Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK


(TEKNIK PREPARASI OOSIT)

Dianjurkan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah


Teknologi Reproduksi Ternak pada Jurusan Ilmu Peternakan
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar

Oleh:

ADI WIRA PRATAMA


60700121022

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reproduksi ternak adalah suatu kemewahan fungsi tubuh yang secara

fisiologik tidak vital bagi kehidupan individual tetapi sangat penting bagi

kelanjutan suatu jenis atau bangsa ternak. Pada umumnya reproduksi baru dapat

berlansung setelah ternak mencapai masa pubertas dan di atur oleh

kelenjarkelenjar endokrin dan hormon-hormon yang dihasilkannya

Reproduksi merupakan salah satu aspek penting dalam usaha peternakan.

Reproduksi langsung berhubungan dengan segitiga produksi (Breeding, Feeding

and Management). Reproduksi ternak secara utuh bukan hanya tentang proses

perkawinan, namun juga berhubungan dengan pengetahuan tentang anatomis,

fisiologis dan morfologis ternak yang mendukung keberhasilan reproduksi.

Perkawinan sebagai salah satu bagian dari reproduksi ternak harus menjamin

peningkatan mutu genetik. Selain itu, keberhasilan reproduksi juga membutuhkan

dukungan pakan yang berkualitas dan manajemen yang baik (Ondho, 2023).

Reproduksi sapi betina adalah suatu proses yang kompleks melibatkan

seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup

khususnya ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa

kelamin. Alat-alat reproduksi betina terletak di dalam cavum pelvis (rongga

pinggul). Cavum pelvis dibentuk oleh tulang-tulang sacrum, vertebra coccygea 10

kesatu sampai ketiga dan oleh dua os coxae. Os coxae dibentuk oleh ilium,
ischium dan pubis. Secara anatomi alat reproduksi betina dapat dibagi menjadi

ovarium, oviduct, uterus, cervix, vagina dan vulva (Pamungkas, 2022).

Oosit mamalia merupakan sel tunggal jika dibandingkan dengan sel tubuh

lainnya, ukuran oosit relatif sangat besar serta memiliki karakteristik morfologik

dan fungsional yang unik. Oosit adalah sel gamet betina yang jika telah

mengalami pematangan dan terjadi fertilisasi dengan sel gamet jantan

(spermatozoa) selanjutnya akan berkembang menjadi embrio dan dalam keadaan

yang normal maka akan dapat berkembang menjadi individu baru (Iskandar,

2019).

Berdasarkan uraian di atas hal inilah yang melatar belakangi laporan ini

yaitu untuk mengetahui teknik-teknik preparasit Oosit yang baik dan benar

meliputi teknik aspirasi, slycin dan pucture.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana cara

mengetahui terknik- teknik preparasi oosit yang baik dan benar?

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui mengetahui

terknik- teknik preparasi oosit yang baik dan benar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Integrasi

1. Kajian Al-Quran Tentang Hewan Ternak

Hewan ternak adalah hewan yang dipelihara oleh seseorang dengan cara

diberi makan, minum dan dirawat dengan semestinya yang harus dilakukan.

Hewan ternak dalam islam yaitu yang dapat dipelihara dan dimakan oleh orang

dan khususnya adalah orang islam, adapun hewan ternak yang dapat dipelihara

dan dimakan oleh orang islam Seperti ayam, kambing, sapi, bebek, unta dan lain

sebagainya. Allah swt berfirman dalam QS. Al-Mu‟minun/23:21 yang berbunyi:

٢١ ۙ ‫َو ِاَّن َلُك ْم ِفى اَاْلْنَع اِم َلِع ْبَر ًۗة ُنْس ِقْيُك ْم ِّمَّم ا ِفْي ُبُطْو ِنَها َو َلُك ْم ِفْيَها َم َناِفُع َك ِثْيَر ٌة َّو مْنَها َتْأُك ُلْو َن‬
Terjemahnya:
“Dan sesungguhnya pada binatang-binatang terdapat pelajaran yang sangat
penting bagi kamu, kami memberi minum dari air susu yang ada dalam perutnya
dan pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu,
dan sebagiannya kamu makan (Kementrian Agama RI, 2019).

Menurut tafsir Jalalain (2019), di samping air serta kebun-kebun yang

tumbuh dengannya, sesungguhnya pada hewan-hewan ternak terdapat suatu

pelajaran bagimu. Kami juga memberi minum kamu dari air susu yang penuh

nutrisi yang ada dalam perutnya dan padanya, yakni pada binatang-binatang

ternak itu, juga terdapat banyak manfaat untukmu, seperti daging, kulit, bulu dan

tenaganya. Semua itu dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Dan sebagian

darinya kamu makan sebagai makanan yang lezat dan bergizi dan di atasnya yakni

hewan-hewan ternak itu dan juga di atas kapal-kapal kamu diangkut atas izin

Allah menuju tempat-tempat yang dituju


Makna ayat diatas menjelaskan bahwa jika sesungguhnya dalam

penciptaan binatang ternak itu sungguh-sungguh terdapat suatu pelajaran yang

begitu penting bagi manusia yang bisa dipetik manfaatnya seperti susu, daging

kulit serta berbagai banyak manfaat yang dapat diambil. Manfaatnya bukan hanya

untuk manusia saja sebagai nikmat yang diberikan Allh untuknya namun binatang

ternak pula bisa dijadikan untuk pembelajaran ilmu pengetahuan dengan kekuasan

Allah swt hijauan yang dikonsumsi oleh binatang ternak akan dijadikan sebagai

daging yang bisa dikonsumsi oleh manusia serta dengan kekuasaan Allah swt

terdapat pula susu yang ada didalam perutnya yang telah dipisahkan dengan najis

diantara feses dan darah. Dijelaskan pula bahwa hewan ternak dipelihara dengan

baik serta dalam memelihara ternak tersebut tidak boleh menyiksanya.

B. Kajian Teoritis

1. Ovarium

Ovarium merupakan organ reproduksi utama pada ternak betina. Ovarium

sapi terbagi atas dua yaitu ovarium kiri dan ovarium kanan. Ovarium kanan dan

kiri memiliki perbedaan aktivitas. Ovarium mengandung folikel-folikel yang

didalamnya terdapat masing-masing satu ovum. Pembentukan dan pertumbuhan

folikel ini dipengaruhi oleh hormon FSH (Folicle stimulating hormone) yang

dihasilkan oleh kelenjar adenohipofise. Folikel di dalam ovarium terdiri dari

beberapa tahap yaitu folikel primer, terbentuk sejak masih dalam kandungan dan

mengandung oogonium yang dikelilingi oleh satu lapis sel 2 folikuler kecil;

folikel sekunder, terbentuk setelah hewan lahir dan sel folikulernya lebih banyak;

folikel tertier, terbentuk pada saat hewan mencapai dewasa dan mulai mengalami
siklus berahi; dan yang terakhir adalah folikel de Graaf, merupakan folikel

terbesar pada ovarium pada waktu hewan betina menjelang berahi (Pratiwi, 2023).

Letak ovarium berada di dalam cavum abdominalis. Ovarium mempunyai

dua fungsi, yang pertama sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur

(ovum) dan yang kedua sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon

kelamin betina (estrogen dan progesteron). Bentuk dari ovarium sapi yaitu oval,

dan bervariasi dalam ukuran panjang, lebar, dan tebal. Umumnya ovarium kanan

lebih besar daripada ovarium kiri, karena secara fisiologi yang kanan lebih aktif

dalam bergerak. Terdapat beberapa tahap pada folikel ovarium untuk mencapai

kematangan melalui tingkatan perkembangan yaitu tahap folikel primer, folikel

sekunder, folikel tersier (folikel yang sedang tumbuh), dan folikel de graaf (folikel

matang) (Haqqi, 2021).

Bentuk dan ukuran ovarium berbeda-beda menurut spesies dan fase dari

siklus birahi. Pada sapi, berbentuk oval dengan ukuran yang bervariasi dengan

panjang 1,3–5 cm, lebar 1,3–3,2 cm dan tebal 0,6–1,9 cm. Pada sapi umumnya

ovarium kanan agak lebih besar daripada ovarium kiri, hal ini disebabkan karena

secara fisiologik lebih aktif. Ovarium secara normal, terletak pada perbatasan

kranial ligamentum lata uteri pada lantai ventrolateral pelvis dekat ke gerbang

dalam pelvis (Ary, 2023).

2. Oosit
Oosit (sel telur) berasal dari folikel yang dihasilkan dalam ovarium.

Pematangan oosit berhubungan dengan inisiasi pembongkaran vesikel germinal

serta ketika pembelahan meiosis pertama telah selesai. Oosit dapat diperoleh dari

ternak betina yang hidup atau dari ovarium betina yang telah disembelih.

Pengambilan oosit pada ternak hidup dilakukan dengan menggunakan suatu

teknologi sedangkan pada ovarium dilakukan dengan cara aspirasi. Perbedaan

antara oosit dengan oogonium dapat dilihat pada dinding luarnya, pada oosit

dinding luarnya dilapisi oleh sel-sel kumulus. Oosit yang bersama-sama dengan

sel-sel kumulus disebut folikel. Oosit yang diselimuti oleh satu lapis sel-sel

kumulus disebut folikel primer, jika dilapisi oleh lebih dari satu sel-sel kumulus

disebut sebagai folikel sekunder (Taklim, 2018).

Oogenesis adalah suatu proses pembentukan, pertumbuhan dan

pematangan dari gamet betina. Dimulai sejak embrional sampai setelah dilahirkan

dan mencapai puncakya pada saat ovulasi. Proses oogenesis terdiri dari beberapa

tahap yaitu oogonium mengalami pembelahan mitosis berubah menjadi oosit

primer. Oosit primer melakukan meiosis (tahap I), yang menghasilkan dua sel

anak yang ukurannya tidak sama. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder

yang bersifat haploid (n). Ukurannya lebih besar dari yang lain karena berisi lebih

banyak sitoplasma dari oosit primer lain. Sel anak yang lebih kecil disebut badan

kutub (polar body) pertama yang kemudian membelah lagi (Pratiwi, 2023).
Selama perkembangan fetus, semua oosit primer mengalami pembelahan

meiosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan meiosis tersebut kemudian

berhenti hingga fetus dilahirkan. Selama masa ini, ovarium mampu menghasilkan

sekitar 2 juta oosit primer yang mengalami kematian setiap hari hingga mencapai

masa kematian sel oosit. Oosit melanjutkan pembelahan meiosis I. Hasil

pembelahan ini menghasilkan dua sel haploid, yaitu satu oosit sekunder yang

lebih besar dan satu badan kutub primer yang lebih kecil. Selanjutnya, tahap oosit

sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan meiosis II. Tahap

ini, oosit sekunder membelah menjadi dua sel, yaitu ootid yang berukuran normal

dan badan polar sekunder yang lebih kecil. Badan kutub tersebut bergabung

dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan

kutub primer, sehingga terbentuk tiga badan kutub sekunder. Oosit kemudian

mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sementara ketiga

badan kutub mengalami degenerasi atau hancur (Pratama, 2023).

3. Preparat Oosit

Menurut Iskandar (2019), terdapat beberapa metode dalam mengoleksi

oosit ternak yaitu sebagai berikut:

a. Teknik Aspirasi

Teknik aspirasi merupakan salah satu metode dalam koleksi oosit pada

ternak. Teknik aspirasi yaitu dilakukan dengan memanfaatkan tampilan folikel.

Teknik aspirasi menggunakan syringe steril 5 ml, ukuran jarumnya 18-22 gauge

dan berisi 2 ml medium koleksi, folikel pada ovarium ditusuk dan disedot cairan

folikelnya. Kemudian cairan tersebut ditempatkan pada cawan petri. Hasil sedotan
di evaluasi di bawah mikroskop. Pengambilan oosit dengan cara aspirasi

menggunakan berbagai peralalatan (pipet, syringe dan jarum, jarum aspirasi di

bawah vacuum pressure) adalah cara yang paling sering dilakukan pada ovarium

sapi yang telah dipotong. Kekurangan dari metode ini adalah bahwa oosit yang

dikoleksi dari sekali ambil dengan penusukan jarum hanyalah 30-60%. Folikel

Sapi (2-8 mm) biasanya diaspirasi dengan 18-22 g dan 3-20 syringe atau dengan

16-19 g jarum ditahan pada vacuum pump pada tekanan 75-100 mmHg.

b. Teknik Slicing

Teknik penyayatan (slicing). Ovarium ditempatkan pada cawan petri yang

telah diberi 5 ml medium koleksi dan ovarium ditahan menggunakan pinset.

Kemudian folikel yang tampak pada permukaan ovarium disayat dengan

menggunakan bantuan pisau scalpel (scalpel blade). Cairan folikel akan mengalir

dan bersamaan dengan cairan tersebut oosit juga akan keluar dan dapat dikoleksi

dengan pengamatan di bawah mikroskop. Sayatan pada teknik ini perlu

diperhatikan agar tidak mengenai pembuluh darah karena medium menjadi keruh

dan menyulitkan proses koleksi oosit saat dievaluasi di bawah mikroskop.

c. Teknik Puncture (tusuk)

Teknik puncture dilakukan dengan menusuk bagian folikel yang terlihat

pada permukaan ovarium dengan bantuan jarum berukuran 18 gauge. Ovarium

ditempatkan pada cawan petri yang diberi larutan NaCl fisiologis, lalu ovarium

ditusuk dan cairan yang keluar diperiksa dibawah mikroskop untuk dilakukan

pemeriksaan oosit.
Menurut Rahmadani (2021), Terdapat beberapa kelas (Grade) pada oosit

yaitu:

1. Kelas A

Merupakan oosit yang mempunyai kumulus seragam dan kompak yang

dikelilingi oleh lima atau lebih lapisan sel kumulus.

2. Kelas B

Oosit yang mempunyai sitoplasma gelap dengan komplemen corona

radiata yang lengkap tetapi dikelilingi oleh sel kumulus tidak lebih dari lima lapis.

3. Kelas C

Oosit yang ditandai dengan oosit yang kurang seragam dan warna

sitoplasma lebih transparan dan tidak merata serta terlihat tidak kompak.

4. Kelas D

Mempunyai sitoplasma yang transparan bahkan terdapat fragmentasi pada

sitoplasma. Sel-sel kumulus yang mengelilingi oosit terlihat sangat jarang dan

bahkan beberapa oosit tidak memiliki sel cumulus.

Menurut Taklim (2018), kualitas oosit immature dinilai secara visual dari

kekompakan sel kumulus dan diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Kualitas A, oosit yang dikelilingi oleh cumulus oophorus atau corona radiata

yang kompak.

b. Kualitas B, oosit hanya dikelilingi oleh corona radiata yang kompak sedangkan

cumulus oophorus yang mengelilinginya kurang kompak.

c. Kualitas C, oosit dengan sel corona radiata maupun sel cumulus oophorus yang

kurang kompak
4. Morfologi Oosit

Menurut Taklim (2018), morfologi oosit dikategorikan atas 4 (empat)

kelompok yaitu:

a. Complete, terdapat sel-sel kumulus ooporus, memiliki lebih dari 3 (tiga) lapisan

tebal (5 lapisan) dan oosit terlihat kompak.

b. Expanded, terdapat sel-sel kumulus ooporus, terdiri dari 3 (3-5) lapisan tebal,

namun salah satu bagian tidak utuh.

c. Partial, terdapat hanya 2 lapisan sel-sel kumulus ooporus.

d. Nude, tidak ada sel-sel yang mengelilingi oosit tetapi oosit hanya dikelilingi

zona pelusida secara merata.


BAB III

METODE PRAKTIK LAPANG

A. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu dilaksanakan

pada hari Jumat, tanggal 08 Desember 2023 pada pukul 09.00-11.00 WITA dan

bertempat di Laboratorium Basic Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 2023.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktek lapang ini yaitu alat tulis, cawan

petri, Handphone, kaca preparate, mikroskop, over glass, pinset, pisau scalpel dan

spoid.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu handscon, NaCl

0,09% dan ovarium sapi.

C. Prosedur Kerja

1. Teknik Slycing

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Membersihkan Ovarium

c. Meletakkan ovarium kedalam cawan petri

d. Menambahkan NaCl 0,09% 12 ml dengan menggunakan spoid

e. Menyayat ovarium dengan pisau scalpel


f. Menuangkan NaCl kedalam hasil sayatan

g. Mengamati sampel dibawah mikroskop

i. Mengambil dokumentasi

2. Teknik Aspirasi

a. menyiapkan alat dan bahan

b. Meletakkan ovarium kedalam cawan petri

c. Mengisi spoit dengan cairan NaCl 0,09 1 ml kemudian dicampurkan dengan

cairan ovarium

d. Menghomogenkan kedua cairan

e. Memindahkan cairan kedalam kaca preparate

f. Mengamati sampel dibawah mikroskop

g. Mengambil dokumentasi.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

B. Pembahasan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Adapun saran pada praktek lapang ini yaitu agar kedepannya

penyelenggaraan praktek lapang bisa dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan sehingga praktek lapang dapat berjalan maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

ARY, K. (2023). TINGKAT FERTILITAS OOSIT SAPI BALI DENGAN SUPLEMENTASI


GLUTATHIONE (GSH) PADA MEDIA MATURASI (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS BOSOWA).

Ondho, Y. S., & Samsudewa, D. (2023). Ilmu Reproduksi Ternak.

Pratiwi, A. 2023. TINGKAT MATURASI OOSIT SAPI BALI DENGAN


SUPLEMENTASI GSH PADA MEDIA MATURASI. Skripsi. JURUSAN
PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR.

Iskandar, H., & Damayanti, E. TEKNIK KOLEKSI OOSIT DALAM PRODUKSI EMBRIO
SECARA IN VITRO PADA TERNAK RUMINANSIA.

Haqqi, A. (2021). PENANGANAN KASUS PROLAPS UTERI PADA SAPI PERAH DI


BBPTU HPT BATURRADEN (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
HASANUDDIN).

Taklim, N. A. R. (2018). MORFOLOGI OOSIT KAMBING HASIL PEMBEKUAN LAMBAT


DUA TAHAP DENGAN SUHU AKHIR-80oc PADA KONSENTRASI GLISEROL
YANG BERBEDA (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

Pratama, F. D. (2023). Pengaruh Penggunaan Propolis terhadap Jumlah Ovulasi,


Kualitas Oosit dan Angka Fertilitas pada Mencit yang Diberi Aluminium (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS JAMBI).

Anda mungkin juga menyukai