Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan
kandungan fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone
phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandungan
P2O5. Unsur fosfor di alam banyak ditemui dalam bentuk ion fosfat, baik dalam bentuk
organik maupun anorganik. Di laut, fosfat terbagi menjadi 2 jenis yaitu fosfat terlarut
dan fosfat particulate. Fosfat terlarut terbagi menjadi 2 jenis yaitu organik dan
anorganik.
Fosfor di laut sangat diperlukan karena berguna untuk pertumbuhan
fitoplankton.Sumber fosfat yang ada di laut berasal dari pelapukan batuan mineral dan
buangan limbah dari daratan yang terbawa oleh aliran sungai dalam bentuk terlarut,
dan partikel baik organik maupun anorganik Kehadiran fosfat dalam air menimbulkan
permasalahan

terhadap

kualitas

air, misalnya

terjadinya

eutrofikasi.

Untuk

memecahkan masalah tersebut dengan mengurangi masukan fosfat ke dalam badan air,
misalnya dengan mengurangi pemakaian bahan yang menghasilkan limbah fosfat dan
melakukan pengolahan limbah fosfat.
Untuk mengetahui konsentrasi dari zat terlarut para ilmuan telah lama
menggunakan warna sebagai bantuan dalam mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri
dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual, yang dengan studi, lebih
mendalam dari absorpsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan
dilakukannya pengukuran ciri-cirinya serta kuantitatifnya dengan ketelitian yang lebih
besar.
Metode spektrofotometri ini bisa digunakan untuk menentukan absorbansi dan
konsentrasi dari suatu zat terlarut, seperti phospat, nitrat, besi dan sulfat yang terdapat
dalam suatu sampel. Metode spektrofotometri ini menggunakan alat yang dinamakan
spketrofotometer yang bekerja pada panjang gelombang tertentu. Pemilihan senyawa
fosfat yang akan dianalisa tergantung dari keperluan pemeriksaan dan keadaan badan
air.
I.2 Tujuan
1.
Mahasiswa mampu membuat larutan yang dibutuhkan dalam analisa Fospat.
2.
Mahasiswa mampu menganalisis kandungan posfat inorganik terlarut dalam
sampel air dengan menggunakan spektofotometer.
I.3 Waktu Dan Tempat
1

Hari / tanggal : Minggu/ 1 Mei 2014


Pukul

: 10.00 WIB selesai

Tempat: Laboratorium Kimia, Gedung E Lantai 1, FPIK, Universitas


Diponegoro, Semarang.

II.
II.1

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Fosfat
Fosfat merupakan unsur yang penting dalam daur organik suatu perairan karena

bersama-sama dengan karbon melalui proses fotosintesis membentuk jaringan tumbuh2

tumbuhan yang menjadi makanan bagi hewan dan akan menghasilkan zat organik jika
organisme tersebut mengalami kematian. Bahan mentah untuk memulai daur organik
dihasilkan setelah mereka mengalami proses pembusukan dan daur organik
(Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Fosfat adalah senyawa fosfor yang anionnya mempunyai atom fosfor yang
dilengkapi oleh empat atom oksigen yang terletak pada sudut tetrahedron. Fosfat total
dapat diukur langsung dengan cara kalorimeter atau melalui proses digestasi lebih
dahulu sebelum pengukuran sampel. Ada 3 (tiga) jenis asam fosfat yang dikenal orang,
yaitu: asam ortofosfat (H3PO4), asam pirofosfat (H4P2O7) dan asam metafosfat (HPO3).
Ortofosfat adalah paling stabil dan paling penting (zat-zat ini sering disebut fosfat
saja), larutan pirofosfat dan metafosfat berubah menjadi ortofosfat perlahan-lahan pada
suhu biasa, dan lebih cepat dengan didihan. Asam ortofosfat adalah asam berbasa tiga
yang membentuk tiga deret garam. Ortofosfat primer, misalnya NaH 3PO4; ortofosfat
sekunder, misalnya Na2HPO4; dan ortofosfat tersier Na3PO4 (Saragih, 2009).
II.2
Sumber Fosfat Dilaut
Sumber fosfat di perairan pesisir dan paparan benua adalah sungai, karena
sungai membawa hanyutan-hanyutan sampah maupun sumber fosfat lainnya dari
darat.Disamping itu dapat pula berasal dari hutan bakau dan lamun melalui
dekomposisi searah.Di laut dalam, sumber fosfat adalah batu-batuan dan endapanendapan atau sedimen yang terbentuk pada tahun geologi masa lalu yang secara
berangsur-angsur mengalami pengkikisan dan melepaskan fosfat ke perairan.Dengan
demikian sedimen berperan utama dalam menyediakan fosfor di banyak perairan
(Connel, 1995).
Sumber fosfat diperairan laut pada wilayah pesisir dan paparan benua adalah
sungai.Karena sungai membawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat daratan
lainnya, sehingga sumber fosfat dimuara sungai lebih besar dari sekitarnya.
Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi senyawa ionisasi, antara lain
dalam bentuk ion H2PO4-, HPO42-, PO43-. Fosfat di absorpsi oleh fitoplankton dan
seterusnya masuk kedalam rantai makanan.Senyawa fosfat dalam perairan berasal daari
sumber alami seperti erosi tanah, buangan dari hewan dan pelapukan tumbuhan, dan
dari laut sendiri. Peningkatan kadar fosfat dalam air laut, akan menyebabkan terjadinya
ledakan populasi (blooming) fitoplankton yang akhirnya dapat menyebabkan kematian
3

ikan secara massal. Batas optimum fosfat untuk pertumbuhan plankton adalah 0,27
5,51 mg/liter (Hutagalung, 1997).
2.3 Siklus Fosfat Dilaut
Banyak sumber fosfat yang dipakai oleh hewan, tumbuhan, bakteri, ataupun
makhluk hidup lain yang hidup di dalam laut. Misalnya saja fosfat yang berasal dari
feses hewan (aves), sisa tulang, batuan yang bersifat fosfatik, fosfat bebas yang berasal
dari proses pelapukan dan erosi, fosfat yang bebas di atmosfer, serta jaringan tumbuhan
dan hewan yang sudah mati. Di dalam siklus fosfor banyak terdapat interaksi antara
tumbuhan dan hewan, senyawa organik dan inorganik, dan antara kolom perairan,
permukaan, dan substrat (Sanusi 2006).

Gambar 2.3 Siklus Fosfat di Laut


Fosfor merupakan bagian protoplasma yang penting, cenderung beredar,
senyawa-senyawa organik terurai dan akibatnya menghasilkan fosfat yang kembali
tersedia bagi tumbuh-tumbuhan. Reservoir yang tersbesar dari fosfor adalah bukan
udara, melainkan batu-batuan atau endapan-endapan lain yang telah terbentuk pada
abad-abad geologis yang telah lalu. Dan semua itu berangsur-angsur terkikis,
melepaskan fosfat kedalam ekosistem-ekosistem, tetapi banyak juga yang lepas
kedalam laut, dimana sebagian dari padanya di endapkan dalam sedimen-sedimen
dangkal, dan sebagian lagi hilang ke sedimen-sedimen yang lebih dalam. Cara-cara
pengendalian fosfor kedaurnya sekarang atau yang ada kurang mencukupi untuk
mengganti yang hilang (Odum, 1993).
II.3

Baku Mutu Fosfat


Baku mutu suatu unsur ataupun senyawa kimia di suatu perariran berbeda-beda,

bergantung pada kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
yang berwenang pada masing-masing wilayah perairan tersebut. Menurut Effendi
4

(2003), secara umum berdasarkan kadar fosfat total, perairan diklasifikasikan menjadi
tiga yaitu: perairan dengan tingkat kesuburan rendah yang memiliki kadar fosfat total
berkisar antara 0 0.02 mg/liter; perairan dengan tingkat kesuburan sedang memiliki
kadar fosfat 0.021 0.05 mg/liter; dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi,
memiliki kadar fosfat total 0.051 0.1 mg/liter (Effendi, 2003).
Kandungan fosfat umumnya semakin menurun semakin jauh ke arah laut (off
shore). Di perairan pesisir dan paparan benua, sungai sebagai pembawa hanyutanhanyutan sampah maupun sumber fosfat daratan lainnya akan mengakibatkan
konsentrasi di muara lebih besar dari sekitarnya. Secara umum kandungan fosfat di
lapisan dasar adalah lebih tinggi dibandingkan di lapisan permukaan, di mana rata-rata
kandungan fosfat di permukaan adalah sebesar 0,11 g-at P/L, sedangkan ratarata di
lapisan dasar sebesar 0,14 g-at P/L. Seperti halnya pada nitrat, tingginya kandungan
fosfat di dasar perairan karena dasar perairan umumnya kaya akan zat hara, baik yang
berasal dari dekomposisi sedimen maupun senyawa-senyawa organik (Ulqodry, 2010).
II.4

Peranan Fosfat Dilaut


Fosfor berperan dalam transfer energi di dalam sel, misalnya yang terdapat pada

ATP (Adenosine Triphospate) dan ADP (Adenosine Diphosphate). Ortofosfat yang


merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk fosfor yang paling
sederhana di perairan. Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami
hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai
sumber fosfat. Setelah masuk kedalam tumbuhan,misalnya fitoplankton, fosfat
anorganik mengalami perubahan menjadi organofosfat. Fosfat yang berikatan dengan
ferri [Fe2(pO4)3] bersifat tidak larut dan mengendap didasar perairan. Pada saat terjadi
kondisi anaerob, ion besi valensi tiga (ferri) ini mengalami reduksi menjadi ion besi
valensi dua (ferro) yang bersifat larut dan melepaskan fosfat keperairan, sehingga
meningkatkan keberadaan fosfat diperairan (Effendi 2003).
II.5
Kondisi Perairan Pekalongan
Berdasarkan pengukuran secara insitu terhadap Temperatur, pH, serta DO yang
dilakukan pada daerah penelitian, temperatur berkisar antara 29,9 (Stasiun 20) sampai
dengan 31,5 (Stasiun 5). pH berkisar antara 7,14 (Stasiun 20) sampai dengan 7,21
(Stasiun 6). DO berkisar antara 5,7 (Stasiun 19) sampai dengan 21,0 (Stasiun 15). Data
5

lokasi, temperatur, pH, serta DO setiap Stasiun selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel
1 berikut ini.

Temperatur air permukaan di Perairan Indonesia umunya berkisar antara 28 31C. Hal ini menunjukan bahwa kisaran temperatur air relatif stabil menurut Hutabarat
dan Evans (1985), kisaran temperatur pada saerah tropis lebih stabil karena cahaya
matahari yang lebih banyak mengenai daerah ini. Temperatur merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan perubahan terhadap reaksi kimia serta penurunan gas dalam
air, sehingga semakin tinggi temperatur akan mempercepat reaksi dalam pembentukan
ion ion logam berat. Temperatur pada perairan tersebut cenderung dipengaruhi oleh
inputan dari air tawar yang berasal dari darat. Nilai pH pada perairan ini relatif stabil.
Nilai pH kemudian akan mempengaruhi beberapa faktor lain seperti oksigen terlarut
(DO) serta kelarutan logam didalam air (Muslim dalam Manulong, 2012). Dengan
peningkatan pH, kelarutan logam berat didalam air akan menurun sehingga akan
peningkatan pH merubah logam berat dari bentuk karbonat menjadi hidroksi yang
membentuk ikatan dengan partikel pada badan air dan kemudian mengendap. menurut
standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan
6

Hidup No. 51 Tahun 2004 batas nilai oksigen terlarut (DO) adalah bernilai lebih dari 5
mg/l, oksigen terlarut (DO) pada perairan Pantai Slamaran Kota Pekalongan pada saat
dilakukan pengamatan adalah masih diatas baku mutu yang telah ditetapkan. Kelarutan
oksigen pada perairan ini dikatakan stabil dikarenakan nilai dari temperatur yang
merupakan faktor lingkungan yang sangat mempengaruhinya juga relatif stabil (Rezqi
et al, 2013).

III.1

III.
Alat Dan Bahan

MATERI DAN METODE

III.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Alat-alat praktikum
Nama Alat

Gambar

Fungsi
Untuk mengambil larutan dalam

Pipet Gondok

jumlah yang cukup banyak


7

Sebagai tempat untuk


Gelas Beker

menampung larutan

Sebagai tempat untuk


Tabung Reaksi

menampung larutan

Sebagai tempat untuk


Botol Sampel

menyimpan reagen

Botol Aquades

Sebagai tempat untuk


menyimpan aquades

Labu Ukur

Sebagai tempat untuk


melakukan proses pengenceran

Sebagai tempat untuk menaruh


Cuvet

sampel yang akan dimasukkan


ke dalam spektrofotometer
Alat untuk mendeteksi

Spektrofotometer

absorbansi yang terjadi pada


setiap sampel
8

III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah ini adalah:
Tabel 2. Bahan-bahan praktikum
Nama Bahan

Gambar

Fungsi

Larutan Standar Fosfat

Sebagai larutan standar yang

( 30 mol)

digunakan dalam praktikum

Sebagai larutan yang akan


Sampel Air Laut

dianalisa

Air AC

Sebagai larutan pengencer

Sebagai larutan yag


Asam Sulfat

digunakan untuk membuat


larutan mix reagen

Sebagai larutan yag


Ammonium Molybdate

digunakan untuk membuat


larutan mix reagen
Sebagai larutan yag

Potassium Antimoniltatrat

digunakan untuk membuat


larutan mix reagen

Asam Ascorbit

Sebagai larutan yag


digunakan untuk membuat
larutan mix reagen
Sebagai larutan indicator
untuk menganalisa adanya
9

Larutan Mix Reagen

kandungan fosfat pada


larutan sampel yang
dianalisis

III.2
Metode
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Larutan standar 0.072N dimasukan ke dalam tabung ukur sebanyak 10ml.
3. Larutan standar kemudian dimasukan kedalam tabung reaksi.
4. Larutan sample 1-7 dimasukan kedalam lanu ukur sebnayak 10ml.
5. Masukan larutan sample kedalam tiap tabung reaksi.
6. Teteskan larutan standar dengan mix reagen sebanyak 20 tetes atau 1 ml.
7. Larutan di homogenkan dan didiamkan selama 10 menit.
8. Masukan llarutan ke tiap cuvet yang sudah disiapkan.
9. Masukan larutan ke spektofotometer.
10. Catatat nilai absorbansinya.
IV.
IV.1
IV.1.1

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Nilai Konsentrasi Fosfat
Tabel 3. Nilai konsentrasi fosfat
No
Laporan Blank
Larutan
Standar 1
Larutan
Standar 2
Larutan
Standar 3
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5
Stasiun 6
Stasiun 7
Stasiun 8
Stasiun 9
Stasiun 10
Stasiun 11
Stasiun 12

Panjang Gelombang
(nm)
885

Konsentrasi
(N)
0

Absorba
nsi
0

885

0.012

0.017

885

0.024

0.043

885
885
885
885
885
885
885
885
885
885
885
885
885

0.072
0.010895787
0.016197874
0.015402561
0.010100475
0.012751518
0.291641261
0.112165637
0.017523395
0.111900533
0.125155749
0.053047374
0.023090586

0.259
0.019
0.039
0.036
0.016
0.026
1.078
0.401
0.044
0.4
0.45
0.178
0.065

IV.1.2 Parameter Kualitas Perairan


Tabel 4. Parameter kualitas perairan Pekalongan
Stasiun
Stasiun 1

Suhu
(oC)
30.5

Salinitas
(%0)
30

pH
7.98

DO
(mg/l)
4.87

Kecerahan
(cm)
30
10

Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5
Stasiun 6
Stasiun 7
Stasiun 8
Stasiun 9
Stasiun 10
Stasiun 11
Stasiun 12

30.7
29.8
29.6
30.2
29.1
29.3
29.5
29.2
29.4
29.8
30

31
33
35
34
33
35
35
35
35
36
36

7.32
7.54
7.58
7.69
7.45
7.65
7.73
7.84
7.92
7.98
8.04

4.96
5.16
4.53
4.32
4.62
4.36
4.4
4.2
3.55
3.07
3.25

40
100
120
105
90
100
110
150
165
200
220

IV.1.3 Grafik Nilai Konsentrasi Fosfat


Grafik 1. Nilai konsentrasi vs absorbansi fosfat larutan standar

Grafik 2. Nilai konsentrasi vs absorbansi fosfat larutan sampel

11

IV.1.4 Perhitungan Kadar Fosfat Terlarut


Larutan Standar 1
V1 = 1 mL
V2 = 10 mL
N1 = 0.012 N
N2 = ?
V1.N1 = V2.N2
(1) (0.012) = (10) . N2
0.012 = 10.N2
N2

= 0.0012 N

Larutan Standar 2
V1 = 3 mL
V2 = 10 mL
N1 = 0.024 N
N2 = ?
V1.N1 = V2.N2
(3) (0.024) = (10) . N2
0.072 = 10.N2
N2

= 0.0072 N

Larutan Standar 3
V1 = 5 mL
N1 = 0.072 N
V1.N1 = V2.N2

V2 = 10 mL
N2 = ?

(5) (0.072) = (10) . N2

0.36

= 10.N2

N2

= 0.036 N

Larutan Sampel 1
Absorbansi = 0.019
Konsentrasi = (0.019 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.010895787
Larutan Sampel 2
Absorbansi = 0.039
Konsentrasi = (0.039 + 0.0221) / 3.7721
12

Konsentrasi = 0.016197874
Larutan Sampel 3
Absorbansi = 0.036
Konsentrasi = (0.036 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.015402561
Larutan Sampel 4
Absorbansi = 0.016
Konsentrasi = (0.016 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.010100475
Larutan Sampel 5
Absorbansi = 0.026
Konsentrasi = (0.026 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.012751518
Larutan Sampel 6
Absorbansi = 1.078
Konsentrasi = (1.078 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.291641261
Larutan Sampel 7
Absorbansi = 0.401
Konsentrasi = (0.401 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.112165637
Larutan Sampel 8
Absorbansi = 0.02
Konsentrasi = (0.02 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.011160892
Larutan Sampel 9
Absorbansi = 0.031
Konsentrasi = (0.031 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.014077039
Larutan Sampel 10
Absorbansi = 0.037
Konsentrasi = (0.037 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.015667665
Larutan Sampel 11
Absorbansi = 0.15
Konsentrasi = (0.15 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.045624453
Larutan Sampel 12
Absorbansi = 0.119
Konsentrasi = (0.119 + 0.0221) / 3.7721
Konsentrasi = 0.037406219

13

IV.2
IV.2.1

Pembahasan:
Perbandingan sampel semua kelompok (12 stasiun)
Berdasarkan hasil yang didapat air sampel yang dianalisa tiap stasiun
memliki hasil yang cukup berfariasi. Dari larutan standar yang di gunkan hasil
yang didapat pda larutan 1 untuk nilai absorbansi 0.012 dan nilai absorbansinya
0.017 untuk larutan ke 2 nilai konsentrasinya 0.024 dan absorbansinya 0.043
dan larutan ke 3 nilai konsentrasinya 0.072 dengan absorbansinya 0.259.
Untuk hasil dari 12 stasiun yang didapat nilainya cukup berfariasi dimana pada
stasiun 1 dan 2 nilai dari absorbansinya dalah 0.019 dan 0.039 dimana stasiun 1
dan 2 jaraknya tidak terlalu jauh maka hasil yang didap juga tidak jauh berbeda.
Untuk stasiun 3 dan 4 hasil yang didapat juga tidak terlalu jauh. Untuk stasiun 5
dan 6 perbedaan sangat terlihat dimana pada staiun 6 nilai absorbansinya tinggi
1.078 dan untuk 0.026. Untuk nilai absorbasi stasiun 7 sampai 12 0.401 0.044
0.4 0.45 0.178 dan 0.065.
Nilai konsetrasi tertinggi terdapat pada stasiun 6. Hal ini bisa terjadi karena
beberapa factor salah satunya jarak antara stasiun ke sungai atau daratan. Selain

IV.2.2

itu pengaruh oseanografipun akan mempengaruhi seperti arus dan gelombang.


Pengaruh Kualitas Perairan Terhadap Konsentrasi Fosfat
Pengukuran fosfat di air sangat penting bila dibandingkan dengan total
fosfat, karena fosfat merupakan bentuk fosfor yang dimanfaatkan oleh
tumbuhan, khususnya orthofosfat, yaitu fosfor yang dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tumbuhan akuatik. Sedangkan polifosfat harus mengalami
hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan
sebagai sumber fosfat. Setelah masuk ke dalam tumbuhan, misalnya
fitoplankton, fosfat anorganik mengalami perubahan menjadi organofosfat.
Konsentrasi fosfat di atas 0,3m akan menyebabkan kecepatan pertumbuhan
pada banyak spesies fitoplankton. Untuk konsentrasi dibawah 0,3m ada bagian
sel yang cocok menghalangi dan sel fosfat kurang diproduksi. Mungkin hal ini
tidak akan terjadi di laut sejak NO3 selalu habis sebelum PO4 jatuh ke tingkat
yang kritis. Pada musim panas, permukaan air mendekati 50% seperti organikP. Di laut dalam kebanyakan P berbentuk inorganik. Di musim dingin hampir
semua P adalah inorganik. Variasi di perairan pantai terjadi karena proses
upwelling

dan

kelimpahan

fitoplankton.

Pencampuran

yang

terjadi

dipermukaan pada musim dingin dapat disebabkan oleh bentuk linear di air
14

dangkal. Setelah musim dingin dan musim panas kelimpahan fosfat akan sangat
berkurang.
Dalam praktikum kali ini kadar Fosfat diidentifikasi menggunakan metode
spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan
IV.2.3

monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.


Pengaruh Faktor Hidro-Oseanografi Terhadap Sebaran Fosfat
Konsentrasi fosfat berhubungan dengan parameter-parameter oseanografi
fisika seperti suhu, salinitas, dan arus. Konsetrasi fosfat berkurang seiring
dengan bertambahnya parameter suhu, dan semakin tinggi seiring bertambahnya
parameter salinitas. Untuk parameter arus yang mempengaruhi nilai konsentrasi
fosfat adalah adanya upwelling dan downwelling yang akan mengalirkan, atau
dapat dikatakan mengaduk, massa air secara vertikal. Pada kejadian ini, fosfat
turut teraduk sehingga mengalami penyebaran secara vertikal. Pada gelombang
dan pasang surut tidak begitu mempunyai pengaruh besar terhadap persebaran
fosfat karena sifat dari kedua prosesnya hanya menggerakan partikel air.
Distribusi fosfat di laut yang mudah diamati dan dikaji biasanya adalah
distribusi secara horizontal. Hal ini dikarenakan fosfat merupakan unsur nutrien
mikro yang berada di perairan laut. Distribusi fosfat di laut dipengaruhi oleh
parameter-parameter oseanografi fisika diantaranya adalah arus laut. Arus
merupakan salah satu faktor yang membatasi penyebaran organisme perairan,
yaitu seperti plankton yang pergerakan hidupnya mengikuti arus. Sehingga ini
juga mempengaruhi distribusi fosfat dimana fosfat merupakan nutrient bagi
plankton.

V.

KESIMPULAN

V.1 Kesimpulan
15

1. Larutan yang dibutuhkan untuk analisa posfat adalah larutan mix reagen yang terdiri
dari Ammonium molibdate, Potassium antimoniltratat, Asam sulfat, dan Asam
Askorbit.
2. Kandungan fosfat terbanyak terdapat pada sampel 6, dan kandungan fosfat terendah
terdapat pada sampel 4
V.2 Saran
1.

Praktikan di harapkan lebih tenang dan berhati-hati saat melakukan praktikum.

2.

Praktikan diharapkan lebih teliti saat melakukan praktikum.

3.

Untuk praktikum selanjutnya diharapkan system koordinasi ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Connel, W. Des. 1995. Kimia dan Eekootoksikologi Pencemaran. Universitas Indonesia :
520

16

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Hutagalung, H. P. dan Rozak, A., 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota
Laut.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Juwana. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.Penerbit Djambatan.
Jakarta.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar Dasar Ekologi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Sanusi, Harpasis. 2006. KIMIA LAUT Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan
Lingkungan. Institut Pertanian Bogor : Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Saragih, Rumondang T.P. 2009. Penentuan Kadar Fosfat Pada Air Umpan Recovery Boiler
Dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea.
Kimia Analis FMIPA Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ulqodry et al.2012. Karakterisitik dan Sebaran Nitrat, Fosfat, dan Oksigen Terlarut di
Perairan Karimunjawa Jawa Tengah.Jurnal Penelitian Sains Vol 13 (1(D)) :
13109.

LAMPIRAN

17

18

Anda mungkin juga menyukai