Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM LIMNOLOGI PARAMETER FISIKA DAN KIMIA AIR

Disusun oleh; Sugianto Dwi Febriyani Yandri .S Rotupa

Jurusan Biologi FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU 2012

I. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhatikan atau memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Ekosistem perairan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan menggenang (lentik). Perairan mengalir adalah suatu bentuk perairan tawar yang di dalamnya ada arus yang secara terus menerus mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, diantaranya adalah sungai, saluran irigasi, dan got. Perairan menggenang merupakan perairan terbuka yang di dalamnya terkandung banyak komponen-komponen biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi, dalam hal ini sungai maupun kolam atau waduk dapat berperan sebagai sumber daya hayati yang bermanfaat. Salah satu contoh perairan menggenang (lentik) adalah waduk. Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat manusia. Waduk buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk tersebut penuh. Faktor biotik dan abiotik ini dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan tersebut. Kondisi limnologis di suatu perairan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat fisika maupun kimia. Faktor-faktor fisika, kimia dan biologi yang khas bagi suatu keperluan dinyatakan dalam suatu angka atau kisaran angka dalam suatu satuan. Suatu perairan dinyatakan baik atau buruk dalam bidang perikanan dapat diketahui dengan banyak sedikitnya organisme perairan seperti plankton, benthos dan tumbuhan air (Welch, 1992). Faktor abiotik meliputi sifat fisika dan kimia. Sifat-sifat fisika antara lain: suhu, kecerahan, kekeruhan, kedalaman dan sifat-sifat kimia antara lain: pH, O2 terlarut, CO2 bebas, BOD (Muslim, 1992).

1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah Untuk mengetahui kondisi fisik dan kimia air waduk fakultas perikanan universitas riau

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas air adalah kadar parameter air yang menunjukkan mutu dan karakter air tersebut. Kualitas air dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya (Lingga, 1999). Beberapa sifat fisik dan kimia yang sangat berpengaruh bagi kehidupan organisme perairan adalah suhu, oksigen terlarut, pH, BOD, salinitas, penetrasi cahaya, dan kekeruhan. Beberapa komponen abiotik dan biotik yang terdapat di habitat air tawar yang mendukung kehidupan hewan air, tumbuhan air, serta organisme air lainnya dan yang menentukan kualitas air pada ekosistem akuatik adalah suhu, pH, oksigen terlarut, karbondioksida bebas. Selain itu kekeruhan pada perairan alami juga merupakan salah satu faktor yang mengontrol produktivitas (Saefullah, 1983). Suhu adalah salah satu faktor penting dalam lingkungan perairan. Suhu mempunyai pengaruh yang umum dan sering menjadi faktor pembatas dalam pertumbuhan dan distribusi organisme perairan, karena seringkali organisme tersebut kurang mentoleransi perubahan suhu. Ada organisme yang hidup pada suhu rendah, sementara organisme yang lain memerlukan lingkungan yang lebih panas untuk hidup (Muslimin, 1995). suhu air pada perairan yang mengalir, berubah lebih cepat dibandingkan dengan suhu air di perairan yang tergenang (danau, rawa, waduk), tetapi kisaran perubahannya relatif kecil dibandingkan dengan suhu air di perairan yang tergenang, lebih-lebih di perairan yang dangkal (Sumawidjaja, 1974). Oksigen terlarut merupakan salah satu unsur utama sebagai regulator pada proses metabolisme tanaman dan hewan air, terutama untuk proses respirasi. Kebutuhan oksigen terlarut bagi organisme perairan sangat bervariasi tergantung pada jenis, stadia dan aktivitas. Oksigen juga merupakan zat kunci yang menentukan macam dan keberadaan kehidupan dalam air (Cole, 1988). Menurut Effendie (2003) bahwa tingginya kandungan bahan organik akan menyebabkan penguraian kandungan O2 terlarut di dalam perairan, karena akan meningkatkan kebutuhan O2 terlarut oleh mikroorganisme untuk proses degradasi bahan organik. O2 terlarut berasal dari difusi langsung dari udara melalui permukaan air, aliran air, dan hasil fotosintesis tumbuhan

pada siang hari (Welch, 1952). Menurut Pescod (1973), berdasarkan kandungan oksigen terlarutnya, kualitas air suatu perairan dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu; Tabel 1. Kadar Oksigen Terlarut Kadar Oksigen mg/L Kualitas Perairan >6,5 Tidak tercemar atau tercemar sangat ringan 4,5-6,5 Tercemar ringan 2,0-4,4 Setengah tercemar atau sedang <2,0 Tercemar berat Derajat keasaman (pH) menyatakan intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. Derajat keasaman (pH) tidak mengukur seluruh keasaman atau seluruh alkalinitas, suatu metode titrasi (penurunan kadar) yang dibutuhkan untuk memperkirakan jumlah yang sebenarnya daripada keasaman atau alkalinitas yang ada. Derajat keasaman (pH) merupakan suatu indeks konsentrasi ion hydrogen dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan organsime perairan, sehingga dapat dipergunakan sebagai petunjuk baik buruknya suatu perairan sebagai lingkungan hidup. Batas toleransi organisme perairan terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suhu, oksigen terlarut, alkalinitas dan adanya anion atau kation, maupun jenis dan stadia organisme. Mengingat nilai pH ditentukan oleh interaksi berbagai zat dalam air, termasuk zat yang tidak stabil, maka penentuan pH air harus insitu artinya dilakukan pengukuran di lapangan, derajat keasaman atau pH pada perairan akuatik secara normal (berkisar antara 6-8) berfluktuasi pada siklus siang hari atau diurnal secara primer dipengaruhi oleh kadar CO2, kepadatan fitoplankton dan aktivitas total serta kesadahan (Carter, 1988). Bological Oxygen Demand (BOD) merupakan ukuran banyaknya O2 yang digunakan oleh mikroorganisme untuk menggunakan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air. Nilai BOD umum diumpamakan sebagai indikator kelimpahan bahan organik dalam air dengan asumsi oksigen terutama dikonsumsi oleh mikroorganisme selama berlangsungnya metabolisme bahan organik. Pengukuran tersebut biasanya dilakukan pada suhu 200 C dalam kurun waktu 5 hari sehingga nilai BOD umum digunakan

sebagai indikator kelimpahan bahan organik dalam air. Nilai BOD yang semakin besar memperlihatkan aktivitas organisme yang semakin tinggi dalam menguraikan bahan organik (APHA, 1985). Menurut Lee et al (1978) menyatakan bahwa BOD < 3 ppm termasuk perairan yang belum tercemar, kandungan BOD antara 3,0-4,9 termasuk tercemar ringan, sedangkan 5,0-15 ppm termasuk tercemar berat.

III. 3.1 Materi 3.1.1 Alat

MATERI DAN METODE

Alat yang digunakan pada pelaksanaan praktikum ini adalah thermometer, kertas pH universal, botol winkler dan tali rapia.

3.1.2

Bahan

Bahan yang digunakan pada pelaksanaan praktikum ini adalah sampel air waduk, Larutan MnSO4, H2SO4, Sulfamic acid, NaOH, Na-thiosulfat, amilum, indicator phenolptalein (pp).

3.1.3 Waktu dan tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Desember 2011 di Waduk Fakultas Perikanan Universitas Riau.

3.2 Metode 3.2.1 Temperatur (Suhu) Metode yang digunakan dalam pengukuran temperatur yaitu: a. Termometer diikat menggunakan tali rapia

Anda mungkin juga menyukai