme
aerobic maupun anaerobic berperan dalam menjaga keanekaragaman komunitas yang tinggi di dalam
sedimen contohnya aktivitas mikroorganisme aerobik yang kaya akan bahan orgamic akan
menurunkan kadar oksigen yang dapat membentuk lingkungan untuk mikroorganisme anaerobic
(Jumiarni, 2010).
Menurut Urakawa et.al (1999); Madigan et.al (2003) dalam Jumiarni (2010) bahwa habitat
mikroorganisme yang paling komplek di muka bumi diwakili oleh sedimen. Beberapa mikroorganisme
aerob, aerob fakultatif, metanogen, homoaset orvogen, pereduksi sulfat, dan fermentative. Hal ini
dikarenakan sedimen merupakan substrat yang menjadi habitat mikroorganisme yang terbentuk
melalui interaksi antara atmosfer dan hidrosfer kerak bumi yang mengendap oleh berbagai proses
alam yang terjadi dan kandungan nutrient yang tinggi.
2. Sampel udara
alat-alat yang digunakan untuk meneliti sampel udara ialah ambient (e-sampler) (untuk PM 2,5
dan PM 10) dan High Volume Air Sampler (untuk TSP) dengan menggunakan pompa air sampler
dengan laju air rerata 2 L/menit. Sebelum dilakukan penimbangan filter dikondisikan pada ruang yang
bersih dengan temperatur sekitar 20 - 25°C, dalarn desikator dengan kelembaban sekitar 55 %. Filter
sebelum dibawa ke lokasi sampling ditimbang (keadaan kosong) menggunakan pinset yang bersih,
tidak boleh dipegang dengan tangan telanjang, sangat dijaga kontarninasinya. Pengambilan sampel
udara ambient dilakukan selama 24 jam di 3 lokasi. Kemudian dengan menggunakan alat e-sampler
untuk filter PM-1O dan PM-2,5 di tiga lokasi sampling sebagai perwakilan daerah polutan udara. Alat
High Volume Air Sampler digunakan untuk sampel udara ambient jenis filter TSP. Alat e-sampler
untuk filter PM -10 digunakan bergantian dengan filter PM-2,5 disetiap lokasi setelah beroperasi 24
jam memakai filter PM10 kemudian diganti memakai filter PM-2,5 dengan waktu operasi yang sama.
Alat High Volume Air Sampler digunakan di setiap sampling dengan filter TSP se1ama 24 jam/lokasi.
Selesai beroperasinya peralatan filter yang digunakan diambil dengan hati-hati menggunakan pinset
bersih kemudian disimpan dalam petridis. Setelah selesai sampling kembali ke laboratorium, dan filter
sesampai di loboratorium disimpan dalam desikator selama 24 jam. Saat proses mengolah sampel
dilakukan, langkah awal dimulai dengan penimbangan filter yang telah menyerap udara ambient hasil
sampling untuk menentukan konsentrasi udara ambient dengan metoda gravimetri, yang diperoleh
dari pengurangan hasil penimbangan berat sampel pada filter PM-1O, PM-2,5 dan TSP dengan berat
filter kosong pertumbuhan (Susanto, 2013).
3. Sampel air
Pengambilan sampel air bergantung kepada keadaan air itu sendiri. Jika beerasal dari air sungai
yang mengalir maka botol dicelupkan miring dengan bibir botol melawan arus air. Bila pengambilan
sampel dilakukan pada air yang tenang, botol dapat dicelupkan dengan tali, jika ingin mengambil
sampel dari air keran maka sebelumya keran dialirkan dulu beberapa saat dan mulut kran dibakar.
C. Preparasi Sampel
Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan dari teknik ini
pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga
lebih mudah penanganannya. Macammacam preparsii bergantung kepada bentuk sampel [ CITATION
Mur18 \l 1033 ]:
1) Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel yang memiliki permukaan
luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada benda tersebut. Contohnya adalah
meja, batu, batang kayu, piring, gelas, sendok, dll. Caranya dengan mengusapkan cotton bud
memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud kontak dengan permukaan sampel.
Swab akan lebih baik jika cotton bud dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan atraktan semisal
pepton water.

2) Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada permukaan
substrat yang luas tapi relatif berukuran kecil, misalnya daun bunga dll. Rinse merupakan
prosedur kerja dengan mencelupkan sampel ke dalam akuades dengan perbandingan 1 : 9 (w/v).
Contohnya sampel daun diambil dan ditimbang 5 g kemudian dibilas dengan akuades 45 ml yang
terdapat dalam beaker glass.

3) Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk dengan mortar dan
pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat terlepas kemudian dilarutkan
ke dalam air. Contoh sampelnya antara lain bakso, biji, buah dll. Perbandingan antar berat sampel
dengan pengenceran pertama adalah 1 : 9 (w/v). Unutk sampel dari tanah tak perlu dimaserasi.

D. Faktor Penghambat Pengambilan Sampel


Ada beberapa faktor penghambat dalam pengambilan sampel yang harus diminimalisir agar hasil
data yang diperoleh akurat. Faktor penghambat pada pengambilan sampel dapat muncul dari
transportasi sampel, dimana sampel yang dibawa dari tempat pengambilan sampel hingga ke
laboratorium harus dilakukan dengan baik. Karena dalam proses membawa sampel bisa terjadi
kesalahan yang disebabkan oleh lamanya perjalanan dari tempat pengambilan sampel ke
laboratorium atau tempat penyimpanan sampel. Penggunaan wadah yang kurang tepat juga dapat
menjadi penghambat dimana setiap sampel yang didapatkan dari ekosistem tertentu memiliki
penggunaan wadah yang berbeda-beda. Selain itu, suhu yang terlalu tinggi atau rendah juga dapat
merubah sampel ataupun mematikannya, karena setiap sampel memiliki batas toleransi suhunya
yang berbeda-beda. Dan, pengawetan yang kurang memadai juga menjadi faktor penghambat karena
dapat memengaruhi sampel (Hadi, 2018).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 19 April 2021, pukul 14 : 00 – 15 : 00 WITA yang
dilakukan secara daring melalui aplikasi Zoom dan SIKOLA. Praktikum dilaksanakan melalui lokasi
masing – masing.
B. Alat dan Bahan
3. Alat
Tabel 3. Alat yang Digunakan pada Praktikum
No Alat Kegunaan
1 Kamera Berfungsi untuk mendokumentasikan
proses pengambilan sampel
2 Botol Sampel Berfungsi sebagai wadah untuk
mengambil sampel air
3 Label Berfungsi untuk memberikan tanda
sampel

4. Bahan
Tabel 4. Bahan yang Digunakan pada Praktikum
No Bahan Kegunaan

1 Air Sebagai objek untuk diteliti

C. Prosedur Kerja
Sumber Air Terbuka/ Bak Mandi
Pertama-tama siapkan bak mandi kemudian isi dengan air. Masukan botol sampel kedalam bak
mandi dengan kemiringan 45°.Membuka tutup botol sampel di dalam air. Botol sampel tersebut di isi
dengan air hingga kapasitas 90% dari volume botol. Tutup botol sampel kemudian berikan label pada
botol sampel
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan metode pengambilan sampel air di kos tepatnya di Jl. BTN Asal
Mula E2/8 . Pengambilan sampel dilakukan dengan menenggelamkan botol sampel yang material
penyusunnya adalah plastik. Menurut (Hutagalung, et al. 1985) pengambilan contoh air yang paling
baik adalah dengan memakai alat yang terbuat dari plastik atau PVC (pralon) karena material tersebut
tidak dapat bereaksi dengan oksigen. Dalam proses memasukkan air ke dalam botol sampel harus
berlawanan dengan arah aliran air dan tidak boleh ada gelembung udara yang dapat mempengaruhi
nilai parameter kualitas air (Satya, 2019). Selain itu, berdasarkan Keputusan Kepala Badan karantina
Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan No. 63 Tahun 2016, saat botol dicelupkan
biasanya minimal 15 cm dengan keadaan horizontal dari permukaan air dengan keadaan botol masih
tertutup sehingga udara yang ada di dalam botol nantinya akan menekan dan mencegah air masuk,
hal ini bertujuan untuk menghindari terambilnya sampel air yang berada di dekat dengan permukaan.
Hal penting yang juga harus diperhatikan yaitu menyiasakan ruang udara pada botol dengan tujuan
agar mikroorganisme mampu bertahan hidup (Wati, 2017).

V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan teknik sampling atau pengambilan sampel dapat
diartikan sebagai suatu cara untuk mendapatkan sampel dari populasi yang akan diteliti. Teknik ini
digunakan untuk menentukan karakter maupun sifat populasi yang diteliti. Teknik sampling pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.

B. Saran
Saran saya untuk praktikum selanjutnya agar waktu pengerjaan bagi praktikan diperpanjang

DAFTAR PUSTAKA

Hafsan. (2014). Mikrobiologi Analitik. Makassar: Alauddin University Press.

Nur Kusmiyati, P. D. (2018). Mikrobiologi Umum. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN), FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI, malang.

Surya, M. W. (2018). Modul Praktek Dasar Mikrobiologi. Padang, Sumatera Barat: Universitas Andalas.

Tim Laboratorium Mikrobiologi Fakultas biologi Universitas Jendral Sudirman. 2008. Petunjuk
praktikum mikrobiologi dasar. Universitas Jendral Sudirman.
Tim Asisten. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar. Laboratorium Mikrobiologi Fak. Biologi.
Unsoed. Purwokerto
Sutanto, W. W. (2013). Sampling and preparation of air pollutants at the Coal Paiton Power Plant area
Probolinggo.
Hadi, Anwar. 2018. Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium
Pengujian. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jumiarni, Dewi. 2010. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Sedimen Waduk. Jurnal Exacta. Vol. 8. No.1.
Hutagalung, H. P., Rozak, A., & Lutan, I. 1985. BEBERAPA CATATAN TENTANG PENENTUAN
KADAR OKSIGEN DALAM AIR LAUT BERDASARKAN METODE WINKLER. Oseana 10 (4) :
138 – 149.
SATYA, I. D. 2019. Daya Tampung Sungai Rembagan Terhadap Beban Pencemaran Menggunakan
Metode Streeter-Phelps (Desa Cangkring Kecamatan Patrang) (Doctoral dissertation, Jurusan
Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember).

PRAKTIKUM IV
PEMBUATAN MEDIUM PERTUMBUHAN
MIKROBA
PEMBUATAN MEDIUM PERTUMBUHAN MIKROBA
Nama : Muhammad Luthfi Shafwan
Nim : L011191019
Kelompok : 5A

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media pertumbuhan
mikroorganisme adalah suatu
bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan
(nutrisi) yang diperlukan
mikroorganisme untuk
pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan
nutrisi media berupa
molekulmolekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel.
Dengan media
pertumbuhan dapat dilakukan
isolat mikroorganisme menjadi
kultur murni dan
juga memanipulasi komposisi
media pertumbuhannya.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat
makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun
komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi
kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Riki, 2019).
Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan
pergerakan. Lazim nya, medium biakan berisi air,sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon,
nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen,hidrogen serta unsur-unsur sekelumit (trace element). Dalam bahan
dasar medium dapat pula di tambahakan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin atau
nukleotida (Riki, 2019).
Medium harus mengandung nutrient yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan
mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks.
Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar mahkluk hidup, yang meliputi air, karbon,
energy, mineral dan faktor tumbuhan (Label, 2008)

B. Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengenali medium umum dan medium selektif untuk pertumbuhan
mikroba.
b. Mahasiswa mampu membuat medium untuk pertumbuhan mikroba, baik medium padat
maupun medium cair.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktikum ini meliputi pengenalan medium umum dan medium selektif untuk
pertumbuhan mikroba, serta pembuatan medium pada dan cair.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Isolasi dan Inokulasi


Isolasi mikroorganisme adalah memisahkan mikroba yang berasal dari lingkungan dan
membuahkannya sebagai kultur murni dalam suatu medium. Proses pemindahan mikroba dari
medium lama ke medium yang baru harus dilaksanakan secara teliti. Terlebih dahulu harus
diusahakan agar semua alat-alat yang berhubungan dengan medium dan pekerjaan inokulasi
(penanaman) itu benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari kontaminasi dengan
mikroorganisme yang tidak diinginkan (Indah, 2013).
Inokulasi Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan
bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada
dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi
(Dwijoseputro, 1998).
Teknik inokulasi merupakan suatu pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke
medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Dengan demikian akan diperoleh
biakan mikroorganisme yang dapat digunakan untuk pembelajaran mikrobiologi. Pada
praktikum ini akan dilakukan teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada medium steril untuk
mempelajari mikrobiologi dengan satu kultur murni saja (Emma,2013).

B. Medium
1. Definisi Medium

Media adalah campuran nutrien atau zat makanan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhan. Media selain untuk menumbuhkan mikroba juga dibutuhkan untuk isolasi & inokulasi
mikroba serta untuk uji fisiologi dan biokimia mikroba. Media yang baik untuk pertumbuhan mikroba
adalah yang sesuai dengan lingkungan pertumbuhan mikroba tersebut, yaitu : susunan makanannya
dimana media harus mengandung air untuk menjaga kelembaban dan untuk pertukaran zat atau
metabolisme, juga mengandung sumber karbon, mineral, vitamin dan gas, tekanan osmose yaitu
harus isotonik, derajat keasaman/pH umumnya netral tapi ada juga yang alkali, temperatur harus
sesuai dan steril (Yusmaniar, 2017).

2. Jenis-jenis Medium

Berdasarkan bentuknya media dibedakan menjadi:


1. Media Cair yaitu media yang digunakan untuk pembenihan diperkaya sebelum disebarke
media padat, tidak cocok untuk isolasi mikroba dan tidak dapat dipakai untuk mempelajari
koloni kuman. Contoh media cair Nutrient broth (NB); Pepton dilution fluid (PDF); Lactose
Broth (LB); Mac Conkey Broth (MCB), dan lain-lain. Pepton merupakan protein yang diperoleh
dari peruraian enzim hidrolitik seperti pepsin, tripsin, papain. Pepton mengandung Nitrogen
dan bersifat sebagai larutan penyangga, beberapa kuman dapat tumbuh dalam larutan pepton
4%.
2. Media semi padat yaitu media yang mengandung agar sebesar 0.5 % dan digunakan untuk
melihat motilitas bakteri.
3. Media padat yaitu media yang mengandung komposisi agar sebesar 15 %. Media padat
digunakan untuk mempelajari koloni kuman, untuk isolasi dan untuk memperoleh biakan
murni. Contoh media padat Nutrient Agar (NA); Potato Detrose Agar (PDA); Plate Count Agar
(PCA), dan lain-lain.
Berdasarkan tujuan penggunaannya media dibedakan menjadi :
a. Media isolasi yaitu media yang mengandung unsur esensial yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan mikroba.
b. Media diperkaya yaitu media yang mengandung bahan dasar untuk pertumbuhan mikroba
dan zat-zat tertentu yang ditambahkan seperti serum, kuning telur, dan lain-lain
(Yusmaniar, 2017).

Berdasarkan bahan yang dipakai dalam pembuatannya media dibedakan menjadi:


1. Media alami yaitu media yang komponen pembentuknya terdiri dari bahan-bahan alam, seperti
kentang, tauge, daging, nasi, dan lain sebagainya.
2. Media semi sintetik yaitu media yang bahan pembentuknya terdiri dari campuran bahanbahan
alami dan bahan sintetik. Contoh : Agar Tauge, Agar Kentang Dextrosa.
3. Media sintetik yaitu media yang bahan pembentuknya secara keseluruhan terbuat dari bahan-
bahan sintetik. Contoh : Agar Sabouraud, Endo Agar, Agar Czapex Dox, dan lain-lain (Sujaya,
2017).
Berdasarkan kegunaannya media dibedakan menjadi:
1. Media umum yaitu media yang digunakan untuk menumbuhkan satu atau lebih kelompok
mikroba secara umum. Contoh : Nutrient Agar (media untuk menumbuhkan kelompok bakteri,
Potato Dextrose Agar (media yang dipakai untuk menumbuhkan kelompok jamur.
2. Media pengaya yaitu media yang dipakai untuk menyuburkan mikroba tertentu sebelum
ditumbuhkan pada media yang dipakai dalam penelitian. Contoh: Selenit Broth (untuk
menyuburkan pertumbuhan bakteri Salmonella).
3. Media selektif yaitu media yang dipakai untuk menumbuhkan species tertentu dari mikroba,
dengan menghambat pertumbuhan species lain yang tidak dikehendaki.
4. Media penghitungan yaitu media yang dipakai untuk menghitung jumlah mikroba suatu bahan.
Media ini dapat berupa media media umum dan media selektif (Sujaya, 2017).
C. Tehnik Inokulasi
Terdapat beberapa metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan jenis medium tujuannya.
Pada medium agar tegak, dilakukan metode tusuk menggunakan jarum ose. Pada medium agar
miring, dilakukan metode gores dengan menggunakan loop ose. Pada medium petridisk, dapat
digunakan metode streak plate (metode gores), pour plate (metode tuang)atau spread plate
(metode sebar) Setelah inokulasi, dilakukan proses inkubasi, yaitu menyimpan medium pada
alat atau kontainer ada temperatur tertentu dan periode tertentu, sehingga tercipta lingkungan yang
menyediakan kondisi cocok untuk pertumbuhan bakteri.

Metode gores atau streak plate menggunakan loop ose dan menggoreskannya kepermukaan
medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya sel-sel bakteri tunggal
yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel-sel bakteri tunggal ini akan membentuk
koloni tunggal yang kemudian dapat dipindahkan ke medium selanjutnya agar didapatkan
biakan murni (Oetomo, 1990).

D. Pengenceran
Pengenceran digunakan karena untuk menumbuhkan koloni bakteri pada media yang terbatas
tidak mungkin dilakukan penghitungan bakteri yang berjumlah puluhan ribu. Pengenceran ini
dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan bakteri pada sampel (Puspitasari., et al. 2012).
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran beragam spesies diencerkan dalam
suatu tabung yang tersendiri. Pengenceran suspense mikroba pada umumnya dilakukan dengan
teknik pengenceran berseri (series of dilution). Dari hasil pengenceran ini kemudian diambil kira-kira 1
mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk
disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni
yang akan tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh
satu koloni saja. Metode pengenceran mempunyai kelemahan karena hanya dapat digunakan untuk
isolasi mikroba yang jumlahnya dominan dalam suatu campuran populasi mikroba ( Fardiaz, 1988 ).

E. Mikroorganisme di Laut
Menurut Darwis (1992), Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang sangat kecil yang
diklasifikasikan dalam kelas protista yang terdiri dari bakteri, jamur, protozoa dan ganggang. Menurut
Fardiaz (1989), Semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan tertentu membutuhkan zat organik
untuk pertumbuhan dan proses metabolism Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang dalam
suatu bahan dapat menyebabkan perubahan komposisi fisik dan kimia, seperti perubahan warna,
kabut, dan bau asam. Mikroorganisme laut yaitu mikroorganisme yang perkembangbiakannya terjadi
pada laut karena memerlukan kandungan garam. Mikroorganisme laut tergolong ke dalam bakteri
halofilik. Mikroorganisme laut terbagi menjadi dua jenis yaitu halofilik moderat dan halofilik ekstrim.
Halofilik moderat umumnya membutuhkan 1%-20% kandungan garam sedangkan halofilik ekstrim
membutuhkan 15%-31% kandungan garam (Orgenski & Umbreit, 1959)

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 26 April 2021, pukul 14 : 00 – 15 : 00 WITA yang
dilakukan secara daring melalui aplikasi Zoom dan SIKOLA. Praktikum dilaksanakan melalui lokasi
masing – masing.

B. Alat dan Bahan


5. Alat
Tabel 5. Alat yang Digunakan pada Praktikum

No Alat Kegunaan
1. Autoklaf Untuk mensterilkan alat dan bahan dengan
metode uap panas bertekanan (metode basah).
2. Hot plate with magnetic Untuk pembuatan medium dengan pemanasan stirrer
dan pengadukan.
3. Erlenmeyer Wadah untuk medium atau larutan.
4. Beaker Glas Wadah untuk pencampuran bahan / larutan.
5. Rak Tip Untuk menyimpan Tip.
6. Vortex Untuk Menghomogenkan larutan.
7. Mikropipet dan Untuk memindahkan larutan dalam jumlah mikron.
Tip
8. Tabung Reaksi Wadah untuk menumbuhkan mikroba dan uji
biokimiawi.
9. Rak Tabung Untuk Menyimpan tabung reaksi.
10. Cawan Petri Wadah untuk medium pada saat melakukan uji.
11. Ose Jarum yang digunakan pada saat inokulasi
mikroba.
12. Timbangan Analitik Untuk menimbang bahan dalam pembuatan
media.
13. Labu Semprot Untuk menyimpan larutan seperti alkohol/aquades
yang digunakan dalam proses sterilisasi.
14. Magnetic Stirrer Untuk mengaduk medium / larutan secara
magnetik.
15. Bunsen Untuk sterilisasi secara pijar.
16. Sendok Plastik Digunakan untuk menyendok bahan.

6. Bahan
Tabel 6. Bahan yang Digunakan pada Praktikum

No Alat Kegunaan
1. Kapas steril Sebagai penutup tabung reaksi.
2. Aluminium foil Sebagai penutup erlenmeyer.
3. Nutrien Agar Digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan bakteri.
4. PDA Potato Dextrose Agar(PDA) sebagai media yang
sering digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan yeast dan kapang.
5. Nacl Digunakan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri.
6. TSB Sebagai Media untuk isolasi pertumbuhan
mikroorganisme yang telah diperkaya nutrisi.
7. Spiritus Sebagai bahan bakar bunsen.
8. Akuades Sebagai pelarut saat melarutkan senyawa.

C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Medium Nutrien Agar (NA) Miring
a. Menyiapkan semua alat dan bahan.
b. Menghitung komposisi medium yang akan digunakan.
c. Melarutkan 20 g NA ke dalam 1000 mL air laut steril pada wadah beaker glass
d. Menghomogenkan medium dengan pelarut diatas hot plate with stirrer.
e. Setelah homogen, memasukkan 9 mL medium ke dalam tabung reaksi, kemudian
menutup mulut tabung dengan menggunakan kapas.
f. Mensterilkan tabung reaksi yang berisi medium tadi ke dalam autoklaf pada suhu 121o C,
tekanan 2 atm selama 15 menit.
g. Mengeluarkan medium dari autoklaf dan meletakkan tabung reaksi yang berisi medium dalam
posisi miring, hingga memadat.
2. Pembuatan Medium Nutrien Agar (NA) Plate
a. Menyiapkan semua alat dan bahan.
b. Menghitung komposisi medium yang akan digunakan.
c. Melarutkan 20 g NA ke dalam 1000 mL air laut steril pada wadah beaker glass
d. Menghomogenkan medium dengan pelarut diatas hot plate with stirrer.
e. Memasukkan medium yang telah dihomogenkan tadi ke dalam erlenmeyer dan
menyumbat mulut Erlenmeyer dengan kapas kemudian ditutupi dengan aluminium foil
f. Mensterilkan erlenmeyer yang berisi medium ke dalam autoklaf suhu 121o C, tekanan 2 atm
selama 15 menit.
g. Mengeluarkan medium yang telah steril dari autoklaf dan meletakkannya pada ruang kerja LAF,
didinginkan hingga suhu 45⁰ C.
h. Menuangkan medium 15-20 mL ke dalam cawan petri dalam keadaan aseptis di
Laminar Air Flow (LAF).
3. Pembuatan Medium Nutrien Broth (NB)
a. Menyiapkan semua alat dan bahan.
b. Menghitung komposisi medium yang akan digunakan.
c. Melarutkan 20 g NB ke dalam 1000 mL air laut steril pada wadah beaker glass
d. Menghomogenkan medium dengan pelarut diatas hot plate with stirrer.
e. Memasukkan medium ke dalam tabung reaksi dan menutup mulut tabung dengan
menggunakan kapas.
f. Mensterilkan tabung reaksi yang berisi medium ke dalam autoklaf suhu 121o C, tekanan 2 atm
selama 15 menit.
g. Mengeluarkan medium yang telah steril dari autoklaf dan meletakkan tabung reaksi pada rak
tabung.
4. Pengenceran

a. Tandai 5 cawan petri dengan 10-1 , 10-2 , 10-3 , 10-4 , 10-5


b. Masukkan sampel yang mengandung bakteri ke dalam tabung reaksi. Pengenceran pertama
(1/10 atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi suspensi).
c. Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama adalah 1: 9 (jika memakai teknik
pencucian dan pengolesan maka akuades/larutannya sudah termasuk pengencer 10-1.
d. Setelah sampel masuk lalu dilarutkan dengan mengocoknya sampai homogen atau
menggunakan vortex.
e. Ambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10-2 secara
aseptis kemudian dihomogenkan menggunakan vortex mixer.
f. Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama.
g. Setelah semua selesai dilakukan, 1 ml sampel dari pengenceran dipindahkan dengan pipet
steril kedalam cawan petri kosong.

5. Metode Inokulasi

a) Inokulasi pada media cair


1) Mengambil koloni bakteri menggunakan ose bulat yang telah disterilkan.
2) Mencelupkan ose dan melakukan sedikit pengadukan.
3) Selanjutnya menginkubasi sampel pada inkubator.
b) Inokulasi pada media semi padat
1) Mengambil koloni bakteri menggunakan ose bulat.
2) Menusukkan ose jarum yang telah diberi inokulum ke dalam media agar tegak dengan tidak
menyetuhkan ose pada dinding tabung reaksi sampel.
3) Selanjutnya menginkubasi sampel pada incubator
c) Inokulasi pada media padat
1) Metode sebar
a) Pindahkan 0,1 mL suspensi berisi bakteri secara aseptis ke permukaan media yang telah
memadat dalam cawan petri menggunakan pipet.
b) Sterilisasi spreader/batang bengkok/batang ose dengan cara dicelupkan dalam alkohol 70%
kemudian dibakar dengan dilewatkan diatas api, biarkan spreader dingin.
c) Tebarkan/sebarkan kultur bakteri dengan spreader secara merata dan biarkan sampai permukaan
agar mengering.
d) Setelah permukaan agar mengering, selanjutnya inkubasikan secara terbalik selama 24 jam pada
suhu kamar ataupun inkubator dan amati pertumbuhannya.
2) Metode cawan tuang
a) Teteskan 1 ml suspensi sel kedalam cawan petri kosong yang telah steril secara aseptis
b) Tuangkan media agar yang hangat (suhu 45 – 50 oC) ke cawan yang telah berisi suspensi bakteri
tersebut dan tutup (Gambar 3)
c) Homogenkan campuran media dan suspensi dengan cara goyangkan atau putar cawan petri
secara perlahan membentuk angka delapan (8) di atas meja yang rata dalam kondisi aseptis.
d) Setelah agar memadat cawan petri diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu kamar ataupun
inkubator selama 24 jam. Amati pertumbuhannya.
3) Metode cawan gores
a) Panaskan jarum ose hingga memijar di atas bunsen, kemudian beri jarak dari bunsen dan
diamkan hingga dingin.
b) Gunakan ose yang telah dingin untuk mengambil kultur murni bakteri.
c) Goreskan pada permukaan medium-agar dimulai dari satu ujung ose yang disentuhkan pada
permukaan medium sebaiknya tidak ditekan terlalu dalam.
d) Setiap kali menggoreskan ose untuk kuadran berikutnya, pijarkan ose terlebih dahulu dan biarkan
dingin.
e) Inkubasikan cawan petri berisi mikroba dengan posisi terbalik pada suhu ruang atau pada suhu
tertentu dalam incubator selama 24-48 jam dan amati pertumbuhannya.
6. Pembuatan Agar (Daring)
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menimbang 15 gram nutrijell rasa cincau dan memasukkannya ke dalam wadah.
c. Melarutkan bahan dengan 700 ml air.
d. Memanaskan campuran bahan sambil diaduk rata.
e. Selanjutnya menuang agar yang telah mendidih ke dalam wadah. Wadah yang digunakan bisa
berasal dari wadah representatif untuk pembuatan medium agar plate atau agar miring.
f. Dokumentasikan hasil dan masukkan ke dalam laporan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Gambar 1. Medium Agar

B. Pembahasan
Praktikum kali ini menjelaskan tentang berbagai pembuatan medium pertumbuhan mikroba hingga
inokulasi bakteri. Adapun medium yang umum digunakan adalah NA (Nutrien Agar) dan NB (Nutrien
Broth). Dari segi komposisi, tidak terdapat banyak perbedaan antara keduanya. NA dibuat dari
pepton, yeast serta beef extract sebagai sumber nutrisi yang mendukung perkembangbiakan bakteri.
Sama dengan NA, NB juga memiliki pepton, yeast dan nutrisi lainnya. Hanya saja NB memiliki
konsistensi yang lebih cair. Dari segi fungsi, NA digunakan sebagai medium kultivasi bakteri
sedangkan NB digunakan untuk isolasi stok serta kultivasi sel.
Terdapat beberapa jenis agar dengan fungsi masing-masing. Agar tegak digunakan untuk
mengamati motilitas dan kebutuhan oksigen dari suatu bakteri. Agar miring biasanya digunakan untuk
menganalisis kuantitatif yaitu menghitung koloni. Agar pada cawan digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme.
Pengenceran sampel memiliki fungsi untuk menurunkan jumlah mikroorganisme agar diperoleh
penyebaran koloni yang baik dan tidak mengalami penumpukan atau dengan kata lain pengenceran
memiliki tujuan pengurangan konsentrasi sampel sehingga didapatkan konsentrasi yang dapat
dihitung. Koloni-koloni yang diisolasi hanya yang memberikan daerah bening tersebut membentuk
suatu zat yang dapat mempertahankan hidupnya dari kompetisi nutrien dari koloni-koloni lain
disekitarnya sehingga koloni lain tidak dapat tumbuh ( Wattimena, 1989).
Inokulasi dapat dilakukan dengan beberapa jenis diantaranya metode gores, metode sebar dan
metode tuang. Pada metode gores, inokulasi dilakukan seperti menggores medium dengan berbagai
variasi goresan diantaranya kuadran, radian, sinambung dan tipe T. Kelebihan pada metode ini
terdapat pada efisiensi waktu. Namun kekurangannya adalah laboran harus memiliki keterampilan
tertentu untuk mendapatkan hasil dari goresan yang maksimal. Kemudian pada metode sebar,
inokulasi dilakukan dengan pemerataan mikroba menggunakan batang L sebelum medium memadat.
Kelebihan metode ini terdapat pada pertumbuhan mikroba yang merata pada permukaan. Namun
kekurangannya adalah inokulasi jenis ini sebaiknya tidak digunakan pada mikroba jenis anaerob.
Pada metode tuang, suspensi bakteri terlebih dahulu dimasukkan ke dalam cawan petri sebelum
mediumnya. Kelebihan pada metode ini ialah metode tuang dapat digunakan untuk menumbuhkan
mikroba jenis aerob. Namun kekurangannya terdapat pada jangka waktu yang digunakan. Untuk
bertumbuh, mikroba membutuhkan waktu yang sedikit lama dari metode inokulasi lainnya.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa medium yang
digunakan pada praktikum ini adalah nutrient agar dan nutrient broth. Fungsi nutrient broth dan
nutrient agar umumnya untuk meremajakan isolat dari stok penyimpanan atau untuk kultivasi sel.
Secara umum medium terbagi atas 3 jenis yaitu media padat, media cair, dan media semi padat.
Jenis-jenis media tersebut harus digunakan sesuai dengan jenis mikroba seperti apa yang kita
inginkan. Setelah melakukan pembuatan medium, hal selanjutnya yang dilakukan adalah
melakukan isolasi dan inokulasi yang bertujuan untuk memindahkan mikroba dari medium yang
lama ke medium yang baru. Dimana teknik ini penting untuk dilakukan untuk memudahkan
proses penelitian pada satu mikroba yang diinginkan dan selanjutnya akan dilakukan
pengenceran bertingkat untuk menghitung jumlah koloni yang terdapat pada medium tersebut.

B. Saran
Saran saya untuk praktikum selanjutnya agar waktu pengerjaan bagi praktikan diperpanjang
DAFTAR PUSTAKA
Kunarso, D. H. (1988). Peranan bakteri heterotrofik dalam ekosistem laut. Jurnal Oseana, 13(4), 133-142.
Agustiningyas, I. (2020, March). Laboratorium Mikrobiologi. Retrieved April 14, 2021, from
https://fk.uii.ac.id/: https://fk.uii.ac.id/

Ahmad Nuzuludin Kadri, K. T. (2015). Perbedaan Cara Penyebaran Suspensi terhadap Jumlah Bakteri pada,
4(3), 205-212. Retrieved April 28, 2021

Gunawan, R. (2019). LAPORAN PRAKTIKUMMIKROBIOLOGI PERAIRANPEMBUATAN MEDIA MENGGUNAKAN


MEDIA TSA DAN TSB. UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI, FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN
PERIKANAN, Tanjung Pinang.

Hayatun Nufus, S. K. (2017, Februari). Analisis Sebaran Klorofil-A Dan Kualitas Air Di Sungai Krueng. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 2(1), 58-65.

Murtius, W. S. (2018). Praktek Dasar Mikrobiologi. Padang: Universitas Andalas.

Nur Kusmiyati, P. D. (2018). Mikrobiologi Umum. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN), FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI, malang.

Sujaya, I. N. (2017). PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Universitas Udayana, Fakultas Kesehatan


Masyarakat, Kuta selatan. Retrieved from
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/7afcb15c2c6bc37870553bb57 e33e346.pdf

Surya, M. W. (2018). Modul Praktek Dasar Mikrobiologi. Padang, Sumatera Barat: Universitas Andalas.

Yusmaniar, W. K. (2017). MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI. KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA.
PRAKTIKUM V
PENGAMATAN MORFOLOGI DAN
PERHITUNGAN MIKROBA
PENGAMATAN MORFOLOGI DAN PERHITUNGAN MIKROBA

Nama : Muhammad Luthfi Shafwan


Nim : L011191019
Kelompok : 5A

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Media pertumbuhan
mikroorganisme adalah suatu
bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan
(nutrisi) yang diperlukan
mikroorganisme untuk
pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan
nutrisi media berupa
molekulmolekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel.
Dengan media
pertumbuhan dapat dilakukan
isolat mikroorganisme menjadi
kultur murni dan
juga memanipulasi komposisi
media pertumbuhannya.
Mikrobiologi merupakan yang mempelajari mikroba, jasad renik. Mikrobiologi merupakan salah
satu cabang ilmu dari biologi dan membutuhkan ilmu pendukung yaitu kimia, fisika dan biokimia. Ilmu
ini umumnya disebut sebagai ilmu praktek dari biokimia (Fifendy, 2017).
Dalam ilmu mikrobiologi, terdapat mikroba yaitu salah satu organisme yang memiliki jumlah
yang melimpah dan memiliki ukuran renik. Mikroba hidup dapat ditemukan di berbagai tempat seperti
di udara, tanah, air, makanan dan bahkan dapat hidup dalam tubuh manusia (Badaring dkk., 2020).
Mikroba sulit untuk dilihat menggunakan mata telanjang karena mata telanjang tidak dapat
menglihat mikroba yang berukuran 0,1 mm. Pada umumnya mikroba dinyatakan dalam satuan mikron
(μ) dimana 1 mikron adalah 0,001 mm. Pengamatan sel mikroba pada umumnya hanya dapat diamati
menggunakan alat pembesar atau mikroskop walaupun terdapat mikroba yang berukuran besar
sehingga dapat dilihat tanpa alat pembesar (Fifendy, 2017).
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai bentuk (morphos) dimana morfologi
dalam ilmu biologi mempelajari mengenai bentuk organisme dan mencakupi bagian-bagiannya.
Morfologi bakteri dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu morfologi makroskopik (morfologi
koloni) dan morfologi mikroskopik (morfologi seluler) (Putri dkk ., 2017).

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu:
c. Membedakan koloni bakteri berdasarkan bentuk, elevasi, pinggiran warna, tekstur dan struktur
yang tumbuh pada medium padat.
d. Membedakan jenis-jenis fungi
e. Menghitung mikroba dengan metode hitungan cawang dan Most Probable Number (MPN)
Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar praktikan mampu mengenali morgologi koloni bakteri dan
jamur dan mengetahui jumlah mikroba.

Ruang Lingkup
Praktikum ini meliputi pengamatan bakteri pada koloni bakteri yang tumbuh pada medium padat
serta melakukan perhitungan koloni mikroba dengan dua metode perhitungan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme di Laut
Menurut Darwis (1992), Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang sangat kecil yang
diklasifikasikan dalam kelas protista yang terdiri dari bakteri, jamur, protozoa dan ganggang. Menurut
Fardiaz (1989), Semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan tertentu membutuhkan zat organik
untuk pertumbuhan dan proses metabolism Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang dalam
suatu bahan dapat menyebabkan perubahan komposisi fisik dan kimia, seperti perubahan warna,
kabut, dan bau asam. Mikroorganisme laut yaitu mikroorganisme yang perkembangbiakannya terjadi
pada laut karena memerlukan kandungan garam. Mikroorganisme laut tergolong ke dalam bakteri
halofilik. Mikroorganisme laut terbagi menjadi dua jenis yaitu halofilik moderat dan halofilik ekstrim.
Halofilik moderat umumnya membutuhkan 1%-20% kandungan garam sedangkan halofilik ekstrim
membutuhkan 15%-31% kandungan garam (Orgenski & Umbreit, 1959).
Mikroorganisme dalam laut merupakan salah satu sumber daya yang memiliki potensi sebagai
sumber senyawa bioaktif. Protista, sianobakteri (cyanobacteria), bakteri, jamur dan virus merupakan
mikroorganisme yang berperan penting dalam proses-proses yang berlangsung dalam kolom kolom
air laut (Susana, 2017).
1) Protista
Protista laut ditentukan oleh habitatnya sebagai protista yang hidup di lingkungan laut , yaitu di
perairan asin laut atau samudra atau perairan payau. Mereka adalah organisme yang sangat beragam
yang saat ini disusun menjadi 18 filum, tetapi tidak mudah untuk diklasifikasikan. Kebanyakan protista
bersel tunggal dan mikroskopis. Tapi ada pengecualian. Beberapa protista laut bersel tunggal bersifat
makroskopis. Protista dapat secara luas dibagi menjadi empat kelompok tergantung pada apakah
nutrisinya seperti tumbuhan, hewan, jamur, atau campuran dari semuanya. Contoh
mikroorganismenya seperti Pyramimonas yaitu jenis Protista yang seperti tumbuhan, Radiolarian jenis
Protista yang seperti binatang, Labyrinthulomycetes jenis Protista seperti jamur dan Euglena mutabilis
jenis mixotrof.
2) Bakteri
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk
ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil, serta memiliki peran besar dalam kehidupan
di bumi. Jenis bakteri yang termasuk ke dalam bakteri air laut adalah genus Micrococcus, Sarcina,
Vibrio, Bacillus, Bacterium, Pseudomonas, Corynebacterium, Nocardia, Spirillum, Mycoplana, dan
Streptomyces (Kunarso (1988) dalam (Sukiman, 2017)). Alga atau Ganggang Hijau Biru
(Cynobacteria) merupakan kelompok dari Eubacteria (bakteri). Cyanobacteria juga dikenal sebagai
Cyanophyta, sering di Indonesiakan sebagai sianobakteri atau sianobakteria adalah sebuah filum
bakteri yang mendapatkan kebutuhan energinya melalui fotosintesis. Salah satu jenis Cyanobacteria,
adalah Trichodesmium spp. Jenis Trichodesmium spp. ini berbentuk koloni berperan penting dalam
terjadinya proses biogeo-kimia di perairan laut. Distribusi jenis Trichodesmium spp. dijumpai di
perairan laut subtropik sampai perairan laut tropik (Sediadi, 2004).
3) Fungi
Jamur laut adalah spesies dari jamur yang hidup di laut atau muara lingkungan. Mereka bukan
kelompok taksonomi , tetapi berbagi habitat yang sama. Jamur laut obligat tumbuh secara eksklusif di
habitat laut saat terendam seluruhnya atau secara sporadis di air laut. Jamur laut fakultatif biasanya
menempati habitat darat atau air tawar, tetapi mampu hidup atau bahkan bersporulasi di habitat laut.
Sekitar 444 spesies jamur laut telah dideskripsikan, termasuk tujuh genera dan sepuluh spesies
basidiomycetes , serta 177 genera dan 360 spesies ascomycetes. Salah satu contoh jenis jamur
aquatic adalah Chytridiomicota. Chytridiomycota adalah sekelompok jamur yang ditandai dengan
produksi zoospora dengan flagel tunggal yang diarahkan ke posterior. Thalli jamur ini biasanya
mikroskopis dan bervariasi (Powell, 2016).
4) Virus
Virus adalah organisme yang berukuran sangat kecil dan memiliki molekul asam nukleat, DNA
atau RNA yang terbungkus dalam lapisan pelindung protein (kapsid). Jaringan tersebut diketahui
dapat membawa informasi genetik dan mengadakan replikasi sehingga menular. Salah satu contoh
virus yang berada pada laut adalah Betanodaviruses (famili Nodaviridae) adalah agen penyebab
serangan VNN pada budidaya ikan laut. Betanodaviruses adalah virus kecil, berbentuk bola, tidak
punya kapsid dengan genom yang terdiri atas dua ikatan tunggal. Virus ini terdiri dari dua segmen
(RNA1 dan RNA2) dari utas tunggal RNA (ssRNA) dengan segmen RNA2 mengandung segmen
sebagai pembungkus protein virus. Segmen RNA2 dapat diisolasi dan digunakan sebagai target
deteksi RNA virus melalui metode molekular dan pelindung protein virus pada metode imunitas. Viral
Nervous Necrotic atau VNN yaitu salah satu infeksi virus dalam sel dan jaringan yang dapat merubah
fungsi sel dan jaringan. Virus ini akan menyebabkan terjadinya peradangan yang akan merusak sel
dan jaringan pada tubuh ikan. Virus ini juga menyerang sistem syaraf pada ikan. Beberapa ikan
terlihat tidur atau mati di bagian bawah. Di Indonesia sendiri, virus ini menyerang larva ikan laut dan
mulai merambah ke komoditas ikan air tawar (Suprapto, 2019). Gejala serangan yang dihasilkan VNN
adalah ikan bergerak berputar, atau tertidur di dasar seperti kematian. Apabila virus ini ditemukan
pada ikan hidup, ia dapat dihentikan penyebarannya dengan membekukan ikan tersebut, namun tidak
aman untuk dijadikan makanan ataupun dikonsumsi. Tingkat virulensi pada ikan dipengaruhi oleh
jumlah virus, jalur masuknya, mekanisme pertahanan ikan, dan faktor virulensi virus (Suprapto, 2019).

Morfologi Mikroorganisme Laut


Bentuk umum mikroorganisme terdiri dari satu sel (uniseluler), seperti yang umum didapatkan
pada bakteri, ragi, dan mikroalga. Bentuk mikroorganisme dapat juga berbentuk filamen atau serat,
yakni rangkaian sel yang terdiri dari 2 sel atau lebih yang berbentuk rantai, seperti yang umum
didapatkan pada fungi. Bentuk filamen paa kenyataannya dapat berupa filamen semu bila hubungan
antara sel satu dengan lainnya tidak nyata atau tidak ada. Sedangkan bentuk filament benar, kalau
hubungan antara satu sel dengan lainnya terdapat hubungan yang jelas, baik hubungan secara
morfologis (bentuk) maupun secara fisiologi (Vivi, 2013).
1) Protozoa
Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk
mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola
kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite),
atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat
membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada keadaan yang
menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai
dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan
protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam
membran sel. Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras
yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel mineral
untuk membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan skeleton.
Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luar Foraminifera
tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan kapur.
Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas menggunakan pseudopodia (kaki
palsu), flagela atau silia, namun ada yang tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang
dipunyai dan mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas. Protozoa yang
bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke dalam Sarcodina, yang bergerak dengan flagela
dimasukkan ke dalam Mastigophora, yang bergerak dengan silia dikelompokkan ke dalam Ciliophora,
dan yang tidak dapat bergerak serat merupakan parasit hewan maupun manusia dikelompokkan ke
dalam Sporozoa. Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the Society of
Protozoologist, mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru, yaitu Sarcomastigophora,
Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan Labyrinthomorpha. Pada
klasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan Mastigophora digabung menjadi satu kelompok
Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi lima
kelas (Setiawan, 2010).
2) Bakteri
Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
Bakteri memiliki bentuk bermacam-macam yaitu, bulat, batang dan spiral (Vivi, 2013).
a. Bakteri bentuk buat
Bentuk-bentuk bakteri basil Bakteri berbentuk bulat dikenal sebagai basil. Kata basil berasal
dari bacillus yang berarti batang. Bentuk basil dapat pula dibedakan atas:
1. Basil tunggal yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal, misalnya Salmonella
typhi, penyebab penyakit tipus.
2. Diplobasil yaitu bakteri berbentuk batang yag bergandengan dua-dua.
3. Streptobasil yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan memanjang membentuk
rantai misalnya Bacillus anthracis penyebab penyakit antraks.
b. Bakteri bentuk bola
bentuk bola Bakteri berbentuk bola dikenal sebagai coccus, bakteri ini juga dapat dibedakan
atas:
1. Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bola tunggal, misalnya Neisseria gonorrhoeae,
penyebab penyakit kencing nanah.
2. Diplokokus, yaitu bakeri berbentuk bola yang bergandengan dua-dua, misalnya Diplococcus
pneumonia penyebab penyakit pneumonia atau radang paru-paru.
3. Sarkina, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-empat sehngga bentuknya
mirip kubus.
4. Streptokokus, yaitu bakteri bentuk bola yang berkelompok memanjang membentuk rantai.
5. Stafilokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni membentuk sekelopok sel tidak
teratur sehingga bentuknya mirip dompolan buah anggur.
c. Bakteri bentuk spiral
Ada tiga macam bentuk spiral:
1. Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral misalnya Spirillum. 2. Vibrio, ini
dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna, misalnya Vibrio cholera penyebab penyakit
kolera.
3. Spiroseta yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang besifat lentur. Pada saat bergerak,
tubuhnya dapa memanjang dan mengerut.

Perhitungan Mikroorganisme
Perhitungan jumlah bakteri merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk bisa mengetahui
berapa banyak koloni bakteri yang terdapat pada suatu media, baik itu koloni sel yang hidup maupun
koloni sel bakteri yang mati. Metode yang digunakan adalah perhitungan secara langsung dan
perhitungan secara tidak langsung. Perhitungan jumlah bakteri secara langsung digunakan untuk
menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup. Sedangkan perhitungan
bakteri secara tidak langsung digunakan untuk menentukan jumlah bakteri yang hidup saja
(Rosmania, 2020).
Setiap perhitungan jumlah bakteri baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki
kelemahan masing-masing. Jumlah bakteri masih belum mendekati hasil maksimal dikarenakan
perhitungan yang melibatkan sel hidup maupun sel mati bakteri, keterbatasan alat dan bahan saat
perhitungan, keperluan persiapan alat dan bahan yang cukup panjang, ketelitian penelitian oleh
peneliti dan lain-lain (Rosmania, 2020).
Perhitungan bakteri secara Turbidimetri(kekeruhan) dengan memakai alat spektrofotometer
adalah contoh perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung. Fungsi alat Spektrofotometer dalam
laboratorium adalah mengukur transmitan atau absorbans suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi
panjang gelombang. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan metode spektrofotometer yang
digunakan untuk perhitungan jumlah bakteri di laboratorium mikrobiologi (Rosmania, 2020). mikroba
dapat dilakukan dengan uji hitung jumlah bakteri dengan beberapa metode : Metode Plate Count,
Penentuan volume total, Metode turbidometri, Metode MPN (Most Probable Number), Metode
perhitungan cawan ( Pratiwi, Sylvia T. 2008).
Salah satu metode yang digunakan adalah metode MPN (Most Probable Number), dalam metode
MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi , dalam hal ini perhitungan dilakukan
berdasarkan jumlah tabung positif. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati
timbulnya kekeruhan, atau terbentuknya gas di dalam tabung durham untuk bakteri pembentuk gas.
Umumnya untuk setiap pengenceran digunakan 3 atau 5 seri tabung. Makin banyak tabung yang
digunakan dalam perhitungan nilai MPN, akan menunjukkan tingkat ketelitian yang lebih tinggi.
Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah bakteri di dalam contoh berbentuk cair,
meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu disuspensikan
dengan perbandingan 1 : 10 dari contoh tersebut dalam buffer. Kelompok bakteri yang dapat dihitung
dengan metode MPN juga bervariasi bergantung pada media yang digunakan untuk pertumbuhannya
( Supardi I & Sukamto, 1999).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 3 mei 2021 bertempat di kediaman masing-masing.
praktikum dilaksanakan secara online menggunakan sikola dan zoom, live dari lab kelautan.

Alat dan Bahan


7. Alat
No Alat Kegunaan
1 Cawan petri Digunakan untuk tempat pertumbuhan bakteri
2 Mikro pipet Digunakan untuk memindahkan mikroba
Colony
3 Digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri
counter
Digunakan untuk wadah peletakan bakteri ketika
4 Gelas objek
mengamati dibawah mikroskop
5 Ose Digunakan untuk memindahkan mikroba
6 Mikroskop Digunakan untuk mengamati objek bakteri
Botol
7 Digunakan untuk menyemprotkan air ke roti
semprot
8. Bahan
No Bahan Kegunaan
1 Alkohol Digunakan untuk membersihkan lemak pada gelas objek
Larutan
2 lactopbheno Digunakan untuk memperjelas ciri morfologi mikroba
l
3 Roti Digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba

Prosedur Kerja
1. Prosedur Kerja Pengamatan Fungi (Luring)

Pertama-tama bersihkan gelas objek dengan alcohol 70% agar bebas lemak. Meneteskan 2
tetes larutan lactopbhenol cotton blue diatas gelas objek. Mengambil secara aseptis 1 ose biakan
fungi. Lalu mencampur larutan lactopbhenol. cotton blue tadi menggunakan ose dan menutup secara
hati-hati dengan deck gelas (mengusahakan tidak ada gelembung udara). Mengamati dibawah
mikroskop dengan perbesaran 10 x 40. Dokumentasi dengan foto dan mencatat bentuk sel fungi

2. Prosedur Kerja Pertumbuhan Fungi (Daring)

Pertama-tama siapkan sepotong roti (jenis apa pun), kantong plastik, botol semprotan, dan air.
Lembabkan roti dengan menyemprotkan air sebanyak dua kali menggunakan botol semprotan.
Jangan sampai roti terlalu basah. Masukkan roti yang telah lembap ke dalam kantong plastik dan
tutup. Menyimpan roti di tempat yang lembap dan hangat. Selama eksperimen, jangan buka plastik
agar kamu tidak terkena spora jamur yang tumbuh pada roti. Lakukan pengamatan dan dokumentasi
pertumbuhan jamur pada roti tersebut setiap hari, kemudian, masukkan ke dalam laporan.

3. Prosedur Kerja Perhitungan Koloni (Daring) :

Terdapat dua metode untuk menghitung koloni yaitu metode hitungan cawan dan Most
Probable Number (MPN). Pada metode pertama yaitu metode hitungan cawan menggunakan rumus:
{ ( X −K ) . D }
N=
n
Keterangan:
X = Jumlah koloni pada pengenceran 10x antara 30 – 300
K = Jumlah koloni pada control
D = Faktor pengenceran
n = Jumlah cawan yang diperhitungkan
Metode kedua yaitu metode Most Probable Number (MPN) menggunakan rumus sebagai
berikut:

1
MPN Sampel=Nilai MPN dari tabel ×
Pengenceran tabung tengah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
1. Total Perhitungan Cawan

Pengenceran Cawan 1 Cawan 2 Jumlah koloni


10-2 25* 32 32 ×102
10-3 50 29* 50 ×103
10-4 201 219 2,1 ×106
10-5 600** 388** ¿∗¿

Keterangan: * = terlalu sedikit untuk dihitung; ** = terlalu banyak untuk dihitung


2. Morfologi Bakteri
Gambar 1. Pertumbuhan bakteri Candida albicans

Pembahasan
Praktikum kali ini menjelaskan tentang berbagai pembuatan medium pertumbuhan mikroba hingga
inokulasi bakteri. Pengukuran kuantitatif bakteri dengan metode cawan Fardiaz (1992)
mengungkapkan bahwa koloni yang bergabung menjadi kumpulan besar koloni dapat dihitung satu.
Namun disisi lain, koloni mikroba yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme,
karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk berkelompok atau berantai (Muhammad.,
et al. 2005). Ini bisa diartikan bahwa di dalam koloni mikroba/bakteri yang berkelompok atau berantai
panjang dapat terbentuk dari satu atau beberapa sel bakteri. Hubungannya dengan penghitungan
jumlah bakteri, koloni bakteri yang terlihat berkelompok atau berantai tidak bisa dihitung satu. Pada
dasarnya sel tersebar homogen pada sampel setelah dilakukan pengenceran berseri. Pengenceran
digunakan karena untuk menumbuhkan koloni bakteri pada media yang terbatas tidak mungkin
dilakukan penghitungan bakteri yang berjumlah puluhan ribu. Pengenceran ini dimaksudkan untuk
mengurangi kepadatan bakteri pada sampel (Puspitasari., et al. 2012).
Dalam praktikum ini, dilakukan perhitungan bakteri menggunakan sampel air yang diambil dari air
sumur di daerah jakarta. Pengenceran yang dilakukan yaitu pengenceran bertingkat, mulai dari 10 1
hingga 105. Berdasarkan tabel perhitungan cawan diatas, diketahui semakin tinggi tingkat
pengenceran semakin rendah konsentrasi koloni bakteri yang diamati sebaliknya semakin rendah
tingkat pengenceran semakin tinggi konsentrasi koloni bakteri yang dapat diamati.
Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 sampai 300.
Jika jumlah koloni tiap sampel lebih dari 300 CFU/g koloni tersebut dikategorikan sebagai terlalu
banyak untuk dihitung (TBUD) atau too numerous to count. Beberapa koloni yang bergabung menjadi
satu atau satu deret rantai koloni yang terikat sebagai suatu garis dihitung sebagai satu koloni. Koloni
yang tumbuh menutup lebih besar dari setengan luas cawan petri, tidak disebut sebagai koloni
melainkan spreader [ CITATION Azi20 \l 1033 ]. Pada pengenceran 10-5, jumlah koloni yang
didapatkan yaitu 600 pada cawan petri 1 dan 388 pada cawan petri 2. Hasil tersebut melampaui 300.
Hal ini karena tingkat pengenceran terlalu rendah. Pengenceran 10-4 didapatkan yaitu 202 pada cawan
petri 1 dan 229 pada cawan petri 2. Hasil yang didapatkan termasuk kedalam rentang 30-300 CFU/g.
Berdasarkan rentang tersebut, koloni bakteri yang ada dapat dihitung. Pengenceran 10 -3 didapatkan
yaitu 50 pada cawan petri 1 dan 24 pada cawan petri 2. Dari hasil yang didapatkan hanya koloni
bakteri pada cawan petri pertama yang bisa dihitung sedangkan pada cawan petri kedua tidak bisa.
Hal ini karena tingkat pengenceran terlalu tinggi. Pengenceran 10 -2 didapatkan yaitu 25 pada cawan
petri 1 dan 32 pada cawan petri 2. Dari hasil yang didapatkan, koloni bakteri pada cawan petri
pertama tidak dapat dihitung tetapi pada cawan petri kedua bisa dihitung karena termasuk kedalam
rentang 30-300 CFU/g. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, jumlah koloni dalam 1 ml sampel air
keran dari pam di daerah jakarta adalah 7,2 ×105 CFU/ml.
Candida albicans adalah sel ragi bertulang tipis, gram positif, tidak memiliki kapsul, berbentuk oval
hingga bulat dengan ukuran 3 – 4 μm. Candida albicans juga membentuk pseudohifa ketika tunas-
tunasnya terus bertumbuh, tetapi gagal melepaskan diri sehingga menghasilkan rantai-rantai sel
panjang yang bertakik atau menyempit pada lokasi penyekatan di antara sel. Candida albicans
bersifat dimorfik, selain ragi dan pseudohifa Candida albicans juga dapat menghasilkan hifa sejati
(Brooks et al., 2013). Candida albicans berkembang biak dengan cara memperbanyak diri dengan
spora yang tumbuh dari tunas yang disebut dengan blastospora (Siregar, 2004). Organisme Candida
tumbuh dengan mudah dalam botol kultur darah dan pada plate agar. Pada kultur media, spesies
Candida terbentuk halus, berwarna putih krem, dengan koloni berkilau. Banyak spesies Candida
mudah diidentifikasi berdasarkan karakteristik pertumbuhan dan kit komersial yang mengevaluasi
asimilasi karbohidrat dan reaksi fermentasi serta memberikan identifikasi spesies dari isolat Candida
selama 2-4 hari (Dismukes et al., 2003).
V. PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pengenceran
10-2 sampai pengenceran 10-5 hanya terdapat beberapa koloni bakteri yang dapat dihitung. Cawan
yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 sampai 300. Jika nilai
kurang dari 30, maka koloni bakteri tersebut tidak dapat dihitung karena sedikitnya keberagaman
koloni yang didapatkan sedangkan jika nilai koloni bakteri lebih dari 300, maka itu juga tidak dapat
dihitung karena ini dikategorikan sebagai terlalu banyak untuk dihitung (TBUD). Berdasarkan gambar
koloni bakteri diatas, diduga kuat bakteri yang ditumbuhkan adalah Candida albicans.

Saran
Saran saya untuk praktikum selanjutnya agar daftar pustaka minimal 10 tahun
DAFTAR PUSTAKA

Kunarso, D. H. (1988). Peranan bakteri heterotrofik dalam ekosistem laut. Jurnal Oseana, 13(4), 133-142.
Rosmania, F. Y. (2020). Perhitungan jumlah bakteri di Laboratorium Mikrobiologi. Jurnal Penelitian Sains, 22(2),
76-78.
Yunan Jiwintarum, A. B. (2017, Februari). MOST PROBABLE NUMBER (MPN) COLIFORM DENGAN VARIASI
VOLUME MEDIA LACTOSE BROTH SINGLE STRENGTH (LBSS) DAN LACTOSE BROTH DOUBLE STRENGTH
(LBDS). Jurnal Kesehatan Prima, 11(1), 11-17.
Madigan M; Martinko J, eds. (2006). Brock Biology of Microorganisms (edisi ke-13th). Pendidikan
Pearson. p. 1096. ISBN 978-0-321-73551-5.
Powell, M. J. (2016). Chytridiomycota. ResearchGate.
Suprapto, K. D. (2019). Virus yang Menyerang Ikan di Perairan Indonesia.
ResearchGate, 1-4

Sukiman, N. (2017). Isolasi dan Identifikasi Molekuler Bakteri Sedimen Makroalga


Caulerpa racemosa di Perairan Puntondo, Kabupaten Takalar. Makassar: UIN
Alauddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai