Oleh:
LABORATORIUM PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
meningkat dan pemotongan sapi betina produkif telah banyak dilakukan untuk
Hewan tahun 2019, terdapat data konsumsi daging sapi pada tahun 2018 sebesar
2,3 kg kapita/tahun kemudian pada tahun 2019 naik menjadi 2,56 kg/kapita.
Kebutuhan daging sapi nasional jika tingkat konsumsi sebesar 2,66 kg/kapita
adalah sebesar 717,15 ribu ton. Maka dari itu untuk mengatasi masalah tersebut
perlu adanya inovasi dibidang teknologi reproduksi populasi sapi yang ada di
Ovarium sapi yang berasal dari rumah potong hewan (RPH) sesaat setelah
vitro fertilisasi sampai ke tahap blastosist sangat tergantung pada suplemen yang
digunakan dalam media maturasi In vitro. Pada ternak betina terdapat ovarium
yang mengandung oosit. Oosit adalah sel gamet betina yang mengalami
pematangan dan telah terjadi fertilisasi dengan sel gamet jantan atau spermatozoa
kemudian akan berkembang menjadi embrio dan dalam keadaan yang normal
Nya yaitu:
baik dalam unta, sapi dan kambing yang dapat kalian petik melalui penciptaanya.
Kami memberikan minum kepada kalian dari cairan susu yang ada dalam
perutnya. Dan kalian pun memperoleh manfaat-manfaat yang lain darinya berupa
dilihat betapa pentingnya peran hewan ternak dalam kehidupan manusia. Betapa
tidak, produk utama ternak (susu, daging, telur dan madu) merupakan bahan
pangan hewani yang memiliki gizi tinggi dan dibutuhkan manusia untuk hkkidup
sehat, cerdas, kreatif dan produktif. Selain itu, ternak merupakan sumber
untuk naik haji), sebagai tenaga kerja pengolah lahan, alat transportasi, penghasil
biogas, pupuk organik dan sebagai hewan kesayangan. Selain itu, ternak juga
menunaikan zakat (zakat binatang ternak) dan sebagai dam pada saat melakukan
ibadah haji.
Ovarium merupakan salah satu bagian dari organ reproduksi betina yang
berfungsi utama dalam diferensiasi dan pelepasan sel telur (oosit) matang dalam
tiap siklus untuk proses fertilisasi. Selain itu, ovarium berfungsi sebagai penghasil
dan tahap proses kebuntingan. Organ ini merupakan gabungan dari sistem yang
terorganisir yang terdiri atas sel Germ yaitu sel telur dan sel somatik yang
meliputi sel Granulosa, teka dan Stroma yang saling berinteraksi dalam
pematangan sel telur, ovulasi serta pembentukan Korpus luteum. Sel telur yang
dihasilkan oleh ovarium akan menjadi sumber gamet betina yang akan menjadi
individu baru setelah melalui proses fertilisasi dengan sel gamet jantan,
Febretrisiana, 2017).
Kriteria pemilihan Oosit yang berkualitas baik dapat dilihat dari bagian ooplasma
yang homogen, sel kumulus yang kompak mengelilingi zona pelusida (Handarini.
R, 2014).
memilih Oosit yang akan digunakan pada proses FIV. Metode seleksi oosit yang
yang berada disekitar Oosit. Teknik grading merupakan cara yang lebih mudah
dan objektif untuk mengevaluasi sel-sel kumulus oosit yang komplek. Keberadaan
sel kumulus mendukung pematangan Oosit sampai pada tahap Metaphase II dan
Oosit yang dapat digunakan dalam proses fertilisasi secara In Vitro adalah
oosit yang berkualitas Grade A dan B yaitu oosit yang masih dikelilingi sel
kumulus oophorus. Sel-sel kumulus yang melekat pada zona pelusida berperan
tranduksi untuk transfer sinyal gonadotropin ke oosit melalui sistem Gap Junction
(Handarini. R, 2014).
dilakukan untuk mengetahui tentang proses preparasi oosit dan morfologi oosit
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana cara mengenal dan
C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menganal dan menjelaskan proses
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Integrasi
1. Asal-Usul Manusia
tanah, kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi
makhluk Allah SWT yang paling sempurna dan memiliki berbagai kemampuan.
adalah sesungguhnya Kami (Allah SWT) menciptakan manusia dari setetes air
yang merupakan gabungan antara sperma laki-laki dan sperma perempaun. Kami
membuatnya mendengar dan melihat agar dia mendengar ayat-ayat dan melihat
hidayah dan kesesatan, kebaikan dan keburukan, agar dia menjadi Mukmin yang
Saudi Arabia).
Proses awal penciptaan manusia ditegaskan pada ayat ini. Sungguh, Kami
telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yaitu dari sperma
laki-laki dan indung telur perempuan yang tujuan utamanya Kami hendak
mengujinya dengan berbagai perintah dan larangan, karena itu Kami jadikan dia
2. Manfaat Ternak
memberi air susu untuk diminum, kulit dan bulu digunakan sebagai
dimakan. Adapun hadist yang berkaitan dengan praktikum yaitu HR. Muslim Abu
Daud:
َ َّى أَن
ك َ II ِة الَّتِى َملَّ َكII ِذ ِه ْالبَ ِهي َمIIَأَفَالَ تَتَّقِى هَّللا َ فِى ه
َّ َ َكى إِلIIا فَإِنَّهُ َشIIَك هَّللا ُ إِيَّاه
تُ ِجي ُعهُ َوتُ ْدئِبُه
Terjemahannya:
Apakah engkau tidak bertakwa pada Allah terhadap binatang ini
yang telah Allah jadikan sebagai milikmu? Unta ini mengaku kepadaku
bahwa engkau membiarkannya lapar dan membuatnya kelelahan.
Berdasarkan ahli Anang Sya'rani Arif al-Banjari mengatakan bahwa Nabi
ternak. Hendaklah manusia memperlakukan hewan ternak dengan cara yang baik.
Jangan bebani hewan tersebut pada sesuatu yang ia tidak mampu. Jangan pula
Makna dari hadist diatas adalah bersikap lemah lembut kepada binatang
B. Oosit
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.
Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia
terbentuknya folikel primordial hingga terbentuk folikel matang dan oosit akan
proses pembentukan sel telur (ovum) yang terjadi di ovarium (Ahmad, 2020).
oosit primer melakukan meiosis (tahap I), yang menghasilkan dua sel anak yang
ukurannya tidak sama. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang
bersifat haploid (n). Ukurannya lebih besar dari yang lain karena berisi lebih
banyak sitoplasma dari oosit primer yang lain. Sel anak yang lebih kecil disebut
badan polar pertama yang kemudian membelah lagi (Rahmi Syamsuddin, 2014).
Oosit berada pada lingkungan folikel yang berada pada ovarium dan
kecil atau besar, berkembang atau regresi dapat dijumpai dalam ovarium
Apabila oosit sekunder dibuahi oleh sel sperma (fertilisasi), maka akan mengalami
pembelahan meiosis yang kedua, begitu pula dengan badan polar pertama
membelah menjadi dua badan polar kedua yang akhirnya mengalami degenerasi.
Namun apabila tidak terjadi fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan terjadi dan
disebut dengan oosit. ketika inti nukleus sperma dan ovum siap melebur menjadi
satu, saat itu juga oosit kemudian mencapai perkembangan akhir atau finalnya
menjadi ovum yang matang. Peristiwa pengeluaran sel telur dikenal dengan istilah
ovulasi. Pada setiap ovulasi hanya satu telur yang matang dan dapat hidup 24 jam
energi, mikro nutrisi dan molekul pembawa Barrier untuk perkembangan oosit
dan pematangan. Pada tahap proliferasi terjadi proses mitosis oogonium menjadi
beberapa oogonia yang terjadi pada saat pralahir atau sesaat setelah lahir
kemudian oogonia berdiferensiasi menjadi oosit primer dengan inti tahap profase
I. Inti oosit pada tahap ini disebut Germinal Vesicle (GV) yang ditandai dengan
adanya membran inti yang utuh dan Nucleus yang jelas. Selanjutnya oosit akan
transkip untuk sintesis protein. tahap pematangan oosit ditandai dengan beberapa
pembelahan meiosis dimulai dari janin, pada saat itu inti oosit berada pada tahap
2 sel telur yang masing-masing berisi setengah komplemen kromosom. Salah satu
dari sel telur tersebut yang mendapatkan hampir seluruh sitoplasma disebut oosit
sekunder dan oosit sekunder inilah yang nantinya akan menjalani proses
pembelahan lebih lanjut. Pada saat inti berada pada tahap metaphase II oosit
diovulasikan dari folikel, namun proses maturasi oosit masih berlanjut hingga
terjadi proses fertilisasi antara ovum dengan sperma dan badan kutub kedua
C. Preparasi Oosit
Teknik aspirasi merupakan salah satu metode dalam koleksi oosit pada
Teknik aspirasi menggunakan Syringe Steril 5 ml, ukuran jarumnya 18-22 Gauge
dan berisi 2 ml medium koleksi, folikel pada ovarium ditusuk dan disedot cairan
folikelnya. Kemudian cairan tersebut ditempatkan pada cawan petri. Hasil sedotan
peralalatan (pipet, Syringe dan jarum, jarum aspirasi di bawah Vacuum pressure)
adalah cara yang paling sering dilakukan pada ovarium sapi yang telah dipotong.
kekurangan dari metode ini adalah bahwa oosit yang dikoleksi dari sekali ambil
dengan penusukan jarum hanyalah 30-60%. Folikel Sapi (2-8 mm) biasanya
diaspirasi dengan 18-22 g dan 3-20 Syringe atau dengan 16-19 g jarum ditahan
pada Vacuum pump pada tekanan 75-100 mmHg. Dari hasil penelitian, aspirasi
yang paling mudah dan paling berhasil menggunakan jarum 17 g dan tekanan 55
dicuci satu kali pada DPBS kemudian dicuci dua kali di TCM-199. Oosit yang
dihasilkan cukup banyak dan mampu dimatangkan dan berkembang saat dikultur
(Pranantasari, 2016),
koleksi dan ovarium ditahan menggunakan pinset. Kemudian folikel yang tampak
Scalpel blade. Cairan folikel akan mengalir dan bersamaan dengan cairan tersebut
oosit juga akan keluar dan dapat dikoleksi dengan pengamatan di bawah
mikroskop. Sayatan pada teknik ini perlu diperhatikan agar tidak mengenai
pembuluh darah karena medium menjadi keruh dan menyulitkan proses koleksi
Ovarium dipisahkan dari organ reproduksi yang diambil dari sapi bali
yang baru dipotong di RPH pesanggaran, kemudian dibersihkan dari lemak yang
yang diberi label dan telah berisi NaCl fisiologis 0,9% (Sobari, 2012).
Teknik Slicing ini dapat dilakukan pada ovarium setelah dilakukan aspirasi
meningkatkan hasil yang didapat dari aspirasi dan laporan lain juga menyebutkan
bahwa metode ini memberikan hasil yang lebih baik pada kambing dan domba.
Peneliti di Dublin melaporkan bahwa waktu yang digunakan untuk Slicing adalah
D. Morfologi Oosit
Klasifikasi oosit menurut warna yaitu warna terang untuk kriteria A (baik), warna
agak gelap untuk kriteria B (cukup baik), warna gelap untuk kriteria C dan D.
Klasifikasi oosit menurut bentuk yaitu kriteria A dan B memiliki bentuk bulat,
penampilan Cumulus oocyte complex dan sel granulosa yang utuh, kriteria C dan
D bentuknya tidak begitu jelas dan penampilan Cumulus oocyte complex dan sel
yaitu grade A oosit dikelilingi lebih dari 3 lapis sel granulosa dan kumulus
kompak dengan sitoplasma yang homogen, grade B dikelilingi kurang dari 3 lapis
sel granulosa dan kumulus yang kompak dengan sitoplasma yang homogen, grade
C oosit dikelilingi tanpa atau sedikit sel granulosa dan sel kumulus dengan
Morfologi yang ideal dari oosit setelah dimaturasi secara In Vitro adalah
mempunyai selsel kumulus yang melebar dan cerah. Fungsi sel kumulus sangat
penting pada proses maturasi sel telur secara In Vitro yaitu untuk menginduksi
reaksi akrosom sperma dan fertilisasi serta perkembangan oosit selanjutnya. Sel
telur tanpa kumulus, setelah proses maturasi akan banyak kehilangan protein,
sedangkan pada sel telur dengan sel kumulus protein akan tertahan. Penghilangan
sel-sel kumulus pada awal maturasi In Vitro akan menurunkan potensi
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu pada hari Jumat
03 Desember 2021 pukul 13.30 sampai dengan 15.00 WITA dan bertempat di
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, cawan petri,
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan NaCl dan
C. Prosedur Kerja
c. Masukkan ovarium ke dalam cawan petri yang telah dituangkan larutan NaCl.
NaCl.
e. Ambil larutan yang telah tercampur dengan oosit kemudian simpan pada
BAB IV
2. Inti sel/nukleus
3. Sitoplasma
Grade C
Sumber: Laboratorium Basic Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2021.
B. Pembahasan
ovarium. Folikel berukuran 2-6 mm umumnya akan terlihat jelas pada permukaan
ovarium, berwarna abu-abu kehitaman dan berisi cairan folikel. Teknik lain dalam
koleksi oosit adalah teknik penyayatan (Slicing) yang digunakan dalam koleksi
oosit dengan ovarium ditempatkan pada cawan petri yang telah diberi 5 ml
pisau Scalpel. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Febretrisiana dan Pamungkas
(2017) yaitu teknik aspirasi (hisap) merupakan salah satu metode dalam koleksi
oosit pada ternak. Teknik aspirasi yaitu dilakukan dengan memanfaatkan tampilan
folikel. Teknik aspirasi menggunakan Syringe steril 5 ml, ukuran jarumnya 18-22
Gauge dan berisi 2 ml medium koleksi, folikel pada ovarium ditusuk dan disedot
cairan folikelnya. Kemudian cairan tersebut ditempatkan pada cawan petri. Hasil
penyayatan (Slicing). ovarium ditempatkan pada cawan petri yang telah diberi 5
pisau Scalpel. Cairan folikel akan mengalir dan bersamaan dengan cairan tersebut
oosit juga akan keluar dan dapat dikoleksi dengan pengamatan di bawah
mikroskop. Sayatan pada teknik ini perlu diperhatikan agar tidak mengenai
pembuluh darah karena medium menjadi keruh dan menyulitkan proses koleksi
aspirasi terdapat oosit yang memiliki Grade C yang lapisan kumulus tidak terlalu
padat dengan bentuk ooplasma yang tidak beraturan dan memiliki lapisan gelap,
dan kualitas yang memiliki inti sel atau nukleus, Corona radiata dan sitoplasma.
Menurut Budiyanto (2013) oosit Grade C ditandai dengan oosit yang kurang
seragam dan warna sitoplasma lebih transparan, tidak merata, dan terlihat tidak
kompak. persentase oosit Grade C diperoleh dari perbandingan oosit Grade C
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun hasil yang diperoleh dari metode aspirasi yaitu terdapat oosit
Grade C yang ditandai dengan oosit yang kurang seragam dan warna sitoplasma
lebih transparan. Percobaan ini menggunakan teknik aspirasi yaitu teknik yang
yaitu teknik yang dilakukan dengan cara ovarium disayat dengan menggunakan
bantuan pisau Scalpel. Adapun metode yang lebih baik digunakan yaitu teknik
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, A., Gustari, S., Anggoro, D., Jatmoko, D., Nugraheni, S., Nugraha, E.
W., & Asta, D. (2013). Kualitas morfologi oosit sapi peranakan ongole
yang dikoleksi secara in vitro menggunakan variasi waktu
transportasi. Acta Veterinaria Indonesiana, Vol.1(1), 1519. Yogyakarta.
Febretrisiana, A., & Pamungkas, F. A. 2017. Pemanfaatan Ovarium yang Berasal
dari Rumah Potong Hewan sebagai Sumber Materi Genetik. Wartazoa.
Vol. 27 ( 4): 159-166.
Hardiansyah, R. 2017. Kualitas Oosit Dari Ovarium Sapi Peranakan Ongole (Po)
Pada Fase Folikuler Dan Luteal The Quality Of Oocytes From Ovaries
Of Ongole Crossbreed On Follicular And Luteal Phases. Jurnal
Pertanian, Vol. 5(2), 89-94.
Hoque, S. M., Kabiraj, S. K., Khandoker, M. Y., Mondai, A., & Tareq, K. M. A.
2011. Effect Of Collection Techniques On Cumulus Oocyte Complexes
(Cocs) Recovery, In Vitro Maturation And Fertilization Of Goat
Oocytes. African Journal of Biotechnology. Vol. 10(45), 9177-9181.
Iskandar, H., & Damayanti, E. 2019. Teknik Koleksi Oosit Dalam Produksi
Embrio Secara In Vitro Pada Ternak Ruminansia. Semhas Persepsi IV.
Hal. 711-717. No. 4-8.
Muhajir, M., Karja, N. W. K., Setiadi, M. A., & Adnyane, I. K. M. 2018.
Kompetensi Maturasi Oosit in vitro dan Kajian Histologi Folikel dari
Ovarium Domba Pascapenyimpanan pada Suhu 4 C. Acta Veterinaria
Indonesiana. Vol. 6(2), 16-23
Parera, H., & Lenda, V. 2015. Pengaruh Corpus Luteum Dan Folikel Dominan
Terhadap Kualitas Morfologi Oosit Sapi Bali Timor. Jurnal Kajian
Veteriner. Vol. 3(1), 63-70.
Pranantasari, D., Kustono, dan D. T. Widayati. 2016. Suplementasi hormon
gonadotropin pada medium maturasi in vitro untuk meningkatkan
perkembangan embrio stadium 4 sel kambing Bligon. Buletin
Peternakan. Vol. 40 (2): 83-91.
Syamsuddin, R. 2014. Pengaruh Diameter Oosit Sapi Bali Terhadap Tingkat
Kematangan Inti Oosit Secara In Vitro. Skipsi. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Sobari, I. M. A. M., Trilaksana, I. G. N. B., & Suatha, I. K. 2012. Perbedaan
aktivitas ovarium sapi bali kanan dan kiri serta morfologi oosit yang
dikoleksi menggunakan metode slicing. Indonesia Medicus Veterinus,
Vol. 1(1), 1-11.
Widyastuti, R., & Rasad, S. D. 2015. Tingkat Kematangan Inti Oosit Sapi Setelah
24 Jam Presevasi Ovarium. Jurnal Agripet, Vol. 15(2), 72-78.