Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK


(PREPARASI OOSIT)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat KelulusanMata


Kuliah Teknologi Reproduksi Ternak Pada Jurusan Ilmu
PeternakanFakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar

Oleh:

EGIT KALSUM
60700119092

LABORATORIUM PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reproduksi merupakan aktivitas yang penting bagi keberlangsungan hidup

suatu spesies. Aktivitas reproduksi dapat berhadapan dengan kendala yang

menyebabkan prosesnya terganggu antara lain akibat ikut campur tangan manusia

pada suatu populasi spesies dan kematian mendadak pada hewan langka yang

menyebabkan berkurangnya jumlah populasi suatu spesies hewan tertentu

(Nurlaila S.P, 2020).

Hal teknis dalam manajemen pemeliharaan ternak seperti penanganan

reproduksi penting untuk diketahui karena sangat berpengaruh terhadap

produktivitas ternak yang dibudidayakan. Beberapa hal terkait yang sangat

mempengaruhi tinggi rendahnya reproduksi ternak diantaranya yaitu: umur

puberitas, angka kebuntingan (conception rate), jarak antar kelahiran (calving

interval), jarak waktu antara melahirkan sampai bunting kembali (service

periode), angka kawin per buntingan (service per conception), angka kelahiran

(calving rate), serta lama kebuntingan (Aikal P dkk., 2018).

Berbagai faktor yang mempengaruhi fertilisasi, merupakan hal yang

esensial dalam upaya mengoptimalkan perfomans reproduksi. Kurang lebih 95%

efisiensi reproduksi ditentukan oleh fakot-faktor non genetis, hal ini artinya

kegagalan reproduksi banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan manajemen

(Dwatmadji dkk,. 2017).


Ovarium merupakan salah satu bagian dari organ reproduksi betina yang

berfungsi utama dalam diferensiasi dan pelepasan sel telur (oosit) matang dalam

tiap siklus untuk proses fertilisasi. Ovarium berfungsi sebagai penghasil hormon

steroid yang berguna dalam pembentukan karakteristik seksual sekunder dan

tahap proses kebuntingan (Arie F & Pamungkas 2017).

Oosit adalah sel gamet betina yang jika telah mengalami pematangan dan

terjadi fertilisasi dengan sel gamet jantan (spermatozoa) selanjutnya akan

berkembang menjadi embrio dan dalam keadaan yang normal makan akan dapat

berkembang menjadi individu baru perkembangan oosit terjadi di dalam folikel

dan selama perkembangannya folikel juga akan mengalami perkembangan yang

dikenal dengan folikugenesis. Tahap perkembangan folikel diawali dengan

terbentuknya folikel primordial hingga terbentuk folikel matang dan oosit akan

memasuki tahap ovulasi. Folikugenesis juga diikuti dengan oogenesis yaitu

proses pertumbuhan dan pematangan oosit yang terdiri dari tiga tahapan proses

yaitu proliferasi, pertumbuhan dan pematangan (Arie F & Pamungkas 2017).

Adapun ayat yang berkaitan dengan praktikum ini adalah Q.S An-Nahl/6

sebagaimana firman-Nya

       

Terjemahannya:
“dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu

membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat

penggembalaan”

Makna yang tersirat dalam kutipan surat An-Nahl ayat 6 dapat dilihat

Allah swt menjelaskan bahwa manusia memperoleh kepuasan batin dan

pemandangan yang indah pada binatang ternak ketika mereka melepas dan

menggiringnya di pagi hari menuju tempat penggembalaan. Perasaan yang sama

juga dirasakan pada sore hari ketika ternak itu kembali ke kandangnya. Keindahan

yang diperoleh manusia dari binatang ternak itu termasuk nikmat Allah yang

diberikan kepada hamba-Nya.

(Dan kalian memperoleh pandangan yang indah padanya) yakni sebagai

perhiasan kalian (ketika kalian membawanya kembali ke kandang) ketika kalian

menggiringnya kembali ke kandangnya di waktu sore hari (dan ketika kalian

melepaskannya ke tempat penggembalan) kalian mengeluarkannya dari

kandangnya menuju ke tempat penggembalaan di waktu pagi hari (tafsir.learn-

quran.co).

Berdasarkan hal tersebut maka praktikum Ilmu Teknologi Reproduksi

perlu dilakukan untuk mengetahui tentang proses preparasiOosit dan morfologi

dari Oosit dengan metode aspirasi dan Slicing (penyayatan).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan ini yaitu untuk mengetahui tentang

proses preparasi oosit dan morfologi dari oosit?

C. Tujun Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui tentang proses

preparasi oosit dan morfologi dari oosit!

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Integrasi

1. Fertilisasi

Fertilisasi adalah proses penyatuan ovum (sel telur) dengan spermatozoa,

dimana proses ini merupakan tahap awak pembentukan embrio.Sebagaimana

firman Allah swt dalam QS. Al-Insan ayat 2 :

      


   
Terjemhannya:

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang

bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena

itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat”

Penjelasan mengenai keterkaitan ayat ini adalah ayat ini menerangkan

unsur-unsur penciptaan manusia, yaitu bahea manusia diciptakan dari sperma

(nuthfah) laki-laki dan ovum perempuan yang bercampur.Kedua unsur itu berasal

dari sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan dan keluar secara berpancaran.

Tafsir QS Al-Insan ayat 2 adalah proses awal penciptaan manusia

ditegaskan pada ayat ini. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes

mani yang bercampur yaitu dari sperma laki-laki dan indung telur perempuan

yang tujuan utamanya Kami hendak mengujinya dengan berbagai perintah dan

larangan, karena itu Kami jadikan dia mendengar dengan telinganya dan melihat

dengan matanya.
Proses fertilisasi, perkembangan embrio, hingga akhirnya memiliki sel

manusia lengkap yang menjadi organ tentunya juga dijelaskan dalam hadist.

Selain menciptakan, Allah SWT juga menentukan jenis kelamin, ajal, dan rezeki

janin yang akan lahir.

Demi zat yang tida Ilah kecuali Dia, sesungguhnya setiap kalian ada yang

melaksanakan perbuatan ahli surge sehingga jarak antara dirinya dan surge

hanyalah sehasta, namun dia telah didahului oleh al kitab (ketetapan/takdir), maka

dia mengerjakan perbuatan ahli neraka, lalu dia masuk ke dalamnya. Di antara

kalian ada yang mengejarkan perbuatan ahlin naar (penduduk neraka), sehinga

jarak antara dirinya dan neraka Cuma sehasta, namun dia telah didahului oleh

taqdirnya, lalu dia mengerjakan perbuatan ahli surge, lalu dia memasukinya.“(HR

Bukhari Muslim).

B. Oosit

Oosit adalah sel gamet betina yang jika telah mengalami pematangan dan

terjadi fertilisasi dengan sel gamet jantan (spermatozoa) selanjutnya akan

berkembang menjadi embrio dan dalam keadaan yang normal makan akan dapat

berkembang menjadi individu baru perkembangan oosit terjadi di dalam folikel

dan selama perkembangannya folikel juga akan mengalami perkembangan yang

dikenal dengan folikugenesis. Tahap perkembangan folikel diawali dengan

terbentuknya folikel primordial hingga terbentuk folikel matang dan oosit akan

memasuki tahap ovulasi. Folikugenesis juga diikuti dengan oogenesis yaitu

proses pertumbuhan dan pematangan oosit yang terdiri dari tiga tahapan proses

yaitu proliferasi, pertumbuhan dan pematangan (Arie F & Pamungkas 2017).


Beberapa faktor yang dapat memengaruhi jumlah oosit yang diperoleh

yaitu suhu dan lama waktu penyimpanan ovarium serta kualitas dan ukuran

folikel.Beberapa faktor yang dapat memengaruhi kualitas oosit adalah umur, jenis

hewan, siklus etrus, morfologi ovarium, kondisi tubuh dan nutrisi, status

reproduksi, faktor genetik dan faktor lingkungan.Penurunan kualitas oosit

kemungkinan juga dapat disebabkan oleh lamanya waktu transportasi ovarium

dari RPH. Jumlah oosit yang berkualitas akan berpengaruh terhadap presentase

keberhasilan proses fertilisasi. Semakin banyak jumlah oosit yang berkualitas,

maka semakin banyak presentasi hasil fertilisasi (Handarini R 2014).

Oogenesis pada mamalia mempuyai tujuan utama untuk memproduksi

oosit yang bias difertilisasi. Pada ovarium lebih dari 99% oosit mengalami proses

degenerasi yang dikenal sebagai atresia. Pada umunya untuk bias menghasilkan

kebuntingan yang normal, oosit harus mampu berkembang untuk memenuhi

persayaratan dasar yaitu terjadinya meiosis lengkap hingga mencapai metaphase 2

(maturasi inti), mampu fertilisasi dan embriogenesis (Ciptadi, G., dkk, 2011).

Folikulogenesis juga diikuti dengan oogenesis yaitu proses pertumbuhan

dan pematangan oosit yang terdiri dari tiga tahapan proses yaitu proliferasi,

pertumbuhan dan pematangan. Mitosis akan terjadi pada tahap prolifrasi, terjadi

diferensiasi dari oogonia menjadi oosit primer dan pada tahap ini telah terlihat

jelas adanya membrane inti yang utuh. Selanjutnya, oosit akan memasuki tahap

pertumbuhan yang ditandai oleh peningkatan diameter dan pertambahan ukuran

organel-organel sel, lalu melalui tahapan akhir yaitu pematangan yang ditandai

dengan beberapa proses perkembangan inti oosit (Arie F & Pamungkas 2017).
Perkembangan oosit terjadi di dalam folikel dan selama perkembangannya

folikel juga akan mengalami perkembangan yang dikenal dengan folikulogenesis.

Tahap perkembangan folikel diawali dengan terbentuknya folikel primordial

hingga terbentuk folikel matang dan oosit akan memasuki tahap ovulasi (Li &

Chian 2017).

Perkembangan folikel dominan ovarium terjadi dalam bentuk 2 atau 3

gelombang folikel dalam satu siklus estrus sehingga folikel-folikel kecil atau

besar, berkembang atau regresi dapat dijumpai dalam ovarium pada setiap siklus

estrus. Corpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat menghambat

pertumbuhan folikel dominan mencapai ovulasi sehingga akan mengurangi

pengaruh negative dari inhibin dan estradiol yang dihasilkan oleh folikel dominan

dalam menghambat pertumbuhan folikel suordinat, sehingga folikel subordinat

yang tumbuh menjadi lebih banyak pada pasangan ovarium yang memiliki corpus

luteum dari pada ovarium yang memiliki folikel dominan (Victor Lenda, 2015).

C. Preparasi Oosit

1. Koleksi Oosit Teknik Aspirasi

Teknik aspirasi merupakan salah satu metode dalam koleksi oosit pada

ternak.Teknik aspirasi yaitu dilakukan dengan memanfaatkan tampilan

folikel.Teknik aspirasi menggunakan syringe steril 5 ml, ukuran jarumnya 18-22

gauge dan berisi 2 ml medium koleksi, folikel pada ovarium ditusuk dan disedot

cairan folikelnya.Kemudian cairan tersebut ditempatkan pada cawan petri.Hasil

sedotan di evaluasi di bawah mikroskop(Febretrisiana dan Pamungkas, 2017).


Pengambilan oosit dengan cara aspirasi menggunakan berbagai peralalatan

(pipet, syringe dan jarum, jarum aspirasi di bawah vacum pressure) adalah cara

yang paling sering dilakukan pada ovarium sapi yang telah dipotong. Kekurangan

dari metode ini adalah bahwa oosit yang dikoleksi dari sekali ambil dengan

penusukan jarum hanyalah 30-60%.Folikel Sapi (2-8 mm) biasanya diaspirasi

dengan 18-22 g dan 3-20 syringe atau dengan 16-19 g jarum ditahan pada vacuum

pump pada tekanan 75-100 mmHg (Damayanti E, 2019).

2. Koleksi Oosit Teknik Slicing

Teknik penyayatan (slicing).Ovarium ditempatkan pada cawan petri yang

telah diberi 5 ml medium koleksi dan ovarium ditahan menggunakan

pinset.Kemudian folikel yang tampak pada permukaan ovarium disayat dengan

menggunakan bantuan pisau scalpel (scalpel blade). Cairan folikel akan mengalir

dan bersamaan dengan cairan tersebut oosit juga akan keluar dan dapat dikoleksi

dengan pengamatan di bawah mikroskop. Sayatan pada teknik ini perlu

diperhatikan agar tidak mengenai pembuluh darah karena medium menjadi keruh

dan menyulitkan proses koleksi oosit saat dievaluasi di bawah mikroskop (Hoque

et al. 2011).

Teknik slicing ini dapat dilakukan pada ovarium setelah dilakukan aspirasi

atau tidak.Penggunaan slicing setelah aspirasi meningkatkan hasil yang didapat

dari aspirasi dan juga metode ini memberikan hasil yang lebih baik.Waktu yang

digunakan untuk slicing adalah 3 kali lebih lama dari aspirasi.Jumlah oosit yang

diambil dan jumlah blastosis yang dihasilkan dengan pengambilan oosit secara
slicing memberikan hasil 2 kali lipat daripada dengan aspirasi (Damayanti E,

2019).

Teknik slicing dapat menghasilkan jumlah oosit lebih banyak dengan

kualitas baik, kemungkinan karena oosit tidak hanya dapat dikoleksi dari folikel

yang berada di permukaan ovarium akan tetapi hingga bagian dalam dari cortical

stroma. Selain teknik koleksi oosit, umur ternak, skor kondisi tubuh, siklus

reproduksi pada saat hewan tersebut dipotong dan ukuran serta fungsi folikel juga

berpengaruh (Arie F & Pamungkas 2017).

D. Morfologi Oosit

Morfologi oosit dengan kumulus yang kompleks berkaitan dengan

perannya pada proses pematangan oosit in vitro. Semakin banyak lapisan pada

oosit maka semakin baik.

Diameter oosit diukur menggunakan micrometer eyepiece, dan morfologi

oosit dikategorikan atas 4 kelompok seperti yang diklasifikasikan oleh

(Hermilinda P 2014), yaitu:

Kategori A: Complete, terdapat sel-sel kumulus oophorus, terdiri lebih dari 3

lapisan tebal (5 lapisan), oosit kelihatan kompak.

Kategori B: Expanded, terdapat sel

-sel kumulus oophorus, terdiri dari 3-5 lapisan tebal, dengan salah satu bagian

tidak utuh.

Kategori C: Partial, terdapat hanya 2 lapisan sel-sel kumulus oophorus.


Kategori D: Nude, tidak ada sel-sel yang mengelilingi oosit, oosit hanya

dikelilingi zona pellucida secara merata.

Berdasarkan morfologi oosit tersebut, maka oosit dikelompokkan lagi

menjadi:

1. Oosit kategori baik, yakni oosit dengan morfologi complete dan expanded.

2. Oosit kategori sedang, yakni oosit dengan morfologi partial.

3. Oosit kategori buruk, yakni oosit dengan morfologi nude.

Morfologi yang ideal dari oosit setelah dimaturasi secara in vitro adalah

mempunyai sel-sel kumulus yang melebar dan cerah (Handarini R 2014).

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu, pada hari jumat,

03 Desember 2021, pukul 13.30-15.00 WITA dan bertempat di Laboratorium

Peternakan, Jurusan Ilmu Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, cawan

petri,Dissecting Forceps, gelas kimia,mikroskop, penuntun, ponsel, Scalpel dan

Spoit.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalahlarutan NaCl (Natrium

Clorida) dan Ovarium sapi betina.

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Metode aspirasi (hisap)

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Ambil ovarium

c. Lalu ambil larutan NaCl 1 ml dengan spoid kemudian disuntikkan

kedalam ovarium, kemudian disedot kembali agar tercampur, setelah

tercampur masukkan ke dalam cawan petri

d. Kemudian amati dengan menggunakan mikroskop, apakah termasuk

grade a, b, c atau d

2. Metode slicing

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Tuangkan NaCl secukupnya ke dalam cawan petri

c. Ambil ovarium lalu simpan ke dalam cawan petri yang telah diberi

larutan NaCl
d. Lalu ovarium di iris sampai halus lalu tambahkan larutan NaCl,

ovarium diiris dengan menggunakan scalpel

e. Setelah ovarium halus, lalu pindahkan ke cawan petri yang lain

f. Kemudian ambil sisa air ovarium yang halus, kemudian pindahkan ke

cawan petri yang kecil

g. Lalu amati menggunakan mikroskop sampai mendapatkan hasil

grade/kelas pada oosit.

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan preparasi oosit yang telah dilakukan dalam praktikum

dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 1.Hasil Pengamatan Morfologi Oosit


Grade Oosit Gambar Keterangan
Grade C 1 1. Sel folikel Corona
2 Radiaka
2. Inti sel/nukleus
3. Sitoplasma

Sumber: Laboratorium Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan


Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2021.

B. Pembahasan
Teknik aspirasi pada koleksi oosit adalah teknik pengambilan oosit dengan

caramenggunakan berbagai peralatan seperti pipet, syrinxdan jarum. Menurut

Febretrisiana dan Pamungkas(2017), teknik aspirasi merupakan salah satu metode

dalam koleksi oosit pada ternak.Teknik aspirasi yaitu dilakukan dengan

memanfaatkan tampilan folikel.Teknik aspirasi menggunakan syringe steril 5 ml,

ukuran jarumnya 18-22 gauge dan berisi 2 ml medium koleksi, folikel pada

ovarium ditusuk dan disedot cairan folikelnya.Kemudian cairan tersebut

ditempatkan pada cawan petri.Hasil sedotan di evaluasi di bawah mikroskop.

Teknik lain yang digunakan dalam koleksi oosit adalah penyayatan

(slicing). Ovarium ditempatkan pada cawan petri yang telah diberi 5 ml medium

koleksi dan ovarium ditahan menggunakan pinset.Kemudian folikel yang tampak

pada permukaan ovarium disayat dengan menggunakan bantuan pisau scalpel

(scalpel blade). Cairan folikel akan mengalir dan bersamaan dengan cairan

tersebut oosit juga akan keluar dan dapat dikoleksi dengan pengamatan di bawah

mikroskop. Sayatan pada teknik ini perlu diperhatikan agar tidak mengenai

pembuluh darah karena medium menjadi keruh dan menyulitkan proses koleksi

oosit saat dievaluasi di bawah mikroskop. Teknik lain menggunakan puncture,

dilakukan dengan menusuk bagian folikel yang terlihat pada permukaan ovarium

dengan bantuan jarum berukuran 18 gauge. Menurut Damayanti E(2019) bahwa

teknik slicing ini dapat dilakukan pada ovarium setelah dilakukan aspirasi atau

tidak.Penggunaan slicing setelah aspirasi meningkatkan hasil yang didapat dari

aspirasi dan juga metode ini memberikan hasil yang lebih baik.Waktu yang

digunakan untuk slicing adalah 3 kali lebih lama dari aspirasi.Jumlah oosit yang
diambil dan jumlah blastosis yang dihasilkan dengan pengambilan oosit secara

slicing memberikan hasil 2 kali lipat daripada dengan aspirasi.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini dengan

menggunakan metode aspirasi di peroleh hasil grade C karena oositnya tidak

beraturan, culumusnya tidak kompak, tidak melindungi inti sel, lapisannya sedikit

dan tidak terdapat polar body. Grade ini terdiri dari beberapa bagian antara lainsel

folikel Corona Radiaka, inti sel/nukleus dan sitoplasma, sitoplasma memiliki

fungsi sebagai penopang berbagai organel yang cukup penting.Hal ini sesuai

dengan pendapat, Arie F & Pamungkas 2017 yang mengatakan bahwa koleksi

oosit dengan menggunakan teknik aspirasi dilakukan dengan pemanfaatan

tampilan gambaran folikel yang tampak pada permukaan ovarium.Hasil yang

didapat adalah grade C yang mana oosit dengan kategori kurang baik yang

ditandai dengan oosit yang kurang seragam dan warna sitoplasma lebih transparan

dan tidak merata, korona radiate dan sel-sel kumulus yang mengelilingi oosit tidak

merata dan terlihat tidak kompak.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Saran saya pada praktikum ini yaitu agar bahan dan alat yang digunakan

lengkap sehingga pada saat melakukan praktikum semua metode dapat dilakukan

dalam penelitian preparasi oosit.


DAFTAR PUSTAKA

Lomboan, A., Paath, J. F., & Rimbing, S. C. (2017). Penampilan reproduksi


ternak sapi potong di Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara. ZOOTEC, 38(1), 102-113.

Febretrisiana, A., & Pamungkas, F. A. Pemanfaatan Ovarium yang Berasal dari


Rumah Potong Hewan sebagai Sumber Materi Genetik.Wartazoa,
27(4), 159-166.

Ciptadi, G., Siswanto, B., Rahayu, S., Fadli, M. F., & Humaidah, N. (2011).
REVIEW FISIBILITAS KULTUR ANTHRAL FOLIKEL SEBAGAI
SUMBER SEL OOSIT IN VITRO KAMBING DARI PRODUK
SAMPING RUMAH POTONG HEWAN. TERNAK TROPIKA
Journal of Tropical Animal Production, 12(2), 83-90.

Dwatmadji, D., Suteky, T., & Sutrisno, E. (2017). Manajemen reproduksi dan
pakan untuk meningkatkan performans ternak di desa tugu rejo-
kabawetan, kepahiang bengkulu. Dharma Raflesia: Jurnal Ilmiah
Pengembangan dan Penerapan IPTEKS, 15(1).

Parera, H. (2014). Pengaruh Ukuran Ovarium Dan Diameter Oosit Terhadap


Kualitas Morfologi Oosit Sapi Bali-Timor Yang Dikoleksi Secara In
Vitro. Jurnal Kajian Veteriner, 2(2), 143-150.

Handarini, R., Hardiansyah, D., & Sudrajat, D. (2014). Kualitas oosit dari
ovarium sapi peranakan ongole (PO) pada fase folikuler dan
luteal. PEMBANGUNAN PETERNAKAN INDONESIA BERBASIS
RISET INOVATIF, 14.

Hoque, S. M., Kabiraj, S. K., Khandoker, M. Y., Mondai, A., & Tareq, K. M. A.
(2011). Effect of collection techniques on cumulus oocyte complexes
(COCs) recovery, in vitro maturation and fertilization of goat
oocytes. African Journal of Biotechnology, 10(45), 9177-9181.
Li, H., & Chian, R. (2017). Development of in vitro maturation for human:
Follicular development and oocyte growth oocytes. Gewerbestrasse
(Switzerland): Springer International Publishing AG.

Palenga, N. S. (2020). PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT HASIL


AUTOTRANSPLANTASI HETEROTOPIK OVARIUM MENCIT
(Mus musculus albinus). PARA PARA. Jurnal Ilmu Peternakan, 1(2),
12-25.

Parera, H., & Lenda, V. (2015). Pengaruh corpus luteum dan folikel dominan

terhadap kualitas morfologi oosit sapi bali-timor. Jurnal Kajian

Veteriner, 3(1), 63-70.

Anda mungkin juga menyukai