Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS KUALITAS PERAIRAN DAN

MAKROZOOBENTHOS DI SUNGAI CIGAMBRENG,


CIAMPEA, BOGOR, JAWA BARAT

Kelompok 8
Suci Putri Mahendra C24170011
Indah Nurfitriani C24170015
Indah Sulistya M. C24170019
Risalah Faizatul Hikmah C24170023
Bella Amadhea F. C24170027
Fadzillah Tussadiyah C24170030
Lisbet Sagala C24170051
Asyam Al-Hakim C24170067
Fahrul Afifi C24170068
Hengki Jefrianto C24170095

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................. 1
Tujuan Praktikum ................................................................................................ 2
Manfaat Praktikum .............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 2
METODE ................................................................................................................ 3
Waktu dan Tempat ............................................................................................... 3
Bahan ................................................................................................................... 3
Alat....................................................................................................................... 3
Prosedur Kerja ..................................................................................................... 4
Prosedur Analisis Data ......................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 8
Hasil ..................................................................................................................... 8
Pembahasan ....................................................................................................... 11
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 15
Simpulan ............................................................................................................ 15
Saran .................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16
LAMPIRAN .......................................................................................................... 18
DAFTAR TABEL
Table 1 pengambilan data parameter Kimia 5
Table 2 Penggolongan kriteria kualitas air dengan metode FBI 7
Table 3 Penggolongan kriteria kualitas air dengan metode SingScore 8
Table 4 Data parameter fisika hari Sabtu dan Minggu 8
Table 5 Data parameter kimia hari Sabtu dan Minggu 9
Table 6 Perbandingan antara indeks diversitas pada hari Sabtu dan
Minggu 10
Table 7 Perbandingan hasil FBI dan Singscore pada hari Sabtu dan Minggu
11

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Lokasi Sungai Cigambreng 3
Gambar 2 Persentase kepadatan organisme pada hari Sabtu 9
Gambar 3 Persentase kepadatan organisme pada hari Minggu 10

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Indeks Kepadatan hari Sabtu 18
Lampiran 2 Perhitungan Indeks Kepadatan hari Minggu 18
Lampiran 3 Perhitungan Indeks Pencemaran FBI hari Sabtu 19
Lampiran 4 Perhitungan Indeks Pencemaran FBI hari Minggu 19
Lampiran 5 Perhitungan Indeks Pencemaran Singscore hari Sabtu 20
Lampiran 6 Perhitungan Indeks Pencemaran Singscore hari Minggu 20
Lampiran 7 Contoh perhitungan debit air Sungai Cigambreng 21
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air tawar merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi kehidupan.


Sebagian besar makhluk hidup terutama manusia menggunakan air sebagai air
minum, air mandi maupun sebagai irigasi (Indarsih 2011). Secara garis besar,
stratifikasi perairan dapat dibedakan menjadi air permukaan dan air tanah. Air tanah
biasanya terdapat pada perairan dalam sehingga memiliki daya pengadukan yang
rendah sehingga sulit teraduk. Berbeda dengan air permukaan, air di permukaan
sangat mudah teraduk dan terpengaruhi oleh lingkungan sekitar. Oleh karena itu
jika terdapat masukan organisme maupun zat lain maka yang terpengaruh terlebih
dahulu adalah air di permukaan (Trisnaini et al. 2018).
Serangga merupakan salah satu hewan yang jumlahnya banyak di bumi.
Keberadaan serangga memberikan manfaat bagi makhluk hidup lainnya seperti
membantu penyerbukan maupun menghasilkan produk seperti madu. Selain
beberapa hal tersebut serangga juga bisa dimanfaatkan sebagai bioindikator suatu
perairan. Penelitian mengenai serangga air mulai banyak dikembangkan guna
mengetahui pengaruh serangga tersebut terhadap ekosistemnya. Serangga akuatik
banyak digunakan sebagai penentu pencemaran di suatu perairan. Pada ekosistem
perairan, serangga air memiliki peran dalam siklus nutrien dan berperan penting
dalam jaring makanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa serangga air akan
berkembang pada ekosistem yang sesuai (Zamroni et al. 2017).
Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain
ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas perairan menurun sampai tahap
tertentu yang mengakibatkan perairan tidak digunakan sesuai fungsinya disebut
pencemaran perairan (Heath 2018). Pencemaran perairan terjadi akibat komponen
anorganik seperti logam berat, limbah industri maupun sisa hasil rumah tangga.
Masuknya komponen-komponen tersebut dapat mengganggu ekosistem perairan
serta kehidupan organisme makroinvertebrata. Salah satu makroinvertebrata yang
sangat peka terhadap perubahan kualitas air yaitu serangga air (Ramli et al. 2018).
Menurut Trisniani et al. (2018), pencemaran perairan dalam waktu lama akan
menyebabkan kematian bagi organisme. Kematian organisme ini juga akan
berdampak bagi rantai makanan di ekosistem tersebut.
Sungai Cigambreng di wilayah Tenjolaya masih digunakan sebagai sumber
kehidupan bagi warga sekitar. Kondisi perairan yang jernih dimanfaatkan untuk
irigasi, pemancingan maupun kegiatan mencuci. Beberapa contoh kegiatan tersebut
dapat meningkatkan pencemaran di aliran sungai Cigambreng jika terus-menerus
dilakukan. Namun kebiasaan tidak membuang sampah di aliran sungai dapat terus
ditingkatkan.

Perumusan Masalah

Sungai Cigambreng di wilayah Tenjolaya digunakan sebagai sumber


kehidupan bagi warga sekitar. Kondisi perairan yang jernih dimanfaatkan untuk
irigasi, pemancingan maupun kegiatan mencuci. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengujian di sekitar sungai Cigambreng berdasarkan kualitas perairan dengan
2

menggunakan bioindikator berupa organisme makrozoobentos dan serangga air.


Serangga air digunakan karena sesuai dengan sifatnya yang hanya hidup di
ekosistem yang sesuai. Keberadaan serangga air dapat menggambarkan bagaimana
kondisi perairan sungai Cigambreng.

Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan mengetahui kualitas air di Sungai Cigambreng


berdasarkan indeks kualitatif dan indeks kuantitatif perairan.

Manfaat Praktikum

Manfaat dari berbagai pengukuran kualitas perairan sungai Cigambreng


diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar informasi serta pengelolaan agar dapat
bisa dimanfaatkan dengan sesuai oleh masyarakat sekitar.

TINJAUAN PUSTAKA

Makrozoobentos
Bentos merupakan organisme yang hidup di permukaan perairan maupun
dasar perairan (Nangin et. al. 2015). Pada mulanya bentos hanya dikelompokkan
berdasarkan jenisnya yaitu fitobentos dan zoobentos. Kemudian hewan bentos
dikelompokkan dalam tiga ukuran, yaitu mikrozoobentos (ukuran kurang dari 0,1
mm), mesozoobentos (ukuran antara 0.1-1 mm) dan makrozoobentos (ukuran lebih
dari 1 mm). Bentos dapat dikelompokkan lagi berdasarkan caranya hidup, yaitu
epifauna dan infauna. Infauna adalah makrozoobentos yang hidup di dalam lumpur
atau substrat perairan sedangkan epifauna merupakan makrozoobentos yang hidup
di permukaan dasar perairan (Rahayu et. al. 2015).
Makrozoobentos berperan besar dalam ekosistem yaitu dengan cara
menguraikan materi organik yang jatuh ke dasar perairan. Makrozoobentos juga
berperan untuk menetralisir lingkungannya dengan cara merubah limbah organik
menjadi makanannya sehingga perairan menjadi lebih stabil. Keanekaragaman
bentos dapat dikaitkan dengan kualitas suatu perairan. Hal tersebut dikarenakan
makrozoobentos digunakan sebagai bioindikator suatu perairan. Penentuan
makrozoobentos sebagai bioindikator perairan dapat diketahui melalui
kelimpahannya (Marmita 2013).

Serangga Air
Serangga air merupakan serangga yang sebagian maupun seluruh hidupnya
berada di air. Kebanyakan serangga air hidup di air hanya pada fase larva dan
setelah dewasa akan hidup di udara (Ferianto 2012). Serangga air merupakan salah
satu makroinvertebrata yang dapat menyesuaikan diri hidup di sekitar sungai.
Keadaan tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya persebaran serangga air di
wilayah perairan maupun disekitarnya dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (Suwarno 2015). Beberapa contoh ordo serangga air yaitu
Ephemeroptera, Plecoptera, Odonata, Hemiptera, Megaloptera dan lain-lain.
Serangga air ini dapat digunakan sebagai bioindikator suatu perairan. Ordo
3

Ephemeroptera, Plecoptera dan Tricoptera (EPT) merupakan yang paling sensitive


terhadap perubahan kualitas fisika kimia perairan (Candra et al. 2014).
Kondisi biologis biota perairan akan dipengaruhi oleh perairan itu sendiri.
Penurunan kualitas perairan diikuti dengan penurunan kondisi biologisnya. Kondisi
tersebut dapat mengurangi keanekaragaman biota yang hidup di perairan termasuk
serangga air. Beberapa spesies serangga air tidak dapat hidup di kondisi lingkungan
perairan yang kotor maupun tercemar sedangkan beberapa spesies dapat hidup di
kondisi tercemar. Secara tidak langsung kondisi tersebut menunjukkan serangga air
dapat digunakan sebagai bioindikator. Peranan serangga air pada ekosistem yaitu
sebagai siklus nutrient dan merupakan komponen penting pada rantai makanan
(Leba et. al.2014).

METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum lapang dalam pengambilan sampel dilakukan pada hari Minggu,


8 September 2019 pukul 07.30 - 10.00 yang bertempat disungai Cigambreng,
Ciampea, Bogor, Jawabarat. Praktikum dibagi menjadi 4 stasiun dan pengambilan
sampel kelompok 8 mendapatkan stasiun 4. Praktikum pengamatan dilakukan pada
hari Selasa, 10 September 2019 pukul 10.00 – 13.00 yang bertempat di
Laboratorium Biologi Mikro I Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Gambar 1 Lokasi Sungai Cigambreng


Sumber Google Earth

Bahan

Bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel yaitu untuk pengenceran


alkohol menggunakan Aquades, Rose Bengal sebagai pewarna untuk organisme
yang didapatkan, alkohol 70%, kemudian kit analisis nutrient untuk memudahkan
dalam menganalisis nutrient didalam perairan dan reagen BOD.

Alat

Peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel organisme menggunakan


deep net dan surber diperairan, kemudian pinset dan baki yang digunakan untuk
4

mengambil jenis organisme yang didapatkan dan juga mempermudah dalam proses
memilah organisme, botol sampel digunakan untuk menyimpan organisme yang
didapat pada setiap stasiun, lakban kertas dan spidol permanent untuk menuliskan
sampel pada setiap stasiun, papan jalan dan kertas sheet serta alat tulis untuk
mencatat kondisi pada setiap stasiun, plastik berukuran 5 kg dan plastik ziplock
digunakan untuk memasukan jenis organisme yang didapatkan di deep net pada tiap
stasiun, Timer yang digunakan untuk mengukur waktu, GPS yang digunakan untuk
mengetahui koordinat pada saat pengambilan sampel, pH meter yang digunakan
untuk mengukur pH, DO meter yang digunakan untuk mengukur DO di perairan
sungai cigambreng, SCT meter yang digunakan untuk mengukur konduktifitas,
salinitas, dan suhu, Roll meter yang digunakan untuk mengukur lebar sungai dan
lebar badan sungai, flow meter yang digunakan untuk mengukur arus sungai pada
saat pengambilan sampel, botol sampel 1L yang digunakan menyimpan air sampel
untuk diamati dan coolbox untuk menyimpan semua sampel untuk diamati agar
suhu tetap terjaga.

Prosedur Kerja

Kit indikator
Kit indikator merupakan suatu alat bantu berupa kertas bergambar dan petak
berwarna yang digunakan untuk menentukan tingkat kualitas air disuatu sungai
secara objektif. Hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengamati jenis-jenis
biota yang ada disekitar sungai. Biota di letakkan pada petak berwarna di lembar
sorong pada lubang di sebelah kelompok biota yang di maksud. Apabila biota yang
di temukan berada pada warna biru mengindikasikan kualitas air sungai sangat baik,
selanjutnya apabila biota yang ditemukan berada di warna hijau maka kualitas air
sungai tersebut baik, kemudian terdapat kotak berwarna kuning menandakan
kualitas air sedang, warna merah menandakan suatu peraiiran tersebut memiliki
kualitas yang buruk, dan warna hitam mengambarkan kualitas perairan tersebut
sangat buruk.

Pengambilan Data Fisik Sungai

Deep Net
Pengambilan sampel dengan menggunakan deep net yaitu mengambil jenis
organisme pada setiap 3 sub stasiun. Organisme yang didapatkan pada setiap sub
stasiun disimpan dalam plastik ziplock. Agar biota tidak rusak saat dilakukan
identifikasi maka diberikan alkohol dan diberi pewarna rose bengal untuk
selanjutnya dimasukkan kedalam coolbox.

Surber
Pengambilan sampel dengan menggunakan surber yaitu surber diletakkan
pada setiap sub stasiun dengan kurun waktu 15 menit, kemudian surber dilektakkan
pada kolom perairan tetapi tidak boleh hingga tenggelam seluruhnya, surber
diletakan melawan arus, jika sudah 15 menit surber kemudian diangkat lalu
dimasukkan kedalam baki untuk dipilah terlebih dahulu sebelum dimasukkan
kedalam botol sampel untuk selanjutnya diberikan alkohol dan diberi pewarna rose
bengal dan dimasukkan kedalam coolbox.
5

Roll Meter
Meteran digunakan untuk mengambil lebar sungai dan badan sungai. Badan
sungai diambil dimulai dari vegetasi terakhir kemudian dihitung menggunakan
meteran. Lebar sungai diukur dari badan sungai.

Pengambilan Data Parameter Kimia


DO meter
DO meter berfungsi untuk mengukur ksigen terlarut didalam air, biasanya
dapat digunakan ketika di lapangan. Hal yang pertama dilakukan yaitu tekan tombol
power, geser ke kanan (02 ), kalibrasi terlebih dahulu alatnya dengan menekan
tombol kalibrasi oksigen, tunggu hingga angka stabil yaitu berkisar 18.00-20.00.
Setelah itu ubah ke tempat dengan satuan mg/l. setelah itu, dapat diaplikasikan ke
sampel, lalu masukkan tutup mulut ke larutan sampel hingga stabil, dalam satuan
ppm. Maka nilai DO pun di dapatkan. Setelah selesai penggunaan, maka bilas
dengan menggunakan akuades, dan seka menggunakan tisu.

Refrakto meter
Untuk mengukur salinitas menggunakan refraktometer. Bagian yang
berinteraksi dengan sampel yaitu bagian prisma nya, sebelumnya harus dibilas
dengan menggunakan akuades dulu, kemudian seka menggunakan tisu. Teteskan
air sampel pada bagian prisma, lalu arahkan ke sumber cahaya, lalu lihat nilai
salinitas dengan tanda warna antara biru dan putih.

SCT meter
SCT metere dapat langsung digunakan tanpa dikalibrasi terlebih dahulu.
Namun dapat juga dikalibrasi dengan menggunakan Nacl 491 +- 2.5 mg/liter.
Kemudian masukkan probe ke dalam sampel, hingga muncul kata “ready”, lalu tulis
nilainya sebesar 8.164 mikros untuk melihat ilia konduktivitas.

BOD
Nilai BOD dapat diperoleh dengan terlebih dahulu mengukur kandungan
oksigen dari sampel air. Kemudian dilakukan analisis lanjutan dengan penambahan
bahan kimia sesuai prosedur analisis BOD sehingga diperoleh data oksigen
terlarutnya di hari ke-0 (nol) dan hari ke-3. Kadar BOD dapat diukur dengan
mengetahui perbedaan kadar oksigen terlarut air di hari ke-0 (nol) dengan di hari
ke-3. Nilai BOD digunakan untuk menghitung jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme secara biologis.

Table 1 pengambilan data parameter Kimia

Parameter Metode analisis Alat


DO Elektrometri DO meter
Salinitas Electrical conductivity Refrakto meter
Konduktivitas Salinity, conductivity, SCT meter
and temperature (SCT)
meter
BOD BOD test Botol BOD/3-days
6

Prosedur Analisis Data

Indeks Keanekaragaman
Perhitungan Keanekaragaman jenis dilakukan dengan menggunakan rumus
(Rachmawaty 2011).

H’ = -∑ Pi log Pi

Keterangan :
H’ : Indeks keanekaragaman
Pi : ni/N
ni : Jumlah spesies ke-i
N : Jumlah total spesies

Indeks Keseragaman
Perhitungan Keseragaman jenis dilakukan dengan menggunakan rumus
fungsi Shannon-Wiener (Fahrul 2007).

H'
E=
Hmax

Keterangan :
E : Indeks keseragamanjenis
H’ : Indeks keragaman
Hmax : log2 S
S : Jumlah jenis

Dimana indeks keseragaman berkisar 0-1, dengan ketentuan :


E > 0.6 : Keseragaman jenis tinggi
0.6 ≥ E ≥ 0.4 : Keseragaman jenis sedang
E < 0.4 : Keseragaman jenis rendah

Indeks Dominansi
Perhitungan yang digunakan adalah rumus indeks dominasi Simpson
(Rachmawaty 2011).

ni 2
C = ∑si=1 (N)

Keterangan :
C : Indeks dominansi
ni : Jumlah individu tiap spesies
N : Jumlah total spesies

Kriteria indeks dominansi adalah (Odum 1996) :


0 < C ≤ 0.5 : tidak ada genus yang mendominasi
0.5< C < 1 : terdapat genus yang mendominasi
7

BOD
Kadar BOD yang terkandung dalam perairan sungai Cigambreng dapat
dihitung menggunakan rumus berikut :

Vol. Natio x Kons. Natio x 8 x 1000


DO (ml/L) = Vol. Botol
Vol. Sampel x ( )
Vol. Botol-2

BOD = DO(0) – DO(3)

Keterangan :
DO (0) : Oksigen Terlarut 0 Hari
DO (3) : Oksigen Terlarut 3 Hari
Kons. NaTio : 0.0250
FP : Faktor Pengencer

Debit
Debit didalam perairan dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Q=Vx A A=DxL Q=VxDxL
Keterangan :
Q = Debit (𝑀3 /s)
V = Kecepatan (m/s)
D = Kedalaman (m)
L= Lebar Sungai (m)

Kelimpahan Organisme
Kelimpahan organisme menurut (Pamuji et al. 2015) dalam perairan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah Total Individu Spesies


K=
Luas Surber x Jumlah Ulangan

FBI
FBI adalah penghitungan indeks kualitas air yang dikembangkan oleh
Hinsenhoff (1988) berdasarkan nilai toleransi (ket
ahanan terhadap perubahan lingkungan) dari tiap-tiap famili (Widiyanto dan
Sulistayarsi 2014). FBI dapat dihitung dengan rumus:

∑(Kepadatan ×skor FBI)


FBI=
∑ Kepadatan

Table 2 Penggolongan kriteria kualitas air dengan metode FBI


Indeks Kualitas Air
8

0.00-3.75 Excellent
3.76-4.25 Sangat Baik
4.26-5.00 Baik
5.01-5.75 Sedang
5.76-6.50 Agak Buruk
6.51-7.25 Buruk
7.26-10.00 Sangat Buruk

SingScore
SingScore merrupakan indeks biotik makroinvertebrata untuk menentukan
kualitas suatu perairan. Rumus yang digunakan untuk menentukan kualitas air
dengan metode SingScore yaitu:

∑ni=1 ai
SingScore=
Jumlah Taksa

Table 3 Penggolongan kriteria kualitas air dengan metode SingScore


SingScore Kualitas Air
0-79 Poor
80-99 Fair
100-119 Good
>120 Excellent

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Table 4 Data parameter fisika hari Sabtu dan Minggu

Parameter Sabtu Minggu


06°39.9825' (S) 06°39.985' (S)
Titik Koordinat
106°41.889' (E) 106°41.8905' (E)
Suhu 21.25 22.17
pH 7.5 7.485
Konduktivitas (µS) 13.95 14.55
Lebar sungai (m) 5.045 7.79
Lebar badan sungai (m) 15.8733 16.71
Kedalaman (cm) 25.8333 21.6667
Arus (m/s) 0.35 0.3
Debit (m3/s) 0.4561 0.5064

Hasil Tabel 4 menunjukan hasil perbandingan pengukuran parameter fisika


pada hari Sabtu dan Minggu. Suhu pada hari Minggu (22.17°C) lebih tinggi
dibandingkan dengan hari Sabtu (21.25°C). Pengukuran pH pada hari Sabtu (7.5)
lebih tinggi dibandingkan dengan hari Minggu (7.485). Konduktivitas perairan
9

pada hari Minggu (14.55 µS) lebih tinggi dibandingkan dengan hari Sabtu (13.95
µS). Lebar sungai pada hari Minggu (7.79 m) lebih lebar dibandingkan dengan hari
Sabtu (5.045 m). Begitu pula dengan lebar badan sungai. Hari Minggu memiliki
lebar sungai sebesar 16.71 m sedangkan hari Sabtu sebesar 15.8733 m. Kedalaman
pada hari Sabtu (25.8333 m) lebih dalam dibandingkan dengan hari Minggu
(21.6667 m). Arus pada hari Sabtu (0.35 m/s) lebih deras dibandingkan dengan hari
Minggu (0.30 m/s). Debit pada hari Minggu (0.5064 m3/s) lebih besar dibandingkan
dengan hari Sabtu (0.4561 m3/s).

Table 5 Data parameter kimia hari Sabtu dan Minggu

Parameter Sabtu Minggu


DO 6.3 6.25
Amonia 0.4 0.5
Nitrit 0.05 0.1 mg/L
Ortofosfat 2 1.5
BOD(0) 37.392 39.3593
BOD(3) 33.456 27.5514
BOD 3.936 11.8079

Hasil Tabel 5 menunjukan hasil perbandingan pengukuran parameter kimia


pada hari Sabtu dan Minggu. DO pada hari Sabtu (6.3 mg/L) lebih tinggi
dibandingkan dengan hari Minggu (6.25 mg/L). Amonia pada hari Minggu (0.5
mg/L) lebih tinggi dibandingkan dengan hari Sabtu (0.4 mg/L). Nitrit pada hari
Minggi (0.1 mg/L) lebih tinggi dibandingkan dengan hari Sabtu (0.05 mg/L).
Ortofosfat pada hari Sabtu (2 mg/L) lebih tinggi dibandingkan dengan hari Minggu
(1,5 mg/L). BOD pada hari Minggu (11.8079 mg/L) jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan hari Sabtu (3.936 mg/L).

Apidae
Coleptera Elmidae
Diptera Hemicephalic
Diptera Simullidae
7% 1% 2% 1% 3%
4% Ephemeroptera heptageniidae
1%
6% Eulichadidae
16%
Heptageriidae
Hydropsychidae
Hymenoptera
7%
Lepthophlebiidae
3% Plecoptera Peltoperlidae
Rydrophiidae
49%

Gambar 2 Persentase kepadatan organisme pada hari Sabtu


10

Indeks kepadatan di hari sabtu menujukan Apidae sebesar 49%,


Eulichadidae sebesar 6%, Lepthophlebiidae sebesar 16%, , Hymenoptera sebesar
7%, Heptageriidae sebesar 7%, Diptera simullidae sebesar 4%, Diptera
Hemicephalic sebesar 3%, Plecoptera Peltoperlidae sebesar 2%, Ephemeroptera
Heptageniidae sebesar 1%, Coleptera Elmidae sebesar 1%, Rydrophiliidae sebesar
1%. Kepadatan di hari sabtu di dominasi oleh Apidae sebesar 49%.
2%
5% 1% 6% 3%
Heptagenidae
6% 1%
Baetidaea
3%
Psychomidae
Blephariceridae
21% Gerridae
Tipulidae

1% Sipholonuridae
39%
1% Empididae
1% Limoniidae
0% 2%
Trichoptera
0% 0% 5%
0%

Gambar 3 Persentase kepadatan organisme pada hari Minggu


Indeks kepadatan di minggu menujukan Hydropsychidae sebesar 39%,
Blephariceridae sebesar 21%, leptophlebidae sebesar 6%, ceratopogonidae sebesar
6%, Muscidae sebesar 5%, Limoniidae sebesar 5%, Baetidaea sebesar 3%,
Psychomidae sebesar 3%, Empididae sebesar 2%, Gerridae sebesar 2%, Tipulidae
sebesar 1%, Psephenidae sebesar 1%, siphlonuridae sebesar 1%, Hydrophilidae
sebesar 1%, psychomidae sebesar 1%. Kepadatan di hari minggu di dominasi oleh
Hydropsychidae sebesar 39%.

Table 6 Perbandingan antara indeks diversitas pada hari Sabtu dan Minggu

Indeks Sabtu Minggu


Keanekaragama 1.7483 1.9835
n (H’) Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman Jenis Sedang
Sedang
Keseragaman 0.6625 0.6736
(E) Keseragaman Populasi Tinggi Keseragaman Populasi Tinggi
0.2843 0.2118
Dominansi (C)
Dominansi Rendah Dominansi Rendah

Tabel 6 menunjukan bahwa pada hari Sabtu dan Minggu memiliki


kesamaan kategori pada indeks diversitas, yakni keanekaragaman, keseragaman,
dan dominansi. Hari Sabtu memiliki keanekaragaman jenis yang sedang dengan
11

memperoleh nilai 1.7483. Keseragaman populasi yang tinggi dengan nilai 0.6625.
Dominansi yang rendah dengan ditunjukan perolehan nilai sebesar 0.2843. Nilai
keanekaragaman pada hari Minggu tidak berbeda jauh dengan hari sabtu, yaitu
dengan perolehan nilai sebesar 1.9835 dengan kategori keanekaragaman jenis yang
sedang begitu pula dengan keseragaman dengan nilai 0.6736 termasuk kedalam
kategori keseragaman populasi yang tinggi serta dominansi dengan nilai 0.2118
termasuk kedalam kategori dominansi rendah.

Table 7 Perbandingan hasil FBI dan Singscore pada hari Sabtu dan Minggu

Metode Sabtu Minggu


2.6056 2.6029
FBI
Excellent Excellent
168 108
SingScore
Excellent Good

Hasil Tabel 7 menunjukan bahwa pada hari Sabtu nilai FBI mencapai 2.6056.
Nilai tersebut menunjukan bahwa perairan sungai tersebut termasuk kedalam
kriteria excellent. Nilai FBI pada hari Minggu mengalami penurunan dari FBI pada
hari Sabtu yaitu sebesar 2.6029. Nilai tersebut tetap dikategorikan sebagai perairan
sungai berkriteria excellent. Metode SingScore memperlihatkan hasil yang serupa
yaitu pada hari Sabtu perairan Sungai Cigambreng termasuk kedalam kriteria
excellent. Berbeda dengan hari Sabtu, nilai SingScore pada hari Minggu mengalami
penurunan yang signifikan yakni sebesar 108 dengan kriteria good.

Pembahasan

Parameter Kimia
Pengamatan perairan Sungai Cigambreng dengan menggunakan parameter
kimia meliputi DO (Dissolved Oxygen), amonia, nitrit, ortophospate, 𝐵𝑂𝐷0 , 𝐵𝑂𝐷3 ,
dan BOD. Data yang diperoleh pada saat pengukuran menggunakan DO meter
diperoleh berkisar 6.3 mg/L, hal tersebut sesuai dengan kadar alamiah suatu
perairan (Effendi 2003). Oksigen terlarut dalam perairan dimanfaatkan oleh
organisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh
mikroorganisme (Megawati et al. 2014). Sumber utama oksigen pada suatu perairan
adalah udara melalui proses difusi serta dari proses fotosintesis fitoplankton.
Oksigen terlarut berbanding terbalik dengan adanya limbah pada perairan, semakin
tinggi kadar limbah pada perairan maka oksigen yang terlarut pada perairan tersebut
akan menurun. Hal tersebut disebabkan karena oksigen terlarut yang ada
dibutuhkan oleh bakteri pengurai untuk menguraikan zat organik menjadi zat
anorganik (Megawati et al. 2014).
Nitrit merupakan hasil dari oksidasi ammonia dengan bakteri nitrosomonas,
sedangkan nitrat merupakan hasil dari oksidasi nitirit dengan bakteri nitrobacter.
Sifat bakteri yang digunakan yaitu akan optimal ketika melakukan proses nitrifikasi
pada pH 7.0-7.3 (Juliasih et al. 2017). Adanya aktivitas nitrifikasi akan
menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut sehingga meyebabkan kondisi
12

anaerobik. Nilai nitrit yang diperoleh ketika pengambilan data sebesar berkisar 0.1
mg/l pada hari minggu dan 0.05 mg/l pada hari sabtu mg/l, hasil tersebut melebihi
batas normal kandungan nitrit dalam suatu perairan. Perairan alami biasanya
memiliki nilai nitrit sesar 0.001 mg/l dan tidak lebih dari 0.06 mg/𝐿−1 (Juliasih et
al. 2017). Akibatnya jika kandungan nitrit dalam suatu perairan melebihi batas
maka akan perairan tersebut akan terganggu. Nitrit bersifat toksik ketika bereaksi
dengan hemoglobin dalam darah yang meyebabkan darah tidak dapat mengangkut
oksigen. Selain itu, nitrit yang tinggi disebabkan oleh aktivitas yang tinggi pula dari
bakteri pengurai akibat pembuangan limbah rumah tangga, pertanian, serta industri.
Hal tersebut sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar sungai cigambreng
masyarakat melakukan aktivitas mencuci didaerah sekitar aliran sungai.
Ammonia merupakan salah satu nitrogen anorgaik yang larut dalam air,
senyawa ini berasal dari nitrogen yang menjadi NH4 pada pH rendah yang disebut
dengan ammonium (Azizah dan Humairoh 2015). Beberapa sumber ammonia yaitu
air seni, tinja, oksidasi zat organik secara mikrobiologis serta dari buangan industri.
Hasil yang di peroleh sebesar berkisar 0.5 mg/l. konsentrasi yang diperoleh
termasuk kriteria air sungai kelas I yaitu, 0.5 mg/l (PP No. 82 tahun 2001).
Ammonia yang tinggi pada suatu perairan disebabkan oleh kegiatan industri,
kegiatan pertanian yang terdapat di sekitar daerah tersebut. Peningkatan konsentarsi
ammnonia pada suatu perairan akan menyebabkan penurunan oksigen terlarut yang
dapat menggangu fungsi fisiologi dan metabolimsme seperti respirasi (Azizah dan
Humairoh 2015).
BOD (Biochemical Oxygen Demand) merupakan salah satu parameter yang
dapat digunakan untuk mengetahui jumlah bahan organik yang digunakan untuk
mengetahui jumlah bahan organik di perairan. Konsentrasi BOD dipengaruhi oleh
kadar oksigen terlarut, semakin tinggi BOD maka semakin tinggi pula oksigen
terlarut pada suatu perairan tersebut. Berdasarkan KepMen LH (2004) nilai BOD
yang diperbolehkan untuk kehidupan biota laut yaitu < 20 mg/l. hasil yang
diperoleh yatu sebesar berkisar 3.936 – 11.8079 mg/l, hal tersebut masih memenuhi
kriteria KepMen LH (2004) mengenai kehidupan biota laut. Artinya perairan sungai
cigambreng masih tergolong kedalam perairan sebagai habitat yang banyak di
tempati oleh biota perairan (Nasir et al. 2018).
Fosfat dapat ditemukan sebagai ion bebas dalam sistem air. Fosfat dapat
berbentuk organic (fosfor yang terikat secara organic) atau bentuk anorganik
(ortofosfat dan polifosfat). Fosfat mengalami peningkatan jika perairan
mendapatkan masukkan limbah domestic yang mengandung detergen. Detergen
sendiri dapat meningkatkan kadar fosfat karena komposisi utama detergen yaitu ion
fosfat. Konsentrasi sekitar 1.5 – 2.0 mg/l. Fosfat terlarut merupakan salah satu
bahan nutrisi yang dapat memicu pertumbuhan cepat pada alga dan rumput-
rumputan dalam danau, estuaria, dan sungai (Arizuna et al. 2014). Kandungan
fosfat yang tinggi m enyebabkan peraira tersebut menjadi subur. Perairan yang
mengandung ortophospate kisaran 0.31-1.0 mg/l termasuk kedalam perairan yang
bersifat eutrofik (Arizuna et al. 2014).

Parameter Fisika
Parameter fisika perairan adalah salah satu parameter yang digunakan dalam
menguji kualitas air suatu perairan yang berhubungan dengan fisika atau fisik suatu
perairan seperti suhu, kecerahan, kecepatan arus, kedalaman, lebar sungai dan lebar
13

badan sungai. Secara visual disepanjang sungai Cigambreng tipe substrat dasar
bagian hulu sungai Cigambreng yaitu berbatu dan berkerikil. Suhu yang diperoleh
menggunakan SCT Meter sebesar 21.9 oC di ketiga substasiun. Suhu air di hulu
sungai umumnya lebih rendah dibandingkan suhu air di hilir. Hal tersebut
dikarenakan terdapat perbedaan suhu udara dan ketinggian tempat (Tresna et al.
2012).
Warna dari perairan sungai Cigambreng secara kasat mata terlihat jernih.
Rendahnya tingkat kecerahan perairan akibat tingginya kadar partikel tersuspensi
(Suriadarma 2011). Substasiun 1 yang berarus tenang memiliki kecepatan arus 0.1
m/s dengan kedalaman perairan 23 cm. Substasiun 2 yang berarus sedang memiliki
kecepatan arus 0.2 m/s dengan kedalaman 30 cm. Substasiun 3 yang berarus
kencang memiliki kecepatan arus 0.8 m/s dengan kedalaman 24 cm. Kecepatan arus
tidak dipengaruhi oleh kedalaman di substasiun tersebut. Tingginya kecepatan air
di bagian hulu disebabkan oleh dorongan arus dari hulu (Agustini et al. 2013).
Pengambilan data di sungai Cigambreng pada hari sabtu berada di titik
koordinat 06°39.9825' (S) dan 106°41.889' (E), dan pada hari minggu berada di titik
koordinat 06°39.985' (S) dan 106°41.8905' (E). Berdasarkan titik koordinat tersebut
titik pengambilan data di hari sabtu dan minggu berdekatan. Hulu sungai
Cigambreng memiliki topografi sedikit curam melandai dan beraliran turbulensi
kuat hasil dari kombinasi kecepatan dan kedalaman sungai yang beraliran deras dan
dangkal. Kondisi tersebut dapat membuat kelarutan oksigen atmosfer kedalam
perairan berlangsung dengan cepat dan efektif (Astono 2010).
Badan sungai adalah bagian dari muka bumi yang selalu berisi air yang
mengalir yang bersumber dari aliran limpasan, aliran sub surface run-off, mata air
dan air bawah tanah (base flow). Lebih jauh Sandy (1985) menyatakan bahwa alur
sungai dibatasi oleh bantuan keras, dan berfungsi sebagai tanggul sungai. Lebar
badan sungai memiliki arti bahwa lebar bagian muka bumi yang selalu berisi air
(secara melintang horizontal). Sedangkan lebar sungai dimulai dari habitat tumbuh-
tumbuhan yang spesifik (vegetasi riparian), yaitu tumbuh-tumbuhan dengan
komunitas tertentu yang mampu mengendalikan air pada saat musim penghujan dan
kemarau. Berdasarkan analisis spasial lebar badan sungai dan lebar sungai di sungai
Cigambreng pada hari sabtu yaitu 5.045 meter dan 15.8733 meter, lebar badan
sungai dan lebar sungai di sungai Cigambreng pada hari minggu yaitu 7.79 meter
dan 16.71 meter.
Nilai pH yang diperoleh yang diukur dengan menggunakan pH meter adalah
7.5 pada ketiga stasiun yang dilakukan pengamatan. Besarnya nilai pH sangat
menentukan dominasi fitoplankton yang mempengaruhi tingkat produktivitas
primer suatu perairan dimana keberadaan fitoplankton di dukung oleh
ketersediaannya nutrient pada suau perairan. Menurut Effendi (2003) pH yang
berkisar 7 masih berada pada kisaran nilai yang baik untuk kehidupan biota perairan.
Nilai pH dalam suatu perairan merupakan indikasi terganggunya perairan tersebut
(Megawati et al. 2014). Berkurangnya pH dalam suatu perairan ditandai dengan
semakin meningkatnya senyawa organik pada perairan tersebut. Organisme akuatik
membutuhkan pH yang optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup
(Seygita dan Siregar 2015)
14

Parameter Biologi
Hewan air yang dapat digunakan sebagai bioindikator biologis yaitu dari
jenis hewan air seperti algae, bakteri, protozoa, makroinvertebrata, dan ikan. Dari
kelima jenis hewan yang dapat dijadikan indikatir perairan yang paling baik yaitu
makroinvertebrata karena makroinvertebrata memiliki faktor preferensi habitat dan
mobilitas yang relative lebih rendah menyebabkan mahluk hidup ini dapat
digunakan ebagai mahluk hidup yang keberadaannya dipenagruhi oleh masukkan
bahan organic yang masuk kedalam perairan tersebut (Tjokrokusumo 2006).
Makroinverebrata umumnya lebih mudah digunakan dalam proses identifikasi,
analisisa, dan pengawetan. Selain itu makroinvertebrata digunakan sebagai alat
untuk membuat kajian tentang kualitas air sungai. Hal tersebut dikarenakan
makroinvertebrata memiliki ukuran yang lebih besar 0.5 mm yang berfungsi
sebagai jembatan penghubung antar organisme satu dengan organisme lainnya.
Makroinvertebrata dapat berfungsi sebagai bahan makanan bagi ikan atau beberapa
organisme lainnya yang bersifat predator. Jika dibandingkan dengan ikan,
makroinvertebrata lebih cepat dalam melakukan replacement time dibadingkan
dengan bakteri atau ikan. Hal penting lainnya yaitu sifat yang dimiliki oleh
makroinvertebrata yaitu sensitive terhadap bahan polusi, sehingga hal tersebut yang
menjaid point penting dalam menganalisis kualitas perairan.
Menggunakan indeks-indeks perhitungan makroinvertebrata pada tingkat
family karena perhitungan mudah dan cukup dengan beberapa pengetahuan tentang
ilmu taksonomi merupakan keuntungan dari penggunaan indeks perhitungan pada
tingkat family. Indeks perhitungan biologis terhadap makroinvertebrata tidak dapat
menentukan kualitas air dengan akurat dikarenkan respon dari spesies yang
berbeda-beda terhadap beberapa kondisi kimia di wilayah geografis yang bervariasi
(Sharifina et al. 2015). Kepadatan yang didapat pada hari minggu lebih besar
dibandingkan hari sabtu mungkin disebabkan karena beberapa parameter yang
memiliki perhitungan berbeda baik pada hari sabtu ataupun minggu seperti pada
substasiun 1, 2 dan 3 yang memiliki beragam kecepatan arus nilai-nilai dari
parameter fisik lain memiliki pengaruh terhadap keberadaan organisme.
Distribusi bioindikator yang direpresentasikan oleh nilai kepadatan
dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, karakteristik hidrologis, pasokan nutrisi,
jenis substrat, tekanan predasi dan gangguan alami atau antropogenik, di samping
variasi dalam kualitas air itu sendiri, yang membuat indeks biotik ini alat penting
untuk menilai kesehatan dari sungai. Kepadatan yang didapat pada hari minggu
lebih besar dibandingkan hari sabtu mungkin disebabkan karena organisme
memiliki keterkaitan dengan ketersediaan substrat yang heterogen yang lebih besar
pada cakupan yang lebih luas sehingga menawarkan jumlah makanan yang tersedia
lebih banyak. Roque et al. (2003), berhipotesis bahwa daerah dengan cakupan
vegetasi yang lebih besar harus memiliki kekayaan taksonomi yang lebih besar
sehingga hasil dari perhitungan niali kepadatan bioindikator yang telah dilakukan
dapat membuktikan hipotesis tersebut. Sehingga pada kelimpahan organisme yang
lebih rendah memiliki keterkaitan dengan hilangnya vegetasi-vegetasi pada tepian
sungai dan penggantinya dan ketersediaan substrat yang heterogen yang lebih
rendah Bueno et al. (2003).
Suatu komunitas dalam suatu daerah mempunyai keanekaragaman yang
tinggi apabila komunitas itu tersusun dengan banyak dengan kelimpahan jenis yang
sama atau hampir sama. Apabila komunitas tersebut tersusun oleh sedikit jenis dan
15

jika hanya sedikit jenis yang dominan maka keanekaragaman jenisnya dikatakan
rendah (Purnama et al. 2011). Purnama et al. (2011) Nilai keanekaragaman dapat
di kategorikan sebagai Keanekaragaman yang sedang, produktivitas cukup, kondisi
ekosistem yang seimbang dan tekanan ekologis sedang. Nilai dari keanekaragaman
yang tinggi juga menunjukan kompleksitas dalam komunitas yang terjadi
didalamnya. Kompleksitas tinggi menunjukan interaksi jenis yang tinggi pula.
Makroinvertebrata sebagai bioindikator kesehatan suatu perairan
berdasarkan toleransi atau sensitivitasnya terhadap lingkungan perairan tersebut.
Koleksi taksa dari seluruh daerah di Singapura memiliki perhitungan tentang nilai
indeks kesehatan air yang di nilai dari nilai toleransi makroinvertebrata terhadap
lingkungannya. Data yang diperoleh memiliki toleransi yang di nilai excellent dan
good. Publikasi tentang singscore oleh Blakely et al. (2014), menyatakan bahwa
kualitas air dalam yang memiliki nilai 100-119 dikategorikan kedalam kualitas air
dengan nilai yang dikatakan good, sedangkan excellent memiliki nilai >120.
Beberapa macam dari makrobentos yang ditemukan di dalam perairan sungai
Cigambreng termasuk kedalam Trichoptera yang salah satu daru kegunaannya
adalah untuk mendeteksi polusi yang tidak diketahui dan lebih mudah di identifikasi
dari makrobenthos lainnya (Balint et al. 2006; Abbaspour et al. 2017)
Salah satu cara untuk menentukan kualitas perairan adalah dengan
mengunakan indeks biotik yaitu famili biotik indeks (FBI) dari hilshenhoff Pada
dasarnya indeks biotik merupakan nilai dalam bentuk skoring yang dibuat atas dasar
tingkat toleransi organisme atau kelompok organisme terhadap cemaran. Indeks
tersebut juga memperhitungkan keragaman organisme dengan pencemaran
(Manalu et al. 2014). Klasifikasi kualitas air dari indikator biologis yang di dapat
pada stasiun 2 dan 4 pada hari sabtu dan minggu ialah excellent. Hasil dari
perhitungan itu berdasarkan dari tabel yang telah dikategorikan oleh hilsenhoff.
Nilai klasifikasi excellent berkisar pada nilai 0.00 hingga 3.75. Pemanfaatan
organisme makrobenthos sebagai indikator pencemaran lebih disukai karena
pergerakannya di perairan relatif lambat serta habitatnya terus menerus dipengaruhi
oleh zat yang masuk dan mengendap ke dasar perairan sehingga memiliki toleransi
atau sensitivitas yang dapat di nilai untuk mengetahui kualitas suatu perairan
(Manalu et al. 2014)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sungai Cigambreng dalam pengamatan kali ini dilakukan secara temporal,


yang mana sungai ini dapat dikategorikan sebagai perairan dengan status yang
memiliki kedaan baik, yang diukur melalui metode secara kualitatif dan kuantitatif,
adapun uji Famili Biotic Index (FBI) dan Singscore. Berdasarkan uji FBI sungai
Cigambreng dikategorikan sebagai perairan yang memiliki kualitas air yang baik.
Hasil uji Singscore sungai Cigambreng dikategorikan sebagai perairan yang
memiliki kualitas air yang tercemar ringan.
16

Saran

Praktikum mengenai analisis kualitas perairan dan makrozoobentos di sungai


Cigambreng diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengamatan berikutnya.
Pengamatan juga diharapkan dapat meningkatkan upaya masyarakat untuk lebih
menjaga lingkungan di sekitar sungai Cigambreng agar keberagaman jenis biota
tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Abbaspour F, Mirdar Harijani J, Gharaei A, Iezadi G. H. 2017. Biological


assessment of the Tang Sorkh River (Iran) using benthic
macroinvertebrates. Iranian Journal of Fisheries Sciences. 16(3): 1008-1020.
Agustini T, Jumarang MI, Ihwan A. 2013. Simulasi pola sirkulasi air di Muara
Kapuas Kalimantan Barat. Prisma Fisika. 1(1): 33-39.
Arizuna M, Suparpto D, Muskananfola MR. 2014. Kandungan nitrat dan fosfat
dalam air pori sedimen di sungai dan muara Sungai Wedung Demak.
Diponegoro Journal og Maquares. 3(1): 7-16.
Astono W. 2010. Penetapan nilai konstanta dekomposisi organic (Kd) dan nilai
konstanta reaerasi (Ka) pada Sungai Ciliwung hulu- hilir. Jurnal EKOSAINS.
2(1): 40-45.
Azizah M, Humairoh M. 2015. Analisis kadar amonia (NH3) dalam air Sungai
Cileungsi. Jurnal Nusa Sylva. 15(1): 47-54.
Bueno AAP, Bond-buckup G. Ferreira BDP. 2003. Estrutura da comunidade de
invertebrados bentônicos em dois cursos d'água do Rio Grande do Sul, Brasil.
Rev. Bras. Zool. 20: 115-125.
Blakely TJ, Eikaas HS, Harding JS, 2014. The Singscore: a macroinvertebrate
biotic index for assessing the health of Singapore’s streams and canals.
Conservation and Ecology. 62: 540-548.
Candra Y, Langoy M, Koneri R, Singkoh MFO. 2014. Kelimpahan serangga air di
sungai Toraut Sulawesi Utara. Jurnal MIPA UNSRAT Online. 3(2): 74-78.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogykarta (ID): Kanisius.
Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. PenerbitBumiAksara. Jakarta
Ferianto HY. 2012. Kenekaragaman Serangga Air Sebagai Penduga Kualitas
Perairan pada Sungai Maron dan Sungai Sempur, Seloliman, Trawas,
Mojokerto [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada.
Heath AG. 2018. Water Pollution and Fish Physiologi. Boca Raton (USA): CRC
Press.
Indarsih W. 2011. Kajian kualitas air Sungai Bedog akibat pembuangan limbah cair
sentra industri batik Desa Wijirejo. Jurnal Geografi Indonesia. 25(1): 40-54.
Jluasih NLGR, Diky Hidayat, Ersa MP. 2017. Penentuan kadar nitirt dan nitrat
pada perairan Teluk Lampung sebagai indicator kualitas lingkungan perairan.
Analytical and Environmental Chemistry. 2(2): 47-56.
Leba GV, Koneri R, Papu A. 2014. Keanekaragaman serangga air di Sungai Pajowa
Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Jurnal MIPA UNSRAT Online. 2(2):
73-78.
17

Manalu I, Fajri NE, Adriman. 2014. Determination of water pollution levels sibam
river pekanbaru based biotic index macrozoobenthos. JOM. 1(2): 1-9.
Marmita R. 2013. Makrozoobentos Sebagai Indikator Biologis dalam Menentukan
Kualitas Air Sungai Ranoyapo Minahasa Selatan, Sulawesi Utara [Skripsi].
Manado (ID): Universitas Samratulangi.
Megawati C, Yusuf M, Maslukah L. 2014. Sebaran kualitas perairan ditinjau dari
zat hara, oksigen terlarut, dan pH di perairan Selat Bali bagian selatan. Jurnal
Oseanografi. 3(2): 142-150.
Nasir A, Baiduri, Hasniar. 2018. Nutrien N-P di perairan pesisir pangkep Sulawesi
Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Keautan Tropis. 10(1): 135-141
Odum EP. 1996. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ke-3. Yogyakarta(ID): UGM Press
Pamuji, A., Muskananfola, M.R., A’in, C. 2015. Pengaruh sedimentasi terhadap
kelimpahan makrozoobenthos di muara sungai betahwalang kabupaten
demak (the effects of sedimentation on macrozoobenthos abundance in
betahlawang estuary of demak). SAINTEK Perikan. Indonesia. J. Fish. Sci.
Technol. 10, 129–135.
Rachmawaty. 2011. Indeks Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai
Bioindikator Tingkat Pencemaran Di Muara Sungai Jeneberang (Diversity
Indices Makrozoobentos as Bioindicator Pollution Levels in Estuary of
Jeneberang River). Jurnal Kajian dan Penelitian Biologi. 12(2): 103-109.
Ramli SQ, Mustafa FB, Salleh KO. 2018. Penilaian indeks keterancaman komuniti
orang asli Lembangan, Sungai Telom, Bertam dan Lemoi, Cameron
Highlands. Malaysian Journal of Society and Space. 14(3): 67-84.
Roque FO, Trivinho-strixino S, Strixino G, Agostinho RC, Fogo JC. 2003. Benthic
macroinvertebrates in streams of the Jaraguá State Park (Southeast of Brazil)
considering multilple spatial scales. J. Insect. Conserv. 7:63-72.
Sandy, IM, 1985. DAS-Ekosistem Penggunaan Tanah. Publikasi Direktorat Taguna
Tanah Departemen Dalam Negeri (Publikasi 437).
Seygita V, Siregar Y. 2015. Analisis kelimpahan dinoflagellate bentik beracun di
Perairan Teluk Bayur Sumatera Barat. Jurnal Dinamika Lingkungan
Indonesia. 2(2):92-99.
Sharifinia M, Mahmoudifard A, Gholami K, Imanpour Namin, J. and Ramezanpour,
Z., 2015. Benthic diatom and macroinvertebrate assemblages, a key for
evaluation of river health and pollution in the 1019 Abbaspour et al.,
Biological assessment of the Tang Sorkh River (Iran) using benthic …
Shahrood River, Iran. Limnology,17, 95-109.
Suriadarma A. 2011. Dampak beberapa parameter faktor fisik kimia terhadap
kualitas lingkungan perairan wilaya pesisir Karawang – Jawa Barat.
Ris.Geo.Tam. 21(2): 21-36.
Suwarno. 2015. Keragaman serangga akuatik sebagai bioindikator kualitas air di
danau laut tawar, Takengon. Jurnal Akuatik. 1(3): 461-470.
Tjikrokusumo SW. 2006. Bentik makroinvertebrata sebagai bioindikator polusi
lahan perairan. Jurnal Hidrosfir. 1(1): 10-20.
Tresna LK, Dhahiyat Y, Herawati T. 2012. Kebiasaan makanan dan luas relung
ikan di hulu sungai cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jurnal Perikanan
dan Kelautan. 3(3): 163-173.
18

Trisnaini I, Kumalasari TN, Utama F. 2018. Identifikasi habitat fisik sungai dan
keberagaman biotilik sebagai indikator pencemaran air Sungai Musi Kota
Palembang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 17(1): 1-8.
Widiyanto J, Sulistayarsi A. 2014. Biomonitoring kualitas air Sungai Madiun
dengan bioindikator makroinvertebrata. Jurnal Edukasi Matematika dan
Sains. 2(2): 1-10.
Zamroni Y, Tresnani G, Hadi I, Muspiah A, Candri DA. 2017. Monitoring kualitas
air sungai Aik Ampat menggunakan makroinvertebrata biotik indeks. Bio
Wallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi. 3(3): 105-109.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Indeks Kepadatan hari Sabtu

Organisme Jumlah Kepadatan


Apidae 1 9.8619
Coleptera Elmidae 1 9.8619
Diptera Hemicephalic 2 19.7239
Diptera Simullidae 3 29.5858
Ephemeroptera heptageniidae 1 9.8619
Eulichadidae 4 39.4477
Heptageriidae 35 345.1677
Hydropsychidae 2 19.7239
Hymenoptera 5 49.3097
Lepthophlebiidae 11 108.4813
Plecoptera Peltoperlidae 5 49.3097
Rydrophiidae 1 9.8619
12 71 700.1972

Jumlah total spesies ke-i


Kepadatan = Luas Surber ×Jumlah Ulangan
1
=
0.09 ×3
= 9,8619

Lampiran 2 Perhitungan Indeks Kepadatan hari Minggu

Organisme Jumlah Kepadatan


Baetidaea 7 69.0335
Blephariceridae 43 424.0631
Ceratopogonidae 1 9.8619
Empididae 5 49.3097
Gerridae 3 29.5858
Heptagenidae 12 118.3432
Hydrophilidae 2 19.7239
Hydropsychidae 1 9.8619
19

Hydropsychidae 82 808.6785
Leptophlebiidae 12 118.3432
Limnephilidae 1 9.8619
Limoniidae 11 108.4813
Muscidae 10 98.6193
Psephenidae 6 59.1716
Psychomidae 3 29.5858
Siphlonuridae 5 49.3097
Sipholonuridae 2 19.7239
Tipulidae 2 19.7239
Trichoptera 1 9.8619
19 209 2061.1440

Jumlah total spesies ke−i


Kepadatan = Luas Surber ×Jumlah Ulangan
12
=
0.09 ×3
= 118, 3432

Lampiran 3 Perhitungan Indeks Pencemaran FBI hari Sabtu


∑(Kepadatan ×Skor FBI)
FBI = ∑ Kepadatan
1824,4576
= 700,1972
= 2,6056

Lampiran 4 Perhitungan Indeks Pencemaran FBI hari Minggu

Organisme Jumlah Kepadatan Skor FBI Kepadatan x skor FBI


Baetidaea 7 69,03353057 4 276,1341223
Blephariceridae 43 424,0631164 0 0
Ceratopogonidae 1 9,861932939 6 59,17159763
Empididae 5 49,30966469 6 295,8579882
Gerridae 3 29,58579882
Heptagenidae 12 118,3431953 4 473,3727811
Hydrophilidae 2 19,72386588
Hydropsychidae 1 9,861932939 4 39,44773176
Hydropsychidae 82 808,678501 4 3234,714004
Leptophlebiidae 12 118,3431953 2 236,6863905
Limnephilidae 1 9,861932939 4 39,44773176
Limoniidae 11 108,4812623
Muscidae 10 98,61932939 6 591,7159763
Psephenidae 6 59,17159763
Psychomidae 3 29,58579882 2 59,17159763
Siphlonuridae 5 49,30966469
Sipholonuridae 2 19,72386588
Tipulidae 2 19,72386588 3 59,17159763
20

Trichoptera 1 9,861932939
Jumlah 2061,143984 5364,891519
Nilai FBI 2,6029
Kriteria Excellent

∑(Kepadatan ×Skor FBI)


FBI = ∑ Kepadatan
5364,8915
= 2061,1440
= 2,6029
Lampiran 5 Perhitungan Indeks Pencemaran Singscore hari Sabtu

Organisme Jumlah Nilai Singscore


Apidae 1
Coleptera Elmidae 1
Diptera Hemicephalic 2
Diptera Simullidae 3 7
Ephemeroptera heptageniidae 1 9
Eulichadidae 4 9
Heptageriidae 35
Hydropsychidae 2 7
Hymenoptera 5
Lepthophlebiidae 11 10
Plecoptera Peltoperlidae 5
Rydrophiidae 1
Jumlah 42
Nilai
Singscore 168
Kriteria Excellent

∑𝑛
𝑖=1 𝑖 𝑎
SingScore = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ × 20
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑎
42
= 5 × 20
= 168

Lampiran 6 Perhitungan Indeks Pencemaran Singscore hari Minggu


Organisme Jumlah Nilai Singscore
Baetidaea 7 7
Blephariceridae 43
Ceratopogonidae 1 3
Empididae 5 4
Gerridae 3 5
Heptagenidae 12 9
Hydrophilidae 2 6
Hydropsychidae 1
Hydropsychidae 82
21

Leptophlebiidae 12 10
Limnephilidae 1 1
Limoniidae 11
Muscidae 10 6
Psephenidae 6
Psychomidae 3
Siphlonuridae 5
Sipholonuridae 2
Tipulidae 2 3
Trichoptera 1
10 54
Nilai Singscore 108
Kriteria Good

𝑖=1 𝑖∑𝑛 𝑎
SingScore = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ × 20
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑎
54
= 10 × 20
= 108

Lampiran 7 Contoh perhitungan debit air Sungai Cigambreng


Diketahui :
v = 0,35 m/s
L = 5,045 m
D = 25,8333 cm
Jawab :

A =DXL
= 25,8333 X 5,045
= 130,3299 m
Q =vXA
= 0,35 X 130,3299
= 45,6151 ᴝ 0,4561 m3/s
Q =vXDXL
= 0,35 X 25,8333 X 5,045
= 45,6151 ᴝ 0,4561 m3/s

Pembagian Tugas

Editor dan Metode : Suci Putri, Bella


Pendahuluan : Indah SM
Hasil : Bella, Indah, Jefri
Pembahasan : Afifi, Dzillah, Asyam
Kesimpulan, Saran, Lampiran : Risa
PPT : Lisbet

Anda mungkin juga menyukai