Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PERUBAHAN SALINITAS TERHADAP PROSES OSMOREGULASI

IKAN BADUT (Amphirion sp.)

RATI (L011181008) TIGA (3A)


ratierwin23@gmail.com

ASISTEN : DAVID RANTETANA

LABORATORIUM PENANGKARAN DAN REHABILITASI EKOSISTEM


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN, FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk mengamati proses osmoregulasi pada ikan badut
(Amphiprion sp.) yang dilakuka di Laboratorium Penangkaran dan Rehabilitasi
Ekosistem Universitas Hasanuddin Pada Hari Kamis 27 Februari 2020, metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah pengamatan visual (visual watching). Ikan uji
yang digunakan ialah 6 ekor Amphiprion sp. dalam toples denhan salinitas berbeda
(0,3ppt, 10ppt, 20ppt, 30ppt, 34ppt, 40ppt) dalam rentang waktu 0menit, 15menit,
30menit, 45menit, 60menit. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa bobot akhir ikan
badut (Amphiprion sp.) setelah pengenceran semakin bertambah, bukaan operculum
semakin meningkat seiring pertambahan waktu dan menurun pada waktu tertentu.

Kata Kunci : Salinitas, Osmoregulasi, Salinitas, Amphiprion sp.

PENDAHULUAN stenohaline, namun diantara ikan ada


Salinity atau salinitas adalah yang memiliki kemampuan besar untuk
jumlah garam yang terkandung dalam mentoleransi perubahan salinitas
satu kilogram air. Kandungan garam medium dengan rentang yang luas atau
dalam air ini dinyatakan dalam ppt atau disebut bersifat eurihaline (Susilo,
part per thousand karena satu kilogram 2012).
sama dengan 1000 gram. (Astuti, Salinitas merupakan salah satu
2007). faktor fisiologis yang berpengaruh
Pada umumnya ikan air tawar terhadap pemanfaatan pakan
dan air laut memiliki kemampuan pertumbuhan ikan. Pengaruh salinitas
terbatas untuk mentoleransi perubahan melalui tekanan osmotiknya terhadap
salinitas medium atau bersifat pertumbuhan dapat terjadi baik secara
langsung maupun tidak langsung. perlakuan yang diberikan (Rahim,
Pengaruh langsung salinitas yaitu efek 2015).
osmotiknya terhadap osmoregulasi dan Osmoregulasi merupakan
pengaruh secara tidak langsung proses fisiologis di dalam tubuh ikan
salinitas mempengaruhi organisme yang dilakukan oleh organ-organ ginjal,
akuatik melalui perubahan kualitas air insang, kulit, dan saluran pencernaan
(Irawan, 2010). (Praseno, 2010).
Salinitas disuatu perairan Osmoregulasi terjadi pada
menimbulkan tekanan – tekanan hewan perairan. Karena adanya
osmotik yang bisa berbeda dari perbedaan tekanan osmosis antara
tekanan osmotik di dalam tubuh larutan (biasanya kandungan garam –
organisme perairan, sehingga garam) di dalam tubuh dan di luar
menyebabkan organisme tersebut tubuh. Sehingga osmoregulasi
harus melakukan mekanisme merupakan upaya hewan air untuk
osmoregulasi di dalam tubuhnya mengontrol keseimbangan air dan ion –
sebagai upaya menyeimbangkan ion yang terdapat di dalam tubuhnya
tekanan osmotik tubuh dengan tekanan dengan lingkungan melalui sel
osmotik lingkungan di luar tubuh permaeble (Nicol, 1976 dalam Lantu,
(Fujaya, 1999 dalam Pamungkas, 2010).
2012). Proses osmeregulasi juga
Menurut (Legendre et al., 2000 menghasilkan produk buangan seperti
dalam Rahim, 2015) menyatakan feses dan amoniak, sehingga media
bahwa kemampuan ikan untuk pemeliharaan akan berwarna keruh
bertahan pada media bersalinitas sebagai akibat banyak feses yang
tergantung pada kemampuan untuk dikeluarkan ikan (Aliyas, 2016).
mengatur cairan tubuh sehingga ikan Perbedaan tekanan osmotik
mampu mempertahankan tingkat yang rendah menyebabkan
tekanan osmotik yang mendekati osmoregulasi berlangsung efisien, dan
normal. Kemungkinan ikan yang hal ini merupakan indikasii
berukuran lebih besar mempunyai osmoregulasi yang baik. Sebaliknya,
kemampuan mengatur cairan tubuh tekanan osmotik yang tinggi merupakan
yang lebih baik. Kesempurnaan indikasi osmoregulasi yang kurang baik
organ dari ikan uji merupakan salah (Yulfiperius, 2006).
satu faktor utama yang mendukung Ikan yang hidup di air tawar
keberhasilan dari adaptasi ikan-ikan meregulasi cairan osmotik internal
uji yang digunakan terhadap untuk selalu dipertahankan lebih tinggi
dari pada konsentrasi osmotik
lingkungannya atau bersifat hiper- osmoregulasi ikan Badut (Amphiprion
osmoregulator, sedangkan ikan laut, sp.).
terutamaikan teleostei, umumnya
METODOLOGI PRAKTIKUM
bersifat hipo-osmoregulator yaitu
A. Waktu dan Tempat
meregulasi cairan internalnya lebih
Praktikum ini dilakukan pada
rendah dari pada lingkungannya. Untuk
Hari Kamis, 27 Februari 2020 Pukul
mengatasi problem osmotiknya, pada
14.00 – 16.30 WITA, di Laboratorium
umumnya ikan air tawar sedikit minum
Penangkaran dan rehabilitasi
dan menghasilkan urin encer dan aktif
Ekosistem, Fakultas Ilmu Kelautan dan
mengabsorbsi garam dari
Perikanan
lingkungannya melalui insang.
Sebaliknya ikan laut mengatasi problem
B. Alat dan Bahan
osmotiknya dengan cara minum air
Alat yang digunakan dalam
laut, mengeksresikan ion lewat insang
praktikum ini meliputi timbangan analitik
dan urin, serta menghasilkan sedikit
yang berfungsi untuk menimbang bobot
urine (Randall et al., 2002; Takei dan
ikan Badut (Amphiprion sp.) pada awal
Hirose, 2001 dalam Susilo et al, 2012).
dan akhir praktikum agar dapat melihat
Ikan Badut adlah ikan karang perbedaan bobot ikan setelah adanya
tropis yang hidup diperairan hangat penambahan air, wadah kaca yang
pada daerah terumbu karang dengan pada praktikum ini menggunakan toples
kedalaman kurang dari 50 cm. Ikan sebagai wadah air dengan salinitas
Badut merupakan ikan omnivora yang yang bervariasi, Hand Counter
mengknsumsi zooplankton, invertebrata berfungsi untuk memudahkan dalam
kecil dan parasit yang melekat pada perhitungan bukaan operculum, kanebo
anemon (kuncoro,2004). (kain lap) berfungsi sebagai area kerja
dan juga alat, stopwatch digunakan
TUJUAN DAN KEGUNAAN
untuk melihat waktu yang dibutuhkan
Praktikum ini bertujuan untuk
dalam pengamatan, gelas ukur sebagai
mengetahui dan mengamati pengaruh
wadah untuk pengukuran penambahan
perubahan salinitas terhadap proses
volume air, dan ember digunakan untuk
osmoregulasi pada ikan Badut
menampung air.
(Amphiprion sp.)
Kegunaan praktikum ini yaitu
C. Prosedur Kerja
untuk mengetahui dan melakukan
Prosedur kerja pada praktikum
pengamatan mengenai pengaruh
ini yaitu menyiapkan alat dan bahan
perubahan salinitas terhadap proses
yang digunakan, menyiapkan wadah
kaca yang telah dibersihkan lalu 35 ppt. Pengamatan dilakukan 4 kali
masing masing wadah kaca diberi label secara bertahap selama 1 jam. Adapun
sesuai tingkatan salinitas, selanjutnya yang diamati meliputi bukaan insang
mengisi masing - masing wadah kaca pada hewan uji serta perubahan
dengan air laut bersalinitas 34 ppt. tingkah laku hewan uji, setelah
kemudian menimbang bobot awal pengamatan selesai kemudian
hewan uji dengan menggunakan petit dilakukan penimbangan bobot akhir,
balance, masing – masing wadah kaca memastikan hasil pengenceran pada
diisi dengan satu sampel, setelah itu sampel air laut sesuai dengan yang
masing – masing wadah kaca diberi diinginkan, kemudian dilakukan
aerasi. pengukuran salinitas dengan
Selanjutnya melakukan menggunakan alat Handrefractometer,
perhitungan untuk memperoleh jumlah selanjutnya membersihkan alat – alat
air tawar yang akan yang diperlukan yang telah digunakan pada saat
untuk mengubah salinitas air laut mula pengamatan.
– mula menjadi air laut dengan salinitas
Hasil dan Pembahasan
setelah pengenceran yaitu 0 ppt, 10
A. Hasil dan Pembahasan
ppt, 20 ppt, dan 30 ppt dan 40 ppt
Berdasarkan praktikum yang telah
dengan mengacu pada rumus
dilakukan , maka di peroleh hasil
pengenceran sebagai berikut:
pengamatan berikut
M1.V1 = M2.V2
Tabel 1.1 Bukaan Operculumikan
Dengan :
Badut (Amphiprion sp.)
M1 = Konsentrasi mula – mula
V1 = Volume mula – mula
V2 = Konsentrasi setelah pengenceran
M2 = Volume setelah pengenceran

Memasukkan air tawar yang


akan digunakan untuk pengenceran air
laut kedalam wadah kaca yang berisi
air tawar , memulai percobaan dengan
mengamati bukaan insang pada hewan
uji selama 3 menit menggunakan hand
counter , kemudian mulai meneteskan
secara perlahan air tawar kedalam
wadah kaca kecuali pada wadah kaca
yang berisi hewan uji dengan salinitas
Grafik Rata – rata bukaan operculum biota untuk melakukan proses
ikan Badut (Amphiprion sp.). osmoregulasi.
Ikan Badut (Amphiprion sp.)
Penggunaan beberapa melakukan beban kerja yang berat
konsentrasi salinitas dimaksudkan karena lingkungan uji berada diluar
untuk mengamati pola tingkah laku dan habitat asli ikan Badut. Ikan Badut
adaptasi fisiologis yang dilakukan agar (Amphiprion sp.). hidup pada salinitas
dapat beradaptasi dengan lingkungan 30 ppt. Oleh karena itu, dengan
baru dalam kadar salinitas yang dilakukannya uji coba pada beberapa
berbeda. Bukaan operculum salinitas dapat disimpulkan bahwa
merupakan salah satu adaptasi hewan uji berusaha melakukan
fisiologis ikan dengan cara memfilter adaptasi terhadap konsentrasi salinitas
garam yang masuk kedalam tubuh. yang diberikan.
Pengenceran salinitas yang 2. Data Pengamatan Tingkah Laku
dilakukan selama empat kali 15 menit
Tabel 1.2 Pengamatan Tingkah Laku
secara berkala terhadap lingkungan.
Hal ini dimaksudkan agar sampel dapat
beradaptasi terhadap perubahan
salinitas yang ada.
Pada salinitas 0,3 ppt, 10 ppt,
20 ppt, 30 ppt, 34 ppt, dan 40 ppt.
Dengan penambahan air tawar pada Berdasarkan hasil pengamatan
masing – masing wadah kaca yang dilakukan dilaboratorium pada
sebanyak 12,9 ml, 428,6 ml, 1285,7 ml, salinitas 0,5 pada menit ke 0 hingga
dan 2500 ml. Sementara untuk wadah menit ke 60 tingkah laku ikan sangat
berisisi 2500 dengan salinitas 34 aktif. Pada salinitas 10 hewan uji
digunakan sebagai kontrol. sangat aktif pada menit ke 0 hingga
Berdasarkan pengamatan yang menit ke 15 dan cenderung aktif pada
dikalukan di laboratorium diperoleh menit ke 30 hingga menit ke 45 serta
data bukaan operculummeningkat pada menit ke 60 kecenderungan
seiring bertambahnya konsentrasi tingkah laku hewan uji tergolong pasif.
salinitas. Hal ini menunjukkan Pergerakan hewan uji
metobelisme hewan uji meningkat hal cenderung pasif untuk menghindari
ini sejalan dengan pernyataan Anggoro banyaknya energi yang terbuang.
(2000) bahwa semakin tinggi atau Namun, hal ini tidak berpengaruh
semakin rendah salinitas pada suatu karena ikan Badut (Amphiprion sp.)
perairan maka semakin tinggi beban tergolong ikan stenohaline yakni tidak
dapat melakukan toleransi terhadap DAFTAR PUSTAKA
salinitas.
Astuti, W. Aidil, J. Muhammad, A. 2007.
Sementara pada salinitas 30
Desalinasi Air Payau
ppt, hewan uji bergerak sangat aktif
Menggunakan Surface Modified
pada menit ke 0-15. Kemudian pada
Zeolite (SMZ). Balai Pengolahan
menit ke 30 hingga menit ke 60 tingkah
Mineral Lampung. LIPI.
laku ikan cenderung aktif atau normal.
Hal ini karena pada salinitas 30 ppt Irawan, D. Elfrida. Dahnil, A. 2010.
merupakan kadar salinitas yang sesuai Pengaruh Salinitas Berbeda
dengan habitat ikan Badut (Amphiprion Terhadap Kelangsungan Hidup
sp.). Dan Pertumbuhan Benih Ikan
Sementara pada salinitas 40 Nila (Oreochromis niloticus).
ppt, hewan uji sangat aktif pada menit Jurusan Budidaya Perairan.
ke 15 dan 30. Dan cenderung normal Fakultas Perikanan Dan Ilmu
pada menit ke 45. Kelautan.
Hal ini sesuai dengan
Lantu, S. 2010. Osmoregulasi Pada
pernyataan Zuchari (2013) bahwa
Hewan Akuatik. Fakultas Ilmu
parameter kualitas air dalam budidaya
Kelautan Dan Perikanan.
ikan badut (Amphiprion sp.). yaitu suhu
Universitas Samratulangi.
28-35° c, salinitas 30-32 ppt, PH 7-8.
Pamungkas, Wahyu. 2012.Aktivitas
PENUTUP Osmoregulasi, Respons
Pertumbuhan, Dan Energetic
A. KESIMPULAN
Cost Pada Ikan Yang Dipelihara
Dalam Lingkungan Bersalinitas.
Dari hasil pengamatan yang Media Akuakultur Volume 7
telah dilakukan dapat disimpulkan Nomor 1. Subang
bahwa perubahan salinitas
Rahim, T. Rully, T. Hasim. 2015.
mempengaruhi proses osmoregulasi
Pengaruh Salinitas Berbeda
hewan uji. Semakin tinggi salinitas,
Terhadap Pertumbuhan Dan
maka bukaan operculum dan tingkah
Tingkat Kelangsungan Hidup
laku ikan akan berubah
Benih Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) Di Balai Ikan Kota

B. SARAN Gorontalo. Universitas Negeri

Sebaiknya jumlah alat seperti Gorantalo.

handrefractometer di laboratorium
Susilo, U., Wahyu, M., dan Sorta, B.S.I.
jumlahnya di perbanyak.
2012. Regulasi Osmotik dan
Nilai Hematokrit Ikan Nila
(Oreochromis sp.) pada Medium
dengan Salinitas dan
Temperatur Air Berbeda. Hal.
51-55. Purwokerto : Universitas
Jenderal Soedirman.

Yulfiperius, Mozes R. T, Ridwan. A,


Djadja, S.S. 2006. Pengaruh
Alkalinitas terhadap
kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Ikan Lalawak
(Barbodes sp.). Institut
Pertanian Bogor.

Kuncoro, E.B. 2004. Akuarium Laut.


Kanisius : Yogyakarta
KELOMPOK 1

Bukaan Operculum

Salinitas
0 Menit 15 Menit 30 Menit 45 Menit 60 Menit

0,3 ppt 387 396 505 582 716

10 ppt 288 294 288 179 146

20 ppt 177 179 200 138 165

30 ppt 396 257 256 271 244

35 ppt 160 240 388 279 285

40 ppt 265 282 463 412 420

KELOMPOK 1
Bobot Bobot
Tingkah Laku
Awal Akhir
Salinitas
0 15 30 45 60
Menit Menit Menit Menit Menit
0,3 ppt + ++ +++ + + 2,22 gr 2,39 gr
10 ppt +++ +++ +++ ++ ++ 2,20 gr 2,13 gr
20 ppt +++ +++ ++ ++ ++ 1,89 gr 1,02 gr
30 ppt ++ + ++ ++ +++ 3,48 gr 3,48 gr
35 ppt +++ ++ ++ ++ ++ 1,64 gr 1,69 gr
40 ppt +++ ++ ++ ++ +++ 1,81 gr 1,81 gr
Grafik Bukaan Opeculum
800
700 KELOMPOK 1 Bukaan
600 Operculum 0 Menit

Bukaan Operculum
500 KELOMPOK 1 Bukaan
400 Operculum 15 Menit
300 KELOMPOK 1 Bukaan
Operculum 30 Menit
200
KELOMPOK 1 Bukaan
100 Operculum 45 Menit
0
t t t t t t KELOMPOK 1 Bukaan
pp pp pp pp pp pp Operculum 60 Menit
0,
3 10 20 30 35 40

Salinitas

KELOMPOK 2

Bukaan Operculum

Salinitas 0 Menit 15 Menit 30 Menit 45 Menit 60 Menit

0,3 ppt 610 753 551 507 427

10 ppt 325 297 180 169 164

20 ppt 131 119 183 258 302

30 ppt 210 284 167 153 90

35 ppt 160 240 388 279 285

40 ppt 462 461 492 483 417

KELOMPOK 2
Tingkah Laku
Bobot Bobot
Salinitas 15 30 45 60
0 Menit Awal Akhir
Menit Menit Menit Menit
0,3 ppt +++ ++ ++ ++ + 2,11 gr 2,43 gr
10 ppt +++ ++ ++ ++ ++ 3,19 gr 3,24 gr
20 ppt +++ ++ + ++ ++ 0,22 gr 1,79 gr
30 ppt +++ +++ ++ ++ ++ 2,53gr 2,81 gr
35 ppt +++ ++ ++ ++ ++ 1,97gr 2,03 gr
40 ppt ++ + + ++ + 2,26 gr 3,03 gr
Grafik Bukaan Operculum
800
700 KELOMPOK 2 Bukaan
600 Operculum 0 Menit
Bukaan Operculum KELOMPOK 2 Bukaan
500
400 Operculum 15 Menit
300 KELOMPOK 2 Bukaan
Operculum 30 Menit
200
KELOMPOK 2 Bukaan
100 Operculum 45 Menit
0 KELOMPOK 2 Bukaan
t t t t t t
pp pp pp pp pp pp Operculum 60 Menit
0,
3 10 20 30 35 40

Salinitas

KELOMPOK 3

Bukaan Operculum

Salinitas 0 Menit 15 Menit 30 Menit 45 Menit 60 Menit

0,3 ppt 392 333 293 196 291

10 ppt 436 334 313 215 216

20 ppt 304 240 236 195 164

30 ppt 364 341 251 258 247

35 ppt 160 240 388 279 285

40 ppt 543 570 694 476 50

KELOMPOK 3
Bobot Bobot
Tingkah Laku
Awal Akhir
Salinitas
15 30 45 60
0 Menit
Menit Menit Menit Menit
0,3 ppt +++ ++ ++ ++ ++ 3,50 gr 4,25 gr
10 ppt +++ +++ ++ ++ + 3,50 gr 4,25 gr
20 ppt +++ +++ ++ ++ ++ 3,03 gr 2,05 gr
30 ppt +++ +++ ++ ++ ++ 3,39 gr 2,67 gr
35 ppt + + +++ ++ ++ 2,30 gr 2,87 gr
40 ppt ++ +++ +++ ++ + 2,60 gr 2,87 gr

Grafik Bukaan Operculum


800 KELOMPOK 3 Bukaan
700 Operculum 0 Menit
Bukaan Operculum

600 KELOMPOK 3 Bukaan


500 Operculum 15 Menit
KELOMPOK 3 Bukaan
400 Operculum 30 Menit
300 KELOMPOK 3 Bukaan
200 Operculum 45 Menit
100 KELOMPOK 3 Bukaan
Operculum 60 Menit
0
0,3 ppt10 ppt 20 ppt 30 ppt 35 ppt 40 ppt
Salinitas

KELOMPOK 4

Bukaan Operculum

Salinitas 0 Menit 15 Menit 30 Menit 45 Menit 60 Menit

0,3 ppt 395 355 280 232 72

10 ppt 168 117 102 105 95

20 ppt 127 369 243 209 197

30 ppt 83 139 183 252 263

35 ppt 420 419 428 422 242

40 ppt 279 161 76 55 146

KELOMPOK 4
Bobot Bobot
Tingkah Laku
Awal Akhir
Salinitas
0 15 30 45 60
Menit Menit Menit Menit Menit
0,3 ppt +++ ++ ++ ++ +++ 2,56 gr 2,61 gr
10 ppt ++ ++ ++ ++ ++ 2,10 gr 2,16 gr
20 ppt ++ ++ ++ ++ ++ 2,72 gr 2,72 gr
30 ppt +++ ++ ++ ++ ++ 3,11 gr 3,20 gr
35 ppt +++ ++ + ++ ++ 0,55 gr 0,57 gr
40 ppt +++ ++ ++ ++ +++ 3,65 gr 3,72 gr

Grafik Bukaan Operculum


450
400 KELOMPOK 4 Bukaan
350 Operculum 0 Menit
Bukaan Operculum

300 KELOMPOK 4 Bukaan


250 Operculum 15 Menit
200 KELOMPOK 4 Bukaan
150 Operculum 30 Menit
100 KELOMPOK 4 Bukaan
50 Operculum 45 Menit
0
t t t t t t KELOMPOK 4 Bukaan
pp pp pp pp pp pp Operculum 60 Menit
3 10 20 30 35 40
0,

Salinitas

KELOMPOK 5
Bukaan Operculum

Salinitas 0 Menit 15 Menit 30 Menit 45 Menit 60 Menit

0,3 ppt 366 308 275 91 56


10 ppt 345 228 261 148 126
20 ppt 295 285 265 275 268
30 ppt 267 244 246 228 240
35 ppt 380 495 435 339 304
40 ppt 270 364 344 357 346

KELOMPOK 5
Bobot Bobot
Tingkah Laku
Awal Akhir
Salinitas
0 15 30 45 60
Menit Menit Menit Menit Menit
0,3 ppt +++ +++ ++ ++ + 0,43 gr 0,48 gr
10 ppt +++ +++ ++ ++ + 3,12 gr 3,27 gr
20 ppt +++ ++ ++ ++ ++ 2,77 gr 2,80 gr
30 ppt +++ +++ ++ ++ ++ 2,89 gr 3,91 gr
35 ppt +++ ++ ++ ++ ++ 4,16 gr 4,32 gr
40 ppt +++ ++ ++ ++ + 1,80 gr 1,90 gr

Grafik Bukaan Operculum


600 KELOMPOK 5 Bukaan
Operculum 0 Menit
500
Bukaan Operculum

KELOMPOK 5 Bukaan
400 Operculum 15 Menit
KELOMPOK 5 Bukaan
300 Operculum 30 Menit
200 KELOMPOK 5 Bukaan
Operculum 45 Menit
100 KELOMPOK 5 Bukaan
0 Operculum 60 Menit
0,3 ppt10 ppt 20 ppt 30 ppt 35 ppt 40 ppt
Salinitas

Anda mungkin juga menyukai