Anda di halaman 1dari 12

SISTEM PERKAWINAN UNGGAS

TPPT UNGGAS
01

KELOMPOK 8 :
 2010613013 AULIA SELVA
 2010613025 FANNY FADILLAH
 2010613027 GALUH JUANDA
 2010613028 ADAM MUHAMMAD RIFKI
 2010613034 AIDIL FAJRI MUZTI

DOSEN : Dr. Ir. Tinda Afriani, MP

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ternak unggas adalah komoditas andalan di bidang peternakan karena telah


memberikan kontribusi pertumbuhan yang pesat dan besar dibandingkan dengan
ternak mamalia lainnya. Ayam adalah unggas yang biasa dipelihara untuk
dimanfaatkan daging, telur, dan bulunya. Selain itu, ayam sebagai sumber gizi
yang sangat baik dan bercita rasa lezat karena kandungan proteinnya setara ikan
laut. Limbah kotorannya kaya protein sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan
lele atau pupuk tanaman. Unsur kalsium membantu proses penggumpalan darah
dan pembentukan tulang.
Perkembangan ayam buras di Indonesia cukup pesat dan telah banyak
dipelihara oleh peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk
kesenangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan. Dalam
pengembangannya, ditemukan berbagai hambatan untuk meningkatkan
produktivitas ayam lokal yang relatif rendah. Dalam pencarian calon bibit unggul,
selain didasarkan dari tampilan luarnya juga dapat dilakukan dengan konsep
pemuliaan ternak, sehingga diperoleh bibit unggul, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan produktivitas ternak.
Menurut Suryana (2013) ayam kampung memiliki produktivitas yang rendah.
Produksi telur per tahunnya sekitar 60 butir dan berat jantannya tidak mencapai 2
kg. Sedangkan Ayam broiler merupakan salah satu komoditas yang tergolong
paling populer dalam dunia agribisnis peternakan di Indonesia. Dimana produksi
telur ayam broiler ini sangat tinggi yaitu 120 butir/tahun.
Reproduksi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikan jenis agar tidak punah. Sistem reproduksi akan berfungsi bila
makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki dewasa
kelamin. Alat alat reproduksi setelah dewasa kelamin mulai berkembang dan
proses reproduksi berlangsung baik.
Faktor teknis pada unggas dapat dibagi menjadi dua cara yaitu: a) Kawin alam
dan b) Kawin buatan atau inseminasi buatan (artificial insemination). Kawin alam
ada 3 metode : a.Flock mating atau perkawinan kelompok yaitu perkawinan antara
sekelompok pejantan dengan sekelompok betina. b.Pen mating yaitu perkawinan
antara satu pejantan dengan sekelompok betina. c.Stud mating yaitu perkawinan
antara satu pejantan dengan satu betina.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Apa yang didapatkan dari mempelajari sistem perkawinan unggas?

1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui dan memahami sistem perkawinan pada ternak unggas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN REPRODUKSI

Reproduksi merupakan Proses terbentuknya individu baru baik secara kawin


ataupun tidak kawin. Reproduksi pada ternak umumnya terjadi secara generative
yaitu melalui terbentuknya sel gamet jantan maupun betina, kemudian terjadi
pembuahan, kebuntingan dan kelahiran. Proses reproduksi ini terjadi atas pengaruh
hormonal terhadap system reproduksi. Reproduksi atau perkembangbiakan adalah
proses biologis suatu individu untuk menghasilkan individu baru. Reproduksi
merupakan cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk
kehidupan oleh pendahulu setiap individu organisme untuk menghasilkan suatu
generasi selanjutnya.
Sistem reproduksi atau sistem genital adalah sistem organ seks dalam organisme
yang bekerja sama untuk tujuan reproduksi seksual. Banyak zat non-hidup seperti
cairan, hormon, dan feromon juga merupakan aksesoris penting untuk sistem
reproduksi.

A. REPRODUKSI AYAM JANTAN

Organ reproduksi jantan berfungsi sebagai tempat menghasilkan sperma (testis).


Testis sendiri adalah merupakan pabrik penghasilkan dua macam dua produk yaitu
sel kelamin jantan (spermatozoa) dan hormone (testeoteron). Testis terdiri dari
saluran buntu, yang disebut tibuli semineferi yang bermuara ke rate testis vas
dirferens dan berakhir dalam epididymis. Dinding dalam tubuli tersebut dilapisi oleh
selapis sel-sel yang berbentuk bulat yang disebut spermatogonia. Diantara
sepermatogonia yang melapisi dinding tubuli semineperi adalah selsel yang berbentu
k langsing. Letak berselang seling dengan sepermatogonia dan mengarah ke lumen.
Sel tersebut adalah sel sertoli penghasil hormone testoteron. Organ
kelamin pada jantan terdiri dari organ kelami perimer sekunder luar dan kelenjar
pelengkap. Organ-organ tersebut memiliki bentuk ukuran dan Fungsi yang berbeda-
beda. Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis (T), epididimis (Ep),
duktus deferens (D.d.) dan organ kopulasi pada kloaka (Cl).
a. Testis
Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah
punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada
unggas testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum Fungsi
testis menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan
disebut sperma.
b. Epididimis
Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis.
Berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens.
c. Duktus deferens
Jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam
jantan tua tampak berkelok-kelok. Letak ke arah kaudal, menyilang ureter dan
bermuara pada kloaka sebelah lateral urodeum.
Organ kopulasi
Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu lubang papila kecil yang
terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil ini merupakan rudimeter dari organ
kopulasi.

B. REPRODUKSI AYAM BETINA

Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan oviduct. Pada ovarium
terdapat banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri dari infudibulum, magnum,
ithmus, kelenjar kerabang telur dan vagina). Secara lengkap oviduct dan ovarium .
a. Ovarium
Ovarium terletak pada daerah kranial ginjal diantara rongga dada dan rongga
perut pada garis punggung sebagai penghasil ovum. Ovarium sangat kaya akan
kuning telur atau yang disebut yolk. Ovarium terdiri atas dua lobus besar yang
banyak mengandung folikel-folikel. Ovarium biasanya terdiri dari 5 sampai 6 ovum
yang telah berkembang dan sekitar 3.000 ovum yang belum masak yang berwarna
putih.
Yolk merupakan tempat disimpannya sel benih (discus germinalis) yang posisinya
pada permukaan dipertahankan oleh latebra. Yolk dibungkus oleh suatu lapisan
membran folikuler yang kaya akan kapiler darah, yang berguna untuk menyuplai
komponen penyusun yolk melalui aliran darah menuju discus germinalis. Ovum juga
dibungkus oleh suatu membran vitelina dan pada ovum masak membran vitelina
dibungkus oleh membran folikel. Bagian yolk mempunyai suatu lapisan yang tidak
mengandung pembuluh kapiler darah yang disebut stigma. Pada bagian stigma inilah
akan terjadi perobekan selaput folikel kuning telur, sehingga telur akan jatuh dan
masuk ke dalam ostium yang merupakan mulut dari infundibulum.
erkembangan kuning telur dimulai setelah oocyt (discus germinalis) berkembang
secara perlahan-lahan pada hari ke-10 sampai 8 sebelum ovulasi, dengan adanya
penimbunan zat-zat makanan. Pada hari ke- 7 sampai 4 sebelum ovulasi
pembentukan yolk terjadi sangat cepat. Pada hari ke-7 sampai 6 sebelum
ovulasi yolk, sebesar 1/10 kali yolk masak. Pada hari ke-6 sebelum ovulasi terjadi
lapisan konsentris yolk dan diameter yolk berkembang dari 6 sampai 35 mm.
Lapisan konsentris terdiri dari lapisan putih dan kuning yang dipengaruhi oleh
perbedaan xanthophyl pakan dan periode siang malam. Pada hari ke-4 sebelum
ovulasi yolk sudah berebentuk sempurna seperti pada yolk masak. Pada hari ke-3
penimbunan komponen yolk mulai lambat dan berhenti sama sekali pada hari ke-1
sebelum ovulasi dengan diameter sekitar 40 mm (Nesheim et al., 1979). Proses
perkembangan folikel yolk ini dipengaruhi oleh hormon pituitari setelah terjadinya
kematangan seksual pada ayam betina.
Ovarium menghasilkan beberapa hormon pada saat perkembangannya, folikel-
folikel pada ovarium ini berkembang karena adanya FSH (Follicle-Stimulating
Hormone) yang diproduksi oleh kelenjar pituitari bagian anterior (Nesheim et al.,
1979). Anak ayam belum dewasa mempunyai oviduk yang masih kecil dan belum
berkembang sempurna. Perlahan lahan oviduk akan mengalami perkembangan dan
sempurna pada saat ayam mulai bertelur, dengan dihasilkannya FSH tersebut.
Setelah ayam dewasa ovarium juga memproduksi hormon estrogen. Hormon
estrogen memacu pertumbuhan saluran reproduksi dan merangsang terjadinya
kenaikkan Ca, protein, lemak dan substansi lain dalam darah untuk pembentukan
telur. Estrogen juga merangsang pertumbuhan tulang pinggul dan brutu.
Progresteron juga dihasilkan oleh ovarium, yang berfungsi sebagai hormon releasing
factor di hipothalamus untuk membebaskan LH dan menjaga saluran telur berfungsi
normal.
b. Oviduk
Oviduk terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung antara ovarium
dan uterus. Pada unggas oviduk hanya satu yang berkembang baik dan satunya
mengalami rudimeter. Bentuknya panjang dan berkelok-kelok yang merupakan
bagian dari ductus Muller. Ujungnya melebar membentuk corong dengan tepi yang
berjumbai. Oviduk terdiri dari lima bagian yaitu: infundibulum atau funnel,
magnum, ithmus, uterus atau shell gland dan vagina.
Oviduk mempunyai struktur yang kompleks untuk menghasilkan bahan sekitar 40
g (10 g padat dan 30 g air) dalam waktu sekitar 26 jam. Secara garis besar terdiri
lapisan perotoneal eksternal (serosa), lapisan otot longitudinal luar dan sirkuler
dalam, lapisan jaringan pengikat pembawa pembuluh darah dan syaraf, serta lapisan
mukosa yang melapisi seluruh duktus. Pada ayam muda mukosa bersifat sederhana
tanpa lekukan maupun lipatan. Pada saat mendekati dewasa kelamin serta mendapat
stimulus dari estrogen dan progresteron, maka oviduk menjadi sangat kompleks
dengan terbentuknya ikatan-ikatan primer, sekunder dan tersier. Pada puncak
aktivitas sekresinya, sel-sel menunjukkan bentuk variasinya dari kolumner tinggi
sipleks sampai kolumner transisional yang memiliki silia. Oviduk unggas tidak dapat
membedakan antara ovum dengan benda-benda asing, sehingga akan tetap
mensekresikan albumen, kerabang lunak dan kerabang keras disekitar benda asing
tersebut.
Infundibulum. Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan mempunyai
panjang sekitar 9 cm. Infundibulum berbentuk seperti corong atau fimbria dan
menerima telur yang telah diovulasikan. Pada bagian kalasiferos merupakan tempat
terbentuknya kalaza yaitu suatu bangunan yang tersusun dari dua tali mirip ranting
yang bergulung memanjang dari kuning telur sampai ke kutub-kutub telur. Pada
bagian leher infundibulum yang merupakan bagian kalasiferos juga merupakan
tempat penyimpanan sperma, sperma juga tersimpan pada bagian pertemuan antara
uterus dan vagina. Penyimpanan ini terjadi pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi.
Infundibulum selain tempat ovulasi juga merupakan tempat terjadinya fertilasi.
Setelah fertilasi, ovum akan mengalami pemasakkan setelah 15 menit di dalam
infundibulum, dan dengan gerak peristaltik ovum yang terdapat pada yolk akan
masuk ke bagian magnum.
Magnum. Magnum merupakan saluran kelanjutan dari oviduk dan merupakan
bagian terpanjang dari oviduk. Batas antara infundibulum dengan magnum tidak
dapat terlihat dari luar. Magnum mempunyai panjang sekitar 33 cm dan tempat
disekresikan albumen telur. Proses perkembangan telur dalam magnum sekitar 3
jam.
Albumen padat yang kaya akan mucin disekresikan oleh sel goblet yang terletak
pada permukaan mukosa magnum dan jumlah albumen yang disekresikan sekitar 40
sampai 50% total albumen telur.
Ithmus. Setelah melewati infundibulum telur masuk ke dalam Ithmus. Antara
ithmus dan magnum terdapat garis pemisah yang nampak jelas yang disebut garis
penghubung ithmus-magnum.
Panjang ithmus sekitar 10 cm dan merupakan tempat terbentuknya membran sel
(selaput kerabang lunak) yang banyak tersusun dari serabut protein, yang berfungsi
melindungi telur dari masuknya mikroorganisme ke dalam telur. Membran sel yang
terbentuk terdiri dari membran sel dalam dan membran sel luar, di dalam ithmus
juga disekresikan air ke dalam albumen. Calon telur di dalam ithmus selama 1,25
jam.
Dua lapisan membran sel telur saling berhimpit dan ada bagian
yang memisah/melebar membentuk bagian yang disebut rongga udara
(air
cell), air cell akan berkembang mencapi 1,8 cm. Rongga udara bisa digunakan untuk
mengetahui umur telur dan besar telur.
Uterus. Uterus merupakan bagian oviduk yang melebar dan berdinding kuat. Di
dalam uterus telur mendapatkan kerabang keras yang terbentuk dari garam-garam
kalsium. Uterus (shell gland) mempunyai panjang sekitar 10 sampai 12 cm dan
merupakan tempat perkembangan telur paling lama di dalam oviduk, yaitu sekitar 18
sampai 20 jam.
Selain pembentukan kerabang pada uterus juga terjadi penyempurnaan telur
dengan disekresikannya albumen cair, meneral, vitamin dan air melalui
dinding uterus dan secara osmosis masuk ke dalam membran sel. Pada uterus
terjadi
penambahan albumen antara 20 sampai 25%.
Deposisi kalsium sudah terjadi sebagian kecil di ithmus dan dilanjutkan di uterus.
Deposisi terjadi pada bagian inner shell, lapisan mammillary (berupa kristal kalsit)
yang membetuk lapisan material berongga. Komposisi komplit dari kerabang telur
berupa kalsit (CaCO3), dan sedikit sodium, potasium dan magnesium.
Formasi terbentuknya kerabang telur dengan adanya ketersediaan ion kalsium dan
ion carbonat didalam cairan uterus yang akan membentuk kalsium karbonat.
Sumber utama ion karbonat terbentuk karena adanya CO2 dalam darah hasil
metabolisme dari sel yang terdapat pada uterus, dan dengan adanya H 2O, keduanya
dirombak oleh enzim carbonic anhydrase (dihasilkan pada sel mukosa uterus)
menjadi ion bikarbonat yang akhirnya menjadi ion karbonat setelah ion hidrogen
terlepas. Beberapa hubungan antara kalsium dalam darah, CO2 dan ion bikarbonat di
dalam uterus dalam peristiwa pembentukan kerabang telur dapat dilihat pada gambar
19. Untuk itu pada ayam petelur perlu diperhatikan bahwa kebutuhan kalsium
terutama harus disediakan pada pakan, karena jika kekurangan kalsium akan
mengambil dari cadangan kalsium pada tulang.
Pembentukan kerabang juga diikuti dengan pewarnaan kerabang. Warna
dominan dari kerabang telur adalah putih dan coklat, yang pewarnaannya
tergantung pada genetik setiap individu. Pigmen kerabang (oopirin) dibawa oleh
darah (50 – 70%) dan disekresikan saat 5 jam sebelum peneluran. Pembentukan
kerabang
berakhir dengan terbentuknya kutikula yang disekresikan sel mukosa uterus berupa
material organik dan juga mukus untuk membentuk lapisan selubung menyelimuti
telur yang akan mempermudah perputaran telur masuk ke vagina. Pada kutikula
terdapat lapisan porus yang berguna untuk sirkulasi air dan udara.
Vagina. Bagian akhir dari oviduk adalah vagina dengan panjang sekitar 12 cm.
Telur masuk ke bagian vagina setelah pembentukan oleh kelenjar kerabang
sempurna (di dalam uterus). Pada vagina telur hanya dalam waktu singkat dan
dilapisi oleh mucus yang berguna untuk menyumbat pori-pori kerabang sehingga
invasi bakteri dapat dicegah. Kemudian telur dari vagina keluar melalui kloaka.

2.2 KAWIN ALAM

Kawin alam merupakan perkawinan yang dilakukan tanpa bantuan manusia,


melainkan oleh pejantan pemacek yang telah di seleksi untuk mengawini sapi betina
yang sedang birahi, dengan cara menaiki betina tersebut. Kawin alam ada 3 metode
ada flok Mating atau perkawinan kelompok. Flok Mating merupakan perkawinan
antara sekelompok penjantan dengan sekelompok betina. Hal yang harus
diperhatikan dalam perkawinan ini yaitu nisba kelamin atau seks patio (minsalnya
nisba kelamin jantan dan betina pada ayam tipe ringan 1:15 sampai 20 ekor,
dwiguna 1:10-15 ekor tipe berat 1:8-12 ekor. Selain itu juga perlu diperhatikan
keseragaman umur, ukuran tubuh,dan persaingan antar penjantan. Metode kedua
adalah pen Mating yaitu perkawinan antara satu penjantan dengan sekelompok
betina fertilitas telurr pada metode perkawinan ini lebih rendah 67% dari pada
perkawinan flok meting.
Perilaku unggas jantan secara alami lebih suka pada satu betina pada tingkat
sosial sedang atau tidak dominan. Pertilitas telur secara komulatif rendah, nisba
kelamin,umur dan ukuran tubuh menjadi pertimbangan penting.
Metode staud meting yaitu perkawinan antara satu penjatan dengan satu betina
pada perkawinan metode ini fertilitas telur tinggi,tetapi butuh penjantan dan curahan
tenaga yang lebih banyak.

2.3 KAWIN BUATAN


Perkawinan antara unggas betina dan jantan dengan bantuan manusia dan
mengunakan alat inseminasian geng pelaksanan inseminasi buatan terdiri dari 3
tahap yaitu
-penamnpungan semen
- pengeceran semen
- inseminasi
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Inseminasi Buatan


Inseminasi buatan (IB) pada unggas sebenarnya sudah dikenal sebelumtahun 1926 di daratan
China dimana pada saat itu IB dilaksanakan untuk ternakitik. 25 tahun kemudian IB
dipraktekkan di Eropa Timur dan Israel pada
angsa. Namun dalam perkembangannya hingga saat ini sudah jauh dikenal untukmengemban
gkan unggas terutama untuk unggas pembibit.Inseminasi Buatan Biasa juga kita sebut
sebagai kawin suntik, tetapikedengarannya lebih ilmiah jika kita sebut IB alias inseminasi
buatan. Secarameluas di petani, istilah IB ini rasanya baru terdengar pada awal tahun 90
an, padahal teknologi sudah lama dikenal dan diujicobakan pada industri pembibitanunggas
ras.Inseminasi Buatan pada unggas adalah teknik mengawinkan secara buatandengan
memasukkan sperma unggas jantan yang telah diencerkan dengan NaClFisiologis ke dalam
saluran reproduksi unggas betina yang sedang berproduksiTeknik perkawinan secara IB
mutlak diperlukan untuk
mempercepat peningkatan populasi unggas, khususnya unggas petelur, pedaging dan unggas
kesayangan lainnya. Teknik IB merupakan bagian dari tatalaksana ternak unggasdengan
tujuan utama adalah memproduksi anak unggas semaksimal mungkin.Disini ada keterkaitan
antara fertilitas, daya tetas dan kemampuan memproduksianak unggas. Keberhasilan untuk
menghasilkan anak unggas yang berkualitastinggi tidak terlepas dari jumlah anak unggas
yang menetas (daya tetas),sedangkan daya tetas selalu berhubungan dengan fertilitas telur.
Tatalaksana yang
baik dari induk yang meliputi; perkandangan, pemberian pakan, pemilihan bibitdan teknik
perkawinan yang betul akan menghasilkan fertilitas yang tinggi.Dengan manajemen yang baik maka
anak unggas yang dihasilkan kemudian akandigunakan sebagai pengganti induk.Disamping itu IB
dapat mengurangi dan menanggulangi adanya kesulitan kawin karena perbedaan berat badan
antara pejantan dan betina, pada perkawinan secara alam dengan system pemeliharaan dengan
lantai letter (tanah). Pejantan yang unggul tetapi mempunyai berat badan yang besar dan dapat
mengawini betina yang proporsi badannya lebih ringan dengan jalan IB. Hal ini berarti sifatgenetic
yang baik masih tetap dapat disebar luaskan tanpa adanya hambatan perkawinan.Dalam penerapan
teknologi IB ada faktor yang berpengaruh terhadap fertilitas telur, yaitu: konsentrasi sperma,
interval antara waktu indeminasi, waktu inseminasi, deposisi semen, umur, dan strain unggas.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan IB pada unggas:

1. Konsentrasi spermatozoa 100 juta/ml cukup untuk menghasilkan fertilitas lebihdari 95% dari
telur yang dikumpulkan dari hari ke 2-9 setelah IB. Konsentrasi kurang dari 100 juta/ml menurunkan
fertilitas telur.

2. Interval antara waktu inseminasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan sperma untuk hidup
transit dan disimpan pada alat reproduksi unggas betina.Spermatozoa ini disimpan dalam glandula
oviduct. Waktu ideal untuk memperoleh fertilitas yang tinggi adalah 6-10 hari (rata-rata 7 hari),
olehkarena itu IB dilakukan sekali dalam seminggu.

3. Transit dan penyimpanan spermatozoa di dalam saluran reproduksi dipengaruhi oleh aktivitas
dari oviduct antara lain ada atau tidaknya telur di uterus,
sekresi bagian telur, sekresi cairan uterus. Keberhasilan IB berkorelasi dengan saat prooses
pembentukan telur. Di dalam industry peternakan unggas pembibit, IB dilakukan 8 jam setelah
matahari terbit atau memakai penerangan buatan. Halini karena sebagian besar unggas bertelur 4
jam setelah mendapatkan cahaya.
4. Secara teoritis tempat untuk IB dapat dilakukan pada alat reproduksi unggas pada bagian vagina,
uterus atau magnum. Tempat terbaik untuk IB sebenarnya pada utero-
vaginal junction tetapi sulit pelaksanaannya karena tempatnya masuk ke dalam alat reproduksi kira-
kira 3-4 cm dari kloaka. Biasanya IB sering dilakukan pada pertengahan vagina yaitu kira-kira 1-2 cm
dari kloakaagar sperma tidak kembali karena adanya kontraksi oviduct atau erosi dari uterovaginal
junction. Erosi sperma yang masuk menyebabkan terjadinya infertilitas.Unggas yang sudah berumur
tua mempengaruhi fertilitas yang rendah ini disebabkan karena kemampuan original dari unggas
betina itu sendiri di dalam menghasilkan telur yang fertil.-
 
3.2 Keuntungan Inseminasi Buatan

Keuntungan lnseminasi Buatan dibandingkan perkawinan secara alamidalam pengadaan DOC


adalah:

a.Memungkinkan dilakukannya seleksi dan persilangan antar induk yang memiliki mutu genetik
unggul, sehingga dapat dihasilkan DOC ungguluntuk tujuan tertentu (telur, daging atau keduanya).

b.Memungkinkan dilakukannya persilangan bagi unggas jantan unggul yangsulit melakukan


perkawinan secara alami.

c.Dapat menghasilkan DOC dalam jumlah banyak, seragam dan denganwaktu relative singkat.

d.Memungkinkan dilakukannya persilangan dengan unggas jenis lain.

e. Dapat diaplikasikan kapan saja kita mau memproduksi anak-anak


unggas baik untuk pengganti induk yang ada sekarang, maupun untuk dijual apabila ada pesanan.

f. Sangat cocok sekali dengan sistem pemeliharaan kandang batre

g. Penanganan induk dan pejantan yang lebih intensif untuk meningkatkan mutu bibit.

h. Pelaksanaan IB relatif mudah dan murah.

i.Menurunkan jumlah pejantan sungguh tidak efisien apabila beternakunggas tidak merencanakan
pejantan dan betina yang dipelihara.Perbandingan antara jumlah jantan dan betina mementukan
jumlah keuntungan dari peternak unggas. Pada perkawinan alam setiap 100 ekor betina
membutuhkan 8-10 ekor pejantan, tetapi pada perkawinan secara IBhanya membutuhkan 3-4 ekor
pejantan, ini disesuaikan dengan kebutuhan sperma untuk jumlah tertentu dari unggas betina yang
dipelihara. 

j.Menghemat pakan Dengan mengurangi jumlah pejantan yang


dipelihara berarti akan mengurangi jumlah pakan yang diberikan dan keuntungan yang diperoleh
akan lebih besar. Pemeliharaan pejantan pada
kandang battery ternyata mampu menghemat pakan 10% dibandingkan dengan pemeliharaan
secara letter.

k. Menghemat tempat untuk pemeliharaan unggas pejantan


Mengurangi jumlah pejantan yang dipelihara berarti mengurangi jumlah kebutuhan ruangan dan
kandang, sehingga ruangan tersebut dapat digunakan untuk memelihara induk.

l.Meningkatkan fertilitas telur Perkawinan secara IB dapat meningkatkan fertilitas telur. Hal ini
karena kebutuhan optimal sperma untuk menghasilkan fertilitas yang maksimal dapat dekat secara
pasti sejak awal.Penggunaan sperma 100 juta/ml sudah cukup menghasilkan fertilitas lebihdari
95%. Sedangkan dengan kawin alam adalah 78%.
m. Meningkatkan harga DOC Karena fertilitas meningkat maka jumlah anakunggas (DOC) yang
dihasilkan meningkat pula. Metode perkawinan secaraIB dapat meningkatkan jumlah DOC antara 8-
10%.

 3.3Kekurangan Dalam Teknik Ib Unggas:

a.Pelaksanaan harus hygienis, karena adanya kotoran dalam semen (mani)dapat membunuh
spermatozoa.

b.Pelaksanaannya harus ditangani minimal oleh dua orang. Pada


waktu pengambilan semen: seorang memerah, yang lain memegang unggas pejantan. Pada waktu i
nseminasi: seorang menyuntikan, yang lainmemegang dan membuka kloaka induk.

c.Perlu waktu untuk memerah pejantan, minimal antara 30 detik

 1 menit per ekor dan untuk inseminasi, sekitar 30 detik

 1 menit per ekor.

d.Membutuhkan tenaga kerja yang terampil. IB merupakan teknologi baru didunia peternakan
unggas sehingga mau tidak mau harus dipersiapkantenaga terampil untuk menangani IB.

e.Membutuhkan peralatan ekstra sehingga peternak mengeluarkan biayatambahan.

f.Kemungkinan penyebaran penyakit melalui sperma yang bercampur feses.

g.Dapat menurunkan sedikit produksi karena “stress”, terutama pada

 beberapa waktu awal inseminasi dan mungkin akan kembali normal karenaunggas sudah terbiasa.

3.4 Anjuran Dalam Melakukan IB

 1. mulai jam 14.00 untuk menghindari: terbuang semen karena terdorongtelur yang dukeluarkan
(unggas akan bertelur sebagian besar paling lambatsebelum jam 12 siang) dan kerusakan
spermatozoa karena sinar ultraviolet.2. Dengan hati-

hati penuh perasaan, untuk mengurangi “stress”

 3. Hindari kontaminasi kotoran atau urine yang dapat merubah warna putihmutiara (semen yang
baik) menjadi berwarna kekuning-kuningan ataukecoklat-coklatan. Disarankan tidak memberikan
pakan 4-6

3.5 Organ Saluran Reproduksi Unggas

Alat kelamin unggas jantan secara anatomi dan fungsinya terbagi dalamtiga bagian yaitu, testes
dengan epididimis, sepasang saluran deferens dan alatkopulatoris.Testes terlihat di rongga badan
deret pada tulang belakang yaitu bagian belakang paru-
paru atau bagian depan dari ginjal. Testes berbentuk seperti biji buah buncis dengan warna putih kr
em. Testes berfungsi untuk menghasilkanspermatozoa pada tubulus semeniferus dan hormon
testosteron pada sel Laydig.Setelah tubulus semeniferus kemudian ke saluran epididimis lalu
diperpanjang oleh saluran deferens dan berakhir di kloaka. Saluran deferens ini merupakan
tempat transit dari sperma.Bila dibandingkan dengan mamalia maka saluran deferens pada
ungags merupakan tempat pemasakan dan terjadi pada epididimis. Saluran deferens
ini berakhir pada kloaka. Alat kopulasi pada unggas berupa penis (papila) yang rudimenter.
Pada itik dan angsa papila ini lebih panjang berbentuk spiral.Organ reproduksi unggas betina
secara normal memiliki hanya satu ovarium dan satu saluran telur, yaitu sebelah kiri.
Ovarium terletak di ujung cranial ginjal dan agak ke kiri dari garis tengah daerah sublumbal
cavumab dominal, ia tergantung pada dinding dorsal abdomen oleh suatu
lipatan peritoneum. Saluran telur dapat dibagi atas lima bagian, masing-masing dengan
fungsi tertentu. Infundibulum yang berbentuk corong, menampung kuning teluryang
diovulasikan dari ovarium. Kuning telur diteruskan ke magnum yang menghasilkan albumin
atau putih telur. Selanjutnya ke isthmus yang mensekresikan selaput kulit ke uterus atau
kelenjar kulit yang menghasilkan kulittelur, dan akhirnya ke vagina yang membantu
pengeluaran telur.
3.6 Mekanisme Fertilisasi
Fertilasi diartikan sebagai berhasilnya satu spermatozoa (dari
unggas pejantan) bertemu hidup-hidup dengan sel telur (dari unggas induk) yangkemudian
kedua sel tersebut akan berkembang menjadi suatu janin atau embriosebagai bentuk sosok
kehidupan individu baru anak unggas.
 Untuk satu kali IB (dengan kualitas semen yang baik, yang berisispermatozoa 100 juta),
induk akan terus menerus menghasilkan telur fertil selama rata-rata 12 hari periode fertil.
Spermatozoa yang di IB-kan disimpan dalamtabung
penyimpanan sperma (“tubule”), semacam lekukan di dinding “oviduct” (baca ovidak) yang
berdiameter dalam 0,002 mm sepanjang 0,4 mm. Sperma memasuki “tubule” dengan
pergerakan sendiri sebagaimana adanya, tetapi bagaimana mereka keluar dari “tubule”
belum ada manusia tahu. Memang masih merupakan misteri bahwa sperma mampu bertahan
di dalam tubule selama itu padahal sangat sulit sekali menyimpan sperma di luar tubuh
unggas. Sekitar 1– 2 juta sperma tertahan di dalam tubule setelah sebanyak 100 – 200 juta di
IB-kan;sebagian besar sperma mati dalam vagina disebabkan oleh mekanisme pertahanan
tubuhnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Reproduksi merupakan Proses terbentuknya individu baru baik secara kawin atau
pun tidak kawin. Reproduksi pada ternak umumnya terjadi secara generative yaitu melalui
terbentuknya sel gamet jantan maupun betina, kemudian terjadi pembuahan, kebuntingan
dan kelahiran. Proses reproduksi ini terjadi atas pengaruh hormonal terhadap system
reproduksi. Reproduksi atau perkembangbiakan adalah proses biologis suatu individu untuk
menghasilkan individu baru. Reproduksi merupakan cara dasar mempertahankan diri yang
dilakukan oleh semua bentuk kehidupan oleh pendahulu setiap individu organisme untuk
menghasilkan suatu generasi selanjutnya.
Organ reproduksi jantan berfungsi sebagai tempat menghasilkan sperma (testis).
Testis sendiri adalah merupakan pabrik penghasilkan dua macam dua produk yaitu sel
kelamin jantan (spermatozoa) dan hormone (testeoteron). Testis terdiri dari saluran buntu,
yang disebut tibuli semineferi yang bermuara ke rate testis vas dirferens dan berakhir
dalam epididymis. Dinding dalam tubuli tersebut dilapisi oleh selapis sel-sel yang
berbentuk bulat yang disebut spermatogonia. Diantara sepermatogonia yang melapisi
dinding tubuli semineperi adalah selsel yang berbentu k langsing. Letak berselang seling
dengan sepermatogonia dan mengarah ke lumen. Sel tersebut adalah sel sertoli penghasil
hormone testoteron. Organ kelamin pada jantan terdiri dari organ kelami perimer sekunder
luar dan kelenjar pelengkap. Organ-organ tersebut memiliki bentuk ukuran dan Fungsi
yang berbeda- beda. Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis (T),
epididimis (Ep), duktus deferens (D.d.) dan organ kopulasi pada kloaka (Cl).
Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan oviduct. Pada ovarium
terdapat banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri dari infudibulum, magnum, ithmus,
kelenjar kerabang telur dan vagina). Secara lengkap oviduct dan ovarium .
Kawin alam merupakan perkawinan yang dilakukan tanpa bantuan manusia,
melainkan oleh pejantan pemacek yang telah di seleksi untuk mengawini sapi betina yang
sedang birahi, dengan cara menaiki betina tersebut. Kawin alam ada 3 metode ada flok
Mating atau perkawinan kelompok. Flok Mating merupakan perkawinan antara
sekelompok penjantan dengan sekelompok betina
Kawin Buatan yaitu Perkawinan antara unggas betina dan jantan dengan bantuan
manusia dan mengunakan alat inseminasian yang pelaksanan inseminasi buatan terdiri
dari 3 tahap yaitu penamnpungan semen, pengeceran semen, inseminasi

4.2 Saran
Jika dalam penyajian ataupun penulisan dalam makalah ini terdapat suatu
penyimpangan dari hal yang sebenarnya atau pun kesalahan proses mengetik, saya sebagai
penyaji mohon maaf atas keikhlafan tersebut. Mohon pembaca memberikan kritikan dan
saran yang bersifat membangun untuk kepentingan kita semua. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai