Disusun Untuk Memenuhi Laporan Akhir Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan
Disusun oleh:
Kelompok 12/Perikanan A
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan
laporan akhir praktikum Parasit dan Penyakit Ikan yang berjudul “Identifikasi
Parasit pada Ikan”.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai kegiatan praktikum Parasit dan Penyakit Ikan di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan ilmu pengetahuan
mengenai identifikasi parasite pada ikan. Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari
bantuan banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tim dosen mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan
2. Tim asisten laboratorium mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan
Semoga laporan ini dapat menuntun ke arah yang lebih baik lagi dan
mampu menambah kemampuan penulis dalam meningkatkan ketelitian. Kritik
dan saran untuk laporan ini sangat dinantikan.
Kelompok 12
i
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................. iv
DAFTAR GRAFIK............................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... vi
I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................... 2
ii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 20
LAMPIRAN ....................................................................................... 23
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GRAFIK
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan pengobatan
pada ikan yang terkena penyakit dan kembali mengidentifikasi parasit pada ikan
Patin.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum pengobatan ikan adalah mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana cara pengobatan yang baik dan benar serta mengetahui
bahan –bahan apa aja yang baik digunakan sebagai obat pada penyakit atau
parasite pada ikan Patin.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi dan identifikasi ikan Patin menurut Saanin (1968) adalah
sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Silluroide
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius hypopthalmus
3
4
cm, suatu ukuran yang cukup besar untuk ukuran ikan air tawar domestik.
Kepala patin relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah
bawah. Hal ini merupakan ciri khas golongan catfish. Pada sudut mulutnya
terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Sirip punggung
memilki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang berigi dan besar di
sebelah belakangnya. Sementara itu, jari-jari lunak sirip punggung terdapat enam
atau tujuh buah. Pada punggungnya terdapat sirip lemak yang berukuran kecil
sekali.adapun sirip ekornya membentuk cagak dan bentuknya simetris. Ikan patin
tidak memiliki sisik. Sirip duburnya panjang, terdiri dari 30-33 jari-jari lunak,
sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak. Sirip dada memiliki 12-13
jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yang
dikenal sebagai patil (Susanto dan Amri 1996).
Ikan patin bersifat nokturnal (melakukan aktivitas di malam hari)
sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Selain itu, patin suka bersembunyi di
dalam liang-liang di tepi sungai habitat hidupnya. Hal yang membedakan patin
dengan ikan catfish pada umumnya yaitu sifat patin yang termasuk omnivora atau
golongan ikan pemakan segala. Di alam, makanan ikan ini antara lain ikan-ikan
kecil lainnya, cacing, detritus, serangga, biji-bijian, udang-udangan kecil dan
moluska (Susanto dan Amri 1996).
2.2.1 Ektoparasit
Ektoparasit merupakan organisme parasit yang menginfeksi bagian luar
dari inang (ikan) dan dapat menimbulkan kerugian pada budidaya ikan (Stickney,
1994 dalam Purbomartono, 2005). Pada ikan budidaya, ektoparasit dapat
menimbulkan mortalitas yang tinggi terutama pada fase pembenihan yang
merupakan periode sensitif terhadap serangan ektoparasit (Purbomartono, 2005).
Ektoparasit pada ikan air tawar seringkali menjadi wabah penyakit pada kegiatan
usaha budidaya ikan (Mukaromah, 2011).
Ektoparasit berdasarkan sistematika penyebabnya digolongkan menjadi
tiga, yaitu ektoparasit protozoa, ektoparasit cacing, dan ektoparasit udang renik
(Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
2.2.2 Endoparasit
Endoparasit yaitu parasit yang hidup pada organ dalam tubuh seperti hati,
limfa, otak, sistem pencernaan, sirkulasi darah, rongga perut, otot daging dan
jaringan tubuh lainnya. Penyakit endoparasit tidak mudah dideteksi dengan cepat
karena penyakit ini terdapat di dalam tubuh sehingga perlu dilakukan pembedahan
untuk dapat mengidentifikasi jenis endoparasit yang terdapat di dalam tubuh ikan.
Plumb (1994) dalam Sarjito dan Desrina (2006) mengemukakan bahwa kegagalan
domestikasi terutama untuk calon induk karena cacing endoparasit sering terjadi.
Oleh sebab itu, sebelum suatu jenis ikan dibudidayakan perlu diketahui penyakit
yang menginfeksi ikan tersebut agar tidak terjadi penularan pada saat
dibudidayakan.
6
2.4 Pengobatan
Pengertian pengobatan menurut World Health Organization (WHO),
pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah pemilihan dan penggunaan obat modern
dan obat tradisional oleh seseorang untuk mengatasi penyakit atau gejala
penyakit. Pada ikan pengobatan dilakukan untuk mengobati dari serangan parasit.
Pada praktikum obat herbal yang di gunakan untuk pengobatan ikan ada 3
yaitu : Daun Sirih, Daun Pepaya dan Daun Jambu :
8
1. Daun Sirih
Daun sirih merupakan salah satu tanaman yang mempunyai aktivitas
sebagai antioksidan adalah daun sirih Piper betle Linn (Lim & Mohamed,1999;
Choundhary & Kale, 2002; Dasgupta & Bratati, 2004; Arambewela et al., 2006).
Kajian mengenai efek antioksidan daun sirih dalam penerapannya pada produk
perikanan masih terbatas. Hal ini menjadi dasar dilakukannya penelitian aplikasi
ekstrak daun sirih untuk menghambat proses oksidasi
2. Daun Pepaya
Daun pepaya muda banyak mengandung senyawa alkaloid dan getah
berwarna putih. Getah tersebut mengandung enzim papain yaitu enzim yang dapat
memecah protein atau bersifat proteolitik, sedangkan daun pepaya yang tua lebih
banyak mengandung senyawa fenolik (Razak 1996).
Salah satu bahan obat-obatan alami yang berasal dari tumbuhan
(fitofarmaka) yang diketahui mengandung zat antibakteri adalah daun pepaya,
seperti senyawa tocophenol, alkaloid carpain, flavonoid dan lain-lain. Daun
pepaya muda banyak menghasilkan getah berwarna putih yang mengandung suatu
enzim pemecah protein atau proteolitik yang disebut enzim papain. Zat tersebut
dapat mengobati infeksi yang diberikan dari bakeri Aeromonas hydrophila (Fiqrie
2008).
3. Daun Jambun
Daun jambu memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi, terutama
quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri, kandungan pada daun
Jambu lainnya seperti saponin, minyak atsiri, tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan
alkaloid.6 Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang
umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Quercetin adalah zat sejenis flavonoid
yang ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, daun dan biji- bijian. Hal ini juga
dapat digunakan sebagai bahan dalam suplemen, minuman atau makanan.
Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin
memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan
dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Minyak atsiri adalah
kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang
9
namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri
merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk
pengobatan) alami. Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman
dan digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi,
Tanin juga sebagai sumber asam pada buah. Alkaloid adalah sebuah golongan
senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat didunia
tumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan)
1. Methylene Blue
Metil biru adalah pewarna thiazine yang kerap digunakan sebagai
bakterisida dan fungsida pada akuarium. Metil biru diketahui efektif untuk
pengobatan ichthyopthirius (white spot) dan jamur. Selain itu, juga sering
digunakan untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan. Dalam budidaya
perikanan, petambak berusaha memastikan agar telur-telur tidak menjadi tempat
bertumbuhnya jamur. Methylene Blue (Metilen Biru) berfungsi untuk memastikan
hal tersebut. Dan juga dapat digunakan untuk mengobati keracunan amonia dan
nitrit. Methylene Blue adalah disinfektan pada budidaya perikanan dan anti jamur
dan anti parasit (Cipriano 2001).
2. Acriflavine HCl
Acriflavine HCl adalah antiseptik yang mampu menghambat sekaligus
membunuh pertumbuhan mikroorganisme dan bakteri yang merugikan ikan,
ampuh untuk mengatasi masalah pembusukan insang dan mengatasi masalah
jamur pada telur ikan serta Oodinium.
Oodinium adalah parasit yang sering menyerang ikan yang berada dalam
kondisi stres. Oodinium dapat menjangkiti ikan air tawar ataupun ikan air laut.
Sirip adalah bagian dari tubuh ikan yang diserang Oodinium. Selanjutnya, tubuh
ikan terlihat seperti dibaluri tepung, inilah yang disebut Velvet. Tahap berikutnya,
sisik ikan terkelupas dan pada mata ikan terdapat selaput kabur. Hingga akhirnya
menyerang seluruh bagian tubuh. Acriflavine HCl juga efektif menyembuhkan
penyakit mulut ikan berjamur serta menangani saprolegnia yang hidup menempel
pada tubuh ikan atau hewan air lainnya. Acriflavine HCl tidak cocok digunakan
pada Crustasea (udang, kepiting, dll). Dianjurkan bahwa pengobatan dengan
Acriflavine dilakukan di tangki atau akuarium terpisah. Sebab ketika dimasukkan,
Acriflavine dapat menodai tanaman atau dekorasi dalam tangki (Kordi dan
Ghufran 2004).
3. ElBayu
Elbayu (Elbayou atau Erubazu) atau ada pula yang menyebutnya Elbagin,
adalah obat untuk ikan yang memiliki kandungan aktif Nifurstyrenat-Sodium.
Kandungan ini sangat efektif terhadap Aeromonas. Kelebihan Elbayu juga karena
bahannya yang cepat diserap ke dalam tubuh ikan dan menunjukkan hasil yang
baik untuk melawan serangan bakteri Aeromonas. Bakteri Aeromonas dapat
menginfeksi semua ukuran ikan bahkan menyebabkan tingkat kematian hingga 80
persen dalam jangka waktu 1-2 minggu. Dengan kata lain ini adalah ancaman
kerugian yang besar bagi peternak ikan.
Penyakit aeromonas pada ikan disebabkan oleh kondisi sanitiasi atau
nutrisi yang kurang atau karena perubahan suhu yang drastis. Infeksi aeromanis
pada ikan dapat dikenali dengan munculnya benjolan merah pada tubuh ikan.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.2.1 Alat
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum pengobatan ikan dapat dilihat
sebagai berikut :
No Jenis Alat Fungsi
1 Akuarium sebagai tempat menyimpan ikan
Instalasi aerasi
sebagai penyedia oksigen bagi ikan di dalam
2 (blower, batu aerasi,
akuarium
dan selang)
untuk melihat dan mengamati parasite yang ada
3 Mikroskop
ditubuh ikan
4 Pisau bedah sebagai membedah ikan
5 Pingset sebagai memisahkan jeroan ikan
6 Jarum tusuk sebagai menusuk bagian otak ikan agar cepat mati
7 Gunting sebagai membedah ikan
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengobatan ikan dapat dilihat
sebagai berikut :
No Jenis Alat Fungsi
11
hypopthalmu)
12
12
4.1 Hasil
Berikut merupakan hasil pengamatan pengobatan pada praktikum parasit
dan penyakit ikan.
4.2 Pembahasan
Berikut merupakan pembahasan dari hasil pengamatan dan pengobatan
pada praktikum parasit dan penyakit ikan.
13
14
aktif. Dari tiga perlakuan pengobatan herbal yaitu daun sirih, daun jambu, dan
daun pepaya, benih ikan patin yang masih bertahan hidup yaitu pada pengobatan
daun jambu. Pada pengobatan menggunakan daun pepaya dan daun sirih sebagian
benih ikan patin mengalami kematian.
Pada pengobatan dengan menggunakan pengobatan kimia yaitu
Acriflavine HCL, El-Bayou, dan Methylene Blue didapatkan hasil bahwa benih
ikan patin yang masih bertahan hidup yaitu pada pengobatan menggunakan El-
Bayou, sedangkan pada pengobatan menggunakan Acriflavine HCL dan
Methylene Blue mengalami kematian.
Ikan yang terserang penyakit biasanya ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku pada ikan, seperti kurangnya nafsu makan, berenang dipermukaan
dan pinggir pinggir kolam serta kurangnya keseimbangan berenang. Gejala klinis
pada ikan dapat dilihat adanya perubahan pada organ luar dan organ dalam tubuh
ikan, perubahan tersebut merupakan langkah awal untuk mengetahui kondisi ikan
budidaya yang sakit atau sedang sakit. Gejala klinis pada organ luar tubuh ikan
biasanya ditandai dengan warna tubuh ikan menjadi merah dan lama kelamaan
menyebabkan luka yang besar, terdapatnya lendir yang berlebihan pada tubuh
ikan dan kerontokan pada beberapa sirip ikan.
A. hydrophila merupakan gram negatif, fakultatif anaerob, non-sporefo
rming, bakteri berbentuk batang, bergerak dengan single polar flagellum,
katalasepositif, batang oksidase-positif, dapat memfermentasi glukosa. (Daskalov
2005). A. hydrophila tumbuh secara optimal pada suhu 28oC, memiliki
kemampuan untuk tumbuh pada suhu dingin, dilaporkan serendah 0,1oC.
Reservoir utamanya adalah lingkungan perairan seperti danau air tawar dan sungai
dan sistem air limbah (Martin and Maurice 2008).
Menurut Lubis et al. (2014), sampel ikan yang terserang
bakteri A.hydrophila memiliki gejala klinis berupa luka, warna tubuh pucat,
geripispada sirip-siripnya dan bergerak lambat. Selain itu, ciri-ciri ikan yang
terserang bakteri ini biasanya warna tubuh gelap, mata rusak, bernafas diatas
permukaan air, insang rusak berwarna merah keputihan, sehingga kesulitan
bernafas.
17
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan kelompok 12 yang menggunakan Acriflavine HCl
menunjukkan tingkat lendir, luka dan keaktifan sebelum pengobatan masing-
masing adalah 1+, 1+ dan 2+. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri atau parasite
belum menyerang ikan secara inklusif. Setelah praktikum dilaksanakan
didapatkan hasil bahwa benih ikan patin menjadi lebih banyak lendir dibanding
sebelum pengobatan dilakukan dan keaktifan dalam berenang masih kurang tetapi
tidak terdapat luka 2+,1+ dan 1+. Beberapa hari kemudian, ikan patin kelompok
12 mati. Hal ini disebabkan Aeromonas hydrophila yang dapat mematikan benih
ikan patin. Menurut Lubis et al. (2014), Aeromonas hydrophila adalah bakteri
yang umum menyerang ikan, baik ikan air tawar maupun air laut. A.
hydrophila telah ditemukan pada berbagai jenis ikan air tawar di seluruh dunia,
dan ada kalanya pada ikan laut
Berdasarkan data angkatan tentunya Tingkat efektifitas obat herbal dan
kimia tentunya berbeda-beda obat kimia setelah pengobatan cenderung
menimbulkan efek yang buruk pada tingkat luka pada sirip, kepala dan kulit
dibandingkan obat herbal. Hal ini dikarenakan spesifik obat kimia bergantung
pada jenis ikan dan jenis parasite yang menyerang ikan.
5.2 Saran
Setiap pengamatan harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Kemudian sebaiknya alat praktikum harus
lebih steril lagi, agar hasil yang diharapkan lebih baik dan mengefesienkan waktu
dalam praktikum.
19
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, N dan B. Prayitno. 2012. Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium
guajava) untuk Menginaktifkan Viral Nervous Necrosis (VNN) pada Ikan
Kerapu Bebek (Epinephelus fuscoguttatus). Journal Of Aquaculture
Management and Technology.1 (1): 264-278.
Damanik, A., 2005, Gelatin Halal Gelatin Haram, Jurnal Halal LP POM MUI. No.
36 Maret 2001, Jakarta.
Desrina, Sarjito dan Rohita Sari 2006. Histologi Ikan. Semarang: Jurusan
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro.
Ertanti, N., A. Azmijah. dan L.T. Suwanti. 2011. Prevalensi Ektoparasit Protozoa
Ichthyophthirius multifiliis pada Ikan Maskoki (carassius auratus) di Desa
Canggu Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Artikel Ilmiah. Fakultas
Kedokteran Hewan.
20
21
Herawati, Vivi Endar. 2009. Pemanfaatan Daun Sirih (Piper Betle) Untuk
Menanggulangi Ektoparasii'pada Ikan Hias Tetra. PENA Akuatika.
Volume 1 No 1.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Disease of Fish Cultured in The Tropics. London
and Philadelphia : Taylor and Francis Press.
Khairuman, A dan Sudenda, D. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras.
Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.
Kordi. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT Rineka Cipta dan PT
Bina Adiaksara. Jakarta.
Lubis, Y. P. P., Yunasfi dan R. Leidonald. 2014. Jenis-jenis bakteri pada luka ikan
patin. Jurnal Aquacostamarine 2(1): 66-77.
Martin R Adam and Maurice O.M. 2008. Food Microbiology. Tirth Edition.
Printed by Cromwell Press Limited, Trowbridge, Wiltshire.
Purbomartono, C., M. Isnaetin, dan Suwarsito. 2010. Ektoparasit pada Benih Ikan
Gurami (Osphronemus goramy Lac.) di Unit Penelitian Rakyat Baji dan
Sidabowa, Kabupaten Banyumas.
Sarono, A., K.H. Nitimulyo., I.Y.B Leluno, Widodo, N. Thaib, E.B.S. Haryani,
S.Haryanto, Triyanto, Ustadi, A.N. Kusumahati, Novianti & S.W.
Setianingsih. 1993. Hama dan Penyakit Ikan Karantina Golongan Bakteri.
22
Stickney, R.R. 1994. Principles of Aquaculture. John Wiley and Sons, New York.
Supriyadi H. 2005. Penyakit infeksi dan Non Infeksi. Pelatihan Dasar Karantina
Ikan. Bogor.
23
24
Akuarium Saringan
Suntikan
25
Ikan patin yang sudah terinfeksi dimasukkan kedalam akuarium yang berisi
larutan Acriflavine HCl