Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI SUMBER DAYA PERIKANAN

ACARA IKAN KARANG

Oleh:
Imron Thoha
18/430483/PN/15800

Asisten:

Desi Kristiana, S.Pi.


Hesni Novinta
Fuad Muhammad Irfan

LABORATORIUM MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
LAPORAN PRAKTIKUM
KONSERVASI SUMBERDAYA PERIKANAN

KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI PULAU PAMEGARAN


TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

Imron Thoha
18/430483/PN/15800

Departemen Perikanan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Intisari
Ikan karang adalah ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang, dengan terumbu karang
menyediakan tempat berlindung dan sumber makanan. Ikan karang merupakan jenis ikan yang
ditemukan dan memiliki karakteristik yang khas di terumbu karang. Tujuan dari praktikum
keankearagaman ikan karang di Pulau Pamegaran Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah untuk
mengetahui keanekaragaman, kemerataan, dominansi, dan kelimpahan ikan karang di Pulau
Pamegaran Taman Nasional Kepulauan Seribu. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah
metode UVC. Kelompok ikan karang yang mendominasi di Pulau Pamegaran, Taman Nasional
Kepulauan Seribu adalah kelompok ikan mayor sebanyak 56% dari total keseluruhan ikan. Urutan
kedua ditempati oleh kelompok ikan target sebanyak 33% dari total keseluruhan ikan. Kelompok ikan
karang paling sedikit merupakan kelompok ikan indikator sebanyak 11% dari total keseluruhan ikan.
Famili yang paling banyak ditemukan adalah famili Pomacentridae. Berdasarkan hasil pengamatan di
Pulau Pamegaran Taman Nasional Kepulauan Seribu, dapat disimpulkan keanekaragaman ikan karang
sebesar 2,06 sehingga termasuk dalam keanekaragaman sedang. Kemerataan ikan karang sebesar
0,86 sehingga termasuk dalam komunitas stabil. Dominansi ikan karang sebesar 0,16 sehingga
termasuk dalam dominansi rendah.
Kata kunci: asosiasi, dominansi, keanekaragaman, kelimpahan, kemerataan

1. Pendahuluan
Ikan karang adalah ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang, dengan terumbu
karang menyediakan tempat berlindung dan sumber makanan. Ikan karang merupakan jenis
ikan yang ditemukan dan memiliki karakteristik yang khas di terumbu karang (Sale, 2002).
Biota yang hidup di terumbu karang merupakan suatu komunitas yang terdiri dari berbagai
tingkatan tropik, dimana masing-masing komponen dalam komunitas ini saling tergantung satu
sama lain, sehingga membentuk suatu ekosistem yang lengkap. Salah satu jenis biota yang
hidup di terumbu karang adalah ikan karang, yang umumnya memiliki tingkat
keanekaragaman jenis yang tinggi pada ekosistem tersebut (Utomo dkk., 2013). Terumbu
karang mendukung keanekaragaman habitat seperti jenis ikan yang diperikarakan lebih dari
4000 spesies, biota non ikan yang tergolong cnidaria, cacing, sponge, crustacea, mollusca,
echinodermata, dan penyu, kemudian jenis karang dan bentuk tumbuh kehidupan karang,
mikro habitat atau relung, tipe rantai makanan dan jenis makanan, dan bentuk-bentuk
simbiosis antar jenis. Jadi, keanekaragaman ikan karang dalam tingkat komunitas adalah
sebagai akibat dari adanya keanekaragaman hayati sumberdaya, keragaman makanan,
habitat, relung, dan interaksi antar spesies (Edrus dan Saputro, 2009). Tentu saja ikan karang
berperan dalam berbagai peran di terumbu karang, hingga berperan langsung dalam
berberapa proses terumbu karang seperti berinteraksi dengan pergerakan energi atau
material. Peran ikan karang dalam proses terumbu karang sebenarnya tidak tergantung hanya
pada banyaknya jumlah spesies atau individu yang ada, akan tetapi pada identitas spesies
dan sifat peran fungsionalnya (Sale, 2002). Ikan karang dapat dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu ikan target, ikan indikator, dan ikan mayor. Ikan karang adalah ikan ekonomis tinggi yang
biasa ditangkap untuk dikonsumsi, seperti ikan baronang, kerapu, kakap, ikan bibir tebal, ikan
ekor kuning (Ilyas dkk., 2017). Ikan indikator adalah ikan karang yang digunakan sebagai
penanda atau indikator kondisi terumbu karang. Ikan mayor merupakan ikan yang berperan
dalam rantai makanan dan mayoritas merupakan ikan hias (Tamimi dkk., 1993).
Manfaat ikan karang sangat bermanfaat bagi lingkungan dan manusia, terutama
manfaat ekonomis. Komunitas ikan karang merupakan bagian yang sangat penting dalam
ekosistem terumbu karang, tidak hanya bagi ikan itu sendiri yang menjadikan ekosistem
terumbu karang sebagai habitat vitalnya, yaitu sebagai tempat pemijahan (spawning ground),
pengasuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding ground), namun juga penting
dalam menjaga keseimbangan antara berbagai komponen penyusun ekosistem terumbu
karang. Secara ekonomis, ikan karang sangat penting bagi nelayan dan dunia pariwisata. Bagi
masyarakat nelayan, ikan karang menjadi sumber pendapatan atau sebagai bahan makanan
sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari, di pasar-pasar tradisional sekitar wilayah pesisir
selalu banyak ditemui ikan karang untuk diperjualbelikan. Mereka biasanya ditangkap
menggunakan pancing, spear gun atau dengan jaring. Masyarakat pesisir dekat dengan
ekosistem terumbu karang, ikan karang merupakan salah satu sumberdaya penghasil
kebutuhan hidup mereka. Beberapa jenis ikan karang yang dikonsumsi adalah dari suku
Serranidae (Kerapu), Caesionidae, (Ekor kuning/Pisang-Pisang), Scaridae
(Kakatua/Mogong), Balistidae (Poge/Trigger), Pomacanthidae (Enjel/ Kambingan), dan
Siganidae (Baronang/ Kea-Kea/ Lingkis). Selain sebagai ikan konsumsi beberapa jenis ikan
karang juga dimanfaatkan sebagai ikan hias. Ikan karang yang banyak dieksploitasi sebagai
ikan hias berasal dari suku Pomacentridae (Betok/ Giru/ Klonfis), Labridae (Keeling/
Bayeman), Bleniidae dan Gobiidae (Jabing). Untuk dunia pariwisata, kepentingan ikan karang
tidak diragukan lagi sebagai objek yang diburu oleh para turis akibat warna dan bentuknya
yang beraneka. Ikan karang tersebut akan menjadikan ekosistem terumbu karang menjadi
hidup dan sengat indah (Utomo dkk., 2013).
Gangguan terhadap komunitas ikan karang mayoritas bersumber dari dampak aktivitas
manusia. Eksploitasi berlebihan untuk kepentingan konsumsi dan ikan hias mengancam
stabilitas komunitas ikan karang dan ekosistem terumbu karang secara keseluruhan.
Penggunaan alat tangkap yang merusak terumbu karang juga menjadi ancaman komunitas
ikan karang. Degradasi ekosistem terumbu karang karena limbah/polutan dan peristiwa coral
bleaching akibat suhu perairang yang menghangat dapat mengancam komunitas ikan karang
(Lawerence dkk., 2021). Limbah/polutan akibat dari aktivitas manusia yang masuk ke dalam
perairan juga dapat mengancam komunitas perairan dikarenakan dapat menganggu organ
sensori di tubuh ikan (Newport dkk., 2021). Degradasi ekosistem lain yang memiliki hubungan
erat seperti ekosistem lamun dan ekosistem mangrove juga mengancam komunitas ikan
karang.
Dinamika ekosistem pesisir/pantai yang saling berkaitan dan bersimbiosis
menyebabkan kajian tentang ekosistem tersebut khususnya komunitas ikan karang menarik
untuk diteliti. Ikan karang hidup bergantung kepada terumbu karang sebagai tempat tinggal
dan tempat mencari makan serta berperan dalam aliran energi dan material di dalam
ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan mangrove
memiliki hubungan keterkaitan satu sama lain dan apabila ada perubahan pada salah satu
ekosistem tersebut maka ekosistem yang lain juga mengalami dampaknya. Aktivitas manusia
di daratan yang menghasilkan limbah dan polusi berlebihan ternyata sangat berpengaruh
terhadap ekosistem perairan dan pesisir/pantai. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui keanekaragaman, kemerataan, dominansi, dan kelimpahan ikan karang di Pulau
Pamegaran Taman Nasional Kepulauan Seribu.

2. Metode
a. Alat dan Bahan Praktikum
Tabel 2.1 Alat dan Bahan Praktikum
No. Nama Alat dan Bahan Spesifikasi/Jumlah Fungsi
1 Set Scuba 1 Alat bantu dalam kegiatan
penyelaman.
2 Global Positioning 1 Alat untuk membantu
System (GPS) menentukan lokasi
pengamatan.
3 Roll meter 1 Alat untuk mengukur
panjang/jarak.
4 Underwater Camera 1 Alat bantu untuk
mengambil gambar/foto di
dalam air
5 Underwater Paper 1 Media tempat menulis dan
mencatat hasil
pengamatan dengan sifat
tahan basah/air.
6 Pensil 1 Alat untuk menulis di
underwater paper.
7 Clipboard 1 Alat yang digunakan untuk
alas/penyangga
underwater paper.
8 Botol 330 ml 1 Alat untuk menampung
sampel air.
9 Termometer 1 Alat untuk mengukur suhu
di perairan.
10 Refraktometer 1 Alat untuk mengukur
salinitas di perairan.
11 pH meter 1 Alat untuk mengukur
derajat keasaman di
perairan.
12 Lembar Identifikasi Jenis 1 Alat bantu untuk
Ikan Karang mengidentifikasi ikan di
lokasi pengamatan.
b. Analisis Data
Underwater Visual Census (UVC) merupakan salah satu metode yang
dilakukan dalam pengamatan spesies di dalam perairan. Metode UVC dapat dilakukan
dengan pengamatan langsung dengan transek atau titik penagamatan yang tetap,
pengamatan video yang direkam oleh penyelam SCUBA, atau dengan
robot/kendaraan jarak jauh (Prato dkk., 2017). Stasiun pengamatan dalam praktikum
ini sejumlah 2, dengan setiap stasiun transek yang digunakan seluas 20 m x 4 m
sehingga total luas bidang transek 200 m2. Pengamatan dilakukan oleh penyelam
dengan mengamati 2,5 m sebelah kanan bidang transek dan 2,5 m sebelah kiri bidang
transek (Dartnall dan Jones, 1986; Luthfi dkk., 2017).
Parameter yang diukur dan dihitung adalah parameter lingkungan dan
parameter biologi. Parameter lingkungan yang diukur adalah pH perairan, salinitas
perairan, suhu perairan, dan suhu udara. Parameter biologi yang diukur dan dihitung
adalah jumlah ikan per famili, jumlah ikan per kelompok, jumlah famili yang teramati,
jumlah ikan secara keseluruhan, indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, indeks
dominasi, dan indeks kemelimpahan.
Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan formulasi Shannon-
𝑛𝑖
Wiener, yaitu 𝐻 ′ = − ∑𝑠𝑖=1 𝑝𝑖 𝑥 ln 𝑝𝑖 , 𝑝𝑖 = dengan H’ adalah indeks
𝑁
keanekaragaman, S jumlah famili, pi adalah proporsi jumlah individu famili ke i
terhadap jumlah individu seluruh famili (S), N adalah jumlah individu seluruh famili, dan
ni adalah jumlah individu dalam famili ke- i. Indeks dominansi dihitung dengan indeks
𝑛𝑖
Simpson, yaitu D = ∑ pi2 dengan D adalah indeks dominansi dan pi = 𝑁
. Indeks
kemerataan merupakan indeks yang menyatakan jumlah individu ikan per luas area
pengamatan yang dilakukan. Indeks kemerataan juga sering disebut sebagai indeks
densitas, yaitu jumlah individu ikan karang yang ditemukan pada luasan area
𝑛𝑖
pengamatan. Indeks kemerataan dihitung dengan rumus Di = 𝐴
dengan Di adalah
indeks kemerataan, ni adalah jumlah individu dalam famili ke- I, dan A adalah luas
seluruh bidang transek (Rondonuwu, 2019).

3. Hasil dan Pembahasan


a. Hasil
Tabel 3.1 Luas tutupan terumbu karang (%) di Pulau Pamegaran Taman Nasional
Kepulaun Seribu

Kategori Staisun 1 Stasiun 2 Rata-rata


CORAL (C) 30,7 19,2 25,0
NON-CORAL (NC) 0,02 0,01 0,02
DEAD CORAL (DC) 24,4 17,7 21,0
OTHER BIOTA (OTHER) 11,5 0,6 6,0
ALGAE (ALGAE) 32,4 52,5 42,4
ABIOTIK (ABIOTIK) 3,6 2,7 3,1
TAPE, WAND, SHADOW (TWS) 3,1 5,0 4,0

Dari tabel 3.1 dapat diketahui tutupan terumbu karang dalam persen di Pulau
Pamegaran. Di stasiun 1 tutupan tertinggi merupakan Algae sebesar 32,4 %, disusul
oleh Coral sebesar 30,7 %, Dead Coral sebesar 24,4 %, Other Biota sebesar 11,5 %,
Abiotik sebesar 3,6 %, TWS sebesar 3,1 %, dan paling sedikit adalah Non-Coral
sebesar 0,02 %. Di stasiun 2 tutupan tertinggi merupakan Algae sebesar 52,5 %,
kemudian disusul oleh Coral sebesar 19,2 %, Dead Coral sebesar 17,7 %, TWS
sebesar 5,0 %, Abiotik sebesar 2,7 %, Other Biota sebesar 0,6 %, dan paling sedikit
adalah Non-Coral sebesar 0,01 %. Rata-rata keseluruhan tutupan terumbu karang
terbesar merupakan Alage sebesar 42,4 %, kemudian disusul oleh Coral sebesar 25,0
%, Dead Coral sebesar 21,0 %, Other Biota sebesar 6,0 %, TWS sebesar 4,0 %, Abiotik
sebesar 3,1 %, dan paling sedikit adalah Non-Coral sebesar 0,02 %.

Tabel 3.2 Jumlah ikan karang di Pulau Pamegaran Taman Nasional Kepulaun Seribu

Jumlah (individu)
Kelompok Famili Stasiun Stasiun Jumlah
1 2
Mayor Apogonidae 15 0 15
Ephippidae 0 8 8
Labridae 12 7 19
Pomacanthidae 1 1 2
Pomacentridae 32 20 52
Target Caesionidae 4 10 14
Nemipteridae 1 1 2
Scaridae 14 13 27
Serranidae 6 1 7
Siganidae 4 2 6
Indikator Chaetodontidae 13 6 19
Jumlah 102 69 171

Dari tabel 3.2 dapat diketahui jenis ikan, jumlah famili dan total keseluruhan ikan
yang ditemukan di Pulau Pamegaran. Jumlah famili ikan yang ditemukan sebanyak 11,
dengan komposisi kelompok mayor terdapat famili Apogonidae sejumlah 15 individu,
Ephippidae sejumlah 8 individu, Labridae sejumlah 19 individu, Pomacanthidae
sejumlah 2 individu, dan Pomacentridae sejumlah 52 individu. Komposisi kelompok
target terdapat famili Caesionidae sejumlah 14 individu, Nemipteridae sejumlah 2
individu, Scaridae sejumlah 27 individu, Serranidae sejumlah 7 individu, dan Siganidae
sejumlah 6 individu. Komposisi kelompok indikator hanya ditemukan famili
Chaetodontidae sejumlah 19 individu. Total keseluruhan ikan yang ditemukan stasiun
1 sebanyak 102 individu, stasiun 2 sebanyak 69 individu, dan jumlah keseluruhan ikan
yang ditemukan di Pulau Pamegaran sebanyak 171 individu.
Gambar 1. Komposisi ikan karang di Taman Nasional Kepulauan Seribu

Dari gambar 1 dapat diketahui kelompok ikan karang yang mendominasi di Pulau
Pamegaran, Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah kelompok ikan mayor
sebanyak 56% dari total keseluruhan ikan. Urutan kedua ditempati oleh kelompok ikan
target sebanyak 33% dari total keseluruhan ikan. Kelompok ikan karang paling sedikit
merupakan kelompok ikan indikator sebanyak 11% dari total keseluruhan ikan.

Tabel 3.3 Perhitungan indeks biologi ikan karang di Pulau Pamegaran Taman
Nasional Kepulauan Seribu

Kelompok Famili Ni Ni/N (Ni/N)2 ln Ni/N - ln(Ni/N)*(Ni/N) X

Mayor Apogonidae 15 0,09 0,008 -2,43 0,21 0,08


Ephippidae 8 0,05 0,002 -3,06 0,14 0,04
Labridae 19 0,11 0,012 -2,20 0,24 0,10
Pomacanthidae 2 0,01 0,000 -4,45 0,05 0,01
Pomacentridae 52 0,30 0,092 -1,19 0,36 0,26
Target Caesionidae 14 0,08 0,007 -2,50 0,20 0,07
Nemipteridae 2 0,01 0,000 -4,45 0,05 0,01
Scaridae 27 0,16 0,025 -1,85 0,29 0,14
Serranidae 7 0,04 0,002 -3,20 0,13 0,04
Siganidae 6 0,04 0,001 -3,35 0,12 0,03
Indikator Chaetodontidae 19 0,11 0,012 -2,20 0,24 0,10
Jumlah 171 0,1619 2,06 0,86

Tabel 3.4 Indeks biologi ikan karang di Pulau Pamegaran Taman Nasional
Kepulauan Seribu

Indeks Biologi
Keanekaragaman (H') 2,06
Kemerataan (E) 0,86
Dominansi (D) 0,16
Kelimpahan (X) 0,86
Dari tabel 3.3 dan tabel 3.4 dapat diketahui indeks biologi ikan karang di Pulau
Pamegaran, Taman Nasional Kepulauan Seribu. Indeks keanekaragaman yang
didapatkan sebesar 2,06. Indeks kemerataan yang didapatkan sebesar 0,86, dihitung
dari indeks keanekaragaman dibagi dengan ln jumlah famili yang ditemukan. Indeks
dominansi yang didapatkan sebesar 0,16. Indeks kemelimpahan yang didapatkan
sebesar 0,86.

Tabel 3.5 Parameter lingkungan di Pulau Pamegaran Taman Nasional Kepulauan


Seribu

Parameter Fisik Stasiun rata-


Perairan rata
1 2
pH 7,7 8,7 8,2
Salinitas (ppt) 30 32 31
Suhu air 29 29 29
suhu udara 26 26 26

Dari tabel 3.5 dapat diketahui parameter fisik/lingkungan yang terukur di Pulau
Pamegaran, Taman Nasional Kepulauan Seribu. Nilai pH yang terukur di stasiun 1
sebesar 7,7; stasiun 2 sebesar 8,7; dengan rata-rata nilai pH sebesar 8,2. Salinitas
yang terukur di stasiun 1 sebesar 30 ppt, stasiun 2 sebesar 32 ppt, dengan rata-rata
salinitas sebesar 31 ppt. Suhu air yang terukur di stasiun 1 sebesar 29 oC, stasiun 2
sebesar 29 oC, dengan rata-rata suhu air sebesar 29 oC. Suhu udara yang terukur di
stasiun 1 sebesar 26 oC, stasiun 2 sebesar 26 oC, dengan rata-rata suhu udara sebesar
26 oC.

b. Pembahasan
Pengamatan ikan karang di Pulau Pamegaran, Taman Nasional Kepulauan Seribu
ditemukan 3 kelompok ikan karang, yaitu kelompok ikan mayor, ikan target, dan ikan
indikator. Kelompok ikan mayor yang ditemukan terdiri dari famili Apogonidae sejumlah
15 individu, Ephippidae sejumlah 8 individu, Labridae sejumlah 19 individu,
Pomacanthidae sejumlah 2 individu, dan Pomacentridae sejumlah 52 individu.
Kelompok ikan target yang ditemukan terdiri dari famili Caesionidae sejumlah 14
individu, Nemipteridae sejumlah 2 individu, Scaridae sejumlah 27 individu, Serranidae
sejumlah 7 individu, dan Siganidae sejumlah 6 individu. Kelompok ikan indikator yang
ditemukan terdiri dari famili Chaetodontidae sejumlah 19 individu. Kelompok ikan yang
paling banyak ditemukan adalah kelompok ikan mayor sebanyak 96 individu, disusul
oleh kelompok ikan target sebanyak 56 individu, dan paling sedikit adalah kelompok
ikan indikator sebanyak 19 individu. Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan
penelitian Setyadi (2014) bahwa komposisi ikan karang yang banyak ditemukan di
Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah kelompok ikan mayor. Hal ini disebabkan
karena ikan target untuk konsumsi banyak dimanfatkan oleh nelayan (Estradivari dkk.,
2009). Hasil pengamatan di atas dapat diketahui famili terbanyak yang ditemukan
adalah famili Pomacentridae dan paling sedikit adalah famili Pomacanthidae dan
Nemipteridae. Untuk famili terbanyak sesuai dengan penelitian Perdana dkk. (2014),
yaitu famili yang banyak ditemukan di tahun 2011 adalah Pomacentridae sebanyak
24935 individu. Namun untuk famili paling sedikit tidak sesuai dengan penelitian
Perdana dkk. (2014), yaitu famili Siganidae sebanyak 386 individu. Hal ini disebabkan
karena terjadi pengurangan setiap famili ikan karang di Taman Nasional Kepulauan
Seribu, khususnya di zona inti ekosistem terumbu karang (Perdana dkk., 2014).
Indeks keanekaragaman yang diperoleh sebesar 2,06 sehingga menurut Estradvari
dkk. (2009) termasuk dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan karena area Pulau
Pamegaran yang tidak berpenghuni dan masuk dalam kawasan Taman Nasional
Kepulauan Seribu, namun terancam dengan aktivitas pemanfaatan sumberdaya ikan
oleh nelayan dikarenakan daerah Kepulauan Seribu bagian Selatan sudah tercemar
(Estradivari dkk., 2009). Indeks kemerataan yang diperoleh sebesar 0,86 sehingga
menurut Estradivari dkk. (2009) termasuk dalam komunitas stabil. Hal ini disebabkan
karena area Pulau Pamegaran hanya terdapat dermaga kecil/jetty, tidak berpenghuni,
dan merupakan kepimilikan privat sehingga kemungkinan terkena dampak kerusakan
oleh aktivitas manusia masih minim (National Geospatial-intelligence Agency, 2005;
Estradivari dkk., 2009). Indeks dominansi yang diperoleh sebesar 0,16 sehingga
menurut Estradivari dkk. (2009) termasuk dalam dominansi rendah. Tidak adanya
dominansi oleh suatu spesies maupun famili ikan karang menunjukkan bahwa
ekosistem yang cenderung stabil (Sale, 2002). Kemelimpahan yang diperoleh sebesar
0,86 individu/m2, artinya dalam setiap 1 m2 terdapat 0,86 individu ikan karang.
Tutupan coral hidup yang hanya 25,0 % menyebabkan sedikitnya ikan indikator
yang ditemukan dibandingkan jenis ikan yang lain. Ikan indikator yang ditemukan
hanyalah famili Chaetodontidae. Hal ini menyebabkan tutupan terumbu karang hidup
di Pulau Pamegaran dalam kondisi kurang baik (Saputra dkk., 2019). Namun
presentase tutupan terumbu karang terbesar adalah algae yang berperan penting
sebagai produsen primer, sumber makanan bagi biota lainnya, tempat perlindungan,
dan habitat pengasuhan menyebabkan jenis ikan karang mayor melimpah disusul
dengan ikan target dan membentuk komunitas karang yang stabil (Handayani, 2019).
Parameter lingkungan di Pulau Pamegaran, Taman Nasional Kepulauan Seribu
untuk pH, salinitas, suhu air, dan suhu udara rata-rata berturut-turut adalah 8,2; 31 ppt;
29 oC; dan 26 oC. Parameter lingkungan tersebut masih memenuhi baku mutu menurut
Kepmen LH No 51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut, kecuali salinitas yang masih
berada di bawah baku mutu air laut (Estradivari dkk., 2009). Indeks biologi ikan karang
yang diperoleh menujukkan komunitas stabil, dominansi rendah, dan keanekaragaman
sedang. Hal ini menujukkan bahwa kondisi lingkungan masih baik dan mendukung
dengan baik komunitas ikan karang yang ada. Namun perlu diperhatikan kadar
salinitas yang masih rendah, akibat dari banyaknya masukan sedimen dan debit air
yang tinggi dari sungai-sungai di Jakarta karena pengelolaan dan alih fungsi lahan
yang kurang diperhatikan (Estradivari dkk., 2009).

4. Penutup
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di Pulau Pamegaran Taman Nasional
Kepulauan Seribu, dapat disimpulkan keanekaragaman ikan karang sebesar 2,06
sehingga termasuk dalam keanekaragaman sedang. Kemerataan ikan karang sebesar
0,86 sehingga termasuk dalam komunitas stabil. Dominansi ikan karang sebesar 0,16
sehingga termasuk dalam dominansi rendah.
b. Saran
Untuk simulasi data ikan karang sebaiknya mencakup seluruh area lokasi
misalnya seluruh area Taman Nasional Kepulauan Seribu atau seluruh area Taman
Nasional Karimunjawa.

5. Daftar Pustaka
Dartnall A.J, Jones M. 1986. A Manual of Survey Methods; Living Resources in Coastal
Areas. ASEAN-Australia Cooperative Program On Marine Science
Handbook. Townsville.
Edrus, I. N., dan Saputro, G.B. 2009. Struktur komunitas ikan karang di perairan
Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. J. Lit. Perikan. Ind.
15(4): 321 – 332.
Estradivari, Setyawan, E., Yusri, S. 2009. Terumbu Karang Jakarta: Pengamatan
jangka panjang terumbu karang Kepulauan Seribu (2003 – 2007).
Yayasan TERANGI. Jakarta.
Handayani, T. 2019. Peranan ekologi makroalga bagi ekosistem laut. Oseana 44(1): 1
– 14.
Ilyas, I.S., Astuty, S., Harahap, S.A., Purba, N.P. 2017. Keanekaragaman ikan karang
target kaitannya dengan keanekaragaman bentuk pertumbuhan karang
pada zona inti di Taman Wisata Perairan Kepulauan Anambas. Jurnal
Perikanan dan Kelautan 3(2): 103 – 111.
KMNLH Nomor 51 Tahun 2014.
Lawerence, A., Heenan, A., Levine, A., Haddaway, N.R., Powell, F., Wedding, L.,
Roche, R., Lawrence, P., Szostek, C., Ford, H., Southworth, L., Pilly,
S.S., Richardson, L.E., Williams, G.J. 2021. patial and temporal scales
of coral reef fish ecological research and management: a systematic
map protocol. Environmental Evidence 10(3): 1 – 11.
Luthfi, O.M., Alifia, R., Putri, S.R., Dasi, F.B., Putra, B.A., Permana, D.E., Pebrizayanti,
E., Fikri, M.Z., Saputro, J., Setiawan, C.A., Sibuea, K., dan Razak, A.
2017. Pemantauan kondisi ikan karang menggunakan metode reef
check di perairan Selat Sempu Malang Selatan. Journal of Marine and
Aquatic Sciences 3(2): 171 – 179.
National Geospatial-intelligence Agency (2005). Prostar Sailing Directions 2005
Borneo, Jawa, Sulawesi and Nusa Tenggara Enroute (9 ed.). ProStar
Publications.
Newport, C., Padget, O., dan Perera T.B.d. 2021. High turbidity levels alter coral reef
fish movement in a foraging task. Scientific Reports 11:5976.
Perdana, R.C., Purwanti, F., dan Hartoko, A. 2014. Tingkat pemahaman masyarakat
dan status ekosistem zona inti di Taman Nasional Kepulauan Seribu.
Diponegoro Journal of Maquares 4(1): 116 – 124.
Prato, G., Thiriet, P., Franco, A.D., dan Francour, P. 2017. Enhancing fish Underwater
Visual Census to move forward assessment of fish assemblages: An
application in three Mediterranean Marine Protected Areas. PLOS ONE
12(6): 1 – 20.
Rondonuwu, A.B., Moningkey, R.D., Tombokan, J.L. 2019. Ikan karang di wilayah
terumbu karang, Desa Likupang Kampung Ambong, Kecamatan
Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Ilmiah Plantax 7(1):
90 – 97.
Sale, P.F. 2002. Coral Reef Fishes: Dynamics and Diversity in a Complex Ecosystem.
Academic Press. San Diego.
Saputra, M.T., Sadarun, B., Rahmadani, dan Subhan. 2019. Hubungan antara kondisi
tutupan karang hidup dengan kelimpahan ikan Chaetodontidae di
perairan Lalanu, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe. Sapa Laut
4(2): 53 – 60.
Setyadi. 2014. Keanekaragaman Jenis dan Sebaran Ikan pada Ekosistem Terumbu
Karang di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Skripsi. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tamimi, M.F., Soedharma, D., Butet, N.A., dan Bengen, D.G. 1993. Struktur komunitas
dan distribusi ikan karang di perairan Pulau Sekepal dan Pantai
Belebuh, Lampung Selatan, dan hubungannya dengan karakteristik
habitat. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia 1(2): 27 –
43.
Utomo, S.P.R., Ain, C., dan Supriharyono. 2013. Keanekaragaman jenis ikan karang
di daerah rataan dan tubir pada ekosistem terumbu karang di Legon
Boyo, Taman Nasional Karimunjawa, Jepara. Diponegoro Journal of
Maquares 2(4): 81 – 90.

Anda mungkin juga menyukai