Anda di halaman 1dari 13

ACARA V

IDENTIFIKASI MIKRO ALGA PERIFITON

Oleh:

Ita Rachmantari H1G012014


Riefki Rofian Husen H1G012015
Hemas Rizky Mahardhika H1G012016
Septyana Pratiwi H1G012017
Juniar Rizki Andriani H1G012040
Dhinar Pasuria Silalahi H1G012042
Eki Kurniawan H1G012041

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2015
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Salah satu komunitas biota yang teradaptasi untuk dapat berkembang dengan baik dalah

perifiton. Perifiton adalah komunitas biota penempel umumnya berukuran mikro yang

keberadaannya relatif menetap. Perifiton hidup menempel pada berbagai substrat, seperti

batu, sedimen, atau material-material lain yang terbenam dalam kolom air. Komunitas

perifiton yang memiliki sifat hidup menempel, hampir di sepanjang hidupnya berada di satu

lokasi. Oleh karena itu, komunitas perifiton dapat diterima sebagai penduga atau bioindikator

kualitas perairan (Crossey dan La Point, (1988); Stewart, (1995) in Giorgi dan Malacalza,

(2002)).

Salah satu biota yang memiliki peranan penting di dalam perairan dan dapat dijadikan

sebagai indikator biologi adalah perifiton. Perifiton merupakan organisme yang tumbuh atau

menempel pada substrat tetapi tidak melakukan penetrasi ke dalam substrat tersebut (Weitzel,

1979). Secara alami perifiton bersifat tetap dan menempel pada akar tumbuhan, bebatuan,

kayu, dan benda-benda dalam air lainnya, sehingga memiliki kecenderungan lebih banyak

menerima polutan dari area tersebut dibandingkan dengan hidrobiota yang lain. Organisme

yang terdapat pada air yang telah tercemar berbeda dengan yang terdapat pada air yang belum

tercemar (Georgudaki et al., 2003). Respon dari komunitas perifiton terhadap adanya polutan

dapat diukur dengan variasi skala waktu yang menunjukan terhadap perubahan level

komunitasnya. Besarnya peranan dari perifiton sebagai pendukung ekosistem perairan

menjadikan praktikum analisis komunitas perifiton di ekosistem perairan menggenang ini

menjadi penting untuk dilakukan.

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum identifikasi mikro alga perifiton yaitu untuk:

1. Mengetahui jenis perifiton yang ada di perairan kolam.

2. Mengetahui kelimpahan dan kepadatan perifiton.


II. TINJUAN PUSTAKA

2.1. Perifiton

2.1.1. Terminologi

Istilah perifiton meskipun digunakan secara bervariasi, namun lebih ditujukan kepada

flora yang tumbuh di atas substrat di perairan. Menurut Hill dan Webster (1982), perifiton

adalah mikroalgae menempel yang umumnya merupakan sumber energi utama di perairan,

sangat melimpah dan memiliki peranan yang lebih besar dalam menentukan produktivitas

primer dibanding fitoplankton. Wood (1967) menggunakan istilah perifiton untuk algae yang

tumbuh di permukaan substrat buatan (bewuch) atau substrat alami (aufwuch).

Berdasarkan tipe substrat tempat menempelnya perifiton, Wetzel (1982)

mengklasifikasikan sebagai berikut:

1) Epifitik, menempel pada permukaan tumbuhan,

2) Epipelik, menempel pada permukaan sedimen,

3) Epilitik, menempel pada permukaan batuan,

4) Epizooik, menempel pada permukaan hewan,

5) Epipsammik, hidup dan bergerak diantara butir-butir pasir.

2.1.2. Struktur komunitas perifiton

Struktur komunitas meliputi keanekaragaman jenis, keseragaman, kelimpahan,

struktur dan bentuk pertumbuhan, dominansi dan struktur trofik (Krebs, 1972).

Keanekaragaman menunjukkan keberadaan suatu spesies dalam suatu komunitas di

ekosistem. Semakin tinggi keanekaragaman spesies di suatu komunitas menunjukkan adanya

keseimbangan dalam ekosistem tersebut. Keanekaragaman dipengaruhi oleh adanya predator

dan kemampuan mempertahankan diri dari perubahan kondisi lingkungan. Keseragaman

menunjukkan komposisi individu dari spesies yang terdapat dalam suatu komunitas, dimana
akan terjadi dominasi spesies dalam suatu komunitas bila keseragaman mendekati minimum

dan sebaliknya suatu komunitas akan relatif mantap apabila keseragaman mendekati

maksimum (Brower et al., 1990).

Dominansi menunjukkan ada tidaknya suatu jenis individu yang mendominasi

dalam suatu komunitas, dimana jenis yang mendominasi cenderung mengendalikan

komunitas (Simpson, (1984) in Krebs, (1972)). Secara umum struktur komunitas perifiton

terdiri dari algae mikroskopis yang bersifat sessil, satu sel maupun algae filamen terutama

jenis Diatomae, Algae Conjugales, Cyanophyceae, Euglenophyceae, Xanthophyceae dan

Crysophyceae (Kitting, (1984) in Borowitzka dan Lethbridge, (1989) in Zulkifli, (2000)).

Struktur komunitas perifiton dari setiap perairan sangat beragam, namun perifiton yang

tumbuh pada berbagai jenis makrofita di suatu perairan dapat seragam (Prygiel

dan Coste, 1993).

2.1.3. Eksistensi komunitas perifiton

Perkembangan perifiton menuju kemantapan komunitasnya sangat ditentukan oleh

kemantapan keberadaan substrat. Substrat dari benda hidup sering bersifat sementara karena

adanya proses pertumbuhan dan kematian. Setiap saat pada substrat hidup akan terjadi

perubahan lingkungan sebagai akibat dari respirasi dan asimilasi, sehingga mempengaruhi

komunitas perifiton. Biomassa perifiton yang terbentuk merupakan sumber makanan alami

biota air yang lebih tinggi yaitu zooplankton, juvenil udang, moluska dan ikan (Klumpp et

al.,(1992) in Zulkifli, (2000)). Perkembangan perifiton dapat dipandang sebagai proses

akumulasi, yaitu proses peningkatan biomassa dengan bertambahnya waktu. Akumulasi

merupakan hasil kolonialisasi dengan proses biologi yang menyertainya dan berinteraksi

dengan faktor fisika-kimia perairan (Borowitzka dan Lethbridge, (1989) in Zulkifli, (2000)).

Menurut Osborn (1983), proses kolonialisasi merupakan pembentukan koloni

perifiton pada substrat yang berlangsung segera seketika pengkoloni menempel pada substrat.
Tipe substrat sangat menentukan proses kolonialisasi dan komposisi perifiton, hal ini

berkaitan erat dengan kemampuan dan alat penempelnya. Kemampuan perifiton menempel

pada substrat menentukan eksistensinya terhadap pencucian oleh arus atau gelombang yang

dapat memusnahkannya. Untuk menempel pada substrat, perifiton mempunyai berbagai alat

penempel, yaitu:

1) Rhizoid, seperti pada Oedogonium dan Ulothrix,

2) Tangkai bergelatin panjang atau pendek, seperti pada Cymbella, Gomphonema dan

Achnanthes,

3) Bantalan gelatin berbentuk setengah bulatan (sphaerical) yang diperkuat dengan

kapur atau tidak, seperti pada Rivularia, Chaetophora dan Ophyrydium.


III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi

3.1.1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada praktikum yaitu Plankton net no. 25, gelas ukur, sikat

gigi, botol sampel, mikroskop, objek glass, preparat, pipet tetes, buku identifikasi, kamera

dan alat tulis.

2.2.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum yaitu sampel perifiton dari batu, akuades,

dan formalin 40%.

3.2. Metode

Ambil batuan, tumbuhan ataupun batang tumbuhan air yang mewakili di sekitar kolam.

Kemudian masukkan batu ke dalam gelas ukur yang telah diisi air, kemudian hitung

penambahan volumenya. Setelah itu sikat batu dengan sikat yang halus secara perlahan-

lahan. Air yang berada pada gelas ukur disaring dengan plankton net no. 25. Kemudian

dianalisis dibawah mikroskop dan hitung kelimpahan dan kepadatannya.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

Tabel 1. Hasil Identifikasi Perifiton


Perifiton Kelimpahan
Kelompok No Genus Jumlah Kepadatan
U1 U2 U3 (ind/ml)
1 Nitzschia 15 2 17 9899
2 Anabaenopsis 2 2 1164
3 Diatoma 2 2 1 5 2911
4 Hyalotheca 2 2 1164
5 Navicula 4 4 2329
6 Spirullina 1 1 582
7 Gomphonema 1 1 582
8 Euglena 1 1 582
1(Batang
9 Ulothrix 1 1 582 182
Tumbuhan)
10 Cyclops 1 1 582
11 Oscillatoria 1 3 4 2329
12 Richteriella 2 2 1165
13 Tolypothrix 1 1 582
14 Nebelia 7 7 4076
15 Gloeotricha 1 1 582
16 Tetramastix 1 1 582
17 Lyngbya 1 1 582
1 Synedra 7 1 3 11 127
2 Pediatrum 1 1 11
3 Oscillatoria 1 3 4 46
4 Richeteriella 1 1 11
2 (Batu) 5 Nitzschia 5 1 6 69 122
6 Gronbladia 1 1 11
7 Closterium 6 6 69
8 Scenedesmus 2 2 23
9 Denium 3 3 34
1 Navicula 3 12 18 33 321
2 Nitzschia 10 1 11 107
3 Closterium 2 2 19
4 Surirella 3 7 6 16 155
5 Pinnularia 1 4 5 48
3(Batu) 6 Oscillatoria 13 67 71 151 1467 898
7 Ulothrix 3 6 9 87
8 Scenedesmus 1 1 2 19
9 Amphora 7 1 8 78
10 Synedra 3 6 1 10 97
11 Cyclops 1 1 10
12 Actinastrum 1 1 10
13 Goruphosphaera 1 1 10
14 Ceratium 1 1 10
15 Pediastrum 3 2 5 48
16 Flagilaria 1 1 10
1 Nitzschia 34 13 47 2281
2 Oscillatoria 12 3 15 723
3 Synedra 8 8 16 776
4 Navicula 4 2 6 291
5 Ceratium 1 1 48
6 Arthrodesmus 1 1 48
7 Cyclops 5 5 243
8 Binuclearia 2 2 97
9 Euglena 1 1 49
4 (Batang 10 P. Birudintum 1 5 6 291
454
Tumbuhan) 11 Chlorotylium 1 1 48
12 Desmidium 5 5 243
13 Fragilaria 1 3 4 194
14 Coelastrum 1 1 48
15 Rhizoclonium 7 7 340
16 Denium 3 3 145
17 Gonatozygon 2 2 97
18 Astirionella 5 5 243
19 Velve 1 1 48
20 Opephora 1 1 48
1 Sirogonium 1 1 2 4 39
2 Synedra 2 2 19
3 Rizadonium 1 1 10
5 (Batu) 42
4 Gonatozygon 1 1 10
5 Tetreshera 1 1 10
6 Nitzschia 1 2 3 29

4.2. Pembahasan

Perifiton merupakan produser anorganik primer yang menduduki tempat utama dalam

pembentukan makanan di perairan sehingga komunitas ini sangat berperan penting dalam

kelangsungan hidup biota perairan. Secara alami perifiton bersifat tetap dan menempel pada

akar tumbuhan, bebatuan, kayu, dan benda-benda dalam air lainnya sehingga memiliki
kecenderungan lebih banyak menerima polutan dari area tersebut dibandingkan dengan

hidrobiota yang lain (Marini, 2011).

Berdasarkan hasil diatas, pada kelompok 1 perifiton yang diambil berasal dari batang

tumbuhan dengan kelimpahan tertinggi sebesar 9899 ind/ml dengan kepadatan 182. Pada

kelompok 2 perifiton yang diambil berasal dari batu dengan kelimpahan tertinggi sebesar 127

ind/ml dengan kepadatan sebesar 122. Kelompok 3 perifiton berasal dari batu dengan

kelimpahan tertinggi sebesar 1467 dengan kepadatan sebesar 898. Kelompok 4 perifiton

berasal dari batang tumbuhan dengan kelimpahan tertinggi sebesar 776 ind/ml dengan

kelimpahan 454. Kelompok 5 perifiton yang diambil berasal dari batu dengan kelimpahan

tertinggi sebesar 39 ind/ml dan kepadatannya sebesar 42. Hal ini menunjukan bahwa batu

merupakan subtrat yang sangat mudah untuk ditempati oleh perifiton dibandingan dengan di

daun arena dimana hanya perifiton yang memiliki kemampuan perekat yang kuatlah yang

mampu menempel di daun dan batang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Supriyanti (2001)

bahwa perkembangan perifiton menuju kemantapan komunitasnya sangat ditentukan oleh

kemantapan keberadaan substrat.

Perifiton berperan sebagai produsen primer dengan menghasilkan oksigen dan menjadi

salah satu penghasil bahan organik di perairan. Perifiton adalah bagian dari trofic level yang

memiliki peranan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Biomassa yang terbentuk

merupakan sumber makanan alami bagi biota air yang lebih tinggi yaitu zooplankton, juvenil

udang, moluska dan ikan (Klumpp et al., 1992 in Zulkifli, 2000).

Kehadiran komunitas perifiton di suatu badan air merupakan faktor yang sangat

penting. Dalam hal ini perifiton merupakan rantai trofik dasar sebagai produktivitas primer,

dan juga sangat berperan dalam proses resirkulasi kimia dan biokimia di perairan seperti pada

proses fotosintesis dalam mengikat karbon inorganik, mengasimilasi nutrien terlarut di

perairan, mineralisasi komponen organik dan lain-lain. Menurut Patrick (1949) perifiton
sudah lama digunakan sebagai bioindikator untuk menentukan kualitas air, baik sebagai

indikator pada perairan yang kaya akan elemen nutritif, maupun karena tingkat sensitifiasnya

terhadap ion-ion metalik atau senyawa-senyawa toksik di perairan. Bahkan perifiton juga

berfungsi sebagai host dan sumber nutrisi bagi beberapa jenis mikro konsomator seperti meio

fauna dan invertebrata herbivor di perairan.

Secara limnologis, untuk menggambarkan sifat dan potensi produktivitas primer

organisme mikroskopis di perairan lebih tepat bila melalui pengamatan terhadap komunitas

perifiton dan bukan komunitas planktonnya. Hal tersebut disebabkan perifiton yang

ditemukan disuatu tempat atau stasiun lebih dapat mewakili keadaan perairan tersebut karena

relatif tidak berpindah pindah, dibandingkan dengan plankton. Suatu sampel plankton yang

diambil di suatu stasiun dalam perairan mengalir mungkin saja dari tempat yang jauh di hulu

sungai, tetapi hanyut oleh arus dan tertangkap di badan air yang diplot sebagai stasiun

(Hartoto et. al., 1995)


V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Jenis perifiton yang terdapat pada kolam terdiri dari beberapa genus seperti Nitzschia,

Oscillatoria, Spirulina, dsb.

2. Kelimpahan tertinggi fitoplankton pada masing-masing kelompok berbeda yaitu

kelompok 1 sebesar 9899 ind/ml dengan kepadatan 182. Kelompok 2 sebesar 127

ind/ml dan kepadatan sebesar 122. Kelompok 3 1467 dengan kepadatan 898, kelompok

4 sebesar 776 ind/ml kelimpahan 454. Kelompok 5 sebesar 39 ind/ml dan kepadatannya

sebesar 42.

5.2. Saran

Perlu adanya kehati-hatian dan ketelitian saat mengamati dan mengidentifikasi perifiton

yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Brower, J. E., J. H. Zar and C. Von Ende. 1990. General Ecology. Field and Laboratory
Methods. Wm. C. Brown Company Publisher, Dubuque, Iowa.

Cox, E.J. 1991. What is the basis for using diatoms as monitors of river quality. Ln Whitton
B.A., Rott E. & Friedrich G. (eds.), Use of algae for monitoring rivers, Düsseldorf, E.
Rott, Innsbruck; 33-40.

Devi, I.A. 2002. Perifiton sebagai Indikator Biologi Kualitas Air di Sungai Citarum Hulu.
Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Unpad. Jatinangor.

Georgudaki, J.H., V. Kantzaris, P. Katharios, P. Kaspiris, Th. Georgiadis, & B. Mo.tesantou.


2003. An Application of Different Bioindicators for Assesing Water Quality: A case
Study in The Rivers Alfeios and Pineios (Peloponnisos, Greece). Ecological Indicators
2. Elsevier.

Giorgi, A. and Malacalza L. Effect of an Industrial Discharge on Water Quality and


Periphyton Structure in a Pampeam Stream.‖ Environmental Monitoring and
Assessment 75 (2002): 107–119.

Hartoto, D.I., Gunawan, Badjoeri,M., 1995, Profil Sifat Limnoengineering di Perairan


Darat Pulau Siberut, Oseanologi dan Limnologi di Indonesia,LIPI, hal 160-162.

Krebs, C. L. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publisher, London. 694 p.

Patrick, R. (1949). A proposed biological measure of stream ; conditions based on a survey of


the Conestoga basin, Lancaster country, Pennsylvania. Proc. Acad. nat. Sci. Philad. 101
: 277-341.

Sitompul, S. 2000. Struktur Komunitas Perifiton di Sungai Babon Semarang. Skripsi


Universitas Diponegoro. Widdyastuti, R. 2011. Produktivitas Primer Perifiton di
Sungai Ciampea, Desa Ciampea Udik, Bogor Pada Musim Kemarau 2010. Skripsi IPB.
Bogor.

Supriyanti, S., 2001, Struktur Komunitas Perifiton pada Substrat Kaca di Lokasi
Pemeliharaan Kerang Hijau (Perna viridis L.), Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta,
Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor.

Widdyastuti, R. 2011. Produktivitas Primer Perifiton di Sungai Ciampea, Desa Ciampea


Udik, Bogor Pada Musim Kemarau 2010. Skripsi IPB. Bogor.

Weitzel, R.L. 1979. Periphyton Measurement and Application. In: Methods and
Measurement of Periphyton Communities: A Review. American Society For Testing
And Materials. Philadelphia.

Wetzel, R. R. 1982. Limnology (2nd edition). Saunders College Publication Oxford.


Philadelphia. 734 p.
Wood, E. J. F. 1967. Microbiology of Oceans and Estuaries. Elsevier Publishing Company.
New York. 319p.

Zulkifli. 2000. Sebaran Spasial Komunitas Perifiton dan Asosiasinya Dengan Lamun di
Perairan Teluk Pandan Lampung Selatan. Tesis Pascasarjana, IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai