Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT

PERCOBAAN XIII
IDENTIFIKASI JENIS-JENIS MANGROVE

OLEH :
NAMA : MUH. THEO KALFAN. B
NIM : F1D1 18 029
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN PEMBIMBING : ANGGUN WIRAWAN ACO

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mangrove merupakan jenis tumbuhan dengan habitus pohon yang

mempunyai sifat toleransi yang tinggi terhadap lingkungan berkadar garam tinggi

seperti laut. Hutan mangrove merupakan sebuah komunitas yang hamper

mendiami seluruh perairan laut yang didominasi beberapa jenis pohon mangrove

yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut maupun pantai

berlumpur. Pertumbuhan mangrove yang begitu besar mulai dari daratan yang

sangat dekat dengan air laut sampi yang keberadaannya lumayan jauh dari laut

sehingga membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai beberapa meter ke

arah daratan. Zonasi mangrove terbagi menjadi tiga zonasi, yaitu zonasi paling

depan menghadap ke arah laut (proximal zone) biasanya ditumbuhi oleh jenis

pioner seperti Avicennia sedangkan zona di belakangnya (medial zone) biasanya

ditumbuhi oleh Rhizophora, sedangkan zona paling belakang yang mendekati arah

daratan (distal zone) biasanya ditumbuhi oleh jenis Bruguiera, Lumnitzera

ataupun Ceriops.

Mangrove dikelompokkan menjadi mangrove sejati dan mangrove ikutan.

Mangrove sejati kelompok tumbuhan yang biasanya hanya dapat hidup di

lingkungan yang masih dipengaruhi pasang surut air laut (pantai dan muara

sungai) dimana substrat dasarnya berupa lumpur endapan (alluvial) dengan

kemampuan adaptasi khususnya sehingga dapat menunjang kehidupannya di

lingkungan mangrove. Adaptasi tersebut dapat berupa adapatasi morfologi seperti

modifikasi akar dan daun, serta adaptasi fisiologi. Mangrove ikutan merupakan
kelompok tumbuhan yang kebanyakan berasosiasi dengan mangrove sejati,

dimana mangrove ini tidak memiliki bentuk adaptasi khusus.

Mangrove sangat berperan dalam melindungi pantai dari erosi karena

mampu memecah ombak besar lautan, selain itu mangrove juga dapat berfungsi

untuk stabilator garis pantai. Tipe perakaran dari jenis Rhizophora sp dan

Avicennia sp dapat meredam hantaman gelombang dan berperan sebagai

penghimpun atau pengikat lumpur yang dibawa oleh aliran sungai, sehingga akan

terbentuk pulau-pulau delta kecil yang ditumbuhi mangrove. Berdasarkan latar

belakang di atas, maka perlu dilakukan praktikum Identifikasi Jenis-jenis

Mangrove.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mengidentifikasi jenis-jenis mangrove?

2. Bagaimana membedakan dan menunjukkan berbagai jenis mangrove

berdasarkan karakteristik habitatnya?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis mangrove.

2. Untuk membedakan dan menunjukkan berbagai jenis mangrove berdasarkan

karakteristik habitatnya.
D. Manfaat Praktikum

Manfaat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengidentifikasi jenis-jenis mangrove.

2. Dapat membedakan dan menunjukkan berbagai jenis mangrove berdasarkan

karakteristik habitatnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mangrove

Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, dan merupakan

komunitas yang hidup di dalam kawasan yang lembap dan belumpur serta

dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove disebut juga sebagai hutan

pantai, hutan payau atau hutan bakau. Pengertian hutan mangrove sebagai

hutan pantai adalah pohon-pohonan yang tumbuh di daerah pantai (pesisir),

baik daerah yang dipengaruhi pasang surut air laut maupun wilayah daratan

pantai yang dipengaruhi oleh ekosistem pesisir. Sedangkan pengertian

mangrove sebagai hutan payau atau hutan bakau adalah pohon-pohonan yang

tumbuh di daerah payau pada tanah aluvial atau pertemuan air laut dan air

tawar di sekitar muara sungai (Harahab, 2010).

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang

didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan

berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi

ini umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang cukup mendapatkan

genangan air laut secara berkala dan aliran air tawar, dan terlindungi dari

gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Oleh karenanya mangrove

banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta, dan

daerah pantai yang terlindung (Nurjanah, 2018).


B. Jenis-jenis Mangrove

Umumnya mangrove terdiri dari 5 jenis yaitu Avicennia, dimana

dicirikan dengan perakaran yang berbentuk pinsil meonjol dari permukaan air

yang berfungsi sebagai akar nafas dan dibedakan dari Bruguiera dari bentuk

bunga, buah dan daun. Bruguiera, dicirikan dengan akar lutut atau papan atau

banir. Ceriops, dicirikan dengan akar pensil dengan buah memanjang, dimana

di Indonesia sering dijumpai 2 (dua) jenis yaitu C. decandra dan C. tagal.

Rhizophora, dicirikan dengan bentuk perakaran yang menghunjam ke tanah

atau dikenal dengan akar tunjang (still root). Sonneratia, dikenal umum dengan

nama pedada dengan sistem perakaran umumnya berbentuk pinsil

(pneumatophora) dan dibedakan dari Avicennia dari bentuk bunga, buah dan

bentuk daun (Puspayanti, dkk., 2013).

C. Manfaat Hutan Mangrov

Selain itu, manfaat ekosistem mangrove yang berhubungan dengan

fungsi fisik adalah sebagai mitigasi bencana seperti peredam gelombang dan

angin badai bagi daerah yang ada di belakangnya, pelindung pantai dari abrasi,

gelombang air pasang (Rob), tsunami, penahan lumpur dan perangkap sedimen

yang diangkut oleh aliran air permukaan, pencegah intrusi air laut ke daratan,

serta dapat menjadi penetralisir pencemaran perairan pada batas

tertentumenurut. Manfaat lain dari ekosistem mangrove ini adalah sebagai

obyek daya tarik wisata alam dan atraksi ekowisata dan sebagai sumber

tanaman obat (Senoaji, 2016).


D. Ciri-ciri Mangrove

Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove terlepas dari

habitatnya yang unik adalah memiliki pohon yang relative sedikit, memiliki

akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya sepertinya jangkar melengkung

dan menjulang pada bakau Rhizohora sp, serta akar yang mencuat vertical

seperti pensil pada pidada Sonneratia sp, dan pada api-api Avicennia sp,

memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di

pohonnya, khususnya Rhizophora dan memiliki banyak lentisel pada bagian

kulit pohon (Baderan, 2017).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 13 Oktober 2019, pada

pukul 09.00-Selesai WITA dan bertempat di Tanjung Tiram, Kabupaten

Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.

B. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1. Buku identifikasi Untuk mengidentifikasi mangrove
1. Alat tulis Untuk menulis hasil pengamatan
2. Kamera Untuk mengambil dokumentasi

C. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kawasan ekosistem

mangrove yang terdapat di Tanjung Tiram Konawe Selatan.

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menyipakan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Mengidentifikasi ciri-ciri morfologinya.

3. Mengamati jenis mangrove dan mengambil gambarnya.

4. Mengidentifikasi jenis dan menentukan klasifikasinya.

5. Membuat hasil pengamatan.


DAFTAR PUSTAKA

Baderan, K. W. D., 2017, Serapan Karbon Hutan Mangrove Gorontalo,


Deepublish, Yogyakarta.

Puspayanti, M., Tellu, A. T., dan Suleman, S. M., 2013, Jenis-Jenis Tumbuhan
Mangrove di Desa Lebo Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong
dan Pengembangannya sebagai Media Pembelajaran, Jurnal e-Jibpiol,
1(1) : 1-9

Harahab, Nuddin. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove Dan


Aplikasinya Dalam Perencanaan Wilayah Pesisir. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Senoaji, Gunggungdan Muhamad Fajrin Hidayat. 2016. “Peranan Ekosistem


Mangrove Di Pesisir Kota Bengkulu Dalam Mitigasi Pemanasan Global
Melalui Penyimpanan Karbon(The Role Of Mangrove Ecosystem In The
Coastal Of City Of Bengkulu In Mitigating Global Warming Through
Carbon Sequestration)”. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 23(3): 327-
333.
Nurjanah, M., 2018, Analisis Pengelolaan Hutan Mangrove Menjadi Area
Tambak (Studi Kasus Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung
Selatan), Skripsi, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
V. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi jenis spesies mangrove yaitu memperhatikan bentuk

morfologi seperti akar yaitu akar nafas dan akar pensil, memiliki biji yang

bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya dan memiliki banyak

lentisel pada bagian pohon.

2. Karakteristik habitat mangrove terbagi menjadi tiga zonasi, yaitu zonasi

paling depan menghadap ke arah laut (proximal zone) biasanya ditumbuhi

oleh jenis pioner seperti Avicennia, zona di belakangnya (medial zone)

biasanya ditumbuhi oleh Rhizophora dan zona paling belakang yang

mendekati arah daratan (distal zone) biasanya ditumbuhi oleh jenis

Bruguiera, Lumnitzera ataupun Ceriops.

B. Saran

Saran pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk praktikan, agar mengikuti arahan asisten dalam perbaikan laporan.

2. Untuk asisten, lebih di tingkatkan lagi cara membimbingnya.

3. Untuk laboratorium, untuk selalu ada kontribusi dalam pelaksanaan

praktikum lapangan.

Anda mungkin juga menyukai