Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK


(PREPARASI OOSIT)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata


Kuliah Teknologi Reproduksi Ternak Pada Jurusan Ilmu
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar

Oleh:

WAHYUNI ANITA FITRIA


60700119083

LABORATORIUM PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini Indonesia mengalami permintaan daging yang terus

meningkat dan pemotongan sapi betina produkif telah banyak dilakukan untuk

memenuhi konsumsi daging. Menurut data Ditjen Peternakan dan Kesehatan

Hewan tahun 2019, terdapat data konsumsi daging sapi pada tahun 2018 sebesar

2,3 kg kapita/tahun kemudian pada tahun 2019 naik menjadi 2,56 kg/kapita.

Menurut angka prognosa konsumsi daging sapi mencapai 2,53 kg/kapita.

Kebutuhan daging sapi nasional jika tingkat konsumsi sebesar 2,66 kg/kapita

adalah sebesar 717,15 ribu ton. Maka dari itu untuk mengatasi masalah tersebut

perlu adanya inovasi dibidang teknologi reproduksi populasi sapi yang ada di

Indonesia dapat terus meningkat.

Ovarium sapi yang berasal dari rumah potong hewan (RPH) sesaat setelah

pemotongan dapat dimanfaatkan sebagai sumber oosit untuk keperluan in vitro

maturasi sehingga dapat memudahkan In vitro fertilisasi. Namun, keberhasilan in

vitro fertilisasi sampai ke tahap blastosist sangat tergantung pada suplemen yang

digunakan dalam media maturasi In vitro. Pada ternak betina terdapat ovarium

yang mengandung oosit. Oosit adalah sel gamet betina yang mengalami

pematangan dan telah terjadi fertilisasi dengan sel gamet jantan atau spermatozoa

kemudian akan berkembang menjadi embrio dan dalam keadaan yang normal

maka akan dapat berkembang menjadi individu baru.


Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Mu’minun/23:21 sebagai firman-

Nya yaitu:

         


      
Terjemahannya:
Dan Sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar
terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu
dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang
ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian
daripadanya kamu makan.
Berdasarkan tafsir Al-Muyassar QS. Al-Mu’minun/23:21 yaitu dan

sesungguhnya bagi kalian (wahai sekalian manusia) benar-benar ada pelajaran

baik dalam unta, sapi dan kambing yang dapat kalian petik melalui penciptaanya.

Kami memberikan minum kepada kalian dari cairan susu yang ada dalam

perutnya. Dan kalian pun memperoleh manfaat-manfaat yang lain darinya berupa

bulu domba,kulit dan lain-lain, dan sebagian darinya kalian makan.

Adapun makna yang terkandung dalam surat Al Mukminuun ayat 21 dapat

dilihat betapa pentingnya peran hewan ternak dalam kehidupan manusia. Betapa

tidak, produk utama ternak (susu, daging, telur dan madu) merupakan bahan

pangan hewani yang memiliki gizi tinggi dan dibutuhkan manusia untuk hkkidup

sehat, cerdas, kreatif dan produktif. Selain itu, ternak merupakan sumber

pendapatan, sebagai tabungan hidup (tabungan untuk membiaya sekolah dan

untuk naik haji), sebagai tenaga kerja pengolah lahan, alat transportasi, penghasil

biogas, pupuk organik dan sebagai hewan kesayangan. Selain itu, ternak juga

bermanfaat dalam ritual keagamaan, seperti dalam pelaksanaan ibadah qurban,

menunaikan zakat (zakat binatang ternak) dan sebagai dam pada saat melakukan

ibadah haji.
Ovarium merupakan salah satu bagian dari organ reproduksi betina yang

berfungsi utama dalam diferensiasi dan pelepasan sel telur (oosit) matang dalam

tiap siklus untuk proses fertilisasi. Selain itu, ovarium berfungsi sebagai penghasil

hormon Steroid yang berguna dalam pembentukan karakteristik seksual sekunder

dan tahap proses kebuntingan. Organ ini merupakan gabungan dari sistem yang

terorganisir yang terdiri atas sel Germ yaitu sel telur dan sel somatik yang

meliputi sel Granulosa, teka dan Stroma yang saling berinteraksi dalam

pematangan sel telur, ovulasi serta pembentukan Korpus luteum. Sel telur yang

dihasilkan oleh ovarium akan menjadi sumber gamet betina yang akan menjadi

individu baru setelah melalui proses fertilisasi dengan sel gamet jantan,

Spermatozoa dengan melalui serangkaian proses yang kompleks (Arie

Febretrisiana, 2017).

Oosit mengelilingi sel-sel komulus pada saat perkembangan folikuler dan

ovulasi serta memberikan peranan penting dalam mengontrol perkembangan

oosit, proses maturasi, fertilisasi, dan perkembangan embrionik selanjutnya.

Kriteria pemilihan Oosit yang berkualitas baik dapat dilihat dari bagian ooplasma

yang homogen, sel kumulus yang kompak mengelilingi zona pelusida (Handarini.

R, 2014).

Penentuan kualitas Oosit dapat dilakukan dengan beberapa metode untuk

memilih Oosit yang akan digunakan pada proses FIV. Metode seleksi oosit yang

banyak digunakan adalah pemilihan Oosit berdasarkan morfologi sel kumulus

yang berada disekitar Oosit. Teknik grading merupakan cara yang lebih mudah

dan objektif untuk mengevaluasi sel-sel kumulus oosit yang komplek. Keberadaan
sel kumulus mendukung pematangan Oosit sampai pada tahap Metaphase II dan

pematangan sitoplasma yang diperlukan untuk kemampuan perkembangan setelah

fertilisasi (Handarini.R, 2014).

Oosit yang dapat digunakan dalam proses fertilisasi secara In Vitro adalah

oosit yang berkualitas Grade A dan B yaitu oosit yang masih dikelilingi sel

kumulus oophorus. Sel-sel kumulus yang melekat pada zona pelusida berperan

dalam pemeliharaan komunikasi intra selular serta mengatur pertumbuhan Oosit

dan maturasi dengan memfasilitasi dalam proses metabolism hormonal serta

transformasi nutrisi. Sel kumulus merupakan alat spesifik dalam mekanisme

tranduksi untuk transfer sinyal gonadotropin ke oosit melalui sistem Gap Junction

(Handarini. R, 2014).

Berdasarkan hal tersebut maka praktikum ilmu teknologi reproduksi perlu

dilakukan untuk mengetahui tentang proses preparasi oosit dan morfologi oosit

dengan metode aspirasi (hisap) dan slicing (penyayatan).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana cara mengenal dan

menjelaskan proses preparasi oosit dan morfologi dari oosit.

C. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menganal dan menjelaskan proses

preparasi oosit dan morfologi dari oosit.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Integrasi
1. Asal-Usul Manusia

Islam menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berasal dari

tanah, kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi

makhluk Allah SWT yang paling sempurna dan memiliki berbagai kemampuan.

Adapun ayat dari surah al-Insan/76:2 tentang oosit, sebagaimana firman-Nya:

       


  
Terjemahannya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani
yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan
larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat.

Dapat disimpulkan bahwa makna yang berkaitan dengan dengan ayat

adalah sesungguhnya Kami (Allah SWT) menciptakan manusia dari setetes air

yang merupakan gabungan antara sperma laki-laki dan sperma perempaun. Kami

mengujinya dengan beban-beban syariat sesudah itu, karena itu Kami

membuatnya mendengar dan melihat agar dia mendengar ayat-ayat dan melihat

bukti-bukti. Sesungguhnya Kami menjelaskan dan mengenalkan kepadanya jalan

hidayah dan kesesatan, kebaikan dan keburukan, agar dia menjadi Mukmin yang

bersyukur atau kafir yang pengingkar. (Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama

Saudi Arabia).

Proses awal penciptaan manusia ditegaskan pada ayat ini. Sungguh, Kami

telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yaitu dari sperma

laki-laki dan indung telur perempuan yang tujuan utamanya Kami hendak
mengujinya dengan berbagai perintah dan larangan, karena itu Kami jadikan dia

mendengar dengan telinganya dan melihat dengan matanya.

2. Manfaat Ternak

Hewan ternak sangat bermanfaat bagi manusia salah satunya yaitu

memberi air susu untuk diminum, kulit dan bulu digunakan sebagai

perhiasan. Binatang ternak juga dijadikan untuk kendaraan dan disembelih untuk

dimakan. Adapun hadist yang berkaitan dengan praktikum yaitu HR. Muslim Abu

Daud:

َ َّ‫ى أَن‬
‫ك‬ َ II‫ ِة الَّتِى َملَّ َك‬II‫ ِذ ِه ْالبَ ِهي َم‬IIَ‫أَفَالَ تَتَّقِى هَّللا َ فِى ه‬
َّ َ‫ َكى إِل‬II‫ا فَإِنَّهُ َش‬IIَ‫ك هَّللا ُ إِيَّاه‬
‫تُ ِجي ُعهُ َوتُ ْدئِبُه‬

Terjemahannya:
Apakah engkau tidak bertakwa pada Allah terhadap binatang ini
yang telah Allah jadikan sebagai milikmu? Unta ini mengaku kepadaku
bahwa engkau membiarkannya lapar dan membuatnya kelelahan.
Berdasarkan ahli Anang Sya'rani Arif al-Banjari mengatakan bahwa Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk berbuat baik pada hewan

ternak. Hendaklah manusia memperlakukan hewan ternak dengan cara yang baik.

Jangan bebani hewan tersebut pada sesuatu yang ia tidak mampu. Jangan pula

mengurangi makan dan minumnya (HR. Muslim Abu Daud).

Makna dari hadist diatas adalah bersikap lemah lembut kepada binatang

tunggangan, memperhatikan keperluannya dan perintah kepada orang yang tidak

memperhatikan hak binatang untuk memberikan haknya, serta bolehnya

membonceng di atas binatang tunggangan apabila binatang tersebut kuat.

B. Oosit
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.

Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia

Pertumbuhan oosit antara lain berupa peningkatan diameter oosit, pertambahan

ukuran dari organel-organel, dan disertai dengan perubahan atau perkembangan

pada inti dan sitoplasma (Rahmi Syamsuddin, 2014).

Perkembangan oosit terjadi di dalam folikel dan selama

perkembangannya folikel juga akan mengalami perkembangan yang dikenal

dengan folikul ogenesis. Tahap perkembangan folikel diawali dengan

terbentuknya folikel primordial hingga terbentuk folikel matang dan oosit akan

memasuki tahap ovulasi. Folikulogenesis juga diikuti dengan oogenesis yaitu

proses pembentukan sel telur (ovum) yang terjadi di ovarium (Ahmad, 2020).

Proses oogenesis terdiri dari beberapa tahap yaitu oogonium mengalami

pembelahan mitosis berubah menjadi oosit primer, yang memiliki 46 kromosom.

oosit primer melakukan meiosis (tahap I), yang menghasilkan dua sel anak yang

ukurannya tidak sama. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang

bersifat haploid (n). Ukurannya lebih besar dari yang lain karena berisi lebih

banyak sitoplasma dari oosit primer yang lain. Sel anak yang lebih kecil disebut

badan polar pertama yang kemudian membelah lagi (Rahmi Syamsuddin, 2014).

Oosit berada pada lingkungan folikel yang berada pada ovarium dan

mengikuti suatu siklus pertumbuhan tertentu. Perkembangan folikel pada sapi

dan domba ditandai dengan adanya gelombang pertumbuhan folikel. Pada

sapi umumnya perkembangan folikel dominan ovarium terjadi dalam bentuk


2 atau 3 gelombang folikel dalam satu siklus estrus sehingga folikel-folikel

kecil atau besar, berkembang atau regresi dapat dijumpai dalam ovarium

pada setiap siklus estrus (Hermilinda Parera, 2012).

Oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba fallopi.

Apabila oosit sekunder dibuahi oleh sel sperma (fertilisasi), maka akan mengalami

pembelahan meiosis yang kedua, begitu pula dengan badan polar pertama

membelah menjadi dua badan polar kedua yang akhirnya mengalami degenerasi.

Namun apabila tidak terjadi fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan terjadi dan

siklus oogenesis diulang kembali. Selama pemebelahan meiosis kedua, oosit

sekunder menjadi bersifat haploid (n) dengan 30 kromosom dan selanjutnya

disebut dengan oosit. ketika inti nukleus sperma dan ovum siap melebur menjadi

satu, saat itu juga oosit kemudian mencapai perkembangan akhir atau finalnya

menjadi ovum yang matang. Peristiwa pengeluaran sel telur dikenal dengan istilah

ovulasi. Pada setiap ovulasi hanya satu telur yang matang dan dapat hidup 24 jam

(Rahmi Syamsuddin, 2014).

Kualitas oosit memberikan pengaruh terhadap pematangan oosit

(maturasi). proses pematangan oosit (ovum) secara In Vitro ditandai dengan

adanya kumulus oophorus yang berperan sebagai mediator penyedia transport

energi, mikro nutrisi dan molekul pembawa Barrier untuk perkembangan oosit

dan menjadi mediasi pengaruh hormon pada kompleks kumulus yang

mengelilingi oosit. sel kumulus yang mengelilingi oosit memainkan peranan

penting dalam proses maturasi oosit secara In Vitro (Widyastuti, 2015).


Perkembangan oosit terdiri dari tiga tahap yaitu proliferasi, pertumbuhan,

dan pematangan. Pada tahap proliferasi terjadi proses mitosis oogonium menjadi

beberapa oogonia yang terjadi pada saat pralahir atau sesaat setelah lahir

kemudian oogonia berdiferensiasi menjadi oosit primer dengan inti tahap profase

I. Inti oosit pada tahap ini disebut Germinal Vesicle (GV) yang ditandai dengan

adanya membran inti yang utuh dan Nucleus yang jelas. Selanjutnya oosit akan

memasuki tahap pertumbuhan dan pematangan yang berlangsung bersamaan

dengan proses perkembangan folikel. Pertumbuhan oosit ditandai dengan

peningkatan diameter oosit dan pertambahan ukuran dari organel-organel seperti

kompleks golgi, retikulum endoplasmik halus, butir lemak, peningkatan proses

transkip untuk sintesis protein. tahap pematangan oosit ditandai dengan beberapa

proses perkembangan inti oosit (Rahmi Syamsuddin, 2014).

Proses pembelahan oosit secara meiosis menjelaskan tentang mekanisme

pengaturan dan fisiologi perkembangan oosit primer secara singkat. Awal

pembelahan meiosis dimulai dari janin, pada saat itu inti oosit berada pada tahap

pembelahan profase I, atau tahap Dictyate (fase istirahat). Proses pembelahan

meiosis pada oosit dilanjutkan kembali setelah individu hewan 8 mengalami

pubertas. Kelanjutan pembelahan meiosis berturut-turut akan melewati tahap

diakinesis (awal pemisahan dan kondensasi pasangan kromosom), metafase

(semua kromosom berada pada pusat pembelahan) dan anaphase (pemisahan

masing-masing kromosom sepanjang pusat belahan Spindle) dan telofase

(pembagian kromosom selesai). Pembelahan meiosis yang pertama menghasilkan

2 sel telur yang masing-masing berisi setengah komplemen kromosom. Salah satu
dari sel telur tersebut yang mendapatkan hampir seluruh sitoplasma disebut oosit

sekunder dan oosit sekunder inilah yang nantinya akan menjalani proses

pembelahan lebih lanjut. Pada saat inti berada pada tahap metaphase II oosit

diovulasikan dari folikel, namun proses maturasi oosit masih berlanjut hingga

terjadi proses fertilisasi antara ovum dengan sperma dan badan kutub kedua

terbentuk (Rahmi Syamsuddin, 2014).

C. Preparasi Oosit

1. Koleksi Oosit Teknik Aspirasi

Teknik aspirasi merupakan salah satu metode dalam koleksi oosit pada

ternak. Teknik aspirasi yaitu dilakukan dengan memanfaatkan tampilan folikel.

Teknik aspirasi menggunakan Syringe Steril 5 ml, ukuran jarumnya 18-22 Gauge

dan berisi 2 ml medium koleksi, folikel pada ovarium ditusuk dan disedot cairan

folikelnya. Kemudian cairan tersebut ditempatkan pada cawan petri. Hasil sedotan

di evaluasi di bawah mikroskop (Febretrisiana dan Pamungkas, 2017)

Pengambilan oosit dengan cara aspirasi menggunakan berbagai

peralalatan (pipet, Syringe dan jarum, jarum aspirasi di bawah Vacuum pressure)

adalah cara yang paling sering dilakukan pada ovarium sapi yang telah dipotong.

kekurangan dari metode ini adalah bahwa oosit yang dikoleksi dari sekali ambil

dengan penusukan jarum hanyalah 30-60%. Folikel Sapi (2-8 mm) biasanya

diaspirasi dengan 18-22 g dan 3-20 Syringe atau dengan 16-19 g jarum ditahan

pada Vacuum pump pada tekanan 75-100 mmHg. Dari hasil penelitian, aspirasi

yang paling mudah dan paling berhasil menggunakan jarum 17 g dan tekanan 55

mmHg (Iskandar, 2019).


Koleksi oosit dari ovarium sapi dengan menggunakan teknik oosit hasil

aspirasi yang disimpan di penampungan TCD menggunakan pipet aspirasi dan

dicuci satu kali pada DPBS kemudian dicuci dua kali di TCM-199. Oosit yang

dihasilkan cukup banyak dan mampu dimatangkan dan berkembang saat dikultur

(Pranantasari, 2016),

2. Koleksi Oosit Teknik Slicing

Ovarium ditempatkan pada cawan petri yang telah diberi 5 ml medium

koleksi dan ovarium ditahan menggunakan pinset. Kemudian folikel yang tampak

pada permukaan ovarium disayat dengan menggunakan bantuan pisau Scalpel

Scalpel blade. Cairan folikel akan mengalir dan bersamaan dengan cairan tersebut

oosit juga akan keluar dan dapat dikoleksi dengan pengamatan di bawah

mikroskop. Sayatan pada teknik ini perlu diperhatikan agar tidak mengenai

pembuluh darah karena medium menjadi keruh dan menyulitkan proses koleksi

oosit saat dievaluasi di bawah mikroskop (Iskandar, 2019).

Ovarium dipisahkan dari organ reproduksi yang diambil dari sapi bali

yang baru dipotong di RPH pesanggaran, kemudian dibersihkan dari lemak yang

menempel. Selanjutnya ovarium sapi bali disimpan dalam plastik pembungkus

yang diberi label dan telah berisi NaCl fisiologis 0,9% (Sobari, 2012).

Teknik Slicing ini dapat dilakukan pada ovarium setelah dilakukan aspirasi

atau tidak. Beberapa laporan menyebutkan penggunaan slicing setelah aspirasi

meningkatkan hasil yang didapat dari aspirasi dan laporan lain juga menyebutkan

bahwa metode ini memberikan hasil yang lebih baik pada kambing dan domba.
Peneliti di Dublin melaporkan bahwa waktu yang digunakan untuk Slicing adalah

3 kali lebih lama dari aspirasi (Iskandar, 2019).

D. Morfologi Oosit

Klasifikasi terhadap morfologi oosit berdasarkan warna dan bentuk.

Klasifikasi oosit menurut warna yaitu warna terang untuk kriteria A (baik), warna

agak gelap untuk kriteria B (cukup baik), warna gelap untuk kriteria C dan D.

Klasifikasi oosit menurut bentuk yaitu kriteria A dan B memiliki bentuk bulat,

penampilan Cumulus oocyte complex dan sel granulosa yang utuh, kriteria C dan

D bentuknya tidak begitu jelas dan penampilan Cumulus oocyte complex dan sel

granulosa tidak teratur (Sobari, 2012).

Selanjutnya oosit dikoleksi berdasarkan keadaaan kekompakan sel-sel

kumulus, kehomogenan dari sitoplasma dan dipisahkan berdasarkan grade oosit

yaitu grade A oosit dikelilingi lebih dari 3 lapis sel granulosa dan kumulus

kompak dengan sitoplasma yang homogen, grade B dikelilingi kurang dari 3 lapis

sel granulosa dan kumulus yang kompak dengan sitoplasma yang homogen, grade

C oosit dikelilingi tanpa atau sedikit sel granulosa dan sel kumulus dengan

sitoplasma (Masturi Muhajir, 2018).

Morfologi yang ideal dari oosit setelah dimaturasi secara In Vitro adalah

mempunyai selsel kumulus yang melebar dan cerah. Fungsi sel kumulus sangat

penting pada proses maturasi sel telur secara In Vitro yaitu untuk menginduksi

reaksi akrosom sperma dan fertilisasi serta perkembangan oosit selanjutnya. Sel

telur tanpa kumulus, setelah proses maturasi akan banyak kehilangan protein,

sedangkan pada sel telur dengan sel kumulus protein akan tertahan. Penghilangan
sel-sel kumulus pada awal maturasi In Vitro akan menurunkan potensi

perkembangan oosit (Handarini.R, 2014).

BAB III

METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu pada hari Jumat

03 Desember 2021 pukul 13.30 sampai dengan 15.00 WITA dan bertempat di

Laboratorium Basic Animal Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Gowa.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, cawan petri,

Dissecting forceps, gelas kimia, mikroskop, penuntun,ponsel, Scalpel dan Spuit.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan NaCl dan

ovarium sapi betina.

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada pada praktikum kali ini yaitu:

1. Metode Aspirasi (Hisap)

a. Siapkan alat dan bahan.

b. Masukkan larutan NaCl sebanyak 1 ml ke dalam spoid.

c. Sedot oosit menggunakan Spuit yang memiliki larutan NaCl di dalamnya.

d. Simpan oosit yang telah disedot ke dalam wadah cawan petri.

e. amati oosit menggunakan mikroskop dengan ukuran lensa sebesar 4x0,10.

2. Metode Slicing (Penyayatan)

a. Siapkan alat dan bahan.


b. Tuang larutan NaCl ke dalan cawan petri.

c. Masukkan ovarium ke dalam cawan petri yang telah dituangkan larutan NaCl.

d. Sayat-sayat ovarium menggunakan Scalpel hingga tercampur dengan larutan

NaCl.

e. Ambil larutan yang telah tercampur dengan oosit kemudian simpan pada

cawan petri kecil.

f. Amati oosit dengan menggunakan lensa mikroskop ukuran 4x0,10.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pengamatan Morfologi Oosit


Grade
Gambar Keterangan
Oosit
1
2 1. sel folikel Corona
Radiata

2. Inti sel/nukleus
3. Sitoplasma

Grade C

Sumber: Laboratorium Basic Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2021.

B. Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dalam teknik aspirasi adalah

dengan memanfaatkan tampilan gambaran folikel yang tampak pada permukaan

ovarium. Folikel berukuran 2-6 mm umumnya akan terlihat jelas pada permukaan

ovarium, berwarna abu-abu kehitaman dan berisi cairan folikel. Teknik lain dalam

koleksi oosit adalah teknik penyayatan (Slicing) yang digunakan dalam koleksi

oosit dengan ovarium ditempatkan pada cawan petri yang telah diberi 5 ml

medium koleksi dan ovarium ditahan menggunakan pinset. Kemudian folikel


yang tampak pada permukaan ovarium disayat dengan menggunakan bantuan

pisau Scalpel. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Febretrisiana dan Pamungkas

(2017) yaitu teknik aspirasi (hisap) merupakan salah satu metode dalam koleksi

oosit pada ternak. Teknik aspirasi yaitu dilakukan dengan memanfaatkan tampilan

folikel. Teknik aspirasi menggunakan Syringe steril 5 ml, ukuran jarumnya 18-22

Gauge dan berisi 2 ml medium koleksi, folikel pada ovarium ditusuk dan disedot

cairan folikelnya. Kemudian cairan tersebut ditempatkan pada cawan petri. Hasil

sedotan di evaluasi di bawah mikroskop. Menurut Hoque et al. (2011) teknik

penyayatan (Slicing). ovarium ditempatkan pada cawan petri yang telah diberi 5

ml medium koleksi dan ovarium ditahan menggunakan pinset. Kemudian folikel

yang tampak pada permukaan ovarium disayat dengan menggunakan bantuan

pisau Scalpel. Cairan folikel akan mengalir dan bersamaan dengan cairan tersebut

oosit juga akan keluar dan dapat dikoleksi dengan pengamatan di bawah

mikroskop. Sayatan pada teknik ini perlu diperhatikan agar tidak mengenai

pembuluh darah karena medium menjadi keruh dan menyulitkan proses koleksi

oosit saat dievaluasi di bawah mikroskop.

Berdasarkan praktikum yang telah diperoleh dengan menggunakan metode

aspirasi terdapat oosit yang memiliki Grade C yang lapisan kumulus tidak terlalu

padat dengan bentuk ooplasma yang tidak beraturan dan memiliki lapisan gelap,

dan kualitas yang memiliki inti sel atau nukleus, Corona radiata dan sitoplasma.

Menurut Budiyanto (2013) oosit Grade C ditandai dengan oosit yang kurang

seragam dan warna sitoplasma lebih transparan, tidak merata, dan terlihat tidak
kompak. persentase oosit Grade C diperoleh dari perbandingan oosit Grade C

dengan total oosit yang diperoleh dikali 100 persen.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Adapun hasil yang diperoleh dari metode aspirasi yaitu terdapat oosit

Grade C yang ditandai dengan oosit yang kurang seragam dan warna sitoplasma

lebih transparan. Percobaan ini menggunakan teknik aspirasi yaitu teknik yang

dilakukan dengan memanfaatkan tampilan folikel dan teknik penyayatan Slicing

yaitu teknik yang dilakukan dengan cara ovarium disayat dengan menggunakan

bantuan pisau Scalpel. Adapun metode yang lebih baik digunakan yaitu teknik

slicing untuk memproduksi sejumlah besar oosit yang bekualitas.

B. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu menambah fasilitas seperti

mikroskop, pendingin ruangan, dan kursi.

DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, A., Gustari, S., Anggoro, D., Jatmoko, D., Nugraheni, S., Nugraha, E.
W., & Asta, D. (2013). Kualitas morfologi oosit sapi peranakan ongole
yang dikoleksi secara in vitro menggunakan variasi waktu
transportasi. Acta Veterinaria Indonesiana, Vol.1(1), 1519. Yogyakarta.
Febretrisiana, A., & Pamungkas, F. A. 2017. Pemanfaatan Ovarium yang Berasal
dari Rumah Potong Hewan sebagai Sumber Materi Genetik. Wartazoa.
Vol. 27 ( 4): 159-166.
Hardiansyah, R. 2017. Kualitas Oosit Dari Ovarium Sapi Peranakan Ongole (Po)
Pada Fase Folikuler Dan Luteal The Quality Of Oocytes From Ovaries
Of Ongole Crossbreed On Follicular And Luteal Phases. Jurnal
Pertanian, Vol. 5(2), 89-94.
Hoque, S. M., Kabiraj, S. K., Khandoker, M. Y., Mondai, A., & Tareq, K. M. A.
2011. Effect Of Collection Techniques On Cumulus Oocyte Complexes
(Cocs) Recovery, In Vitro Maturation And Fertilization Of Goat
Oocytes. African Journal of Biotechnology. Vol. 10(45), 9177-9181.
Iskandar, H., & Damayanti, E. 2019. Teknik Koleksi Oosit Dalam Produksi
Embrio Secara In Vitro Pada Ternak Ruminansia. Semhas Persepsi IV.
Hal. 711-717. No. 4-8.
Muhajir, M., Karja, N. W. K., Setiadi, M. A., & Adnyane, I. K. M. 2018.
Kompetensi Maturasi Oosit in vitro dan Kajian Histologi Folikel dari
Ovarium Domba Pascapenyimpanan pada Suhu 4 C. Acta Veterinaria
Indonesiana. Vol. 6(2), 16-23
Parera, H., & Lenda, V. 2015. Pengaruh Corpus Luteum Dan Folikel Dominan
Terhadap Kualitas Morfologi Oosit Sapi Bali Timor. Jurnal Kajian
Veteriner. Vol. 3(1), 63-70.
Pranantasari, D., Kustono, dan D. T. Widayati. 2016. Suplementasi hormon
gonadotropin pada medium maturasi in vitro untuk meningkatkan
perkembangan embrio stadium 4 sel kambing Bligon. Buletin
Peternakan. Vol. 40 (2): 83-91.
Syamsuddin, R. 2014. Pengaruh Diameter Oosit Sapi Bali Terhadap Tingkat
Kematangan Inti Oosit Secara In Vitro. Skipsi. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Sobari, I. M. A. M., Trilaksana, I. G. N. B., & Suatha, I. K. 2012. Perbedaan
aktivitas ovarium sapi bali kanan dan kiri serta morfologi oosit yang
dikoleksi menggunakan metode slicing. Indonesia Medicus Veterinus, 
Vol. 1(1), 1-11.
Widyastuti, R., & Rasad, S. D. 2015. Tingkat Kematangan Inti Oosit Sapi Setelah
24 Jam Presevasi Ovarium. Jurnal Agripet, Vol. 15(2), 72-78.

Anda mungkin juga menyukai