Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PRAKTIKUM I
PREPARAT APUSAN (Smear Preparation)

OLEH :
NAMA : WA TEO
STAMBUK : F1D119070
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN PEMBIMBING : DIKI CANDARA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preparat merupakan kepingan kaca berisi objek yang akan diamati

dan dipasang pada meja mikroskop. Objek yang diamati biasanya berukuran

kecil atau berupa potongan kecil (sayatan) suatu makhluk hidup. Sediaan

preparat dapat dibagi menjadi beberapa metode yaitu sediaan utuh, sediaan

irisan, sediaan uraian, sediaan apus, sediaan rentang, sediaan gosok, sediaan

maserasi, sediaan remas dan sediaan supravital. Sediaan irisan yaitu membuat

suatu irisan dengan tebal tertentu sehingga dapat diamati dibawah mikroskop.

Ada dua macam metode irisan yaitu metode irisan dengan menggunakan

tangan dan metode irisan dengan menggunakan mikrotom.

Darah merupakan bagian dalam sistem traspor yang ada disetiap

organisme yang berfungsi menghatarkan oksigen ke seluruh tubuh serta

membawah nutrisi-nutrisi yang diserap dari makanan melalui usus halus yang

disebarkan keseluruh tubuh. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan

yang mengandung sel-sel darah. Plasma darah terlarut berbagai macam zat

antara lain zat makanan, protein, zat sekresi dan gas. Plasma darah

mengandung serum yang berfungsi sebagai tempat pembentuk antibodi.

Komponen darah ada tiga yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah

putih) dan trombosit (keeping darah).

Vagina smear meruapakan metode yang digunakan untuk

mengidentifikasi fase siklus estrus yang sedang dialami oleh individu betina
dengan cara mengamati tipe sel dan proporsi masing-masing sel yang

ditemukan pada apusan. Fase estrus merupakan periode antara satu fase estrus

dengan fase berikutnya. Golongan hewan monoestrus (estrus sekali dalam

setahun), golongan poliestrus (estrus beberapa kali dalam setahun). Siklus

estrus dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu fase proestrus, estrus, metetrus

dan diestrus. Spermatogenesis adalah proses gametogenesis pada pria dengan

cara pembelahan meiosis dan mitosis. Spermatogenesis pada sperma biasa

terjadi ditubulus semeniferus sedangkan tempat menyimpan sperma sementara

terletak di epididymis. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan

praktikum Preparat Apusan (Smear Preparation).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana cara mengetahui pembuatan film darah tipis pada manusia dan

hewan untuk mempelajari korpuskula darah ?

b. Bagaimana cara mengetahui pembuatan apusan vagina?

c. Bagaimana cara mengetahui pembuatan apusan sperma?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagi berikut:

a. Untuk mengetahui cara pembuatan film darah tipis pada manusia dan hewan

untuk mempelajari korpuskula darah ?

b. Untuk mengetahui cara pembuatan apusan vagina.

c. Untuk mengetahui cara pembuatan apusan sperma.


D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada parakikum ini adalah sebagai

berikut:

a. Dapat mengetahui cara pembuatan film darah tipis pada manusia dan hewan

untuk mempelajari korpuskula darah.

b. Dapat mengetahui cara membuat apusan vagina.

c. Dapat mengetahui cara membuat apusan film.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Darah

Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah

mengangkat oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Drah juga

menyuplai tubuh dengan nurtisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan

mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan

mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Komponen darah di bagi

menjadi dua bagian besar yaitu korpuskula darah dan plasma darah.

Korpuskula darah berbagi menajdi eritrosit (sel darah merah) yang berfungsi

mengedarkan oksigen dan mengandung hemoglobin, trimbosit (keping-keping

darah berfungsi membantu proses pembekuan darah dan Leukosit (sel darah

putih ) berfungsi menjaga sistem kekebalan tubuh, membunuh bakteri atau

virus yang mencoba masuk ke dalam tubuh. Plasma darah adalah larutan air

yang mengandung albumin, bahan pembeku darah, hormone, berbagai jenis

protein dan berbagai jenis garam (Fitryadi, 2016).

B. Sediaan Apusan Darah

Sediaan apus darah tepi yang baik secara mikroskopis dan

makroskopis sangat penting dalam menilai keberhasilan pembuatan sediaan

apusan darah tepi. Secara makroskopis bentuk dan tampilan preparat, sediaan

kering yang tipis dan telah dipulas memungkinkan untuk mempelajari sel

darah. Eritrosit meliputi bentuk, warna dan ukuran, leukosit meliputi bentuk
dan jumlah sedangkan trombosit meliputi jumlah dan warna. Trombosit

merupakan salah satu komponen darah yang terdapat pada tubuh manusia yang

berperan penting dalam hemostatis. Trombosit berasal dari fragmentasi

sitoplasma megakariosit. Trombosit adalah sel darah yang tidak mempunyai

inti dengan ukuran diameter 1-4 mikrometer dan volumenya 7-8. (Anwar,

2018).

C. Pewarnaan Sediaan Darah

Pewarnaan sedian darah menggunakan pewarnaan giemsa. Pewarnaan

giemsa merupakan campuran antara larutan metilen blu dengan larutan eosin,

bila sediaan darah diwarnai dengan larutan tersebut sehingga terlihat eritrosit

berwarna merah muda, inti leukosit berwarna lembayung tua. Variasi kosentrai

giemsa yang masih dipakai di sarana kesehatan antra lain 5 % dengan lama

pewrnaan 45 menit, 10% dengan lama waktu 20-25 menit dan 20% dengan

lama waktu 15 menit. Larutan giemsa merupakan campuran dari eosin yang

berwarna merah, metilen biru yang berwarna biru dan metilen azur yang

berwarna ungu. Pewarnaa eosin berfungsi untuk memberi warna pada eritrosit.

Perpaduan antara eosin dan metilen azur berfungsi untuk memberi warna

merah pada inti sel parasit dan metilen biru berfungsi untuk memberi warna

pada sitoplasma sel (Puasa, 2017).

D. Preparat Apusan Vagina

Apusan vagina atau vagina smear adalah salah satu metode untuk

mengamati tipe sel dan proporsi masing-masing sel yang di temukan pada
apusan vagina. Siklus berahi terbagi menjadi 4 fase yaitu proestrus, estrus,

metetrus dan diestrus. Proestrus adalah fase persiapan. Fase ini biasanya

pendek, gejala yang terlihat berupa perubahan-perubahan tingka laku dan

perubahan alat kelamin bagian luar. Estrus adalah fase yang terpenting dalam

siklus berahi karena dalam fase ini hewan betina memperlihatkan yang khusus

untuk tiap-tiap jenis hewan. Metetrus adalah fase dalam siklus berahi yang

terjadi setelah estrus selesai dan Fase diestrus adalah fase yang terlama diantara

fase-fase yang terdapat dalam siklus berahi (Huda, 2017).

Metode yang digunakan dalam pembuatan apusan vagina adalah

metode oles dengan menggunakan cotton bud. Cotton bud dicelupkan kedalam

NaCl 0,9%, kemudian ujungnya dimasukkan kedalam lubang vagina mencit

dan diputar perlahan-lahan. Ujung cotton bud kemudian dioleskan pada objek

glass yang telah ditetesi larutan NaCL 0,9% lalu dibuat apusan tipis dan

merata. Preparat difiksasi dengan menggunakan alkoho 70%selama 5 menit,

lalu ditetesi dengan pewarna gemsa 5% dan dibiarkan selama dua menit agar

apusan vagina dapat terwarnai. Preparat selanjutnya dicuci dengan aquades

yang mengalir dan dikeringkan, setelah kering preparat diamati dibawah

mikroskop. Fase estrus hanya ditemukan pada sel epitel kornifikasi sedangkan

pada mencit (Mus muscullus) yang sedang dalam fase proestrus, metetrus dan

diestrus ditemukan sel epiel berinti dan leukosit (Sulastri, 2014).

E. Preparat Apusan Sperma

Morfologi sperma ada tiga yaitu kepala (capsul)leher (collum) dan ekor

(cauda). Kepala spermatozoa terdiri atas sel berinti padat dengan sedikit
sitoplasma dan lapisan membrane sel disekitar permukaannya. Bagian luar, dua

pertiga anterior terdapat selubung tebal disebut akrosom yang dibentuk oleh badan

golgi. Bagian leher spermatozoa merupakan bagian yang menghubungkan kepala

dan ekor. Eker spermatozoa yang disebut flagellum memiliki tiga komponen

utama yaitu rangka pusat, membrane sel, dan sekelompok mitokondria yang

terdapat pada proximal. Bagian ekor spermatozoa terdiri dari leher, pangkal, ekor

utama dan ujung ekor. Pada bagian pangkal terdapat mitokondria yang berfungsi

dalam metabolism spermatozoa untuk menghasilkan energy melalui proses

respirasi. Bagian ujung berfungsi sebagai alat mekanik untuk pergerakan

spermatozoa (Yulianto, 2013).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini di laksanakan pada hari Sabtu, 7 November 2020 pukul 7:30

WIB – selesai, bertempat di Laboratorium Unit Zoologi, Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan kegunaannya.


No Bahan Kegunaan
.
1 2 3
1 Darah manusia, mencit (Mus Sebagai objek pengamatam
musculus), dan tikus putih
(Rattus norvegicus)
2 Alkohol 70 % Untuk mensterilkan alat
3 NaCL 0,9 % Sebagai larutan fisiologis
4 Larutan pewarna giemsa 5 % Sebagai pewarna objek pengamatan
5 Klorofom Sebagai pembius tikus putih (Rattus
norvegicus)

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan kegunaan


No Alat Kegunaan
1 2 3
1 Mikroskop Untuk mengamati preparat apusan
2 Kaca objek Untuk media mengapus objek
3 Kaca penutup Untuk menutup kaca objek
4 Jarum Frankle Untuk menusuk jari agar darah keluar
5 Pipet tetes Untuk mengambil larutan
6 Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
7 Kamera Untuk mendokumentasikan
8 Cawan Petri Untuk meletakkan, mencampurkan dan
memecahkan organ
9 Gelas kimia Untuk wadah larutan saat dipanaskan
10 Batang pengaduk Untuk mengaduk larutan
11 Hot plate Untuk memanaskan larutan
12 Pisau dan Gunting bedah Untuk membedah objek pengamatan
13 Pingset Untuk mengambil organ
14 Jarum pentul Untuk merentangkan objek diatas papan bedah
15 Toples Untuk media pembius objek pengamatan
16 Cotton bud Untuk membuat apusan pada kaca objek

D. Prosedur Kerja

1. Preparat Apus Darah

Prosedur kerja pada pembuatan preparat apus darah adalah sebagai

berikut:

1. Membersihkan jari dengan alkohol 70%, kemudian mengambil sampel

darah dengan jarum frankle, sebelumnya mengurut jari agar darah mudah

keluar.

2. Meneteskan darah yang keluar pada tissue, lalu tetes beruikutnya pada

kaca objek.

3. Mengapus darah dengan menggunakan kaca objek lain dengan

membentuk sudut 45. Menarik kaca objek dengan kuat dan cepat hingga

terbentuk apusan yang tipis.

4. Mengeringkan film darah dan meneteskan larutan fiksasi menggunakan

alkohol absolut selama 30 menit.

5. Meneteskan larutan giemsa 3% dan membiarkannya selama 3 menit.

6. Membilas preparat dengan aquades dan mengeringkannya.

7. Mengamati apusan darah di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 X

0.25.
2. Preparat Apus Vagina

Prosedur kerja pada pembuatan preparat apus vagina adalah

sebagai berikut:

1. Memasukkan cotton bud ke dalam NaCl 0,9% yang sudah dipanaskan.

2. Memasukkan cotton bud tersebut ke dalam lubang vagina mencit (Mus

musculus) dan memutarnya secara perlahan – lahan.

3. Mengoleskan atau mengapus cotton bud pada kaca objek.

4. Meneteskan alcohol 70 % kemudian mengeringkannya di udara selama

5 menit.

5. Meneteskan giemsa 5% lalu keringkan 5 menit.

6. Mengamati apusan vagina di bawah mikroskop.

3. Preparat Apus Sperma

Prosedur kerja pada praktikum pembuatan apusan sperma adalah

sebagai berikut :

1. Memasukkan tikus putih (Rattus norvegicus) di dalam toples kemudian

membiusnya dengan menggunakan klorofom.

2. Meletakkan tikus putih (Rattus norvegicus) diatas papan bedah atau

sterofom dan menancapkan jarum pentul di bagian tangan dan kaki

dengan posisi terlentang.

3. Membedah tikus dengan hati-hati menggunakan gunting dan pisau

bedah.

4. Mengambil organ yang ingin di amati menggunakan pinset.


5. Memisahkan cauda epidedimis dan testis tikus putih (Rattus

norvegicus).

6. Meletakkan testis tikus putih (Rattus norvegicus) pada cawan petri.

7. Memanaskan 50 ml larutan NaCL 0.9% pada hot plate hingga

mencapai suhu 35⁰ C.

8. Menuangkan larutan NaCL 0.9% kedalam cawan petri yang berisi

testis tikus putih (Rattus norvegicus).

9. Menguraikan atau menghancurkan testis menggunakan pisau bedah

atau gunting bedah agar spermatozoanya dapat keluar.

10. Mengambil larutan NaCL 0.9% yang telah mengandung suspensi

spermatozoa dengan menggunakan pipet tetes.

11. Meneteskan larutan tersebut diatas kaca objek dan diamkan hingga

kering.

12. Meneteskan alkohol kedalam kaca objek tersebut kemudian

keringkan.

13. Meneteskan larutan giemsa kedalam kaca objek tersebut hingga

kering.

14. Bilas preparat menggunakan alkohol kemudian keringkan.

15. Amati preparat di bawah mikroskop dengan perbesaran 10×10.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Apusan Darah

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Apusan Darah


No Gambar Keterangan
. Pengamatan Literatur
1 2 3 4
1
1. Eritrosit
1
2. Neutrofil
3. Monosit
2 4. Limfosit
3
4

(Syaifudin, 2018)

Pembahasan

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup yang

berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan

tubuh mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabilisme dan juga sebagai

pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Pengamatan pada apusan darah

yang menggunakan darah manusia. Pembuatan apusan darah, mesterikan

tangan menggunakan alcohol kemudian megambil sampel darah dan

diteteskan diatas kaca objek pada tetesan ketiga, setelah itu darah tersebut

digeser dengan menggunakan kaca objek lain agar terbentuk film darah yang
tipis dan rata, di fiksasi dengan alkohol dan dikeringkan beberapa menit lalu

memberikan pewarnaan kemudian diamati dibawah mikroskop.

Hasil pengamatan bahwa apusan darah ditandai dengan adanya

Eritrosit, Neutrofit, Monosit dan Limfosit. Neutrofit adalah bagian sel darah

putih dari kelompok granulosit bersama dengan dua sel granulosit lain yaitu

eosinofit dan basofit yang mempunyai granula pada sitoplasma. Monosit

berfungsi mencerna sel-sel mati atau yang rusak dan memberikan perlawanaan

imunologis terhadap berbagai organisme penyebab infeksi dan Limfosit

berfungsi memberikan perlindungan terhadap infeksi virus dan bisa

menemukan dan merusak beberapa sel kanker dan membentuk sel-sel yang

menghasilkan antibody atau sel plasma.

B. Hasil Pengamatan Apusan Vagina Mencit (Mus musculus)

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Apusan Vagina Mencit (Mus musculus)

No. Gambar Keterangan


Pengamatan Literatur
1 2 3 4
1
1. Epitel berinti
1 2 2. Sel Epitel
Menanduk

2
Fase estrus
(Busman, 2013)
Pembahasan

Apusan vagina merupakan salah satu metode untuk mengamati tipe sel

dan proporsi masin-masing sel yang ditemukan pada apusan vagina.

Pengamatan pada apusan vagina menggunakan mencit (Mus muscullus).

Mengambil apusan vagina dengan menggunakan cotton bud yang sudah

dioleskan NaCl 0,9 %, memasukan cotton bud ke dalam lubang vagina mencit

dan diputar secara perlahan lalu diapus diatas kaca objek dan diberi pewarnaan

kemudian diamati dibawah mikroskop.

Hasil Pengamatan menunjukan bahwa mencit (Mus muscullus) berada

difase estrus. Fase estrus adalah perubahan sisiologis yang terjadi secara

berkala pada mamalia betina. Periode estrus adalah masa puncak keinginan

untuk kawin ditandai manifestasi birahi secara fisik. Hal ini ditandai dengan

adanya leukosit, epitel berinti dan sel kornifikasi dimana leukosit adalah sel

darah putih yang berfungsi sebagai sistem imun. Sel kornifikasi adalah sel

epitel superfisial yang mengalami dekuamasi ke lumen vagina. Menurut

(Ahmad, 2009) Pada apusan vagina akan terlihat banyak sel epitel berinti dan

sel leukosit. Uterus terdapat banyak mucus, kelenjar menciut dan tidak aktif,

ukuran uterus kesci dan terdapat banyak lendir. Perubahan struktur epitel

penyusun dinding vagina merupakan hasil regulasi hormone reproduksi yang

terjadi selama satu siklus estrus terutama hormone estrogen. Mencit yang

mengalami fase estrus pada preparat apusan vagina terlihat bayak sel epitel

yang mengalami kornifikasi (sel epitel menanduk).


C. Hasil Pengamatan Apusan Sperma Tikus (Rattus norvegicus)

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Apusan Sperma Tikus Putih (Rattus norvegicus)


No Gambar Keterangan
. Pengamatan Literatur
1 2 3 4
1
1 (S 1. Kepala
1 ud (capsul)
atr 2. Leher
2 i, (Collum)
3. Ekor
(Cauda)
3

2019)

Pembahasan

Metode smear adalah metode pembuatan preparat dengan cara mengoles

atau membuat selaput tipis dari cairan atau bukan cairan diatas kaca objek.

Metode ini digunkana untuk pembuatan preparat smear spermatozoa. Sel

sperma atau spermatozoa adalah sel dari sistem reproduksi laki-laki.

Fungsinya untuk menghantarkan material genetis jantan ke betina dan

mengaktifkan program perkembangan telur. Pengamatan yang terakhir yaitu

pada apusan sperma tikus putih (Rattus norvegicus). Meneteskan satu tetes

suspansi spermatozoa diatas kaca perarat lalu difiksai dengan etanol dan

ditambahkan pewarna giemsa kemudian diamati dibawah mikriskop.

Hasil pengamatan pada tikus putih (Rattus norvegicus) ada tiga

morfologi sperma yaitu kepala (capsul), leher (collum) dan ekor (cauda).

Kepala sperma pada tikus putih (Rattus norvegicus) memiliki ciri morfologi
yang seperti bulan sabit, bagian ujungnya terdapat struktur menyerupai

pengait. Kepala sperma berisi inti, dua pertiga bagian inti diselimuti tutup

akrosom, jika terjadi pembuahan maka tutup akrosom pecah dari akrosomnya

keluar enzim-enzim yang terpenting ialah hialurodinase dan protease mirip

tripsin. Leher (collum) adalah tempat pesambungan ekor dan kepala.

Persambungan itu berbentuk semacam sendi peluruh pada rangka, dalam leher

pula terdapat sentriol. Badan mengandung filament poros. Mitokondria dan

sentriol belakang berbentuk cincin dan ekor sperma pada tikus putih (Rattus

novergicus) memilki morfologi yang berukuran lebih panjang daripada bagian

leher maupun kepala. Ekor (cauda) dibedakan atas tiga bagian yaitu bagian

tengah, bagian utama dan bagian ujung. Pada bagian tengah ekor di sebuah

luar serat padat, ada cincin mitokondria yang tersusun rapat dengan arah

spiral. Pada bagian utama di sebuah luar serat padat, tadak ada cincin

mitokindria tetapi digantikan oleh seludung serat. Seludung ini tipis dan

berbentuk tulang rusuk, sedang dibagian tengah atas-bawah menebal

menonjol.

V. PENUTUP
A. Simpulan

Simpulan yang dapat di tarik dari pada paraktikum ini adalah sebagai

berikut :

a. Pembuatan preparat apusan darah ini menggunkan metode yang disebut

metode oles yang merupakan suatu sedian dengan jalan mengoles atau

membuat selaput (film). Film darah dapat diwarnai dengan berbagai macam

metode, metode pewarnaan ini banyak digunakan untuk mempelajari

morfologi sel darah.

b. Korpuskula darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit) yang mengandung

hemoglobin dan mengedarkan oksigen dan juga berperan dalam penentuan

golongan darah, keping-keping darah (trombosit) yang bertanggung jawab

dalam proses pembekuan darah dan yang terakhir sel darah putih (leukosit)

yang bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh.

c. Apusan vagina atau vagina merupakan salah satu metode untuk mengamati

tipe sel dan proporsi masing-masing sel yang ditemukan pada apusan

vagina. Hasil yang didapatkan pada pengamatan yaitu dapat menentukan

fase yang sedang dialami hewan betina tersebut.

d. Sperma pada hewan adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan

dan bertugas membawah informasi genetika jantan ke sel telur dalam tubuh

betina.

B. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk asisten, agar selalu semangat membimbing praktikannya dengan baik

walaupun tidak bertatap muka secara langsung.

2. Untuk praktikan, agar selalu mendengarkan apa yang dikatakan oleh asisten.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, A, Y dan Nurhamsiah., 2018, Penentuan Kriteria Penilaian Kesan Jumlah
Trombosit Pada Pemeriksaan Apusan Darah Tepi, Jurnal Kesehatan
Panrita Nusada, 3(2): 95
Fitryadi, K dan Sutikno., 2016, Pengenalan Jenis Golongan Darah Menggunakan
Jaringan Syaraf Tiruan Perceptron, Jurnal Masyarakat Informatika, 7(1):
1-2
Huda, N, K., Sumarmin, R dan Ahda, Y., 2017, Pengaruh Ekstrak Sambiloto
(Adrographis paniculata Nees) Terhadap Siklus Estrus Mencit (Mus
muscullus L. Swiss Webster), 18(2):71
Puasa, R., 2017, Studi Perbandingan Jumlah Parasit Malaria Menggunakan
Variasi Waktu Pewarnaan Pada Kosentrasi Giemsa 3% Di Laboratorium
Rsud Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate, Jurnal Riset Kesehatan, 6(2): 24-27
Sulastri, S., Wiratmini, N, I dan Suriani, N, L., 2014, Panjang Siklus Estrus
Mencit (Mus muscullus L.) Yang Diberi Pemanis Buatan Aspartam Secara
Oral, Jurnal Biologi, 18(2): 69-72
Yulianto, R, T., 2013. Pengaruh Vitamin E Terhadap Kualitas Sperma Tikus Putih
Yang Dipapar Timbal. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Semarang. Dra. Wiwi Isnaeni, MS dan Dr. drh. R. Susanti, MP.

Anda mungkin juga menyukai